Professional Documents
Culture Documents
Fix Tugas 1 2
Fix Tugas 1 2
PESTEL ANALYSIS....................................................................................................................5
Political-Legal Forces.....................................................................................................5
Economic Forces.............................................................................................................7
Socio-Cultural Forces...................................................................................................11
Techno-Logical Forces..................................................................................................17
Eco-Logical Forces.......................................................................................................21
TEORI 5 FORCE PORTER.....................................................................................................23
Industry Competitors.....................................................................................................23
Potential Entrants.........................................................................................................24
Bargaining Power of Buyer...........................................................................................25
Bargaining Power of Supplier.......................................................................................26
Bargaining Power of Substituse....................................................................................28
KEY SUCCESS FACTORS.......................................................................................................32
OPPORTUNITIES AND THREAT...........................................................................................36
Opportunities.................................................................................................................36
Threat............................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................37
DAFTAR GAMB
Gambar 1. 1 Analisis PESTEL........................................................................................ 4
Gambar 1. 2 Diagram GDP............................................................................................ 6
Gambar 1. 3 Diagram Indeks Persaingan Bisnis...................................................................7
Gambar 1. 4 Diagram Indeks Korupsi............................................................................... 7
Gambar 1. 5 Diagram Keyakinan Konsumen......................................................................8
Gambar 1. 6 Kurva Kurs di Indonesia............................................................................... 8
Gambar 1. 7 Diagram Tingkat Inflasi................................................................................9
Gambar 1. 8 Diagram Unemployment rate.......................................................................12
Gambar 1. 9 Diagram Kemudahan Menjalankan Bisnis.......................................................14
Gambar 1. 10 Diagram Indeks Keyakinan Bisnis...............................................................15
Gambar 1. 11 Diagram Social Security............................................................................15
Gambar 1. 12 Diagram Inovation of Technology................................................................16
Gambar 1. 13 Diagram Research and Development............................................................17
Gambar 1. 14 Diagram Indonesia Patient Application by Nonresidents....................................17
Gambar 1. 15 Indonesia Patient Application by Residents....................................................18
Gambar 1. 16 Tabel data Average Connection Speed by APAC Country....................................19
Gambar 1. 17 Tabel Average Peak Connection Speed by APAC.............................................20
Y
Gambar 2. 1 Analisis Five Force Porter..........................................................................32
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Pertumbuhan Populasi................................................................................... 11
Tabel 1. 2 Tingkat Pendidikan....................................................................................... 12
Tabel 1. 3 Data Agama............................................................................................... 14
PESTEL ANALYSIS
Analisis PESTEL adalah tools untuk memahami segala risiko terkait dengan
pertumbuhan atau penurunan usaha serta memberikan arahan yang strategis untuk
bisnis. berikut analisis PESTEL pada industri sekolah bisnis.
Political-Legal Forces
1. Pemerintah memberikan insentif bagi organisasi nirlaba yang menginvestasikan
penghasilan yang diperolehnya pada pengembangan dunia pendidikan. Terhadap laba
yang diperoleh organisasi pendidikan tersebut yang diinvestasikan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak dikenakan Pajak Penghasilan (PPh).
Sarana dan prasarana pendidikan tersebut meliputi sebagai berikut:
- Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana pendidikan, penelitian
dan pengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi pembangunan
-
karyawan, dan
Sarana prasarana olahraga, sepanjang berada di lingkungan/lokasi lembaga
pendidikan formal.
Economic Forces
1. Pemerintah meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu sebesar
4,74 persen. Prediksi ini turun 1 persen dari asumsi makro di APBN-P 2015 yang
sebesar 5,7 persen. Perlambatan ekonomi tersebut akan berdampak terhadap jumlah
pengangguran dan orang miskin di Tanah Air.
2. GDP
Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto (PDB) adalah sebuah
indikator ekonomi untuk mengukur total nilai produksi yang dihasilkan oleh semua
orang dan Perusahaan (baik lokal maupun asing) didalam suatu Negara. GDP sama
dengan Total Pendapatan suatu Negara. Dapat dilihat dari diagram diatas bahwa GDP
negara Indonesia saat ini adalah 888.54 dari total nilai produksi tersebut salah satunya
dialokasikan untuk pendidikan.
4.
5.
6.
8.
