You are on page 1of 131

LKPP UH

BUKU AJAR

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

L
U KP
N P
H
AS

(Kode MK/SKS : 265H2203/3 sks)

Oleh :

Makhrani, S.Si, M.Si

Program Studi Geofisika


Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Hasanuddin
2012

HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Geologi Minyak dan Gas Bumi


Makhrani, S.Si, M.Si
Makhrani, S.Si, M.Si
19720227 199802 2 002 / 0027027201
Penata / IIIc
Geofisika
MIPA
rani_anshar@yahoo.co.id
-

L
U KP
N P
H
AS

Judul Buku/Mata Kuliah


Nama Lengkap
Penanggung Jawab Penulisan
NIP/NIDN
Pangkat/Golongan
Program Studi
Fakultas
Email
Anggota Tim Penulis

Biaya

: Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah)


Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas
Hasanuddin tahun 2012 sesuai SK Rektor Unhas
No

Makassar, 25 November 2012

Dekan Fakultas Mipa

Penanggungjawab Penulisan

Prof. Dr. H. Abd Wahid Wahab, M.Sc


NIP . 19490827 197602 1 001

Makhrani, S.Si, M.Si


NIP 19720227 199802 2 002

Mengetahui,
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan

Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc.


NIP 19630501 198803 1 004

KATA PENGANTAR
Atas rakhmat Allah Yang Maha Pengasih serta terdorong oleh hasrat hati
untuk menyumbangkan sesuatu

yang Insyaallah bisa berguna dalam

memperlancar proses pembelajaran khususnya pada program studi geofisika


Jurusan Fisika FMipa Unhas, dengan ini kami persembahkan satu buku ajar
untuk mata kuliah Geologi Minyak dan Gas Bumi yang disusun secara
sederhana agar mudah dipahami oleh mahasiswa terutama untuk para peminat
mata kuliah ini.
Maksud dan tujuan buku ajar ini yaitu sebagai bahan pembelajaran dan

L
U KP
N P
H
AS

pedoman untuk lebih memahami bagaimana kaitan antara kondisi geologis


dengan keberadaan minyak dan gas bumi, dimana faktor ini biasanya
melibatkan metode-metode geofisika seperti seismic, geoloistrik dll.

Struktur materi dalam buku ajar ini diawali dengan penjelasan tentang

istilah-istilah dasar yang ada dalam Geologi Minyak dan Gas Bumi serta

keterkaitannya dengan ilmu-ilmu yang lain. Pada Bagian selanjutanya disajikan


pembahasan tentang hakikat minyak dan gas bumi sebagai bahan hidrokarbon

sampai pada bagian akhir yang berbicara tentang tahapan-tahapan eksplorasi


migas bahkan juga daerah-daerah yang potensil mengandung minyak dan gas

bumi. Jadi secara terpadu materi yang disajikan diharapkan mampu memberi
nilai tambah dalam proses pembelajaran, selain itu pula karena mata kuliah ini

sangat membantu dalam memberikan pemahaman sebagai modal dalam


memasuki dunia kerja khususnya dibidang industri minyak yang memang
sangat terkait sekali dengan program studi geofisika.

Kami menyadari bahwa buku ajar ini masih harus diperbaharui lebih

lanjut, untuk itu segala masukan dan kritikan yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan. Ucapan terimah kasih juga tak lupa kami haturkan kepada
LKPP yang telah memberikan kepercayaan dan bantuan dana untuk
penyusunan buku ajar ini. Akhir kata mudah-mudahan bermanfaat. Wassalam

Makassar Oktober 2012


Penyusun

Ii

DAFTAR ISI
Hal
i

Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

iii

Senarai Kata Penting

iv

Bab I

Pendahuluan

A. Profil Lulusan Program Studi

L
U KP
N P
H
AS

Halaman Pengesahan

B. Kompetensi Lulusan

C. Analisis Kebutuhan Pembelajaran

3
5

Arti Penting Minyak dan Gas Bumi

Bab II

D. Garis Besar Program Pengajaran (GBRP)

Bab III Hakikat Minyak dan Gas Bumi

22

Bab IV Cara Terdapatnya Minyak dan Gas Bumi

35

Bab V Batuan Reservoir

43

Bab VI Perangkap Reservoir

54

Bab VII Asal Minyak dan Gas Bumi

63

Bab VIII Batuan Induk, Pematangan, Migrasi Serta Akumulasi


Minyak dan Gas Bumi

81

Bab IX Eksplorasi MInyak dan Gas Bumi

92

Bab X Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia

101

Evaluasi

118

Penutup

119

Daftar Pustaka

122

Pernyataan Keaslian Baku Ajar

123

Iii

SENARAI KATA PENTING (GLOSARIUM)


Antiklin : Suatu lipatan ke atas yang berbentuk busur (arc)
Akumulasi minyak : cara terdapatnya minyak yang dalam jumlah besar atau
dari segi ekonomi terkumpul secara menguntungkan.
Back arc basin : Cekungan yang berbentuk busur yang terjadi akibat penipisan
kerak dibelakang busur magmatic.
Basalt : Batuan beku berbutir halus dengan komposisi gabro.
:

Bidang yang memisahkan lapisan-lapisan batuan

L
U KP
N P
H
AS

Bidang perlapisan

sedimen.

Eksplorasi : tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh

informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup.

Eksplorasi minyak dan gas bumi : Semua kegiatan dari permulaan sampai

akhir dalam usaha dan penambahan cadangan minyak bumi yang baru.

Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan

Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas

pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan,

penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian Minyak dan


Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.

Fasies : Kelompok sifat yang dapat dibedakan dalam satuan batuan.


Fossil : Sisa kehidupan masa lampau yang terawetkan.

Formasi : Satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi. Formasi harus

memiliki keseragaman atau gejala-gejala litologi yang nyata baik terdiri dari satu

macam jenis batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih ; beberapa
jenis batuan yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari satuan formasi lainnya.

Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi

tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses
penambangan Minyak dan Gas Bumi.

Kerogen : Bahan organik, tidak larut, dijumpai pada batuan sedimen terutama
shale.
Lapangan minyak : Daerah yang dibawahnya mempunyai akumulasi minyak
dalam beberapa telaga minyak dan terdapat dalam suatu gejala geologi yang
sama.
Lipatan : Pelengkungan atau flexure pada batuan.
Migrasi : Pergerakan minyak atau gas dari batuan induk ke batuan reservoir.
Migrasi Primer :

Keluarnya minyak dan gas bumi dari batuan induk dan

L
U KP
N P
H
AS

masuk ke batuan lapisan penyalur (carrier bed)


Migrasi Sekunder : Pergerakan minyak dan gas bumi dari lapisan penyalur ke

tempat akumulasi (tempat tetes-tetes atau gumpalan-gumpalan minyak


terkumpul atau terperangkap).
Minyak

dan gas bumi ialah bahan-bahan galian minyak bumi, aspal, lilin

bumi, semua jenis bitumen baik yang padat maupun yang cair dan semua gas

bumi serta semua hasil-hasil pemurnian dan pengolahan bahan-bahan galian


antrasit dan segala macam batu bara, baik yang tua maupun yang muda.
Oil shale : Shale yang kaya akan hidrokarbon.

Oil shows : Terdapatnya dalam jumlah kecil atau sebagai tanda-tanda minyak.

Perangkap minyak : Bentuk lapisan penyekat yang sedemikian rupa sehingga


minyak tidak dapat lari kemana-mana lagi.

Perangkap Struktur : Perangkap minyak yang dibentuk karena gaya tektonik

atau struktur misalnya pelipatan dan pematahan.

Perangkap Stratigrafi : Perangkap minyak yang terjadi karena berbagai variasi

lateral dalam litologi suatu lapisan reservoir atau penghentian dalam kelanjutan
penyaluran minyak dalam bumi.

Permeabilitas : sifat dari batuan reservoir yang mampu meloloskan fluida atau

cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk


atau kerangka batuan tersebut.

Pertambangan : sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,


pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang
Porositas : Perbandingan (dalam persen) antara pori-pori dalam batuan
dengan volume batuan.
Propinsi atau daerah minyak : daerah dimana sejumlah telaga dan lapangan
minyak berkelompok dalam lingkungan geologi yang sama.
Rembesan (seep) : Bentuk keberadaan minyak bumi dipermukaan yang tidak
mempunyai nilai komersil tetapi bisa menunjukkan daerah kemungkinan

L
U KP
N P
H
AS

adanya minyak di bawah permukaan.

Reservoir : Wadah dimana minyak terkumpul.

Sesar : Permukaan dimana tubuh batuan patah dan bergeser.

Shale : Batuan sedimen klastik berbutir halus akibat konsolidasi lempung dan
lumpur.

Tar : Minyak bumi sangat kental, tidak dapat mengalir.

Tekanan reservoir : Tekanan yang diberikan oleh zat yang mengisi rongga

reservoir, baik gas, minyak maupun air.

Tektonik : Studi mengenai pergerakan dan deformasi litosfer.

Telaga minyak : Bahagian dari suatu reservoir yang seluruhnya terisi oleh

minyak.

Usaha Pertambangan : kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau

batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi


kelayakan,

konstruksi,

penambangan,

pengolahan

pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang

dan

pemurnian,

BAB I PENDAHULUAN
A. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI
Kelulusan mahasiswa dari Program Studi Geofisika dikendalikan dari
mutu lulusan yang menyangkut sikap wawasan dan kemampuan. Tingkat
kompleksitas dan spesifikasi pengetahuan dasar dari lulusan Program Studi
Geofisika memerlukan kematangan intelektual yang perlu pengembangan yang
meliputi bidang-bidang:
a. Kognitif menyangkut kematangan wawasan

L
U KP
N P
H
AS

b. Psikomotorik menyangkut ketarmpilan


c. Afektif menyangkut kematangan sikap/perilaku
d. Kemandirian

menyangkut

kemampuan

tindakan

pengelolaan

yang

dimanifestasikan dalam mutu peneitian.

Berdasarkan pengembangan bidang-bidang tersebut di atas, maka profil

lulusan Program Studi Geofisika dan komponennya disusun sebagai berikut:


1. Kepribadian

: Memiliki integritas dan etika ilmiah yang tinggi dalam

berkehidupan bermasyarakat serta movitasi yang tinggi


untuk bekerja sepanjang hayat.

