Professional Documents
Culture Documents
Meyske R M
11-2006-138
Dokter Pembimbing :
Dr. Suzanna Ndraha, Sp.PD
Fakultas Kedokteran
( Kepaniteraan Klinik )
Ilmu Penyakit Dalam RSUD KOJA
Nama Mahasiswa
: Meyske R M
NIM
: 11 2006 138
Tanda tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama
Ny. S B
Umur
33 tahun
Tempat/tanggal lahir
Status Perkawinan
Menikah
Pekerjaan
Alamat
Tanjung Priok
Jenis Kelamin
Perempuan
Suku Bangsa
Jawa
Agama
Islam
Pendidikan
SLTP
A. ANAMNESIS
Diambil dari
Keluhan utama
Keluhan Tambahan
berlendir, 1 kali sehari. BAK pasien normal dan berwarna kuning jernih serta sesuai dengan jumlah
air yang diminum.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa badannya sangat lemas dan
kepalanya berat sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya kecuali hanya
duduk dan berbaring. Pada siang harinya pasien mengaku mengalami sedikit mimisan, batuk tidak
berdahak, sakit menelan, mual dan muntah cair 1x serta nafsu makan pasien juga semakin
menurun.
Satu jam sebelum masuk rumah sakit, pasien tiba-tiba pingsan sesaat setelah menonton
TV. Saat itu pasien mengalami demam, badan terasa tidak bertenaga/ lemas, pusing dan sesak
napas, ada mual dan muntah 2x berisi makanan, nyeri di bagian perut.
( - ) Cacar
( - ) Gonore
( + ) Cacar air
( - ) Difteri
( - ) Ulkus Ventrikuli
( - ) Batuk Rejan
( + ) Gastritis
( - ) Campak
( - ) Batu Empedu
( + ) Influenza
( - ) Tonsilitis
( - ) Burut ( Hernia )
( - ) Khorea
( - ) Penyakit Prostat
( - ) Wasir
( - ) Pneumonia
(- ) Diabetes
( - ) Pleuritis
( - ) Alergi
( - ) Tuberkulosis
( - ) Tumor
( - ) Malaria
( - ) Penyakit Pembuluh
( - ) Disentri
( - ) Perdarahan Otak
( - ) Hepatitis
( - ) Psikosis
( - ) Tifus Abdominalis
( - ) Neurosis
( - ) Skirofula
( - ) Sifilis
( - ) Kecelakaan
Riwayat Keluarga
Hubungan
Kakek
Nenek
Ayah
Ibu
Umur ( tahun )
60 tahun
Jenis Kelamin
Laki laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Keadaan
Penyebab
Kesehatan
Meninggal
Meninggal
Meninggal
Meninggal
Sehat
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Tidak diketahui
-
Saudara
Anak anak
17,13,10
3 laki-laki
Sehat
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Hubungan
Ayah
Ayah
Tidak
Ya
Ibu
ANAMNESIS SISTEM
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul judul yang bersangkutan
Kulit
( - ) Bisul
( - ) Keringat Malam
( - ) kuning / Ikterik
( - ) Sianosis
Kepala
( - ) Trauma
( - ) Sinkop
Mata
( - ) Nyeri
( - ) Radang
( - ) Sekret
( - ) Kuning / ikterik
(- ) Gangguan Penglihatan
( - ) Ketajaman Penglihatan
( - ) Nyeri
( - ) Tinitus
( - ) Gangguan Penglihatan
( - ) Sekret
( - ) Kehilangan Pendengaran
Telinga
Hidung
( - ) Trauma
( - ) Nyeri
( - ) Gangguan Penyumbatan
( - ) Sekret
( + ) Epitaksis
( - ) Gangguan Penciuman
( - ) Pilek
Mulut
(- ) Bibir kering
( - ) Selaput
( + ) Stomatitis
( - ) Gangguan Pengecapan
Tenggorokan
( + ) Nyeri tenggorokan
( - ) Perubahan suara
Leher
( - ) Benjolan
( - ) Nyeri Leher
( - ) Berdebar
( - ) Ortopnoe
( - ) Batuk Darah
( + ) Batuk
(+ ) Mual
( - ) Perut Membesar
( + ) Muntah
( - ) Muntah darah
( - ) Sukar Menelan
( - ) Nyeri Perut
( - ) Benjolan
( - ) Wasir
( - ) Mencret
