Kalkulus2 PDF

You might also like

You are on page 1of 71
INTISARI KALKULUS 2 Koordinator: Drs. Hidayat Sardi M.Si. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Departemen Matematika Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung November 2004 Pengantar Kalkulus 1 & 2 merupakan matakuliah wajib tingkat pertama bagi semua departemen di Institut Teknologi Bandung (kecuali Departemen Desain dan Seni Murni). Dari segi teori, materi yang tercakup merupakan materi dasar yang diperlukan bagi seluruh departemen di ITB, sehingga isinya dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami pe- rubahan, Penyusunan diktat ini bertujuan untuk mengefektifkan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Diktat dirancang untuk dipakai dosen dan juga mahasiswa Dosen memanfaatkannya sebagai media untuk ceramah dan diskusi di kelas, sedang- kan bagi mahasiswa, diktat ini sebagai pengganti catatan kuliah. Untuk itu, diktat dirancang dalam bentuk beningan (transparancies) yang cukup rinci. Untuk mengop- timalkan proses pembelajaran, materi yang akan dibahas sebaiknya sudah disebar ke mahasiswa sebelum perkuliahan dimulai, Dengan cara ini maka proses pembelajaran di kelas dapat lebih efektif, di mana waktu lebih banyak digunakan untuk berinteraksi (ceramah dan diskusi), dibandingkan dengan pola konvensional yang banyak meng- habiskan waktu untuk mencatat. Perlu dipahami bahwa diktat ini bukanlah pengganti buku teks, tetapi merupakan perangkat bantu untuk meningkatkan proses pembelajaran, terutama dalam kelas. Selain itu konsep-konsep matematika yang ditulis di sini masih sangat memerlukan pemahaman dan penjelasan dari dosen pengajar. Soal-soal contoh dan latihan umum- nya tidak dituliskan solusinya. Soal-soal ini sebagian untuk dibahas di kelas, sebagian lagi untuk latihan mahasiswa secara mandiri. Cara ini diterapkan untuk menghindari proses belajar yang hanya menghafal soal-jawab, tanpa memahami prosesnya. Diktat ini mulai disusun pada bulan Januari 2004 dan dapat diselesaikan pada akhir Mei 2004. Penyusunan didasarkan pada buku teks yang digunakan yaitu: Kalkulus dan Geometri Analitis, edisi 5, jilid 1, EJ. Purcell & D. Varberg. Pada semester 2 tahun ajaran 2003-2003 diktat ini sudah digunakan pada 2 kelas TPB di ITB. Semoga penulisan diktat ini dapat meningkatkan proses pembelajaran matematika pada mahasiswa tingkat 1 di ITB. Kritik dan saran atas isi diktat ini dapat disampaikan melalui e-mail ke warsoma@dns.math.itb.ac.id Penyusun Warsoma Djohan Kalkulus 1 I Bentuk Tak tentu Limit Perhatikan tiga buah limit berikut: (c) lim f(r) = Ka) a a —6 Bila masing-masing titi limitnya disubstitusikan, ketiganya menghasilkan bentuk ©, pp tetapi bila dihitung nilai limitnya, hasilnya dapat berbeda-beda. Bentuk seperti ini dinamakan bentuk tak tentu. Aturan Hopital 1: Misalkan lim f(a) = lim g(x) = 0. ra Bila lim § a 1 ada (boleh takhingga) maka lim ie = lim aS Contoh: Tentukan limit-limit berikut: (a) ly Se (b) lim cosz eS) sin, oyte=10 | tan(2r) 1 L-cos x im £ (a) ling #822 (e) Hi Sf) i mE) Li Aturan Hopital 2: Misalkan lim \f(a)| = jim |g(x)| = 00. Bila tin 4 ae 1 ada (boleh takhingga) maka lim ie lin im Fe Contoh: Tentukan limit-limit berikut: a) lim4+ b) lim“, a>0 c) lim #£ a>0 d) lim 4 0 0 " rl 2 4 root nr Cote Bentuk Tak Tentu ()- co. Diubah jadi bentuk 2 + atau = 7 Contoh: Tentukan fin tan.r-In(sina). ~ Bentuk Tak Tentu oo — co. Samakan penyebutnya sehingga berbentuk 4 atau = Contoh: Tentukan lim, (4- i). rl Ihe Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 2 Bentuk Tak Tentu 0°, oo’, dan 1°. Lakukan penarikan logaritma. (b) lim (@+1)°" (c) lim (tan a)" Contoh: Tentukan (a) lim a” nt rot a Catatan: Bentuk-bentuk berikut merupakan bentuk tertentu 8 2 990400, 00:00, 0%, co% (jelaskan!) ce 0° Integral Tak Wajar: batas 00 Pada pendefinisian integral yang lalu, fre) wr) dat, a dan b berhingga. Pada bagian ini akan dibahas bila batas integrasinya oo. » fro )da = jim fi ) da + frorie=m | gue Catatan: ~ ‘ « [re )dr = [oe )de + fre )dx [tote # ian [fev Bila suku-suku di ruas kanan nilainya berhingga, dikatakan integral tak wajar tersebut konvergen dan nilainya adalah hasil di ruas kanan. (x) dx Contoh-Contoh: 1 > 1. Tentukan (a) f're~®* de 20 (b) [sine da oO 2. Tentukan & supaya dx =1 x 3. Tunjukkan [4 dx konvergen untuk p > 1 dan divergen untuk p <1 1 Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 3 Integral Tak Wajar: Integran Tak Hingga Hasil ini tidak wajar, sebab integrannya f(x) = + fungsi yang positif. Penyebab ketidakwajaran ini karena f(x) tidak terdefinisi di « = 0 € [-2,1] Integral ini merupakan integral tak wajear, jadi tidak boleh dihitung seperti di atas. Bentuk-bentuk integral tak wajar karena integrannya takhingga didefinisiakan sbg teat b b a. Misalkan lim, |f()| =o, maka [ioae= lim frou za ! | m wt a ‘ b. Misalkan im [f(2)| = 20, maka frou = lim [row a c. Misalkan f(.r) kontinu pada [1b] kecuali di c € [a1], b c b maka f fo) = [rou +f feyas Contoh-Contoh: 1. Tentukan Integral-Integral berikut (a) (b) ft ae 0 0 2 2. Tunjukkan f-dx konvergen untuk p < 1 dan divergen untuk p > 1 0 n a 3. Periksa kekonvergenan (a) [dz (b) [yds 2 o Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 4 METODE NUMERIK Metode Numerik adalah prosedur?/teknik?/skema” yang digunakan untuk mencari solusi hampiran dari masalah matematika memakai operasi-operasi aljabar (tambah, Kurang, kali dan bagi), pangkat dan akar. Alasan pemakaian metode numerik Pencarian solusi eksak/ analitis sukar/tidak mungkin Jumlah hitungan yang dilakukan sangat besar 2, llustrasi: (a) fie? de — (b) Cari solusi 2? =Inx (c) SPL ukuran besar. 