You are on page 1of 9

ISSN 2407-9189

The 3rd Universty Research Colloquium 2016

EXERCISE INTRADIALISIS MENINGKATKAN NILAI URR


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS
Rita Dwi Hartanti
Program Studi Ners, Stikes Muhammadiyah pekajangan Pekalongan
Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan
Email : rita.270985@gmail.com

Abstract
Urea Rate Ratio ( URR) value serves as an indicator of the success of the action hemodialysis. One
way to increase the value of URR is exercise intradialisis. Exercise intradialisis is planned and
gradual form of exercise that includes various stages flexibility exercises, strengthening exercises
and cardiovascular exercise performed during hemodialysis in the first 1-2 hours of hemodialysis
action. This study aims to determine the effectiveness of exercise intradialisis against URR values
in end stage renal disease patients with hemodialysis. The study design used randomized control
trial (RCT) using a pretest-posttest design with control group. The samples in this study using
randomized consecutive sampling method using a randomized block allocation based on inclusion
criteria. The sample size used in this study is as much as 26 respondents in the intervention group
and 25 respondents in the control group. These results indicate there is a difference in URR values
in the intervention group and the control group (p value = 0.0001). The physiological exercise
Intradialisis changes resulting in blood flow in the vascular access to the hemodialysis machine
increases so that urea clearance becomes more optimal. The study recommends exercise
intradialisis to increase the value of URR in end stage renal disease patient.

Keywords: exercise intradialisis, URR values, end stage renal disease.


1. PENDAHULUAN
Data dari National Kidney Fondation
(NKF) tahun 2012 menyatakan lebih dari 26
juta orang atau 13% dari populas i orang dewasa
di Amerika Serikat mengalami gagal giinjal
kronik. Di Indones ia, pada akhir tahun 2008
terdapat sekitar 2,3 juta pasien gagal ginjal
kronik dengan 1,77 juta orang dari 145 negara
menjalani dialisis. Pada tahun 2012 mencapai
lebih dari 70 ribu. Data dari beberapa pusat
nefrologi di Indonesia diperkirakan pada tahun
2012 insidensi penyakit gagal ginjal kronik
berkisar 100 150 per 1 juta penduduk dan
prevalensi gagal ginjal kronik berkisar 200
250 per 1 juta penduduk (Dialife, 2012).
Gagal ginjal kronik merupakan suatu
kerusa kan ginjal progres if dan irreversibel yang
menyebabkan ginjal tidak dapat berfungsi
optimal dalam membuang racun dan produk
sisa meta bolisme yang ditandai dengan adanya
protein dalam urin dan penurunan laju filtrasi
glomerulus (Smeltzer & Bare 2008; Black &
Hawks, 2009). Salah satu terapi yang

533

direkomendasikan untuk kelangsungan hidup


pas ien gagal ginjal kronik adalah hemodialisis.
Di se luruh dunia jumlah pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis se makin
meningkat (Kolewaski, Mullally, Christina,
Parsons, Trisha & Paterson et al., 2005).
Hemodialisis merupakan terapi pengganti
ginjal yang bertujuan mengganti faa l ginjal
pada keadaan gagal ginjal kronik. Pada
hemodialisis zat-zat yang tidak diperlukan
tubuh dibers ihkan melalui penggunaan mes in
hemodialisa sebagai ginjal buata n (dialiser)
(Black & Hawks, 2009).
Zyga dan Sarafis (2009) menyatakan
meskipun dialisis berkala mencegah kematian
akibat uremia, rendahnya harapan hidup pas ien
mas ih
menjadi
suatu
permasalahan.
Pemantauan
terhadap
keefektifan
dan
kecukupan tindakan

ISSN 2407-9189

The 3rd Universty Research Colloquium 2016

hemodialisis diperlukan untuk mengeta hui


keefektifan tindakan hemodialisis.
Keefektifan tindakan hemodialisis dapat
diketahui dari bersihan nilai ureum melalui nilai
urea reduction ratio (URR) (Zyga & Sarafis
2009).
National Kidney Foundation Kidney
Disease Outcomes Quality Initiative (NKFKDOQI, 2006) merekomendas ikan bers ihan
urem dinilai dengan efektif jika nilai URR 65
% untuk pasien dengan dosis hemodialisis tiga
kali perminggu dengan rentang wa ktu 4 jam
setiap kali prosedur hemodialisis, ata u nilai
URR 80% untuk pasien dengan dosis
hemodialisis dua kali perminggu dengan
rentang wa ktu 4-5 jam setiap kali prosedur
hemodialisis. Perhimpunan Nefrologi Indones ia
(Pernefri, 2003) pada hemodialisis dengan
frekuensi 2 x/ minggu dengan duras i
hemodialisis 4-5 kali menyata kan bahwa
bersihan ureum dinilai efektif jika dengan nilai
URR 65 % (Pernefri, 2003; NKF-KDOQI,
2006; Daugirdas, Blake dan Ing, 2007).

