You are on page 1of 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik, mekanik,
thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah sifat mekanik. Sifat
mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik
merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material,
contohnya untuk dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik
pada suatu logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian
yang dilakukan adalah pengujian tarik.
Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan sifatsifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan konstruksi sebuah
jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima beban diatasnya. Material juga
harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau berlebih tidak patah. Salah satu
contoh material yang sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum
adalah logam.
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari logam
tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari sifat mekanik logam
tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan pengujian-pengujian terhadap sampel
dari material.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari
material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang mempunyai sifat
mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat mekanik dari material dengan sifat yang kurang
baik dengan cara alloying. Hal ini dilakukan sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan.
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan
dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat. Salah satu cara
untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik
yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak
dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai

2
2

data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat
dilihat dari kurva uji tarik.
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material,
khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari hasil pengujian tarik
adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan tarik

2. Kuat luluh dari material


3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.
Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar
kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan
pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan
secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk
dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai sifatsifat logam.
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan faktor
metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap logam jadi,
untuk memenuhi proses selanjutnya.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa metalurgi
hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva tegangan regangan kita
dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan,
dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus mengetahui dampak pengujian terhadap
sifat mekanis dan fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter - parameter tersebut maka
kita dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.

1.2

Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan logam melalui
pemahaman dan pendalaman kurva hasil uji tarik.

1.3

Batasan Masalah
Batasan masalah dalam percobaan ini yaitu melakukan pengujian pada sampel yang

berbentuk pelat dan kawat sampai sampel tersebut putus. Dari hasil pengujian yang diperoleh,
mencari berapa besar yield strength, tensile strength dan persentase elongasinya.
1.4

Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I menjelaskan mengenai latar

belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, sistematika penulisan. Bab II menjelaskan


mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan,
Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian, Bab IV menjelaskan mengenai data
percobaan, Bab V menjelaskan mengenai pembahasan dan Bab VI menjelaskan mengenai
kesimpulan dari percobaan. Selain itu juga di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat
contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas serta terdapat juga blangko percobaan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Landasan Teori
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu

bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985]. Hasil
yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk
karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.

Gambar 2.1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah
sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material.
Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga
spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian
tarik relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal
yang perlu diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.
A. Pengujian Mekanik
Pengujian mekanik adalah pengujian untuk melihat pengaruh atau respon material
terhadap pembebanan. Pembebanan pada aterial dapat berupa beban tarik, tekan, bending,
torsi atau kombinasinya. Pembebanan itu sendiri dapat berupa beban statik atau beban
dinamik. Beban berubah menurut fungsi waktu disebut dengan beban dinamik, sedangkan
yang tidak berubah menurut fungsi waktu disebut dengan beban statik.
Salah satu pengujian mekanik yang cukup penting adalah pengujian tarik. Pengujian
tarik sutu benda uji ( spesimen ) akan menghasilkan suatu kurva ( diagram ) tarik, yaitu kurva
antara beba tarik ( P ) terhadap perubaha panjang ( L ). Kurva tersebut kemudian diubah
menjadi diagram tegangan regangan teknis ( -e ) dan diagram tegangan regangan
sebenarnya ( - ). Informasi tentang beberapa sifat mekanik material akan diperoleh dari
pengujian tarik, seperti
1.
2.
3.
4.
5.

Kekuatan tarik / tensile strength


Keuletan / ductility
Tegangan luluh / yield stress
Modulus elastisitas / modulus of elasticity
Tegangan putus / fracture stress

B. Deformasi
Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Selama deformasi, bahan menyerap
energi sebagai akibat adanya gaya yang bekerja sepanjang deformasi. Sekecil apapun gaya
yang bekerja, maka benda akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran.
Perubahan ukuran secara fisik ini disebut deformasi. Deformasi ada dua macam yaitu
deformasi elastis dan deformasi plastis. Yang dimaksud deformasi elastis adalah deformasi
yang terjadi akibat adanya beban yang jika beban ditiadakan, maka material akan kembali
keukuran semula. Sedangkan deformasi plastis adalah deformasi yang bersifat permanen jika
bebannya dilepas.

