You are on page 1of 42

DAFTAR ISI

PESTEL ANALYSIS....................................................................................................................5
Political-Legal Forces.....................................................................................................5
Economic Forces.............................................................................................................7
Socio-Cultural Forces...................................................................................................11
Techno-Logical Forces..................................................................................................17
Eco-Logical Forces.......................................................................................................21
TEORI 5 FORCE PORTER.....................................................................................................23
Industry Competitors.....................................................................................................23
Potential Entrants.........................................................................................................24
Bargaining Power of Buyer...........................................................................................25
Bargaining Power of Supplier.......................................................................................26
Bargaining Power of Substituse....................................................................................28
KEY SUCCESS FACTORS.......................................................................................................32
OPPORTUNITIES AND THREAT...........................................................................................36
Opportunities.................................................................................................................36
Threat............................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................37

DAFTAR GAMB
Gambar 1. 1 Analisis PESTEL........................................................................................ 4
Gambar 1. 2 Diagram GDP............................................................................................ 6
Gambar 1. 3 Diagram Indeks Persaingan Bisnis...................................................................7
Gambar 1. 4 Diagram Indeks Korupsi............................................................................... 7
Gambar 1. 5 Diagram Keyakinan Konsumen......................................................................8
Gambar 1. 6 Kurva Kurs di Indonesia............................................................................... 8
Gambar 1. 7 Diagram Tingkat Inflasi................................................................................9
Gambar 1. 8 Diagram Unemployment rate.......................................................................12
Gambar 1. 9 Diagram Kemudahan Menjalankan Bisnis.......................................................14
Gambar 1. 10 Diagram Indeks Keyakinan Bisnis...............................................................15
Gambar 1. 11 Diagram Social Security............................................................................15
Gambar 1. 12 Diagram Inovation of Technology................................................................16
Gambar 1. 13 Diagram Research and Development............................................................17
Gambar 1. 14 Diagram Indonesia Patient Application by Nonresidents....................................17
Gambar 1. 15 Indonesia Patient Application by Residents....................................................18
Gambar 1. 16 Tabel data Average Connection Speed by APAC Country....................................19
Gambar 1. 17 Tabel Average Peak Connection Speed by APAC.............................................20
Y
Gambar 2. 1 Analisis Five Force Porter..........................................................................32

DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Pertumbuhan Populasi................................................................................... 11
Tabel 1. 2 Tingkat Pendidikan....................................................................................... 12
Tabel 1. 3 Data Agama............................................................................................... 14

PESTEL ANALYSIS

Gambar 1. 1 Analisis PESTEL

Analisis PESTEL adalah tools untuk memahami segala risiko terkait dengan
pertumbuhan atau penurunan usaha serta memberikan arahan yang strategis untuk
bisnis. berikut analisis PESTEL pada industri sekolah bisnis.

Political-Legal Forces
1. Pemerintah memberikan insentif bagi organisasi nirlaba yang menginvestasikan
penghasilan yang diperolehnya pada pengembangan dunia pendidikan. Terhadap laba
yang diperoleh organisasi pendidikan tersebut yang diinvestasikan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak dikenakan Pajak Penghasilan (PPh).
Sarana dan prasarana pendidikan tersebut meliputi sebagai berikut:
- Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana pendidikan, penelitian
dan pengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi pembangunan
-

gedung dan prasarana tersebut


Pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan perpustakaan;
Pembelian/pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen atau

karyawan, dan
Sarana prasarana olahraga, sepanjang berada di lingkungan/lokasi lembaga
pendidikan formal.

2. Terdapat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan.

Pada undang-undang ini dijelaskan mengenai ketenagakerjaan dalam hal


pengaturan mengenai pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan produktivitas
dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan
penempatan tenaga kerja, dan pembinaan hubungan industrial.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan
Pendidikan.
Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang
diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Dimana pada
peraturan ini menjelaskan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Masyarakat yang
dimaksud pada peraturan tersebut adalah satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat, peserta didik, wali peserta didik dan dan pihak lain yang mempunyai
peran dalam pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan
Dan Penyelenggaraan Pendidikan.
Pada peraturan ini menjelaskan bahwa pengelolaan pendidikan adalah pengaturan
kewenangan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional oleh Pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, penyelenggara pendidikan yang
didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan agar proses pendidikan dapat
berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan, Penyelenggaraan
pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem pendidikan pada satuan
atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar proses
pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2014 Tentang Kerjasama Perguruan Tinggi.
Peraturan ini membahas mengenai bagaimana kerjasama dengan perguruan tinggi
baik itu perguruan tinggi dalam negeri maupun perguruan tinggi di luar negeri.
6. Adanya peraturan UU No. 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah untuk keperluan
umum yaitu sekolah dan berbagai fasilitas umum lainnya
7. Perlu adanya perencanaan dengan pemerintah tentang pengadaan tanah yang berdasar
UU No. 2 tahun 2012 pasal 14 ayat 1 dan 2.
8. Perubahan kurikulum mengikuti kurikulum nasional sehingga menyulitkan pihak
universitas
9. Akreditasi diperoleh melalui beberapa proses dan membutuhkan waktu yang
tergolong lama sehingga diperlukan persiapan yang matang agar mendapatkan
akreditasi A dari BAN-PT

Economic Forces
1. Pemerintah meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu sebesar
4,74 persen. Prediksi ini turun 1 persen dari asumsi makro di APBN-P 2015 yang
sebesar 5,7 persen. Perlambatan ekonomi tersebut akan berdampak terhadap jumlah
pengangguran dan orang miskin di Tanah Air.
2. GDP

Gambar 1. 2 Diagram GDP

Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto (PDB) adalah sebuah
indikator ekonomi untuk mengukur total nilai produksi yang dihasilkan oleh semua
orang dan Perusahaan (baik lokal maupun asing) didalam suatu Negara. GDP sama
dengan Total Pendapatan suatu Negara. Dapat dilihat dari diagram diatas bahwa GDP
negara Indonesia saat ini adalah 888.54 dari total nilai produksi tersebut salah satunya
dialokasikan untuk pendidikan.

3. Indeks Persaingan Bisnis

4.
5.
6.

Gambar 1. 3 Diagram Indeks Persaingan Bisnis

Dilihat dari diagram di atas indeks persaingan di Indonesia dari tahun

2015 ke tahun 2016 mengalami penurunan sehingga kesempatan orang untuk


menjalankan bisnis semakin banyak.
7. Indeks Korupsi

8.
9.
10.