Bersihan urea yang kurang optimal


pada pasien hemodialisis dengan gagal
ginjal kronik dapat terjadi karena
perpindahan ureum dan zat toksin dari
darah ke mesin hemodialisa yang tidak
adekuat sehingga rebound urea yang
tertinggal masih tinggi di dalam darah.
Bersihan urea yang kurang optimal juga
dapat disebabkan oleh rendahnya aliran
darah yang menuju mesin dialiser meskipun
sudah diatur berdasarkan peresepan atau
dosis yang ditetapkan yang dapat
disebabkan karena pompa jantung yang
kurang adekuat sehingga ejeksi darah
(aliran darah) ke mesin hemodialisis tidak
adekuat yang dapat berpengaruh terhadap
proses ultrafiltrasi berupa bersihan ureum
dalam mesin hemodialisis yang kurang
optimal.
Salah satu cara untuk meningkatkan
bersihan urea yaitu dengan meningkatkan aliran
darah yang menuju pada mes in dialiser dalam
proses hemodialisis yaitu dengan melakukan
exercise intradialisis (MacDonald, Marcora,
Jibani, Phanish, Holly & Lemmey, 2005).
Exercise intradialisis merupakan pergerakan

terencana, terstruktur yang dihasilkan dari


kontraksi otot
yang dilakukan untuk
memperbaiki atau memelihara satu atau lebih
aspek kebugaran (Orti, 2010). Exercise
intradialisis yang dilakukan pada pasien gagal
ginjal kronik dengan hemodialisis dapat berupa
latihan aerobik maupun latihan non aerobik
dengan intensitas ringan.

Painter (2005) menyatakan secara


fisiologis exercise intradialisis dapat
meningkatkan aliran darah ke otot,
memperbesar jumlah kapiler serta luas
permukaan kapiler sehingga meningkatkan
perpindahan urea, kreatinin, pottasium dan
zat toksin dari jaringan interstitial ke
vaskuler pada saat hemodialisis yang
kemudian dialirkan ke dialiser atau mesin
hemodialisis
sehingga
meningkatkan
bersihan ureum dalam darah melalui
mekanisme
ultrafiltrasi,
yang
mengakibatkan penurunan kadar ureum di
dalam darah.
2. KAJIAN LITERATUR DAN
PEMGEMBANGAN HIPOTESIS
Hemodialisis merupakan terapi pengganti
ginjal pada pasien dengan gagal ginjal kronik
dengan menggunakan se laput
membran
semipermiabel (dialiser) yang berfungsi se bagai
pengganti nefron sehingga dapat mengeluarkan
produk sisa
metabolisme protein dan
mengoreksi gangguan kese imbangan ca iran dan
elektr Tujuan hemodialisis adalah untuk
mengeluarkan zat nitrogen (toksik) dan
membuang kelebihan air dan menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam darah
Smeltzer & Bare, 2008; Blac k & Hawk, 2009;
Timby & Smith, 2010).
Proses hemodialisis terdiri dari tiga prinsip
yang mendasari yaitu proses difusi, osmosis dan
ultrafiltras i. Toksin dan sisa metabolisme di
dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi
dengan cara bergerak dari kompartemen darah
yang memiliki konsentrasi tinggi ke ca iran
dialisat yang memiliki konsentrasi yang lebih
rendah. Cairan yang berlebihan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses osmosis dengan
menciptakan gradien tekanan yang ditingkatkan
dengan penambahan tekanan negatif yang

534

ISSN 2407-9189

The 3rd Universty Research Colloquium 2016

disebut proses ultrafiltrasi pada mes in


hemodialisis. Proses ultrafiltras i dibutuhkan
untuk mengeluarkan kelebihan ca iran sehingga
tercapai keseimbangan ca iran (isovolemia).
Pasien dengan gagal ginjal kronik mengalami
ketidakmampuan untuk mengeluarkan ca iran
secara mandiri, se hingga proses ini sa ngat
penting untuk menjaga keseimbangan ca iran
dan elektrolit dalam tubuh Nissenson, 2008;
Smeltzer & Bare, 2008; Brunner & Suddarth,
2010).

