You are on page 1of 15

MATERI PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan
Kelas/jurusan
Semester
Alokasi waktu

: SMA
Matapelajaran
: Geografi
: X (Sepuluh)
Standar Kompetensi : Menganalisis unsur: 2 (Dua)
unsur geosfer
: 7 45menit (4 pertemuan) Kompetensi Dasar
: Menganalisis hidrosfer
dan dampaknya terhadap kehidupan di muka
Bumi.

Pertemuan I:
Lapisan atau lingkungan air yang mengelilingi Bumi meliputi samudra, laut, sungai, danau, rawa, air tanah, dan uap air di atmosfer dinamakan hidrosfer.
1. Unsur-unsur utama dari siklus hidrologi:

(Sumber: Kreasi Penulis/Yoedh./2008)


1. Penguapan air laut. 2. Kondensasi. 3. Awan jenuh. 4. Hujan. 5. Aliran air menuju laut.
2. Jenis-jenis siklus hidrologi:
a. Siklus pendek (siklus kecil).
b. Siklus sedang.
c. Siklus panjang (siklus besar)
Jenis siklus hidrologi pada gambar di bawah ini adalah:

(Sumber: Didik Taryana dengan Penyempurnaan oleh Penulis/2006--2009)


Siklus sedang.
3. Mengidentifikasi jenis perairan darat yang dimaksud:
Perairan darat meliputi: air tanah, sungai, danau, dan rawa.

Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 1

(Sumber: http://www.lablink.or.id).

(Sumber: foto facebook)

(Sumber: http://www.acehblogger.org/Sumber_Daya_Air) (Sumber: Yoedh./2010)


Perairan darat yang dimaksud pada gambar di gambar kiri atas adalah rawa.
4. Air tanah:
Menurut jenisnya, air tanah terdiri dari:
a. Air freatis.
b. Air artesis.
c. Air meteorit (air hujan/air vados).
d. Air magmatik (air vulkanis/air juvenil).
e. Air tanah turbin (air konnat).
f. Air fosil.
g. Air pelikular.

(Sumber: http://www.e-dukasi.net)
Air tanah yang terletak antara dua lapisan kedap air disebut: air tanah artesis.
5. Terjadinya penurunan muka air tanah di Jakarta:

Mendesak, Kebutuhan Sumur Resapan Dalam


Headlines | Thu, Oct 8, 2009 at 04:13 | Jakarta, matanews.com

Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 2

Sumur resapan dalam (artificial recharge) yang bermanfaat untuk mengurangi terjadinya tanah
amblas sudah mendesak dibangun di kota-kota besar Indonesia, kata Kepala Bidang
Kebutuhan Masyarakat Kementerian Riset dan Teknologi Dr. Ir. Teddy W. Sudinda.

Di ibukota Jakarta, air tanah dalam terus dieksploitasi sehingga terjadi penurunan muka air
tanah yang akhirnya menyebabkan ambles sekitar 80 Cm di kawasan Thamrin-Sudirman,
katanya di Jakarta, Rabu.

Di sela Workshop tentang Teknologi Imbuhan Buatan untuk Mengatasi Banjir dan
Kekeringan, Teddy mengatakan pada 2025 jumlah penduduk di Jabotabek akan mencapai 39
juta jiwa.

Dengan demikian, ujarnya, ruang terbuka hijau semakin berubah menjadi aspal dan beton
sehingga air hujan melimpah begitu saja menuju laut tanpa meresap ke tanah dan
menyebabkan air tanah dalam terus menyusut.
Dalam kondisi seperti ini, ujar dia, dibutuhkan teknologi konservasi air tanah yang dipaksakan
seperti teknologi biopori untuk pemukiman, sumur resapan dangkal, hingga waduk resapan
untuk kawasan yang luas.

