You are on page 1of 18

A.

Kadar Lengas
Diketahui

Ditanya

: A1

= 55,090

A2

= 52,457

B1

= 65,052

B2

= 68,627

C1

= 64,192

C2

= 67,720

: a) KL1
b) KL2
c) KL rata-rata

Jawab

:
a) KL1

b1 - c1
= c1 - a1 x 100
65,052 - 64,192
= 64,192 - 55,090 x 100 %
0 ,86
= 9,102 x 100 %
= 9,45%

b) KL2

b2 - c2
= c2 - a2

x 100 %

68,672 - 67,720
= 67,720-52,457
0,907
= 15,263

x 100 %

= 5,94 %
c) KL rata-rata

= (KL1 + KL2) / 2
= (9,45 % + 5,94 %) / 2
= 7,695 %

B. Kapasitas Tukar Kation

x 100 %

Diketahui :

Ditanya :

cc HCl

= 56

NHCl

= 0,1

Berat tanah

= 5000 mg

KTK

Jawab :
KTK

ccHCl x NHCl x 4
berat tanah

56 X 0 ,1 X 4
= 5000 mg

x 100 %

x 100 %

= 0,448 % ( sangat rendah )


C. N Total
Diketahui :

Ditanya :

N NaOH

= 0,1

KL

= 7,695

Berat tanah

= 500 mg

N Total tanah

Jawab :
N Total

( B - A ) x NNaOH x14
= 100
x Berat tanah
100 + KL
( 1 - 0 ) x 0 ,1 x 14
= 100
x 500
100 + 7,695
= 0,301 % (Sangat rendah)

D. Bahan Organik
1. Hasil Pengamatan
Larutan Standart
0
0
250
353
Larutan Standart

x 100 %

x 100%

Kel
1
2
3
4
5
6
7
8

X
0,019
0,031
0,041
0,018
0,011
0,045
0,019
0,018

larutan standart
400

larutan standart
Linear (larutan
standart)

f(x) = 1.41x
R = 1

300
200

Linear (larutan
standart)

100
0
0

50 100 150 200 250 300

2. Analisis Data
Diketahui :

= 0,019

Ctka

= 250 mg

KL

= 7,695 %

= 1,412 X

Ditanya : Kadar BO
Jawab :
Ppm kurva

= y x pengenceran

= (1,412 x 0,019) x 50 ml
= 1,34
Kadar bahan organik

100
= ppm kurva x ctka (mg) x KL
= 1,34 x

100
x 7,695 %
250

= 4,124 % (Tinggi)

E. P Tersedia
1. Hasil Pengamatan
Larutan Standart
0
0
0.1
0.057
0.2
0.099
0.4
0.163
0.6
0.31
0.8
0.366
1
0.412
Nilai Absorbansi (x)
x
Kel.
Ul. 1
Ul. 2
1
0,055
0,057
2
0,105
0,087
3
0,254
0,155
4
0,156
0,129
5
0,115
0,085
6
0,175
0,218
7
0,186
0,224
8
0,058
0,055

Larutan Standart
0.5
0.4

f(x) = 0.43x + 0.01


R = 0.98

0.3

Larutan Standart
Linear (Larutan
Standart)

0.2
0.1
0
0

0.2 0.4 0.6 0.8

1.2

2. Analisis Data
Diketahui :

x ulangan 1

= 0,055

x ulangan 2

= 0,057

KL

= 7,695 %

Ctka

= 0,5 gr

Ditanya

: Kadar P

Jawab

Ulangan (1)

y = 0,4281 x + 0,0114
= 0,4281 (0,055) + 0,0114
= 0,0349

Ulangan (2)

y = 0,4281 x + 0,0114
= 0,4281 (0,057) + 0,0114
= 0,0138

Ppm kurva Ul. 1 = y x pengenceran


= 0,0349 x 10 ml

= 0,349
Ppm kurva Ul. 2 = y x pengenceran
= 0,0138 x 10 ml
= 0,138
Ppm kurva Larutan P rata-rata
=

