You are on page 1of 9

RINGKASAN MATA KULIAH

AKUNTANSI KEPERILAKUAN
ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGANGGARAN MODAL

OLEH
KELOMPOK 2:

DESAK MADE AYU PRADNYA PUSPITHA


NYOMAN AYU OKTAVIANI

1306305066
1306305131

PROGRAM REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2015/2016

PEMBAHASAN
8.1 FAKTOR- FAKTOR KEPERILAKUAN PENGANGGARAN MODAL
Manajer keuangan dan akuntan manajemen juga terlibat dalam proses penyusunan jenis
lain dari anggaran, yaitu anggaran modal (capital budgeting). Karena keterlibatan ini, maka
penting bagi mereka untuk menyadari berbagai faktor, khususnya faktor-faktor keprilakuan, yang
sangat mempengaruhi proses penganggaran modal dan pengambilan keputusan.
8.2

DEFINISI PENGANGGARAN MODAL


Definisi penganggaran modal dapat didefinisikan sebagai proses pengalokasian dana

untuk proyek jangka panjang. Keputusan penganggaran modal yang dibuat harus sesuai dengan
kebutuhan serta melibatkan jumlah modal yang relatif besar. Komitmen dan jangka waktu
pendanaan serta ketidakpastian yang disebabkan oleh lamanya waktu yang diperlukan dan
kesulitan dalam memperkirakan variabel untuk mengambil keputusan (jumlah arus kas, waktu,
dll). Sebagai contoh proyek untuk penganggaran modal akan mencakup pembelian peralatan
produksi untuk jangka panjang, pembangunan fasilitas pabrik baru dan staf untuk departemen
baru (seperti produksi dan pemasaran produk baru) dimana membutuhkan modal dan biaya yang
cukup besar. Karena pada dasarnya jumlah anggaran yang terlibat cukup besar, maka akan
mengakibatkan kebangkrutan serta akan merusak penganggaran modal dalam pengambilan
keputusan, masalah arus kas yang sulit, atau paling tidak kegagalan untuk mengoptimalkan
kinerja perusahaan.
Untuk membantu dalam pencarian ini, konsultan, peneliti, dan mereka yang secara
langsung berkaitan dengan pengambilan keputusan tersebut, mengembangkan sejumlah teknik,
yang sebagian besar berkaitan dengan meningkatkan interpretasi ekonomi dengan data yang
terkait dalam keputusan tersebut. Beberapa teknik ini didiskontokan dengan cara mengestimasi
kembali nilai bersih saat ini, analisis sensitivitas, simulasi, dan pemrograman matematis.
Sementara itu, literatur penuh dalam diskusi ini, menunjukkan sangat sedikit perhatian yang
terjadi pada faktor perilaku yang terlibat dalam proses tersebut.