2. Profesionalisme :Memiliki kemampuan dan ketrampilan pengembangan


metode

ilmiah

berdasarkan

pemahaman

knowledge

foundation dalam bidang lingkungan, sumberdaya alam dan


informasi.

3. Kecendekiaan : Memiliki

dasar

keilmuan

geofisika

yang

kuat

dan

keterampilan yang tinggi untuk menyelesaikan masalah


IPTEKS, sosial budaya masyarakat.

4. Adapatsi

: Memiliki kemampuan keilmuan dan keterampilan untuk


beradaptasi dan bekerja sama dalam kegitan lintas displin.

B. KOMPETENSI LULUSAN
Pernyataan

kompetensi

PS

Geofisika

Fakultas

MIPA

Universitas

Hasanuddin berdasarkan Kepmendiknas No. 045/U/2002 adalah sebagai


berikut:

a. Kompetensi Utama (U)


1. Menjunjung tinggi norma, tata nilai, moral, agama, etika dan tanggung

jawab profesional sebagai sarjana geofisika.


2. Memiliki pengetahuan dasar geofisika secara komprehensif sehingga

mereka dapat berprofesi sebagai ahli geofisika melalui penguasaan


secara operasional sains dasar (matematika, fisika, kimia, biologi,
geologi), disamping ilmu geofisika secara umum.
3. Memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melakukan permodelan

matematis/fisis berbagai proses geofisika.


4. Memiliki pengetahuan keahlian dalam merancang dan melaksanakan

L
U KP
N P
H
AS

survei geofisika praktis secara lengkap (pengumpulan data, pemrosesan

data, dan interpretasi) dan menuangkan hasilnya dalam bentuk laporan


penelitian.

5. Memiliki penguasaan secara operasional semua metode geofisika (a.l.

seismik, gravitasi, magnetik, elektrik, elektromagnetik, termik, radio-

aktivitas), metode survey hidro-oseanografi dan prediksi cuaca yang


akurat.

b. Kompetensi Pendukung (P)

1. Mampu berkomunikasi secara efektif dalam bidang geofisika khususnya


dan masyarakat luas dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

2. Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu geofisika dalam


melakukan mitigasi dan adaptasi bencana alam.

3. Mandiri untuk belajar lebih lanjut (mengembangkan diri) dan berfikir


secara logis dan analitis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi secara profesional.

c. Kompetensi Lainnya

1. Memiliki pemahaman, kesadaran dan kearifan tentang berbagai aspek

sosial, ekonomi dan budaya akibat dampak laju perkembangan IPTEKS


yang pesat.

2. Memiliki integritas, adaptif, mampu bekerjasama (team work) dan memiliki

etika ilmiah yang tinggi baik dalam lingkungan kerja maupun dalam
berkehidupan di masyarakat.
2

3. Memiliki kesadaran, kepedulian dan komitmen terhadap perlindungan dan

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.


Hubungan antara profil lulusan dan kompetensi lulusan Program Studi
Geofisika ditunjukkan pada Tabel-1.
Tabel-1 Matriks hubungan antara Profil dan Kompetensi Lulusan
Kompetensi yang seharusnya dimiliki
Kompetensi

Kompetensi

Kompetensi

Utama

Pendukung

Lainnya

L
U KP
N P
H
AS

Profil Lulusan

Kepribadian

U1

P1

L1, L2

Profesionalisme

U4, U5

P2

L3

Kecendekiaan

U2, U3

P1

L3

U1

P5

L2

Adapatsi

C. ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN

Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, pimpinan fakultas

mensyaratkan kehadiran mahasiswa 80 persen untuk dapat mengikuti ujian

akhir seperti yang tertuang di dalam Peraturan Akademik Universitas


Hasanuddin. Aturan yang sama juga berlaku bagi penyajian materi matakuliah,
dimana hanya matakuliah yang telah memproses kegiatan belajarnya di kelas
minimal 80 persen yang dapat diujikan di akhir semester. Dosen yang tidak

melaksanakan tugas perkuliahan dengan baik, diingatkan pada setiap rapat


rutin di tingkat jurusan.

Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan kualitas lulusan, maka

dilakukan evaluasi untuk mengetahui: (1) kesesuaian materi perkuliahan

dengan GBRP; (2) penguasaan materi oleh dosen; (3) sistematika penyajian;

(4) penguasaan alat bantu (media elektronik, hand-out); (5) kemampuan

memberikan umpan-balik terhadap tanggapan (pertanyaan dan komentar)

mahasiswa;

dan

(6)

kemampuan

dosen

mengkomunikasikan

materi

perkuliahan.
Selain itu kurikulum merupakan bagian yang sangat penting untuk
pelaksanaan proses pembelajaran. Revisi kurukulum dilakukan setiap selang
waktu tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna lulusan (industri,
institusi swasta dan pemerintah). Struktur kurikulum yang dijalankan oleh
Program Studi Geofisika berdasarkan kelompok matakuliah sesuai dengan
Kepmendiknas No. 232/U/2000. KBK ini terbagi ke dalam lima kelompok
matakuliah, yaitu:
1. MPK (Matakuliah Pengembangan Kepribadian), yang berbobot: 12 sks (7,3

L
U KP
N P
H
AS

%)

2. MKK (Matakuliah Keilmuan dan Ketrampilan), yang berbobot: 72 sks (43,4


%)

3. MKB (Matakuliah Keahlian Berkarya), yang berbobot: 56 sks (33,7 %)


4. MPB (Matakuliah Perilaku Berkarya), yang berbobot: 11 sks (6,6 %)

5. MBB (Matakuliah Berkehidupan Bersama), yang berbobot: 15 SKS (9,0 %)

D. GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP)

Garis Besar Rencana Pembelajaran untuk mata kuliah Geologi Minyak

dan Gas Bumi disajikan pada halaman berikut :

GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN


MATAKULIAH : GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

L
U KP
N P
H
AS

KODE MATAKULIAH : 265H2203

DOSEN PENGAMPU : MAKHRANI,S.Si, M.Si ; SABRIANTO ASWAD, S.Si, M.Si

Matakuliah Prasyarat : Geologi Dasar


Kompetensi Utama

Kemampuan memiliki pemahaman dan penguasaan tentang dasar-dasar dalam Geologi Minyak dan Gas Bumi yang Meliputi
Pengertian, Asal Mula, Keberadaan Migas, Kegiatan Eksplorasi Serta Perkembangan Industri Minyak dan Gas Bumi.

Kompetensi Pendukung

Dapat Melakukan Interpretasi Terhadap Rekaman Seismik Pantul dan Mamahami Tentang Keberadaan Minyak dan Gas Bumi

Kompetensi Lainnya

Kemampuan menjadi pribadi yang mempunyai visi untuk tetap melestarikan sumber daya alam

Memiliki pemahaman dan penguasaan tentang optimalisasi eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam
Kemampuan berinteraksi secara berkelompok

Minggu
ke

Sasaran Pembelajaran

Materi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran

Membentuk kelompok belajar

Kontrak Perkuliahan

Ceramah

Menjelaskan pengertian
minyak dan gasbumi serta
sejarah dan perkembangan
industri minyakbumi di

Pendahuluan

Ceramah + tugas mandiri

Kriteria Penilaian

Bobot
Nilai (%)

Ketepatan penerapan konsep


dan kejelasan uraian

5%

Indonesia

5-6

7-8

8-9

10-11

Menjelaskan Hakikat minyak


dan gas bumi dalam bentuk
hidrokarbon padat, cair dan
gas
Menjelaskan cara terdapatnya
minyak dan gas bumi pada
permukaan, dalam kerak
bumi dan penyebarannya
Menjelaskan pengertian
permeabilitas, hakekat rongga
pori, batuan reservoir, dan
jenis-jenis batuan
reservoir

Hakikat minyak dan gas


bumi dalam bentuk
hidrokarbon padat, cair
dan gas
Cara terdapatnya Minyak
dan gas bumi

Ceramah interaktif + Tugas


Mandiri

Ketepatan penerapan konsep


pada jawaban

10 %

L
U KP
N P
H
AS

Memahami perangkap migas


dalam keadaan hidrostatik,
perangkap struktur,
perangkap stratigrafi,
ketidakselarasan, perangkap
sekunder dan perangkap
desitter
Memahami teori asal
anorganik, teori organik,
akumulasi mibas, pengawetan
dan transformasi zat organik
dalam sedimen
Memahami konsep batuan
induk, penentuan batuan

Ceramah Interakif +
Collaborative Learning + tugas
kelompok

Ketepatan penerapan konsep


dan kejelasan uraian

10 %

Batuan Reservoir

Collaborative Learning + Tugas


kelompok

Ketepatan penerapan konsep


dan kejelasan uraian

10 %

Perangkap Reservoir

Small Group Disscussion dan


presentasi

Ketepatan penerapan konsep


dan kejelasan uraian

10 %

Asal Minyak dan Gas Bumi

Small Group Disscussion dan


presentasi

Ketepatan penerapan konsep


dan kejelasan uraian

10 %

Ketepatan penerapan konsep


dan kejelasan uraian serta

10 %

Batuan induk,
Pematangan, Migrasi serta

Small Group Disscussion dan


presentasi

Akumulasi Migas

12-13

Mengetahui dan memahami


hal-hal yang berkaitan dengan
eksplorasi migas serta
tahapan-tahapan eksplorasi

Eksplorasi Minyak dan Gas


Bumi

Collaborative Learning

Kejelasan uraian serta


kerjasama tim

10 %

14-15

Mengetahui daerah-daerah
yang potensil mengandung
migas di Indonesia serta
memahami beberapa
cekungan minyak yang ada di
Indonesia
Mengingat kembali
pemahaman konsep dari
keseluruhan isi materi yang
telah diperoleh

Geologi Minyak dan Gas


Bumi di Indonesia

Study Case

Ketepatan penerapan konsep


dan contoh serta kejelasan
uraian

5%

Evaluasi

Final Test

Ketepatan penerapan konsep


pada jawaban

15 %

16

kerjasama tim

L
U KP
N P
H
AS

induk, pematangan migas,


migrasi dan proses
akumulasinya

Referensi :
1. Koesoemadinata.R.P.1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi ; Jilid 1, Penerbit ITB Bandung.
2. Koesoemadinata.R.P.1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi ; Jilid 2, Penerbit ITB Bandung.
3. Ginanjar. 1984. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Diktat. Workshop Geofisika. Unpad. Bandung
4. Skinner.b.j.1980. Earths Energy and Mineral Resources. William Kaufumann inc Los Altos

BAB II
ARTI MINYAK DAN GAS BUMI SERTA SEJARAH
PERKEMBANGAN INDUSTRI MIGAS
II.1 PENDAHULUAN
Pada materi ini ada beberapa sasaran belajar yang akan dicapai yaitu
terdiri dari sasaran umum dan sasaran khusus. Adapun sasaran umumnya
yaitu ; mahasiswa diharapkan mempunyai pemahaman yang luas tentang arti
pentingnya minyak dan gas bumi serta mengetahui sejarah perkembangan

L
U KP
N P
H
AS

industry migas.

