Professional Documents
Culture Documents
PEMPHIGUS VULGARIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing :
Dr. Sunaryo, Sp.KK
Diajukan oleh :
Achmad Nur Ansyah J 500 900 098
Anjar Widarini
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada hari Senin, 23 Juni 2014.
Pembimbing :
Dr. Sunaryo , Sp.KK
(.....................................)
Dipersembahkan dihadapan :
Dr. Sunaryo, Sp.KK
(......................................)
BAB I
PENDAHULUAN
Pemfigus adalah kumpulan penyakit autoimun berbula kronik, menyerang
kulit dan membrana mukosa yang secara histologik ditandai dengan bula
intraepidermal akibat proses akantolisis dan secara imunopatologik ditemukan
antbodi terhadap desmosom pada permukaaan keratinosit IgG, baikterikat maupun
beredar dalam sirkulasi darah (Djuanda, 2009)
Pemphigus vulgaris merupakan penyakit yang sangat jarang terjadi, di
United Kindom hanya 5 kasus per sejuta orang dilaporkan setiap tahun..
Penelitian di Inggris menyatakan angka kematian pasien yang tidak mendapat
perawatan adalah 3 kali lebih besar berbanding pasien yang mendapat perawatan
dengan kortikosteroid. (Moore, 2008)
Penelitian epidemiologi terhadap 138 orang sampel yang menghidap
pemphigus vulgaris di Inggris, usia median bagi penghidap pemphigus vulgaris
adalah 71 tahun, berkisar diantara 21 hingga 102 tahun dan 91 orang yaitu 66%
(Langan, 2008)
Penelitian di Asia, Iran menunjukkan angka insiden yang tinggi yaitu 10
per sejuta orang pertahun berbanding Finland 7,6 per sejuta orang pertahun dan
6,7 per sejuta orang pertahun di Tunesia namun Jerusalem lebih tinggi dengan 16
per sejuta orang pertahun (Samadi, 2008)
Penyakit yang mempunyai gejala pada kulit dan juga mulut ini
memberikan dampak yang buruk kepada penderitanya. Lesi pada kulit dapat
menyebabkan terjadinya dehidrasi dan infeksi sedangkan lesi pada mulut yang
menyakitkan dapat menyebabkan malnutrisi dan memperparahkan dehidrasi
akibat konsumsi cairan yang berkurang (Loowe, 2008)
Terapi pada pemphigus Vulgaris ditujukan untuk menekan pembentukan
autoantibodi. Penggunaan kortikosteroid dan obat imunoupressan masih menjadi
pilihan utama akan tetapi masih harus diperhatikan morbiditas dan mortalitas
akibat terapi tersebut (Amagai, 2008)
Pada laporan kasus ini akan dibahas tentang pemphigus vulgaris karena
dengan pengetahuan yang cukup maka diagnosis dapat ditegakan secara dini dan
dapat dilakukan terapi dengan cepat sehingga prognosis semakin baik.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku
Tanggal Pemeiksaan
No RM
: Ny.M
: 35 tahun
: Perempuan
:Delingan Karanganyar
: Islam
: Jawa
: 30 Mei 2014
: 303606
B. KELUHAN UTAMA
Timbul lesi yang nyeri di seluruh tubuh
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
2BSMRS
Pasien mengeluh terdapat lesi dirongga mulut tampak seperti sariawan,
terasa sakit dan nyeri
1BSMRS
Pasien dirawat di rumah sakit GH selama 7 hari akan tetapi lesi dirongga
mulut tidak membaik malah bertambah dengan timbul bula di regio abdomen
2HSMRS
Bula bertambah di regio torak, abdomen, di wajah, dan diselangkangan,
terasa gatal, panas dan pedih.
HMRS
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD karanganyar dengan
keluhan lesi dikulit berupa bula yang telah mengalami ekskoriasi dan beberapa
telah menjadi krusta di muka, regio thorak dan abdomen yang semakin banyak.
Tidak ada keluhan sistemik sepeti mual, muntah, dan demam.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat penyakit kulit yang sama
Riwayat alergi
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
F. RIWAYAT HIGIENE
1. Pasien mandi 2 kali sehari
2. Pasien selalu mencuci pakaian setelah digunakan.
3. Pasien selalu mengenakan pakaian yang bersih
G. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan suaminya bekera sebagai
wiraswasta. Dinding rumah terbuat dari tembok, lantai keramik dan mata air
dari sumur.
