You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
taufik dan Hidayah-Nya lah kami masih diberi kehidupan yang harus dapat kita syukuri
dan kita juga dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak
lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan pelita
kehidupan untuk umat muslim, atas izin Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal
terapi bermain ini tepat pada waktunya.
Kelompok menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya proposal ini tidak lepas
dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Rasa terimakasih ini disampaikan
kepada:
1. Dosen pembimbing akademik tim profesi stase keperawatan anak STIKES
JAYAKARTA
2. Pembimbing lapangan (CI) ruangan RSUD Cibinong.
5. Segenap dosen Ilmu Keperawatan

anak yang telah memberikan masukan dan

motivasi.
Kelompok menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proposal ini,
karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah SWT.
.
Wassalamu alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juli 2016
Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,
perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman
hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak
baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain
merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa
pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam
perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari
waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain
di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana
lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan
(Sacharin, 2003).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.
Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga
timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak
mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah
peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara
atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan
sesuai dengannya (Whaley and Wong, 2001).
Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi,
selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan
kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang
asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya
terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan
kecemasan / ketakutan (Carson, dkk, 2002). Hospitalisasi merupakan masalah yang
dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti
menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat
pelaksanaan terapi di rumah sakit.

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak


secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada
saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan
bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak
dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, diharapkan kreativitas
anak-anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang selama berada di
instalasi keperawatan anak (Teratai), dapat bersosialisasi dengan teman
sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan dapat membantu mengurangi tingkat
kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :
1) Bisa merasa tenang dan senang selama berada di instalasi keperawatan anak
(Teratai).
2) Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya
3) Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi
4) Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat

C. Sasaran

Anak-anak yang berada di instalasi keperawatan anak (Teratai) RSUD


Cibinong usia sekolah

BAB II
KONSEP TEORI BERMAIN
A. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk
menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional
B.
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
c.
d.
e.

anak (Champbell dan Glaser, 2005).


Fungsi
Perkembangan Sensori
Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
Meningkatkan perkembangan semua indra
Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
Memberikan pelampiasan kelebihan energi
Perkembangan yang intelektual
Memberikan sumber sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya

kedalam persepsi dan hubungan baru


f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi
dan realita.

3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
a.
b.
c.

Perkembangan sosialisasi dan moral


Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.
Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
Mengembangkan keterampilan sosial
Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain.
Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.
Kreativitas
Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
Memungkinkan fantasi dan imajinasi
Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus

5.
a.
b.
c.
d.
e.

Kesadaran diri
Memudahkan perkembangan identitas diri
Mendorong pengaturan perilaku sendiri
Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang lain.
Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat

mempengaruhi orang lain


6. Nilai Teraupetik
a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam
bentuk yang secara sosial dapat diterima
c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman.
d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan, rasa
takut, dan keinginan.
C. Tujuan
1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai perasaan
yang tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan
sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
D. Prinsip prinsip Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
1. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang
memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak yang
sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain
pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energi
yang ada dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan
dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal
alat-alat permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan
anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat permainan yang
diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain

Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di
ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila
memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk
menyimpan permainannya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau
diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak lebih
terarah dan berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut.
Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan yang
diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang
hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya.
Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan
kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan
mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk
mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk
mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami perbedaan.
E. Faktor yang Mempengaruhi Bermain
1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis
permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak pada
saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan
prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis kelamin lakilaki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah
satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan
perilaku yang berbeda antara laki laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui
media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup
ruang untuk bermain.
5. Alat dan jenis permainan yg cocok

Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan harus
aman bagi anak.
F. Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.


Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :
Pertumbuhan fisik dan motorik kasar
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
Motorik halus
Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
Bahasa
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
Menolong diri sendiri
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
Tingkah laku sosial
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak pasir, bola,

tali, dll.
G. Klasifikasi Bermain
1. Menurut isi permainan
a. Sosial affective play
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak
dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
b. Sense of pleasure play
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air dan pasir).
c. Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya motorik
kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda).
d. Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainanny.
(misal: dokter dan perawat).
e. Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor
(Contoh : ular tangga, congklak).
f. Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada
disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkukbungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
2. Menurut karakter sosial
a. Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut
berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
b. Solitary play

Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat
permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
c.

temannya dan tidak ada kerja sama.


Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain
tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada

sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia toddler.


d. Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak
terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (Contoh: bermain
boneka, masak-masak).
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, dan
3.
a.

b.

c.

d.

punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).


Menurut usia
Umur 1 bulan (sense of pleasure play).
Visual
: dapat melihat dgn jarak dekat
Audio
: berbicara dgn bayi
Taktil
: memeluk, menggendong
Kinetik
: naik kereta, jalan-jalan.
Umur 2-3 bln
Visual
: memberi objek terang, membawa bayi keruang yang berbeda
Audio
: berbicara dengan bayi,memyanyi
Taktil
: membelai waktu mandi, menyisir rambut.
Umur 4-6 bln
Visual
: meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton TV.
Audio
: mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.
Kinetik
: bantu bayi tengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.
Taktil
: memberikan bayi bermain air.
Umur 7-9 bln
Visual
: memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri.
Audio
: memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan seperti mama,

papa.
Taktil
: membiarkan main pada air mengalir.
Kinetik
: latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
e. Umur 10-12 bln

Visual
: memperlihatkan gambar terang dalam buku.

Audio
: membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan

menyebutnya.
Taktil
: membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak
merasakan angin.

Kinetik

: memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau didorong, seperti

sepeda atau kereta.


f. Umur 2-3 tahun

Paralel play dan sollatary play

Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering
merusak mainan)

Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.


g. Preschool 3-5 thn

Associative play , dramatik play dan skill play.

Sudah dapat bermain kelompok

Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran.


h. Usia sekolah

Cooperative play

Kumpul prangko, orang lain.

Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin

Dapat belajar dengan aturan kelompok

Laki-laki : Mechanical

Perempuan : Mother Role

i. Mainan untuk Usia Sekolah :


6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,

sepeda.
8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah

raga bersama, sepeda, sepatu roda.


j. Masa remaja

Anak lebih dekat dengan kelompok

Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama.


H. Bermain di Rumah Sakit
Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi
anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengeskpresikan
perasaan tersebut dan mampu bekerja sama degan petugas kesehatan selama dalam masa
perawatan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memberikan
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.

keuntungan sebagai berikut :


Meningkatkan hubungan klien dan perawat
Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.
Prinsip prinsip bermain di rumah sakit :
Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
Sesuai dengan kelompok usia.
Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.

5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.


Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :
1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan

umur

perkembangannya
2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi
3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan kondisi
anak

BAB III
METODOLOGI BERMAIN

.
TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA EDUKATIF UNTUK USIA 6 12 TAHUN
A. Deskripsi
Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2
orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak
digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain.
Dalam permainan ular tangga edukatif ini, kelompok memodifikasi papan ular tangga
menjadi kotak kotak yang berisi gambar gambar edukatif untuk membantu
pengembangan intelektual anak.
Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut
kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan
jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga,
mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan
ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama
yang mencapai kotak terakhir.
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat
giliran sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.
B. Jenis Permainan
Jenis permainan ini adalah Games. Games adalah permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan / skor.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia sekolah (6 -12 tahun)
selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat bermain sambil belajar mengenal
tanda umum anak bergizi baik.
2.

Tujuan Khusus :
Bagi anak:

Dapat mengatur strategi dan kecermatan.


Dapat mengenal tanda tanda anak bergizi baik
Dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
Dapat berlatih bersosialisasi
Dapat berlatih bersikap sportif
Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan ular tangga
dan menghitung titik titik yang terdapat pada dadu.
Bagi perawat:
Membangun trust antara pasien anak dan perawat
Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 6-12 tahun
Mampu mengenal karakter tiap anak usia 6-12 tahun
D. Sasaran
Kriteria Klien
1. Anak yang berumur usia sekolah ( 6-12tahun )
2. Anak kooperatif
3. Anak dengan komunikasi verbal baik
4. Anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain
F.
1.

2.

