Professional Documents
Culture Documents
GERD
(Gastroesofageal Refluks Disease)
Disusun oleh :
Aisyah Nur Aini
G4A013086
Pembimbing :
dr. Mamun, Sp.PD
LEMBAR PENGESAHAN
GERD
(Gastroesofageal Refluks Disease)
Pada tanggal,
Mei 2014
Disusun oleh :
Aisyah Nur Aini
G4A013086
Mengetahui,
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan
lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala di esofagus
maupun ekstra-esofagus, bahkan dapat menyebabkan komplikasi yang berat
seperti Barrets esophagus, striktur, adenokarsinoma di kardia dan esofagus
(Vakil dkk, 2006), (Makmum, 2009). Sudah sejak lama prevalensi GERD di
Asia
Namun, banyak penelitian pada populasi umum yang baru-baru ini dipublikasikan
menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi GERD di Asia. Prevalensi
di Asia Timur 5,2 %-8,5 % (tahun 2005-2010), sementara sebelum 2005 2,5%4,8%; Asia Tengah dan Asia Selatan 6,3%-18,3%, Asia Barat yang diwakili
Turki menempati posisi puncak di seluruh Asia dengan 20%. Asia Tenggara
juga mengalami fenomena yang sama; di Singapura prevalensinya adalah
10,5%, di Malaysia insiden GERD meningkat dari 2,7% (1991-1992) menjadi
9% (2000-2001), sementara belum ada data epidemiologi di Indonesia (Jung,
2009) (Goh dan Wong, 2006).
GERD memberikan dampak negatif pada kualitas hidup pasien, karena
gejala-gejalanya (heartburn, regurgitasi, nyeri dada, nyeri epigastrium, dll) yang
menyebabkan gangguan tidur, penurunan produktivitas di tempat kerja dan di
rumah, gangguan aktivitas sosial. Short-Form-36-Item (SF-36) Health Survey,
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan populasi umum, pasien GERD
memiliki kualitas hidup yang menurun, serta dampak pada aktivitas sehari-hari
yang sebanding dengan pasien penyakit kronik lainnya seperti penyakit jantung
kongestif dan artritis kronik (Hongo dkk, 2007).
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. S
Usia
: 52tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
Alamat
: Wangon Rt 4 Rw 4
Tanggal masuk : 12 April 2014
Tanggal periksa : 18 April 2014
No. CM
: 726259
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Dada terasa panas
2. Keluhan Tambahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Nyeri perut
Dada panas
Tenggorokan panas
Mual
Lemas
Sesak
: disangkal
b. Riwayat mondok
: disangkal
c. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
e. Riwayat asma
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
g. Riwayat merokok
: diakui
: disangkal
b. Riwayat mondok
: disangkal
c. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
e. Riwayat asma
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
: 130/80mmHg
b. Nadi
c. RR
d. Suhu
: 76x/menit
: 20x/menit
: 36,8 oC
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
: 120/80mmHg
: 72x/menit
: 20x/menit
: 36,3 oC
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
: 130/80mmHg
: 72x/menit
: 20x/menit
: 36,8 oC
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
: 130/80mmHg
: 80x/menit
: 20x/menit
: 37,0 oC
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
: 130/80mmHg
: 76x/menit
: 20x/menit
: 36,3 oC
: 130/90mmHg
: 72x/menit
: 18x/menit
: 37,3 oC
a. Kepala
1) Bentuk
: mesochepal, simetris
2) Rambut
b. Mata
1) Palpebra
2) Konjungtiva
: anemis (+/+)
3) Sclera
: ikterik (-/-)
4) Pupil
5) Exopthalmus
: (-/-)
6) Lapang pandang
7) Lensa
: keruh (-/-)
8) Gerak mata
: normal
: (-/-)
c. Telinga
1) otore (-/-)
2) deformitas (-/-)
3) nyeri tekan (-/-)
d. Hidung
1) nafas cuping hidung (-/-)
2) deformitas (-/-)
3) discharge (-/-)
e. Mulut
1) bibir sianosis (-)
2) bibir kering (-)
3) lidah kotor (+)
f. Leher
1) Trakhea
2) Kelenjar lymphoid
3) Kelenjar thyroid
: tidak membesar
4) JVP
5. Status Lokalis
a.Paru
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
b. Jantung
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
: SIC II LPSD
: SIC II LPSS
: SIC IV LPSD
: SIC V LMCS
: datar
2) Auskultasi
3) Perkusi
4) Palpasi
Edema
Sianosis
Ikterik
Akral dingin
Reflek fisiologis
Bicep/tricep
IV.