H. ANAMNESIS SITEMIK
Neuro
: Sensasi nyeri baik, gemetaran (-), sulit tidur (+)
Kardio
: Nyeri dada (-), dada berdebar-debar (-)
Pulmo
: Sesak napas (-), batuk lama(-)
Abdomen : Diare (-), kembung (-), konstipasi (-)
Urologi : BAK dan BAB lancar, panas (-)
Muskulo : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-)
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
KU
: Compos mentis
Vital Sign :
a. Nadi
: 100 x/menit
b. Respirasi : 20x/menit
c. Suhu
: 36 C
d. TB
: 155 cm
e. BB
:55 kg
2. Kepala
a. Mata
: Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
b. Bibir
: Sianosis (-)
c. Pembesaran kelenjar getah bening (-)
3. Thorax
Paru
: Suara vesikuler (+), whezing (-).
Jantung
: BJ 1 dan 2 murni reguler
4. Abdomen
: Dalam batas normal
5. Ekstremitas : Akral hangat
J. STATUS LOKALIS
Inspeksi (UKK)
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
L. DIAGNOSIS BANDING
1. Pemfigoid bulosa
2. Dermatitis herpetiformis
M. DIAGNOSIS KERJA
Pemfigus vulgaris
N. TERAPI (IGD)
1. Lameson tab 2x16 mg
2. Diprogenta cream
O. PROGNOSIS
1. Quo ad Vitam
2. Quo ad Sanam
3. Quo ad Fungsionam
4. Quo ad Cosmeticum
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
P. FOLLOW UP
1) 5 Juni 2014
Vital Sign
S
:36, 1C
N
: 80 x/menit
RR
: 16 x/menit
S : Pasien mengeluh lesi di muka, regio abdomen, thorak dan punggung
sudah mulai berkurang, rasa nyeri, pedih, dan gatalnya juga sudah
mulai berkurang, hanya lesi di bagian lidah yang masih terasa sakit.
O
A
P
2) 10 Juni 2014
Vital Sign
S
: 36 C
N
: 80 x/menit
RR
: 16 x/menit
S : Pasien mengeluh masih terdapat lesi di bibir bagian bawah tapak
O
A
P
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pemphigus vulgaris adalah salah satu bentuk bulos
dermatosis yang bersifat kronis, disertai dengan adanya proses
akantolisis(terpisahnya
ikatan
antara
sel
epidermis)
dan
pada
karakteristik
kulit
secara
dan
membran
histologist
mukosa
berupa
dengan
adanya
bula
maupun
sirkulasi
yang
secara
langsung
melawan
D. FAKTOR PREDISPOSISI
E. MANIFESTASI KLINIK
Pemfigus
vulgaris
ditandai
dengan
timbulnya
bula
Bula
yang
pecah
menimbulkan
erosi
yang
meninggalkan
bekas
hiperpigmentasi.
Dalam
dalah
penyakit
autoimun
yang
antibodi
sel
dalam sirkulasi
eratinosit.
yang
Autoantibodi
menyerang
menyerang
autoantibody
dalam
sirkulasi
merupakan
isinya tampak
menjauhi tekanan
2. Tzanck test: bahan diambil dari dasar bula, dicat dengan
giemsa tampak sel akantolitik atau sel tzanck.
3. Biopsi bahan diambil dari dasar bula yang baru timbul, kecil,
dan utuh. Dicari adanya bula intraepidemal.
4. Pemeriksaan laboratorium yang tidak spesifik :
Leukositosis
Eosinofilia
Serum protein rendah
Gangguan elektrolit
Anemia
Peningkatan laju endap darah
(Murtiastutik, 2011)
5. Pemeriksaan imunofloresensi direk dan indirek.
Autoantibodi
ditemukan
imonofloresensi
pada
indirek
serum
dan
pasien
dengan
kemudian
dengan
dan
spesifik
daripada
imunofloresensi
(dapat
korelasi
lebih
baik
dengan
aktivitas
penyakit
(Stanley, 2012).
H. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding
Bulosa eritema multiforme
Yang membedakan
Vesikel atau bula
timbul
dari
pruritus; cenderung
pada
pruritus
luas,
plak
urtikaria.
Vesikel berkelompok pada dasar
eritematosa yang pecah menjadi erosi
ditutupi oleh kerak, biasanya pada
bibir dan kulit; mungkin memiliki
gejala prodromal
Bula terlihat dengan papula pruritus
Gigitan serangga
dikelompokkan
dalam
daerah
di
Varicella
Stevens-Johnson-seperti penyakit
selaput lendir diikuti dengan
menyebar detasemen umum dari
epidermis
Vesikel berdinding tipis pada basis
eritematosa yang dimulai pada batang
dan menyebar ke wajah dan
ekstremitas; vesikel pecah dan
membentuk krusta; lesi tahapan yang
berbeda yang hadir pada saat yang
sama di daerah tubuh yang diberikan
sebagai tanaman baru berkembang
I. KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder, baik yang bersifat sistemik maupun
terlokalisasi pada kulit dapat terjadi karena penggunaan
imunosupresan dan adanya erosi multipel. Infeksi kutaneus
dapat
memperlambat
penyembuhan
luka
dan
yang
mendapatkan
imunosupresan sistemik.
terapi
kortikosteroid
dan
limfoma
juga
infeksi
sehingga
berakibat
terjadinya
septicemia.