Gambar 1. 4 Diagram Indeks Korupsi

Dilihat dari diagram di atas Indonesia semakin tahun semakin

mengalami kenaikan dalam hal indeks korupsi.dampak dari indeks korupsi tersebut
dapat dilihat dari kenaikan perekonomian makro di Indonesia yang semakin
meningkat. Dana yang seharusnya dialokasikan untuk pendidikan menjadi dana
pribadi. Kerugian korupsi di bidang pendidikan bukan hanya dalam jumlah yang
dianggarkan saja akan tetapi juga dapat berdampak pada peserta didik karena terjadi
penurunan kualitas pendidikan. Salah satu contoh korupsi dalam bidang pendidikan
yaitu penggunaan dana BOS.
11.

12. Keyakinan Konsumen

13.
14. Gambar 1. 5 Diagram Keyakinan Konsumen
15.

Indeks

keyakinan

konsumen

merupakan

indikator

pandangan

konsumen terhadap perekonomian. Dilihat dari diagram di atas dapat disumpulkan


bahwa IKK meningkat dipengaruhi oleh dua komponen pembentuknya, yaitu Indeks
Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat
dibandingkan dari bulan sebelumnya. Jika indeks keyakinan konsumen meningkat
maka entrepreneur juga akan semakin banyak sehingga menimbulkan meningkatnya
kebutuhan akan industri sekolah bisnis yang ada di Indonesia.
16. Kurs

17.

18. Gambar 1. 6 Kurva Kurs di Indonesia


19.

Dilihat dari kurva di atas menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah

semakin menguat dibandingkan sebelumnya. Saat ini nilai tukar rupiah sebesar 13285
per US Dollar. Naik turunnya kurs tersebut tidak terlalu berpengaruh pada biaya
sekolah bisnis.
20. Tingkat Inflasi

21.
22. Gambar 1. 7 Diagram Tingkat Inflasi
9

23.

Menurut Karin Zulkarnaen (13/10/2014) Meski inflasi hanya berkisar


sekitar 3,75 persen, namun kenaikan biaya sekolah bisa mencapai 15 persen. "Biaya
sekolah tidak pernah turun, inflasi biaya sekolah antara 10 sampai 15 persen per
tahun. Kenaikan uang pangkal SD di Jabodetabek antara 2009 sampai 2013, antara 5
persen sampai 50 persen,". Dilihat dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
mengalami kenaikan dari bulan januari ke bulan februari. Kenaikan inflasi tersebut
berpengaruh pada kenaikan biaya sekolah akan tetapi jika terjadi deflasi maka tidak
berpengaruh pada biaya sekolah bisnis, biaya tersebut akan tetap sama. Tingkat suku
bunga juga dapat mempengaruhi inflasi jika tingkat suku bunga mengalami kenaikan
maka akan berbanding terbalik dengan inflas. Saat ini di Indonesia tingkat suku
bunga adalah 7.00.

10

24.

Socio Cultural Forces


1. Pertumbuhan Populasi
25. Tabel 1. 1 Pertumbuhan Populasi
26.
Y

27. P

28. Y

op

ul

30. F

31. D

at

io

y
%

29. M

33. C

34. In

do

ne

si

Gl

ob

'

al

32.
U

g
e

f
W
o
r
l
d
P
o

35.
2

36. 26

37. 1

38. 2

39. 2

40. 1

41.

p
42. 3

0,

54

58

1,

5
1

11

43. 4

10
44.

0
45. 25

%
%
46. 1

7,

56

3,

47. 2

48. 2

49. 1

50.

51. 3

53

7
2

81
53.

5
54. 24

%
%
55. 1

1,

61

3,

56. 2

57. 2

58. 1

59.

60. 3

49

62.
2

1
%

%
64. 1

65. 2

66. 2

67. 1

68.

69. 3

45

6,

25

4,

71.
2

9
%

%
73. 1

74. 2

75. 2

76. 1

77.

78. 3

41

1,

54

0,

8
81. 19

9
%

%
82. 1

6,

95

7,

83. 2

84. 2

85. 1

86.

87. 3

35

88. 4

7
1

84
5

79. 4

42
80.

70. 4

70
3
72. 21

61. 4

12
6
63. 22

52. 4

%
%

89.
90.

Pada pertumbuhan populasi menutut estimasi dari PBB mencapai


hingga 259,569,158

pada 1 Mei 2016, hal ini mencapai Indonesia menjadi

peringkat keempat terbesar dari segi populasi penduduknya. Dengan


12

pertumbuhan pertahunnya mecapai 1,12%.Populasi di Indonesai merupaka


3.5% dari total populasi dunia dengan kepadatan populasi mencapai 144 per
Km2 dari total area 1,812,108 Km2. Dan 53.4% merupakan penduduk perkotaan
dengan median umur yaitu 28,6 tahun. Data ini berasumsi mengenai data diatas
pertumbuhan populasi indonesai yang cukup besar membuka peluang juga dengan
munculnya industri sekolah bisnisjuga semakin besar melihat sekolah bisnis masih
merupakan variasi yang sedikit dengan ketertarikan yang besar dari populasi di
Indonesia.

13

91.
2. Tingkat Pendidikan
92. Tabel 1. 2 Tingkat Pendidikan
93.

94. Tingkat

95. U

96. P

97. APM (Angka


Partisipasi Murni)

o
d
98.

99. Taman Kanak Kanak

1
103. 104.

Sekolah Dasar

100.

e
101.

3-5

105.

106.

6-

102.

107.

108.78

112.

88.43

117.

73.95

122.

25.76

1
108. 109.
3

Sekolah Menengah

Pertama

1
110.

111.

12-

3
1

113. 114.
4

Sekolah Menengah

Atas dan Sekolah Menegah


Kejuruan

118. 119.
5

15-

3
1

8
120.

Universitas - Sarjana

Universitas - Ahli

125.

126.
3

Universitas

130.

Magister

133. 134.

121.
4

Madya (D3)

128. 129.
7

116.

(S1)

123. 124.
6

4
115.

131.
2

Universitas- Doktor

135.

136.
3

14

138.

Tingkat pendikan di Indonesia meliputi beberapa tingkatan. Indonesia


menjadi peringkat ke 69 dari 127 negara. Hal ini didukung oleh beberapa keadaan
sosial masyarakat yang telah sadar dengan pentingnya pendidikan. Dilihat dari
kompetisi dari masuk perguruan tinggi pun di Indonesia sudah cukup meningkat dari
tahun ke tahun. Hal ini dirasakan karena masyarakat terfasilitasi oleh beasiswabeasiswa. Sehingga memperkecil keraguan untuk melanjutkan pendidikan pada
tingkat yang lebih tinggi. Ditambah dengan program wajib 12 tahun dan program
beasiswa Bidik Misi atau LPDP sehingga masyarakat Indonesia yang sebagian
banyak kemampuannya berada pada tingkat menengah ke bawah akan melanjutkan
ke perguruan tinggi dengan memanfaatkan beasiswa Bidik Misi.