Keefektifan
dari
tindakan
hemodialisis dilihat dari nilai bersihan
ureum dengan menggunakan nilai Ureum
Ratio Rate (URR). URR merupakan
persentase nilai dari ureum yang dapat
dibersihkan
dalam
sekali
tindakan
hemodialisis atau reduksi ureum pada
pasien gagal ginjal kronik dengan
hemodialisis pada kondisi predialisis dan
postdialisis. Perhitungan nilai URR
merupakan perhitungan nilai persentase
bersihan ureum pada kondisi pre dan post
dialisis. Rumus perhitungan URR dengan
menggunakan rumus Lowrie adalah :
URR (%) = 100 x (1- Ct/Co)
Keterangan :
Co : Nilai Blood Urea nitrogen (BUN) se belum
tindakan hemodialisis
Ct : Nilai Blood Urea nitrogen (BUN) setelah
tindakan hemodialisis
Nilai URR yang direkomendas ikan NKFKDOQI (2006) yaitu nilai URR dikatakan
optimal atau tercukupi jika nilai URR 65%
untuk pas ien dengan dosis hemodialisa tiga kali
perminggu dengan rentang waktu 4-5 jam
setiap kali prosedur hemodialisis, dan nilai
URR 80% untuk pasien dengan dosis
hemodialisis dua kali perminggu dengan
rentang waktu 5 jam setiap kali prose dur
hemodialisis. Sedangkan menurut Konse nsus
Dialisis Pernefri (2003) di Indones ia nilai URR
dikatakan terc ukupi jika mencapai nilai URR
65%.

535

Bersihan urea nitrogen dalam darah


dapat pada pasien gagal ginjal kronik
dengan hemodialisis ditingkatkan salah
satunya dengan melakukan exercise
intradialisis pada saat hemodialisis
berlangsung, sehingga pembuangan urea
nitrogen bersamaan dengan darah yang
mengalir pada mesin hemodialisis menjadi
lebih optimal. Parsons et al., (2006) dalam
penelitiannya tentang pengaruh exercise
intradialisis terhadap efikasi dan performa
fisik pasien gagal ginjal kronik menyatakan
bahwa manfaat exercise intradialisis dapat
meningkatkan nilai Kt/V sebanyak 11%
pada akhir bulan pertama latihan (p <
0,05), dan meningkat 18-19% pada bulan
keempat latihan, dan terjadi penurunan urea
rebound dari 12,4% menjadi 10,9% dan
nilai URR meningkat 0,63-0,68.
Exercise intradialisis (resistance aerobic)
adalah bentuk exercise terencana dan bertahap
yang meliputi berbagai tahapan flexibility
exercise,
strengthening
exercise
dan
cardiovascular exercise yang dilakukan pada
saat hemodialisis berlangsung. Exercise
intradialisis dilakukan pada 1-2 jam pertama
tindakan hemodialisis se lama 30 menit dan
dapat dimulai setelah pemasangan akses
vaskuler se lesai.
Exercise
intradialisis
dilakukan pada jam 1-2 jam pertama tindakan
hemodialisis karena dapat mencegah terjadinya
dekompensasi jantung yang dapat terjadi jika
exercise intradialisis dilakukan setelah 2 jam
dari terapi hemodialisis (J ung dan Park, 2011).
Leung (2004) menyatakan bahwa exercise
intradialisis lebih baik dilakukan pada fase awal
tindakan
hemodialisis
karena
respon
kardiovaskuler terhadap efek exercise lebih
stabil dan dapat mencegah terjadinya
dekompensasi jantung.
Exercise yang
dilakukan secara teratur dan sesuai kebutuhan
merupakan hal yang penting dalam program
rehabilitasi dan terapi pada penyakit kronis
terutama gagal ginjal kronik (Knap et al., 2005).
Pada exercise terdapat banyak perubahan
fisiologis yang terjadi akibat proses adaptasi
dari berbagai sistem di dalam tubuh. Adaptasi
terhadap exercise pada sistem tubuh akan

ISSN 2407-9189

The 3rd Universty Research Colloquium 2016

menunjukkan banyak perubahan secara fisik


dan biokimia pada sistem vas kularisas i darah,
kardiovaskuler, pernapasan dan otot. Tahapan
exercise yang dilakukan pada pasien dengan
gagal ginjal meliputi tiga tahapan yaitu
pemanasan, latihan dan pendinginan (Gormley
& Hussey, 2005; Painter, 2005).

di Ruang He modialisis RSUD Tugurejo


Semarang Tahun 2013

Variabel

Mean

Usia

51

48,65

Standar
Deviasi
10,93

MinMak
23-76

95% CI
45,57
51,72

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan metode penelitian klinis
acak terkontrol / randomized control trial
(RCT) dengan menggunakan rancangan pretestpostest with control group. Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisis di ruang
hemodialisa RSUD Tugurejo Semara ng.
Metode pengambilan sa mpel dalam penelitian
ini dengan menggunakan metode Non
probability sampling dengan consecutive
sampling
dengan
randomisasi
alokasi
menggunakan randomisasi blok berdasarkan
kriteria
inklusi. Da lam penelitian
ini
perhitungan besar sa mpel dilakukan dengan
menggunakan rumus estimas i besar sa mpel
beda dua mean kelompok independen. Besar
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 26 res ponden pada kelompok
intervensi dan 25 responden pada kelompok
kontrol.