Ekstremitas
Ekstremitas
superior
Dextra
Sinistra
inferior
Dextra
Sinistr
a
-
+
D=S
+
D=S
+
D=S
Patela
+
Reflek patologis
Sensoris
D=S
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap
: 14,7 g/dl
(N)
Leukosit
: 9000 uL
(N)
Normal: 4800-10800 uL
Hematokrit
: 45%
(N)
Normal: 42-52%
Eritrosit
Trombosit
: 313.000/uL (N)
Normal: 150000-450000/uL
MCV
: 79,8fL
(N)
Normal: 79-99 fL
MCH
: 26,3 pg
(L)
Normal: 27-31 pg
MCHC
: 32,9 %
(L)
Normal: 33-37%
RDW
: 14,0
(N)
Normal: 11,5-14,5%
MPV
: 9,4
(N)
Normal: 7,2-11,1
Basofil
: 0,3%
(N)
Normal: 0-1%
Eosinofil
: 0,0%
(L)
Normal: 2-4%
Batang
: 0.8%
(L)
Normal: 2-5%
Segmen
: 80,3%
(H)
Normal: 40-70%
Limfosit
: 15,2 %
(L)
Normal: 25-40%
Monosit
: 3,4 %
(N)
Normal: 2-8%
GDS
: 101 mg/dL
(N)
CKMB
: 14
(N)
Kalium
HitungJenis
Kimia Klinik
2. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dilakukan di RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo pada
tanggal 17 April 2014. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Esofagus
: Mukosa scleroderma (+)
Cardia
: erosi
Corpus
: erosi
Angulus
: erosi
Duodenum : erosi
Kesimpulan : Plan gastritis
V.
DIAGNOSIS KLINIS
GERD (Gastroesofageal Refluks Disease)
VI.
PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
-
IVFD RL 20 tpm
Inj. Cefixim
b. Non Farmakologi
1. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit Gastroefofageal refluks disease,
pengobatan, dan komplikasinya
2. Modifikasi Gaya Hidup
a. Tidak merokok
b. Tempat tidur bagian kepala ditinggikan
c. Tidak minum alcohol
d. Diet rendah lemak
e. Hindari mengangkat barang berat
f. Penurunan berat badan pada pasien gemuk
g. Jangan makan terlalu kenyang
h. Hindari pakaian yang ketat, terutama di daerah pinggang
c. Monitoring
3. Evaluasi Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS dan respon verbal pasien.
4. Evaliasi tanda-tanda vital
Meliputi pemeriksaan :
-
Tekanan darah : sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan kondisi patologis.
Pulse rate
Respiratory rate
Suhu
VII. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gastro-oesophageal reflux disease ( GERD ) adalah salah satu kelainan yang
sering dihadapi di lapangan dalam bidang gastrointestinal. Penyakit ini berdampak buruk
pada kualitas hidup penderita dan sering dihubungkan dengan morbiditas yang
bermakna. Berdasarkan Konsensus Montreal tahun 2006 (the Montreal definition and
classification of gastroesophageal reflux disease : a global evidence- based consensus),
penyakit
refluks
gastroesofageal
(Gastroesophageal
Reflux
Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung
ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome)
di esofagus maupun ekstra-esofagus dan/atau komplikasi (Vakil dkk, 2006). Komplikasi
yang berat yang dapat timbul adalah Barrets esophagus, striktur, adenokarsinoma di
kardia dan esofagus (Makmun, 2009).
B. Epidemiologi dan Insidensi
Sudah sejak lama prevalensi GERD di Asia dilaporkan lebih rendah dibandingkan
dengan di negara-negara Barat. Namun, banyak penelitian pada populasi umum yang
baru-baru ini dipublikasikan menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi
GERD di Asia. Prevalensi di Asia Timur 5,2 %-8,5 % (tahun 2005-2010), sementara
sebelum 2005 2,5%-4,8%; Asia Tengah dan Asia Selatan 6,3%-18,3%, Asia Barat
yang diwakili Turki
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak enak di epigastrium
atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri dideskripsikan sebagai rasa terbakar
(heartburn), kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan menelan
makanan), mual atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah. Walau demikian derajat berat
ringannya keluhan heartburn ternyata tidak selalu berkorelasi dengan temuan
endoskopik. Kadang-kadang timbul rasa tidak enak retrosternal yang mirip dengan
angina pektoris. Disfagia yang timbul saat makan makanan yang padat mungkin terjadi
karena striktur atau keganasan yang berkembang dari Barrets esophagus. Odinofagia
bisa muncul jika sudah terjadi ulserasi esofagus yang berat (Makmun,2009).