Ul .1+Ul .2
2
0,349+ 0,138
2

= 0,244
Kadar P

ppm P larutan tanah x 35


= 100
x berat tanah
100 + KL
0,244 x 35
= 100
x 0 ,5 gr
100 + 7,695
= 18,56 (Sedang)

F. K Tersedia
1. Hasil Pengamatan
Absorbansi
ppm

(x)

0
2.5
5
7.5
10
Kelas Agrofarmaka
Nilai Absorbansi (x)
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6
7
8

Ulangan 1

Ulangan 2

0.025
0.02
0.022
0.031
0.014
0.012
0.021
0.023

0.015
0.014
0.021
0.026
0.021
0.01
0.017
0.025

0
0.022
0.034
0.049
0.059

Larutan standart
0.07
0.06

f(x) = 0.01x + 0
R = 0.98

0.05

Larutan standart
Linear (Larutan
standart)

0.04
0.03
0.02
0.01
0
0

10

12

2. Analisis Data
Diketahui :

Ditanya :

x ulangan 1

= 0,025

x ulangan 2

= 0,015

Ctka

= 5000 mg

KL

= 7,695

Kadar K

Jawab :
Ulangan (1)

y = 0,0058 x + 0,0038
= 0,0058 (0,025) + 0,0038

= 0,0039
Ulangan (2)

= 0,0058 x + 0,0038
= 0,0058 (0,015) + 0,0038
= 0,0038

Ppm kurva Ul. 1 = y x pengenceran


= 0,0039 x 100 ml
= 0,39
Ppm kurva Ul. 2

= y x pengenceran
= 0,0038 x 100 ml
= 0,38

Ppm kurva Larutan P rata-rata

Ul .1+Ul .2
2
0,39+ 0,38
2

= 0,385
ppm K larutan tanah x
Kadar K

50
5

100
berat tanah (mg)
100+KL

50
100

x 100 %

0,385 x 10 x 0 ,5
x 100%
= 4 642,74
= 0,041 % (sangat rendah)
3. Pembahsan
a. Kadar Lengas
Kapasitas menahan air berpengaruh secara tidak langsung pada
kondisi lengas tanah, yaitu air yang mengisi sebagian atau seluruh pori
tanah, atau terserap pada permukaan lempung. Kapasitas menahan air
berpengaruh secara tidak langsung pada kondisi lengas tanah, yaitu air
yang mengisi sebagian atau seluruh pori tanah, atau terserap pada
permukaan lempung. Menurut Mukhfid (2007) kadar lengas tiap tanah
berbeda, menurut jenis tanah dan ukuran diameternya. Kadar lengas
dalam tanah merupakan kekuatan untuk mengikat air dalam pori-pori