( - ) Tinja darah
( - ) Perut Membesar
( - ) Stranguri
( - ) Poliuria
( - ) Polakiuria
( - ) Hematuri
( - ) Kencing batu
( - ) Kolik
( - ) Kencing nanah
( - ) Oliguria
( - ) Kencing menetes
( - ) Anuria
( - ) Retensi urin
( - ) Penyakit Prostat
Katamenia
( - ) Leukore
( - ) Perdarahan
( - ) lain lain
Haid
( + ) Haid terakhir 15-6-2007
( - ) Teratur
( - ) Nyeri
( + ) Gangguan haid
( - ) Pasca Menopause
( - ) Menarche
( - ) Gejala klimakterium
( - ) Parestesi
( - ) Otot lemah
( - ) Kejang
( - ) Afasia
( - ) Amnesia
( - ) Ataksia
( - ) Sukar mengingat
( - ) Hipo/hiper-esthesi
( + ) Pingsan
( - ) Kedutan ( tick )
( + ) Pusing ( vertigo )
Ekstremitas
( - ) Bengkak kedua kaki
( - ) Deformitas
( - ) Nyeri sendi
( - ) Sianosis
Berat Badan :
: 52 kg
: 56 kg
: 51 kg
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir
( - ) Rumah
( + ) Rumah Bersalin
( - ) RS Bersalin
Ditolong oleh
( - ) Dokter
( + ) Bidan
( - ) lain lain
( - ) Dukun
Riwayat Imunisasi
( - ) Hepatitis
( - ) BCG
( - ) Campak
( - ) DPT
( - ) Polio
( + ) Tetanus
Riwayat Makanan
Frekuensi / hari
3 kali sehari
Jumlah / hari
3 porsi cukup/hari
Variasi / hari
bervariasi
Nafsu makan
Pendidikan
(+) SD
(+) SLTP
( - ) SLTA
( - ) Sekolah Kejuruan
( - ) Universitas
( - ) Kursus
( - ) Akademi
( - ) Tidak sekolah
Kesulitan
Keuangan
Ada
Pekerjaan
Karyawati
Keluarga
Baik
B. PEMERIKAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Tinggi Badan
162 cm
Berat Badan
52 kg
Tekanan Darah
100 / 70 mmHg
Nadi
100 / menit
Suhu
37,8 C
Pernafasaan
22 x / menit
Keadaan gizi
cukup
Kesadaran
compos mentis
Sianosis
tidak ada
Udema umum
tidak udema
Habitus
atletikus
Cara berjalan
lemah
aktif
sesuai umur
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku
: Wajar
Alam perasaan
: Biasa
Proses pikir
: Wajar
Kulit
Warna
: Sawo matang
Efflurosensi
: Tidak ada
Jaringan parut
: Tidak ada
Pigmentasi
: Tidak ada
Pertumbuhan rambut
: Merata
Suhu raba
: Febris
Kulit
: Lembab
Keringat
: Umum
Turgor
: Normal
Lapisan lemak
: Cukup
Ikterus
: Tidak ada
Edema
: Tidak ada
Lain lain
: Tidak ada
Submandibula
: Tidak membesar
Leher
: Tidak membesar
Supraklavikula
: Tidak membesar
Ketiak
: Tidak membesar
Lipat paha
: Tidak membesar
Kepala
Ekspresi Wajah : Normal, wajar
Simetri muka
: Simetris
Rambut
: Teraba pulsasi
Mata
Exopthalmus
: Tidak ada
Enophtalmus
: Tidak ada
Kelopak
: Oedem ( - )
Lensa
: Jernih
Konjungtiva
: Anemis
Visus
: Tidak diperiksa
Sklera
: Tidak ikterik
Gerakan mata
Lapangan Penglihatan
: Normal
: Tidak dilakukan
Deviasi Konjungae
: Tidak ada
Nistagmus
: Tidak ada
Tuli
:-/-
Selaput pendengaran
: Utuh
Lubang
:+/+
Penyumbatan
: Tidak ada
Serumen
:+/+
Perdarahan
: Tidak ada
Cairan
:-/-
Telinga
Mulut
Bibir
: Tidak sianosis
Tonsil
: T1 T1 tenang
Langit langit
: Normal
Bau Pernafasan
: Tidak khas
Gigi Geligi
: Karies ( + )
Trimus
: Tidak ada
Faring
: Hiperemis
Selaput lendir
: Normal
Lidah
: Tidak kotor
Leher
Tekanan Vena jugularis ( JVP )
: 5 2 cmH2O
Kelenjar Tiroid
Kelenjar Limfe
Dada
Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
Paru paru
Inspeksi
Kiri
Kanan
Depan
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
Belakang