1 Solusi yang diperoleh dari suatu metode numerik selalu berupa hampiran/aproksimasi, tetapi ketelitiannya selalu dapat dikontrol /dikendalikan Aproksimasi Taylor Tujuan: menghampiri suatu fungsi dengan sebuah polinom (x) ® pale) n derajat polinom yang digunakan Aproksimasi Linear / Polinom Taylor derajat satu f(x) © pi(w) =e tere — a) a konstanta (1) Pada masalah ini, kita harus menentukan nilai cy dan c, agar hampiran tersebut ‘baik’ Pada hampiran Taylor dipilih supaya fungsi f dan polinom p nilainya di titik a berimpit sampai turunan pertama fla) = pila) dan f'(a) =ph(a) Dengan mensubstitusikan kedua persamaan di atas pada (1) maka diperoleh cy = f(a) dan c = f'(a) f(x) © F(a) + f'(a(x— a) ilustrasi geometri —+ Contoh: Hampiri nilai In(0,9) dengan polinom Taylor derajat satu. (m (0.9) = —0.100000_;_In(0.9) = —0. 1053605156578263012: Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 5 Aproksimasi kuadrat / Polinom Taylor derajat dua 2 fe) ¥ pole) = te(e a) +e(x— a)? @ konstanta (2) Kriteria yang digunakan untuk menentukan nilai cy. ci dan cy adalah f(a) = pala). f(a =r) £"(a) = pi(a) Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan di atas pada (2) diperoleh o= fa), a=fila) dan =f f(a) f(x) fla) + f'(a)(w@—a)+ Sr (e = a)? Contoh: Hampiri nilai In(0,9) dengan polinom Taylor derajat dua (pi(0,9) = —0.105000 ; In(0.9) = -0, 10536051565782630123) Aproksimasi Polinom Taylor derajat n f(t) © pale) = ey + ere — a) + o(a — a)? +0 + en(@ = a)" (3) Nilai cy ditentukan dari syarat f()(a) = pl(a) k= 0,1,+++.n Dengan mensubstitusikan syarat tersebut satu-persatu pada (3), diperoleh: o=fa), a=fla), © = £%%a) po ST Bentuk umum hampiran polinom Taylor orde n dari fungsi f (.r) disekitar titik « adalah vay tee + S19 a)" f(x) © pn(x) = fla) + f@(a = a) + SP Hal khusus, bila a = 0) maka p,(.r) disebut polinom McLaureen: fla) + filaje + Pr(x) Latihan: 1. Hampiri nilai In(0,9) dengan polinom Taylor derajat lima (p5(0,9) = —0, 1053603333; In(0.9) = —0, 1053605156: 2630123) 2. Tuliskan polinom McLaureen orden dari f(x) = Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 6 Tugas Mandiri: Pelajari metode Horner untuk menghitung nilai polinom Galat /Error /Kesalahan Galat adalah perbedaan nilai dari suatu besaran dengan nilai hampirannya ilustrasi: cos(0,2) © 1 — $(0.2)? + 4(0.2)' © 0, 9800667 fi galat metode galat perhitungan (galat pemotongan) (galat pembulatan) Walaupun hasil hitungan numerik selalu berupa hampiran, tetapi galatnya dapat kita buat sekecil mungkin. Hal ini dijamin oleh rumus berikut Rumus Sisa Taylor Misalkan f(x) fungsi yang dapat diturunkan sampai (n+1) kali disekitar titik a, maka LUO) og)? pene t fra) 2 nt f(@)=F(@ + f(a) + (x - a)" + Ro(x) dengan R,,(2) = 240 Tae =a), © diantara r dana (suku sisa Taylor) Secara umum nilai galat R,,(.c) tidak diketahui, tetapi batas maksimumnya dapat dicari. Semakin besar n yang digunakan pada p,(«) umumnya R,,() makin kecil, mengapa ? Latihan: 1. Hampiri ¢°'* dengan galat tidak melebihi 0,001 2. Gunakan pj(x) untuk menghampiri In(0,9) dan taksir batas galatnya 3. Galat suatu hasil perhitungan numerik adalah E = |“=*"| dengan 2 << 4 Taksirlah batas maksimum galat tersebut. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 Pengintegralan Numerik Pethatikan integral tentu f(x) dr Fungsi f(r) umumnya terdiri dari tiga macam a. f(x) fungsi sederhana (anti turunannya mudah dicari) b. f(x) fungsi yang rumit (anti turunannya sukar/tidak mungkin dicari) c. f() hanya diketahui berupa tabulasi nilai (data hasil percobaan) Berikan contoh dari ketiga jenis integral tak tentu di atas !! Untuk jenis (a) solusinya dapat dicari secara analitis dan diperoleh hasil eksak, Metode numerik digunakan pada masalah (b) dan (c) Yang akan dipelajari: Metode Trapesium dan Metode Simpson/Parabol Metode Trapesium Perhatikan integral tentu f’ f(x) dx, dengan f(.x) fungsi sebarang (bisa negatif) y mo * % % rr) Gambor I: Tustrasi aturan Trapesium Partisikan interval [a,)] atas n bagian, sama lebar: Pray sacar 2. Tentukan nilai f¢~*'dv memakai aturan Trapesium dengan syarat galatnya < 0,0001 Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 9 Metode Simpson (Parabol) Perhatikan integral tentu {’ f(x) dx, dengan f(x) fungsi sebarang (bisa negatif) . fOr) Fo Fen) x [epee a a= if Gambor2: Tlustrasi aturan Simpson/Parabol Partisikan interval (a, ] atas n bagian (n genap) Pim sacar Barisan biasanya hanya dituliskan nilai-nilai fungsinya sebagai berikut ai.dy.ay,-++ dengan a, = f(n), nEN Notasi lain untuk barisan: {a,}%.,, atau {an} Contoh-Contoh: 1 La, =1-= n 2b =1-(-1"4 n PSLSCT nil 3-25 3. =(-1)" += 53-9 4. d, = 0.999: 0,999; 0,999; 0,999; +++ Diskusi: Bila » — oo menuju nilai berapakah suku barisan di atas ? D Kekonvergenan Barisan: Barisan {u,} disebut konvergen ke L, ditulis dim, a, = L, artinya untuk setiap ¢ > 0, dapat dicari bilangan positif V sehingga untuk n > N = |a, — L| <. Barisan yang tidak konvergen disebut divergen Periksalah kekonvergenan contoh? di atas memakai definisi tersebut. Sifat-Sifat: (sama dengan sifat-sifat limit fungsi yang telah dikenal) Misalkan {a,,},{b,} barisan® yang konvergen, k € R dan p EN. «tim L=0 noo NP elim k=k mateo @ lim (a, +0,) = lim a, + lim b, me nae pate Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 UL © lim (a,,-b,) = lim ay lim by a, lima, * lim t= syarat_ lim b, £0 nose by lim by noo na @ Misalkan a, = f(n). Bila lim f(x) =Z maka lim f(n) =L © Prinsip Apit: Misalkan {a,}, {b,}, dan {cy} barisan? dengan sifat ay < cy < by untuk suatu n > K’ (mulai awal suatu ekor). Bila lim a, = L dan lim b, = L maka lim ¢, = L ne © lim a, =0 > a, =0 > lim |a,|=0 ne Contoh-Contoh: 2 1. Tentukan lim mi TL Inn 2. Tentukan lim nee sin'n 3. Tentukan lim n-00 4. Misalkan —1 1, lalu tulis by = 1+ p, tunjukan 0 < |r|" < +) bagaimanakah nilai lim r” bila |r| > 1? Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 12 Barisan Monoton Pengertian kemonotonan barisan persis sama dengan pengertian kemonotonan pada fungsi. Sebuah barisan {a,,} disebut monoton tak turun bila memenuhi «i, < ay41 dan disebut monoton tak naik bila memenuhi ay > an-+1 Sifat © Bila {a,,}" dan terbatas di atas, maka {a,,} konvergen © Bila {a}, dan terbatas di bawah, maka {a,,} konvergen: Catatan: Kemonotonan {«,,} pada sifat di atas cukup dimulai pada ekornya saja 27 fan}! tea. terbatas di atas {dn}, terbatas di bawah I I Contoh: Buktikan barisan {),,} dengan b,, = % konvergen (tunjukkan {b,} monoton tak naik untuk n > 3). Catatan. Untuk menunjukan sebuah barisan {a,,} monoton (tak naik atau tak turun) gunakan salah satu cara berikut: @ Hitung ay.) — a, heal an” Bila a,, selalu positif atau selalu negatif, hitung © Bila a,, = f(n), bentuk fungsi real f(x), lalu periksa tanda dari f"(a). Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 13 Deret Tak Hingga x Bentuk umum: a) + a2 +43 +-+++= Sa, dengan a, € R. n=l Perhatikan barisan {S,,} = $1, Sy, S3,-++ dengan Sj=a,, Sy=a,+a, S3=a,+a.+a3, S, =a) +a,+---+a, 2 Barisan ini disebut barisan jumlah parsial ke-n, dari deret )> a, n=l x i: Sebuah deret J” a,, disebut konvergen ke $ bila lim S, = S. 0 n=l x Deret Geometri: a + ar + ar? +ar? +++. = Yak areéR k=1 x Sifat: Deret geometri S* ar’! konvergen untuk |r| < 1 dengan nilai k=l S = {4 dan divergen untuk |r| > 1. Bukti: Sebut S,, =a+ar+ar?+-++»+ar"!, S,—7rS, =a-—ar" — (tunjukkan !) Ss, = wer") r#l Untuk |r| <1, lim S, =; (lihat contoh 4 halaman 11) n-¥00 Untuk |r| > 1. 7 41, {S,,} divergen (lihat contoh 4 halaman 11) Untuk r = 1, {5,,} divergen (mengapa ?) Contoh: Tentukan nilai deret berikut: }+4+4+54-+° 2 Sifat: (uji kedivergenan deret) Bila 5> a, konvergen maka lim a, =0 n=$90 n=l x sifat ini ekivalen dengan: bila lim a, 40 maka 5+ a, divergen. cand a x Contoh: Tunjukkan 5> — divergen. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 uM 2 Deret harmonik: ltpbate tyes by Perhatikan lim a, = lim t= 0, apakah deret ini konvergen ? n-400 n—00 S.=l+deteett L4be ad edaletad (dent ah)te tt v 1 2 4 8 1 l+pt+atithte tt al+ptgtgtgeec tt Jadi lim S,, = 00, jadi {S,,} divergen atau deret harmonik divergen. Deret Teleskopik / Kolaps : 1 1 1 oil 1 oil 1 1 (Ca) Galt Gra)er dea) Pada deret ini: S,, = i - 1 Ay An+1 ~ 1 Contoh: Periksa kekonvergenan deret > D053 Sifat Linear: Jika $> a,,, 3°, deret yang konvergen dan c € R maka n=l n=l (a) Sica, =c3ca, dan (b) Soe (a, +b,)= oan + Ody n=l n=l n=l n=l n=l x x Sifat: Jika )> a, divergen dan c % 0 maka )> ca, divergen n=l n=l Contoh: Tunjukkan 5~ x divergen 1 n= Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 15 Pengelompokan Suku-Suku Deret Perhatikan deret 1 -1+1—1+1—1+4---+(-1)"+14--- Deret ini divergen sebab lim a, = lim (—1)"*! 40 n-$00 n=¥00 Sekarang kita kelompokkan suku-sukunya sebagai berikut: Pengelompokan a: (1—1)+(1—1)+(1-—1)+ Pengelompokan b: 1—(1—1)—(1-—1)-(1-1)+ Ternyata deret hasil pengelompokannya dapat dibuat konvergen. Hal ini tentu saja salah. Jadi secara umum suku-suku sebuah deret tidak boleh dikelompokkan karena nilainya akan berubah. Sifat: Pengelompokan suku-suku sebuah deret yang konvergen tidak meng- ubah nilai dan kekonvergenannya. (tetapi posisinya tidak boleh ditukar) . Deret Positif Pengujian kekonvergenan deret secara umum sukar dilakukan. Untuk deret yang suku-sukusnya tak-negatif, tersedia berbagai macam sifat untuk me- nguji kekonvergenannya. Definisi: Sebuah deret 5 «, disebut deret positif bila a, > 0. n=l Uji Jumlah Terbatas: x Deret positif 5> a, konvergen <=> jumlah parsialnya, S,,, terbatas di atas. n=l Contoh: Tunjukkan tt x + i +++: konvergen. (perlihatkan 4 < x=) Uji Integral: x Diberikan deret 5° a, dengan ay = fn). Dibentuk fungsi f(x). Bila fle r) kontinu, positif dan tak naik pada [1, 00] maka x dy konvergen <=> fre ) dx: konvergen. (ilustrasikan secara geometri) n=l Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 16 Contoh?: x 1. Uji kekonvergenan deret > sk n=l 2 2.Deret 5> 4 diaproksimasi nilainya memakai 5 suku pertama n=l n=l 2 sehingga galatnya adalah ) >“. Dengan menggunakan integral tak n=b wajar, tentukan batas atas dari galat tersebut. eo Uji Deret-p: 1+ x + ¥ + t tres ab dengan p konstanta. kal Deret-p konvergen untuk p > 1 dan divergen untuk p <1 (buktikan !). (petunjuk: untuk p > 0 gunakan uji integral, untuk p <0 gunakan uji suku ke-n) ES Contoh: Periksa kekonvergenan deret >> pot kA Uji Banding: Misalkan 0 < a,, < b, untuk n > N. x x Bila )* b, konvergen maka )> a, konvergen =1 =I "x x © Bila S- a, divergen maka J> b, divergen n=l n=l Contoh?: Periksa kekonvergenan (a) Uji Banding Limit: Misalkan a, > 0, b,, > 0 dan lim 72 = L. n—o0 7" x 20 Bila 0 < LZ < 00 maka kekonvergenan >> a,, dan }> a,, bersamaan. n=l n=l e Bila L = 0 dan s b,, konvergen maka s a, konvergen n=l n=l Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 Contoh”: Periksa kekonvergenan (a) > #7 (b) 3 he (o) DM a n=l xX x (untuk soal c, gunakan pembanding Y- zr. Yj dam 3: =) x Uji Hasil Bagi: Misalkan )> a, deret positif dengan lim “! = p n-soo ¢ Bila p < 1 deret konvergen. ¢ Bila p > 1 deret divergen. Bila p = 1 tidak diperoleh kesimpulan Contoh?: Periksa kekonvergenan (a) 32 2> (b) >: ‘ 2 (untuk soal ¢, gunakan sifat lim (1 + 3)" =e) Ringkasan: Misalkan s Gi, sebuah deret positif: n=l Jika lim a,, 4 0 maka deret divergen. m0 @ Jika a, mengandung n!, 7” atau n”, gunakan uji hasil bagi. @ Jika a,, berbentuk fungsi rasional (pangkat konstan dalan n), gunakan uji banding limit. Sebagai deret pembanding gunakan pangkat tertinggi dari pembilang dibagi penyebut. Bila uji-uji di atas gagal, coba dengan uji banding, uji integral atau uji jumlah terbatas. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 Is Deret Ganti Tanda Bentuk umum : Mae a — ay +43 — a4 445 —ag +--+ = S3(-1)""'a, ay > 0 Vn n Contoh: 1. 1-141-141-14--: Lylolagl_d 2 1-h4h-bylity... 3. 1-24+3-44+5-64---- Secara umum kekonvergenan deret ganti tanda sukar untuk ditentukan !! 2 Perhatikan deret ganti tanda )>(—1)"~'a,, dengan 0 < ay41 < dy. n=l Bentuk barisan jumlah parsialnya: S}. So, S3, Sy, $5, Spee Perhatikan: 1. barisan: 9S), .S3, S5, +++ monoton turun dan terbatas di bawah se- hingga konvergen, misalkan limitnya S’. 2. barisan: Sy, Sy, Ss, +++ monoton naik dan terbatas di atas sehingga konvergen, misalkan limitnya S”. S!' <8, Yn ganjil dan S’ > S,, Vn genap sehingga S’ selalu terletak di- antara S,, dan S,,4,; Vn € N. Dengan alasan serupa S” selalu terletak diantara S,, dan S,,4; Vn € N. Jadi |S’— $"| < |Snai — Sp] = lansil = ang Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 19 Bila lim a,, = 0 maka semua suku barisan S,, menuju limit yang sama n-00 yaitu S’ = S" = S, jadi barisan {5,,} konvergen . Karena S selalu terletak antara S,, dan S,,,; maka IS = Sy] <[Sns1 = 8m = [dnp] = ang Uji Deret Ganti Tanda Misalkan a, — ay + a3 — a4 + a5 — ag +—--- suatu deret ganti tanda dengan 0 < @,,41) > a,, konvergen. n=l n=l Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 20 Perhatikan deret s Gy. n=l ES a. Bila 3° |a,,| konvergen, dikatakan deret tersebut konvergen mutlak. nt 2 2 b. Bila }> a, konvergen tetapi 5~ |a,,| divergen, dikatakan deret konver- i n=l n= gen bersyarat. Contoh?: Periksa kekonvergenan (mutlak/bersyarat /divergen) deret” berikut: L s cost 2. S(t n=l 3 S- Uji Hasil Bagi Mutlak Any x Misalkan }> a, sebuah deret (sebarang). Tetapkan p = lim 1 n-400 a. Jika p < 1 deret konvergen mutlak. b. Jika p > 1 deret divergen. c. Jika p = 1 tidak ada kesimpulan oe 2 Contoh: Tunjukan deret )*(—1)"*!#; konvergen mutlak n=l Teorema Penukaran Tempat Bila suku-suku suatu deret yang konvergen mutlak dipertukarkan posisinya maka nilainya tidak berubah. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 au Latihan: — Periksa kekonvergenan deret-deret berikut: 1. s 4n343n (-1ynt! 2 Lee Deret Pangkat Dalam 2 Bentuk Umum: >>) ay2” = a9 + ay n=0 dengana ER 0 Perjanjian: Pada notasi sigma di atas suku aga” = ay, walaupun x = 0. Masalah: Untuk nilai-nilai berapa saja deret tersebut konvergen. (Bagaimana untuk a = 0). Berapa nilai dari deret pangkat tersebut. (Jika ada, berupa apa ni- lainya). Perhatikan deret berikut: a + ax + aa” + +++ dengan a konstanta Deret tersebut merupakan deret geometri dengan pengali a: dan akan kon- Himpunan dari semua nilai a yang menyebabkan suatu deret pangkat kon- vergen disebut Himpunan/Daerah Kekonvergenan Deret. Pada a + ax + ax? +--+, himpunan kekonvergenannya —1 < x <1. Secara umum, alat untuk menentukan daerah kekonvergenan suatu deret pangkat adalah Uji Hasil Bagi Mutlak. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 22 Contoh: Tentukan himpunan kekonvergenan dari deret-deret berikut: Lovo ra Mei 0 nia” Me n=0 Bentuk dari himpunan kekonvergenen hanya berupa salah satu dari 3 ben- tuk berikut: @ Terdiri dari 1 titik yaitu « = 0 (contoh 3), dikatakan jari-jari kekonver- genannya 0. Berupa sebuah selang/interval (—R. R) (contoh 1)(bisa tutup, buka atau setengah buka), dikatakan jari-jari kekonvergenannya I. Seluruh R (contoh 2), dikatakan jari-jari kekonvergenannya oo. Sebuah deret pangkat selalu konvergen mutlak di dalam inverval kekon- vergenannya sedangkan pada kedua ujungnya belum tentu. Bila pada ke- dua ujungnya juga konvergen, dikatakan deret pangkat tersebut konvergen mutlak di daerah kekonvergenannya. Pada contoh 1 di atas, apakah deret konvergen mutlak di daerah kekon- vergenannya ? Deret Pangkat Dalam : x Bentuk Umum: 3° a,(a — a)" = ag + ay(@ — a) + a(x — a)? +o n=0 dengan a konstanta dan x € R Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 28 Bentuk dari himpunan kekonvergenen deret pangkat dalam (1: — a) selalu berupa salah satu dari 3 bentuk berikut: @ Terdiri dari 1 titik yaitu 2 = a, dikatakan jari-jari kekonvergenannya 0. Berupa sebuah selang/interval (a — R,a+ R) (bisa tutup, buka atau setengah buka), dikatakan jari-jari kekonvergenannya [. ¢ Seluruh R, dikatakan jari-jari kekonvergenannya oo. x ie Contoh: Tentukan interval dan jari-jari kekonvergenan dari deret > [> n=0 Operasi Deret Pangkat Pada pasal ini akan diperlajri: Pendiferensialan, Pengintegral dan Operasi Aljabar (tambah, kurang, kali dan bagi) dari deret pangkat. Perhatikan sebuah deret pangkat yang konvergen ke fungsi S(.°). x Saya" =ay + at t+ age? +--+ = S(x) n=0 Misalkan J adalah interval kekonvergenannya dan «: titik di dalam I, maka: x x = Se D.(a,0") = 1 nay" | = ay + 2aya + 3aga® + + n=0 n=l dan On ons 1 1, f S(t ay [ (at") dt => ve "Sage + 5a? + zane! poe =o Dengan operasi Pendiferensialan dan Pengintegralan terhadap deret pangkat kita dapat memperoleh rumus-rumus deret untuk fungsi yang lain seperti dikemukakan pada contoh-contoh berikut ini: Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 uw Perhatikan deret pangkat: H=ltctet¢artes -leadl Apabila didiferensialkan maka diperoleh: Gap = 1 + 2a + 30? + 43 dan bila diintegralkan diperoleh -Inl-n)=rt 548484. -1erel Dengan substitusi u = —z dan hasilnya var. wu diganti dengan =, diperoleh: In(1 +2) Hasil Titik eee Misalkan f(a => a,«", untuk —R +++ f(a) = Neo + 6es(a —a) + 12¢,(« — a)? + 2Wes(x — a) +++ f(a) = 3le3 + Wey(a —a) + COes(e — a)? + 120e6(e — a) + + Dengan mensubstitusikan a: = a maka diperoleh: o=fla), a=f'(a), © Ma) mG fe Teorema Ketunggalan Fungsi f(a°) hanya dapat diuraikan secara tunggal dalam bentuk: Fla) =e + ea — a) + x(a — a)? + 03(x — a) +o — fa) dengan ¢, =| Deret f(a) + f"(a)(e—a) + “(a —a)? + “a — a) +++ disebut deret Taylor dati (2) disekitar a. Bila a = 0 dinamakan deret McLaureen. Pertanyaan: Apakah sebuah deret Taylor menggambarkan fungsi semula ? Sebagai ilustrasi, perhatikan pada deret Taylor “+ Ssltatart Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 26 Teorema Taylor: Misalkan f(a) dapat diturunkan terus pada interval (a —r,a+r), maka deret Taylor >. sm f(a) + faye —a) + “a - a) + akan menggambarkan f (1°) pada interval tersebut bila lim R, (2) = lim L229, T n-00 noo (ntl) Suku R,,(a) disebut suku sisa Taylor. a) ton (c —a)"t!