tanah dengan gaya ikat atau longgar tergantung dari jumlahnya. Gaya
ikat akan menentukan gerak atau aliran zat tertentu serta
ketergantungan dari tumbuh-tumbuhan. Maka Lengas tanah perlu di
ketahui keadaannya untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu di
tetapkan keadaan air tanah antara lain kadar air total, kapasitas lapang,
dan titik layu permanen. Selain itu lengas tanah juga mempunyai
hubungan dengan kation, dekomposisi bahan organik, serta kegiatan
mikroorganisme.
Berdasarkan analisis laboratorium yang telah dilakukan nilai
kadar lengas tanah alfisols di Jumantono sebesar 7,695 %. Kadar
lengas tanah yang kurang optimal diduga merupakan penyebab utama
rendahnya serapan hara Ca dan Mg yang diserap tanaman melalui
proses aliran massa. Lengas tanah berperan sebagai pelarut zat hara,
sebagai penegak tanaman dan memudahkan tanah agar mudah diolah.
Pada keadaan biasa tanah selalu mengandung lengas tanah walau
sedikit, ini dikarenakan oleh keadaan luar yang ikut berpengaruh atas
ketersediaan air dalam zarah tanah.
Pada praktikum kali ini perhitungan kadar lengas tanah kering
angin dihitung dengan 2 kali pengulangan. Keterangan untuk variabel
a yaitu berat botol timbang kosong yang telah dioven selama 30 menit
kemudian didinginkan di eksilator. Variabel b mewakili berat botol
timbang dan ctka, sedangkan variabel c merupakan berat botol
timbang beserta isinya yaitu ctka yang telah dioven selama 4 jam yang
kemudian didinginkan dalam eksilator sampai dingin. Perhitungan
kadar lengas tanah kering angin dilakukan pengulangan dalam
perhitungan sebanyak 2 kali dilakukan agar hasil KL nya dapat akurat.
Praktikum yang telah dilakukan dengan menghitung berat
obyek telah didapatkan data besarnya kadar lengas tanah kering angin.
Kadar lengas pada ulangan pertama didapatkan rincian nilai a =
55,090 gram, nilai b = 65,052 gram dan c = 64,192 gram. Kemudian
dimasukkan ke dalam rumus dan didapatkan besar KL yaitu 9,45%.
Pada ulangan kedua didapatkan hasil a = 52,457 gram, b = 68,627

gram dan c = 67,720 gram. Untuk mengetahui KLnya dilakukan


perhitungan seperti pengulangan pertama, kemudian didapatkan hasil
sebesar 5,94%. Uuntuk mencari rata-rata KL dapat dilakukan dengan
menjumlahkan KL pada ualangan pertama dan kedua, kemudian
hasilnya dibagi dua. Rata-rata KL yang dilakukan dengan perhitungan
tersebut didapatkan hasil sebesar 7,695%.
Berdasarkan hasil praktikum ini didapatkan bahwa kadar
lengas kapsitas lapang rata-rata pada tanah Alfisols sebesar 7,695 %
yang termasuk cukup tinggi. Kadar lengas kapasitas lapang yang
tinggi pada tanah Alfisols ini disebabkan karena tekstur tanah Alfisols
yang didominasi oleh clay sehingga pori mikro lebih banyak daripada
pori makro.

b. Kapasitas Tukar Kation


Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada tipe dan jumlah
kandungan liat, kandungan bahan organik dan pH tanah. Kapasitas
tukar kation tanah yang memiliki banyak muatan tergantung pH dapat
berubah-ubah dengan perubahan pH. Keadaan tanah yang sangat
masam menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan
kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar karena
perkembangan muatan positif.

Kapasitas tukar kation kaolinit

menjadi sangat berkurang karena perubahan pH dari menjadi 5,5.


Kapasitas tukar kation yang dapat dijerap 100 gram tanah pada pH 7.
Kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan tanah untuk
menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut.
Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah maupun untuk
genesis tanah.
Perhitungan KTK didasarkan pada luas permukaan kation yang
terjerap oleh ion amonium, perhitungan dan perubahan larutan
penukar uji, pencucian larutan sisa penukar, ion Cl- dengan ion NH2+.