Alat pengumpulan data dengan


menggunakan lembar pencatatan hasil
perhitungan nilai URR. Lembar pencatatan
digunakan untuk mendapatkan data tentang
usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
pekerjaan, tipe akses vaskuler, nilai Qb dan
perhitungan nilai URR pada saat sebelum
dan sesudah dilakukan perlakuan baik pada
kelompok
intervensi
maupun
pada
kelompok kontrol.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam uraian ini akan ditampilkan hasil
penelitian yang meliputi analisis univariat dan
bivariat meliputi :
Tabel 1
Distribusi Responden Menurut Usia dan
nilai Quick Of Blood (Qb)

Qb

51

211,96

27,49

200-

204,23

300

219,69

Berdasarkan pada tabel di atas diperoleh


data rata-rata usia responden dalam penelitian
adalah 48,65 tahun dengan nilai standar devias i
10,93 tahun. Usia termuda responden pada
penelitian ini adalah 23 tahun sedangkan usia
tertua responden adalah 76 tahun. Dari hasil
estimas i interval dapat disimpulkan pada 95%
CI diyakini bahwa rata-rata usia responden pada
penelitian ini adalah 45,5 tahun sampai dengan
51,7 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian ini


diketahui bahwa gagal ginjal kronik
sekarang ini tidak hanya menjadi perhatian
bagi individu yang sudah tua saja, tetapi
juga menyerang individu dengan usia
muda. Berdasarkan fenomena yang peneliti
dapatkan saat penelitian berlangsung pada
pasien gagal ginjal kronik yang masih
berusia muda biasanya disebabkan karena
pola hidup yang tidak sehat. Pola hidup
tersebut seperti kebiasaan pasien yang
sering mengkonsumsi minuman berenergi
atau minuman penambah tenaga, minuman
bersoda, minum kopi, merokok dan
kebiasaan makan makanan cepat saji.
Sedangkan pada responden yang memiliki
usia tua penyebab gagal ginjal kronik yang
diderita
biasanya
diakibatkan
oleh
komplikasi dari penyakit lain yang
mendasarinya seperti hipertensi, diabetes
melitus dan batu ginjal atau batu saluran
kemih atau akibat kelainan urologi lainnya.
Berdasarkan tabel di atas juga dapat
diketahui rata-rata nilai Quick Of Blood (Qb)
responden pada dalam penelitian adalah 211,96
ml/menit dengan nilai standar devias i 27,49

536

The 3rd Universty Research Colloquium 2016

ISSN 2407-9189

ml/menit. Nilai Qb terendah responden pada


penelitian ini adalah 200 ml/menit sedangkan
Nilai Qb tertinggi res ponden adalah 300
ml/menit. Dari has il estimas i interval dapat
disimpulkan pada 95 % CI diyakini bahwa ratarata nilai Qb responden pada penelitian ini
adalah 204,23 ml/menit sampai dengan 219,69
ml/menit.
Fenomena penelitian yang
peneliti
temukan terhadap pengaturan nilai Qb pada
pasien penyakit ginjal terminal dengan
hemodialisis
yang
menjadi
responden
didapatkan bahwa diawal tindakan hemodialisis
pengaturan nilai Qb disesuaikan dengan
kepatenan akses vaskuler yang terdapat pada
pasien kemudian untuk meningkatkan nilai Qb
dinaikkan setelah dilakukan evaluas i se lama 15
menit mulai dari awal pemasangan akses
vaskuler dalam tindakan hemodialisis yang
kemudian dipantau secara kepatenannya secara
berkelanjutan se lama proses hemodialisis
berlangsung.
Tabel 2
Distribusi Nilai URR Pre Intervensi
di Ruang Hemodialisis RSUD Tugurejo
Semarang Tahun 2013
Variabel

Mean

URR

51

59,70

Pre

Standar
Deviasi
11,95

MinMak
38-

95% CI

82,7

63,07

56,32;

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa


nilai URR pre intervensi responden pada
penelitian ini adalah 59,70% dengan nilai
standar devias i 11,95%. Nilai URR pre
intervensi tere ndah responden adalah 38%
sedangkan nilai URR pre intervensi tertinggi
adalah 82,7%. Dari hasil estimas i interval dapat
disimpulkan pada 95 % CI diyakini bahwa ratarata nilai URR pre intervensi pada pada
penelitian ini adalah 56,32% sa mpai dengan
63,07%.
Tabel 3
Perbedaan Nilai URR Pre Dan Post Exercise
Intradialisis Pada Kelompok Intervensi

537

di Ruang Hemodialisis RSUD Tugurejo


Semarang Tahun 2013 (n = 26)
Vari
abel
URR

Dat a

Mean

SD

Pre

62,07

-6,92

Post

72,75

11,7
6
8,76

MD
(95%CI)
-10,67

p-value
0,0001
*

7,49 ;
13,85)