Penambahan beban pada bahan yang telah mengalami kekuatan tertinggi tidak dapat
dilakukan, karena pada kondisi ini bahan telah mengalami deformasi total. Jika beban tetap
diberikanmaka regangan akan bertambah dimana material seakan menguat yang disebut
dengan penguatan regangan (strain hardening) yang selanjutnya benda akan mengalami putus
pada kekuatan patah.
Disamping itu dari pengujian tarik dapat diamati beberapa fenomena yang terjadi
selama deformasi, antara lain :

Gambar 2.2 Diagram tegangan - regangan

1. Elastisitas
adalah suatu regangan yang dapat balik (reversible). Jika suatu tegangan diberikan
dalam bentuk tarik, material menjadi sedikit lebih panjang, dan bila beban ditiadakan material
tersebut akan kembali ke dimensi semulanya.
2. Plastisitas
Plastisitas adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material, yaitu ketika beban yang
diberikan kepada suatu benda / material hingga mengalami perubahan bentuk kemudian
dihilangkan lalu benda tidak bisa kembali sepenuhnya ke bentuk semula. Peningkatan

pembebanan yang melebihi kekuatan luluh (yield strength) yang dimiliki plat mengakibatkan
aliran deformasi permanen yang disebut plastisitas.
3. Fenomena luluh
Fenomena titik luluh adalah titik dimana deformasi elastis berubah menjadi deformasi
plastis pada batas elastis atau batas proporsional.
4. Bidang patah
5. Pengecilan penampang setempat ( necking )
6. Modulus Young
Modulus Young, disebut juga dengan modulus tarik adalah ukuran kekakuan suatu
bahan elastis yang merupakan ciri dari suatu bahan. Modulus Young didefinisikan sebagai
rasio tegangan dalam sistem koordinat kartesian terhadap regangan sepanjang aksis pada
jangkauan tegangan di mana hukum Hooke berlaku.[1] Dalam mekanika benda padat,
kemiringan (slope) pada kurva tegangan-regangan pada titik tertentu disebut dengan modulus
tangen. Modulus tangen dari kemiringan linear awal disebut dengan modulus Young. Nilai
modulus Young bisa didapatkan dalam eksperimen menggunakan uji kekuatan tarik dari suatu
bahan. Pada bahan anisotropis, modulus Young dapat memiliki nilai yang berbeda tergantung
pada arah di mana bahan diaplikasikan terhadap struktur bahan.
Modulus Young adalah penggambaran modulus elastis yang paling umum. Modulus
elastis yang lainnya adalah modulus curah (bulk modulus) dan modulus geser.
Modulus Young dinamai berdasarkan ilmuwan Inggris abad ke 19, Thomas Young.
Namun konsep yang sama dikembangkan terlebih dahulu oleh Leonhard Euler pada tahun
1727, dan eksperimen pertama yang memanfaatkan konsep yang sama dengan modulus
Young dilakukan oleh Giordano Riccati pada tahun 1782.[2]
A. Sifat Mekanik di daerah Elastis
1.

Kekuatan elastis : kemampuan batang untuk menerima beban / tegangan tanpa


berakibat terjadinya deformasi plastis (perubahan bentuk yang permanen).

2.

Ditunjukkkan oleh titik luluh (yield).


Kekakuan (stiffness) : suatu batang yang memiliki kekakuan tinggi bila mendapat
beban (dalam batas elastisnya) akan mengalami deformasi plastis, tetapi hanya sedikit.

3.

Resilience : kemampuan bahan untuk menyerap energi tanpa menyebabkan terjadinya


deformasi plastis. Dinyatakan dengan besarnya luasan di bawah grafik daerah elastik
(Modulus Resilien).

B. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji


Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau retak
pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan
agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.
C. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,
spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan
menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang
kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan
yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estndar baku
pengujian.

Gambar 2.3 Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

Gambar 2.4. Contoh kurva uji tarik

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari
pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang
diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan
2.1 berikut

s = P/A0......................................................................................... ( 2.1 )
Keterangan

10

s : besarnya tegangan (kg/mm2)


P : beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan
linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah
pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.
Keterangan

e : Besar regangan
L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan
tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk
menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau
titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah
parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik,
tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan
kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat
terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali
kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk
berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik,
dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih
rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan
tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan
bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang
sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan.
Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan
kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat

11

bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang
getas, kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik
menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik
mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan
batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan
digunakan
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus
terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan yang tidak
menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban
melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis
bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan.
Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar
dengan bertambahnya regangan plastik.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus elastisitas.
Persamaannya dituliskan dalam persamaan

E=

Keterangan

......................................................................................... ( 2.2 )

E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),


e : regangan
: Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding
dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai
suatu titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan
pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk
pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah

12

dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat
pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena
penurunan luas penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat
pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji
akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa sifat
mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.
2.2 Kekuatan Tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh
(Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik
maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas
penampang lintang awal benda uji.

13

Gambar 2.5 Kekuatan tarik

Su =
di mana
Su

Pmaks
Ao

......................................................................................... ( 2.3 )

= Kuat tarik

Pmaks = Beban maksimum


A0

= Luas penampang awal

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi
pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan
bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat
terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali
kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk
berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik,
dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.