7. Osteoporosis dan insufisiensi adrenal dilaporkan terjadi
setelah penggunaan kortikosteroid jangka panjang (Zeina,
2011)
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pemfigus vulgaris terutama pada fase
akut, harus di bawah pengawasan yang ketat untuk menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Terapi antimikroba sistemik diperlukan untuk pasien
dengan infeksi sekunder. Untuk terapi topikal, dilakukan
kompres dengan Aluminium Diasetat 5%, perak nitrat 0.005%,
atau solusio kalium permanganate 0,01% pada area yang
terkena setiap 4 jam. Hal ini diperlukan untuk melepaskan
debris kulit dari area bula dan mengurangi risiko infeksi
sekunder.
Kortikosteroid dosis tinggi diperlukan untuk mengontrol
kondisi pasien. Dosis harus diturunkan perlahan-lahan ketika
sudah terjadi stabilisasi hingga mencapai dosis terendah untuk
memelihara remisi.
Prednisolon IV atau prednisone oral dapat digunakan
sebagai pilihan terapi.
Tambahan
obat-obatan
imunosupresif
seperti
diperlukan
rawat
inap
untuk
Antibiotik:
bila
timbul
infeksi
sekunder,
dengan
sebelumnya dilakukan:
pemeriksaan gram
kultur dan tes sensitivitas
Antibiotik spectrum luas 7-10 hari
b. Kortikosteroid : merupakan obat pilihan untuk pemfigus
vulgaris, diberikan Dexamethasone atau
sejenisnya.
Dosis
bila
keras
dapat
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnose pemphigus vulgaris pada pasien ini ditegakkan berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa dijumpai lesi di muka, rongga
mulut, punggung, regio thoaks dan abdomen berupa erosi disertai pembentukan
krusta yang telah timbul selama 2 bulan dan bersifat nyeri. Demam tidak
dijumpai. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa gejala klinis
pemphigus vulgaris adalah berupa bula yang timbul berdinding kendor, mudah
pecah dengan meninggalkan kulit yang terkelupas disertai pembentukan krusta
yang lama bertahan diatas kulit yang terkelupas tersebut. Dan timbul rasa nyeri
pada kulit yang terkelupas tersebut.
Diagnosis banding pada kasus ini adalah dermatitis herpetiformis dan
pemfigoid bulosa.
BAB V
KESIMPULAN
Pemphigus vulgaris adalah salah satu bentuk bulos
dermatosis yang bersifat kronis, disertai dengan adanya proses
akantolisis(terpisahnya ikatan antara sel epidermis) dan
terbentuknya bula pada epidermis
Pemfigus
vulgaris
ditandai
dengan
timbulnya
bula
Bula
yang
pecah
menimbulkan
erosi
yang
meninggalkan
bekas
hiperpigmentasi.
Dalam
Daftar Pustaka
1. Amagai M. Pemfigus. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP (eds).
Dermatology.pain: Elsevier. 2008; 5: 417-29
2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S., Ilmu Penyakit kulit dan kelamin., FKUI.
2008. Balai penerbit FKUI: Jakarta
3. Langan SM, Smeeth L, Hubbard R, Fleming KM, Smith CJP, West J.
Bullous pemphigoid and pemphigus vulgaris incidence and mortality in
the UK: population based cohort study. BMJ 2008; 337: 180-7.
4. Lowe S, Watts MJ, Harman K, Chalmers J, Williams HC. Pemphigus
vulgaris.
<http://www.bad.org.uk/public/leaflets/bad_patient_information_gateway_
leaflets/pemphigus> (29 Agustus 2008)
5. Moore E, House F, Dorfman J, Gerber M, Fogarty M, Cowie R.
Pemphigus vulgaris: the blistering oral and skin lesions of vesiculbullous
PV.
<http://autoimmunedisease.suite101.com/article.cfm/pemphigus_vulgaris>
(29 Agustus 2008)
6. Samadi Z, Gorouhi F, Davari P, Firooz A. Think globally, act locally:
expert opinions from Asian on the diagnosis and treatment of pemphigus
vulgaris. Indian J Med Sci. 2007; 61(3), 144-51.