Sasaran khususnya yaitu :

Mahasiswa mengetahui beberapa pengertian dasar yang akan sering


dijumpai pada materi ini

Mahasiswa memahami beberapa keunggulan migas sebagai sumber


energy

Mahasiswa mengetahui ruang lingkup Geologi Minyak dan Gas Bumi

Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang sejarah migas khususnya


yang menyangkut sejarah metoda eksplorasi di Indonesia

Dalam proses pembelajaran tentang materi ini ada beberapa hal penting

yang perlu diperhatikan yaitu :

Mahasiswa diharapkan membaca materinya sebelum masuk ke ruang

kuliah untuk memperlancar proses diskusi yang terjadi selama proses


belajar mengajar berlangsung.

Mahasiswa diharapkan telah memiliki referensi pendukung lainnya yang


nantinya akan memperkaya informasi tentang materi ini.

II.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN


II.2.1 ARTI MINYAK DAN GAS BUMI

Minyak dan gas bumi merupakan istilah Indonesia yang pemakaiannya

telah mendarah daging pada kita. Sebelumnya, kita lebih banyak menggunakan
istilah minyak tanah yang berarti minyak yang berasal dari dalam tanah untuk

mendefenisikan arti minyak bumi/minyak mentah. Selain itu, istilah gas bumi
yang dalam bahasa Inggris disebut Earth Gas juga tidak banyak digunakan.

Istilah yang lazim digunakan pada masyarakat kita untuk mendefenisikan gas
bumi adalah Liquid Petroleum Gas (LPG). Dengan diketahuinya bahwa minyak
bumi terdapat bersama-sama dengan gas bumi, maka istilah yang lazim yang
digunakan sekarang adalah minyak dan gas bumi.
Menurut Undang-Undang No. 44 Prp. Tahun 1960 Tentang : Pertambangan
Minyak Dan Gas Bumi, yang dimaksud dengan minyak dan gas bumi ialah
bahan-bahan galian minyak bumi, aspal, lilin bumi, semua jenis bitumen baik
yang padat maupun yang cair dan semua gas bumi serta semua hasil-hasil
pemurnian dan pengolahan bahan-bahan galian antrasit dan segala macam

L
U KP
N P
H
AS

batu bara, baik yang tua maupun yang muda.

A. Kepentingan Minyak dan Gas Bumi dalam Peradaban

Sebelum akhir tahun 1973 pentingnya minyak dan gas bumi sebagai

bahan galian tidaklah terlalu terasa. Penurunan produksi minyak bumi telah

mengakibatkan timbulnya krisis di seluruh dunia dan memberikan pengaruh


politik ataupun ekonomi.

Dari sini dapat dilihat,bahwa minyak bumi merupakan salah satu sumber

kekayaan yang sangat penting,yang berpengaruh ataupun yang merupakan


salah satu faktor peradaban manusia. Minyak bumi mempunyai peranan
khusus karena bukan semata-mata bersifat bahan galian,tetapi juga berupa
bahan bakar. Jadi merupakan sumber energi yang penting.

Adapun sumber energi yang lazim kita kenal pada saat ini selain minyak dan

gas bumi antara lain :

1. Arang dan Kayu


2. Batubara

3. Sumber Hidro-Listrik
4. Energi Nuklir

5. Energi Matahari

6. Energi Panas Bumi (Geothermal)

B. Keunggulan Minyak dan Gas Bumi Sebagai Sumber Energi

Minyak dan gas bumi,terutama minyak bumi,mempunyai keunggulan

daripada sumber energi lainnya yang telah diutarakan di atas. Keunggulan

tersebut disebabkan karena berbagai sifat

fisika tertentu dari minyak dan

gasbumi,yaitu antara lain:


1. Sifat cair minyak bumi.
2. Minyak dan gas bumi memiliki nilai kalor yang tinggi.
3. Minyak dan gas bumi menghasilkan berbagai macam bahan bakar.
4. Minyak dan gas bumi menghasilkan berbagai macam pelumas.
5. Minyak dan gas bumi dapat bersifat sebagai bahan baku, yaitu bahan
petrokimia.

L
U KP
N P
H
AS

Tabel II.1 Nilai Kalori Beberapa Jenis Bahan Bakar


Bahan Bakar

Kal/gram

Kayu

3.990-4.420

Arang Kayu

7.260

Batubara Muda/Lignit

3.328-3.339

Batubara Subbitumina

5.289-5.862

Batubara Bitumina

5.650-8.200

Lemak Hewan

9.500

Minyak Nabati

9.300-9.500

Alkohol/Etil

6.456

Aspal

5.295

Minyak Mentah

10.419-10.839

Minyak Bunker

10.283-10.764

Solar

10.667

Minyak Tanah

11.006

Bensin

11.528

Sumber : RP Koesoemadinata, 1980

C.

Beberapa Pokok Kebijaksanaan dalam Penggunaan Minyak Bumi


Sebagai Sumber Energi

Dalam pemanfaatan minyak dan gas bumi kita perlu memperhatikan tiga

pokok kebijaksanaan sebagai berikut :

10

1. Kenyataan bahwa minyak bumi merupakan bahan dapat habis


(exhaustible) atau dapat dikatakan tidak dapat diperbaharui kembali.
Hal ini mengandung arti bahwa eksplorasi minyak bumi harus terus menerus
dilakukan, selain itu harus pula ditentukan garis besar kebijaksanaan
mengenai pengelolaan energy yaitu bahwa untuk setiap barrel minyak yang
diproduksikan secara minimal haruslah diikuti dengan penemuan satu barrel
minyak pada kegiatan eksplorasi. Jadi pihak manapun atau Negara manapun
haruslah memegang suatu kebijaksanaan bahwa eksplorasi harus terus
menerus dilakukan bukan semata-mata hanya untuk menembah jumlah
cadangan tetapi juga untuk mengganti cadangan yang telah diproduksi.

L
U KP
N P
H
AS

2. Konsumsi minyak bumi terus-menerus meningkat. Kita ketahui bersama

bahwa peradaban atau kehidupan manusia sangat tidak bisa lepas dari
kebutuhan akan minyak dan gas bumi, baik itu dinegara yang sedang

berkembang apalagi Negara-negara maju. Untuk itu kebijakan ini haruslah


dijadikan pedoman baik itu Negara penghasil minyak maupun Negara

konsumen. Untuk Asia Tenggara misalnya, jika dewasa ini produksi

Indonesian berlebihan mungkin saja ditahun-tahun yang akan datang karena


meningkatnya permintaan akan minyak bumi mengakibatkan Negara ini akan
mengimpor dari Negara luar kecuali jika ia mampu mempertinggi produksi
dan memperbesar cadangan minyaknya.

3. Kebijaksanaan harus juga didasarkan pada tidak meratanya sumber


daya minyak bumi di seluruh dunia. Hal ini bukan saja di seluruh dunia

melainkan pada suatu lingkup wilayah yang lebik kecil misalnya suatu

Negara maka keberadaan minyak atau penyebarannya juga tidak merata.


Kita ambil contoh di Negara Indonesia yang juga termasuk salah satu
Negara penghasil minyak, tidak semua wilayahnya mempunyai kandungan

minyak. Dari masa lampau hingga sekarang tidak meratanya penyebaran

minyak bumi telah menyebabkan politik ekspansi. Banyak Negara berusaha

untuk menguasai suatu wilayah yang kaya akan kandungan minyak bukan

ditinjau dari segi militer tetapi segi politik ekonomi. Jadi apabila suatu Negara
ingin maju maka Negara itupun harus mengamankan persediaan minyaknya
dengan perencanaan untuk waktu yang cukup lama.

11

D. Minyak Bumi Sebagai Zat Unik dalam Kerak Bumi


Minyakbumi merupakan suatu zat yang unik di dalam kerak bumi yang
sebetulnya serba padat disamping air. Keunikan tersebut dapat kita perinci
sebagai berikut :
1. Sifatnya yang cair membedakannya dengan zat lain disekitarnya,kecuali air.
2. Sifatnya yang cair menyebabkan geologi sejarah minyakbumi pun berlainan
dari kerak bumi sendiri.
3. Susunan kimia minyakbumi juga berbeda dengan kerak bumi.
4. Secara kimia minyakbumi mempunyai hubungan erat dengan zat organik

L
U KP
N P
H
AS

sehingga batuan sedimen merupakan habitat minyak dalam kerak bumi.

E. Ruang Lingkup Geologi Minyak dan Gas Bumi

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa minyak bumi dan batu bara

merupakan bahan bakar fosil.

Bahan bakar fosil bersifat organik, maka

sangatlah erat hubungannya dengan batuan sedimen. Selain itu, kita dapat
melihat pula hubungan yang sangat erat antara bijih-bijih dengan berbagai

bahan baku seperti logam dan sebagainya, yang pada umumnya berhubungan
dengan batuan beku dan sedimen. Dengan demikian, kita dapat melihat

perbedaan yang menyolok antara bahan bakar yang berhubungan dengan

batuan sedimen di satu pihak dan di pihak lain bahan baku yang berhubungan
erat dengan batuan beku dan metamorf. Berdasarkan kenyataan di atas, kita
dapat membedakan dua bidang utama dalam ilmu geologi, yaitu :

Geologi Batuan Keras (hard-rock geology), yaitu bidang geologi yang khusus
mempelajari bijih-bijih logam yang berhubungan erat dengan dengan batuan
kristalin atau batuan beku dan metamorf. Bidang ini sering digolongkan
dalam Geologi Ekonomi.