3. Sosial Budaya
139.

Indonesia mempunyai sangat beranekaragaman kebudayaan yang


mendukung keadaan sosial yang juga begitu kompleks. Dengan keadaan pulau pulau
terbanyak di dunia membuat budaya satu sama lain menjadi memiliki tingkat
diferensiasi yang tinggi pula. Berdasarkan BPS RI, diketahu jumlah suku di
Indonesia yang berhasil terdata adalah sebanyak 1.128 suku bangsa dengan suku
jawa merupakan suku dengna populasi pendudukan terbesar di Indonesia,
diperkirakan populasinya mencapai 100 juta jiwa.

140.
4. Sosial Ekonomi

15

141.

142.
143.

Gambar 1. 8 Diagram Unemployment rate

Bila dilihat dari sosial ekonomi tingkat pengangguran Indonesia


memiliki trend yang menurun namun dengan kuantitas yang tinggi pula. Hal ini
berdampak pada keadaaan di Indonesia dengan ekonomi masyarakatnya yang masih
lemah stabilisasi ekonominya. Masyarakat Indonesia dengan kategori miskin
meskipun ekonomi menengah yang masih berdominan. Sosial Ekonomi di Indonesia
berdampak pada orientasi masyarakat Indonesia dalam pandang terhadap uang.

5. Gaya hidup dan Trend Masyarakat


144.

Gaya hidup masyarakat Indonesia cenderung pada mengikuti trend


ketika dihadapkan dengan produk-produk baru yang akan menjadi pusat perhatiaan.
Hal ini dikarena masyarakat Indonesia yang mempunyai kecenderungan sosial yang
tinggi. Saling memperhatikan antar sesama sehingga membuat produk akan tersebar
sangat cepat bila menjadi trend. Kemudian mengenai keputusan dalam pembelian
atau memilih sebuah institusi tingkat pertimbangan dan ikut campur di Indonesia
juga cukup tinggi.

145.
6. Demografi dan Distribusi Jenis Kelamin
146.

Age Structure :
16

0-14 years: 26.2% (male 33,854,520/female 32,648,568)


15-24 years: 17.1% (male 22,067,716/female 21,291,548)
25-54 years: 42.3% (male 54,500,650/female 52,723,359)
55-64 years: 7.9% (male 9,257,637/female 10,780,724)
65 years and over: 6.5% (male 7,176,865/female 9,308,056)

147.

Sex ratio: at

birth: 1.05 male(s)/female

148.

0-14 years: 1.04 male(s)/female


15-24 years: 1.04 male(s)/female
25-54 years: 1.03 male(s)/female
55-64 years: 1 male(s)/female
65 years and over: 0.78 male(s)/female
total population: 1 male(s)/female
Distribusi umur di Indonesia masih pada area produktifitas dibuktikan

dengan umur produktif yang masih tinggi. Dominan distribusi jenis kelamin
berpengaruh pada keadaan dalam sebuah negara dalam mengatur berbagai
programnya. Demografi dan distribusi jenis kelamin di Indonesia memiliki peranan
7.

penting dalam pembentukan pola kerja.


Kepercayaan dan Agama

149.

Tabel 1. 3 Data Agama

17

150.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk 2010

151.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di


dunia. Dalam kehidupan sosialnya agama merupakan dasar dari kehidupan tiap
individu. Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama kepada semua orang,
masing-masing menurut agama atau keyakinan sendiri. Konstitusi ini juga
menetapkan bahwa negara Indonesia harus didasarkan pada keyakinan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa. Angka konflik antar agama di Indonesia cenderung pada
keadaan menengah namun hal ini riskan ketika melihat filosofi Pancasila.

8. Kemudahan Menjalankan Bisnis

18

152.
153.
154.

Gambar 1. 9 Diagram Kemudahan Menjalankan Bisnis

Kemudahan

menjalankan

bisnis

sangat

berpengaruh

terhadap

pengambilan keputusan orang untuk menjadi seorang entrepreneur. Dilihat dari


diagram di atas pada tahun 2015 kemudahan dalam menjalankan bisnis di Indonesia
mengalami penurunan sehingga dapat dikatakan di Indonesia semakin susah dalam
menjalankan bisnis, akan tetapi dilihat dari indeks persaingan saat ini Indonesia
mengalami penurunan seharusnya kemudahan dalam menjalankan bisnis mengalami
kenaikan akan tetapi ini malaha sebaliknya. Hal tersebut mungkin saja dipicu oleh
faktor lain seperti keyakinan dalam menjalankan bisnis, jika keyakinan

dalam

menjalankan bisnis semakin tinggi maka dalam menjalankan bisnis tersebut juga
akan mengalami kemudahan.
9. Indeks keyakinan bisnis

155.
156.
157.

Gambar 1. 10 Diagram Indeks Keyakinan Bisnis

Indeks keyakinan bisnis merupakan indikator pandangan

pebisnis terhadap perekonomian. Indeks keyakinan bisnis merefleksikan pandangan


19

pebisnis mengenai situasi keuangan mereka, dan perasaan mereka tentang masa
depan dengan melihat kompetitor mereka saat ini. jika indeks keyakinan bisnis
semakin tinggi maka minat orang untuk mengambil sekolah bisnis juga akan tinggi.
Dilihat dari diagram di atas bahwa indeks keyakinan bisnis di Indonesia mengalami
penurunan pada tahun 2015 ke tahun 2016 akan tetapi penurunan tersebut tidak
banyak sehingga dapat dikatakan bahwa indeks keyakinan bisnis masih tergolong
tinggi.
10. Social Security
158.

159.

Gambar 1. 11 Diagram Social Security

160.

Langkah pemerintah dalam meningkatkan rasa aman dan

nyaman dari masyarakat dengan penggunaan fasilitas asuransi kesehatan ataupun


peningkatan keamanan di Indonesia memiliki kecenderungan tidak stabil. Hal ini
dikarenakan kecenderungan hal yang terjadi dan relevansinya kepada kebutuhan
masyarakat Indonesia sendiri.

Technological Forces
1. Inovation of Technology
20

161.
162.
163.
164.