(*) Bermakna pada = 0,05


Pada tabel di atas diketahui rata-rata nilai
URR Pre Intervensi pada kelompok intervensi
adalah 62,07% dan rata-rata nilai URR Post
Intervensi adalah 72,75% , terdapat peningkatan
sebanyak 10,68%. Hasil uji statistik nilai URR
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
intervensi memiliki has il yang sa ma (p-value =
0,0001), maka dapat disimpulkan pada alpha 5
% ada perbedaan yang signifikan antara nilai
URR antara pre intervensi dan post intervensi
pada kelompok intervensi.
Parsons, Toffelmire, dan Vlac k (2006)
dalam penelitiannya tentang pengaruh exercise
intradialisis terhadap efikas i dan performa fisik
pas ien penyakit ginjal terminal menyata kan
bahwa
exercise
intradialisis
dapat
meningkatkan nilai Kt/V sebanyak 11% pada
akhir bulan pertama latihan (p < 0,05), dan
meningkatkan Kt/V sebesar 18-19% pada bulan
keempat latihan, dan terjadi penurunan urea
rebound dari 12,4% menjadi 10,9% dan nilai
URR meningkat 0,63-0,68. Penelitian ini juga
menyatakan bahwa jumlah urea di dalam cairan
dialisat lebih kec il pada kelompok yang diberi
latihan dibandingkan dengan kelompok kontrol
pada dua jam pertama dialisis. Pada penelitian
tersebut teknik dan alat yang digunakan untuk
melakukan exercise dengan menggunakan alat
cycle ergometer dan mini-stepper pada 2 jam
pertama hemodialisis.
Pada penelitian ini gerakan pada mas ingmas ing tahapan dalam exercise intradialisis ini
dilakukan sebanyak dua kali pengulangan
dengan 8 kali hitungan pada tiap gerakan. Jenis
beban yang digunakan pada tangan dengan
menggunakan burbell sedangkan pada kaki
dengan menggunakan angkle cuff. Beban yang
digunakan pada burbbel adalah 1-2 kg dan
angkle cuff adalah 0,5-1 kg. Da lam exercise
intradialisis yang diberikan kepada responden

The 3rd Universty Research Colloquium 2016

ISSN 2407-9189

kelompok
intervensi
dilakukan
dengan
peningkata n intensitas, yaitu pada awal latihan
di minggu pertama tidak diberikan beban
menggunakan burbell dan angk le cuff. Beban
diberikan ketika responden pada kelompok
intervensi sudah mulai beradaptasi yaitu pada
latihan ketiga diminggu kedua latihan.

Tabel 4
Perbedaan N ilai URR Pre Dan Post Exercise
Intradialisis Pada Kelompok Kontrol di Ruang
Hemodialisis RSUD Tugurejo Semarang Tahun
2013 (n=24)

dilakukan pada kelompok intervensi yaitu


setelah dilakukan pungsi terhadap akses
vaskuler dan hemodialisis dimula i dengan
rentang waktu pada jam 1-2 hemodialisis.
Tabel 5
Perbedaan Nilai URR Setelah Exercise
Intradialisis Pada Kelompok Intervensi dan
Ke lompok Kontrol di Ruang Hemodialisis
RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2013
Varia
bel

Kelo
mpok

Mean

SD

Nilai
URR

Interv

26

72,75

8,76

-6,44

ensi
Kontr

Vari
abel

Dat a

URR

Pre

Mean

57,24

SD

11,89

1,8

MD
(95%
CI)
3,36

p-value

53,87

11,95

p-value
0,0001*

18,87
25

53,87

11,95

ol

(12,924,7)

(*) Bermakna pada = 0,05


0,081

2
Post

MD
(95 %
CI)
-

(-0,44
7,16)

Pada tabel di atas diketa hui rata-rata nilai


URR Pre Intervensi pada kelompok kontrol
adalah 57,24% dan rata-rata nilai URR Post
Intervensi pada kelompok kontrol adalah
53,87% , terdapat penurunan sebanyak 3,37%.
hasil uji statistik nilai URR sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok kontrol
memiliki p-value (0,081) > . Maka dapat
disimpulkan pada alpha 5 %
tidak ada
perbedaan yang signifikan antara nilai adekuasi
hemodialisis baik nilai Kt/V dan URR antara
pre exerc ise intradialisis dan post exercise
intradialisis pada kelompok kontrol.
Dalam penelitian ini pada kelompok
kontrol perlakuan yang diberikan merupakan
perlakuan tersa markan. Perlakuan tersamarkan
yang diberikan kepada kelompok kontrol a dalah
membaca dan menonton televisi. Waktu dan
frekuensi perlakuan tersamarkan atau kegiatan
yang diberikan kepada kelompok kontrol sama
dengan frekuensi intervensi yang diberikan
kepada kelompok intervensi yaitu se lama 4
minggu dengan frekuensi 2 kali perminggu
sesuai dengan waktu hemodialisis yang sudah
dijadwalkan. Waktu pelaksanaan kegiatan
intervensi tersamarkan juga disa makan dengan
kegiata n intervensi exercise intradialisis yang