Dalam perhitungan digunakan cara destilasi yang kemudian dihasilkan


amoniak kemudian ditampung dalam asam borak dan indikator
campuran. Setelah itu larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N yang
berfungsi untuk menetralkan tanah akibat penambahan NaOH.
Volume HCl yang digunakan merupakan variabel dalam penghitungan
KTK. KTK ini sebagai indikator kesuburan tanah yang dipengaruhi
oleh sifat-sifat fisika tanah. Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan
diketahui bahwa KTK = 1,6 cmol (+)/kg menunjukkan bahwa
pengharkatan mempunyai KPK yang rendah. Dengan cc HCl sebesar
56 cc dan N HCl sebesar 0,1 N, sedangkan berat ctka 5000 mg. Dapat
disimpulkan, pH pada tanah alfisol merupakan tanah masam sehingga
kapasitas tukar kation rendah.
Berdasarkan analisis laboratorium yang dilakukan diperoleh
kapasitas tukar kation adalah 0,448%. Kadar ini termasuk tinggi.
Menurut Novizan (2005) Kapasitas Tukar Kation (KTK) setiap jenis
tanah berbeda-beda. Humus yang berasal dari bahan organic
mempunyai KTK jauh lebih tinggi (100-300 meq/100g). Koloid yang
bersal dari batuan memiliki KTK lebih rendah (3-150 meq/100g).
Secara kualitatif KTK tanah dapat diketahui dari teksturnya. Tanah
dengan kandungan pasir yang tinggi memiliki KTK yang lebih rendah
dibandingkan dengan tanah dengan kandungan liat atau debu. KTK
tanah yang rendah dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan
organic seperti kompos atau pupuk kandang, penambahan hancuran
batuan zeolit secara signifikan juga dapat meningkatkan KTK tanah.
c. Bahan Organik
Berdasarkan analisis laboratorium dapat kita lihat bahwa kadar
bahan organik setelah pemupukan adalah yaitu 4,124 %. Penambahan
bahan organik ke dalam tanah lebih kuat pengaruhnya kearah
perbaikan sifat-sifat tanah, dan bukan khususnya untuk meningkatkan
unsur hara di dalam tanah sesuai dengan pendapat Sugeng (2004).

Tanah yang sangat subur ini efektif untuk penanaman tanaman jagung.
Bahan organik juga akan mempengaruhi KTK tanah.
Perubahan warna larutan dan tanah menjadi jingga setelah
ditambah dengan K2Cr2O7 adalah menandakan bahwa tanah sudah
teroksidasi. Indikator DPA berguna untuk mengetahui adanya bahan
organik. Karena DPA merupakan larutan aktif dalam larutan asam
lemah dan berfungsi untuk menaikkan kadar asam. Sehingga
didaptkan bahwa indikator ini tidak dapat bekerja jika tidak dalam
kondisi asam sehingga digunakan H2SO4 untuk membuat suasana
menjadi asam dan bereaksi sedang. Penggunaan H3PO4 berguna untuk
menghilangkan sisa-sisa oksidasi dari larutan yang terjadi. Setelah itu
dilakukan titrasi dengan FeSO4 0,5 N pada On (Onsen) sampai
berwarna hijau muda.
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) kandungan bahan
organik dalam tanah mineral umunya hanya menunjukan kadar
persentase yang sedikit, namun demikian peranannya tetap besar
dalam mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah. Bahan organik
tanah merupakan hasil perombakan dan penyusunan yang dilakukan
jasad renik tanah, senyawa penyusunnya adalah tidak jauh berbeda
dengan senyawa aslinya, yang tentunya dalam hal ini ada berbagai
tambahan bahan seperti glukosamin (hasil metabolisme jasad renik).
Kadar bahan organik dalam tanah pada suatu tempat dan tempat
lainnya berlainan atau cukup beragam. Pada tanah gambut bahan
keringnya yang umum adalah bahan organik sekitar 3 5% dari berat
keringnya, jadi demikian sedikit jumlahnya namun demikian pengaruh
kuat terhadap sifat-sifat tanah.
d. N total tanah
Berdasarkan analisis laboratorium didapatkan N total tanah
sebesar 0,301% dan tergolong sangat rendah, karena telah
ditambahkan pupuk urea kedalam tanah. Nilai Ntotal tanah
diperolehdari tiga proses yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Proses
destruksi diawali dengan menimbang gelas arloji bersih serta contohb