Kementerian Ristek, ujarnya, telah bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) untuk melakukan riset mengenai teknologi sumur resapan dalam dan telah
diujicobakan di areal parkir kantor BPPT Jl Thamrin.
Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 3

Kedalaman sumur yang kami buat mencapai 193 meter dengan pipa berdiameter 6 inchi
dengan tinggi muka air tanah 21 meter serta berkapasitas meresapkan air limpasan lebih dari
dua meter kubik per jam, katanya.

Teknologi ini berupa teknik menyimpan air permukaan (hujan) ke dalam lapisan akifer tertentu
dengan cara injeksi melalui sumur dalam.

Teknologi ini, menurut dia, sangat penting mulai diterapkan di seluruh gedung tinggi di kotakota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Apalagi, selain bermanfaat untuk menjaga keberadaan sumber air tanah dan mencegah intrusi
air laut serta tanah ambles, juga bisa untuk mencegah banjir akibat minimnya saluran air.

Menurut Teddy, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menentukan posisi sumur dengan
melihat lapisan batuan dan kedalaman akifer yang sesuai untuk sumur resapan yakni dengan
teknologi geolistrik.

Diperlukan juga data sekunder seperti formasi geologi, penampang vertikal bor, serta peta
sket keberadaan saluran pembuangan seperti talang hujan, katanya.

Untuk membuat artificial recharge ini, pihaknya membutuhkan dana Rp300 juta, termasuk
pengolahan airnya.
Jika setiap gedung mempunyai kapasitas injeksi sebesar dua liter per detik, maka untuk
kawasan dengan area seluas 25 km2 dibutuhkan paling tidak 20-25 gedung yang dapat
menerapkan sumur resapan dalam, ujarnya. (*an/ham)

Menurut Moh. Mamur Tanudidjaja dan Omi Kartawidjaja (1986: 269270), Keadaan air tanah jika dilakukan pemompaan, permukaan air di sumur turun dan permukaan air disekeliling-

Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 4

nya menjadi rendah dan bentuknya seperti kerucut, ini disebut kerucut depresi (cone of depression), selisih tinggi air yang berbentuk kerucut ini disebut drawdown. Jika pemompaan air dilakukan sangat intensif kerucut depresi ini akan meluas sejauh 1316km atau bahkan lebih.
Jika air tawar dipompa terus maka air laut (asin) akan meresap jauh ke pedalaman (intrusi air
laut).

Baca juga:
1. http://rastadiary.wordpress.com/2009/09/
2. http://www.suarapembaharuan.com/.../03/01/Utama/ut01.htm

6. Profil memanjang sungai:


Sungai adalah: massa air yang secara alami mengalir pada suatu lembah. Sedangkan lembah adalah: bentuk muka Bumi yang negatif (lebih rendah dari sekelilingnya) hasil dari erosi/kikisan
air mengalir.
Menurut profil memanjangnya, sungai dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: bagian hulu, tengah, dan
hilir. Masing-masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tiga bagian sungai
tersebut sebagai berikut:
A. Sungai bagian hulu:
a. Terdapat di daerah yang bertopografi gunung/bukit, pegunungan/perbukitan.
b. Tempat asal mataair.
c. Alirannya deras.
d. Jenis erosi yang dominan, erosi vertikal dan/atau erosi mudik.
e. Lembah sungainya curam (berbentuk seperti huruf V).
f. Sering dijumpai air terjun.
g. Sangat kecil kemungkinan terbentuk sedimentasi.

B. Sungai bagian tengah:


a. Terdapat di daerah yang bertopografi berombak hingga datar.

Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 5

b. Kecepatan aliran mulai menurun (tidak begitu deras).


c. Jenis erosi horisontal yang diimbangi oleh masih adanya erosi vertikal.
d. Lembah sungainya berbentuk seperti huruf U (ukuran tinggi tebing sungai relatif sama
dengan ukuran lebar sungai).
e. Mulai terbentuk meander, bahkan kadang-kadang dijumpai adanya kali mati/danau tapal
kuda (oxbow lake).
f. Proses sedimentasi mulai terbentuk.

