Professional Documents
Culture Documents
Gambaran Fungsi Kognitif PD Penderita Paru
Gambaran Fungsi Kognitif PD Penderita Paru
School of Nursing
Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta
Skripsi, Januari 2016
Syahir Noer Muhamad, NIM : 1111104000024
ABSTRACT
Human cognitive function consist of orientation time and place, attention, memory,
language, visuospacial, eksecutive, dan abstract skill. The cognitive function could alter if
hypo perfusion occur. Patients with COPD suffer hypoksia lead to brain hypoperfusi. The
aim of the research was to investigate cognitive function of patient with COPD, this study
had been carried out during 5 month from March until Jule 2015. Quantitative method
was used and descriptive design with cross sectional approach. Has been choosen sample
were 48 patient at RSU Kabupaten Tangerang with non probability sampling technique
and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result has been
delivered 38 out of 48 patient has cognitive function altered whereas 10 of them still
normal. Most of them were at above 60 years old 64.8%, 31.5% were around age of 4559, and 4.2% were below 44 years old. Mele were most potential of suffering COPD
than female (34 male and 5 male on this study). Thus 34 male shown cognitive function
altered while female only 4 people. In conclusion cognitive changed could be affected by
age and chronic disease of COPD nurse are needed to educate to COPD Patient in order
to reduce cognitive changing induced by hypoksia such as COPD.
Key word
Reference
: 58 (2003-2015)
ii
ABSTRAK
Perubahan kognitif dapat terjadi jika terjadi hipoperfusi pada otak, penyebab terjadinya
hipoperfusi otak yakni kondisi hipoksia pada otak, salah satunya terjadi pada penderita
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran
fungsi kognitif pada penyakit paru obstruktif kronis yang dilakukan selama 5 bulan dari bulan
Maret hingga Juli 2015. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel adalah 48 pasien di RSU Kabupaten
Tangerang dengan teknik non probability sampling. Pengambilan data menggunakan
kuisioner Montreal Cognitive Assesment (MoCa). Hasil penelitian menunjukan dari 48
responden, 38 diantaranya (79.1%) mengalami perubahan fungsi kognitif dan 10 orang
(20.9%) memiliki fungsi kognitif yang normal. Rata-rata pasien PPOK yang mengalami
perubahan kognitif pada usia 60 tahun sebanyak 31 orang (64.8%), 45-59 tahun sebanyak
15 orang (31.5%) dan 44 sebanyak 2 orang (4.2%). Jenis kelamin laki-laki lebih banyak
yakni 43 orang (89.6%) di diagnosa PPOK dibanding perempuan sebanyak 5 orang (10.4%),
pada laki-laki 34 orang (79.1%) terjadi perubahan kognitif dan 9 orang (20.9%) kognitif
normal, pada perempuan 4 orang (80.0%) dengan perubahan kognitif dan 1 orang (20.0%)
kognitif normal. Dengan begitu perubahan fungsi kognitif dapat dipengaruhi oleh faktor usia
dan penyakit yang menahun maka diperlukan peran perawat sebagai caregiver dalam
menekankan edukasi terhadap pasien PPOK agar dapat mengurangi prevalensi kejadian
gangguan kognitif pada pasien PPOK.
Kata Kunci
Daftar Bacaan
: 58 (2003-2015)
iii
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya serta shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, Berkat rahmat,
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gambaran
Fungsi Kognitif Pada Penderita Penyakit Paru Obstrukstif Kronis di RSU
Kabupaten Tangerang
Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai
gelar sarjana keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta serta mengembangkan teori-teori yang
penulis peroleh selama kuliah.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan
sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis sangat menyadari bahwa
penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini sebabkan masih terbatasnya
pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis
terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.
Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang
tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri S.KM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSc, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan.
4. Ibu Nia Damiati, S.Kp, M.SN. selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih
sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi
selama 4 tahun masa akademik.
5. Ibu Ns. Mardiyanti, M.Kep.,MDS dan Ibu Maftuhah, Ph.D selaku Dosen
Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan
waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama
proses pembuatan skripsi ini.
6. Bapak Jamaludin, S.Kp., M.Kep dan Bapak Ns.Waras Budi Utomo., S.Kep.,
MKM.
7. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang tak ternilai, serta seluruh
staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Perawat RSU Kabupaten Tangerang yang telah mengizinkan dan membantu
peneliti dalam melakukan penelitian.
9. Orang tuaku, Ibu Baiatin Nassa Kardiani dan Bapak Ns.Yayat Ruhiyat., S.Kep
yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendoakan
keberhasilan penulis,serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada
penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Tak lupa, adikku,
Syaifan Bachtiar Nirwansyah, dan segenap keluargaku yang selalu memberikan
semangat tanpa pamrih.
10. Teman-teman PSIK 2011, PSIK 2010, Kak Yoga, Kak Andri, Kak Egi, Kak Qoys,
Wiwi, Manda dan teman-teman kosan yang telah membantu, memberi masukan,
memberi inspirasi, dan terkhusus untuk Nika Sari Cahyaningrum yang telah
banyak memberikan referensi dan membantu proses perkuliahan dan sebagai
tempat berbagi keluh kesah selama menjadi mahasiswa UIN Jakarta.
11. Teman-teman BEM FKIK 2013-2014 yang telah memberikan pelajaran praktik
berorganisasi.
`Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, namun penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HAL
Lembar pernyataan...............................................................................................................i
Abstrack..............................................................................................................................ii
Abstrak...............................................................................................................................iii
Pernyataan Persetujuan.......................................................................................................iv
Lembar pengesahan.............................................................................................................v
Riwayat Hidup...................................................................................................................vii
Kata Pengantar....................................................................................................................ix
Daftar Isi............................................................................................................................xii
Daftar Singkatan................................................................................................................xv
Daftar Gambar..................................................................................................................xvi
Daftar Tabel.....................................................................................................................xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................4
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................5
E. Manfaat Penelitian.......................................................................................5
F. Ruang linkup................................................................................................6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)....................................................8
1. Definisi PPOK.......................................................................................8
2. Faktor Risiko PPOK .............................................................................9
3. Jenis PPOK .........................................................................................12
4. Komplikasi PPOK ..............................................................................16
5. Pemeriksaan Diagnostik PPOK ..........................................................18
B. Fungsi Kognitif .........................................................................................23
1. Pengertian Fungsi Kognitif .................................................................23
2. Aspek-Aspek Fungsi Kognitif .............................................................24
3. Anatomi Fungsional pada Fungsi Kognitif .........................................26
C. Pengaruh PPOK terhadap Fungsi Kognitif ...............................................29
D. Alat Ukur Fungsi Kognitif.........................................................................31
E. Kerangka Teori .........................................................................................32
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ......................................................................................37
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Data......................47
1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia... ................47
2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ...............47
3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan.....................48
4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Merokok..............48
5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Penyakit...............49
6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan.......................................49
7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Trauma Kepal....................50
8. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Usia................50
9. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Jenis Kelamin.................51
10. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Pekerjaan............51
11. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Merokok.............52
12. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Pendidikan..............53
13. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Penyakit.............54
14. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Trauma Kepala...........55
15. Distribusi Frekuensi MoCa dengan Jumlah Responden...............55
16. Distribusi Frekuensi Diagnosa Kerja...........55
17. Distribusi Proporsi Antara Fungsi Kognitif dengan diagnosa.. ..........56
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan...............58
1. Gambaran Fungsi kognitif berdasarkan Usia..................58
2. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan Jenis Kelamin..............59
3. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan pendidikan...............60
4. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan pekerjaan.............60
5. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan status merokok.................61
6. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan riwayat penyakit...............62
7. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan Skor MoCa...............64
8. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan Diagnosa Kerja.................65
B. Keterbatasan Penelitian..............65
DAFTAR SINGKATAN
AGD
CHF
EKG
: Electrocardiogram
FEV1
FVC
GARD
GOLD
ICCU
ICU
MMSE
MoCa
NICE
NTT
PEF
PPOK
RISKESDAS
RSUD
RVC
SDM
UIN
WHO
IgE
: Imunoglobulin E
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Kerangka Teori..31
Kerangka Konsep......32
DAFTAR TABEL
HALAMAN
1.1Pengkajian menentukan derajat berat asma...13
1.2 Klasifikasi PPOK......18
1.3 Fungsi kognitif berdasarkan skor MMSE.............29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah istilah umum yang digunakan
untuk menggambarkan kondisi obstruksi irreversibel progresif aliran udara ekspirasi.
Individu dengan PPOK mengalami kesulitan bernapas, batuk produktif, dan intoleransi
aktivitas (Gede dan Effendy, 2003). The Global Initiative For Chronic Obstructive Lung
Disease (GOLD) tahun 2006, mendefinisikan penyakit PPOK merupakan penyakit yang
dapat dicegah dan diobati, PPOK dapat pula mempengaruhi tingkat keparahan penyakit
pada individu dengan riwayat asma.
Menurut Patrick (2005) faktor genetika yang turut mempengaruhi terjadinya
PPOK
adalah
defisiensi
a1-antitripsin
yang
merupakan
faktor
predisposisi
tahun serta hal tersebut di dukung dengan laporan statistik yang di prakarsai oleh WHO
(2015) bahwa prevalensi perokok pada usia 15 tahun di Indonesia pada tahun 2012 sangat
tinggi dan di dominasi oleh laki-laki yakni sebanyak 71,8% dan 4% perempuan.
Penderita PPOK di negara maju seperti Amerika di tahun 2006 terbilang cukup tinggi
dan merupakan penyebab kematian keempat yakni sebanyak 120.970 jiwa pada tahun GOLD
(2006). Sedangkan di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
pada tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia sendiri masih cukup
mengkhawatirkan karena prevalensi PPOK di Indonesia masih terbilang cukup tinggi dengan
presentasi 4.5% per mil.