tanah kering angin. Kemudian dimasukkan ketabung Kjedahl lalu


ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 6ml, serbuk kalium sufat dan
tembaga sulfat masing-maing 1 sendok kecil. Setelah ditambahkan
berbagai chemikalia barullah di destruksi hingga campuran homogeny
yang ditandai dengan asap hilang dan larutan menjadi putih kehijauan
atau tidak berwarna. Setelah proses destruksi selesai barulah di
destilasi. Larutan di destilasi hingga volume menjadi 40ml. Proses
titrasi dilakukan hingga warna larutan menjadi hamper hilang atau
kuning bening.
Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman
dan pembentukan protein. Gejala-gejala kekurangan N adalah
tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas, dan daun-daun kuning dan
gugur. Gejala-gejala kebanyakan N adalah memperlambat kematangan
tanaman, batang-batang lemah mudah roboh, dan mengurangi daya
tahan tanaman terhadap penyakit. Menurut Sutedjo (2002) semakin
tinggi pemberian Nitrogen semakin cepat pula sintesis karbohidrat
yang diubah menjadi protein dan protoplasma yang hidup terdiri dari
sekitar 25% bahan kering, yang terdiri pula dari kurang lebih 50%55% zat-zat putih telur dan sekitar 5-10% lipoida serta persenyawaanpersenyawaan lain yang mengandung N. Kadar N dari protoplasma
adalah sekitar 2-2,5%.
Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu
protein, senyawa-senyawa amino, Amonium (NH4+), dan Nitrat
(NO3-). Hilangnya N dari tanah karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat
jenis illit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, N dalam
bentuk NO3- mudah dicuci oleh air hujan, banyak hujan N rendah, dan
tanah pasir mudah merembeskan air sehingga N lebih rendah daripada
tanah liat sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003).
e. P tersedia tanah

Fosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu


P-organik

dan

P-anorganik.

Kandungannya

sangat

bervariasi

tergantung pada jenis tanah, tetapi pada umumnya rendah. Fospor


merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya
berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil dekomposisi dan
mineralisasi bahan organik. Jumlah P total dalam tanah cukup banyak,
namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya 0,01 0,2
mg/kg

tanah

(Handayanto dan Hairiyah 2007).


Berdasarkan analisis laboratorium yang dilakukan didapatkan
P tersedia tanah adalah 18,56 ppm. Kandungan ini menandakan bahwa
P tanah di tanah alfisol ini rendah. Rendahnya kandungan P dalam
tanah menyebabkan tanah tidak mampu menyediakan unsur hara P
bagi tanaman yang berperan penting dalam pertumbuhan tanaman.
Menurut Hanafiah (2005) kadar P organik dalam bahan
organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 0,5 %.
Hal ini terbukti dengan praktik yang dilakukan, yang mendapat nilai
2,088 ppm,. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol)
umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi,
sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan
besar akan gagal akibat defisiensi P. Jika kekurangan fosfor,
pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
Menurut Isnanini (2006) sumber fosfat yang berada dalam
tanah sebagai fosfat mineral yaitu batu kapur fosfat, sisa-sisa tanaman
dan bahan organik lainnya. Perubahan fosfor organik menjadi fosfor
anorganik dilakukan oleh mikroorganisme. Selain itu, penyerapan
fosfor juga dilakukan oleh liat dan silikat. Keberadaan fosfat
mayoritas adalah fosfat terikat yang tidak dapat diserap langsung oleh
tanaman, sehingga perlu diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat
diserap tanaman.

f. K tersedia tanah
Menurut Dedy (2009) kalium tanah terbentuk dari pelapukan
batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses
dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut
dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang
larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan
dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe
tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam
tanah

ditemukan

dalam

mineral-mineral

yang

terlapuk

dan

melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan


cepat

tersedia

untuk

diserap

tanaman.