Gambar 1. 12 Diagram Inovation of Technology

165.
166. Indeks kekuatan inovasi Indonesia pada setiap tahunnya masih naik
turun dan trend turun pasca 2013 menimbulkan fakta bahwa Indonesia kurang
memiliki daya inovasi yang seharusnya mempunyai kekuatan besar diera globalisasi
ini. Trend turun ini juga disebabkan karena faktor kemalasan dan konsep konsumtif
dari masyarakat Indonesia sebagian besar. Negara negara lain yang telah berorientasi
dengan globalisasi seharusnya berimbang inovasi. Perkembagan teknologi baru yang
diciptakan di negara sendiri kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga
komersialisme sangat sulit.
2. Research and Development

21

167.

168.

Gambar 1. 13 Diagram Research and Development

169. Peningkatan angka pada tahun 2009 yang signifikan yaitu menjadi
0.08% persentase dari GDP. Menjadi awal yang bagus untuk R&D. Kedepannya
Indonesia akan juga memperhatikan area R&D melalui implementasi riset.
Peningkatan pendaan riset akan berpengaruh juga pada antusias penelitan. Indonesia
memang masih kurang dalam hal riset namun dengan implementasi yang ditanggung
jawabkan ke badan riset hingga perguruan tinggi akan membantu progress dari
penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat.
3. Kekayaan Intelektual dan Hak Paten

22

170.

171.

Gambar 1. 14 Diagram Indonesia Patient Application by Nonresidents

172.

23

173.

174.
175.

Gambar 1. 15 Indonesia Patient Application by Residents

Kekayaan intelektual wajib untuk dilindungi karena sebagai

bentuk menghargai sebuah karya yang telah dibuat. Kekayaan intelektual dalam hal
paten di Indonesia setiap tahunnya memiliki trend peningkatan. Ini memberikan
pandangan bahwa masyarakat dan juga pemerintah telah sadar dengan pentingnya
perlindungan untuk kekayaan intelektual dan hak paten.

24

4. Internet dan Informasi Komunikasi

176.
177.

Gambar 1. 16 Tabel data Average Connection Speed by APAC Country

178.
179.

Gambar 1. 17 Tabel Average Peak Connection Speed by APAC

25

180.

Indonesia dengan pengguna internet termasuk pada jajaran atas

terbesar didunia sayangnya tidak diimbangi dengan fasilitas internet yang kurang
merata dan juga memadai. Rata-rata internet di Indonesia 3 Mbps diperingkat 104
dan hal tersebut belum membuat Indonesia menjadi power di dunia Internet.
Kriminilitas Internet atau biasa disebut cyber crime di Indonesia juga mempunyai
tingkat yang cukup tinggi dengan kategori pembajakan hingga hacking. Hal ini
dikarenakan regulasi Indonesia yang kurang bisa memantau area internet dengan
benar.
5. Infranstruktur Teknologi
181.
Infrastukrut Teknologi adalah tugas besar bagi Indonesia
dengan pemerataan dan fungsional dari setiap daerah yang di Indonesia. Hal ini
mendukung terintegrasinya teknololgi untuk kemajuan antar daerah. Dalam rencana
strategis pemerintah mendorong dengan adanya pembenahana dalam kemartiman.
Maka dari itu supply mengenai teknologi dikemaritiman mulai dari kapal hingga
sipil mulai gencar dilakukan oleh pemerintah.

Eco-Logical Forces
1. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia dan memiliki luas
daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Namun, tidak semua pulau
di Indonesia mempunyai lokasi yang strategis untuk dijadikan tempat berdirinya
sekolah bisnis.
2. Indonesia merupakan negara yang mempunyai 3 iklim yaitu iklim muson, iklim
tropis dan iklim laut. Berbagai macam kondisi cuaca yang tidak dapat diperkirakan
seperti hujan, badai dan lain sebagainya menjadi salah satu hal yang harus di
antisipasi. Selain itu, dampak dari global warming dapat mengganggu kegiatan
operasional sekolah bisnis. Contoh nyata dari dampak pemanasan global di
Indonesia yaitu melelehnya es di Puncak Gunung Jaya Wijaya. Oleh karena itu,
sebaiknya sekolah bisnis berada di tempat yang tidak rawan banjir ataupun bencana
dan berbagai kondisi yang membuat siswa merasa tidak nyaman.
3. Adanya program eco-campus yang sedang marak dilakukan oleh berbagai
Universitas guna menjaga kelestarian lingkungan. Pembatasan penggunaan listrik
dan AC di lingkungan kampus merupakan salah satu upaya dalam mendukung
gerakan eco campus.
4. Indonesia menduduki peringkat ke-30 dalam tingkat polusi di dunia. Sebagai salah
satu sekolah bisnis yang mendukung eco-campus, maka pengurangan jumlah

26

kendaraan bermotor di sekitar area operasional

diminimalisir agar mengurangi

polusi. Polusi juga berdampak tidak baik bagi industri sekolah bisnis karena dapat
mengganggu aktivitas operasional sekolah bisnis.
182.

27

183.

TEORI 5 FORCE PORTER

5 Force Porter adalah suatu metode untuk menganalisis industri dan


menentukan pengembangan strategi. Berikut analisis five force porter pada industri
sekolah bisnis.

Industry Competitors

Industri sekolah bisnis merupakan salah satu industri yang saat ini
persaingannya sangat ketat diindikasikan dengan banyaknya universitas yang
ingin membuka program studi baru di bidang bisnis. Menurut Ivy (2001)
Pertumbuhan sekolah bisnis di Indonesia tersebut selaras dengan tren
pertumbuhan global dalam pendidikan perguruan tinggi (higher education)
yang dapat menghasilkan lulusan Master of Business Administration (MBA).
Industri sekolah bisnis yang ada di Indonesia antara lain yaitu Graduate
Program of Management and Business, Bogor Agricultural University, Telkom
Institute of Management, Institut Teknologi Bandung School of Business and
Management, Malangkucecwara School of Economics, Prasetiya Mulya
Business School, Universitas Gadjah Mada Faculty of Economics and
Business Magister Management, Stekpi School of Business and Management,
PPM Institute of Management, Trisakti School of Management, Kesuma
Negara School of Economics, Insurance Business School, IPMI Business
School.
Hasil riset SWA (2009) menyatakan di tahun 2003 terdapat 13 sekolah
bisnis yang menjadi objek survey sekolah bisnis terbaik versi SWA-MARS,
sedangkan tahun 2009 meningkat menjadi 24 sekolah bisnis yang mempunyai
akreditasi A. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang menunjukkan
terjadinya peningkatan jumlah sekolah bisnis yang ada di Indonesia. (Jumlah