PPOK merupakan masalah serius dengan ditetapkannya sebagai penyebab kematian
keempat di dunia, tidak sampai disana beberapa dampak yang diakibatkan oleh PPOK juga
membuat kerugian yang lebih besar. Salah satunya yakni organ yang dipengaruhi oleh PPOK
selain paru sebagai akibat dari komplikasi adalah otak yang merupakan salah satu organ
khusus yang mudah diserang oleh dampak sistemik dari PPOK Thakur et al (2010),
disamping itu PPOK dapat meningkatkan resiko kerusakan neuron yang berhubungan dengan
hipoksemia (Dodd et al, 2009).
Gangguan fungsi kognitif pada penderita PPOK menjadi sebuah topik yang menarik
untuk diteliti pasalnya belum terdapat penelitian terkait gangguan fungsi kognitif
pada
penderita PPOK di Indonesia. Sangat penting mengkaji fungsi kognitif pada pasien dengan
PPOK dalam rangka mengoptimalisasi perawatan yang berorientasi pada pasien sebagai
upaya pencegahan komplikasi dari PPOK, sesuai dengan hipotesis penelitian De Carolis et al
(2011) yang menjelaskan bahaya dari komplikasi PPOK yakni terjadinya hipoksia kronik
yang mana hipoksia kronik pada PPOK meningkatkan kejadian neurodegenerasi penyakit
Alzheimer, yang diakibatkan oleh disfungsi mitokondria dan aktivasi program kematian sel.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan bahwa PPOK merupakan
salah satu penyakit penyebab kematian keempat di dunia. Meskipun WHO dalam terbitannya
GOLD menyatakan bahwa PPOK merupakan penyakit yang dapat di obati tergantung dari
tingkat keparahan penyakit akan tetapi penyebab dominan adalah merokok yang menjadi
masalah utama yang cukup memprihatinkan terutama di negara-negara berkembang, bahkan
debu polutan pun dapat berkontribusi terjadinya penyakit PPOK. Meski demikian dampak
dari PPOK lebih besar kerugian yang didapat seperti komplikasi berupa terjadinya gagal
nafas, hipertensi paru, dan gangguan kognitif.
Perubahan fungsi kognitif pada penderita PPOK di Indonesia masih belum banyak
tergali karena dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, budaya, dan latar belakang
pendidikan. Selain itu perubahan fungsi kognitif akibat dari komplikasi PPOK berupa
kejadian hipoksia. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran fungsi
kognitif pada penderita penyakit paru obstruksi kronis.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran demografi yang terdiri atas usia, jenis kelamin, pendidikan
terakhir pasien PPOK di RSU Kab Tangerang ?
2. Bagaimana gambaran hasil tes diagnostik yang di sertai diagnosa kerja pada pasien
PPOK di RSU Kab Tangerang ?
3. Bagaimana gambaran fungsi kognitif pada pasien PPOK di Kab Tangerang ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pada pasien
penyakit paru obstruktif kronis di RSU Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran demografi pada penderita PPOK di RSU Kab
Tangerang.
b. Mengidentifikasi hasil diagnosa kerja pada penderita PPOK di RSU Kab Tangerang.
c. Mengidentifikasi gambaran fungsi kognitif pada penderita PPOK di RSU Kab
Tangerang.
E. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan seputar PPOK beserta dengan komplikasinya yang dapat terjadi
dan mekanisme terjadinya gangguan fungsi kognitif.
2. Bagi Perawat
a. Sebagai bahan pertimbangan evaluasi terhadap perawatan dan intervensi
keperawatan terhadap pasien PPOK.
b. Penelitian ini dapat sebagai tanggung jawab yang bisa dijalankan atas dasar
perawatan pada pasien PPOK dengan dasar pemenuhan kebutuhan dasar biologis,
psikologis, sosial, budaya, dan spiritual.
3. Bagi pasien PPOK
Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi bagi penderita penyakit PPOK untuk
mencegah terjadinya komplikasi berupa perubahan fungsi kognitif pada penderita PPOK
4. Bagi perkembangan pendidikan keperawatan
Penelitian ini diharapkan hasilnya dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya keperawatan Medikal Bedah mengenai
pentingnya pengetahuan tentang terjadinya gangguan kognitif pada pasien dengan PPOK
untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan pasien dengan PPOK.
F. Ruang Lingkup
Penelitian dilakukan oleh mahasiswa program studi ilmu keperawatan di RSU Kabupaten
Tangerang, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pada pasien penyakit
paru obstruktif kronis. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Merokok
Merokok tembakau merupakan penyebab utama dan paling penting
terjadinya PPOK. Walaupun PPOK dapat terjadi pada pasien yang tidak
merokok, sekitar 90% kasus terjadi pada individu yang merokok secara aktif.
Merokok tembakau bereaksi sebagai bronkhial iritan, yang menyebabkan
perubahan permanen dari kelenjar yang memproduksi mukus dan sampai
hipersekresi mukus. Merokok juga menyebabkan perubahan inflamasi dalam
dinding dari jalan napas dan destruksi dari dinding alveolar, menyebabkan
berkembangnya emfisema pada individu yang rentan (Barnett, 2006).
Merokok merupakan penyebab PPOK yang paling umum, dan mencakup
80% dari semua kasus PPOK yang ditemukan. Dengan risiko perseorangan
meningkat sebanding dengan peningkatan jumlah rokok yang dihisapnya
(Francis, 2008).
2. Defisiensi Alpha-1 antitripsin
Pasien dengan defisiensi alpa-1 antitripsin berisiko berkembangnya
emfisema pada usia dini yaitu antara usia 20 dan 40 tahun dan sering kali
memiliki riwayat penyakit pada keluarga. Pasien dengan defisiensi antitripsin
dan emfisema inhereditas salah satu gen abnormal dari salah satu orang tua,
dengan kata lain orang tua yang memiliki gen karier (Barnett, 2006).
3. Faktor usia
PPOK jarang mulai menyebabkan gejala yang dikenali secara klinis
sebelum mencapai usia 40 tahun. Kasus-kasus ini terkait dengan defisiensi
bawaan dari anti tripsinalfa-1. Ketidakmampuan ini dapat mengakibatkan
seseorang mengalami emfisema dan PPOK pada usia sekitar 20 tahun, yang
berisiko menjadi semakin berat jika mereka merokok (Francis, 2008).
Klasifikasi usia berdasarkan kategori lansia terdiri sebagai berikut.
1. Pralansia (prasenil)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Maryam dkk, 2008).
2) Faktor Risiko yang Berhubungan
a. Polusi Lingkungan
Terdapat bukti yang kuat bahwa PPOK diperburuk oleh polusi udara,
namun peran polusi dalam etiologi PPOK menunjukkan pengaruh yang lebih
kecil dibandingkan dengan merokok (Bourke, 2003 dalam Barnett, 2006).
b. Faktor Pekerjaan
Beberapa pekerjaan di mana pekerja terpapar dengan batu bara, silica dan
kapas seperti buruh tambang, pekerja tekstil dan pekerja semen, berhubungan
dengan meningkatkan risiko PPOK. Pajanan logam berat, dan asap las telah
dikenali menyebabkan emfisema sejak tahun 1950 (Barnett, 2006).
c. Infeksi Pernapasan pada Masa Anak-Anak
Infeksi pernapasan pada tahun pertama kehidupan, seperti pneumonia dan
bronkhitis, mungkin mempengaruhi berkembangnya PPOK pada kehidupan
setelahnya. Hal ini mungkin terjadi sebagai hasil belum lengkapnya
perkembangan sistem respirasi saat lahir sampai paru berkembang pada awal
masa dewasa (Stick, 2000 dalam Barnett, 2006).
d. Faktor Sosioekonomi Rendah
Insiden PPOK lebih tinggi pada pasien dengan status sosioekonomi
rendah, terutama tinggal pada daerah pinggiran kota daripada daerah
pedesaan. Merokok juga merupakan hal yang biasa pada populasi ini, namun
tidak menjadi faktor satu-satunya yang terlibat. Faktor lain seperti lingkungan
rumah yang buruk, kondisi yang lembab dan kepadatan yang berlebihan yang
memungkinkan frekuensi dan menyebabkan infeksi respirasi dan menaikkan
polusi udara dalam ruangan (Barnett, 2006).
e. Atrophy dan Hiperesponsif Jalan Napas
Penurunan fungsi paru pada PPOK karena kerusakan akibat infeksi
berulang, yang mana pemulihan fungsi paru tidak dapat diperoleh. Hipotesis
lain menyebutkan bahwa fungsi paru menurun lebih cepat pada pasien
perokok dan yang mempunyai unsur alergi (atopy) dan meningkatnya level
imunoglobulin E (IgE), menyebabkan hiperaktivitas yang dapat dilihat pada
asma (Barnett, 2006).
3. Jenis PPOK
a. Asma
Asma adalah suatu
bentuk campuran (Priece and Lorraine, 2005). Asma tipe ini pada kasus klinis
merupakan bentuk asma yang paling sering ditemukan (Soemantri, 2008).
2) Manifestasi Klinis Asma
Gejala asma terdiri atas triad : dispnea, batuk, dan mengi. Gejala sesak
napas sering dianggap sebagai gejala yang harus ada. Adapun gambaran klinis
penderita asma :
a) Gambaran objektif :
Kondisi penderita asma seperti sesak napas parah disertai wheezing,
disertai batuk dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan, bernapas dengan
menggunakan otot-otot napas tambahan, dapat berupa sianosis, takikardi,
gelisah serta cemas.
b) Gambaran subjektif :
Penderita mengeluh sukar bernapas, sesak, dan anoreksia (Soemantri, 2008).