9.
10.
mengalami kenaikan dalam hal indeks korupsi.dampak dari indeks korupsi tersebut
dapat dilihat dari kenaikan perekonomian makro di Indonesia yang semakin
meningkat. Dana yang seharusnya dialokasikan untuk pendidikan menjadi dana
pribadi. Kerugian korupsi di bidang pendidikan bukan hanya dalam jumlah yang
dianggarkan saja akan tetapi juga dapat berdampak pada peserta didik karena terjadi
penurunan kualitas pendidikan. Salah satu contoh korupsi dalam bidang pendidikan
yaitu penggunaan dana BOS.
11.
13.
14. Gambar 1. 5 Diagram Keyakinan Konsumen
15.
Indeks
keyakinan
konsumen
merupakan
indikator
pandangan
17.
semakin menguat dibandingkan sebelumnya. Saat ini nilai tukar rupiah sebesar 13285
per US Dollar. Naik turunnya kurs tersebut tidak terlalu berpengaruh pada biaya
sekolah bisnis.
20. Tingkat Inflasi
21.
22. Gambar 1. 7 Diagram Tingkat Inflasi
9
23.
10
24.
27. P
28. Y
op
ul
30. F
31. D
at
io
y
%
29. M
33. C
34. In
do
ne
si
Gl
ob
'
al
32.
U
g
e
f
W
o
r
l
d
P
o
35.
2
36. 26
37. 1
38. 2
39. 2
40. 1
41.
p
42. 3
0,
54
58
1,
5
1
11
43. 4
10
44.
0
45. 25
%
%
46. 1
7,
56
3,
47. 2
48. 2
49. 1
50.
51. 3
53
7
2
81
53.
5
54. 24
%
%
55. 1
1,
61
3,
56. 2
57. 2
58. 1
59.
60. 3
49
62.
2
1
%
%
64. 1
65. 2
66. 2
67. 1
68.
69. 3
45
6,
25
4,
71.
2
9
%
%
73. 1
74. 2
75. 2
76. 1
77.
78. 3
41
1,
54
0,
8
81. 19
9
%
%
82. 1
6,
95
7,
83. 2
84. 2
85. 1
86.
87. 3
35
88. 4
7
1
84
5
79. 4
42
80.
70. 4
70
3
72. 21
61. 4
12
6
63. 22
52. 4
%
%
89.
90.
13
91.
2. Tingkat Pendidikan
92. Tabel 1. 2 Tingkat Pendidikan
93.
94. Tingkat
95. U
96. P
o
d
98.
1
103. 104.
Sekolah Dasar
100.
e
101.
3-5
105.
106.
6-
102.
107.
108.78
112.
88.43
117.
73.95
122.
25.76
1
108. 109.
3
Sekolah Menengah
Pertama
1
110.
111.
12-
3
1
113. 114.
4
Sekolah Menengah
118. 119.
5
15-
3
1
8
120.
Universitas - Sarjana
Universitas - Ahli
125.
126.
3
Universitas
130.
Magister
133. 134.
121.
4
Madya (D3)
128. 129.
7
116.
(S1)
123. 124.
6
4
115.
131.
2
Universitas- Doktor
135.
136.
3
14
138.
3. Sosial Budaya
139.
140.
4. Sosial Ekonomi
15
141.
142.
143.
145.
6. Demografi dan Distribusi Jenis Kelamin
146.
Age Structure :
16
147.
Sex ratio: at
148.
dengan umur produktif yang masih tinggi. Dominan distribusi jenis kelamin
berpengaruh pada keadaan dalam sebuah negara dalam mengatur berbagai
programnya. Demografi dan distribusi jenis kelamin di Indonesia memiliki peranan
7.
149.
17
150.
151.
18
152.
153.
154.
Kemudahan
menjalankan
bisnis
sangat
berpengaruh
terhadap
dalam
menjalankan bisnis semakin tinggi maka dalam menjalankan bisnis tersebut juga
akan mengalami kemudahan.
9. Indeks keyakinan bisnis
155.
156.
157.
pebisnis mengenai situasi keuangan mereka, dan perasaan mereka tentang masa
depan dengan melihat kompetitor mereka saat ini. jika indeks keyakinan bisnis
semakin tinggi maka minat orang untuk mengambil sekolah bisnis juga akan tinggi.