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
Depan
Taktil fremitus simetris
Taktil fremitus simetris
Belakang
Taktil fremitus simetris
Taktil fremitus simetris
Depan
Belakang
Palpasi
Kiri
Kanan
Perkusi
Kiri
Kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Auskultasi
Depan
Vesikuler, Rh ( - ), Wh ( - )
Vesikuler, Rh ( - ), Wh ( - )
Kiri
Kanan
Belakang
Vesikuler, Rh ( - ), Wh ( - )
Vesikuler, Rh ( - ), Wh ( - )
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi :
Batas kanan
Batas kiri
Batas atas
Batas bawah
Auskultasi
Pembuluh darah
Arteri temporalis
: teraba pulsasi
Arteri karotis
: teraba pulsasi
Arteri brakialis
: teraba pulsasi
Arteri radialis
: teraba pulsasi
Arteri femoralis
: teraba pulsasi
Arteri poplitea
: teraba pulsasi
: teraba pulsasi
: teraba pulsasi
Abdomen
Inspeksi :
Palpasi
Dinding perut
Hati
Limfa
Ginjal
Perkusi
Auskultasi
Lengan
Otot tonus
Massa
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Lain lain
Tungkai dan kaki
Luka
Varises
Otot ( tonus dan massa )
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Edema
Lain lain
KANAN
Normotonus
Eutrofi
Tidak bengkak
Pasif aktif
+4
-
KIRI
Normotonus
Eutrofi
Tidak bengkak
Pasif aktif
+4
-
KANAN
Tidak ada
Tidak ada
Normotonus, eutrofi
Normal
Pasif aktif
+4
Tidak ada
-
KIRI
Tidak ada
Tidak ada
Normotonus, eutrofi
Normal
Pasif aktif
+4
Tidak ada
-
KANAN
+
+
+
+
+
Tidak dilakukan
+
+
KIRI
+
+
+
+
+
Tidak dilakukan
+
+
Refleks
Refleks tendon
Refleks biseps
Refleks triseps
Refleks patella
Refleks Achilles
Refleks kremaster
Refleks kulit
Refleks patologis
Colok Dubur ( atas indikasi )
Tidak dilakukan pemeriksaan
: 7,7 g / dl
Ht
: 22 %
Trombosit
: 29.000 / L
Leukosit
: 1.800 L
D. RINGKASAN
Seorang pasien perempuan berumur 33 tahun datang dengan keluhan cepat cape dan
jantung berdebar-debar sejak 2 minggu SMRS. Pasien juga merasa sesak napas setelah melakukan
10
aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari, merasa mual setelah makan, haid terakhir memanjang dan
berlangsung selama 15 hari, gusinya berdarah saat sikat gigi serta nafsu makan pasien juga
berkurang.
Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pusing yang dirasakan pasien semakin
hebat apalagi ketika pasien berdiri atau jongkok, badan semakin lemas, mual dan muntah berisi
makanan, tidak ada darah serta nyeri tekan di perut. Penglihatan pasien agak menerawang/ kurang
jelas. BAB pasien berwarna kuning dengan konsistensi lunak, tidak ada darah dan tidak berlendir, 1
kali sehari. BAK pasien normal dan berwarna kuning jernih serta sesuai dengan jumlah air yang
diminum.
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa badannya sangat lemas dan
kepalanya berat sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya kecuali hanya
duduk dan berbaring. Pada siang harinya pasien mengaku mengalami sedikit mimisan, batuk tidak
berdahak, sakit menelan, tenggorokan terasa gatal, mual dan muntah cair 1x serta nafsu makan
pasien juga semakin menurun.
Satu jam sebelum masuk rumah sakit, pasien tiba-tiba pingsan sesaat setelah
menonton
TV. Saat itu pasien mengalami demam, lemas, pusing dan sesak napas, ada mual dan muntah 2x
berisi makanan.