Tabel 2.1 pengkajian menentukan derajat berat asma
Manifestasi klinis
a. Penurunan toleransi beraktivitas
b. Penurunan otot bantu napas tambahan, adanya
retraksi interkostal
c. Wheezing
d. Respiratory per menit
e. Pulse rate per menit
f. Teraba pulsus paradoksus
g. Puncak expiratory flow rate (L/Menit)
Skor 0
Skor 1
Ya
Tidak ada
Tidak
Ada
Tidak ada
<25
<120
Tidak ada
>100
Ada
>25
>120
Ada
<100
beberapa
Staphylococcus,
jenis
Sreptococcus,
bakteri
penyebab
Pneumococcus,
bronkhitis,
dan
yaitu
Haemophilus
Cor Pulmonal
Cor pulmonal adalah kegagalan jantung pada sisi kanan yang disebabkan
oleh peningkatan ketegangan dan tekanan pada ventrikel kanan. Peningkatan
resistensi pembuluh darah paru mengakibatkan induksi hipoksia terhadap
vasokontriksi pada kapiler pembuluh darah paru yang menghasilkan tegangan
yang berlebih pada sisi jantung sebelah kanan. Pada akhirnya hal ini mengacu
pada hipertrofi dan kegagalan pada ventrikel kanan. Hasilnya terjadinya
edema peripheral berkembang menjadi kegagalan jantung sebelah kanan,
dimana merembesnya cairan keluar dari kapiler masuk ke jaringan sekitar
(Barnett, 2006).
Cor pulmonal akut merupakan dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan
dekompensasi. Cor pulmonal kronis merupakan bentuk cor pulmonal yang
paling sering terjadi. Dinyatakan sebagai hipertropi ventrikel kanan akibat
sebuah peningkatan jumlah sel darah merah. Hal tersebut merupakan cara
tubuh beradaptasi dengan kondisi hipoksia dan lebih banyak menghasilkan
hemoglobin dengan membawa sejumlah oksigen (Barnett, 2006).
5. Pemeriksaan diagnostik PPOK
Pemeriksaan diagnostik PPOK terdiri atas tes fungsi paru, Analisa gas darah,
CT-Scan, dan skreening defisiensi alfa 1-antitripsin
a. Tes fungsi paru-paru
Tes fungsi paru pada PPOK untuk mengetahui diagnosis dan derajat
obstruksi aliran udara yang paling baik dikaji melalui alat spirometri.
Spirometri adalah standar paling untuk pengukuran obstruksi aliran udara
secara akurat pada pasien dengan PPOK.
Spirometri merupakan alat esensial untuk mendiagnosa PPOK karena
adanya perbedaan antara penyakit restriktif dan obstruktif. Berikut beberapa
keterangan hasil dari pengukuran oleh spirometri :
a) FEV1 (forced expired volume in one second) adalah volume udara yang
dihembuskan dalam satu detik pertama atau tekanan ekspirasi setelah
inspirasi maksimal.
b) FVC (forced vital capacity) adalah volume maksimal jumlah udara
yang dapat dihirup (total lung capacity) hingga penghembusan
maksimal (residual volume) yang diukur kembali dengan jeda waktu.
c) RVC (relaxed after capacity) adalah pengukuran ekspirasi tanpa
tekanan, di mana biasanya terdapat hasil lebih besar dibanding FVC
pada
pasien
PPOK.
Caranya
sebagai
berikut,
pasien
akan
sekali hembusan setelah menghirup udara maksimal lalu pada saat yang
menghembuskan pasien menjepit hidung.
d) PEF (peak expiratory flow) adalah jumlah aliran udara yang di
hembuskan dengan mengawali hirup nafas sedalam-dalamnya lalu
menghembuskan nafas selama-lamanya sekitar 10 detik.
Tabel 2.2 klasifikasi PPOK. Diadopsi dari National Collaborating
Centre For Chronic Condition (2004) dalam Barnett (2006)
Kategori
Gejala
Batuk perokok :
Ringan
Napas pendek
(FEV1 50-80%
perkiraan)
Napas sesak dan atau
Sedang
whezze : batuk disertai
(FEV130-49%
perkiraan)
sputum
Napas sesak : batuk,
Berat
wheeze
(FEV1<30%
perkiraan)
Sumber : Barnett (2006)
Tanda
Tidak ada
Beberapa tanda
Hiperinflasi :
hipoksia, edema
peripheral.
b. CT-Scan
Tampilan dari gambar CT-Scan berbeda dengan tampilan gambaran
foto sinar X-ray. Alat ini lebih sensitif, di mana sesuatu yang dihasilkan
gambaran CT berupa potong lintang dan dapat dengan akurat menentukan
lokasi lesi.
c. EKG (elektrokardiogram)
EKG merupakan alat yang berguna mendeteksi penyakit jantung
iskemik dan aritmia. Pasien dengan cor pulmonal dapat menunjukan adanya
hipertrofi pada ventrikel kiri.
waktu dan
terapi mengandung
yang
dihadapi.
Konsentrasi
merupakan
kemampuan
untuk
d. Fungsi eksekutif
Fungsi
eksekutif
meliputi
kemampuan
untuk
membuat
rencana,
korpus
mamillare.
Sementara
alveus,
fimbria,
formiks,
traktus
bodies,
berperan
dalam
pembentukan
memori
dan
pembelajaran
i) Girus dentatus, berperan dalam memori baru dan mengatur rasa bahagia.
j) Korteks entorhinal, penting dalam memori dan merupakan komponen
asosiasi. Sedangkan lobus otak yang ikut berperan dalam kognitif adalah.
a. Lobus frontalis
Fungsi lobus frontalis mengatur motorik, perilaku, kepribadian,
bahasa, memori, orientasi spasial, belajar asosiatif, daya analisis dan
sintesis. Sebagian korteks medial lobus frontal dikaitkan sebagai
bagian sistem limbik, karena banyaknya koneksi anatomik dengan
struktur limbik dan adanya perubahan emosi bila terjadi kerusakan.
b. Lobus parietalis
Berfungsi dalam membaca, persepsi, memori, dan visuospasial.
Korteks ini menerima stimuli sensori (input visual, auditori, takil)
dari area asosiasi sekunder karena menerima input dari berbagai
asosiasi
sensori.
Sehingga
manusia
dapat
Montreal Cognitive Assessment (MoCA) dibuat pada tahun 1966 oleh Dr. Ziad
Nasreddine di Montreal, Canada. MoCA telah dikembangkan sebagai alat
screening cepat untuk gangguan kognitif ringan dan awal demensia Alzheimer.
MoCA mengkaji domain fungsi kognitif yang meliputi; atensi dan konsentrasi,
fungsi eksekutif, memori, bahasa, kemampuan visuo konstruksional, berpikir
konseptual, kalkulasi, dan orientasi (Doerflinger dan Inova, 2012).
Dalam penelitian Crisan et al (2014) berpendapat bahwa instrument MoCA
lebih baik dibandingkan MMSE dalam mendeteksi tahap awal gangguan kognitif.
Dong dan Villeneuve dalam Crisan et al (2014) menguatkan bahwa instrumen
MoCA adalah alat yang lebih unggul dibanding MMSE dalam mendeteksi pasien
dengan gangguan kognitif.
Pernyataan tersebut sebanding dengan validasi terkait kedua instrument yang
dilakukan oleh Friedman (2012) dalam studi thesisnya menyatakan yakni kedua
instrumen MoCA dan MMSE memiliki kelebihan dan kekurangan yang relatif
sama, namun MoCA sedikit lebih baik dalam tingkat keakuratan diagnostik
dibandingkan dengan MMSE dan memperlihatkan sebagai alat yang lebih sensitif.
Berdasarkan dari beberapa penelitian maka peneliti menggunakan instrument
MoCA sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
resistensi
terhadap aliran
udara
E. Kerangka Teori
Pemeriksaan
AGD
1. Primer :
- Merokok
- Defisiensi Alpha-1
antitripsin
Hipoksemia Kronis
PPOK
Oksigenasi
serebral
Atrofi pada
hippocampus melalui
gambaran MRI
Hipocampus
sebagai
pembentuk
memori
Pemeriksaan
MoCA tool
Aktifitas fisik
Sosial
Mental
Daya ingat
1.
2.
3.
4.
5.
Orientasi
Atensi
Memori
Fungsi eksekutif
Visuospasial
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Konsep dalam dunia penelitian dapat diartikan segala sesuatu yang bersifat
masih abstrak. Agar konsep ini dapat dimengerti dan dioperasionalkan oleh semua
pihak, maka harus diberikan ukuran dan variabel (Imron dan Amrul, 2010).
Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu gambaran fungsi kognitif pada
penderita penyakit paru obstruktif kronis.
Gambaran Fungsi Kognitif pada Penderita Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Visuospasial
Bahasa
Eksekutif
Memori/Delayed recall
Atensi
Abstraksi
Diagnosa Kerja
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Tingkat Pendidikan
Riwayat Merokok
Riwayat Trauma
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
.
1.
2.
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Fungsi kogntif
Fungsi kognitif
merupakan proses
berpikir pada manusia
yang meliputi fungsi
eksekutif, visuospasial,
eksekutif, bahasa,
delayed recall/memori,
atensi, abstraksi,
orientasi.
Mengajukan
pertanyaan
melalui
kuesioner
Kuesioner
Montreal
Cognitive
Assessment
(MoCA)
26-30 = Normal
< 26 = Tidak Normal
Ordinal
Karakteristik
Responden
a. Usia
Kuesioner
terdiri dari 30
item
pernyataan.