Dilihat dari diagram di atas bahwa indeks keyakinan bisnis di Indonesia mengalami
penurunan pada tahun 2015 ke tahun 2016 akan tetapi penurunan tersebut tidak
banyak sehingga dapat dikatakan bahwa indeks keyakinan bisnis masih tergolong
tinggi.
10. Social Security
158.
159.
160.
Technological Forces
1. Inovation of Technology
20
161.
162.
163.
164.
165.
166. Indeks kekuatan inovasi Indonesia pada setiap tahunnya masih naik
turun dan trend turun pasca 2013 menimbulkan fakta bahwa Indonesia kurang
memiliki daya inovasi yang seharusnya mempunyai kekuatan besar diera globalisasi
ini. Trend turun ini juga disebabkan karena faktor kemalasan dan konsep konsumtif
dari masyarakat Indonesia sebagian besar. Negara negara lain yang telah berorientasi
dengan globalisasi seharusnya berimbang inovasi. Perkembagan teknologi baru yang
diciptakan di negara sendiri kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga
komersialisme sangat sulit.
2. Research and Development
21
167.
168.
169. Peningkatan angka pada tahun 2009 yang signifikan yaitu menjadi
0.08% persentase dari GDP. Menjadi awal yang bagus untuk R&D. Kedepannya
Indonesia akan juga memperhatikan area R&D melalui implementasi riset.
Peningkatan pendaan riset akan berpengaruh juga pada antusias penelitan. Indonesia
memang masih kurang dalam hal riset namun dengan implementasi yang ditanggung
jawabkan ke badan riset hingga perguruan tinggi akan membantu progress dari
penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat.
3. Kekayaan Intelektual dan Hak Paten
22
170.
171.
172.
23
173.
174.
175.
bentuk menghargai sebuah karya yang telah dibuat. Kekayaan intelektual dalam hal
paten di Indonesia setiap tahunnya memiliki trend peningkatan. Ini memberikan
pandangan bahwa masyarakat dan juga pemerintah telah sadar dengan pentingnya
perlindungan untuk kekayaan intelektual dan hak paten.
24
176.
177.
178.
179.
25
180.
terbesar didunia sayangnya tidak diimbangi dengan fasilitas internet yang kurang
merata dan juga memadai. Rata-rata internet di Indonesia 3 Mbps diperingkat 104
dan hal tersebut belum membuat Indonesia menjadi power di dunia Internet.
Kriminilitas Internet atau biasa disebut cyber crime di Indonesia juga mempunyai
tingkat yang cukup tinggi dengan kategori pembajakan hingga hacking. Hal ini
dikarenakan regulasi Indonesia yang kurang bisa memantau area internet dengan
benar.
5. Infranstruktur Teknologi
181.
Infrastukrut Teknologi adalah tugas besar bagi Indonesia
dengan pemerataan dan fungsional dari setiap daerah yang di Indonesia. Hal ini
mendukung terintegrasinya teknololgi untuk kemajuan antar daerah. Dalam rencana
strategis pemerintah mendorong dengan adanya pembenahana dalam kemartiman.
Maka dari itu supply mengenai teknologi dikemaritiman mulai dari kapal hingga
sipil mulai gencar dilakukan oleh pemerintah.
Eco-Logical Forces
1. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia dan memiliki luas
daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Namun, tidak semua pulau
di Indonesia mempunyai lokasi yang strategis untuk dijadikan tempat berdirinya
sekolah bisnis.
2. Indonesia merupakan negara yang mempunyai 3 iklim yaitu iklim muson, iklim
tropis dan iklim laut. Berbagai macam kondisi cuaca yang tidak dapat diperkirakan
seperti hujan, badai dan lain sebagainya menjadi salah satu hal yang harus di
antisipasi. Selain itu, dampak dari global warming dapat mengganggu kegiatan
operasional sekolah bisnis. Contoh nyata dari dampak pemanasan global di
Indonesia yaitu melelehnya es di Puncak Gunung Jaya Wijaya. Oleh karena itu,
sebaiknya sekolah bisnis berada di tempat yang tidak rawan banjir ataupun bencana
dan berbagai kondisi yang membuat siswa merasa tidak nyaman.