Kompetitor) (Pertumbuhan Industri)


Meningkatnya tren higher education sangat mempengaruhi antara
sekolah bisnis yang satu dengan yang lain untuk berkompetisi, sehingga
mereka harus berlomba-lomba untuk mendapatkan mahasiswa baru. Oleh
karena itu setiap sekolah bisnis harus menjaga competitive advantage dengan

memberikan diferensiasi. (Diferensiasi)


Pembangunan industri sekolah bisnis membutuhkan biaya investasi
yang sangat banyak, baik itu modal awal, teknologi serta fasilitas-fasilitas
28

yang diberikan kepada mahasiswa. Sehingga dalam melakukan pembangunan


pada industri sekolah bisnis dibutuhkan waktu yang tidak sedikit. Selain itu,
persiapan yang harus dilakukan juga sangat banyak. (Exit Barriers) (Biaya
Tetap)
Kesimpulan : Persaingan pada industri sekolah bisnis tergolong tinggi karena
jumlah industri sekolah bisnis saat ini semakin banyak dan persaingannya semakin
ketat.

Potential Entrants

Sekolah Bisnis IPB (SB-IPB) merupakan salah satu pendatang baru di industri
sekolah bisnis. Program Studi SB-IPB yang diresmikan pada tahun 2015
mempunyai program studi yang khusus untuk bisnis dan manajemen. Pada
program studi bisnis, mahasiswa akan diajarkan cara menjadi entrepreneur
sedangkan pada program studi manajemen akan diajarkan ilmu-ilmu manajerial.
Berbagai sekolah bisnis yang ada di Indonesia menawarkan berbagai fasilitas yang
berbeda tergantung pada level universitas. Semakin tinggi level suatu universitas
maka fasilitas yang diberikan pun akan semakin baik. Contoh pemberian fasilitas
yaitu perpustakaan yang lengkap dengan berbagai referensi buku dan pengajar
yang profesional. (Diferensiasi dalam Industri Sekolah Bisnis)

Sekolah bisnis merupakan industri yang sulit untuk dimasuki karena berbagai
macam proses yang harus dilewati dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mendapatkan akreditasi dari BAN-PT.Berikut adalah beberapa syarat yang menjadi
seleksi dalam pemberian akreditasi terhadap Perguruan Tinggi dan Program Studi,
yaitu (1) visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian (2) Struktur
Organisasi, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu (3)
Mahasiswa dan lulusan (4) Sumber daya manusia (5) Kurikulum, pembelajaran,
dan suasana akademik (6) Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem
informasi (7) Penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan
kerjasama. Persyaratan yang diberikan oleh BAN-PT membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk direalisasikan (Kebijakan Pemerintah).

Diperlukan modal yang besar dalam membuka sekolah bisnis. Modal yang
diperlukan dalam industri sekolah bisnis digunakan untuk pembangunan gedung
29

universitas, fasilitas untuk mahasiswa dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat
menjadi hambatan untuk memasuki industri sekolah bisnis. Oleh karena itu, exit
barriers tinggi karena modal yang dibutuhkan besar sehingga sulit untuk keluar
dari industri sekolah bisnis. (Kebutuhan Modal) (Exit Barriers)

Switching Cost dalam industri sekolah bisnis tergolong tinggi karena modal yang
dibutuhkan untuk mendirikan sekolah bisnis besar.
Kesimpulan : Ancaman pendatang baru tergolong rendah pada industri

sekolah bisnis dan berada di level yang sama dengan sekolah bisnis yang telah ada
sebelumnya merupakan hal yang sulit.

Bargaining Power of Buyer

Pembeli dalam industri sekolah bisnis adalah para calon mahasiswa. Pangsa
pasar yang dituju oleh industri sekolah bisnis adalah mahasiswa yang ingin
menjadi entrepreneur. Jumlah peminat bisnis sangat banyak dibuktikan dengan
banyaknya sekolah bisnis saat ini yang ada di Indonesia. Selain itu,
pertumbuhan tingkat pendidikan juga semakin meningkat. (Jumlah Peminat

Sekolah Bisnis) (Pertumbuhan Tingkat Pendidikan)


Tersedianya alternatif sekolah bisnis sangat sedikit melihat dari pasar yang
saat ini ada, akan tetapi saat ini sudah banyak pelatihan-pelatihan mengenai
entrepreneur akan tetapi output yang dikeluarkan juga pasti berbeda dengan

industri sekolah bisnis. (Tersedianya Produk Substitusi)


Mahasiswa sangat memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk daftar di
sekolah bisnis tersebut. Calon mahasiswa harus mempertimbangkan antara
biaya dengan fasilitas yang diberikan oleh sekolah bisnis tersebut, hal ini
sangat melekat pada pemikiran semua calon mahasiswa. Sehingga dapat
dikatakan sensitivitas harga tinggi karena untuk melakukan Switching Cost
calon mahasiswa harus berpikir panjang untuk melakukannya. (Sensitivitas

Harga)
Informasi sangat dibutuhkan oleh calon mahasiswa sehingga pihak industri
sekolah bisnis harus memberikan fasilitas kepada calon mahasiswa untuk
mendapatkan informasi secara lengkap. Salah satu media yang digunakan
calon mahasiswa baru untuk mendapatkan informasi mengenai sekolah bisnis
tersebut adalah website.

30

Kesimpulan : Daya tawar pembeli pada industri sekolah bisnis ini


tergolong rendah karena jumlah sekolah bisnis yang semakin meningkat sehingga
calon mahasiswa baru dapat membandingkan harga dengan sekolah bisnis lain
dengan melihat kualitas yang diberikan.