8.3 JENIS

DAN

PENTINGNYA FAKTOR-FAKTOR

KEPERILAKUAN

DARI

PENYUSUNAN ANGGARAN MODAL


Indentifikasi dan spesifikasi proyek yang potensial memerlukan kreatifitas dan
kemampuan mengubah pemikiran (ide) menjadi sebuah proyek praktis. Pemilihan keputusan
haruslah benar-benar objektif. Ketidakpastian yang tidak bisa dipisahkan dalam menjelaskan
proyek (seperti memperkirakan waktu dari arus kas atau nilai residu (nilai sisa) sebuah barang)
menghambat aplikasi pemilihan teknik yang objektif. Karena hasil dari analisis teknis harus
diinterpretasikan dengan hati-hati, dimana kemampuan untuk mempertimbangkan dan
memutuskan adalah faktor yang penting. Contoh lain dari faktor keperilakuan adalah kesuksesan
atau kegagalan sebelumnya tergantung pada kinerja anggota yang melaksanakan proyek.
Akibatnya, akan tidak bijak untuk mengevaluasi dan mengimplementasi proyek tanpa
memasukkan konten keperilakuan dalam proses.
Masalah dalam Mengidentifikasikan Proyek Potensial
Seseorang yang terlibat dalam proses penganggaran harus memiliki kemampuan yang
kreatif dalam mencari dan mengamati susunan proyek modal yang potensial untuk organisasi.
Setelah diidentifikasi, mereka harus merinci secukupnya atau mendefinisikan sehingga dapat
dilakukan proses-proses pertimbangan. Penting untuk diperhatikan bahwa selalu terdapat minat
yang besar dalam mengevaluasi keberhasilan dari proyek yang dipilih. Akan tetapi, proyek yang
dikorbankan, baik karena tidak adanya identifikasi maupun seleksi, hampir tidak pernah
dipertimbangkan sesudahnya. Hal itu mungkin disebabkan karena biaya kesempatan dari proyek
tersebut lebih besar dibandingkan dengan manfaat dari proyek yang dipilih dan diterapkan.
Masalah Prediksi yang Disebabkan oleh Perilaku Manusia
Ketika input untuk model keputusan matematis cukup sederhana, tetapi ketidakpastian
yang mendasarinya harus dikenali. Harus disadari bahwa beberapa input (seperti waktu dan
besaran arus kas) bergantung pada kemampuan untuk memprediksi perilaku yang ditugaskan
pada implementasi proyek. Memproyeksikan kemulusan dan kesesuaian antara aktivitas individu
dan grup yang lebih dari lima hingga dua puluh tahun merupakan pekerjaan yang berbahaya.
Contohnya ketika keputusan anggaran diperkirakan dapat memprediksi manajemen proyek
individu tertentu, orang tersebut mungkin saja meninggalkan organisasi atau di transfer dan
digantikan dengan orang yang berbeda, sehingga dapat berdampak pada akurasi estimasi data.
3

Secara umum diketahui bahwa seseorang belajar dari waktu ke waktu karena mereka
mengerjakan prosedur tertentu. Sehingga perubahan kesuksesan dari proyek waktu yang lama
harus dimasukkan ke dalam akun pada prediksi data keputusan dengan mempertimbangkan
kemajuan kinerja dari anggota yang terlibat dalam proyek, proses pembelajaran ini dapat
digambarkan dalam grafik yang disebut kurva pembelajaran. Kurva ini berbeda untuk situasi
yang berbeda, jadi penting kepada anggota yang terlibat dalam penganggaran modal untuk
mengestimasi kurva pembelajaran dari anggota yang terlibat dalam proyek. Pergantian anggota
yang potensial juga harus dipertimbangkan saat pembentukan akurasi perkiraan dengan biaya
yang berhubungan dengan proyek tersebut.
Masalah Manajer dan Ukuran Kinerja Jangka Pendek
Aspek keperilakuan lain pada prosedur pemilihan proyek adalah metoda review kinerja
yang tidak konsisten dengan metoda pemilihan proyek. Penilaian kinerja dan kompensasi
cenderung pada ruang lingkup yang kecil, biasanya tahunan, triwulan atau bulanan. Sehingga
berfokus pada manajemen tingkat bawah dan manajemen level menengah, yang biasanya
berkinerja jangka pendek, sering diukur dengan tingkat pengembalian akuntansi. Proyek yang
kinerjanya tidak dimulai dari periode yang berbeda akan menarik sedikit manajer tingkat yang
lebih rendah. Manajemen tingkat atas harus menyadari bias alami yang disebabkan review proses
kinerja. Jarang terdapat kesesuaian antara manajer dan proyek, dimana manajer individu akan
mengambil alih proyek dari pendahulunya dan mulai dengan cara mereka yang berbeda. Jika
pergantian manager yang cukup cepat, maka tidak satu pun manajer dapat dipertanggungjawaban
atas kesuksesan atau kegagalan proyek tertentu. Modal akan terbuang jika manajer yang baru
secara berkala menghentikan proyek dari manajer sebelumnya dan memulai proyek baru.
Manajemen tingkat atas harus mempertimbangkan perputaran dalam pemilihan prosedur dan
harus mengevaluasi pada tingkat mana masalah terjadi dan bagaimana hal tersebut akan
berdampak pada proposal tertentu.
Masalah yang Disebabkan oleh Identifikasi Diri dengan Proyek
Pada beberapa kasus, manajer mungkin akan bertahan pada posisinya tanpa dipromosikan
atau ditransfer. Hal ini menyebabkan kesulitan, jika manajer mengidentifikasi diri dengan
proyek-proyek yang dipikirkan dan dimulainya. Karena umumnya proyek diidentifikasikan
dengan seseorang atau divisi tertentu, orang tersebut cenderung melibatkan dirinya sendiri
4