Uraian Tugas Kelompok


Leader : Anika
Bertugas untuk menjelaskan aturan permainan
Memulai dan memimpin permainan
Mengatur jalannya permainan
Fasilitator: Umi bariyah dan Nury

Bertugas mendampingi anak selama permainan


Membantu anak apabila mengalami kesulitan saat bermain
Membantu leader dalam penyediaan fasilitas permainan
3. Obsever: Rolando dan Anggi
Bertugas untuk mengamati jalannya dan respon anak selama permainan berlangsung.
Melakukan evaluasi proses dan hasil permainan
G.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perilaku Anak yang diharapkan


Anak dapat mengatur strategi dan kecermatan.
Anak dapat mengenal tanda tanda anak bergizi baik
Anak dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
Anak dapat berlatih bersosialisasi dengan teman temannya
Anak dapat berlatih bersikap sportif
Anak dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan
Anak dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan ular
tangga dan menghitung titik titik yang terdapat pada dadu.

H.
1.
2.
3.
4.

Analisa Kondisi Anak


Anak sehat
Anak sekolah berusia 6-12 tahun
Anak kooperatif
Anak antusias

I.

Analisa Situasi
1. Tempat
Ruang rawat inap Teratai RSUD Cibinong.
2. Waktu
10.00-10.30 Wib
3. Pokok Bahasa : Terapi Bermain Pada anak di Instalasi Keperawatan Anak
(Teratai)
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain anak usia sekolah
Judul Terapi Bermain : Bermain Ular Tangga

Jumlah peserta
Jumlah peserta terapi bermain ini direncanakan sejumlah 4 anak.
4. Jumlah perawat
Jumlah perawat yang memberikan terapi ini adalah 5 orang.
5. Peralatan
a. Alas duduk
b. Alat permainan ular tangga
J. Rencana Pelaksanaan
1. Persiapan (5 menit)
- Eksplorasi perasaan perawat
- Mengingat kembali konsep permainan
- Persiapan anak, alat dan tempat oleh fasilitator

2. Pelaksanaan (20 menit)


- Perkenalan anggota terapis dan salam oleh Leader
- Kontrak waktu permainan oleh Leader
- Penjelasan permainan oleh Leader
- Fasilitator menyiapkan permainan
- Permainan dimulai oleh Leader
- Observer mengamati jalannya permainan
- Fasilitator mendampingi anak dalam bermain
3. Evaluasi (5 menit)
- Evaluasi proses dan jalannya permainan oleh observer
- Memberikan reinforcement
- Permainan diakhiri dan ditutup oleh Leader
4. Antisipasi Masalah
a.

Bertengkar dengan anak yang lain

Lerai anak dari perselisihan. Libatkan fasilitator dalam melerai perselisihan


Menanyakan alasan mengapa bertengkar dan memberikan pengertian pada anak bahwa
bertengkar itu tidak baik.
Biarkan anak tenang dahulu, jangan memaksa anak untuk melanjutkan permainan
Jika anak sudah tenang, bujuk anak untuk saling memaafkan dan melanjutkan permainan
b. Menangis
Tanyakan pada anak alasan ia menangis
Lakukan pendekatan yang baik untuk menenangkan anak
Setelah anak tenang, motivasi untuk melanjutkan permainan
c.

Ingin BAK/BAB

Sebelum permainan dimulai, anak dipersilahkan untuk BAK/BAB


Jika saat permainan berlangsung, anak ingin BAK/BAB maka ditemani oleh fasilitator
d. Anak tiba tiba tidak mau bermain
Tanyakan pada anak mengapa ia tidak mau bermain
Jika memungkinkan, bujuk anak untuk bermain lagi
Jika anak mengatakan capai atau lelah, anjurkan anak untuk istirahat dan bermain dapat
dilakukan lain waktu
e.

Bosan

Berikan permainan selingan, seperti ice breaking dan relaksasi ringan


Terapis membuat situasi yang menyenangkan dan meningkatkan motivasi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat
anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan
sensoris-motorik, sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial,
perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral,
dan perkembangan intelektual (kognitif).
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan ular tangga
merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang
dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya
mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar.
Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain
dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada
permainan ini anak akan di ajak bermain ular tangga.
Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat
melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan
perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan
kemampuan memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif terhadap
stress karena sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau
ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

You might also like