Sumber : www.mocatest.org
Mengajukan
pertanyaan
melalu
kuesioner
Kuisioner data
demografi
1 = < 44 tahun
2= 45-59 tahun
3= > 60 tahun
Nominal
b. Jenis
Kelamin
Identitas responden
berdasarkan ciri fisik
dan biologis.
Menanyakan
langsung ke
responden
Kuisioner data
demografi
1 = Laki-laki
2 = Perempuan
Nominal
c. Pendidikan
terakhir
Tingkat pendidikan
formal terakhir
responden.
Menanyakan
langsung
responden
Kuisioner data
demografi
1 = Tidak sekolah
2= SD
3 = SMP
4 = SMA
5 = PT
Ordinal
d. Pekerjaan
3.
4.
Jenis pekerjaan
responden
Menanyakan
langsung ke
responden
Kuisioner data
demografi
1 = Tidak bekerja
2 = Petani
3= Wiraswasta
4 = Buruh
5 = Pensiunan
6 = TNI/POLRI
Nominal
Nominal
e. Riwayat
Merokok
Status merokok
responden di masa lalu.
Menanyakan
langsung ke
responden
Kuisioner data
demografi
1 = Merokok
2 = Tidak merokok
Normal
f. Riwayat
cidera
kepala
Analisa Gas
Darah
Menanyakan
langsung ke
responden
Melakukan
observasi
melalui data
sekunder
berupa rekam
medis pasien.
Kuisioner data
demografi
1 = Iya
2 = Tidak
Normal
Data sekunder
berupa rekam
medis pasien
pH 7.35-7.45 = Normal
PaO2 80-100 mmHg = Normal
PaCO2 35-45 mmHg = Normal
SaO2 95% = Normal
Interval
Merupakan pengukuran
fungsi paru-paru dengan
melihat fungsi jalan
napas
Melakukan
observasi
pada rekam
medis
Spirometri
1= Normal
2= Tidak normal
Data sekunder
berupa rekam
medis pasien
Sumber :
Craven and Constance, 2009
FEV1 80% atau lebih = Normal
FEV1 50 79% = Sedang
FEV1 30-49% = Berat
FEV1 < 30% = Sangat berat
1 = Normal
2 = Tidak normal
Pengukuran dilakukan dengan
Interval
EKG
Dengan
dilakukan
observasi
pada rekam
medis pasien
Data sekunder
berupa rekam
medis pasien
1 = Normal
2 = Tidak normal
Nominal
6.
Diagnosa Kerja
Dengan
melihat
rekam medis
Data sekunder
berupa rekam
medis
Nominal
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Konsep dalam dunia penelitian dapat diartikan segala sesuatu yang bersifat
masih abstrak. Agar konsep ini dapat dimengerti dan dioperasionalkan oleh semua
pihak, maka harus diberikan ukuran dan variabel (Imron dan Amrul, 2010).
Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu gambaran fungsi kognitif pada
penderita penyakit paru obstruktif kronis.
Gambaran Fungsi Kognitif pada Penderita Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Visuospasial
Bahasa
Eksekutif
Memori/Delayed recall
Atensi
Abstraksi
Diagnosa Kerja
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Tingkat Pendidikan
Riwayat Merokok
Riwayat Trauma
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
.
1.
2.
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Fungsi kogntif
Fungsi kognitif
merupakan proses
berpikir pada manusia
yang meliputi fungsi
eksekutif, visuospasial,
eksekutif, bahasa,
delayed recall/memori,
atensi, abstraksi,
orientasi.
Mengajukan
pertanyaan
melalui
kuesioner
Kuesioner
Montreal
Cognitive
Assessment
(MoCA)
26-30 = Normal
< 26 = Tidak Normal
Ordinal
Karakteristik
Responden
a. Usia
Kuesioner
terdiri dari 30
item
pernyataan.
Sumber : www.mocatest.org
Mengajukan
pertanyaan
melalu
kuesioner
Kuisioner data
demografi
1 = < 44 tahun
2= 45-59 tahun
3= > 60 tahun
Nominal
b. Jenis
Kelamin
Identitas responden
berdasarkan ciri fisik
dan biologis.
Menanyakan
langsung ke
responden
Kuisioner data
demografi
1 = Laki-laki
2 = Perempuan
Nominal
c. Pendidikan
terakhir
Tingkat pendidikan
formal terakhir
responden.
Menanyakan
langsung
responden
Kuisioner data
demografi
1 = Tidak sekolah
2= SD
3 = SMP
4 = SMA
Ordinal
5 = PT
d. Pekerjaan
3.
4.
Jenis pekerjaan
responden
Menanyakan
langsung ke
responden
Kuisioner data
demografi
1 = Tidak bekerja
2 = Petani
3= Wiraswasta
4 = Buruh
5 = Pensiunan
6 = TNI/POLRI
Nominal
Nominal
e. Riwayat
Merokok
Status merokok
responden di masa lalu.
Menanyakan
langsung ke
responden
Kuisioner data
demografi
1 = Merokok
2 = Tidak merokok
Normal
f. Riwayat
cidera
kepala
Analisa Gas
Darah
Menanyakan
langsung ke
responden
Melakukan
observasi
melalui data
sekunder
berupa rekam
medis pasien.
Kuisioner data
demografi
1 = Iya
2 = Tidak
Normal
Data sekunder
berupa rekam
medis pasien
pH 7.35-7.45 = Normal
PaO2 80-100 mmHg = Normal
PaCO2 35-45 mmHg = Normal
SaO2 95% = Normal
Interval
Merupakan pengukuran
fungsi paru-paru dengan
melihat fungsi jalan
napas
Melakukan
observasi
pada rekam
medis
Spirometri
1= Normal
2= Tidak normal
Data sekunder
berupa rekam
medis pasien
Sumber :
Craven and Constance, 2009
FEV1 80% atau lebih = Normal
FEV1 50 79% = Sedang
FEV1 30-49% = Berat
FEV1 < 30% = Sangat berat
1 = Normal
2 = Tidak normal
Interval
EKG
Dengan
dilakukan
observasi
pada rekam
medis pasien
Data sekunder
berupa rekam
medis pasien
1 = Normal
2 = Tidak normal
Nominal
6.
Diagnosa Kerja
Dengan
melihat
rekam medis
Data sekunder
berupa rekam
medis
Nominal
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melihat gambaran
fungsi kognitif pada pasien PPOK di RSU Kabupaten Tangerang dengan desain
penelitian cross sectional, cross sectional adalah desain penelitian yang dilakukan
pengumpulan datanya pada satu waktu atau at one poin in time (Polit & Beck, 2003
dalam Swarjana, 2012). Penelitian cross sectional meneliti suatu kejadian pada satu
titik waktu di mana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat
yang sama (Setiadi, 2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-September 2015 di Ruang Rawat Inap
Dewasa Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Tangerang, tepatnya di Paviliun
Cempaka, Flamboyan, Seruni, Kenanga dan ruang rawat jalan.
Alasan peneliti memilih RSU Kabupaten Tangerang sebagai lokasi penelitian
karena di rumah sakit ini belum pernah di lakukan penelitian tentang fungsi kognitif
pada pasien PPOK di Ruang Rawat Inap Dewasa RSU Kabupaten Tangerang.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007).
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien dewasa yang menderita
PPOK di Ruang Rawat jalan Dewasa RSU Kabupaten Tangerang berdasarkan
studi pendahuluan pada bulan Januari dari Oktober 2014 - Januari 2015 dengan
total sebanyak 78 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Hidayat, 2007). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
non probability sampling yaitu teknik yang tidak memberikan kesempatan yang
sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Setiadi, 2013).
Non probability sampling ini merupakan pengambilan data hanya pada
individu atau obyek pada suatu populasi yang memenuhi persyaratan tertentu
terpilih menjadi sampel (Imron & Amrul, 2010). Adapun kriteria inklusi-eksklusi
yang digunakan untuk menentukan sampel yang akan diteliti adalah sebagai
berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian pada
populasi target dan sumber (Riyanto, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah :
1. Pasien dengan penyakit PPOK sekurang-kurangnya 6 bulan menderita
penyakit.
2. Pasien dewasa dengan usia 22 tahun sampai 65 tahun.
3. Pasien yang mampu berkomunikasi verbal dengan baik
4. Pasien dengan kondisi kesadaran penuh
5. Pasien yang bersedia mengikuti penelitian
6. Pasien yang berada di pelayanan rawat jalan
b. Kriteria eksklusi
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2015. Data yang
didapatkan dalam penelitian ini data primer melalui kuisioner tentang fungsi kogntif
dan data sekunder berupa hasil analisa gas darah. Adapun tahapan dalam penelitian
ini, yaitu ;
1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan surat
permohonan penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada kepala Bidang
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) RSU Kabupaten Tangerang.
3. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh kepala Diklit lalu peneliti
mendapat surat pengantar ke tiap kepala ruangan
4. Setelah ijin penelitian disetujui oleh kepala Instalasi Rawat jalan RSU Kabupaten
Tangerang
5. Setelah ijin penelitian disetujui oleh Kepala Ruangan, peneliti menyeleksi calon
responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Dengan menggunakan rumus perhitungan sample slovin, peneliti menentukan
calon responden banyaknya sesuai dengan responden yang memenuhi kriteria
yaitu sebanyak 43,82 pasien PPOK yang ditambah sebanyak 10% dari total
populasi yaitu ditambah 10 menjadi 44 orang.
7. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. jika
calon responden bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar
persetujuan kemudian menandatanganinya.
8. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden selanjutnya
diajukan pertanyaan oleh peneliti atau asisten peneliti melalui kuisioner.
9. Waktu wawancara melalui kuisioner selama kurang lebih 20 menit untuk setiap
responden dan responden hanya dianjurkan bertanya setelah proses wawancara
selesai namun tidak diperkenankan bertanya sebelum dan selama proses
wawancara berlangsung.