Pada tabel di atas diperoleh data rata-rata


nilai URR setelah dilakukan intervensi pada
kelompok intervensi adalah 72,75% dengan
nilai standar devias i 8,76. Rata-rata nilai URR
setelah intervensi pada kelompok kontrol
adalah 53,87% dengan nilai standar devias i
11,95. Hasil uji statistik pada nilai URR setelah
intervensi pada kelompok dengan exerc ise dan
pada kelompok tanpa exerc ise memiliki nilai
yang sama
(p-value 0,0001), dimana p value
< . Maka disimpulkan pada alpha 5% ada
perbedaan yang signifikan antara nilai URR
setelah
dilakukan
intervensi
exercise
intradialisis antara kelompok intervensi dengan
pada kelompok kontrol.
Penelitian Parson et al., (2006) dalam
penelitiannya tentang pengaruh exercise
intradialisis terhadap efikas i dan performa fisik
pasien gagal ginjal kronik juga menyatakan
bahwa jumlah urea di dalam ca iran dialisat
lebih kecil pada kelompok yang diberi latihan
dibandingkan dengan kelompok kontrol pada
dua jam pertama dialisis. Manfaat exercise
intradialisis yang disa mpaikan oleh Chee ma,
Smith dan Sing (2005) dalam penelitiannya
tentang exercise intradialisis sebagai standar
praktik pada pasien gagal ginjal kronik
menyebutkan bahwa exercise intradialisis dapat
meningkatkan sintesa protein dan pengeluaran
zat toksik dan sisa meta bolisme, meningkatkan
kekuatan otot, meningkatkan konsumsi oksigen
secara maksimal, meningkatkan status gizi dan
kualitas hidup.

538

ISSN 2407-9189

The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Peningkata n nilai URR yang terjadi pada


kelompok intervensi disebabkan oleh bentuk
intervensi berupa exercise intradialisis yang
diberikan se lama penelitian 4 minggu ata u 8
kali intervensi exercise intradialisis. Exercise
intradialisis bermanfaat terhadap berbagai
sistem di dalam tubuh dan dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien penyakit ginjal terminal
dengan hemodialisis. Exercise intradialisis juga
dapat menurunkan res iko kematian akibat
penyakit jantung, meningkatkan penggunaan
konsumsi oksigen (VO2 peak) di dalam tubuh,
meningkatkan kekuata n otot yang digunakan
untuk beraktivitas sehingga kualitas hidup juga
mengalami peningkata n, menurunkan berat
badan yang berlebih, serta dapat meningkatkan
sensitivitas terhadap produksi insulin terutama
pada pas ien penyakit ginjal terminal dengan
diabetes mellitus (Te ntori, 2008).
Exercise
intradialisis
mengakibatkan
terjadinya peningkatan aliran dan volume darah
di dalam kapiler akibat dilatasi pembuluh darah
dan peningkata n pompa jantung se lama
exercise intradialisis, mengakibatkan pada saat
hemodialisis terjadi a liran dan darah darah yang
tersalurkan dalam dialiser pada mes in
hemodiaisis menjadi meningkat sehingga darah
dengan kadar ureum yang tinggi terdialisis
optimal dan meningkatkan bersihan ureum dan
zat sisa meta bolisme yang disa lurkan kembali
ke dalam pembuluh darah melalui akses
vaskuler setelah hemodialisis (Parsons, et al
2006; Cheema, 2008; Bulckaen et al., 2011;
Heiwe , Elkhom dan Fehrman, 2011; Sherwood,
2011).
5. SIMPULAN
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
hasil uji statistik perbedaa n nila i URR se belum
dan setelah exerc ise intradialisis pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Rata-rata nilai
URR Pre Intervensi adalah 62,07 dan rata-rata
nilai URR Post Intervensi adalah 72,75,
terdapat peningkatan sebanyak 10,68 setelah
dilakukan intervensi e xercise intradialisis. Hasil
uji statistik dengan menggunakan uji
independent t-test diperoleh p value 0,0001.
Hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan nilai
URR pada kelompok intervensi dan kontrol
setelah dilakukan exercise intradialisis sehingga

539

dapat disimpulkan exercise intradialisis efe ktif


dalam meningkatkan nilai URR pada pas ien
gagal ginjal kronik.