Pemeriksaan fisik:
Tekanan Darah
: 100 / 70 mmHg
Nadi
: 100 x / menit
Pernafasaan
: 22 x / menit
Suhu
: 37,8 C
Mata
: Konjungtiva anemis
Mulut
: Faring hiperemis
Abdomen
Laboratorium
Leukosit
: 1.800 L ( )
Hb
: 7,7 g / dl ( )
Ht
: 22 % ( )
Trombosit
: 29.000 / L ( )
11
G. RENCANA PENGELOLAHAN
1.
Terapi kausatif :
Imunosupresif :
-
12
2.
3.
Terapi suportif :
Omeperazole 1 x 20 mg i.v
H. PENCEGAHAN
1.
Minum obat yang teratur dan control ke dokter untuk melihat apakah ada perbaikan
2.
F. PROGNOSIS
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Ad fungsionam
: Dubia ad bonam
: Ny S B
Umur
: 33 Tahun
Tanggal masuk
: 4 Juli 2007
Oleh Co-ass
: Meyske
: OS mengeluh demam, kepala pusing, badan lemas, sesak napas ketika duduk, mual, muntah
sedikit
: TD
setelah makan, BAB normal (tidak ada darah), gusi sedikit berdarah saat sikat gigi.
: 100 / 60 mmHg
13
: 100 x / menit
RR
: 32 x / menit
: 38 C
Lab :
Hb
: 3,4 g/dl
Ht
: 11 %
Leukosit : 4500 / L
Trombosit: 19.000 / L
A
: OS mengeluh kepala pusing, badan lemas, sesak napas ketika duduk, mual, muntah sedikit
setelah makan, BAB normal (tidak ada darah), gusi sedikit berdarah saat sikat gigi.
: TD
: 100 / 70 mmHg
: 108 x / menit
RR
: 31 x / menit
: 36 C
Lab :
Hb
: 4,5 g/dl
Ht
: 15 %
Leukosit : 2.300 / L
Trombosit: 21.000 / L
A
: - IVFD RL 6 tetes/menit
- O2 3 liter / 24 jam
- Anemia aplastik : - Transf. PRC 500 cc/hari + extra lasix 1 x (target Hb 10 g %)
14
: OS mengeluh sesak napas, batuk, tenggorokan terasa gatal, kepala pusing, mual dan muntah
berkurang.
: TD
: 100/70 mmHg
: 100 x / menit
RR
: 28 x / menit
: 37,5 C
Lab :
Hb
: 7,1 g/dl
Ht
: 19 %
Leukosit : 1800 / L
Trombosit: 29.000 / L
A
: TD
: 120/80 mmHg
: 80 x / menit
RR
: 26 x / menit
: 37 C
Lab :
Hb
: 5,9 g/dl
Ht
: 18 %
Leukosit
: 1900 / L
Trombosit : 23.000 / L
15
: Os mengeluh sesak napas ketika duduk, kepala pusing, mual (-), muntah (-).
: TD
: 110/70 mmHg
: 108 x / menit
RR
: 31 x/ menit
: 36 C
Lab :
Hb
: 5,9 g/dl
Ht
: 18 %
Leukosit : 1900 / L
Trombosit : 61.000 / L
A
:T
: 100 / 70 mmHg
: 100 x / menit
RR
: 28 x / menit
: 36,3 C
Lab :
Hb
: 7,7 g / dl
Ht
: 22 %
Leukosit
: 1.800 / L
Trombosit : 29.000 / L
A
16
- Antibiotik : Gentamycin 2 x 80 mg
Tanggal 12 Juli 2007
S
: 120 / 80 mmHg
: 80 x / menit
RR
: 20 x / menit
: 37 C
Lab :
Hb
: 7,7 g / dl
Ht
: 24 %
Leukosit
: 2500 / L
Trombosit : 43.000 / L
A
:T
: 120 / 80 mmHg
: 84 x / menit
RR
: 20 x / menit
: 37 C
Lab :
Hb
: 10,9 g / dl
Ht
: 33 %
Leukosit
: 2.900 / L
Trombosit : 54.000 / L
17
Tinjauan Pustaka :
ANEMIA APLASTIK
Anemia aplastik merupakan anemia yang terjadi akibat aplasia sumsum tulang dimana jaringan
hemopoiesis diganti oleh jaringan lemak dan ditandai dengan adanya pansitopeni. Penyakit ini
merupakan kegagalan hemopoiesis yang relatif jarang ditemukan namun berpotensi mengancam jiwa.