dengan proyek terdahulu yang dia pilih dan akan berusaha membuat proyek menjadi sukses atau
terlihat sukses setelah proyek didanai. Manajemen tingkat atas harus mewaspadai proses yang
membuat proyek yang gagal terlihat baik. Hal ini harus diketahui sebelum manajer
meninggalkan perusahaan atau bertindak secara disfungsional untuk menghindari keharusan
pengakuan proyek yang diusulkan tidak berhasil.
Pengembangan Anggota dan Proyek Modal
Dalam proses pemilihan proyek, manajemen tingkat atas harus mempertimbangkan
apakah pengusulan proyek bagus untuk pengembangan pengusul kali ini. Proyek mungkin terlalu
besar untuk seseorang atau sebuah divisi untuk diserap tanpa mendorong manajer keluar
jangkauannya. Lain halnya, manajemen tingkat atas mungkin mendorong suatu divisi untuk
terlibat pada suatu proyek yang secara ekonomis tidak menarik, namun menawarkan keuntungan
pelatihan anggota untuk potensi masa depan yang tidak dapat dikuantifikasikan. Contohnya,
proyek semacam itu mampu memberikan peningkatan kemampuan anggota baik dalam fase
pemilihan dan implementasi dalam penganggaran modal.Dengan demikian, suatu perusahaan
dapat melaksanakan suatu proyek yang melibatkan sedikit laba atau bahkan tidak sama sekali
hanya untuk manfaat pelatihan karyawan.
Penyusunan Anggaran Modal sebagai Ritual
Beberapa ilmuan keperilakuan menyarankan bahwa seluruh proses penyusunan anggaran
modal adalah sebuah ritual. Mereka menyarankan bahwa hanya sedikit proyek yang diajukan
oleh manajer tingkat bawah kecuali jika usulan tersebut memiliki peluang yang bagus untuk
disetujui. Terlalu banyak rasa malu dan hilang muka yang diidentifikasikan dengan proyek
yang ditolak.Ketika suatu proyek memperoleh persetujuan awal pada tingkat organisasi lebih
bawah, proyek tersebut biasanya harus melalui serangkaian peninjauan dan persetujuan ke
tingkat organisasi yang lebih tinggi. Ketika proses persetujuan atas proyek tersebut berjalan,
proyek tersebut memiliki momentum yang sulit untuk dihentikan. Ketika proyek tersebut telah
menerima persetujuan pada beberapa tingkatan bawah, para pembuat keputusan dan analisis
ditingkat atas biasanya tidak mau menolaknya Asalkan dana tersedia, proyek tersebut biasanya
disetujui karena pada saat itu, berbagai manajer dan analisis tingkat bawah telah
mengindikasikan persetujuan dan komitmen pribadi mereka terhadap proyek tersebut. Suatu