6. REFERENSI
Bennett, P. N,. (2012). Exercise adequacy in
dialysis. Renal society of australasia
journal, 8 (2), 52. Diperoleh dari
http://www.proquest nursing & allied
health source.
Black, J.M & Hawks, J.H. (2009). Medical
surgical nursing clinical management
for positive outcome (8th ed). St. Louis :
Elsevier.
Brunner & Suddarths. (2010). Text book of
medical-surgical nursing, vol 1 (12th
edition). Wolters kluwer : Lippincott
williams & wilkins.
Bulckaen, M., Capitanini, A.,
Lange,
S.,Caciula, G,. Giuntoli, F & Cupisti, A,.
(2011). Implementation of exercise
training program In a hemodialysis unit :
Effect on physical performance. Jnephol,
24 (6), 790-797.
Capitanini A, Cupisti A, Mochi N, Rossini D,
Lupi A, Michelotti G & Rossi A. (2008).
Effects of exercise training in exercise
aerobic capacity and quality of life in
hemodialysisi patients. Jneprol, 21, 738743.
Centofanti, G., Fujii,E.Y., Cavalcante, R.N.,
Bortolini, E., Abreu,L.C., Valenti, V.E.,
Pires, A.C., Junior, H.M., Yamazaki,
Y.R., Audi, S.G., Cisternas, J.R., Breda,
Pereira, V.X Fujiki, E. N & Correa, J.A.
(2011). Vascular access for hemodialysis
: An experience report. HealthMED, 5
(6),1959-1962.
Cheema, B.S & Sing, M.A. (2005). Exercise
training in patient receiving maintenance
hemodialysis : A systematic review of
clinical trials. American journal of
nefrology, 25, 352-364.
Cheema, B.S., Smith, B. C & Sing, M.A. (2005).
A rationale for intradialytic exercise

ISSN 2407-9189

The 3rd Universty Research Colloquium 2016

training as standard clinical practice in


ESRD. American journal kidney disease,
45 (5), 912-916.
Cheema, B.S,. (2008). Review article : tackling
the survival issue in end stage renal
disease time to get physical on
hemodialysis. Journal complication asian
pacific society of nephrology, 13, 560569.
Chertow, G.M., Levin, N.M., Beck, G.J.,
Depner, T.A., Eggers, P. W., Gassman,
J.J., et al. (2010). In center hemodialysis
six time per week versus three times per
week. The new england journal of
medicine, 363, 287-300.
Chitokas, Noreen, Gunderman, Annette, Oman,
& Terina. (2006). Uremic syndrome and
end stage renal disease : Physical
manifestations and beyond. Journal or
the American Academy of Nurse
Pratitioners, 18,195.
Daugirdas, J.T, Blake, P.G, & Ing, T.S. (2007).
Handbook of dialysis (4th ed). Lippincott
: Philadelphia.
Daugirdas, J. T., Thomas, A. D., Greene, T.,
Levin, N.M., Chertow, G. M, & Rocco,
M.V., et al. (2009). Standard Kt/V : a
method of calculation that includes
effects of fluid removal and residual
kidney clearance. International Society of
Nephrology, 77, 637-644. Diperoleh dari
http://www.kidney-international.org.
Depner, T.A,. (2005). Hemodialysis adequacy :
Basic essentials and practical points for
the
nephrologist
in
training.
Hemodialysis International Society for
hemodialysis. 2005 (9) : 241-254.
Dialife. (2012). Diatrans Kidney Awareness
Roadshow. Edisi Juni-Juli 2012. Jakarta
: Yayasan Dialisis Ginjal Indonesia.
Dias, T.S., Neto, M.M, & Da Costa, C. J.A,. (
2008). Arteriovenous fistula puncture :
An essessntial factor for hemodialysis
efficiency. Informa Health Care Renal
Failure, 30, 870-876. Diperoleh dari
http://www.proquest.com.

Go, A.S, Chertow, G. M, & Fan, D. (2004).


Chronic kidney disease and the risks of
death, cardiovasculer, events, and
hospitalization. The new england journal
of medicine, 351 (13), 1296-1308.
Heiwe, Elkholm, & Fehrman. (2011). The
importance of exercise programs in
hemodialysis
patient, progress in
hemodialysis
from
emergent.
Biotechnology to clinical practice, Prof.
Angelo Carpy. ISBN : 978-953-307-3774,
Intech.
Diperoleh
dari
http://www.intechopen.com.
Jennings, W.C., Miller, G.A., Coburn, M.Z.,
Howard, C. A, & lawless, M.A. (2012).
Vascular access flow reduction for
arteriovenous
fistula
salvage
in
symptomatic patients with central venous
occlusion. JVasc Access, 13, 157-162.
Johnson, J.Y. (2010). Hand book brunner &
suddarths text book of medical surgical
nursing (11th ed). Wolter k luwer health :
Lippincott williams & wilkins.
Jung, T.D dan Park, S.H,. (2011). Intradialytic
exercise programs for hemodialysis
patient. Chonnam medical journal, 47,
61-65.
Kallenbach,
J.Z.
(2012).
Review
of
hemodialysis for nurses and dialysis
personnel. USA : Elsevier mosby.
Knap, B, Ponikvar, B.J, Ponikvar, R, & Bren,
F.A. (2005). Regular exercise as a part of
treatment for patient with end stage renal
disease. Therapeutic apheresis and
dialysis, 9 (3), 211-213, diperoleh dari
http://www.proquesumi.pqdauto
Kolewaski, C. D., Mullally, Christina, M.,
Parsons, T.L., Paterson, et al. (2005).
Quality of life and exercise rehabilitation
in end stage renal disease. CANNT
Journal, 15 (4), 22-29.
Leung, R,. (2004). Physiological effects of
exercise during dialysis on chronic renal
failure patients. Journal of exercise
science and fitness 2 (I), 30-35.