Secara morfologis, gambaran sel darah merah berupa normositik normokrom, jumlah retikulosit
rendah atau tidak ada dan biopsi sumsum tulang menunjukkan keadaan yang disebut pungsi kering
dengan hipoplasia nyata dan penggantian dengan jaringan lemak tetapi tidak dijumpai sel-sel
abnormal. Anemia aplastik diyakini merupakan suatu mediasi secara imunologis dimana limfosit T
pasien menekan sel-sel induk hemopoietik.
18
Penyebab-penyebab sekunder anemia aplastik (sementara atau permanent) dapat meliputi hal-hal
berikut ini :
1) Lupus eritematosus sistemik yang berbasis autoimun
2) Agen anti neoplastik atau sitotoksik
3) Terapi radiasi
4) Antibiotik tertentu
5) Berbagai obat seperti Kloramfenikol, anti konvulsan, obat-obat tiroid, senyawa emas dan
Fenilbutazon
6) Zat-zat kimia seperti Benzene, pelarut organik dan insektisida
7) Penyakit-penyakit virus seperti mononucleosis infeksiosa dan HIV.
Kompleks gejala anemia aplastik disebabkan oleh derajat pansitopeni yang gejalanya meliputi
anemia disertai dengan kelelahan, kelemahan dan nafas pendek saat melakukan latihan fisik. Tanda dan
gejala lain yang dapat timbul diakibatkan olehdefisiensi trombosit dan sel-sel darah putih. Defisiensi
trombosit dapat menyebabkan ekimosis dan petekie, epistaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan
saluran kemih dan kelamin serta perdarahan sistem saraf pusat. Defisiensi sel darah putih
meningkatkan kerentanan dan keparahan infeksi bakteri, virus dan jamur.
Anemia aplastik dapat diwariskan atau didapat. Perbedaan antara keduanya bukan pada usia
pasien, melainkan berdasarkan pemeriksaan secara klinis dan laboratorium. Oleh karena itu, pasien
dewasa mungkin membawa kelainan herediter yang dapat muncul pada usia dewasa.
Anemia aplastik yang didapat umumnya muncul pada usia 15-25 tahun, puncak insiden kedua
yang lebih kecil muncul setelah usia 60 tahun. Umur dan jenis kelamin pun bervariasi secara geografis.
Perjalanan penyakit pada pria lebih berat dari wanita. Perbedaan umur dan jenis kelamin mungkin
disebabkan oleh resiko pekerjaan, sedangkan perbedaan geografis mungkin disebabkan oleh pengaruh
lingkungan.
KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat pansitopeni darah tepi, anemia aplastik dapat diklasifikasikan menjadi tidak
berat, berat atau sangat berat (Tabel I). Risiko morbiditas dan mortalitas lebih berkorelasi dengan
derajat keparahan sitopenia dibandingkan dengan selularitas sumsum tulang. Angka kematian setelah 2
tahun dengan perawatan suportif saja untuk pasien anemis aplastik berat atau sangat berat mencapai
80%, infeksi jamur dan sepsis bakterial merupakan penyebab kematian utama. Anemia aplastik tidak
berat jarang mengancam jiwa dan sebagian besar tidak membutuhkan terapi.
TABEL I. Klasifikasi Anemia Aplastik
No
1.
Klasifikasi
Anemia aplastik tidak berat
Kriteria
Sumsum tulang hiposeluler namun sitopenia tidak
memenuhi kriteria berat.
19
2.
Sitopenia
sedikitnya
< 25%
Sitopenia
sedikitnya
< 25%
Benzena
Fasciitis eosinofilik
Kehamilan
20
Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau permanen misalnya
virus Epstein Barr, virus Influenza A, virus Dengue dan tuberkulosis milier. Sitomegalovirus dapat
menekan produksi sel sumsum tulangmelalui gangguan pada sel-sel stroma sum-sum tulang. Infeksi
oleh HIV yang berkembang menjadi AIDS dapat menimbulkan pansitopeni. Infeksi kronik oleh
Parvovirus pada pasien dengan defisiensi imun juga dapat menimbulkan pansitopeni. Akhir-akhir ini,
sindrom anemis aplastik dikaitkan dengan hepatitis walaupun hal ini merupakan kasus yang jarang.