=0 dengan c€ (a—r,a+r) Soal-soal: 1. Tentukan deret McLaureen dari f(«) = sin(«z) dan tunjukkan hasilnya berlaku untuk semua « € R. 2. Seperti soal 1 untuk f(2:) = cos(z). 3. Dengan menguraikan V1 + x! atas deret McLaureen, aproksimasilah nilai r V1 + 2 da memakai 4 suku deret tersebut. Deret-Deret McLaureen yang penting: 1 haltre etait -l 7-7 =0 vans Latihan: Tentukan b supaya (8, 6) dan (3, b) saling tegak lurus. Vektor Basis Perhatikan : 2) = (1,0) + u2(0, 1). Vektor? 7 = (1,0) dan j = (0,1) disebut vektor” basis. Dengan menggunakan vektor basis maka sebuah vektor i = (uy, U2) dapat ditulis sebagai i = wu) 7 + uj. Latihan: 4 A Bila A = (4,3), B = (1,—1) dan = 2 (6. —4), gunakan konsep vektor untuk 21 B menentukan sudut ABC. “4 Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 Ml Fungsi Bernilai Vektor dan Gerak Sepanjang Kurva Bentuk umum fungsi berbentuk vektor dengan variabel real: F(t) = f(t +917 =(F(). g(t) dengan te R Perhatikan sebuah titik P yang bergerak di bidang dengan lintasan seperti pada gambar di samping kiri. Posisi dari titik P pada saat t direpresentasikan oleh vektor yang berpangkal di titik asal dan ujungnya di titik P. Jadi posisisnya setiap saat dapat ditulis sebagai 7(t) = (f(t). g(t). Kalkulus Fungsi Bernilai Vektor Pengertian konsep limit untuk fungsi bernilai vektor sejalan dengan konsep limit di fungsi real biasa. Misalkan Fit) merupakan fungsi bernilai vektor. Limit dari Fit) untuk t — ¢ disebut L, ditulis tim = L, artinya Ve > 0 dapat dicari 6 > 0 ec sehingga berlaku 0) < |t —c| < 6 —+|F(t)- Ll z Contoh: f(a, y) = | Perhatikan fungsi dua peubah z = f(a. y). Grafik fungsi ini merupakan permukaan di ru- ang. Daerah definisi/wilayah/Domain dari fungsi tersebut, dinotasikan Dj, adalah kum- pulan semua titik (a, y) sehingga f(x,y) ter- definisi. Daerah Maiden pee dari f(a. y), dinotasikan Ry adalah Ry = {2 €R|z = f(x,y), (ay) € Dy}. Pada contoh terakhir, Dy = {(x.y)|y — 2° >= 0, (ay) # (0.1)} Latihan: Gambarkan daerah definisi fungsi tersebut pada bidang-ay. Menggambar grafik fungsi dua peubah pada | umumnya sukar dilakukan, tetapi beberapa da- pat dibentuk berdasarkan gambar kurva-kurva ruang yang telah dibahas sebelumnya. Sebaeel contoh, perhatikan fungsi dua peubah 36 — 92? — 4y?. Bila ke dua ruas dikuadrathan, diperoleh persamaan 92° +4y?-++ 92° = 36 yang gambarnya berupa elipsoida, tetapi pada masalah ini yang dipakai adalah permukaan yang berada di atas bidang «oy, karena 2 > 0. Grafiknya dapat dilihat pada gambar di atas. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 40 Kurva Ketinggian/Kontur Perhatikan fungsi dua peubah z = f(2.y). Bila grafik dari f(a, y) diiris dengan bidang z = k (k konstanta) hasilnya adalah se- omknr buah kurva. Persamaan kurva ini adalah f(x,y) = k. Selanjutnya kurva ini diproyek- sikan pada bidang «oy, hasilnya kita namakan kurva ketinggian / kontur. Kurva_ ini menggambarkan kumpulan titik-titik pada Dy yang tingginya (nilai fungsinya) sama. Kumpulan dari beberapa kurva ketinggian Tos ketingoian dengan nilai & yang berbeda disebut peta , innne kontur. kontur untuk # = 0,1. 1.5, 1.75, 2. Bentuk kontur berupa kumpulan elips yang konsentrik, kecuali untuk & = 2 berupa titik asal. Diskusi: 1. Dapatkah dua buah kontur dengan i: berbeda, berpotongan ? 2. Mungkinkah dua buah kontur yang tidak berpotongan mempunyai nilai k; yang sama ? Latihan: Gambar kurva ketinggian dari (a) z Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 41 Turunan Parsial Misalkan f(x,y) suatu fungsi dua peubah dan (cro, 40) € Dy. a. Turunan parsial dari f terhadap « di titik (ar, yo) adalah Helo. yo) = Jim Aer Sawi—tiuan) (dibaca do F do x). a. Turunan parsial dari f terhadap y di titik (a9, yo) adalah a «Frou Au) flrny Hoo. Yo) = fin ee oa) (dibaca do f do y). vp o. , d P Notasi Lain: of =f, dan a = fy. Gambar berikut memperlihatkan arti geometri dari turunan parsial: Perhatikan kurva yang merupakan irisan __Perhatikan kurva yang merupakan irisan dari f(x.y) dengan bidang y = yp. dari f(x,y) dengan bidang x = xr» fe(:te, yo) adalah kemiringan kurva terse- —_f,(,, yo) adalah kemiringan kurva terse- but di titik (2. yp) but di titik (279. yy) Dari uraian di atas diperoleh kesimpulan untuk menghitung turunan parsial, kita dapat menggunakan aturan turunan yang telah dikenal pada fungsi satu peubah. Pada saat menghitung turunan parsial terhadap x, peubah y dianggap konstanta dan f(y) diturunkan terhadap peubah x. Demikian pula tutunan parsial terhadap y dihitung dengan menganggap «: konstanta, lalu f(x,y) diturunkan tethadap y Contoh: Tentukan f,(1, 1) dan fy(1,1) dari f(x,y) =e? + 22y3, Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 42 Turunan Parsial ke Dua Ox frlot+Ary)—feley) Av a. felts . fe(x.y+Ay)—foley) b. fol Ay folatArwy)feley) Ae ©. ful a fuly.ut Av) fyley) yeh ) Ay30 Ay d. fyy(a.y) = Contoh: Tentukan semua turunan parsial kedua dari y) Limit dan Kekontinuan Misalkan 2 = f(s. y) fungsi dua peubah dan (a,b) € R°. Seperti pada limit fungsi satu peubah, limit fungsi dua peubah bertujuan untuk menga- mati kecendrungan nilai f(a, y) bila (a, y) mendekati titik (a, b). llustrasi: Perhatikan grafik dan peta kontur f(x,y) = 4 di bawah ini. Ae =1 Tanpa melakukan proses perhitungan limit, perkirakanlah: Bila (a, y) + (0,0) sepanjang sumbu «, nilai f(a, y) + ? ¢ Bila (a, y) — (0,0) sepanjang sumbu y, f(a, y) 4? ¢ Bila (a, y) + (0,0) sepanjang garis y = x, f(x,y) 4? Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkalus 1 Dari pengamatan di atas, maka lim as adalah . (eu)(0.0) * +9 Pay Sekarang, coba pikirkan \ lim ' eu) 021) ra Untuk menghitung limit fungsi tsb., kita gunakan rujukan sebagai berikut: Substitusikan titik limit yang dituju pada fungsi yang bersangkutan. Bila hasilnya “baik”, maka nilai tersebut adalah nilai limitnya. Dengan demikian lim (v0.1) 4 Definisi Limit Fungsi 2 Peubah Limit dari fungsi dua peubah f(x,y) untuk (x,y) mendekati (a,b) disebut L, ditulis lim f(«.y) = L artinya untuk setiap (e100) ——. € > 0, selalu dapat dicari 6 > O sehingga 0 <|(x,y)—(a,b)| < 6 + |f(a.y)-L ——— dan fy(7) = lim i i = (uy, U2) = uy t+ Uj. Turunan berarah dari Misalkan i vektor satuan pada bidang, : f(x,y) pada arah i di titik p adalah: | Defi) = (p= jy SOMD— SH) Perhatikan: /,(7) = D:f(p) dan f,(9) = Di) [bos Secara fisis, turunan berarah menyatakan laju perubahan f(a, y) di titik 7 bila f begerak pada arah i. Secara umum, menghitung D;:f(j) dari konsep limit di atas cukup menyulitkan. Biasanya perhitungan dilakukan melalui sifat berikut: Misalkan f(s, y) terdiderensialkan dij, maka [D;/(p) = 0 - Vi(p) Contoh: Misalkan f(x,y) = 4a” dari f di titik (2,—1) (a.) pada arah @ = (4,3). (b.) pada arah menuju titik (5,3). wy + 3y?, tentukan turunan berarah Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 a Diskusi: Misalkan 2 = f(x,y), pada arah manakah Dj f(j) naik dan tu- run paling cepat ? Contoh: Seekor kutu berada pada titik (2,-1,21) di permukaan f(x,y) = 4a? — vy + 3y?, tentukan pada arah mana dia harus bergerak agar tan- jakannya maksimum dan berapa tanjakan tersebut ? Kurva Ketinggian vs Gradien Perhatikan kurva ketinggian L dari z = f(a. y) yang melalui titik P(ao, yo). Misalkan i vektor singgung satuan terhadap L di titik P. Dj f(p) = 0 (men- gapa ?). Dilain pihak Dzf(p) = @- Vf(p). Dengan demikian Vf(p) 1 i atau Vf(p) L L di titik P. Contoh: Diberikan fungsi 2 = 2 +y?. Tentukan vektor gradien yang melalui titik (2,1), lalu gambarkan kurva ketinggian yang melalui titik tersebut dan vektor gradiennya. Aturan Rantai Jenis 1 Misalkan 2 = y), dengan x = a(t) dan y = y(t). Di sini f merupakan fungsi dua peubah terhadap x dan y, tetapi ter- hadap t merupakan fungsi satu peubah. Atu- ran rantai memberikan formula untuk menghi- tung turunan f terhadap ¢: dz Oz de | a2 dy dt Ox dt * Oy dt ey dengan « = 2t dan y =¢?. Tntukan & Contoh: Misalkan z = Ge Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 48 Aturan Rantai Jenis 2 Misalkan z = f(a, y), dengan x = a(s,t) dan y = y(s,t). Di sini f merupakan fungsi dua peubah terhadap «x dan y, juga fungsi dua peubah terhadap s dan ¢. Aturan rantai memberikan formula untuk menghitung turunan parsial f terhadap s dan f: Oz Oy oy 1s Contoh: Misalkan z = 2*y dengan x = 2s +7t dan y = 5st. Tentukan 22 dan 22, Os ai Penurunan Fungsi Implisit dengan aturan Rantai a. Untuk fungsi satu peubah Misalkan F'(a:, y) = 0 mendefinisikan 1 sebagai fungsi x: secara implisit. Turunkan kedua ruas terhadap x, maka diperoleh: oh de + oe =0. OF [da ~~ OF [ay b. Untuk fungsi dua peubah Misalkan F'(a:, y, z) = 0 mendefinisikan z sebagai fungsi a dan y secara implisit. Turunkan terhadap «r, diperoleh: S29" + oF ou + GE = 0), OF Ox, OF Oy , AFI: _ Grae + By dy + de de = Oe Turunkan terhadap y, diperoleh: Karena oe =0 dan ou = 0 (mengapa ?), maka Oz _ _ OF [dx Ox OF [Oz Contoh: 1. Tentukan wu dari x? + «y — 10y' =0 (gunakan dua cara: aturan rantai dan penurunan implisit). 2. Tentukan 2 dan 2 dari ae!+* — y sin(x — z) =0 Ox ay 4 Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 49 Bidang Singgung Perhatikan permukaan F(x, y,2) = 0 dan V bidang singgung di titik p = (79. yo. 20). VF (p) = (Fi(p); Fy(p), F-(p)) LV (2). Misalkan (2°, y, z) sebarang titik pada bidang V. Jelas VF (p) L (a — 20. — yo, 2 — 2) (2). Dengan demikian setiap titik pada bidang singgung memenuhi persamaan: VF (p) + (x — 0, Y — Yo, 2 — 20) = 0. (Fi(p), Fy(p). F:(p)) “(© = 0. = Yo. 2 — 0) = 0 F,(p)(@ — xo) + Fy(p)(y — yo). F-(p)(z — 20) = 0 Hal khusus, bila z = fa, y). j (a Dengan demikian persamaan garis singgung terhadap f. ) di titik p adalah + fyly — yo) — (2 — 29) = 0 Contoh: 1. Tentukan persamaan garis singgung terhadap x? + y?+22? = 23 di titik (1,23) +y di titik (1,1,2) 2. Tentukan persamaan garis singgung terhadap = 3, Tentukan persamaan garis singgung yang sejajar dengan bidang «oy terhadap =a? — Dey — y? — 8x +4y Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 50 Diferensial dan Aproksimasi Misalkan fungsi z = f(a (0, yo, 20) & (a Diferensial dari peubah bebas a dan y adalah: y |" “es dr Ag dy = Ay =y— yo tetapi, Az=2z- 2% dan diferensial dari peubah tak bebas z adalah dz = flav. yo)dx: + fylxo. ody. Interpretasi geometri dari Az dan dz diperlihatkan pada gambar di atas. f(x,y) — f(%0, yo) Untuk da: dan dy yang cukup kecil Az ~ dz. Diperoleh rumus aproksimasi Az = f(x.y,2) — (x0. yo, 20) © fe(xo, yo)de + fy(xo, yo\dy = dz Contoh?: 1. Misalkan z = 2x3 +2y—y?. Tentukan Az dan dz bila (, y) berubah dari (2,1) ke (2,03; 0,98). 2. Gunakan hampiran diferensial untuk menghitung \/3.9 - 9.1. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 5 Maksimum dan Minimum Fungsi 2 Peubah Misalkan z = f(a, y) dan po € Dy CGobal max a. f disebut mencapai maksimum di po bila f (po) = f(p) V p € Dy, nilai maksimumnya f (po). lz b.f disebut mencapai minimum di py bila f (po) < fp) V p € Dy, nilai minimumnya f (po). GE c. f disebut mencapai maksimum lokal di py bila Gt ain (po) > f (p) untuk semua titik p disekitar py. Local max d.f disebut mencapai minimum lokal di py bila ™ f (po) < f(p) untuk semua titik p disekitar po. Titik tempat terjadinya maksimum/minimum global/lokal disebut titik ekstrim. toxin Titik ckstrem tidak selalu ada (berikan contoh). Bila dacrah definisi dari f(y) berupa himpunan tertutup dan terbatas, maka titik ekstrim global selalu ada. (Teorema titik kritis). Titik ekstrim selalu merupakan salah satu dari: a. Titik stasioner, yaitu titik yang memenuhi hubungan VF = 0 b. Titik singular, yaitu titik yang turunannya tidak ada c. Titik batas dari Dy Contoh: Tentukan titik ekstrim lokal dari f(a, y) = Qo+ # felasy) = 2v —2 dan f,(,y) = 4. Titik stasioner (1,0) dan f(1,0) = —1 Titik singular dan titik batas tidak ada. Perhatikan bahwa: fle,y) = a? - Qe 8 = -Weg $H—-1 = (e-1)44-1>-1 Jadi (1,0) merupakan titik minimum global, dan tidak ada titik maksimum. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 Teorema Pengujian titik ekstrim lokal Misalkan f (2, y) mempunyai turunan parsial kedua yang kontinu disekitar titik stasioner pp = (ro. yo). tetapkan D = fr.(p0) fyy(P0) — Fey(Po), a. Jika D > 0 dan f,..(po) < 0, maka po titik maksimum lokal. b. Jika D > 0) dan fi-.(po) > 0, maka pp titik minimum lokal. c. Jika D < 0), maka pg titik pelana (bukan titik ekstrim). d. Jika D = 0, tidak ada kesimpulan. Latihan 1. Tentukan titik ekstrim lokal dan titik pelana dari 2 = => 2. Tentukan titik pada 2? = xy +4 yang jaraknya paling dekat ke titik asal 3. Tentukan titik ekstrim dari f(x,y) =2+.2? + y? pada daerah S={(xy)ie+4<1} (petunjuk: untuk mencari titik ekstrim pada batas S, gunakan substitusi x =cost dan y =2sint dengan --» 0, inte- gral lipat dua menyatakan volume benda yang alasnya F dan atapnya permukaan 2= f(x,y). Volume ff a Bila ada daerah R dengan f(x.y) < 0, ’ integral lipat dua menyatakan volume benda pada daerah 2 positif dikurangi volume benda pada daerah 2 negatif (lihat gambar di samping) Sifa a [sone k [rene - [fren saemea= [frees ffaenas R b. Jika R= Ry U Ry maka [fener f[tenars [fiona R Ry Ry c. Jika f(2r.y) < g(w.y) maka [[nenaas ff ydA “R R d [fh dA = Ap dengan Ap adalah luas daerah P. R Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 aT Latihan: 1. Misalkan R= {(x.y):0< 2% <3,0 0. Irislah benda yang akan dihitung volumenya (gambar paling kiri) menjadi keping-keping tipis yang sejajar dengan bidang xz (gambar tengah). Mis- alkan lebar keping tersebut Ay. Luas permukaan keping tersebut hanya bergantung pada posisi y (jelaskan!), notasikan A(/). Volume keping tipis Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 58 tersebut adalah AV = A(y) Ay. Dengan demikian volume benda adalah: d Ve [ Aly) dy Dilain pihak, luas permukaan keping sejauh y dari bidang a:z (1 konstanta) adalah [ f(a. y) dx. Dengan demikian volume benda adalah: d by V= [| Fle, ae] dy Alternatif lain bila kita membuat irisan kepingnya sejajar dengan bidang yz maka rumus yang diperoleh adalah - [ , L/ “fle 9) ay| dx 9 , - - . Hati*: Batas-batas integrasi harus sesuai dengan urutan perhitungan integral. Contoh-contoh: 4 2 1. Hitung [ / jay ae] dy 2 1 2. Hitung soal no 1. dengan urutan pengintegralan yang berbeda. 3. Hitung volume benda dibawah permukaan f(a.) +y’ +2 pada R= {(a,y):-1< @<1,0< y< 2} dan di atas bidang z = 1. 2 Integral Lipat Dua atas Daerah Sebarang Perhitungan integral lipat atas daerah sebarang secara umum sulit di- lakukan. Kita akan melihatnya pada dua jenis daerah berikut: S={lny)ia 0 maka volume benda di atas elemen tersebut adalah: AV = fF cos Op, 74 sin Ip) F] Ary, AO, Dengan demikian, volume benda di bawah permukaan f (2, ) dan di atas daerah R adalah: V= [f fercstersine)rarao R Contoh: Tentukan volume benda di bawah permukaan 2 = e* atas daerah R = {(r,0):1<1r<3,0<6< 1/4} Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 62 Daerah r-sedehana Daerah O-sedehana Sebuah daerah S disebut daerah r-sederhana bila berbentuk S={(r,8): $18) <1 < Go(), a SO < Bf Integral lipat dua atas r-sederhana: 19(0) I] a.y)dA = / fos f(rcos6, rsin®) r dr dé 610) Sebuah daerah S disebut daerah 0-sederhana bila berbentuk S={(r,0):a Sr Sb a(r) <0 < Wolr)} Integral lipat dua atas daerah 0-sederhana: pb prbo(r) Ip ay ya=[ [os f(r-cos 0, rsin 0) r dO dr wir) Contoh?: , Tentukan volume benda di bawah per- 4, mukaan t= x+y? di atas bidang oy dan di dalam silinder 2? + y? = 2y Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 63 2. Gunakan koordinat polar untuk menghitung Ile“ dA dengan R S={(x,y):2° + < 4}. 3. Ubahlah dalam koordinat kartesius, lalu hitunglah 1/3 p—BsecO , | r? sin?@ dr dO an /4 JO Momen dan Pusat Massa ‘Nowhomogeneous material Perhatikan sebuah lamina (keping tipis 2 dimensi) tak homogen S (gambar sebelah kiri). Misalkan rapat masssanya adalah d(2:, y). Partisikan S atas pp-pp kecil seperti pada gambar sebelah kanan. Perhatikan elemen ke k. Pilih wakil (%,, 7). Massa elemen ini adalah Arm = 5(2,, 9) Ay. Massa lamina: m= [[seneaa R Sedangkan momen terhadap sumbu x dan sumbu y masing-masing: M, = I/ yo(e.y)dA dan M,= I/ 6 R R te M, M. Pusat massa dari lamina: (7,7) = (—,— m" m .y)dA ) Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 “4 Contoh?: 1. Sebuah lamina dengan rapat massa («,y) = ay dibatasi oleh sumbu- a, garis x = 8 dan kurva y Tentukan massa dan pusat massanya. 2. Sebuah lamina berbentuk seperempat linkaran berjari-jari a, rapat mas- sanya sebanding dengan jaraknya dari pusat lingkaran tersebut. Ten- tukan pusat massanya (gunakan koordinat [polar). Momen Inersia Perhatikan sebuah benda (berbentuk titik) bermassa m. dan berjarak se- jauh r dari suatu garis. Momen inersia dari benda didefinisikan sebagai: . 