14

Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih


rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan
tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan
bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang
sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan.
Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan
kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat
bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang
getas, kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.
Perubahan ukuran secara fisik ini disebut deformasi. Deformasi ada dua macam yaitu
deformasi elastis dan deformasi plastis. Yang dimaksud deformasi elastis adalah deformasi
yang terjadi akibat adanya beban yang jika beban ditiadakan, maka material akan kembali
keukuran semula. Sedangkan deformasi plastis adalah deformasi yang bersifat permanen jika
bebannya dilepas.
Penambahan beban pada bahan yang telah mengalami kekuatan tertinggi tidak dapat
dilakukan, karena pada kondisi ini bahan telah mengalami deformasi total. Jika beban tetap
diberikanmaka regangan akan bertambah dimana material seakan menguat yang disebut
dengan penguatan regangan (strain hardening) yang selanjutnya benda akan mengalami putus
pada kekuatan patah.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik
menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik
mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan
batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan
digunakan, seperti :
1.

Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan
2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan

2.

beberapa ratus dislokasi.


Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional
antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan

3.

dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.


Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa
terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga

15

suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara
pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada
kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi
beban (loading-unloading) yang membosankan.
2.3

Kekuatan luluh (yield strength)


Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah

kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang menunjukan
perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh
dituliskan seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.

Gambar 2.6 Titik luluh

Ys =

Py
Ao

......................................................................................... ( 2.4 )

16

Keterangan ;
Ys : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)
Py : Besarnya beban di titik yield (kg)
Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik
menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis
mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil
deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah
kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva
tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan
tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen
(e = 0,002 atau 0,001)

So =

F (offset )
Ao

......................................................................................... ( 2.5 )

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji diberi
pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan
maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada
saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai
tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang
diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan
spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik
atau batas proporsional.
2.4

Pengukuran Keliatan (keuletan)

17

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat diberikan
penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran keuletan dilakukan
untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa
terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya
pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai
kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi
pengolahan.

2.5

Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisitasannya.

Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat pemberian
tegangan. Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak
dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus
elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit
berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

Mo =
Dimana

......................................................................................... ( 2.6 )

s = tegangan
= regangan

Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]

18

2.6

Kelentingan (resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu

berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan.
Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap
satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan
luluh o. Energi regangan tiap satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :

Uo = xx

......................................................................................... ( 2.7 )

Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah

Uo = So eo = 1/2So

So
E

:
SO
2e

......................................... (

2.8 )
Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi pada
pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik, adalah
data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik

19

menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis
mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil
deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah
kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva
tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan
tertentu.
2.7

Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah plastik.

Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan.
Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva
tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat
dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0) adalh perbandingan
antara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.

UT su ef ......................................................................................... ( 2.9 )
Atau

Ur =

So+ Su
2

ef ......................................................................................... ( 2.10 )
\

Untuk material yang getas

UT =

2
3

Su ef ......................................................................................... ( 2.11
)

20

Keterangan

UT : Jumlah unit volume


Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas penampang lintang.
Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang terjadi pada benda uji
tarik saat terjadi patah. Karena data yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh,
maka tegangan patah sejati sering tidak tepat nilai.
2.8 Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam
Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk
keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat digeneralisasi
seperti pada.

21

Gambar 2.7 Profil data hasil uji tarik


Kita akan membahas istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan berpedoman
pada hasil uji tarik seperti pada Gbr.5. Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai dari
titik O sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar.
a. Batas elastis E ( elastic limit)
Dalam Gbr.5 dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada
titik A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi
semula (tepatnya hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan nol pada titik O (lihat
inset dalam Gbr.5). Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi
berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan
permamen (permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari
0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% . Tidak ada standarisasi yang universal
mengenai nilai ini.
b. Batas proporsional p (proportional limit)
Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada
standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas
elastis.
c. Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula, yaitu bila bahan
ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
d. Tegangan luluh atas uy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan
deformasi elastis ke plastis.
e. Tegangan luluh bawah ly (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi
plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah
tegangan ini.
f. Regangan luluh y (yield strain)

22

Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.


g. Regangan elastis e (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini akan kembali ke posisi semula.
h. Regangan plastis p (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan
ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
i. Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p. Perhatikan
beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika
beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE)
adalah regangan plastis.
j. Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
k. Kekuatan patah (breaking strength)
Ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji
putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis Untuk
hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan luluh
biasanyadidefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar 0.2%,
regangan ini disebut offset-strain. Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan
(stress) adalah Pa (Pascal, N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.

2.9.