C. Sungai bagian hilir:


a. Terdapat di daerah yang bertopografi datar.
b. Kecepatan alirannya rendah (arusnya tenang).
c. Jenis erosi yang dominan, erosi horizontal.
d. Lembah sungai berbentuk ___
e. Banyak dijumpai meander, bahkan kadang-kadang dijumpai adanya kali mati/danau tapal
kuda (oxbow lake).
f. Banyak terdapat material sedimen. Bentuk-bentuk sedimentasinya antara lain: dataran
banjir, beting, pulau, delta, dsb.
g. Bagian ujung sungai bertemu dengan laut (muara).

7. Jenis-jenis/tipe tipe sungai:


A. Jenis sungai berdasarkan asal airnya:
a. Sungai hujan
b. Sungai gletsyer
c. Sungai campuran

B. Jenis sungai berdasarkan kestabilan airnya:


a. Sungai permanen/perennial
b. Sungai periodik

Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 6

C. Tipe-tipe sungai:
a. Berdasarkan genesis daerahnya:
Tipe-tipe sungai menurut asal kejadiannya (genesis) daerah dan formasi batuan di
bawahnya. Tipe ini sering pula disebut dengan tipe sungai menurut profil memanjangnya.
Berdasarkan tipe ini sungai dibedakan menjadi 5 (lima) macam, yaitu:

(Sumber: Kreasi Penulis/Yoedh./2010).

1. Sungai konsekuen
Sungai konsekuen adalah sungai yang arah alirannya mengikuti lereng asli/lereng awal
Yang ada di permukaan Bumi seperti dome, blockmontain, atau dataran yang baru
terangkat.Sungai konsekuen pada gambar di atas tertera pada nomor 1 (satu) dan 5
(lima).
2. Sungai subsekuen (strike river)
Sungai subsekuen adalah sungai yang arah alirannya mengikuti arah formasi
daerah/strike batuan (garis patahan). Sungai ini biasanya berupa anak sungai yang
bermuara ke sungai induk, yakni sungai konsekuen. Sungai subsekuen pada gambar di
atas tertera pada nomor 3 (tiga).
3. Sungai obsekuen
Sungai obsekuen adalah sungai yang arah alirannya berlawanan dengan sungai
konsekuen.Sungai ini biasanya berupa anak sungai yang bergabung dengan sungai
subsekuen. Sungai obsekuen pada gambar di atas tertera pada nomor 2 (dua).
4. Sungai resekuen
Sungai resekuen adalah sungai yang alirannya searah dengan sungai konsekuen atau
mengalir mengikuti arah kemiringan batuan, tetapi sungai ini sebagai cabang dari sungai
subsekuen. Sungai resekuen pada gambar di atas tertera pada gambar nomor 4 (empat).

Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 7

. Sungai insekuen
Sungai insekuen adalah sungai yang arah alirannya tidak menentu dan tidak mengikuti
genesis daerah atau tidak mengikuti litologi dan struktur geologi yang ada. Sungai ini
biasanya membentuk pola aliran dendritik. Sungai insekuen pada gambar di atas tidak
tertera.

b. Berdasarkan formasi batuan di bawahnya:


1. Sungai superimposed
2. Sungai anteseden
3. Sungai anaklinal
4. Sungai reserve
5. Sungai kompoun
6. Sungai komposit

Pertemuan II:
8. Macam-macam pola aliran sungai:
a. Pola dendritik,yaitu pola aliran yg arah alirannya membentuk seperti cabang-cabang pohon.
b. Pola trellis, yaitu pola aliran yang berbentuk seperti sirip daun atau seperti besi tralis, terdapat di daerah patahan maupun lipatan.
c. Pola rectangular, yaitu pola aliran yang membentuk sudut siku-siku di daerah patahan
(fault) maupun rekahan (joint).
d. Pola radial sentrifugal, pola aliran yang menyebar dari sebuah dome (gunung/pegunungan)
e. Pola radial sentripetal, pola aliran yang memusat atau menuju pada suatu cekungan (basin).
f. Pola pinnate, pola aliran yang terjadi pada daerah yg kemiringan lerengnya curam.
g. Pola annular, pola aliran yang melingkari sebuah dome dengan batuan yang berselangseling antara keras dan lunak.
h. Pola sink holes, pola aliran yang di antaranya masuk/menghilang dalam lapisan batuan di
daerah karst.
j. Pola dikotomik, pola aliran yang dicirikan dengan adanya dua sungai yang arah alirannya
Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 8

berlawanan.
k. Pola anastomotik, pola aliran yang berliku-liku (meander).
l. Pola teranyam, pola aliran sungai yang masuk dan keluar danau dan/atau rawa (bided?).
Menurut Puguh Dwi Raharjo (http://puguhdraharjo.wordpress.com/2010/03/puguh-dwi-raharjopola-aliran, dalam interpretasi pola aliran dapat mudah dilakukan dengan pemanfaatan data
penginderaan jauh baik citra foto ataupun non foto sangat terlebih lagi apabila data penginderaan
jauh yang stereoskopis (foto udara) dengan menampakkan 3 dimensional, sehingga hasil yang
didapatkan akan maksimal. Citra satelit yang paling baik digunakan untuk mengetahui pola aliran
adalah citra radar (ifsar) yang menghasilkan kenampakan tiga dimensi yang paling baik. Pola
aliran mempunyai berbagai jenis pola, diantaranya ialah dendritic, paralel, radial, trelis,
rectangular, centripetal, angular dan multibasinal. Gambar di bawah ini merupakan jenis-jenis
pola aliran sungai dalam DAS.

Penjelasan:
a. Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang
beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada
batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang
homogen.
b. Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara alirannya
membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola aliran ini berkembang pada daerah
rekahan dan patahan.
c. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai
utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang
terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi
yang pendek) atau dekat pantai.
d. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama
sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan
litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.
e. Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai pendek yang arahnya
tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan daerah glacial bagian bawah.
f. Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik. Berkembang pada
vulkan atau dome.
g. Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Berkembang di kaldera,
karater, atau cekungan tertutup lainnya.
h. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir tegak
lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan keras.

Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 9

i. Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk sudut
lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
j. Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkan
hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst. Tabel 1. merupakan pola
pengaliran dengan karaktersitiknya.
Pola aliran sungai yang tertera pada gambar di bawah adalah:

(Sumber: Ujian Nasional Geografi 2008/2009)


Pola dendritik
9. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sistem sungai pada suatu daerah tampungan air hujan
yang anak-anak sungainya menuju ke satu saluran pembuangan (outlet), yakni pada induk
sungai, dimana daerah tersebut dibatasi oleh punggungan bukit/gunung/pegunungan (watershet/stream devide).