penolakan pada titik ini akan dianggap sebagai "tamparan di wajah" oleh mereka yang
sebelumnya telah menyetujui proyek tersebut.
Dengan demikian, manajer tingkat atas biasanya menolak suatu proyek hanya jika
terdapat alasan yang sangat kuat untuk melakukannya. Ketika proses persetujuan atas proyek
tersebut naik semakin tinggi di hierarki, momentum tersebut terus bertumbuh, sehingga
keputusan akhir lebih menyerupai suatu anugrah dan bukannya keputusan pemberian persetujuan
yang rasional.
Perilaku Mencari Risiko dan Menghindari Risiko
Beberapa orang tampaknya menikmati pengambilan keputusan yang berisiko dan berada
dalam situasi yang berisiko, sementara yang lain mencoba untuk menghindari hal tersebut.
Kondisi tertentu dari tingkat penghindaran risiko oleh pengambilan keputusan dalam penyusunan
anggaran modal akan mempengaruhi bagaimana orang tersebut akan bereaksi terhadap proyek.
Membagi Kemiskinan
Fenomena membagi kemiskinan sering kali memiliki dampak yang penting dalam
proses penyusunan anggaran modal. Hal ini terjadi ketika terseedia lebih banyak proyek
anggaran modal yang potensial lebih menguntungkan dibandingkan dengan dana yang tersedia
untuk mendanainya, suatu kondisi yang disebut rasionalisasi modal.
Menghadapi keadaan ini, manajemen puncak kadang kala memilih untuk mengalokasikan
dana yang tersedia kepada sebanyak mungkin manajer, bahkan jika hal itu berarti mengorbankan
proyek yang lebih menguntungkan.
8.4

TAMPILAN RASIONAL
Faktor manusia sangat terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Dalam meninjau

faktor ini, dicatat bahwa terdapat masalah-masalah yang ditimbulkan oleh kesulitan dalam
mengidentifikasikan dan memilih proyek modal dan kebutuhan akan kreativitas dan penilaian
manusia. Patut dicatat juga bahwa terdapat masalah yang disebabkan oleh kesulitan dalam
memprediksi perilaku manusia dan bagaimana hal ini diperparah oleh sifat jangka panjang dari
proyek modal, serta terdapat banyak manajer yang cenderung untuk memiliki perspektif jangka
pendek karena evaluasi kinerja mereka yang biasanya didasarkan pada ukuran-ukuran jangka
pendek. Hal ini dapat menghambat seleksi dan manajemen proyek modal yang memerlukan
perspektif jangka panjang.
6

Telah dicatat bahwa penerimaan atau penolakan terhadap suatu proyek modal dapat
bergantung pada tingkat penghindaran risiko dari pribadi si pengambil keputusan. Perilaku
mencari risiko atau menghindari risiko juga dapat mempengaruhi proses tersebut. Akhirnya,
dicatat bahwa tekanan politik dapat sangat mempengaruhi keputusan penyusunan anggaran
modal.
Kesimpulannya, seseorang dapat mengatakan bahwa proses penyusunan anggaran
memiliki tampak muka rasionalitas, terutama ketika model matematis yang rumit digunakan.
Namun, yang mendasari proses pengambilan keputusan adalah faktor-faktor keperilakuan. Para
pengambil keputusan mungkin tidak mengakui bahwa faktor-faktor manusia yang irasional
mungkin menjadi faktor yang terpenting dalam penerimaan atau penolakan terhadap suatu
proyek tertentu.
8.5

SARAN SARAN PERBAIKAN


Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek samping dari faktor perilaku manusia