Walaupun gejala khas/tipikal dari GERD adalah heartburn atau regurgitasi, gejala
tidak khas ataupun gejala ekstra esofagus juga bisa timbul yang meliputi nyeri dada non
kardiak (non
pH
24
jam,
tes
Bernstein,
manometri
esofagus,
sintigrafi
gastroesofageal, dan tes penghambat pompa proton (tes supresi asam) (Makmun, 2009).
American
mempublikasikan
College
of
Gastroenterology
(ACG)
di
the Diagnosis
tahun
and
2005
telah
Treatment
of
Gastroesophageal Reflux Disease, di mana empat di antara tujuh poin yang ada,
merupakan poin untuk diagnosis, yaitu : (Hongo dkk, 2007)
1. Jika gejala pasien khas untuk GERD tanpa komplikasi, maka terapi empiris
(termasuk modifikasi gaya hidup) adalah hal yang tepat. Endoskopi saat pasien
masuk dilakukan jika pasien menunjukkan gejala-gejala komplikasi, atau berisiko
untuk Barrets esophagus, atau pasien dan dokter merasa endoskopi dini diperlukan.
(Level of Evidence : IV)
2. Endoskopi adalah teknik pilihan yang digunakan untuk
mengidentifikasi dugaan
Barrets esophagus dan untuk mendiagnosis komplikasi GERD. Biopsi harus dilakukan
untuk mengkonfirmasi adanya epitel Barret dan untuk mengevaluasi displasia. (Level
of Evidence : III)
3. Pemantauan
ambulatoar
(ambulatory
monitoring)
esofagus
membantu
untuk
konfirmasi reluks gastroesofageal pada pasien dengan gejala menetap ( baik khas
maupun tidak khas) tanpa adanya kerusakan mukosa; juga dapat digunakan untuk
memantau pengendalian refluks pada pasien tersebut di atas yang sedang menjalani
terapi. (Level of Evidence : III)
tidak
dijumpainya
kelainan secara visual, mukosa yang normal (minimal 5 sampel untuk esofagitis
eosinofilik.)
6. Endoskopi dilakukan untuk mengevaluasi pasien yang mengalami gejala esofagus
dari GERD yang tidak berespon terhadap terapi empiris berupa PPI 2 kali sehari.
Biopsi harus mencakup area yang diduga mengalami metaplasia, displasia, atau
malignansi.
7. Manometri dilakukan untuk mengevaluasi pasien dengan dugaan gejala GERD yang
tidak berespon
endoskopinya normal.
8. Pemantauan dengan ambulatory impedance-pH, catheter-pH, atau wireless- pH
dilakukan
dengan dugaan gejala GERD yang tidak berespon terhadap terapi empiris berupa
PPI 2 kali sehari, gambaran endoskopinya normal dan tidak memiliki kelainan pada
manometri.
G. Penatalaksanaan
1. Merubah gaya hidup dan kebiasaan
Penderita penyakit GERD dianjurkan untuk merubah beberapa kebiasaan yang
berhubungan dengan gejala GERD. Yang sering dianjurkan terutama pada anak besar
dan remaja adalah untuk berhenti merokok, minum alkohol, minum kopi dan
menurunkan berat badan pada obesitas, jangan langsung tidur setelah makan dan
mengurangi porsi makanan. Sedangkan pada bayi dianjurkan pemberian thickening milk,
meninggikan posisi kepala sewaktu tidur dan tidak memakaikan pakaian ketat. Tapi
belum banyak bukti yang mendukung keberhasilan dengan hanya merubah kebiasaan
dan gaya hidup saja, karena biasanya gejala GERD selalu diatasi segera dengan
pemakaian obatobatan juga (Jones, 2011).