Geologi Batuan Lunak (soft-rock geology), yaitu bidang yang mempelajari


batuan sedimen, terutama untuk mencari minyak dan batu bara yang erat
hubungannya dengan batuan sedimen. Geologi Batuan Lunak juga disebut
sebagai Geologi Bahan Bakar (fuel geology).

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa ruang lingkup geologi minyak dan gas bumi
ini

merupakan

pengkajian

dari

batuan sedimen dan semua faktor yang

12

menentukan cara terdapatnya, penyebarannya dan cara berakumulasinya


minyak dan gas bumi di dalam kerak bumi.

II.2.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Minyak Bumi


A. Sejarah Umum dan Perkembangan Industri Minyak Bumi
Di dalam sejarah manusia, minyak bumi pertama kali ditemukan atau
dikenal orang di Timur Tengah, di Iran atau Parsi Kuno yang juga dikenal
sebagai daerah Mesopotamia, minyak bumi mula-mula dikenal sebagai
rembasan dan sumber yang terdapat di permukaan bumi. Nabi Nuh as yang
diperkirakan hidup di daerah ini adalah manusia yang mungkin pertama kali

L
U KP
N P
H
AS

memanfaatkan minyak bumi (dalam hal ini aspal) untuk melapisi perahunya
agar tidak kemasukan air.

Di zaman Harun Al-Rasyid, minyak bumi juga telah dikenal dan digunakan

sebagai pembakar yang dinamakan naptha. Hal ini terjadi jauh sebelum

perkembangan minyak bumi modern timbul. Pada zaman Cina Kuno bahkan

telah dikenal industri pengusahaan minyak bumi dan menurut catatan sejarah,
orang Cina bahkan telah mencoba membor minyak bumi sejak zaman sebelum
masehi.

Industri minyak bumi yang modern muncul di Amerika Serikat pada abad

ke-19, yang segera disusul oleh beberapa negara Eropa dan bagian dunia
lainnya. Sebelum ditemukan pengusahaannya secara komersiil, minyak bumi
telah dikenal di Amerika Serikat sebagai rembasan yang muncul dari
permukaan bumi, semula sering dianggap sebagai barang aneh dan juga

diperjualbelikan sebagai obat. Namun, Jauh sebelum minyak bumi digunakan


dalam industri, Haquet pada tahun 1794 telah mengemukakan teorinya bahwa

minyak bumi berasal dari daging ataupun zat organik lainnya, seperti kerang
atau moluska. Hal ini dikemukakan karena batuan yang mengandung minyak
biasanya mengandung fosil binatang laut.

Pada tahun 1805, Von Humbold dan Gay Lussac mengira bahwa minyak

bumi berhubungan dengan aktivitas gunung api, seperti gunung venesius. Ide

serupa dikemukakan pula oleh ahli geologi Perancis Virlet dAoust pada tahun

1834. Teorinya didasarkan pada gejala bahwa seringkali minyak bumi


ditemukan bersamaan dengan lumpur gunung api.

13

Pada tahun 1842, Sir William Logan, direktur Jawatan Geologi Kanada
menghubungkan terdapatnya rembasan minyak dengan struktur antiklin, seperti
di pulau Gespe yang terdapat di sungai St. Lawrence. Pada tahun 1847 di
Glasgow Inggris untuk pertama kali mengolah minyak bumi menjadi minyak
lampu yang menggantikan lilin yang merupakan sumber penerangan utama
pada saat itu. Sejak saat itu, minyak menjadi bahan yang banyak dicari oleh
pengusaha. Hal ini menimbulkan ide bagi Kolonel William Drake untuk
membor minyak yang dapat diproduksikan secara komersiil.
Tahun 1859 merupakan saat bersejarah yang sangat penting, yaitu saat
permulaan timbulnya industri minyak. Pengeboran dilaksanakan di Titusville,

L
U KP
N P
H
AS

negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, dan minyak berhasil ditemukan


serta di produksikan dari kedalaman 69 kaki. Pemboran dilakukan di dekat

suatu rembasan atau sumber minyak bumi ,dan ternyata dapat dihasilkan
produksi yang lebih besar daripada yang keluar dari rembasan. Sejak saat

itulah pemboran merupakan satu-satunya cara untuk mengexploitasi dan


mengexplorasi minyak bumi secara komersiil.

Pada tahun 1860, Henry D. Rogers mengemukakan bahwa akumulasi

minyak bumi terdapat pada sumbu antiklin. B.B Andrews mengemukakan pula
terdapatnya minyak dan gas bumi sepanjang sumbu antiklin di dekat Cairo, di

nagara bagian Virginia Barat. Akan tetapi diterangkannya bahwa akumulasi


minyak dan gas bumi merupakan hasil retakan yang terjadi di atas sumbu
antiklin yang batuannya telah dihancurkan oleh pengangkatan dan pelipatan.
Prof. Alexander Winchell dari Universitas Michigan pada tahun 1960

berpendapat bahwa batu pasir sendiri cukup mempunyai porositas untuk


mengandung minyak tanpa adanya retakan.

Pada tahun 1861 Sterry Hunt menyatakan secara resmi Teori Antiklin

dalam suatu ceramah di Montreal, Canada dan dipublikasikan dalam suatu

majalah bernama Montreal Gazette pada tanggal 1 Maret 1861. I.C White
adalah ahli geologi pertama yang berani mendemonstrasikan kebenaran Teori

Antiklin unuk akumulasi minyak dan gas bumi, dan mendatangi suatu lapangan
dan menunjukkan lokasi pada struktur tersebut dengan berhasil.

Pada tahun 1889, E. Orton memeberikan suatu karya lengkap mengenai

geologi minyak dan gas bumi, dimana antara lain ia berkesimpulan bahwa
minyak bumi berasal dari zat organik. Pada tahun 1987 dimulailah pencarian

14

minyak bumi oleh perusahaan Southern Pacific Oil Company. Pada awal abad
ke-20, perusahaan minyak bumi Amerika Serikat telah mempunyai bagian
geologi sebagai Exploration Departement. Pada tahun 1917 para ahli geologi
Amerika mendirikan The American Association of Petroleum Geologist yang
mengkhususkan diri pada pencarian minyak dan gas bumi.

B. Perkembangan Metoda Eksplorasi Minyak Bumi


Menjelang abad ke-20, atau sekitar 50 tahun setelah penemuan sumber
minyak yang pertama di Amerik Serikat, sedikit sekali bantuan teknik yang
diberikan untuk penentuan lokasi pomboran. Minyak biasanya ditemukan

L
U KP
N P
H
AS

dengan membor dekat rembasan atau indikasi permukaan, malahan kadangkadang dilakukan pemboran secara membabi buta.

Pada tahun 1912, para ahli geologi mulai melakukan perpetaan singkapan

untuk penentuan tempat pemboran yang paling baik. Penelitian ini memberikan
hasil yang sangat menggembirakan dan dalam waktu beberapa tahun saja
sumber minyak telah dibor sampai kedalaman yang yang dapat dicapai oleh

alat pembor, sekitar 1000 sampai 1300 meter dengan menggunakan bor
tumbuk (cable tool).

Pada tahun 1921, metoda pemboran putar (rotary-drilling) pertama kali

dipergunakan di lapangan minyak Spindletop di Texas. Dengan ditemukannya


baja yang lebih baik, metode pemboran cara putar diperbaiki dan awal tahun

20-an cara ini merupakan metoda utama untuk pemboran sumur yang dapat
menjangkau 1500-2000 meter di bawah permukaan bumi.

Pada permulaan tahun 1920, para ahli geologi telah memulai metode

eksplorasi bawah permukaan. Pemboran inti dan penggalian sumur telah


digunakan untuk mencari lapisan penunjuk yang dapat dipetakan di bawah

permukaan. Paleontologi terutama mikropaleontologi digunakan untuk mencari


korelasi lapisan beberapa sumur. Adanya penelitian mengenai mineral berat di
bawah permukaan juga membantu mencari korelasi lapisan beberapa sumur.

Perkembangan paling penting dalam pencarian minyak bumi adalah

ditemukannya berbagai cara geofisika, yang oleh industri minyak Amerika mulai

dipergunakan pada pertengahan tahun duapuluhan. Metoda yang pertama kali


adalah metoda seismik refraksi yang dikembangkan oleh beberapa ahli jerman
pada tahun 1923 di New Mexico untuk memetakan suatu patahan (zona
15

patahan), tanpa memberikan hasil. Setelah dilakukan berbagai perbaikan


berhasillah mereka melokalisir suatu kubah garam yang pertama di daerah
Gulf-Coast pada tahun 1924. Setelah itu ditemukan juga banyak kubah lainnya
dalam waktu yang sangat pendek.
Pada tahun 1929 metoda seismik refleksi dikembangkan oleh para ahli
Amerika. Ternyata kedalaman tegak yang dapat dijangkau dengan cara ini
dapat mencapai ribuan kaki. Penggunaan cara ini memberikan hasil sangat
menakjubkan. Pada tahun 1923, bersamaan waktunya dengan dimasukkannya
cara seismik refraksi (bias), suatu prinsip pencarian minyak bumi yang lain
diimpor dari Eropa ke Amerika, yaitu metoda gravitasi. Alat yang dipergunakan

L
U KP
N P
H
AS

ialah neraca puntir (torsion balance), suatu penemuan Hongaria tahun 1890.

Ternyata metoda ini juga memberikan hasil yang besar dalam pencarian kubah
garam di daerah Gulf-coast, tetapi kurang berhasil untuk daerah pegunungan.
Gravimeter jenis lainnya dikembangkan di berbagai laboratorium Amerika
menjadi suatu alat yang cukup baik dan masih dipergunakan dewasa ini. Juga

pada permulaan tahun duapuluhan metoda magnetik dikembangkan. Metoda


tersebut ditemukan dan dikembangkan di Jerman dan ternyata merupakan
metoda yang sangat baik.