Tanah-tanah

organik

mengandung sedikit Kalium. Terbukti pada praktikum kali ini, kadar


K tersedia tanah hanya sebesar 0,041 me/100g.
Kalium (K) dalam tanah bersumber pada pupuk buatan, pupuk
kandang, sisa tanaman dan mineral K dalam tanah (Orthoclas, Mika,
Muskovit dan Biotite). K diserap tanaman lebih besar daripada P, Ca
dan Mg, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan N. K di dalam
tanah bersifat mobile sehingga mudah hilang melalui proses
pencucian tau terbawa arus pergerakan air.
Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanah
(feldspar, mika, vermikulit, biotit, dll) dan bahan organik sisa
tanaman. K dalam tanah mempunyai sifat yang mobile (mudah
bergerak) sehingga mudah hilang melalui proses pencucian atau
terbawa arus pergerakan air. Berdasarkan sifat tersebut, efisiensi
pupuk K biasanya rendah, namun dapat ditingkatkan dengan cara
pemberian 2-3 kali dalam satu musim tanam. Berdasarkan hasil
praktikum diperoleh data bahwa kandungan K sebesar 0,041 %.
Kandungan K ini tergolong sangat rendah.
Kadar K sebesar 0,385 ppm kadar K dipengaruhi oleh adanya
pemupukan dengan pupuk KCl. Kadar K dalam jaringan tanaman
termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan adanya
pemupukan dengan pupuk KCl. Unsur hara K berfungsi dalam proses

fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral


termasuk air. K juga berguna untuk meningkatkan daya tahan atau
kekebalan tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang mengalami
defisiensi unsur hara K akan mengalami gejala batang dan daun
menjadi lemas atau rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak
hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering serta timbul
bercak coklat pada pucuk daun.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh rangkaian pengujian yang telah dilakukan untuk
tiap variabel fisika tanah, didapat beberapa kesimpulan :
1.

Analisis lengas tanah menunjukkan nilai kadar lengas tanah


alfisol Jumantono sebesar 7,695%

2.

Analisis pertukaran kation didapatkan nilai KTK sebesar 0,052%


dan yang demikian ini tergolong sangat rendah.

3.

Analisis bahan organik menunjukkan kadar C sebesar 4,124%


untuk kadar bahan organik yang tergolong tinggi.

4.

Analisis kadar N, P dan K menunjukkan N total tanah sebesar


0,301%, kadar P tersedia tanah 18,56% dan kadar K tersedia 0,041%.

5.

Analisis tanah awal memiliki kadar bahan organik, C-organik,


KPK, dan P tanah yang rendah.

6.

Pemupukan memiliki peranan untuk menyuburkan tanah


sehingga kadar N total tanah bisa menjadi tinggi.

B. Saran

Praktikum sudah berjalan dengan lancer, namun alangkah baiknya


koordinasi antara coass dengan coass maupun antara coass dengan praktikan
lebih dimaksimalkan lagi. Selama praktikum ini jarang sekali konsul, sehingga
banyak praktikan yang tidak tahu menahu harus bagaimana mengerjakan
laporan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Hairiah 2000. Pengelolaan Tanah Masam secara Biologis. Bogor: ICRAF.
Hanafiah 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Handayani 2005. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah: I. Agihan ukuran dan
dispersitas agregat. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 3 (1) : 10-1.
Hardjowigeno Sarwono 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta:
Akademik Pressindo.
Isnaini M 2006. Pertanian Organik. Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana
Mukhfid S 2007. Pengaruh Pemberian Lapisan Lempung terhadap Peningkatan
Lengas Tanah pada Tanah Berpasir.http://www.iptek.net. Diakses pada
tanggal 24 Desember 2015.
Novizan 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT Agro Media Pustaka,
Tangerang.
Sugeng 2001. Bercocok Tanam Palawija. Semarang: Aneka Ilmu.
Sujitno. 2004. Kumpulan Klasifikasi Tanaman Sayur. PT Alex Media
Komputindo. Jakarta.

Sunanjono. 2004. Teknik budidaya tanaman Sayur-Kangkung. PT Alex Media


Komputindo. Jakarta.
Sutedjo M M 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tjirosoepomo 2004. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

You might also like