10. Kuisioner yang telah terisi melalui wawancara selanjutnya diolah dan dianalisa
oleh peneliti.
G. Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data yang meliputi :
1. Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh. Data perlu diedit untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya. Hal
yang perlu diperhatikan dalam mengedit meliputi kelengkapan pengisian,
kejelasan tulisan, kejelasan makna, kesesuaian dan konsistensi antar jawaban.
2. Coding
Coding adalah usaha member kode-kode tertentu pada jawaban responden. coding
merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori.
3. Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukan data dari kuesioner dalam program
computer agar dapat dianalis, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana
atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.
4. Cleaning data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukan ke dalam komputer untuk memastikan dan telah bersih dari kesalahan
sehingga data siap dianalisa (Hidayat, 2007).
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis setiap variabel yang
dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam
bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007).
Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang
meliputi : 1) karakteristik pasien PPOK di RSU Kabupaten Tangerang yang terdiri
dari usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, riwayat merokok, riwayat
penyakit, dan riwayat trauma kepala 2) gambaran hasil analisa gas darah pada
pasien PPOK di RSU Kabupaten Tangerang, 3) gambaran fungsi kognitif pada
pasien PPOK di RSU Kabupaten Tangerang.
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, dilakukan penerapan prinsip etika penelitian
yang meliputi :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan ini
diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi
kriteria sampel. Tujuan informed consent adalah agar responden mengerti maksud
dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk
menjaga
kerahasian
identitas
responden,
peneliti
tidak
akan
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Data
Pada bab ini peneliti menyajikan analisis data berdasarkan hasil penelitian
pada pasien PPOK yang berupa gambaran karakteristik responden berdasarkan usia,
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status riwayat merokok, riwayat penyakit, dan
riwayat trauma kepala, serta gambaran fungsi kognitif pada pasien PPOK yang
menjalani pengobatan di poli rawat jalan dan rawat inap di RSU Kabupaten
Tangerang tahun 2015, yang berjumlah 48 orang. Hasil penelitian didapatkan melalui
kuesioner data demografi dan MoCa untuk menggambarkan fungsi kognitif responden
yang dijabarkan pada tabel di bawah ini :
1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia (n=48)
Variabel
Jumlah
Persentase (%)
Usia 44 tahun
4.2
15
31.5
Usia 60 tahun
31
64.8
Total
48
100
Jumlah
Persentase (%)
Laki-laki
43
89.6
Perempuan
10.4
BTotal
48
100
Jumlah
Persentase (%)
Tidak sekolah
6.3
SD
20
41.7
SMP
12.5
SMA
14
29.2
PT
10.4
Total
48
100
Jumlah
Persentase %
Iya
38
79.2
Tidak
10
20.8
Total
48
100
Jumlah
Frekuensi
20
41.7
Hipertensi
15
31.3
Stroke
4.2
Diabetes mellitus
4.2
Penyakit lain
18.8
Total
48
100
Jumlah
Persentase (%)
Tidak bekerja
12.5
Petani
8.3
Wiraswasta
12
25
Buruh
14.6
TNI/POLRI
6.3
Pensiunan
16
33.3
48
100
Total
Jumlah
Presentase (%)
Trauma Kepala
13.6
38
86.4
Total
48
100
Berdasarkan tabel 5.7 terdapat pasien dengan trauma kepala sebanyak 6 orang
(13.6%), dan non trauma kepala sebanyak 38 orang (86.4%).
Jumlah
Persentase (%)
Usia 44 tahun
4.2
15
31.5
Usia 60 tahun
31
64.8
Total
48
100
gangguan fungsi kognitif pada usia 60 tahun yakni sebanyak 30 orang (79%)
dan yang memiliki fungsi kognitif normal pada usia 45-59 yakni sebanyak 7
orang (70%), untuk yang paling banyak memiliki fungsi kognitif normal
diantara ketiga kategori usia yakni rentang usia 44 tahun sebanyak 100%.
Perubahan Fungsi
Fungsi kognitif
Kelamin
Kognitif
Normal
34
43
89.5%
90%
89.6%
10.5%
10%
10.4%
38
10
48
100%
100%
100%
Laki-laki
Perempuan
Total
Total
Tidak bekerja
Buruh
Wiraswasta
TNI/POLRI
Pensiunan
Petani
Total
Total
Perubahan Fungsi
Fungsi Kognitif
Kognitif
Normal
15.8%
0%
12.5%
15.8%
10%
14.6%
12
21.1%
40%
25%
5.3%
10%
6.25%
12
16
31.6%
40%
33.3%
10.5%
0%
8.3
38
10
48
100%
100%
100%
Perubahan Fungsi
Fungsi Kognitif
Merokok
Kognitif
Normal
Iya
29
Tidak
Total
Total
38
76.3%
90%
79.2%
10
23.7%
10%
20.8%
38
10
48
100%
100%
100%
responden
yang
tidak
memiliki
riwayat
merokok
juga
menunjukkan perubahan fungsi kognitif yang cukup besar yakni 9 orang dari
10 responden yang tidak merokok.
Perubahan Fungsi
Fungsi Kognitif
pendidikan
Kognitif
Normal
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan
Tinggi
Total
Total
5.3%
10%
6.2%
20
20
52.6%
0%
41.7%
15.8%
0%
12.5%
14
15.8%
80%
29.2%
10.5%
10%
10.4%
38
10
48
100%
100%
100%
Total
Perubahan Fungsi
Fungsi Kognitif
Kognitif
Normal
Tidak ada
16
20
penyakit
42.2%
40%
41.6%
12
15
31.5%
30%
31.3%
Diabetes
Melitus
2.6%
10%
4.2%
5.3%
0%
4.2%
18.4%
20%
18.7%
38
10
48
100%
100%
100%
Hipertensi
Stroke
Lain-lain
Total
Jumlah
Presentase (%)
Trauma Kepala
13.6
38
86.4
Total
48
100
Jumlah
Persentase
Skor < 26
38
79.1 %
Skor 26 30
10
20.9 %
Total
48
100 %
Jumlah
Persentase (%)
4.2
10.4
PPOK & DM
6.3
2.1
15
31.3
2.1
PPOK
21
43.8
48
100
Total
PPOK & DM
PPOK
Total
Fungsi Kognitif
Perubahan
Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal
Total
(2.6%)
(10.0%)
(4.2%)
(10.5%)
(10.0%)
(10.4%)
(5.3%)
(10.0%)
(6.3%)
(2.6%)
(0.0%)
(2.6%)
12
15
(31.6%)
(30.0%)
(31.3%)
(2.6%)
(0.0%)
(2.1%)
17
21
(44.7%)
(40.0%)
(43.8%)
38
10
48
PPOK & TB paru sebanyak 1 orang (2.6%) mengalami perubahan kognitif dan
1 orang dengan fungsi normal (10.0%).
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Gambaran Fungsi kognitif berdasarkan Usia
Usia terbagi menjadi tiga golongan yaitu usia 44 tahun, usia 45-59 tahun,
dan usia 60 tahun. Dalam penelitian ini pasien PPOK lebih banyak di derita oleh
pasien berusia 60 tahun yakni sebanyak 31 orang dengan persentase (100 %)
dibandingkan dengan usia 44 tahun dan usia 45-59 tahun. Selain itu gangguan
fungsi kognitif lebih banyak terjadi pada golongan usia 60 tahun yakni dengan
perbandingan 30 orang mengalami gangguan fungsi kognitif (96.7 %) dan 1 orang
dengan fungsi kognitif normal (33.3 %).
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa adanya
mekanisme perubahan yakni terjadinya dilatasi ventrikel berdampak pada fungsi
kognitif yang diakibatkan oleh faktor penuaan, yakni terjadinya perubahan volume
pada otak muncul lebih cepat sebanyak 1.18 % per tahun pada orang dewasa
dengan usia lebih dari 50 tahun, dan pada usia lebih dari 70 tahun sebanyak 1.85
% (Bherer et al, 2013). Selain itu Rata-rata responden yang mengalami perubahan
fungsi kognitif berusia > 60 tahun, yang mana hal tersebut berkaitan dengan usia
yang rentan terjadinya atrofi hipokampus dengan kondisi aliran darah ke otak
(Chen et al, 2011). Maka pasien yang lebih banyak mengalami perubahan fungsi
kognitif adalah lansia, hal tersebut dikarenakan seiring bertambahnya usia terdapat
penurunan fisik, mental, dan psikososial (Sutikno, 2011).
Dapat disimpulkan bahwa rerata responden yang mengalami perubahan fungsi
kognitif cenderung pada usia lebih dari 60 tahun, senada dengan Bherer et al
(2013) dimana usia tersebut berisiko mengalami perubahan volume otak seiring
bertambahnya usia dimulai dari usia 50 tahun.
fungsi kognitif yang salah satunya adanya perbedaan hormon antara laki-laki dan
perempuan.
lingkungan
yang terjadi
berlangsung.
peningkatan
kadar
karbon
monoksida
menyebabkan
disasosiasi
penurunan daya ingat, terutama pada orang dewasa, dan pada mantan perokok
memiliki resiko rendah terhadap penurunan daya ingat.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat orang yang merokok masih
tinggi yang mana hasil skrening pada perokok lebih banyak mengalami perubahan
fungsi kognitif. Pernyataan tersebut senada dengan penelitian James et al (2012)
yang menemukan bahwa adanya hubungan antara merokok dengan penurunan
volume dan densitas materi abu-abu di frontal dan atrofi serebral berdasarkan
penglihatan magnetic resonance imaging.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang perokok aktif
maupun pasif sama-sama memiliki resiko penurunan daya ingat serta dapat
memicu terjadinya deoksihemoglobin akibat peningkatan karbon monoksida
sehingga secara berkala terjadi kondisi hipoksemia yang menimbulkan berbagai
masalah kesehatan yang serius dan yang lebih parah kondisi tersebut
mengakibatkan terjadi perubahan fungsi kognitif yang tidak normal.
dengan perubahan fungsi kognitif sebanyak 12 orang (80%) dan yang fungsi
kognitif normal sebanyak 3 orang (20%), lalu untuk gambaran pasien PPOK
penyerta penyakit yang lain-lain dengan perubahan fungsi kognitif sebanyak 7
orang (77.8%) dan yang normal sebanyak 2 orang (22.2%), dan untuk penyakit
DM dengan perubahan fungsi kognitif sebanyak 1 orang (50%) dan yang
fungsinya normal sebanyak 1 orang (50%), dan untuk penyakit PPOK penyerta
stroke yang mengalami perubahan fungsi kognitif sebanyak 2 orang (100%) dan
yang normal tidak ada (0.0%).