Pada tahun 1950 pertama kali helikopter dipergunakan untuk menunjang

explorasi seismik di Irian Jaya. Pada tahun 1958 pertama kali dilakukan
pemboran dengan menggunakan helikopter sebagai alat angkut, juga di Irian

Jaya, pada pemboran sumur Wapili di pulau Salawati. Pada tahun 1960 dimulai

explorasi seismik secara besar-besaran di lepas pantai. Dalam tahun 60-an


terjadi kemajuan luar biasa dalam penggunaan cara seismik. Pita rekaman

mulai digunakan untuk pencatatan. Metoda pengolahan data seismik secara


elektronik juga telah mulai menggunakan komputer. Menjelang akhir tahun 60-

an dikembangkan pula cara yang dinamakan penginderaan jauh (remote

sensing).

C. Perkembangan Industri Minyak Bumi di Indonesia

Perkembangan Industri Minyak Sebelum Perang Kemerdekaan

Minyak bumi telah dikenal rakyat Indonesia sejak abad pertengahan,

misalnya penggunaan minyak bumi oleh orang Aceh untuk memerangi armada
Portugis. Industri minyak bumi modern di Indonesia dimulai pada tahun 1871
yaitu usaha pemboran pencarian minyak bumi untuk yang pertama kali di Desa
16

Maja, Majalengka, Jawa Barat, oleh seorang pengusaha asal Belanda bernama
Jan Reerink. Namun usaha pemboran yang dilakukan di dekat suatu rembasan
akhirnya mengalami kegagalan.
Penemuan sumber minyak yang pertama di Indonesia ialah pada tahun
1883, yaitu dengan ditemukannya lapangan minyak Telaga Tiga dan Telaga
Said di dekat Pangkalan Brandan di Sumatera Utara oleh seorang Belanda
bernama A.G Zeijlker. Penemuan ini disusul oleh penemuan lain, yaitu
lapangan minyak di Pangkalan Brandan dan Telaga Tunggal. Pada waktu yang
bersamaan juga ditemukan lapangan minyak Ledok di Cepu, Jawa Tengah.
Minyak hitam di dekat Muara Enim di Sumatera Selatan, dan Riam Kiwa di

L
U KP
N P
H
AS

daerah Sanga-Sanga di Kalimantan. Penemuan sumber minyak Telaga Said


oleh A.G Zeijlker merupakan modal pertama bagi berdirinya suatu perusaaan
yang dewasa ini dikenal dengan nama Shell.

Menjelang akhir abad ke-19 terdapat 18 perusahaan asing yang

beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1902 didirikan suatu perusahaan terbatas


bernama Koninklijke Petroleum Maatschappij yang dimodali oleh penemuan

A.G Zeijlker di Sumatera utara tersebut. Kemudian perusahaan ini bergabung

dengan Shell Transport Trading Company dan dilebur menjadi satu perusahaan
yang dinamakan The Asiatic Petroleum Company atau Shell Petroleum

Company. Pada tahun 1907 didirikan Shell Group yang terdiri dari Bataafsche

Petroleum Maatschappij (BPM) dan Anglo Saxon.

Pada tahun 1912 perusahaan Amerika mulai masuk ke Indonesia dengan

mendirikan perusahaan N.V Standard Vacuum Petroleum Maatschappij yang

mempunyai cabang di Sumatera Selatan bernama Nederlandsche Koloniale

Petroleum Maatschappij (NKPM) yang setelah peran kemerdekaan berubah


menjadi P.T Stanvac Indonesia. Perusahaan ini menemukan lapangan minyak

Pendopo pada tahun 1921 di Sumatera Selatan yang merupakan lapangan


minyak terbesar di Indonesia pada saat itu.

Untuk mengimbangi perusahaan Amerika yang masuk pada saat itu,

pemerintah Belanda mendirikan perusahaan gabungan antara pemerintah dan


Bataafsche Petroleum Maatschappij, yaitu Nederlandsche Indische Aardolie

Maatschappij, yang setelah perang dunia II menjadi P.T Permindo dan


kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N Pertamina.

17

Pada tahun 1920 masuk dua perusahaan Amerika yang baru yaitu Standard
Oil of California dan Texaco, yang pada tahun 1930 membentuk Nederlandsche
Pacific Petroleum Mij (NPPM) dan sekarang telah mejelma menjadi P.T Caltex
Pasifik Indonesia. Perusahaan ini mengadakan eksplorasi secara besarbesaran pada tahun 1935 di Sumatera Tengah dan menemukan lapangan
minyak Sebangga pada tahun 1940 serta lapangan minyak Duri tahun 1941. Di
daerah konsesi perusahaan ini, tentara Jepang menemukan lapangan minyak
raksasa Minas pada tahun 1944 dan dibor kembali oleh Caltex pada tahun
1950.
Pada tahun 1935 untuk mengeksplorasi minyak bumi di Irian Jaya dibentuk

L
U KP
N P
H
AS

sebuah perusahaan gabungan antara BPM, NPPM, NKPM, dan satu anak
perusahaan diberi nama Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij (NNGPM)

dengan hak mengadakan eksplorasi minyak bumi selama 25 tahun. Pada tahun

1938 lapangan minyak klamono ditemukan, disusul dengan lapangan minyak

Wasian, Mogoi, dan Sele. Namun, perusahaan ini tidak berhasil menemukan
lapangan minyak yang berarti, dan pada tahun 1960 diserahterimakan kepada

perusahaan SPCO dan kemudian diambil alih oleh Permina pada tahun 1965.
Ini adalah perkembangan industri minyak sebelum perang kemerdekaan.
Sejarah Metoda Eksplorasi di Indonesia

Di Indonesia pencarian minyak dilakukan mula-mula oleh Bataafsche

Petroleum Maatschappij (BPM) yang pada waktu itu bernama Koninklijke. Pada

saat perusahaan ini mulai beroperasi di Indonesia disewanya dua orang ahli
geologi yaitu Dr. C. Porro dan Dr. C. Schmidt yang kemudian menjadi guru
besar dalam ilmu geologi di Brussel. Pada awalnya hanya dilakukan pemetaan

geologi permukaan dengan mengadakan eksplorasi di sepanjang sungai unuk


mencari singkapan, dan kemudian dilakukan pemboran. Para ahli geologi
membuat peta geologi berdasarkan singkapan, terutama peta sruktur, dan
kemudian dilakukan suatu prognase dan pemboran eksplorasi. Hingga perang

dunia I eksplorasi sampai beribu meter merupakan suatu hal yang luar biasa.
Pada tahun 1910 mulai dilakukan pemboran inti dan pada tahun 1918 dilakukan
pemboran spiral tangan. Pemboran geologi yang lebih dalam menggunakan
mesin berbahan bakar bensin.

18

Pada tahun 1920 metode baru mulai dimasukkan di Indonesia yaitu metode
geofisika. Metode geofisika yang pertama kali digunakan adalah metode
gravitasi dan metode seismik, kedua metode ini dilakukan oleh Bataafsche
Petroleum Maatschappij (BPM) dalam eksplorasi minyak bumi. Namun, secara
luas metode gravitasi digunakan di Indonesia pada tahun 1924 setelah berhasil
baik di Amerika dan penggunaan metode seismik dilakukan di Indonesia sejak
tahun 1937. Permulaan pemakaian log pertama kali dilakukan oleh Perusahaan
Schlumberger bersamaan dengan penerapan mikropaleontologi di Indonesia.
Metode pemetaan udara dilakukan pertama kali di Indonesia pada tahun
1932, yaitu di Sumatera Selatan dan kemudian di Sumatera Utara pada tahun

L
U KP
N P
H
AS

1934. Pemetaan dilakukan oleh angkatan darat Hindia-Belanda dengan skala 1

: 10.000. Pada tahun itu pula dilakukan pemetaan udara secara besar-basaran

di Kepala Burung, Irian Jaya. Pemetaan udara berlangsung dari tahun 19351937. Pemetaan udara sangat membantu dalam interpretasi geologi daerah
tersebut. Pemetaan udara berikutnya dilakukan pada tahun 1938 di Kalimantan.
Perkembangan Industri Minyak Setelah Perang Kemerdekaan

Pada revolusi fisik tahun 1945-1950 terjadilah pengambilalihan semua

instalasi minyak oleh Republik Indonesia. Pada tahun 1945 didirikan P.T

Minyak Nasional Rakyat yang pada tahun 1954 berubah menjadi Perusahaan
Tambang Minyak Sumatera Utara. Pada tahun 1957 didirikan P.T Permina oleh
Kolonel Ibnu Sutuwo yang kemudian menjadi P.N Permina pada tahun 1960.

Pada tahun 1959 Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij menjelma

menjadi P.T Permindo yang kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N Pertamin.

Pada waktu itu juga di Jawa Timur dan Jawa Tengah telah berdiri Perusahaan
Tambang Minyak Republik Indonesia yang kemudian menjelma menjadi P.N

Permigan dan setelah tahun 1965 dilikuidasi dan diambillah oleh P.N Permina.

Pada tahun 1961 sistem konsesi perusahaan asing dihapuskan dan diganti
dengan sistem kontrak karya.

Pada tahun 1964 perusahaan SPCO diserahkan kepada P.N Permina.

Tahun 1965 merupakan sejarah baru dalam perminyakan Indonesia dengan

dibelinya seluruh kekayaan Bataafsche Petroleum Maatschappij Shell oleh


P.N Permina. Pada tahun itu seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah

konsesi P.N Permina dan P.N Pertamin dan dimulainya sistem kontrak bagi
19

hasil (production sharing). Perusahaan asing hanya bisa bergerak sebagai


kontrakor saja dengan hasil produksi minyak dibagikan dan bukan dalam
bentuk pembayaran royalti.
Sejak tahun 1967 eksplorasi besar-besaran dilakukan oleh P.N Pertamin
dan P.N Permina baik di darat maupun di laut yang bekerja sama dengan
kontrakor asing. Tahun 1966 P.N Pertamin dan P.N Permina digabung menjadi
P.N Pertamina yang kemudian merupakan satu-satunya perusahaan minyak
nasional. Tahun 1969 merupakan tahun yang sangat penting karena
ditemukannya lapangan minyak lepas pantai (lapangan minyak Arjuna) di dekat
Pamanukan Jawa Barat dan tidak lama kemudian ditemukan pula lapangan

L
U KP
N P
H
AS

minyak Jatibarang oleh Pertamina. Pada tahun 1970 menyusul dengan


ditemukannya lapangan minyak Kasim di Irian Jaya di daerah yang ditinggalkan
oleh Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij (NNGPM) yang kemudian

ternyata merupakan sumur dengan produksi yang paling besar, yaitu 20.000
barel/hari.