Istilah hasil uji tarik


Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi

hasil uji tarik.

23

a. Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis
yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur
(ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang
dari itu suatu bahan disebut getas (brittle).
b. Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap
energi dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan
(Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau
Pa). Dalam Gbr.1, modulus kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
c. Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan
tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness).
Dalam Gbr.5, modulus ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva
OABCD.
d. Pengerasan regang (strain hardening)
e. Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding
regangan setelah memasuki fase plastis.

24

BAB III
JURNAL PRAKTIKUM

3.1.

Maksud dan Tujuan


1. Mendapatkan kurva uji tarik benda
2. Menentukan beberapa sifat mekanik benda uji
3. Mengamati fenomena fenomena fisik yang terjadi selama penarikan

3.2.

Dasar Teori
Dalam penggunaan ataupun cara kerjanya, maka suatu material ujian
menerima beban yang merupakan gaya luar yang akan menimbulkan deformasi.
Secara sistematis proses dapat digambarkan sebagai berikut
1. External Force
2. Stress
3. Deformasi

3.3.

Alat dan Bahan


1. Sigmat ( jangka sorong )
2. Benda kerja
3. Alat uji tension
4. Penggaris

25

3.4.

Langkah Percobaan
1. Bentuk batang uji menurut standart
2. Ukur kekerasan benda uji
3. Ukur panjang dan diameter benda uji
4. Perkiraan beban tertinggi yang dapat diberikan sebagai tahanan atau reaksi dari
bahan terhadap beban luar
5. Siapkan mesin uji tarik yang akan digunakan
6. Catat skala beban pada mesin uji tarik
7. Catat kecepatan grafik dan catatan diameter benda uji setiap penambahan
beban
8. Setelah terjadi perubahan penampang, catat diameter terkecil benda uji pada
setiap pengurangan beban

3.5.

Kesimpulan
1. Dapat mengetahui hal seperti :
1. Yielding
2. Vtimatic
3. Fraktur
2. Kekuatan logam untuk tarikan adalah, batas minimal untuk logam sehingga jika
dilampauinya akan terjadi banding.
3. Baja yang kuat akan menghasilkan kurva yang lebih tinggi di bajar lurak.

3.6.

Data pengujian
a. Lo=
137 mm
b. Lf =
182 mm
c. L
=
182 137
Lf Lo
d. E =
=
Lo
e.
f.
g.
h.
i.

Do
Df=
P.max
Dy
Pt =

=
10 mm
6,8 mm
=
5400
=
3400
3200

= 46 mm
182137
137

= 0,3357 = 33,57 %

26

BAB IV
PERTANYAAN DAN JAWABAN

4.1

Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan :
a. Kekuatan
b. Keuletan
c. Ketangguhan
d. Modulus elastisitas
2. Buatlah diagram / kurva :
a. Tegangan teknik regangan teknik
b. Tegangan sebenarnya regangan sebenarnya

4.2

Jawaban
1. Apa yang dimaksud dengan :
a. Kekuatan adalah, Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil
pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate
Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate
Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang
lintang awal benda uji.
b. Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada
saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum
pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah
hal, yaitu :
Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi
tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam,

misalnya pengerolan dan ekstrusi.


Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai

kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.


Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi
pengolahan

c. Ketangguhan (Toughness), adalah kemampuan menyerap energi pada


daerah plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang

27

sukar dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan


adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva teganganregangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang
dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan
(S0) adalh perbandingan antara kekuatan dan kueletan.
d. Modulus

Elastisitas,

adalah

ukuran

kekuatan

suatu

bahan

akan

keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik


yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan
oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa
terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas
salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya
sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau
pengerjaan dingin.
2. Buatlah diagram / kurva :
a. Tegangan teknik regangan teknik
b. Tegangan sebenarnya regangan sebenarnya

28

.
Gambar 4.1 a. Kurva tegangan teknik regangan teknik

29

Gambar 4.1 b. Kurva tegangan sebenarnya regangan sebenarnya

30

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Menambahkan kadar karbon pada permukaan logam akan menguatkan logam tersebut.
2. Logam getas memiliki sifat elastis yang rendah.
3. Setiap logam memiliki sifat elastis dan plastis.

31

DAFTAR PUSTAKA
1. http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalam-kehidupan-seharihari.html (Diakses pada tanggal 24-Mei-2014 pada pukul 01:00)
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuatan_tarik (Diakses pada tanggal 24-Mei-2014 pada
pukul 02:05)
3. Robert H.Ferry. 1986. Chemical Engineering Hand Books.
4. Eric A Brandes & butterworts.1983. Sixth Edition. Smithells metal References Book
Co Ltd

iii

32

LAMPIRAN

You might also like