3. Adanya program eco-campus yang sedang marak dilakukan oleh berbagai
Universitas guna menjaga kelestarian lingkungan. Pembatasan penggunaan listrik
dan AC di lingkungan kampus merupakan salah satu upaya dalam mendukung
gerakan eco campus.
4. Indonesia menduduki peringkat ke-30 dalam tingkat polusi di dunia. Sebagai salah
satu sekolah bisnis yang mendukung eco-campus, maka pengurangan jumlah
26
polusi. Polusi juga berdampak tidak baik bagi industri sekolah bisnis karena dapat
mengganggu aktivitas operasional sekolah bisnis.
182.
27
183.
Industry Competitors
Industri sekolah bisnis merupakan salah satu industri yang saat ini
persaingannya sangat ketat diindikasikan dengan banyaknya universitas yang
ingin membuka program studi baru di bidang bisnis. Menurut Ivy (2001)
Pertumbuhan sekolah bisnis di Indonesia tersebut selaras dengan tren
pertumbuhan global dalam pendidikan perguruan tinggi (higher education)
yang dapat menghasilkan lulusan Master of Business Administration (MBA).
Industri sekolah bisnis yang ada di Indonesia antara lain yaitu Graduate
Program of Management and Business, Bogor Agricultural University, Telkom
Institute of Management, Institut Teknologi Bandung School of Business and
Management, Malangkucecwara School of Economics, Prasetiya Mulya
Business School, Universitas Gadjah Mada Faculty of Economics and
Business Magister Management, Stekpi School of Business and Management,
PPM Institute of Management, Trisakti School of Management, Kesuma
Negara School of Economics, Insurance Business School, IPMI Business
School.
Hasil riset SWA (2009) menyatakan di tahun 2003 terdapat 13 sekolah
bisnis yang menjadi objek survey sekolah bisnis terbaik versi SWA-MARS,
sedangkan tahun 2009 meningkat menjadi 24 sekolah bisnis yang mempunyai
akreditasi A. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang menunjukkan
terjadinya peningkatan jumlah sekolah bisnis yang ada di Indonesia. (Jumlah
Potential Entrants
Sekolah Bisnis IPB (SB-IPB) merupakan salah satu pendatang baru di industri
sekolah bisnis. Program Studi SB-IPB yang diresmikan pada tahun 2015
mempunyai program studi yang khusus untuk bisnis dan manajemen. Pada
program studi bisnis, mahasiswa akan diajarkan cara menjadi entrepreneur
sedangkan pada program studi manajemen akan diajarkan ilmu-ilmu manajerial.
Berbagai sekolah bisnis yang ada di Indonesia menawarkan berbagai fasilitas yang
berbeda tergantung pada level universitas. Semakin tinggi level suatu universitas
maka fasilitas yang diberikan pun akan semakin baik. Contoh pemberian fasilitas
yaitu perpustakaan yang lengkap dengan berbagai referensi buku dan pengajar
yang profesional. (Diferensiasi dalam Industri Sekolah Bisnis)
Sekolah bisnis merupakan industri yang sulit untuk dimasuki karena berbagai
macam proses yang harus dilewati dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mendapatkan akreditasi dari BAN-PT.Berikut adalah beberapa syarat yang menjadi
seleksi dalam pemberian akreditasi terhadap Perguruan Tinggi dan Program Studi,
yaitu (1) visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian (2) Struktur
Organisasi, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu (3)
Mahasiswa dan lulusan (4) Sumber daya manusia (5) Kurikulum, pembelajaran,
dan suasana akademik (6) Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem
informasi (7) Penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan
kerjasama. Persyaratan yang diberikan oleh BAN-PT membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk direalisasikan (Kebijakan Pemerintah).
Diperlukan modal yang besar dalam membuka sekolah bisnis. Modal yang
diperlukan dalam industri sekolah bisnis digunakan untuk pembangunan gedung
29
universitas, fasilitas untuk mahasiswa dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat
menjadi hambatan untuk memasuki industri sekolah bisnis. Oleh karena itu, exit
barriers tinggi karena modal yang dibutuhkan besar sehingga sulit untuk keluar
dari industri sekolah bisnis. (Kebutuhan Modal) (Exit Barriers)
Switching Cost dalam industri sekolah bisnis tergolong tinggi karena modal yang
dibutuhkan untuk mendirikan sekolah bisnis besar.