II.3 PENUTUP

II.3.1 SOAL LATIHAN

Setelah mahasiswa memahami isi

materi ini diharapkan memberikan

tanggapan atau jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

1. Jelaskan pengertian minyak dan gas bumi serta keunikannya sebagai


salah satu sumber energy yang sangat penting bagi peradaban manusia.

2. Dalam pemanfaatan minyak dan gas bumi sebagai sumber energy yang
sangat penting ada pokok-pokok kebijakan yang harus diperhatikan,
jelaskan pokok-pokok kebijakan tersebut!

3. Uraikan apa yang anda pahami tentang sejarah perkembangan industry


minyak dan gas bumi khususnya tentang penkembangan eksplorasi
minyak bumi di Indonesia.

4. Cari satu contoh kasus eksplorasi yang dilakukan di wilayah Negara


Indonesia yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap

keberadaan Indonesia sebagai salah satu Negara penghasil minyak di


Asia Tenggara.

20

II.3.2 DAFTAR PUSTAKA


Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM
Press.
Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC.
Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi kedua jilid
satu, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Undang-Undang No. 44 Prp. Tahun 1960 Tentang : Pertambangan Minyak Dan

L
U KP
N P
H
AS

Gas Bumi

21

BAB III
HAKEKAT MINYAK DAN GAS BUMI
III.1 PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini diberikan sasaran umum yang hendak dicapai
dalam mempelajari materi ini yaitu untuk mengetahui hakekat dari minyak dan
gas bumi baik dari segi kimia maupun fisika dan mengetahui klasifikasi dari
minyak dan gas bumi. Adapun sasaran khusus yang hendak dicapai yakni :
Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang apa yang dimaksud

L
U KP
N P
H
AS

hidrokarbon baik dalam bentuk padat, cair maupun hidrokarbon gas


Mahasiswa mampu menyebutkan sifat-sifat fisika dan kimia dari
hidrokarbon atau minyak bumi

Pada materi ini sangat penting sekali adanya informasi awal yang dimiliki

oleh mahasiswa terkait materi yang akan dipelajari. Untuk itu mahasiswa pada

pertemuan sebelumnya ditugaskan mencari literature yang terkait dengan


materi.

III.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Minyak bumi adalah suatu bahan bakar yang terbuat dari fosil. Disebut

suatu bahan bakar fosil sebab dibentuk dari sisa binatang dan tumbuhan laut

kecil atau organisme-organisme yang telah punah berjuta-juta tahun yang lalu.
Ketika organisme tersebut mati, mereka tenggelam di dasar samudra. Di sini

mereka terkubur oleh lapisan-lapisan pasir dan lanau. Dari waktu ke waktu,

campuran organik ini mengalami tekanan yang sangat besar, dan panas yang

meningkat. Campuran dibuat dari atom karbon hidrokarbon dan hidrogen yang
akhirnya minyak memenuhi batuan seperti spons yang basah.

Tidak semua material organik berubah menjadi minyak. Pada kondisi

tertentu harus terdapat pada batuan oil-rich. Harus ada suatu perangkap batuan
penyerap yang mencegah minyak dari perembesan ke luar, perangkap seperti
tanah liat atau lempung misalnya. Di bawah kondisi - kondisi ini, hanya sekitar
dua persen dari meterial organik tersebut yang menjadi minyak.

Kebanyakan batuan reservoir adalah batugamping atau batupasir

dimana

minyak

terjebak. Minyak di dalamnya mungkin sama encer seperti

22

bensin atau kental seperti ter. Minyak bumi disebut sebagai sumber energi
nonrenewable

karena

memerlukan

waktu

berjuta-juta

tahun

untuk

pembentukannya. Kita tidak dapat membuat cadangan baru dari minyak bumi.
Minyak dan gas bumi yang merupakan senyawa hidrokarbon terdiri dari
unsur kimia sebagaimana tertera pada tabel III.1 berikut:
Tabel III.1: Susunan kimia minyak dan gasbumi dalam persen berat
Gasbumi

Aspal

Minyak mentah

(Levorsen)

(Levorsen)

(Levorsen)

(Purdy)

Karbon (C)

65 80

80 85

82.2 87.1

83 87

Hidrogen (H)

1 25

8.5 11

11.7 14.7

11 25

L
U KP
N P
H
AS

Unsur

Belerang (S)

Jejak 0.2

28

0.1 5.5

06

Nitrogen (N)

1 15

02

0.1 1.5

0 0.7

Oksigen (O)

0.1 4.5

0 0.5

Logam

0 0.1

Dari tabel diatas nampak bahwa, pada umumnya minyak bumi terdiri dari

80 hingga 85% unsur C atau karbon, 20 hingga 15% unsur H atau Hidrogen
sementara unsur lain seperti Oksigen, Nitrogen, Belerang, terdapat kurang dari
5% malah kadang-kadang kurang 1%.

Zat hidrokarbon merupakan senyawa yang beraneka ragam. Abraham

(1945) mengklasifikasikan zat hidrokarbon menjadi dua golongan yaitu bitumina

dan nonbitumina. Zat bitumina sering juga disebut sebagai petroleum. jadi ada
kesamaan pengertian antara petroleum dan zat bitumina, akan tetapi tidak
dengan zat hidrokarbon padat, pirobitumina dan lain-lain.

23

Kelarutan dalam karbon disulfida


Larut

tak larut

bitumina

Cairan

Nonbitumina

padat

Dapat dilumerkan

Lumer

Minyak bumi

tidak dapat dilumerkan

sukar dilumerkan`

Piro-bitumina
bebas oksigen

mengandung
oksigen

L
U KP
N P
H
AS

1. semua minyak bumi


2. semua rembesan minyak

aspal

Lilin mineral

aspalit

3. ozokerit
4. Lilin montan

7. Barmudez pitch 11.Gilsonit


8. Tabbyit
12. Grahamit

5. Hatcherrit
6. scheererit

9. Gilsonit cair
10. Argulit

pirobitumina
yang bersifat
aspal

14. Wurtzelit
13. Glance pitch 15. Elaterit
16. Albertit
17. Impsonit
18. Ingramit

Pirobitumina
yang bersifat
bukan aspal

19. gambut
20. Lignit
21. Batubara

Gambar III.1 Diagram Klasifikasi Hidrokarbon Alam (menurut H. Abraham,


1945)

Pembagian tersebut diatas sama sekali didasarkan atas kelarutan zat

hidrokarbon dalam CS2. Dalam hal petroleum, Herberg (1964) dalam

Koesoemadinata (1980) mendefenisikannya sebagai suatu campuran kompleks


yang terdiri dari zat hidrokarbon yang terdapat secara alam dan dapat berupa

cairan, gas atau padat seperti minyak mentah, gas alam serta aspal alam yang
komersil didalam industri minyak. Dapat dicatat disini bahwa istilah petroleum
dalam bahasa inggris menunjukkan suatu cairan yang biasanya sinonim

dengan minyak bumi. Tetapi menurut Levorsen (1956) dalam Koesoemadinata


(1980), istilah petroleum juga dipakai secara bersama dengan istilah bitumina

yang terdiri dari zat padat atau setengah padat yang biasanya terdiri dari
hidrokarbon berat seperti aspal, ter, albertit, gilsonit, dan lain-lain.

Dalam diagram Abraham (1945), hidrokarbon yang larut dalam

karbondisulfida
nonbitumina.

disebut

Bitumina

bitumina

sedangkan

yang

tidak

larut

disebut

dibagi menjadi yang bersifat cair dan bersifat padat.

24

Yang bersifat cair disebut sabagai petroleum atau minyak bumi yang terdiri dari
semua minyak mentah yang didapatkan dari sumur pemboran ataupun yang
keluar sendiri pada permukaan sebagai rembasan, sedangkan yang bersifat
padat terbagi menjadi dua bagian yakni yang mudah melumer dan yang sulit
melumer. Yang mudah melumer dibagi menjadi lilin mineral dan aspal
sedangkan yang sukar melumer terdiri dari apa yang dinamakan aspalit.
Golongan nonbitumina dibagi menjadi yang dapat dilumerkan dan yang
tak dapat dilumerkan. Yang tidak lumer disebut sebagai piro-bitumina yang
terbagi menjadi yang bersifat aspal dan yang bersifat non-aspal seperti
batubara muda, dan batubara. Termaksud juga dalam piro-bitumina adalah

L
U KP
N P
H
AS

karogen yang tidak lain daripada zat organik yang tidak larut dan terdapat
dal;am batuan sedimen yang secara pirolisis dengan temperatur yang yang
sangat tinggi menghasilkan hidrokarbon.

Diagram Abraham juga memperlihatkan bahwa disebelah kiri kadar

hidrogen dalam hidrokarbon paling tinggi, sedangkan makin kekanan makin

berkurang dan kadar oksigen bertambah. Selain itu juga indeks bias dari kiri

kekanan makin meningkat, sedangkan titik lebur dan keatsirian (volatility) serta

kesempatan untuk membakar secara cepat makin kekanan makin kurang. Dari

diagram tersebut jelaslah bahwa minyak bumi hanya merupakan sebagian


hanya saja dari berbagai jenis hidrokarbon yang terdapat dalam alam. Namun
demikian minyak bumi adalah hidrokarbon yang paling penting karena
jumlahnya yang paling banyak diantara hidrokarbon lainnya.

III.2.1 HIDROKARBON PADAT

Sebagaiana telah didiagramkan diatas, hidrokarbon padat terdiri dari

golongan bitumina dan nonbitumina. Golongan bitumina terdiri dari lilin mineral

antara lain ozokerit, lilin montan, hatcherit dan scheererit dan golongan aspal

antara lain bermudez pitch, tabbyit, gilsonit cair, dan argulit. kemudian golongan

aspaltit (yaitu zat yang sukar dilumerkan) antara lain gilsonit, grahamit, dan
glance pitch.