(Sumber: http://www.oregon.gov)
Tambahan:
Menurut Puguh Dwi Raharjo bahwa DAS mempunyai suatu keterkaitan antara faktor biotik,
abiotik dan budaya serta interaksi yang saling berpengaruh dari DAS bagian hulu, tengah dan
hilir. Faktor biotik merupakan makluk hidup yang menempati ruang DAS, faktor abiotik
merupakan permukaan lahan DAS tersebut sedangkan budaya adalah sifat dan perilaku
masyarakat terhadap kawasan DAS.
Kawasan hulu DAS merupakan suatu daerah topografi tinggi kemiringan lebih besar dari 15 %,
alur sungai rapat dan merupakan daerah konservasi. Kemiringan yang terjal menyebabkan aliran
langsung permukaan sangat tinggi akan tetapi apabila konservasi pada daerah hulu ini relatif
baik, vegetasi dengan kerapatan tinggi dan sistem drainase yang tertata serta kondisi tanah yang
stabil maka aliran langsung permukaan tersebut akan tertahan dan sebagian besar meresap ke
dalam tanah, sehingga cadangan air dalam tanah sangat tinggi. Akan tetapi apabila konservasi
daerah hulu yang buruk baik dari segi pengelolaan vegetasi dan tanah maka air hujan yang jatuh
sebagian besar akan menjadi aliran langsung permukaan dan masuk pada system sungai. Hal ini
dapat menyebabkan longsor pada wilayah hulu dan menjadikan banjir di kawasan tengah dan
hilir DAS. Wilayah hulu DAS merupakan daerah yang penting karena berfungsi sebagai
perlindungan terhadap seluruh DAS karena konservasi yang dilakukan pada hulu DAS akan
berdampak pada seluruh DAS.
Karakteristik DAS pada umumnya tercermin dari penggunaan lahan, jenis tanah, topografi,
kemiringan, panjang lereng, serta pola aliran yang ada. Pola aliran dalam das dapat terbentuk dari
karakteristik fisik dari DAS. Pola aliran merupakan pola dari organisasi atau hubungan
keruangan dari lembah-lembah, baik yang dialiri sungai maupun lembah yang kering atau tidak
dialiri sungai (riil). Pola aliran dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan, struktur, sejarah
diastrofisme, sejarah geologi dan geomorfologi dari daerah alairan sungai. Dengan demikian pola
aliran sangat berguna dalam interpretasi kenampakan geomorfologis, batuan dan struktur geologi.
10. Faktor penyebab kerusakan DAS:
a. Penggundulah hutan di DAS hulu dan di sepanjang DAS.
Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 10

b. Pengalihan fungsi lahan di DAS hulu dan di sepanjang DAS untuk lahan pertanian, permukiman, dan industri.
c. Terjadinya sedimentasi berlebihan pada DAS
d. DAS tercemar akibat pembuangan limbah domestik dan industri.
11. Upaya-upaya pelestarian DAS:
a. Melakukan reboisasi pada DAS hulu.
b. Melakukan penghijauan di kanan dan kiri lembah sungai selebar minimal 100m sepanjang
DAS.
c. Pembatasan atau bahkan pelarangan untuk pendirian bangunan (permukiman) di sepanjang
DAS.
d. Penertiban bangunan-bangunan yang sudah terlanjur ada di sepanjang DAS.
e. Pelarang pembuangan limbah ke DAS sebelum diproses dengan menggunakan AMDAL.
f. Pembuatan tanggul sungai dan dam apabila memang diperlukan.
12. Proses terjadinya danau Toba:
Danau Toba terjadi lantaran adanya peristiwa erupsi gunung berapi (proses vulkanisme) yang
diimbangi oleh adanya peristiwa merosotnya lapisan batuan di tempat tersebut (tektonisme).
Sekedar tambahan:
Klasifikasi danau menurut proses terjadinya terdiri dari tujuh jenis, yakni:
a. Danau tektonik
b. Danau vulkanik
c. Danau vulkano-tektonik
d. Danau bendungan:
- Waduk/bendungan, jika proses terjadinya lantaran sengaja dibuat oleh manusia.
- Danau hempangan, jika proses terjadinya lantara aliran air terbentung melalui proses alam
misalnya aliran lava. Contoh: danau Lauttawar di Nanggroe Aceh Darussalam.
e. Danau karst
f. Danau gletsyer
g. Danau meteorit
13. Manfaat rawa bagi kehidupan:
a. Sumber kekayaan alam hayati, baik yang berupa flora maupun fauna:
- Sumber perikanan.
- Nipah/sagu menghasilkan bahan pangan, di samping daunnya untuk kerajinan atap.
- Bakau ternyata diketahui sangat efektif untuk menyerap gas karbon, di samping akarnya
dapat untuk menahan pengikisan.
- Menghasilkan kayu. Contoh: kayu galam,dsb.
b. Sebagai lahan pertanian (sawah) yang potensial dan luas, jika rawa tergenang khususnya
dibuatkan drainase dan diberi kapur.
c. Sebagai lahan peternakan (kerbau dan itik) yang potensial dan luas.
d. Sumber energi listrik. Contoh: pengembangan gambut di daerah Kerengbengkel dan Kebengkirai, Kalimantan Tengah.
Sekedar diketahui:
Menurut letaknya, rawa dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Rawa tergenang
b. Rawa pasang-surut (rawa tepian sungai)
c. Rawa pantai
14. Faktor penyebab rawa yang terletak jauh di tengah-tengah daratantidak mengalami pergantian air (rawa tergenang), airnya tidak baik untuk dijadikan air minum karena airnya sangat
asam.
Pertemuan III:
15. Perbedaan antara pantai dengan pesisir:
- Pesisir adalah: daerah yang meliputi pantai dan perluasannya ke arah daratan yang masih
mendapat pengaruh dari laut seperti pasang naik dan pasang surut, suara deburan ombak, dan
rembesan air laut dan pengaruh dari daratan ke laut seperti air sungai dan pengendapan dari
daratan.
Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 11