Kesimpulan : Ancaman pendatang baru tergolong rendah pada industri
sekolah bisnis dan berada di level yang sama dengan sekolah bisnis yang telah ada
sebelumnya merupakan hal yang sulit.
Pembeli dalam industri sekolah bisnis adalah para calon mahasiswa. Pangsa
pasar yang dituju oleh industri sekolah bisnis adalah mahasiswa yang ingin
menjadi entrepreneur. Jumlah peminat bisnis sangat banyak dibuktikan dengan
banyaknya sekolah bisnis saat ini yang ada di Indonesia. Selain itu,
pertumbuhan tingkat pendidikan juga semakin meningkat. (Jumlah Peminat
Harga)
Informasi sangat dibutuhkan oleh calon mahasiswa sehingga pihak industri
sekolah bisnis harus memberikan fasilitas kepada calon mahasiswa untuk
mendapatkan informasi secara lengkap. Salah satu media yang digunakan
calon mahasiswa baru untuk mendapatkan informasi mengenai sekolah bisnis
tersebut adalah website.
30
namun dalam berjalan waktu sekolah bisnis akan menjadi trend tersendiri bagi
masyarakat Indonesia. Pertimbangan regulasi pemerintah akan memberikan
penetrasi dalam pemebuatan sekolah bisnis nantinya. Hal ini berpengaruh pada
jumlah pemasok yang cenderung mutlak dan sedikit bagi sekolah bisnis karena
semua regulasi kan melalui pemerintahan.
Other Stakeholder
- Stakeholder Internal :Stakeholder internal mencakup berbagai bagian bagian
pemangku strategis dan teknik di internal sekolah bisnis.
1. Rector
2. Vice Rector :
2.1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
2.2 Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan
2.3 Bidang Sumber Daya dan Organisasi
2.4 Bidang, Riset, Inovasi, dan Kemitraan
2.5 Bidang, Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi
3. Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari
4. Satuan Pengawas Internal
5. Satuan Penjamin Mutu
6. Lembaga Direktorat
7. Decan of School
8. Majelis Wali Amanat
9. Head of Departement
10. Senat Akademik
11. Guru Besar
32
Perusahaan
5. Masyarakat
6. BAN PT.
7. AACSB
Kesimpulan : Kekuatan pemasok pada sekolah bisnis tinggi karena
pemasok merupakan salah satu penentu keberlanjutan kegiatan operasinal dari
sekolah bisnis dan dana yang diberikan sangat berpengaruh.
33
Konsumen tidak mudah beralih jika telah memilih satu sekolah bisnis karena
biaya yang dibutuhkan tinggi. (Jumlah subtitusi sekolah bisnis)
Kesimpulan : Subtitusi pada industri sekolah bisnis tergolong rendah
karena jumlah institusi ataupun lembaga yang mempunyai fungsi sama dengan
sekolah bisnis berjumlah sedikit.
Kategor
i R/S/T
persaingan
Exit Barriers
Diferensiasi
barrier
untuk
industri
sekolah
bisnis
tinggi
yang
Pertumbuhan Industri
Biaya Tetap
sangat tinggi
Kesimpulan persaingan dalam industri : TINGGI
Ancaman Pendatang Baru
34
sekolah bisnis
Kebijakan Pemerintah
pembagian
tersebut
berpengaruh
pada
cara
Kebutuhan Modal
Exit Barriers
Switching Cost
barriers tinggi
Switching cost pada industri sekolah bisnis tergolong Rendah
tinggi karena modal yang dibutuhkan mempunyai
nominal besar
Kesimpulan Ancaman Pendatang Baru : RENDAH
Daya Tawar Pembeli
Jumlah peminat sekolah Jumlah sekolah bisnis di Indonesia semakin meningkat, dilihat Rendah
bisnis
Pertumbuhan
pendidikan
selaras Rendah
Sensitivitas harga
meningkat
Switching cost dalam industri sekolah bisnis adalah rendah
Tersedianya alternatif
produk substitusi
Tinggi
entrepreneur.
Mutu industri sekolah
bisnis
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tingi
36
Dapat dilihat dari hasil analisis 5 force porter dapat diambil kesimpulan
bahwa industri sekolah bisnis menarik, karena dari ke lima faktor tersebut yang
mempunyai tingkatan rendah lebih sedikit dibangdingkan yang tinggi.