540

ISSN 2407-9189

The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Leutholte, B.C & Ripoll, I. (2011). Exercise and


disease management. (2 ed); Newfork :
CRCPress Taylor & Francis Group.
Macdonald, J.H., Marcora, S., Jibani., Phanish,
M.K., Holly, J,. & Lemmey, B. (2005).
Intradialytic exercise as anabolic therapy
in hemodialysis patient. Clin Physiol
Funct Imaging, 25, 113-118, diperoleh
dari http://www.proquest.com.
Malekmanan, L., Haghpanah, S., Pakfetrat, M.,
Malekmanan,
A., Alimanesh,
M.,
Haghpanah, A., et al. (2010). Dialysis
adequacy and kidney disease outcome
quality initrative goals achievement in an
Iranian hemodialysis population. Iranian
Journal Kidney Disease, 4 (1), 39-43.
Maoujoud, O., Bahadi, A., Zajjari, Y., &Ahid,
S. (2012). Assessment of dialysis
adequacy guidliness implementation in
developing country. Int j artif organs, 35
(92), 156-157.
Nasution. (2010). Perawatan pada pasien
penyakit
ginjal
yang
menjalani
hemodialisa
secara
komprehensif.
Pertemuan ilmiah tahunan nasional
perhimpunan perawat ginjal intensif
Indonesia. PPGII 2010. Naskah tidak
dipublikasikan.
Nissenson, A.R. (2008). Handbook of dyalisis
therapy (4th ed). Saunders. Elsevier :
Philadelphia.
Orti, E.S,. (2010). Exercise in hemodialysis
patients : a literature systematic review.
Nefrologia, 30 (2), 236-246. Diperoleh
dari http://www.revistanefrologia.com.
Orti, E.S dan Johansen, K.L,. (2010). Exercise
in end stage renal disease. Seminars in
dialysis, 2010 wiley periodicals inc, 23
(4), 422-430.
Ouzouni, S., Kouidi, E., Sioulis, A., Grekas, D,.
& Deligiannis, A,. (2008). Effects of
intradialytic exercise training on healthrelated
quality
of
life
indices
hemodialysis
patients.
Clinical
rehabilitation, 23, 53-63. Diperoleh dari
http://www.proquest.com.

541

Painter, P,. (2005). A guide for the people on


dyalisis. The life options rehabilitation
advisory councl: medical education
institute.
Parsons, T.L., Toffelmire, E.B, & Vlack, K. C.
E,. (2006). Exercise training during
hemodialysis improves dialysis efficacy
and physical performance. Arch phys
med rehabil, 87, 680 diperoleh dari
http://www.interscience.com.
Perhimpunan nefrologia Indonesia (pernefri).
(2003). Konsensus dialisis. Naskah tidak
dipublikasikan.
Perry & Potter. (2005). Fundamentals of
Nursing. (7ed). Alih bahasa : Andrina
Ferderika. Jakarta : Salemba medika.
Reboredo, M.M., Henrique, D.M., Faria, R.S.,
Chaoubah, A., Bastos, M.G., Paula, R.B,.
(2010). Exercise
training
during
hemodialysis reduces blood pressure and
increace physical functioning and quality
of
life.
Journal
complication
international center for artificial organs
and transplantation and wiley periodical
: 34 (7) : 586-593.
Robinson, J & Burghardt , J.C. (2012).
Lippincotts review for medical nursing
certification (5th ed). Philladelphia :
Lippincott williams & wilkins.
Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of medical
surgical nursing (11th ed). Philladelphia
: Lippincott williams & wilkins.
Tentori, F,.(2008). Focus on : physical exercise
in hemodialysis patients. Jnephrol, 21,
808-812.
Timby, B.K & Smith, N.E. (2010). Introductory
medical-surgical nursing (10th ed) :
Wolters kluwer health : lippincott
williams & wilkins.
Williams, L.S & Hopper, P.D. (2007).
Understanding medical surgical nursing
(3th ed) : FA Davis company.
Zygas, S. & Sarafis, P,. (2009). Haemodialysis
adequacy-contemporary trends. Health

You might also like