Pada kehamilan, kadang-kadang ditemukan pansitopeni disertai aplasia sumsum tulang yang
berlangsung sementara. Hal ini mungkin disebakan oleh estrogen pada seseorang dengan predisposisi
genetik, adanya zat penghambat dalam darah atau tidak ada perangsang hemopoiesis. Anemia aplastik
sering sembuh setelah terminasi kehamilan dan dapat terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.
Adanya reaksi autoimunitas pada anemia aplastik juga dibuktikan oleh percobaan in vitro yang
memperlihatkan bahwa limfosit dapat menghambat pembentukan koloni hemopoetik alogenik dan
autologus. Kemudian diketahui bahwa limfosit T sitotoksik memperantarai destruksi sel-sel asal
hemopoetik pada kelainan ini. Sel-sel T efektor tampak lebih jelas di sumsum tulang dibandingkan
dengan sel darah tepi pasien anemia aplastik. Sel-sel tersebut menghasilkan interferon gamma dan
TNF alfa yang merupakan inhibitor langsung hemopoesis dan meningkatkan ekspresi fase pada sel-sel
CD34. Klon sel-sel T immortal yang positif CD4 dan CD8 dari pasien anemia aplastik juga mensekresi
sitokin T-helper yang bersifat toksik langsung ke sel-sel CD34 positif autologus. Sebagian besar
anemia aplastik didapat secara patofisiologis ditandai dengan destruktifspesifik yang diperantarai sel
limfosit T ini.
Kegagalan produksi sel darah bertanggungjawab atas kosongnya sumsum tulang yang tampak
jelas pada pemeriksaan apusan aspirat sumsum tulang atau spesimen core biopsi sumsum tulang. Hasil
pencitraan dengan MRI vertebra memperlihatkan penggantian sumsum tulang oleh jaringan lemak
yang merata. Secara kuantitatif, sel-sel hemopoetik yang imatur dapat dihitung dengan flow cytometry.
Sel-sel tersebut mengekspresikan protein sitoadesiv yang disebut CD34. Pada pemeriksaan flow
cytometry, antigen sel CD34 dideteksi secara fluorosen satu persatu, sehingga jumlah sel-sel CD34
dapat dihitung dengan tepat. Pada anemia aplastik, sel-sel CD34 juga hamper tidak ada, yang berarti
bahwa sel-sel induk pembentuk koloni eritroid, myeloid dan megakariositik sangat kurang jumlahnya.
Assay lain untuk sel-sel hemopoetik yang sangat primitif dan tenang yang sangat mirip jika tidak dapat
dikatakan identik dengan sel-sel asal, juga memperlihatkan penurunan. Pasien yang mengalami
pansitopenia mungkin telah mengalami penurunan populasi sel asal dan sel induk sampai sekitar 1 %
atau kurang.
Banyak data laboratorium yang menyokong hipotesis bahwa pada pasien anemia aplastik didapat,
limfosit bertanggungjawab atas destruksi kompartemen sel hemopoetik. Eksperimen awal
21
memperlihatkan bahwa limfosit pasien menekan sel hemopoetik. Sel-sel ini memproduksi factor
penghambat yang akhirnya diketahui merupakan interferon gama. Adanya aktivasi respon sel T helper1 disimpulkan dari sifat imunofenotipiksel-sel T dan produksi interferon, tumor nekrosis factor dan
interleukin-2 yang berlebihan. Deteksi interferon gama intraseluler pada sample pasien secara flow
cytometry mungkin berkorelasi dengan respon terapi imunosupresif dan dapat memprediksi relaps.
Pada anemia aplastik, sel-sel CD34 dan sel-sel induk hemopoetik sangat sedikit jumlahnya.
Namun meskipun defisiensi myeloid bersifat universal pada kelainan ini, defisiensi imunologik tidak
lazim terjadi. Hitung limfosit umumnya normal pada hamper semua kasus, demikian pula fungsi sel B
dan sel T. Lagipula, pemulihan hemopoesis yang normal dapat terjadi dengan terapi imunosupresif
yang efektif. Jadi, sel-sel asal hemopoetik tampaknya masih ada pada sebagian besar pasien anemia
aplastik.