2. Obat-obatan
a. Antasida
Tujuan pemberian antasida yang dapat menetralisir asam lambung adalah
untuk mengurangi paparan asam di esofagus, mengurangi gejala nyeri uluhati
dan memperingan esofagitis. Pengalaman pemakaian antasida pada bayi dan anak
belum banyak sehingga tidak direkomendasikan. Pemakaian antasida terbatas hanya
untuk jangka pendek (Jones, 2011).
b. Antagonis reseptor H2
Cara kerja golongan obat ini adalah menekan sekresi asam dengan
menghambat reseptor H2 pada sel parietal lambung. Ranitidin merupakan jenis yang
paling sering digunakan. Obat ini efektif untuk mengurangi gejala esofagitis ringan.
Tetapi efeknya terhadap esofagitis berat belum banyak dilaporkan (Jones, 2011).
c. Prokinetik
Obatobat prokinetik meningkatkan motilitas esofagus dan lambung sehingga
membantu mempercepat waktu pengosongan lambung. Peran prokinetik untuk
mengurangi episode refluks belum terbukti. Untuk mengurangi gejala muntah dan
regurgitasi, golongan prokinetik dapat diandalkan. Jenis obat yang sering dipakai
adalah cisaprid, metoklopramid dan betanekol. Dilaporkan dari berbagai penelitian
bahwa cisaprid relatif aman walaupun kadangkadang memberikan efek samping
berupa diare dan kolik yang bersifat sementara. Efek cisaprid terhadap jantung
(memperpanjang interval QT) juga pernah dilaporkan (Jones, 2011).
d. Proton pump Inhibitor
Golongan obat ini mensupresi produksi asam lambung dengan menghambat
molekul di kelenjar lambung yang bertanggung jawab mensekresi asam lambung,
biasa disebut pompa asam lambung (gastric acid pump). Omeprazol terbukti efektif
pada esofagitis berat yang refrakter terhadap antagonis reseptor H2. Namun demikian
pengalaman pemakaian omeprazol pada bayi dan anak masih belum banyak dilaporkan
(Jones, 2011).
H. Komplikasi
Komplikasi GERD antara lain:
1. Esophagus barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner metaplastik
2. Esophagus ulseratif
3. Perdarahan
4. Striktur esophagus
5. Aspirasi
I. Prognosis
Prognosis dari GERD pada umumnya baik tergantung dari kondisi pasien, berat
ringannya penyakit yang dialami dan ada tidaknya komplikasi. Kebanyakan pasien
dengan GERD mempunyai respon baik dengan obat-obatan, meskipun kambuh setelah
penghentian terapi medis adalah umum dan menunjukkan kebutuhan untuk terapi jangka
panjang
pemeliharaan.
Mengidentifikasi
subkelompok
pasien
yang
dapat
mengembangkan komplikasi yang paling serius dari GERD dan memperlakukan mereka
agresif adalah penting. Bedah pada tahap awal kemungkinan besar diindikasikan pada
pasien ini. Setelah fundoplication Nissen laparoskopi, gejala menyelesaikan pada sekitar
92% pasien.
BAB IV
KESIMPULAN
Gastroesofageal reflux disease (GERD) adalah suatu kondisi dimana cairan lambung
mengalami refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar, nyeri
di dada, regurgitasi, dan komplikasi. Manifestasi klinis GERD meliputi gejala tipikal
(esofagus) dan atipikal (ekstraesofagus). Faktor yang berperan untuk terjadinya GERD yaitu
mekanisme antirefluks, kandungan cairan lambung, mekanisme bersihan oleh esofagus, dan
resistensi sel epitel esofagus. Untuk menegakkan diagnosis GERD dapat ditegakkan
berdasarkan analisa gejala klinis dan pemeriksaan penunjang.
Komplikasi penyakit GERD diantaranya Esofagus barret, esofagitis ulseratif,
perdarahan, striktur esofagus, dan aspirasi. GERD merupakan penyakit kronik yang
memerlukan pengobatan jangka panjang. Pengobatan yang dapat diberikan pada klien GERD
meliputi modifikasi gaya hidup, terapi obat-obatan seperti Antasida, Antagonis reseptor H2,
Prokinetik, dan Proton pump Inhibitor.
DAFTAR PUSTAKA
Goh KL, Wong CH. Gastrooesophageal reflux disease: An Emerging Disease in Asia.J
Gastroenterol Hepatol 2006; 2:118-23.
Hongo