2 momen inersia : J = rmr~ Sekarang perhatikan sebuah lamina pada bidang vy. ~| Misalkan rapat massanya 5(.y). Momen inersia benda terhadap sumbu-a;, sumbu-y dan pusat koor- diant adalah: I, = ffrrce.naa , y= ff este.yaa R R dan Ife +y)o(a,y)dA=1,+1, R Contoh: Tentukan momen inersia terhadap sumbu-z, sumbu-y dan pusat koordinat dari dua contoh terakhir. Jari-jari girasi didefinisiakan sebagai : Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 65 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial (Biasa), disingkat PD, adalah persamaan yang meli- batkan turunan-turunan dari suatu fungsi f (2°). contoh”: Ly! +2sinz =0 dy dy 2. + 30h — ay" +(¥'P - Turunan tertinggi yang muncul pada suatu PD disebut orde dari PD terse- but. Pada contoh di atas ordenya masing-masing satu, dua dan tiga. Fungsi y = f(2) disebut solusi dari suatu PD bila fungsi tersebut memenuhi PD tersebut. Sebagai contoh fungsi y = sin merupakan solusi dari y! + y = 0 (tunjukan !). Fungsi y = cos, juga merupakan solusi dari PD tersebut. Secara umum solusinya berbentuk y = A sinz + B cosx dengan A dan B konstanta. Solusi umum dari PD orde n selalu memuat n buah konstanta. Bila sebuah PD dilengkapi dengan syarat-syarat maka konstanta pada solusi umum dapat dieliminasi. Solusi ini disebut solusi khusus. Sebagai ilustrasi bila PD x + y = 0 dilengkapi syarat y(0) = 3 dan y'(0) = 0 maka solusi khususnya y = 3 cos PD linear orde n: y!") + a(x) yl") + +++ +.a,-1(2) y! +a,(2) 4 Fungsi a (2'), @2(2),+++,@,(a) disebut koefisien dari PD linear tersebut. Perkuliahan ini akan membahas pencarian solusi untuk PD linear orde satu dan orde dua saja. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 66 Perasamaan Diferensial Linear Orde Satu Bentuk Umum: y/ + p(x) y = q(x) Tetapkan faktor pengintegral o/”\")“", lalu kalikan pada PD semula. yf hE 4 y oly) elrlorde — g(q) ele) er oy efPle) dey = g(r) elle ee de yesPede — [aeyetio dx y =e Inaide far Jn de dy Contoh: 1. Tentukan solusi dari #4 + 2) = aoe y(1) =0. 2. Tangki berisi 120 liter air asin, mengandung 75 gram garam. Air asin yang berisi 1,2 gram garam per liter memasuki tangki dengan laju 2 liter/menit dan air asin keluar dari tangki dengan laju sama. Jika laru- tan garam dalam tangki selalu homogen, tentukan konsentrasi garam dalam tangki setelah 1 jam dan setelah 100 jam. >= Tugas baca: Kalkulus Purcell (terjemahan bahasa Indonesia) Edisi 5 hal 437, tentang kelistrikan, Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 or Perasamaan Diferensial Linear Orde Dua Bentuk Umum : y" + ai(r) y' +2 y = K(x) Pembahasan akan dilakukan hanya untuk a (sr) dan ao(sr konstan, yaitu y” +a, y! +a.y = k(x) Bila /:(a:) = 0 maka PD tersebut disebut PD linear orde 2 homogen. berupa fungsi Untuk mencari solusi PD linear homogen (dengan koefisien konstan), kita harus mencari dahulu solusi PD homogennya. Perhatikan PD linear orde dua homogen berikut: y” + a, y' +a.y =0 Misalkan solusinya adalah y = ec" dengan r suatu konstanta. Kita harus menentukan nilai r. Substitusikan solusi ini pada PD homogen semula: rel + ayre™ + aye™ =0 (°° +ayr + ay) e™ =0 r’ 4air+a2=0 (disebut persamaan karakteristik) Misalkan 7 dan ry solusi persamaan karakteristik tersebut, maka tiga bentuk yang mungkin terjadi a. 7 & ry real berbeda, solusi PD homogen: y = cje"!* + cge"" b. 7; & ry real kembar, solusi PD homogen: idanry=a— fi oe x) + ce cos( Bar) c. 7 & ry kompleks r) = a + / solusi PD homogen: y = sin( cle Contoh: Tentukan solusi umum dari PD berikut: Ly" — 2! -y =0 2. yl" — by! + 9y =0 3. yl! — Ay! + By =0 4.y"+y=0 Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 68 Selanjutnya akan dicari solusi umum dari PD linear orde dua tak homogen. Perhatikan PD tak homogen y+ a) y/ + ayy = k(x) Tahap pencarian solusinya adalah sebagai berikut: ¢ Cari solusi PD homogennya, misalkah yj, = c)2i(a) + Cyu(2x) Fungsi w)(2) dan (2) disebut solusi fundamental. Cari sebuah solusi PD tak homogennya, misalkan yp. Solusi umum PD tak homogen adalah y = yj, + Yp- Mencari 1, sudah dibahas, jadi sekarang tinggal mencari sebuah y,. Ada dua metode pencarian y, yang akan dibahas: Metode koefisien tak tentu (metode coba-coba) @ Metode variasi parameter Metode Koefisien Tak Tentu Metode ini hanya dapat dipakai untuk beberapa bentuk dari /:(2:) seperti yang tercantum pada tabel berikut: L[F@) Yp dimisalkan | a.foe™™ te® d sin(ax) s cos(aa) +t sin(az) © cos(ax) + dsin(as) c. footie tee tee” [ty + ta bee tty” Solusi y, dimisalkan seperti yang tercantum pada kolom tiga, dengan catatan: ¢ Bila /:(a:) merupakan kombinasi linear dari bentuk (a), (b) dan (c) maka pemisalan y,, juga diambil dari kombinasi kolom ketiga. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004 Kalkulus 1 69 ¢ Bila pemisalan y,, bentuknya sama dengan solusi fundamental, maka pemisalan tersebut harus dikali dengan « atau sc” sampai bentuk pemisalan tersebut tidak sama dengan solusi fundamental. 1. y” — 3y' — 4y = 3a? +2 2. yl" + 2y' = +2 3. y" + 4y = sin(2r) 4. y!" — 3y' — 4y = 3e-* + 30? +2 Metode Variasi Parameter Metode ini dapat dipakai untuk sebarang bentuk /:(2:). Perhatikan kembali PD tak homogen yj” + ai y' + aay = k(a) Misalkan solusi homogennya yj, = c)tty(1) + Cote(a). Salosi y, yang memenuhi PD tak homogennya adalah: Yp = vile) uy) + v9(a2) u(x) dengan v dan v fungsi-fungsi yang memenuhi hubungan uu tuhw = 0 ypu, + yuh = h(a) Contoh: Tentukan solusi umum PD y+ y = seca. Tugas Baca: Penerapan PD linear orde 2 pada masalah pegas. Warsoma Djohan/Dept. Matematika, Institut Teknologi Bandung/2004

You might also like