Bargaining Power of Supplier


Pemasok pada industri sekolah bisnis berupa pada kegiatan penanaman
modal oleh investor, kerja sama dengan perusahaan, regulasi dan arahan dari
pemerintah, instansi ketenaga kerjaan, dan yang terakhir adalah masyarakat sendiri.
Dalam pembentukannya diawal awal Industri sekolah bisnis akan memiliki tingkat
korelasi yang tinggi dengan supplier. Berikut adalah identifikasi kekuatan tawar
menawar pemasok Industri sekolah bisnis.
1. Fungsi dari pemasok sendiri adalah dari pemerintah adalah sebuah komponen
utama dari legalitias dan arahan terbentuknya sekolah bisnis. Kemudian investor
memiliki peran dalam pendaan. Perusaahaan ada dalam bentuk kerja sama.
Instansi ketenagakerjaan adalah pemasok dalam sumber daya manusianya seperti
dosen dan pendidikan. Dan masyarakat sebagai berperan bahan baku yang akan
diproses atau mendapatkan pengaruh dari sekolah bisnis.
2. Switching cost ke pemasok lain juga tidak mempunyai peran aktif di sekolah
bisnis karena mutlak peran dari pemasok yaitu pemerintah. Yang harus
mempunyai strategi adalah melalui pemasok lainnya yatu investor,perusahaan,
instansi ketenagakerjaan, dan masyarkat.
3. Kepentingan dari pemasok yang terdapat pada sekolah bisnis memiliki tingkat
yang vital karena peran yang tidak bisa tergantikan tersebut. Pemerintah yang
sebagai pemangku kekuasaan regulasi berperan juga pada ketentuan pemasok
lainnya hal ini menyebabkan ketergantungan antar pemasok satu sama lain.
4. Jumlah yang sedikit pada pemasok dikarena esensi dari sekolah bisnis sendiri
yang merupakan jasa pendidikan dengan output berupa lulusan dan juga
penelitian. Dan seberapa besar pemasok, pemasok pada sekolah bisnis dikatakan
besar karena memiliki peran pada awal pembetnukan hingga integrase ke hilir
pula. Jumlah industri sekolah bisnis di Indonesia masih memiliki taraf sedikit
31

namun dalam berjalan waktu sekolah bisnis akan menjadi trend tersendiri bagi
masyarakat Indonesia. Pertimbangan regulasi pemerintah akan memberikan
penetrasi dalam pemebuatan sekolah bisnis nantinya. Hal ini berpengaruh pada
jumlah pemasok yang cenderung mutlak dan sedikit bagi sekolah bisnis karena
semua regulasi kan melalui pemerintahan.
Other Stakeholder
- Stakeholder Internal :Stakeholder internal mencakup berbagai bagian bagian
pemangku strategis dan teknik di internal sekolah bisnis.
1. Rector
2. Vice Rector :
2.1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
2.2 Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan
2.3 Bidang Sumber Daya dan Organisasi
2.4 Bidang, Riset, Inovasi, dan Kemitraan
2.5 Bidang, Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi
3. Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari
4. Satuan Pengawas Internal
5. Satuan Penjamin Mutu
6. Lembaga Direktorat
7. Decan of School
8. Majelis Wali Amanat
9. Head of Departement
10. Senat Akademik
11. Guru Besar

32

12. Dosen penelitian dan Praktisi


- Stakeholder eksternal :Stakeholder eksternal mencaekup segala komponen
yang mempunyai komponen vital pada sekolah bisnis dalam lingkup eksternal.
1. Pemerintah
2. Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
3. Ikatan Orang Tua Mahasiswa
4.

Perusahaan

5. Masyarakat
6. BAN PT.
7. AACSB
Kesimpulan : Kekuatan pemasok pada sekolah bisnis tinggi karena
pemasok merupakan salah satu penentu keberlanjutan kegiatan operasinal dari
sekolah bisnis dan dana yang diberikan sangat berpengaruh.

Bargaining Power of Substituse


STIE-BI merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di DIY
Yogyakarta yang didirikan pada tahun 1993 dan dikelola oleh Yayasan Solusi
Bisnis Indonesia. Saat ini STIE-BI berfokus pada ilmu terapan guna
menunjang kewirausahaan agar lulusan STIE-BI dapat menjadi entrepereneur
mandiri yang menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyrakat luas. STIE-BI
juga mempunyai LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat)
serta Research Centre. Fungsi utama STIE-BI yang berfokus pada
pengembangan lulusan yang dapat menjadi entrepreneur merupakan salah satu
subtitusi karena dapat menggantikan peran sekolah bisnis.Selain itu, keinginan
masyarakat untuk memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan jumlah
penduduk Indonesia yang semakin bertambah tidak diimbangi dengan adanya
Perguruan Tinggi yang sesuai dengan jumlah penduduk Indonesia, hal tersebut
dapat menjadi peluang untuk membuka sekolah bisnis di Indonesia.

33

Konsumen tidak mudah beralih jika telah memilih satu sekolah bisnis karena
biaya yang dibutuhkan tinggi. (Jumlah subtitusi sekolah bisnis)
Kesimpulan : Subtitusi pada industri sekolah bisnis tergolong rendah
karena jumlah institusi ataupun lembaga yang mempunyai fungsi sama dengan
sekolah bisnis berjumlah sedikit.

ANALISIS 5 FORCE PORTER : INDUSTRI SEKOLAH BISNIS


Kekuatan yang
mempengaruhi

Uraian singkat kondisi dan tren perkembangan kekuatan

Kategor

yang mempengaruhi organisasi

i R/S/T

persaingan

Persaingan Dalam Industri


Jumlah Kompetitor

Hasil riset SWA (2009) menyatakan di tahun 2003 terdapat 13 Tinggi


sekolah bisnis yang menjadi objek survey sekolah bisnis terbaik
versi SWA-MARS, sedangkan tahun 2009 meningkat menjadi 24
sekolah bisnis yang mempunyai akreditasi A. Hal tersebut
merupakan salah satu hal yang menunjukkan terjadinya

Exit Barriers

peningkatan jumlah sekolah bisnis yang ada di Indonesia.


Pembangunan industri sekolah bisnis memerlukan investasi Tinggi
dalam jumlah yang tidak sedikit, mulai dari pembangunan awal
sampai dengan pemberian fasilitas kepada mahasiswa. Sehingga
exit

Diferensiasi

barrier

untuk

industri

sekolah

bisnis

tinggi

yang

menyebabkan meningkatnya persaingan di industri sekolah bisnis


Memberikan fasilitas dan kemudahan kepada mahasiswa dan Sedang
memiliki standar yang sangat tinggi bagi kualifikasi dosen.
Dosen yang terpilih dengan kapabilitas teoritis dan keterampilan
praktis. Sehingga diferensiasi untuk industri sekolah bisnis

Pertumbuhan Industri

rendah karena antar sekolah bisnis tidak jauh berbeda


Pertumbuhan Industri dalam sekolah bisnis rendah karena untuk Rendah
membangun sekolah bisnis baru membutuhkan waktu yang

Biaya Tetap

cukup lama serta modal yang tidak sedikit.