- Pantai adalah: batas antara daratan dengan laut.


Jadi pesisir itu lebih luas dari pantai, atau pantai itu merupakan bagian dari pesisir.
16. Perbedaan proses terjadinya dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul:
Dangkalan Sunda terbentuk dari terpisahnya kepulauan Indonesia bagian barat dari benua
Asia, sedang dangkalan Sahul terbentuk dari terpisahnya pulau Papua dan kepulauan Aru dari
benua Australia akibat pencairan es di kutub pada zaman es mencair.
17. Klasifikasi jenis-jenis laut berdasarkan letaknya:
a. Laut tepi
b. Laut pertengahan
c. Laut pedalaman
18. Klasifikasi laut berdasarkan kedalamannya:
a. Klasifikasi menurut kedalamannya:
1. Laut dangkal
2. Laut dalam
b. Klasifikasi berdasarkan zonasinya:

(Sumber: Kreasi Penulis--Yoedh./2008--2010).


1. Zona litoral
2. Zona neritis
3. Zona batial
4. Zona abisal
19. Klasifikasi laut berdasarkan wilayah kekuasaan:

Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 12

(Sumber: http://www.e-dukasi.net dalam http://e-ducation-center.blogspot.com)


1. Laut teritorial
2. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
3. Landas kontinen
20. Klasifikasi laut menurut proses terjadinya:
a. Laut transgresi
b. Laut regresi
c. Laut ingresi
21. Contoh-contoh laut transgresi, yakni laut yang terbentuk lantaran daratan (berupa dataran rendah) tergenangi air laut sebagai akibat kenaikan permukaan air laut setinggi 70m saat berakhirnya zaman es:
a. Laut transgresi di wilayah Indonesia bagian barat: selat Malaka, selat Karimata, selat Sunda,
laut Jawa, laut Cina Selatan, selat Madura, selat Bali, dsb.
b. Laut transgresi di wilayah Indonesia bagian timur: selat Torres, laut Arafuru, dsb.
22. Bentuk-bentuk morfologi dasar laut:

(Sumber: http://125.163.204.22/e_books/modul_online/geografi/image)
Pertemuan IV:
23. Faktor-faktor penyebab terjadinya gelombang:
a. Angin
b. Gempa laut
24. Faktor-faktor penyebab terjadinya arus laut:
a. Angin.
b. Perbedaan kadar garam (salinitas).
c. Pengaruh pasang purnama (spring tide) dan pasang perbani (neap tide).
d. Perbedaan tinggi permukaan air laut.
e. Perbedaan suhu.
f. Rintangan daratan (pulau atau benua).
25. Peta arus-arus laut dunia:
Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 13