pada proses penganggaran modal? Pertama-tama, adalah penting bahwa mereka yang terlibat
dalam penganggaran modal menyadari faktor perilaku yang melekat dalam proses. Bila
memungkinkan, faktor-faktor ini seharusnya tidak diperbolehkan untuk mengaburkan data
keputusan yang relevan yang lebih bersifat rasional.
Lebih lanjut lagi, disarankan audit post implementasi dilakukan untuk proyek-proyek
penganggaran modal. Dengan demikian, seseorang dapat mengamati tidak hanya kesesuaian
model keputusan (payback, net present value, dll) dan keakuratan perkiraan data yang
digunakan, tetapi juga dapat mencoba untuk mengidentifikasi berbagai faktor perilaku yang
mempengaruhi pemilihan dan proses manajemen proyek di sebuah perusahaan tertentu. Di sini,
seseorang mungkin mencoba untuk menentukan faktor perilaku yang merugikan keputusan yang
tepat dan implementasi yang disarankan. Setelah ini dilakukan, pembuat keputusan
penganggaran modal dapat mengambil langkah-langkah untuk memungkinkan faktor-faktor
dalam pemilihan dan proses pelaksanaan. Dalam mengembangkan kesadaran akan faktor
merugikan, manajemen harus sangat selaras dengan menemukan kasus ritualisme dalam proses
penganggaran modal dan mencatat apakah tingkat penghindaran atau tingkat pencarian risiko
risiko dari manajer individu konsisten dengan tujuan keseluruhan perusahaan.
Audit post implementasi yang disarankan di sini harus dilakukan sebelum akhir dari
kehidupan proyek modal dan harus memperhitungkan perubahan kondisi. Jika dilakukan dengan
7

cara ini, akan ada kemungkinan untuk objektif menentukan standar baru kinerja untuk masingmasing manajer yang mengelola proyek-proyek modal pendekatan sangat mirip dengan konsep
menggunakan fleksibel daripada anggaran statis dalam penganggaran operasional. Ini contrast
dengan kecenderungan untuk terus mengukur kinerja penganggaran modal terhadap risiko data
asli yang digunakan dalam membuat keputusan penganggaran. Dengan demikian, konsep
fleksibilitas dapat diperkenalkan ke dalam pengelolaan proyek-proyek modal.
Karena audit post implementasi dapat dilakukan dari waktu ke waktu dan sasaran kinerja
baru ditentukan secara periodik, akan ada kemungkinan untuk menetapkan ukuran kinerja jangka
pendek untuk proyek-proyek modal yang konsisten dengan kinerja jangka panjang dari proyek.
Ini akan memiliki efek menghilangkan masalah yang terkait dengan manajer-manajer semacam
istilah akan dievaluasi secara ketat dengan ukuran kinerja jangka pendek daripada campuran
langkah-langkah jangka pendek untuk operasi normal dan langkah-langkah jangka panjang untuk
proyek-proyek modal.
Pada titik ini, orang mungkin bertanya-tanya apakah itu akan mungkin untuk menetapkan
tanggung jawab manajer (bahkan jika mereka telah dialihkan) untuk proyek-proyek
penganggaran modal mereka dimulai. Mungkin tidak, karena manajer harus memiliki kontrol
atas kegiatan yang mereka pertanggungjawabkan. Jika tanggung jawab yang berkelanjutan
ditugaskan untuk seorang manajer ditransfer, maka orang tersebut harus berbagi tanggung jawab
untuk proyek modal yang terkait dengan tugas pekerjaan aslinya. Jelas sekali bahwa jika semua
memiliki tanggung jawab, maka tidak ada yang memiliki tanggung jawab. Sesuai dengan itu,
direkomendasikan langkah-langkah kinerja jangka pendek yang realistis untuk proyek-proyek
penganggaran modal dikembangkan.
Kesimpulannya, disarankan bahwa mereka yang terlibat dalam proses penganggaran
modal dan manajemen proyek modal harus setidaknya menyadari faktor perilaku yang terlibat.
Mungkin mereka harus mengambil langkah-langkah aktif untuk memastikan bahwa faktor
perilaku penganggaran modal tidak menyebabkan keputusan suboptimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arfan Ikhsan Lubis. 2010.Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2. Salemba Empat: Jakarta


I Wayan Suartana. 2011. Akuntansi Keperilakuan: Teori dan Implementasi. Andi

You might also like