37
38
Lokasi sekolah bisnis yang mudah dijangkau oleh masyarakat akan lebih di
prioritaskan oleh calon pendaftar dan mendukung siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran.
9. Menyediakan fasilitas yang lengkap guna mendukung kegiatan pembelajaran
siswa.
Fasilitas yang diberikan oleh sekolah bisnis akan membantu siswa dalam
menerapkan ilmu-ilmu yang didapat pada perkuliahan.
10. Mempersiapkan lulusan yang dapat membuat lapangan pekerjaan guna
menurunkan tingkat pengangguran
Lulusan dari sebuah sekolah bisnis merupakan refrensentatif dari sekolah
bisnis tersebut. Pada hakekatnya sekolah bisnis dengan berbasis entrepreneurship
mempunyai beban dalam hal pembukaan lapangan pekerjaa. Hal ini juga mendukung
agar berpengaruh pada stabilitas ekonomi di Indonesia.
11. Menjadi sekolah bisnis yang dapat berperan aktif dalam mengembangkan
masyarakat berbakat entrepreneurship.
Salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi ialah pengabdian masyarakat hal
ini yang harus dilakukan untuk menjawab permasalah permasahan masyarakat dengan
solusi dari sebuah sekolah bisnis. Keadaan masyarakat Indonesia dengan dominan
menengah dan kemiskinanan harusnya membawa sekolah bisnis untuk bermanfaat
untuk masyarakat,
12. Memiliki research centre dalam pengembangan bisnis lokal
Sebuah institutsi pendidikan tinggi akan memberikan dampaknya berupa
penelitian, melihat latar belakang dari PESTLE dan juga 5 porter force. Indonesia
masih lemah dengan penelitian. Penelitian dalam bidang kelimuan disekolah bisnis
diperlukan agar memberikan inovasi inovasi untuk kemajuan bisnis di Indonesia daan
dibuktikan dalam bentuk research centre untuk kenyamanan dan kelengkapan
peneliti.
13. Memiliki publikasi riset bertaraf internasional
Publikasi riset diperlukan dikarenakan untuk memberikan respon kepercayaan
bagi sekolah bisnis dan juga manfaat bagi penelitian penelitian. Internasonal
dikarenakan untuk membawa komparasi juga terhadap research internasional.
39
Opportunities
1.
2.
3.
4.
rencana pemerintah
5. Belum adanya sekolah bisnis di Indonesia yang menggabungkankan kurikulum berbasis
riset dan praktek bisnis yang dilakukan secara kontinu.
Threat
1.
2.
3.
4.
5.
Banyaknya kompetitor yang telah terlebih dahulu memasuki industri sekolah bisnis
Regulasi pemerintah yang mempersulit pendirian sekolah bisnis
Kesulitan dalam mendapatkan lokasi yang strategis
Kualifikasi yang tinggi dalam publikasi riset bertaraf internasional
Rendahnya awareness masyarakat akan pentingnya entrepreneurship.
40
6. DAFTAR PUSTAKA
7.
8.
9.
10.
11.
Anonim. (2015). Indonesia Sex ratio. Diambil kembali dari Index Mundi:
http://www.indexmundi.com
12.
Anonim. (2015). Sejarah Sekolah Bisnis IPB. Diambil kembali dari Sejarah:
http://www.sb.ipb.ac.id
13.
Anonim. (2016). Indonesia - Indeks Daya Saing. Diambil kembali dari NegaraNegara: http://id.tradingeconomics.com/
14.
15.
16.
17.
BAN-PT. (2015). Akreditasi Perguruan Tinggi. Diambil kembali dari Akreditasi: banpt.kemdiknas.go.id/akreditasi
18.
19.
Michael. (2015, Juni 18). Kualitas Pendidikan Indonesia Peringkat 69 Tingkat Dunia.
Diambil kembali dari Rubrik: http://www.kompasiana.com
20.
21.
Prof. H. Muhammad Zilal Hamzah, P. (2015). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi BISNIS
INDONESIA - STIE-BI. Diambil kembali dari Home: http://www.stiebi.ac.id/
22.
Population.
41
Diambil
kembali
dari
Indonesia:
23.
42