Pada hasil dengan jumlah terbanyak yakni murni PPOK sesuai dengan
penelitian yang menyatakan bahwa gangguan kognitif telah digambarkan
sebanyak 77 % pasien dengan PPOK dan hipoksemia (Dood et al, 2010). Satu hal
yang pasti bahwa hipoksemia yang sudah kronis dapat menyebabkan perubahan
fungsi kognitif dan volume/massa hipokampus (Li dan He, 2013). Berdasarkan
hasil penelitian yang ditampilkan pada tabel 5.13, bahwa penyakit hipertensi dan
DM adalah penyakit penyerta setelah pasien dengan PPOK murni, sesuai dengan
penelitian Kilander et al (2015) yang menyatakan adanya hubungan yang kuat
antara hipertensi dengan kerusakan kognitif yang di lihat pada subjek pria yang
tidak mengkonsumsi anti hipertensi. Okusaga et al (2013) menyatakan dalam
penelitiannya yang meneliti faktor resiko kerusakan fungsi kognitif pada lansia
menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat menjadi faktor resiko
terjadinya kerusakan pada subkortikal pada otak yang berdampak pada penurunan
kecepatan psikomotor, penurunan atensi, kerja memori, dan fungsi eksekutif.
Hasil penelitian menyatakan adanya indikasi kuat antara perubahan kognitif
dengan riwayat penyakit, sesuai hasil penelitian baik hipertensi, asma, maupun
diabetes mellitus yang menjadi penyerta penyakit PPOK. Maka dapat disimpulkan
B. Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian memiliki beberapa keterbatasan-keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian ini, beberapa keterbatasan penelitian ini yaitu ;
1. Penelitian ini dalam penggunaan variabel seharusnya terdapat hasil nilai analisa
gas darah, spirometri, dan rontgen namun pada kenyataannya di lapangan
pemeriksaan tersebut tidak dapat dilakukan karena sudah ada diagnosa yang
ditegakan oleh dokter yakni diagnosa kerja.
2. Penelitian ini dilakukan di tempat atau daerah yang tidak menentu jumlah angka
kejadiannya namun rutin pasien yang melakukan kunjungan untuk berobat.
3. Pada penelitian ini pasien rawat inap jarang dapat dilakukan tanya-jawab terkait
kuisioner dikarenakan pasien rawat inap sudah mengalami berbagai komplikasi
dan tergolong dalam kriteria ekslusi, disamping itu pasien yang masuk dalam
kriteria inklusi lebih banyak di poli/rawat jalan.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yakni penelitian yang
mengambil desain menganalisis suatu keadaan dalam satu waktu tertentu saja,
pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan pada saat yang bersamaan
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian tentang gambaran fungsi kognitif pada pasien PPOK yang dilaksanakan di
RSU Kabupaten Tangerang didapatkan beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut :
1.
Distribusi penderita PPOK berdasarkan usia didapatkan gambaran dengan klasifikasi usia
60 tahun, usia 45-49 tahun, dan usia 44 tahun yang lebih dominan penderita
PPOK sebanyak 31 orang (64.8%) pada usia 60 tahun.
2. Frekuensi pasien PPOK berdasarkan jenis kelamin perbedaannya sangat signifikan antar
laki-laki dan perempuan. Responden 48 orang yang menderita PPOK, 43 di antaranya
berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang lainnya berjenis kelamin perempuan.
3. Frekuensi fungsi kognitif pada PPOK berdasarkan pekerjaan lebih tinggi pada
pensiunan dibandingkan pekerjaan yang lain, hal ini dapat dikarenakan pensiunan
memiliki rata-rata usia 60 tahun yakni sebanyak 16 orang (7.68%)
4. Pasien yang paling banyak mengalami perubahan fungsi kognitif yakni yang di
diagnosa PPOK diantara diagnosa kerja lain.
5. Sebagian besar pasien PPOK yang mengalami penurunan fungsi kognitif terdapat
pada jenjang pendidikan SD
6. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pasien PPOK yang di lakukan tes
menggunakan kuisioner kognitif MoCa dengan total responden 48 orang,
mengalami perubahan fungsi kognitif sebanyak 38 orang dan 10 orang memiliki
fungsi kognitif yang baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang di ajukan antara lain :
1. Bagi profesi keperawatan
Penelitian ini dapat sebagai pertimbangan dalam melakukan perawatan terhadap
pasien PPOK yang akut maupun kronis dengan berbagai komplikasi dan menjadi
bahan memperkaya pengetahuan terkait dampak yang dirugikan pada fungsi
kognitif oleh penyakit PPOK.
2. Bagi RSU Kabupaten Tangerang
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi seluruh komponen tenaga medis
di RSU Kabupaten Tangerang dalam menyikapi pasien PPOK dan menjadi bahan
pertimbangan dalam mencanangkan berbagai program-program pendidikan
kesehatan terhadap pasien PPOK dan keluarga pasien yang dapat sebagai tindakan
preventif mencegah perburukan pada pasien PPOK dan memberikan kepuasan
pada hidup pasien dan keluarga pasien.
3. Bagi pasien PPOK dan keluarga
Hasil penelitian ini dapat sebagai informasi terkait dampak jangka panjang
menderita salah satu penyakit paru obstruktif kronis dan sebagai informasi penting
untuk melakukan langkah pencegahan terjadinya perburukan pada kemampuan
kognitif yang dapat berpengaruh pada kualitas hidup seseorang.
4. Bagi penelitian selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya disarankan melakukan metode yang berbeda dengan
penelitian ini, yakni dengan menggunakan metode eksperimen maupun
hubungan antar variabel yang sama.
b. Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian di RS pusat paru agar
lebih memudahkan dalam mendapatkan responden yang sesuai variabel.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta :
Salemba medika. 2007
http://spinwarp.ucsd.edu/Neuroweb/Text diakses dan di unduh pada tanggal 11 Januari 2015.
Imron. Moch, Drs, TA, MM, MBA & Amrul Munif, Drs, MSc, APU. Metodologi Penelitian
Kesehatan ; Bahan ajar untuk mahasiswa. Jakarta : Sagung seto. 2010
J.J. Chen, H. D. Rosas, and D. H. Salat. Age-Associated Reductions In Cerebral Blood Flow
Are Independent From Regional Atrophy, Neuroimage, 2011
Jing Li, and Guang He-Fei. The Unique Alteration Of Hippocampus And Cognitive
Impairment In Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Biomed central. 01. 2013
Joko, R. Manfaat Rehabilitasi Paru Terhadap Perubahan Kualiti Hidup Dan Kapasiti
Fungsional Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Dinilai Dengan St
Georges Respiratory Questionaire (SGRQ) Dan Uji Jalan 6 Menit. Tesis,
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran respirasi, Universitas Indonesia. 2005
Kathleen A. Cagney, and Diane S. Laudardale. Education, Wealth, And Cognitive Function
In Later Life. 2015
Kilander Lena, et al. Hypertension related to cognitive impairment a 20- year follow-up of
999 men. Ahajournal. 2015
Larner, A, J. Neuropsychological Neurology ; The Neurocognitive Impairment of
Neurological Disorders. Cambridge University, New York, USA. 2008
Lautenschlager N T, Cox F L, Flicker L, et al. Effect Of Physical Activity On Cognitive
Function In Older Adults At Risk For Alzheimer Disease : A Randomized Trial.
JAMA. 2008
Li Jing and Guang-He Fei. The Unique Alterations Of Hippocampus And Cognitive
Impairment In Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Respiratory Research,
14:140. 2013
Li Jing, Huang Y, Fei G, et al. The Evaluation Of Cognitive Impairment And Relevant
Factors In Patients With Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Respiration,
85:98105. 2013
Lumbantobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, 2008.
Maryam R Siti et al. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Salemba medika : Jakarta. 2008
Min, Jin-young et al. The impact of occupational experience on cognitive and physical
functional status among older adults in a representative sample of Korean subject.
Annals of Occupational and Environment Medicine. Page 1 of 9. 2015
Mukhasona Luluk Fitria. Gambaran Dan Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif Pada
Pasien Diabetes Melittus Tipe 2 Di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2013.
skripsi, Program studi pendidikan dokter, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2013
Muttaqin, Arif. Buku ajar : Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta :Penerbit Salemba Medika. 2008
NICE (National institute for health and care excellence). Chronic Obstructive Pulmonary
Disease 2014. Artikel diakses pada 08 Oktober 2014 dari http://www.nice.org.uk
Nursalam. Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto, 2008.
Ortapamuk, Hulya and Seniha Naldoken. Brain Perfusion Abnormalities in Chronic
Obstructive Pulmonary Disease Comparison With Cognitive Impairment. Annals of
Nuclear Medicine. Ankara. Turkey, 2006.