Biaya tetap yang digunakan untuk melakukan pembangunan Rendah

sangat tinggi
Kesimpulan persaingan dalam industri : TINGGI
Ancaman Pendatang Baru

34

Diferensiasi dalam industri

sekolah bisnis

Perbedaan pada pembagian fokusan program studi Sedang


(Contoh : program studi manajemen, program studi
bisnis dan program studi manajemen bisnis). Perbedaan
pada

Kebijakan Pemerintah

pembagian

tersebut

berpengaruh

pada

cara

pengajaran dan pembelajaran.


Fasilitas yang diberikan berbeda bergantung pada level

antar sekolah bisnis.


Perolehan akreditasi yang baik untuk sekolah bisnis atau Tinggi
perguruan tinggi membutuhkan waktu yang cukup lama.
BAN-PT merupakan instansi yang bergerak dalam

Kebutuhan Modal

bidang penentuan akreditasi.


Modal yang dibutuhkan dalam memasuki industri Rendah
sekolah bisnis tergolong besar sehingga tidak mudah

Exit Barriers

dalam memasuki industri sekolah bisnis


Karena modal yang dibutuhkan tergolong tinggi dan Rendah
persiapan dalam pembangunan sekolah bisnis pun
memakan waktu yang cukup lama maka untuk beralih ke
industri lain bukanlah hal yang mudah sehingga exit

Switching Cost

barriers tinggi
Switching cost pada industri sekolah bisnis tergolong Rendah
tinggi karena modal yang dibutuhkan mempunyai

nominal besar
Kesimpulan Ancaman Pendatang Baru : RENDAH
Daya Tawar Pembeli
Jumlah peminat sekolah Jumlah sekolah bisnis di Indonesia semakin meningkat, dilihat Rendah
bisnis
Pertumbuhan

dari banyaknya universitas yang membuka program studi baru


dalam bidang bisnis
tingkat Pertumbuhan sekolah-sekolah bisnis di Indonesia

pendidikan

selaras Rendah

dengan tren pertumbuhan global dalam pendidikan perguruan


tinggi (higher education) yang dapat menghasilkan lulusan
Master of Business Administration (MBA). Market size

Sensitivitas harga

meningkat
Switching cost dalam industri sekolah bisnis adalah rendah

Tersedianya alternatif

Banyaknya sekolah bisnis yang ada di Indonesia dan mempunyai Rendah

produk substitusi

tujuan yang sama yaitu


35

menghasilkan output seorang

Tinggi

entrepreneur.
Mutu industri sekolah

Mempunyai kualitas yang tinggi dengan sistem pengajaran dan Rendah

bisnis

kualitas yang diberikan baik

Calon mahasiswa memiliki

Calon mahasiswa dapat mengakses web sekolah bisnis untuk Rendah

informasi yang lengkap

mendapatkan informasi mengenai biaya dll

Kesimpulan Daya Tawar Pembeli : RENDAH


Daya Tawar Pemasok
Fungsional dari pemasok

Pemerintah adalah sebuah komponen utama dari legalitias dan


arahan terbentuknya sekolah bisnis. Kemudian investor
memiliki peran dalam pendaan. Perusaahaan ada dalam bentuk
kerja sama. Instansi ketenagakerjaan adalah pemasok dalam
sumber daya manusianya seperti dosen dan pendidikan. Dan
masyarakat sebagai berperan bahan baku yang akan diproses
atau mendapatkan pengaruh dari sekolah bisnis.
Switching Cost
Switching cost ke pemasok lain juga tidak mempunyai peran
aktif di sekolah bisnis karena mutlak peran dari pemasok yaitu
pemerintah.
Kepentingan dari pemasok
Switching cost ke pemasok lain juga tidak mempunyai peran
aktif di sekolah bisnis karena mutlak peran dari pemasok yaitu
pemerintah.
Jumlah dan Besar Pemasok Switching cost ke pemasok lain juga tidak mempunyai peran
aktif di sekolah bisnis karena mutlak peran dari pemasok yaitu
pemerintah.
Other Stakeholder
Stakeholder Internal
Stakeholder internal mencakup berbagai bagian bagian
pemangku strategis dan teknik di internal sekolah bisnis.
Stakehool Eksternal
Stakeholder eksternal mencaekup segala komponen yang
mempunyai komponen vital pada sekolah bisnis dalam lingkup
eksternal
Kesimpulan Daya Tawar Pemasok : TINGGI

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Rendah
Tingi

Ancaman Produk Substitusi


Jumlah Subtituisi

Terdapat 1 subtitusi untuk industri sekolah bisnis di Rendah


Indonesia yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi-Bisnis
Indonesia, karena jumlah subtitusi yang sedikit maka

subtitusi berpengaruh rendah


Kesimpulan Ancaman Produk Substitusi : RENDAH

36

Gambar 2. 1 Analisis Five Force Porter

Dapat dilihat dari hasil analisis 5 force porter dapat diambil kesimpulan
bahwa industri sekolah bisnis menarik, karena dari ke lima faktor tersebut yang
mempunyai tingkatan rendah lebih sedikit dibangdingkan yang tinggi.

37

KEY SUCCESS FACTORS (KSF)

1. Memiliki sumber daya pengajar yang berkualitas dan profesional


Sekolah bisnis yang mempunyai pengajar yang berkualitas dan profesional
akan berbanding dengan output yang dikeluarkan oleh sekolah tersebut, yaitu
mempunyai mahasiswa yang berkompeten.
2. Mempersiapkan lulusan yang dapat bersaing di pasar global dalam bidang
entrepreneur
Keadaan persaingan bisnis yang ada di Indonesia tidak stabil sehingga perlu
dipersiapkan lulusan sekolah bisnis yang mempunyai kompeten untuk dapat bersaing
dipasar global. Selain itu, tenaga kerja yang profesional juga mendukung persiapan
mahasiswa akan persaingan di pasar global.
3. Memiliki hubungan baik dengan organisasi maupun lembaga internasional
Sekolah bisnis sangat diperlukan adanya kerjasama dengan lembaga dalam
negeri maupun luar negeri. Salah satunya yaitu dengan cara memiliki hubungan baik
dengan organisasi yang ada di luar.
4. Adanya diferensiasi dibandingkan dengan sekolah bisnis yang lain (praktisi)
Melihat bahwa jumlah kompetitor sekolah bisnis yang ada di Indonesia
semakin meningkat maka diperlukan diferensiasi antara sekolah bisnis yang satu
dengan yang lain yaitu salah satunya dengan memiliki dosen yang praktisi.
5. Menjadi sekolah bisnis yang tersertifikiasi dan gelar yang terakreditasi dalam
tingkat nasional.
Sekolah bisnis dengan sertifikasi dan akreditasi yang baik akan menimbulkan
daya tarik bagi pendaftar. Pengaruh yang ditimbulkan yaitu menghasilkan lulusan
yang kompeten.
6. Hubungan baik dengan instansi pemerintah.
Pengaruh supplier (pemerintah) yang tinggi dalam berlangsungnya kegiatan
operasional sekolah bisnis memberikan kewajiban untuk menjalin hubungan baik.
Ketika hubungan baik telah terjalin maka dapat membantu sekolah bisnis dalam
melakukan kerjasama dengan pemerintah.
7. Menerapkan gerakan eco-campus pada area sekolah bisnis guna menjaga
kelestarian lingkungan.
Indonesia yang menduduki peringkat ke 30 untuk negara yang menghasilkan
polusi membuat berbagai instansi harus menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu
dengan menjaga kelestarian lingkungan akan mengurangi polusi.
8. Mendirikan sekolah bisnis di daerah atau tempat yang strategis.