(Sumber: http://namce8081.worpres.com/2008/09/&usg)
26. Gerakan air laut yang terjadi lantaran pengaruh gravitasi Bulan dan Matahari terhadap Bumi
dinamakan pasang naik dan pasang surut.
Dua faktor yang membedakan antara pasang naik dan pasang surut:
a. Faktor ketinggian air laut.
b. Faktor penyebab perbedaan ketinggian air laut.
27. Kesimpulan faktor-faktor penyebab perbedaan kadar garam (salinitas) air laut:
a. Tingkat penguapan.
b. Tingkat curah hujan.
c. Jumlah air tawar atau jumlah sungai yang masuk ke laut.
d. Jumlah pencairan es yang masuk ke laut.
e. Letak laut terhadap daratan di sekelilingnya.
f. Arus laut (Bagja Waluya, 2007:253).
28. Kesimpulan faktor-faktor penyebab perbedaan warna air laut:
A. Warna biru, lantaran:
a. Pantulan kembali gelombang warna biru dari spektrum Matahari.
b. Kedalaman laut.
B. Warna hijau, lantaran:
a. Organisme laut
b. Endapan lumpur dekat pantai yang memantulkan warna hijau (P. Simamora, 1982:76).
C. Warna merah, lantaran:
Ganggan merah
D. Warna kuning, lantaran:
Lumpur dari tanah loss berwarna kuning.
E. Warna hitam, lantaran:
Lantaran endapan lumpur tanah loss berwarna biruhitam (biru tua).
F. Warna putih, lantaran:
Gunung es yang menutupi permukaan laut.
29. Nama tumbuhan air yang berukuran kecil, melayang-layang di air laut dan merupakan organisme laut yang makanan utama bagi ikan-ikan laut: phytoplankton.
E. Sumber Belajar dan Media Pembelajaran:
Sumber Belajar:
a. Lingkungan sekitar siswa.
b. Daftar Pustaka:
1. Akhwan, Nur Hasan. 2009. Geografi Xb (Lembar Kerja dan Tugas Siswa). Surabaya:
Bintang Karya.
2. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2008/2009. Ujian Nasional Paket A dan Paket
B Tahun Pelajaran 2008/2009. Jakarta: Puspendik Balitbang Depdiknas.
3. Gunawan, Totok, dkk. 2007. Fakta dan Konsep Geografi Kelas X. Jakarta: Inter Plus.
4. Mamur Tanudidjaja, Moh. & Kartawidjaja, Omi. 1986. Penuntun Pelajaran Geografi.
Bandung: Ganeca Exact.
5. Meurah, Cut, dkk. 2006. Geografi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Phibeta Aneka Gama.
Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 14

6. Nianto Mulyo, Bambang & Suhandini, Purwadi. 2004 & 2007. Kompetensi Dasar geografi
1. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
7. Simamora, P. 1982. Ilmu Bumi Alam untuk Sekolah Lanjutan Atas. Jakarta: C.V. Pedjuang
Bangsa.
8. Waluya, Bagja. 2007. Memahami Geografi. Bandung: Armico.
9. Widayat, Gunawan. 1988. Geografi 2.Klaten: PT Intan Pariwara.
10. Yani, Ahmad & Ruhimat, Mamat. 2007. Geografi Menyingkap Fenomena Geosfer Jilid 1.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
c. Situs Internet:
1. http://e-ducation-center.blogspot.com/2009/06/hidrosfera
2. http://matanews.com
3. http://namce8081.worpres.com/2008/09/&usg
4. http://puguhdraharjo.wordpress.com/2010/03/puguh-dwi-raharjo-pola-aliran
5. http://www.acehblogger.org/Sumber_Daya_Air
6. http://www.e-dukasi.net
7. http://www.lablink.or.id
8. http://www.oregon.gov
9. http://125.163.204.22/e_books/modul_online/geografi/image

Materi Pembelajaran Geografi/Kelas X/Smt. 2/HIDROSFER

Page 15

You might also like