Panentu, Doddy dan M Irfan. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Pemeriksaan Dengan
Montreal Cognitive Assesment Versi Indonesia (MOCA-INA) Pada insan pasca stroke
fase recovery. Jurnal Fisioterapi 13 (1) : 55-67. 2013
Patrick Davey. At a Glance Medicine. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005
Price, Sylvia Anderson and Lorraine M Wilson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit ed 6, vol 2. 784-785. Jakarta : EGC. 2005
Rabahi Marcelo Fouad et al. Prevalence of Chronic Obstructive Pulmonary Disease Among
Patients With Systemical Arterial Hypertension Without Respiratory Symptoms.
Dovepress. 1527, 2015
Raz, N., Lindenberger, U., Rodrigue et al. Regional brain changes in aging healthy adults:
General trends, individual differences and modifiers. Cerebal Cortex, 15(11), 16761689, 2005.
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan
Kementrian Kesehatan RI, 2013
Riyanto, Agus. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika, 2011.
Sabia, Severine, MSc et al. Smoking History and Cognitive Function in Middle Age From the
Whitehall II Study. Arch Intern Med, 2008
Sandjaja dan Albertus. Panduan penelitian. Jakarta. Pustakaraya, 2006
Setiadi. Konsep dan penulisan riset keperawatan yogyakarta : Graha ilmu, 2007
Smeltzer Suzanne C, Brenda C. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC, 2001
Soemantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah :Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta :Penerbit Salemba Medika, 2008
Supardi, Dwi Ichsan. Pengaruh terapi warna merah terhadap daya ingat pada lansia di unit
rehabilitasi sosial dewanata cilacap. Skripsi, Unsoed. Purwoketo, 2012
Sutikno, Ekawati. Hubungan antara Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia. Skripsi.
Institute ilmu kesehatan bhakti wiyata, Kediri, 2011
Swarjana, I. Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan ; Tutunan praktis pembuatan proposal
penelitian. Ed I. Yogyakarta : ANDI, 2012
Thakur N, Paul D Blanc, Laura J Julian, et al. COPD and cognitive impairment: the role of
hypoxemia and oxygen therapy. Dovepress. 263, 2010
Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa Renata Komalasari. Jakarta :
EGC, 2008.
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA PENDERITA PPOK DI RSU KABUPATEN
TANGERANG
Assalamualaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera
Responden
Lampiran 2
Penilaian Kognitif Montreal
(Montreal Cognitive Assesment MoCA)
Petunjuk tentang penggunaan kuisioner
Penilaian MoCA (Montreal Cognitive Assesement) telah dibuat sebagai alat yang dapat melihat
disfungsi kognitif ringan. MoCA menilai berbagai aspek-aspek kognitif. Perhatian, fungsi
eksekutif, daya ingat, bahasa, orientasi, kemampuan abstrak, dan visuospasial. Waktu yang
dapat dilakukan selama menggunakan MoCA yakni selama 10 menit. Jumlah total skor yang
didapat adalah 30, skor dengan lebih 26 dianggap normal.
1. Menarik garis sesuai angka dan abjad menjadi bentuk selang seling :
Pelaksanaan : peneliti memberikan instruksi ke subjek : Bisa anda gambarkan
sebuah garis, berawal dari angka ke abjad sesuai urutan. Dimulai dari sini (poin 1)
dan gambra sebuah garis dari 1 lalu ke A l;alu ke 2 dan seterusnya. Berakhir disini
(poin E).
Penilaian : alokasikan satu poin jika subjek berhasil menggambarkan pola yang
berurutan 1-A-2-B-3-C-4-D-5-E, tanpa garis yang terlewati. Setiap kesalahan
yang tidak segera dirubah oleh dirinya(responden) sendiri sadari mendapat nilai 0.
2. Kemampuan Visuokonstruksional (Kubus) :
Pelaksanaan : peneliti memberikan instruksi sebagai berikut : salin gambar
tersebut, seakurat mungkin sesuai kemampuan anda di ruang kosong di
bawahnya.
Penilaian : satu poin dialokasiakan untuk gambar yang benar
Gambar harus tiga dimensi
Semua garis tergambar
Tidak ada garis tambahan
Garis harus sama panjang
Sebuah poin tidak diberikan apabila kriteria diatas tidak memenuhi
3. Kemampuan visuokontruksional (Jam) :
Pelaksanaan : Indikasi tiga benar sesuai instruksi : gambar sebuah jam. Berikan
semua angka dan atur waktu pukul 10 lewat 11 menit .
Penilaian : alokasikan satu poin untuk setiap kata yang diulangi benar.
Pelaksanaan kewaspadaan : peneliti membaca daftar kata-kata dengan kecepatan
satu kata per detik, berikan instruksi saya akan membacakan kata-kata tidak
beruruta. Setiap kali saya mengucapkan kaa A angkat tangan anda sekali. Jika
saya menyebutkan kata lain, anda jangan mengangkat tangan.
Penilaian : beri skor satu apabila tidak ada satupun kesalahan (sebuah kesalahan
jika mengangkat bila bukan kata A yang disebutkan)
Pelaksanaan serial 7s : peneliti memberikan instruksi berikut : sekarang saya
akan meminta anda unntuk menghitung angka 100 dikurangi 7 lalu tetap
mengurangi angka 7 dari hasil jawaban anda sampai saya memberitahukan anda
untuk berhenti berikan instruksi sebanyak dua kali.
Penilaian : item ini diberi skor 3 poin. beri (0) poin jika tidak ada jawaban yang
benar, (1) poin untuk jawaban benar satu, (2) poin untuk dua atau tiga jawaban
benar, dan 3 poin jika semua jawaban benar.
7. Pengulangan kalimat
Pelaksanaan : peneliti memberikan instruksi sebagai berikut : saya akan
membacakan anda sebuah kalimat. Ulangi setelah saya menyebutkannya, tentu
dengan jeda: Wati membantu saya menyapu lantai hari ini. Sekarang saya akan
membacakan kalimat lainnya. Ulangi setelah saya mengucapkannya, tentu dengan
jeda : Kucing bersembunya di bawah meja ketika ada anjing.
Penilaian : alokasikan 1 point untuk setiap kalimat yang di ulangi benar.
Pengulangan harus tepat. Waspada terhadap pengulangan kalimat yang tidak
tepat.
8. Kelancaran Verbal :
Pelaksanaan : peneliti memberikan instruksi sebagai berikut : berikan saya katakata sebanyak mungkin yang anda ketahui dimulai dari abjad yang akan saya
beritahu. Anda dapat mengatakan kata-kata apa saja. Sekarang bisa anda beri saya
kata-kata berawalan abjad S. (waktu 60 detik). Stop
Penilaian : alokasikan satu poin jika subjek mengucapkan 11 kata atau lebih
dalam waktu 60 detik. Salin kata-kata yang di sebutkan oleh subjek di bawah
kertas yang kosong.
9. Abstaksi :
Pelaksanaan : peneliti menanyakan kepada subjek untuk menjawab persamaan
benda : Beritahu saya persamaan antara jeruk dan pisang jika subjek
menjawab tepat maka lanjut ke pertanyaan berikut : Beritahu saya persamaan
antara kereta dan sepeda lalu pertanyaan ketiga sekarang persamaan antara
penggaris dan jam tangan jangan memberikan instruksi lainnya.
Penilaian : hanya dua item terakhir yang diberikan nilai. Beri 1 point untuk setiap
item dengan jawaban benar. Berikut respon yang dapat diterima :
Penggaris Jam = intrumen mengukur, pengukur
Respon berikut yang tidak dapat diterima : kereta
roda; penggaris jam : terdapat angka
sepeda = memiliki
Masjid
Petunjuk Kategori : Jenis sebuah bangunan
Pilihan ganda: Sekolah, Masjid, Rumah Sakit
Anggrek
Petunjuk kategori: Jenis bunga
Pilihan ganda: Mawar, Anggrek, Tulip
Merah
Petunjuk kategori: Sebuah warna
Pilihan ganda: Merah, Biru, Hijau
Penilaian: Tidak ada point yang di alokasikan untuk bantuan petunjuk ataupun
bantuan pilihan ganda.
11. Orientasi
Pelaksanaan : Peneliti memberikan instruksi: Anda tau tanggal berapa sekarang
jika subjek tidak memberikan jawaban yang lengkap, maka berikan pertanyaan
berikan saya tahun, bulan, tanggal, dan hari lalu katakan. Sekarang, bisa anda
beritahu nama tempat ini, dan dimana kota anda saat ini
Penilaian : Alokasikan satu poin untuk jawaban yang benar. Tidak ada poin yang
di alokasikan jika subjek membuat sebuah kesalahan pada pernyataan hari dan
tanggal.
Nilai Total : Jumlahkan semua daftar sub skor yang terdapat di samping kanan.
Tambahkan satu poin apabila individu menempuh pendidikan kurang dari 12
tahun atau kurang, untuk poin maksimal 30 poin, skor 26 atau lebih dinyatakan
normal dan di bawah 26 dinyatakan tidak normal.
Lampiran 3
1. Data Demografi
a. Inisial Responden
:...................
b. Usia
:...................
c. Pekerjaan
d. Jenis kelamin
: 1. Laki-laki
2. Perempuan
e. Pendidikan terakhir
: 1. SD
2. SMP
3. SMA atau sederajat
4. Perguruan Tinggi
f. Riwayat merokok
: 1. Iya
2. Tidak
g. Riwayat penyakit
: 1. Iya
2. Tidak
2. Diagnosa Kerja
PPOK + TB :
PPOK + Asma :
PPOK + DM :
PPOK + Hipertensi :
PPOK + Stroke :
PPOK + Jantung :
PPOK :
...
..