Golongan nonbitumina antara lain adalah pirobitumina yang terdiri atas

dua golongan yaitu pirobitumina aspal dan pirobitumina nonaspal. Golongan


pirobitumina aspal antara lain wurtzelit, eleterit, albertit, impsonit, dan ingramit

25

sedangkan pirobitumina non aspal antara lain batubara muda, gambut, lignit
dan batu bara.
Hidrokarbon yang bersifat padat biasanya terdapat bersamaan satu
dengan yang lain. Misalnya lilin mineral banyak terdapat di dalam Green River
Formation, yang mengandung zat koragen. Lilin mineral biasanya terdapat
dalam bentuk urat-urat, begitupun aspaltit dan gilsonit dan juga pirobitumina
non-aspal misalnya wurtzelit. Semua zat ini seolah-olah kelihatan sebagai zat
kimia yang merupakan hasil pemerasan serpih minyak dan kemudian
didesakkan secara paksa kedalam rekahan sehingga membentuk terbentuknya
yang sebenarnya daripada hidrokarbon padat tersebut. Termaksud dalam

L
U KP
N P
H
AS

bitumina padat ini ialah pasir-ter(tarsand) dan minyak serpih (oil shale).

Dibeberapa tempat didunia, misalnya Kanada sebelah barat dan di

Venezuela, terdapat berbagai lapisan pasir yang telah dijenuhi dengan


hidrokarbon yang sudah kental dan setengah aspal. Lapisan pasir ini meliputi

luas ribuan kilometer persegi serta puluhan meter ketebalan dan merupakan
cadangan minyak terbesar didunia. Namun hidrokarbon ini sukar sekali

dipisahkan dari pasir untuk dapat ditampung. Misalnya di Kanada sebelah


barat, didapatkan lapisan pasir yang disebut Athabasca tarsand (McMurray

Sand). Cadangan minyak atau hidrokarbon yang terkandung didalam pasir-ter


ini meliputi milyaran barrel. Dewasa ini karena keadaan krisis minyak, kesulitan

memprosesnya sudah dapat diatasi dengan cara menguntungkan. Dengan

pemanasan atau dengan distalasi destruktif, minyak bumi dapat dihasilkan dari
pasir ter. Juga pernah dipikirkan untuk menggunakan suatu ledakan nuklir
untuk membebaskan minyak dari tarsand yang padat ini. Cara terbentuknya
pasir-ter atau Athabasca tarsand yang padat ini tidaklah begitu jelas tetapi

diduga berasal dari minyak bumi yang dihasilkan dari rembasan dan terjadi
bersama-sama pengendapan pasir tersebut.

Serpih minyak atau oil-shale adalah suatu serpih yang mengandung zat

organik yang jika dipanaskan pada temperatur tinggi (diatas 400oC) dengan

akan mengurai dan kemudian menghasilkan hidrokarbon cair yang serupa

dengan minyak bumi. Zat organik yang menghasilkan minyak pada suatu
pemanasan atau distilasi yang sifatnya destruktif disebut juga suatu pirobitumina,

sebagaimana

telah

dikatakan

diatas dan nama lainnya adalah

26

kerogen. Suatu endapan serpih minyak yang terkenal adalah formasi Gren
River yang terdapat di Uinta-Basin, dinegara bagian Colorado, Utah dan
wyoming.

Serpih

yang

mengandung

karogen

ini

cukup

tebal

dan

penyebarannya sangat luas, sehingga memberikan cadangan minyak bukan


saja milyaran barrel tetapi sampai milyaran barrel. Kadar serpih minyak ini
hampir dapat mencapai 150 galon per ton, tetapi kebanyakan adalah antara 25
dan 50 galon per ton. Kerogennya sendiri bukanlah minyak bumi dan juga batu
bara, tetapi merupakan suatu zat yang mempunyai sifat diantara kedua
hidrokarbon tersebut. Kerogen pernah dikira sebagai zat induk minyak bumi,
tetapi pernah pula diperkirakan sebagai salah satu jenis hidrokarbon lain yang

L
U KP
N P
H
AS

tidak mempunyai hubungan atau mempunyai sedikit hubungan dengan minyak


bumi. Serpih minyak juga menghasilkan minyak bumi bebas dan dapat
dilarutkan oleh pelarut minyak seperti kloroform dan karbontetraklorida.

Susunan kimia dari pada kerogen adalah kira-kira karbon: 69-80%, hidrogen: 7-

11%, nitrogen: 1,25-2,5%, belerang: 1-8% dan oksigen: 9-17%. Dapat dicatat

bahwa perbedaan khas dengan minyak bumi adalah kadar oksigen dan
nitrogennya. Dibawah mikroskop, kerogen terlihat terdiri dari suatu masa zat

organik yang telah dihancurkan luluhkan, terutama sebagai bekas tumbuhan,

ganggang, spora, pollen, arpus, lilin dan lain-lain. Suatu serpih yang
mengandung kerogen dapat secara berangsur-angsur berubah tanpa kelihatan

menjadi batubara. Beberapa tempat lain dimana minyak serpih didapatkan

antara lain diJerman utara. Di daerah itu minyak serpih dikenal dengan sebutan
Kuchersicher.

III.2.2 HIDROKARBON CAIR


A. Hakekat Kimia

Minyak bumi merupakan zat paling penting diantara semua hidrokarbon

ataupun diantara semua bitumina. Susunan kimia minyak bumi tertera dalam

tabel 1. Jelas kelihatan disini bahwa minyak bumi terdiri dari 80 hingga 85%
Karbon dan selebihnya Hidrogen. Kadar Belerang dapat meningkat sampai 2%

misalnya pada minyak bumi Timur tengah, tetapi khususnya di Indonesia

terkenal dengan kadar Belerang rendah. Kadar zat Oksigen dan Nitrogennya
sangat rendah

dan

hanya

merupakan jejak saja. Walaupun minyak bumi

27

terutama hanya terdiri dari dua unsur yaitu karbon dan hidrogen, namun kedua
unsur ini dapat membentuk berbagai macam senyawa molekuler dengan rantai
panjang dan struktur lingkaran. Malah rantai yang terdiri dari pada C dan H
tersebut dapat bercabang-cabang ke berbagai arah dan dapat membentuk
berbagai macam struktur tiga dimensi. Dengan demikian C dan H ini dapat
membentuk molekul yang sangat besar dan jumlah karbon C dalam setiap
molekul dapat berjumlah puluhan bahkan secara teotitis bisa mencapai ratusan
bahkan ribuan. Sifat dari pada hidrokarbon untuk membentuk molekul yang
berlainan dengan susunan atau dengan rumus kimia yang sama disebut sifat
membentuk isomer.

L
U KP
N P
H
AS

Walaupun hidrokarbon dapat membuat isomer secara tidak terhingga,

namun ada aturan tertentu dalam cara pembuatan rantai panjang. Selain dapat
membuat rantai panjang dan struktur isomer, hidrokarbon juga dapat bersifat
jenuh dan tak jenuh. Yang dinamakan jenuh adalah jika salah satu valensinya

tidak diikat oleh atom hidrogen tetapi terdapat ikatan rangkap antara dua atau
tiga atom karbon. Contoh suatu hidrokarbon tidak jenuh adalah alken, yang
merupakan suatu ikatan valensi alkan. Misalnya etan dengan rumus C2H4,

karena dua valensi atom karbon diikat rangkap.

Ada beberapa aturan dalam susunan minyakbumi yang memudahkan

kita mempelajarinya, antara lain:

1. Pada umumnya minyak bumi hanya memperlihatkan susunan hidrokarbon


yang bersifat jenuh.

2. Hidrokarbon yang terdapat didalam bumi merupakan berbagai macam seri


homolog. Yang dimaksud dengan homolog adalah suatu seri susunan

hidrokarbon berdasarkan penambahan atom C membentuk suatu susunan


yang hampir sama akan tetapi rantainya menjadi lebih panjang ataupun
lingkarannya menjadi ruwet.

3. Dalam seri homolog biasanya terdapat beberapa keluarga homolog yang


disebut golongan isomer. Golongan ini biasanya terdiri dari rantai yang yang
menerus dari pada senyawa berbagai macam jenis minyak bumi. Anggota
pertama

dari

seri

homolog

selalu

terdapat

secara

lebih

banyak

terkonsentrasikan didalam minyak bumi dari pada anggota yang lebih besar

28

berat molekulnya. Malah pada beberapa minyak bumi anggota yang lebih
besar ini bisa hilang atau tidak ada sama sekali.
4. pada umumnya seri homolog dalam minyak bumi dapat dibagi menjadi dua
golongan besar, yakni:
a. I golongan asiklis atau alifat, juga disebut alkan atau parafin yang dibagi
menjadi 2 kelompok yakni seri parafin normal dan seri iso-parafin
b. II golongan siklis yang dibagi menjadi 3 kelompok yakni seri naften atau
siklo-parafin,

seri

aromat

dan

seri

aromat-sikloparafin-polisiklis

(termaksud kompleks aspal)


Analisa dan klasifikasi minyak bumi

L
U KP
N P
H
AS

1. Distalasi berfraksi, merupakan penyulingan serta pengembunan kembali


berbagai macam cairan yang mempunyai titik didih yang berbeda-beda.

2. Analisa Hemple

3. Indeks Korelasi dan klasifikasi dasar minyak bumi


Secara umum minyak bumi diklasifikasikan:

1. minyak bumi berdasar parafin (paraffin base) yang menghasilkan parafin


pada pendinginan

2. minyak bumi berdasarkan aspal (asphalt base), jika mengandung residu


aspal

3. minyak bumi berdasarkan peralihan (intermediate base)

B. Hakekat Fisika

Sebagaimana cairan lainnya, kuantitas minyak bumi diukur berdasarkan

volumnya. Khusus di Indonesia, ukuran yang dipergunakan adalah meter kubik


atau sering juga ton. sedangkan didunia perdagangan digunakan satuan barrel
yang setara dengan 159 liter.

