Professional Documents
Culture Documents
Dosen Praktikum
Ati Dwi Nurhayati, S.Hut, M.Si
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu peristiwa, baik
alami maupun oleh perbuatan manusia yang ditandai dengan
penjalaran api dengan bebas serta mengonsumsi bahan bakar hutan
dan lahan yang dilaluinya (Adinugroho et al. 2004). Kebakaran
hutan dan lahan bukan hanya berakibat pada skala lokal atau
nasional, tetapi bisa berakibat pada skala regional yang cakupannya
lebih luas dari skala nasional. Selama proses pembakaran, terdapat
berbagai faktor yang memengaruhi perilaku api, yaitu karakteristik
bahan bakar, kadar air bahan bakar, faktor cuaca dan iklim, serta
topografi. Karakteristik bahan bakar dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu sifat intrinsik dan ekstrinsik. Sifat intrinsik
mencakup kimia bahan bakar, kerapatan, dan kandungan panas.
Sifat ekstrinsik mencakup kelimpahan relatif dari berbagai ukuran
komponen bahan bakar, fraksi, dan kekompakan bahan bakar
(Heriyanto et al. 2015).
B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui pengaruh kekompakan bahan bakar terhadap
proses pembakaran
2. Bahan dan Metode
A. Bahan dan Alat
3 balok kayu
3 serutan kayu @ 10 gr
Korek api
Kawat kasa
Kaki tiga
Pembakar bunsen
Stopwatch
Penggaris
Timbangan analitik
Pinset
B. Metode Praktikum
-Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
-Timbang serutan kayu 10 gr
Ulangan
Balok Kayu
1
2
3
x
Waktu
Waktu
Tinggi
Penyulutan
41 detik
59 detik
19 detik
Penyalaan
44 detik
65 detik
27 detik
Api (cm)
0,93
1,43
1,03
Terbakar
5
8
10
39,66 detik
45,33 detik
1,13
7.6
Ulangan
Serutan Kayu
1
2
Waktu
Waktu
Tinggi
Penyulutan
2 detik
5 detik
Penyalaan
186 detik
116 detik
Api (cm)
18,83
15,66
f4Terbakar
85
95
3
x
2,5 detik
117 detik
19,33
90
3.16 detik
139,66 detik
17,94
90
B. Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan Saharjo et.al (2010)
memberikan gambaran bahwa kualitas dan kuantitas bahan bakar
sangat berpengaruh besar terhadap prilaku api. Kekompakan bahan
bakar
menunjukkan
keterikatan
komponen-komponen
atau
mempunyai
persentase
terbakar
yang
lebih
tinggi
tersebut terbakar. Bahan bakar dengan ukuran kasar akan lebih sulit
terbakar, dan bahan bakar dengan ukuran halus atau dalam bentuk
serutan akan lebih mudah terbakar (Purbowaseso 2004). Hal ini
terbukti dengan hasil percobaan yang menunjukkan bahwa serutan
kayu lebih mudah terbakar dibandingkan balok kayu.
Tarunajaya (2009) menjelaskan pengendalian kebakaran
hutan (forest fire management) merupakan aktifitas melindungi
hutan dari kebakaran liar dan penggunaan api untuk mencapai
tujuan dalam pengelolaan hutan. Peraturan Pemerintahan Nomor
45 Tahun 2004 Pasal 20 tentang Perlindungan hutan menyatakan
bahwa untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang
disebabkan oleh kebakaran dapat dilakukan dengan kegiatan
pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran. Pada
tingkat
kesatuan
pengelolaan
hutan
konservasi
kegiatan
Law
Enforcement
(Penegakan
hukum),
dan
bahan
bakar
berpengaruh
terhadap
proses
akan lebih sulit terbakar, dan semakin kecil kekompakan suatu bahan
bakar, maka bahan bakar akan lebih mudah terbakar.
5. Daftar Pustaka
Adinugroho W C, Suryadiputra I N N, Saharjo B H, Siboro L.
2004. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
gambut. Bogor(ID): Wetlands International.
Akbar A. 2001. Api Hutan dan Strategi Pemadamannya. Majalah
Kehutanan Indonesia.
Heriyanto E, Syaufina L, Sobri M. 2015. Forecasting simulaton of smoke
dispersion from forest and land fires in Indonesia. Procedia
Environmental Sciences. 24 (2015): 111-119.
Purbowaseso B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta (ID):
PT.Rineka Cipta.
Suratmo FG, Husaeni EH, Surati JN. 2003. Pengendalian Kebakaran
Hutan. Bogor (ID): Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
Saharjo BH, Sudo S, Yonemura, Tsuruta H. Fuel characteristics and trace
gases produced thourgh biomass burning. Biodiversitas. 11(1): 4045.
Tarunajaya F. 2009. Pengendalian kebakaran hutan dan Lahan di kawasan
konservasi kamojang garut jawa barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Gambar 2
Gambar 4 Mengukur
(Balok
Kayu)
Gambar 6 Mengamati
(Balok