Presentase
83 %
- Badan lemah
30 %
- Pusing
69 %
- Jantung berdebar
36 %
- Demam
33 %
29 %
22
- Pucat
26 %
- Sesak nafas
23 %
- Penglihatan kabur
19 %
- Telinga berdengung
13 %
PEMERIKSAAN FISIS
Pada hasil pemeriksaan fisis pasien anemia aplastik sangat bervariasi. Pada pasien dapat
ditemukan pucat, perdarahan. Hepatomegali yang sebabnya bermacam-macam, ditemukan pada
sebagian kecil pasien. Splenomegali tidak ditemukan pada satu kasus pun. Adanya splenomegali dan
limfadenopati justru meragukan diagnosis.
TABEL IV. Pemeriksaan Fisis pada Pasien Anemia Aplastik (n=70) (Salonder,1983)
- Pucat
100%
- Perdarahan
63%
Kulit
34%
Gusi
26%
Retina
20%
Hidung
7%
Saluran cerna
6%
Vagina
- Demam
- Hepatomegali
- Splenomegali
3%
16%
7%
0%
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan darah tepi
Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan. Jenis anemia adalah normositik
normositer. Terkadang, ditemukan pula makrositosis, anisositosis, dan poikilositosis. Adanya
eritrosit muda atau leukosit muda dalam darah tepi menandakan bukan anemia aplastik. Granulosit
dan trombosit ditemukan rendah. Limfositosis relative terdapat lebih dari 75% kasus. Retikulosit
umumnya normal atau rendah.
2. Pemeriksaan laju endap darah
Laju endap darah selalu meningkat pada keadaan anemia aplastik.
3. Faal Hemastasis
23
Waktu perdarahan memanjang dan retraksi bekuan buruk disebabkan oleh trombositopenia. Faal
hemostatis lainnya normal.
4. Sumsum Tulang
Karena adanya sarang-sarang hemopoesis hiperaktif yang mungkin teraspirasi, maka sering
diperlukan aspirasi beberapa kali. Diharuskan melakukan biopsy sumsum tulang pada setiap kasus
tersangka anemia aplastik.
5. Virus
Evaluasi diagnosis anemia aplastik meliputi pemeriksaan virus hepatitis, HIV, parvovirus dan
sitomegalovirus.
6. Tes Han atau Tes Hemolisis Sukrosa
Tes ini diperlukan untuk mengetahui adanya Paroksismal Nocturnal Homoglobinuria (PNH)
sebagai penyebab.
7. Kromosom
Pada anemia didapat, tidak ditemukan kelainan kromosom. Pemeriksaan sitogenik dengan
Fluroscence In Situ Hybridization (FISH) dan imunofenotipik dengan flow cytometry diperlukan
untuk menyingkirkan diagnosis banding.
8. Defisiensi Imun
Adanya Defisiensi imun diketahui melalui penentuan titer immunoglobulin dan pemeriksaan
imunitas sel T.
9. Lain-lain
Hemoglobin F meningkat pada anemia aplastik anak dan mungkin ditemukan pada anemia
aplastik konstitusional. Kadar eritropoetin ditemukan meningkat pada anemia aplastik.
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
1. Nuclear Magnetik Resonance Imaging
Pemeriksaan ini merupakan cara terbaik untuk mengetahui luasnya perlemakan karena dapat
membuat pemisahan tegas antara daerah sumsum tulang berlemak dan sumsum tulang berseluler.
2. Radionuclide Bone Marrow Imaging (Bone Marrow Scanning)
Luasnya kelainan sumsum tulang dapat ditentukan oleh scanning tubuh setelah disuntik dengan
koloid radioaktif technetium sulfur yang akan terikat pada makrofag sumsum tulang atau iodium
chloride yang akan terikat pada transferin.
24
DIAGNOSIS BANDING
1.
Myelodisplasia Hiposeluler
2.
3.
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari anemianya.
Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan, seperti :
Tranfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila diperlukan trombosit, berikan darh
segar atau platelet concentrate.
Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic. Higiene yang baik perlu untuk mencegah
tombulnya infeksi.
Respon Therapy :
- Komplit
- Parsial
: Granulosit > 500/ul, tidak butuh trasfusi darah merah dan trombosit.
- Minimal
25
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, A.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi IV, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta.2006.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan Pelayanan Medik. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.2005.
Santoso, Mardi. Standar Pelayanan Medis Penyakit Dalam. Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes
Indonesia, Jakarta.2004.
26