Lampiran 3
Frequency Table
Bahasa
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
4.2
4.2
4.2
4.2
4.2
8.3
31
64.6
64.6
72.9
13
27.1
27.1
100.0
Total
48
100.0
100.0
Abstraksi
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
14
29.2
29.2
29.2
16
33.3
33.3
62.5
18
37.5
37.5
100.0
Total
48
100.0
100.0
Delay recall
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
12
25.0
25.0
25.0
10.4
10.4
35.4
18.8
18.8
54.2
14
29.2
29.2
83.3
10.4
10.4
93.8
6.3
6.3
100.0
48
100.0
100.0
Total
Atensi
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
4.2
Valid Percent
4.2
Percent
4.2
8.3
8.3
12.5
8.3
8.3
20.8
8.3
8.3
29.2
12
25.0
25.0
54.2
13
27.1
27.1
81.3
18.8
18.8
100.0
48
100.0
100.0
Total
Eksekutif
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
13
27.1
27.1
27.1
4.2
4.2
31.3
14.6
14.6
45.8
26
54.2
54.2
100.0
Total
48
100.0
100.0
Visuospasial
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
19
39.6
39.6
39.6
10
20.8
20.8
60.4
19
39.6
39.6
100.0
Total
48
100.0
100.0
Penamaan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
2.1
2.1
2.1
10.4
10.4
12.5
42
87.5
87.5
100.0
Total
48
100.0
100.0
Orientasi
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
2.1
2.1
2.1
10.4
10.4
12.5
14.6
14.6
27.1
35
72.9
72.9
100.0
Total
48
100.0
100.0
Usia
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
37
2.1
2.1
2.1
44
2.1
2.1
4.2
49
4.2
4.2
8.3
50
2.1
2.1
10.4
51
2.1
2.1
12.5
52
4.2
4.2
16.7
53
2.1
2.1
18.8
54
4.2
4.2
22.9
55
4.2
4.2
27.1
57
6.3
6.3
33.3
58
2.1
2.1
35.4
60
12.5
12.5
47.9
61
4.2
4.2
52.1
62
8.3
8.3
60.4
63
6.3
6.3
66.7
64
12.5
12.5
79.2
66
2.1
2.1
81.3
69
2.1
2.1
83.3
70
6.3
6.3
89.6
71
4.2
4.2
93.8
72
6.3
6.3
100.0
48
100.0
100.0
Total
Jenis kelamin
Cumulative
Frequency
Valid
Laki-laki
Perempuan
Total
Percent
Valid Percent
Percent
43
89.6
89.6
89.6
10.4
10.4
100.0
48
100.0
100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid
Tidak sekolah
Percent
Valid Percent
Percent
6.3
6.3
6.3
20
41.7
41.7
47.9
SMP
12.5
12.5
60.4
SMA
14
29.2
29.2
89.6
10.4
10.4
100.0
48
100.0
100.0
SD
PT
Total
Pekerjaan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TIdak bekerja
12.5
12.5
12.5
petani
8.3
8.3
20.8
12
25.0
25.0
45.8
14.6
14.6
60.4
pensiunan
16
33.3
33.3
93.8
TNI/POLRI
6.3
6.3
100.0
48
100.0
100.0
wiraswasta
buruh
Total
Riwayat merokok
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Iya
38
79.2
79.2
79.2
Tidak
10
20.8
20.8
100.0
Total
48
100.0
100.0
Riwayat penyakit
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Valid
Tidak ada
20
41.7
41.7
41.7
Stroke
4.2
4.2
45.8
Diabetes mellitus
4.2
4.2
50.0
15
31.3
31.3
81.3
18.8
18.8
100.0
48
100.0
100.0
Hipertensi
dan lain-lain
Total
Diagnosa kerja
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
4.2
4.2
4.2
10.4
10.4
14.6
PPOK & DM
6.3
6.3
20.8
2.1
2.1
22.9
15
31.3
31.3
54.2
PPOK
21
43.8
43.8
97.9
2.1
2.1
100.0
48
100.0
100.0
Iya
Percent
Valid Percent
Percent
14.6
14.6
14.6
Tidak
41
85.4
85.4
100.0
Total
48
100.0
100.0
48
Percent
Valid Percent
100.0
Percent
100.0
100.0
Fungsi Kognitif
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
38
79.2
79.2
79.2
10
20.8
20.8
100.0
Total
48
100.0
100.0
Tot_Kog
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
10.00
4.2
4.2
4.2
11.00
2.1
2.1
6.3
12.00
2.1
2.1
8.3
13.00
2.1
2.1
10.4
15.00
12.5
12.5
22.9
16.00
4.2
4.2
27.1
17.00
2.1
2.1
29.2
18.00
2.1
2.1
31.3
19.00
6.3
6.3
37.5
20.00
8.3
8.3
45.8
21.00
2.1
2.1
47.9
22.00
12.5
12.5
60.4
23.00
4.2
4.2
64.6
24.00
12.5
12.5
77.1
25.00
2.1
2.1
79.2
26.00
4.2
4.2
83.3
27.00
4.2
4.2
87.5
28.00
10.4
10.4
97.9
29.00
2.1
2.1
100.0
Total
48
100.0
100.0
Jenis kelamin
Laki-laki
Count
% within Fungsi Kognitif
Perempuan
Count
% within Fungsi Kognitif
Total
Count
% within Fungsi Kognitif
Gangguan
Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal
Total
35
43
89.7%
88.9%
89.6%
10.3%
11.1%
10.4%
39
48
100.0%
100.0%
100.0%
Pekerjaan
TIdak bekerja
Gangguan
Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal
Count
% within Fungsi Kognitif
petani
wiraswasta
15.4%
0.0%
12.5%
10.3%
0.0%
8.3%
12
20.5%
44.4%
25.0%
15.4%
11.1%
14.6%
13
16
33.3%
33.3%
33.3%
5.1%
11.1%
6.3%
39
48
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within Fungsi Kognitif
TNI/POLRI
Count
% within Fungsi Kognitif
pensiunan
Count
% within Fungsi Kognitif
buruh
Count
% within Fungsi Kognitif
Count
% within Fungsi Kognitif
Total
Count
% within Fungsi Kognitif
Total
Usia
37
Count
% within Fungsi Kognitif
44
Count
% within Fungsi Kognitif
49
Count
% within Fungsi Kognitif
50
Count
% within Fungsi Kognitif
51
Count
% within Fungsi Kognitif
52
Count
% within Fungsi Kognitif
Gangguan
Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal
Total
0.0%
11.1%
2.1%
0.0%
11.1%
2.1%
2.6%
11.1%
4.2%
2.6%
0.0%
2.1%
2.6%
0.0%
2.1%
5.1%
0.0%
4.2%
53
Count
% within Fungsi Kognitif
54
Count
% within Fungsi Kognitif
55
Count
% within Fungsi Kognitif
57
Count
% within Fungsi Kognitif
58
Count
% within Fungsi Kognitif
60
Count
% within Fungsi Kognitif
61
Count
% within Fungsi Kognitif
62
Count
% within Fungsi Kognitif
63
Count
% within Fungsi Kognitif
64
Count
% within Fungsi Kognitif
66
Count
% within Fungsi Kognitif
69
Count
% within Fungsi Kognitif
70
Count
% within Fungsi Kognitif
71
Count
% within Fungsi Kognitif
72
Count
% within Fungsi Kognitif
Total
Count
% within Fungsi Kognitif
0.0%
11.1%
2.1%
0.0%
22.2%
4.2%
5.1%
0.0%
4.2%
2.6%
22.2%
6.3%
2.6%
0.0%
2.1%
12.8%
11.1%
12.5%
5.1%
0.0%
4.2%
10.3%
0.0%
8.3%
7.7%
0.0%
6.3%
15.4%
0.0%
12.5%
2.6%
0.0%
2.1%
2.6%
0.0%
2.1%
7.7%
0.0%
6.3%
5.1%
0.0%
4.2%
7.7%
0.0%
6.3%
39
48
100.0%
100.0%
100.0%
Total
Pendidikan
Tidak sekolah
Gangguan
Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal
Count
5.1%
11.1%
6.3%
20
20
51.3%
0.0%
41.7%
15.4%
0.0%
12.5%
14
17.9%
77.8%
29.2%
10.3%
11.1%
10.4%
39
48
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within Fungsi Kognitif
SMP
Count
% within Fungsi Kognitif
SMA
Count
% within Fungsi Kognitif
PT
Count
% within Fungsi Kognitif
Total
Count
% within Fungsi Kognitif
Riwayat merokok
Iya
Gangguan
Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal
Count
% within Fungsi Kognitif
Tidak
Count
% within Fungsi Kognitif
Total
Count
% within Fungsi Kognitif
Total
30
38
76.9%
88.9%
79.2%
10
23.1%
11.1%
20.8%
39
48
100.0%
100.0%
100.0%
Riwayat penyakit
Tidak ada
Count
% within Fungsi Kognitif
Stroke
Count
% within Fungsi Kognitif
Diabetes mellitus
Count
% within Fungsi Kognitif
Gangguan
Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal
Total
17
20
43.6%
33.3%
41.7%
5.1%
0.0%
4.2%
2.6%
11.1%
4.2%
Hipertensi
Count
12
15
30.8%
33.3%
31.3%
17.9%
22.2%
18.8%
39
48
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within Fungsi Kognitif
Total
Count
% within Fungsi Kognitif
Iya
Gangguan
Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal
Count
% within Fungsi Kognitif
Tidak
Total
12.8%
22.2%
14.6%
34
41
87.2%
77.8%
85.4%
39
48
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within Fungsi Kognitif
Count
% within Fungsi Kognitif
Diagnosa kerja
Total
Gangguan
Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal
Total
PPOK & DM
12
15
PPOK
17
21
38
10
48
Total
Lampiran 4