38

Lokasi sekolah bisnis yang mudah dijangkau oleh masyarakat akan lebih di
prioritaskan oleh calon pendaftar dan mendukung siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran.
9. Menyediakan fasilitas yang lengkap guna mendukung kegiatan pembelajaran
siswa.
Fasilitas yang diberikan oleh sekolah bisnis akan membantu siswa dalam
menerapkan ilmu-ilmu yang didapat pada perkuliahan.
10. Mempersiapkan lulusan yang dapat membuat lapangan pekerjaan guna
menurunkan tingkat pengangguran
Lulusan dari sebuah sekolah bisnis merupakan refrensentatif dari sekolah
bisnis tersebut. Pada hakekatnya sekolah bisnis dengan berbasis entrepreneurship
mempunyai beban dalam hal pembukaan lapangan pekerjaa. Hal ini juga mendukung
agar berpengaruh pada stabilitas ekonomi di Indonesia.
11. Menjadi sekolah bisnis yang dapat berperan aktif dalam mengembangkan
masyarakat berbakat entrepreneurship.
Salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi ialah pengabdian masyarakat hal
ini yang harus dilakukan untuk menjawab permasalah permasahan masyarakat dengan
solusi dari sebuah sekolah bisnis. Keadaan masyarakat Indonesia dengan dominan
menengah dan kemiskinanan harusnya membawa sekolah bisnis untuk bermanfaat
untuk masyarakat,
12. Memiliki research centre dalam pengembangan bisnis lokal
Sebuah institutsi pendidikan tinggi akan memberikan dampaknya berupa
penelitian, melihat latar belakang dari PESTLE dan juga 5 porter force. Indonesia
masih lemah dengan penelitian. Penelitian dalam bidang kelimuan disekolah bisnis
diperlukan agar memberikan inovasi inovasi untuk kemajuan bisnis di Indonesia daan
dibuktikan dalam bentuk research centre untuk kenyamanan dan kelengkapan
peneliti.
13. Memiliki publikasi riset bertaraf internasional
Publikasi riset diperlukan dikarenakan untuk memberikan respon kepercayaan
bagi sekolah bisnis dan juga manfaat bagi penelitian penelitian. Internasonal
dikarenakan untuk membawa komparasi juga terhadap research internasional.

39

OPPORTUNITIES AND THREAT

Opportunities
1.
2.
3.
4.

Sekolah bisnis sedang menjadi trend


Membantu rencana strategis pemerintah dalam peningkatan kewirausahaan Indonesia
Munculnya pasar bebas menyebabkan kebutuhan akan kompetensi bisnis bagi masyarakat
Mendapat bantuan dana dari pemerintah untuk program-program yang mendukung

rencana pemerintah
5. Belum adanya sekolah bisnis di Indonesia yang menggabungkankan kurikulum berbasis
riset dan praktek bisnis yang dilakukan secara kontinu.

Threat
1.
2.
3.
4.
5.

Banyaknya kompetitor yang telah terlebih dahulu memasuki industri sekolah bisnis
Regulasi pemerintah yang mempersulit pendirian sekolah bisnis
Kesulitan dalam mendapatkan lokasi yang strategis
Kualifikasi yang tinggi dalam publikasi riset bertaraf internasional
Rendahnya awareness masyarakat akan pentingnya entrepreneurship.

40

6. DAFTAR PUSTAKA
7.

8.

Anonim. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.17 tahun 2010


Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.

9.

Anonim. (2013). Prioritas Pemlihan Program Magister Manajemen di Binus. Jakarta:


Universitas Bina Nusantara.

10.

Anonim. (2014). Indikator Pendidikan, 1994-2014. Diambil kembali dari Pendidikan:


http://www.bps.go.id

11.

Anonim. (2015). Indonesia Sex ratio. Diambil kembali dari Index Mundi:
http://www.indexmundi.com

12.

Anonim. (2015). Sejarah Sekolah Bisnis IPB. Diambil kembali dari Sejarah:
http://www.sb.ipb.ac.id

13.

Anonim. (2016). Indonesia - Indeks Daya Saing. Diambil kembali dari NegaraNegara: http://id.tradingeconomics.com/

14.

Anonim. (2016). Indonesia


http://www.worldometers.info

15.

Anonim. (t.thn.). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN


2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN. Diambil kembali dari Hukum.

16.

Ariyanti, F. (2016, Januari 29). Ekonomi RI Turun, Pengangguran Diprediksi Naik.


Diambil kembali dari Bisnis: http://bisnis.liputan6.com/

17.

BAN-PT. (2015). Akreditasi Perguruan Tinggi. Diambil kembali dari Akreditasi: banpt.kemdiknas.go.id/akreditasi

18.

Belson, D. (2015). akamais [state of the internet]. Akamai.

19.

Michael. (2015, Juni 18). Kualitas Pendidikan Indonesia Peringkat 69 Tingkat Dunia.
Diambil kembali dari Rubrik: http://www.kompasiana.com

20.

Pajak, D. (2012, Agustus 21). Peranan Pajak Memajukan Pendidikan. Diambil


kembali dari Artikel: http://www.pajak.go.id/content/peranan-pajak-memajukanpendidikan

21.

Prof. H. Muhammad Zilal Hamzah, P. (2015). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi BISNIS
INDONESIA - STIE-BI. Diambil kembali dari Home: http://www.stiebi.ac.id/

22.

Sanjaya, A. (2015). Dampak Pemanasan Global (Global Warming). Diambil kembali


dari Artikel Geografi: http://www.artikelsiana.com/2

Population.

41

Diambil

kembali

dari

Indonesia:

23.

42

You might also like