Berat jenis atau gravitasi jenis

Salah satu sifat minyak bumi yang penting dan mempunyai nilai dalam

perdagangan adalah berat jenis atau gravitasi jenis. Berat jenis minyak bumi
atau dalam istilah dunia perdagangan dikenal dengan API Gravity minyak bumi

, sering menunjukkan kualitas minyak bumi yang mana makin kecil berat
jenisnya atau makin tinggi derajat API Gravitymya, minyak bumi itu semakin
berharga karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah

29

derajat APInya atau makin berat berat jenisnya , mutu minyak bumi itu kurang
baik karena lebih banyak mengandung lilin atau residu aspal.
Viskositas
Sifat penting lain dari pada minyak bumi adalah viskositasnya. Viskositas
merupakan daya hambatan yang dilakukan oleh cairan jika suatu benda
berputar pada cairan tersebut. Satuan viskositas adalah centipoise. pada
umumnya makin tinggi derajat API, makin ringan minyak bumi tersebut maka
makin kecil viskositasnya dan sebaliknya.
Titik Didih dan Titik Nyala
Titik didih minyak bumi berbeda-beda sesuai dengan gravitas APInya.

L
U KP
N P
H
AS

Kalau gravitasi API rendah, maka titik didihnya tinggi sedangkan kalau gravitasi
APInya tinggi maka titik didihnya rendah. Hal ini disebabkan karena minyak
bumi berderajat API rendah mengandung banyak fraksi berat (berat jenis tinggi)

dan dengan demikian titik didihnya tinggi sedangkan jika derajat APInya tinggi

maka lebih banyak mengandung fraksi ringan seperti bensin degan demikian
titik didihnya rendah.

Titik nyala adalah suatu titik temperatur dimana minyak bumi dapat

terbakar karena suatu percikan api. Makin tinggi gravitasi APInya titik didihnya

makin rendah, maka jelaslah flash-point juga makin rendah dan mudah dapat
terbakar karena percikan api.
Warna

Minyak bumi tidak selalu memperlihatkan warna hitam adakalanya malah

tidak berwarna sama sekali. Pada umumnya warna berhubungan dengan berat
jenisnya. Kalau berat jenisnya tinggi, warna jadi hijau kehitam-hitaman

sedangkan kalau berat jenisnya rendah warna jadi cokelat kehitam-hitaman.


Warna ini disebabkan karena berbagai pengotoran misalnya oksidasi senyawa

hidrokarbon karena senyawa hidrokarbon sendiri tidak memperlihatkan warna


tertentu.

Flurosensi

Minyak bumi memiliki sifat flurosensi yaitu jika terkena sinar ultra-violet

akan memperlihatkan warna yang lain dari warna biasa. Warna flurosensi

minyak bumi adalah kuning sampai kuning keemas-emasan dan kelihatan


sangat hidup. Sifat flurosensi ini sangat penting karena sedikit saja minyak bumi

30

terdapat dalam kepingan batuan atau dalam lumpur pemboran memperluhatkan


flurosensi secara kuat sehingga mudah dideteksi dengan mempergunakan
lampu ultra-violet.
Indeks refraksi
Minyak bumi memperlihatkan berbagai macam indeks refraksi dari 1.4
sampai 1.6. Perbedaan indeks refraksi tergantung dari derajat APInya atau
berat jenisnya. Makin tinggi berat jenis atau makin rendah derajat APInya akan
tinggi pula refraksinya dan sebalknya.

Aktivitas Optik

L
U KP
N P
H
AS

Kebanyakan minyak bumi memperlihatkan aktivitas optik, yaitu suatu

daya memutar bidang polarisasi cahaya yang terpolarisasi. Kisaran rata-rata


adalah dari 0 sampai 0.2o.
Bau

Minyak bumi ada yang berbau sedap dan ada pula yang tidak, yang

biasa disebabkan oleh p-engaruh molekul aromat. Umumnya minyak bumi yang
berasal dari Indonesia tidak berbau sedap oleh karena senyawa nitrogen
ataupun belerang.

Nilai Kalori

Nilai kalori m inyak bumi adalah jumlah panas yang ditimbulkan oleh satu

gram minyak bumi yaitu dengan meningkatkan temperatur satu gram air dari
3.5 derajat celcius dan satuannya adalah kalori .

III.2.3 HIDROKARBON GAS ATAUPUN GAS BUMI

Didalam reservoir gas bumi bisa terdapat sebagai larutan yang besar

dalam jumlah yang sangat sedikit sekali sampai meliputi 100% dari reservoir.
Berbagai jenis gas bumi diantaranya:

1. Gas bebas, yang merupakan fase bebas dari pada minyak bumi. Hanya
terdapat pada bagian atas dari reservoir yang terisi minyak bumi

2. Gas terlarut dalam minyak bumi. Karena gas dan minyak bumi adalah
hidrokarbon, maka wajarlah jika jumlah gas yang larut dalam minyak bumi

tergantung dari sifat kedua zat tersebut dan juga dari tekanan dan
temperatur didalam reservoir. Semua minyakbumi yang terdapat didalam

31

reservoir, mengandung gas dalam larutan dari hanya beberapa m3 hingga


ribuan m3. Untuk setiap m3 minyak bumi, jumlah gasbumi yang terlarut
didalamnya dinyatakan dalam jumlah sedikit saja, maka gas dapat
dipisahkan dari minyak segera setelah dihasilkan dari sumur pemboran,
dalam suatu alat yang dinamakan gas-separator dan kemudian dibakar.
Tetapi jika jumlahnya cukup banyak, gas tersebut dapat dipergunakan untuk
diperdagangkan ataupun dipompakan kembali kedalam reservoir.
Jika suatu reservoir tidak memperlihatkan topi gas bebas(gas cap), berarti
bahwa semua gas terdapat dalam larutan dan keadaan itu disebut tidak
jenuh, sedangkan kalau gas terdapat sebagai topi gas bebas diatas

L
U KP
N P
H
AS

reservoir, didapatkan suatu reservoir yang jenuh. Temperatur dan tekanan

pada waktu gas itu mulai keluar dari larutan disebut titik gelembung (bubble
point). Jika temperatur konstan, maka tekanan titik gelembung disebut titik

jenuh. Selain itu gas dapat juga larutv dalam air, dalam jumlah yang dapat
mencapai 20 m3 setiap m3 minyak pada tekanan 5000 psi.

3. Gas tercairkan, dibawah kedalaman 2000 meter biasanya keadaan reservoir


mempunyai temperatur dan tekanan yang tinggi, sehingga secarac fisik gas

dan minyak bumi tidak bisa dibedakan. Dalam keadaan demikian


didap[atkan reservoir kondestant.

Susunan Kimia Gas Bumi


Metan (CH4)

adalah hidrokarbon yang paling stabil dan merupakan

penyusun utama bumi. Selain itu terdapat juga hidrokarbon lainnya dalam

jumlah kecil seperti etan, propan, butan, pentan, heksan, dan dalam kasus
tertentu juga hekten , oktan, dan nonan. Hidrogen bebas jarang sekali

didapatkan dalam gas alam kecuali didaerah yang bersifat volkanik sedangkan

karbon monoksida dan gas yang tidak jenuh jarang sekali didapatkan. Metan
merupakan senyawa yang selalu terdapat didalamnya dan tidak dapat

dikondensasikan pada temperatur dan tekanan reservoir minyak, sedangkan

yang lainnya bisa didapatkan sebagai cairan.kerapatan gas bumi berkisar dari
0.554 (untuk metan) terhadap udara sampai lebih tinggi dari pada udara untuk

gas yang bersifat basah. Umumnya berkisar antara 0.6 sampai 0.90 jika
dibandingkan dengan udara.

32

Gas bumi juga dibagi atas gas kering danm gas basah tergantung dari pada
kadar cairan atau uap yang ikut didalamnya. Susunan kimia umum adalah
sebagai berikut:
1. Metan CH4, 82.3% (aktif)
2. Etan C2H6, 14.4% (aktif)
3. Karbon dioksida CO2, 0.5%
4. Nitrogen N, 2.8%
Pengotoran Dalam Gas
Pengotoran utama disebabkan oleh kadar Nitrogen, Karbondioksida, dan
Hidrogensul;fisa. juga helium dapat merupakan pengotoran yang terdapat

L
U KP
N P
H
AS

dalam jumlah yang relatif sangat kecil. jika kadar CO2 dan Nitrogen besar maka

gas tersebut mempunyai nilai yang lebih rendah karena juga nilai kalorinya
menjadi lebih rendah.

Helium merupakan gas ringan, tidak berbau, tidak berwana dan merupakan gas

mulia yang terdapat bersama-sama dengan gas alam pada keadaan temperatur
normal. Kadang-kadang didalam gas alam kadar helium cukup tinggi untuk

dapat diusahakan seperti yang didapatkan di AS yaitu dengan kadar berkisar

antara 1-8%, juga di Uni Sovyet ada kemungkinan gas tersebut didapat
bersama-sama dengan gas bumi.

Nitrogen, adanya kadar nitrogen yang tinggi dida;lam gas bumi mungkin sekali

merupakan sebagian udara yang terperangkap dengan sedimen. Sedikit sekali

dari nitrogen ini merupakan gas yang terbentuk dari zat organik sebagaimana
diperkirakan.

Hidrogensulfida, biasanya terdapat bersama-sama dengan gas bumi. gas ini

biasanya tidak berwarna dan memiliki bau yang tidak sedap. Gas bumi yang
mengandung Hidrogensulfida walaupun dalam jumlah kecil tidak baik untuk

dipergunakan sebagai bahan bakar umum, karena dapat meracuni dan


menyebabkan korosi dalam pipa.

Pemakaian Gas Bumi

Gas bumi dewasa ini diusahakan untuk tujuan komersil. Di massa

lampau gas bumi hanya dapat digunakan jika terdapat didekat daerah industri
atau diperkotan, melalui pip. Namun akhir-akhir ini dengan teknik pencairan,

33

terutama gas bumi yang mengandung molekul beratom C lebih besar sampai
C4-C5, dapat dimampatkan menjadi cairan yang disebut elpiji.
Berbagai Sifat Fisika Gasbumi
gas biasanya diukur dalam m3 atau kaki kubik dalam keadaan baku yaitu
pada temperatur 60.7oF dan tekanan 76 mmHg. Seringkali dipergunakan
temperatur 20oC. Volum gas biasanya dinyatakan dalam satuan ribuan yang
disingkat sebagai M.

III.3 PENUTUP
III.3.1 SOAL LATIHAN

L
U KP
N P
H
AS

1. Bila ditinjau dari segi kimianya, minyak dan gas bumi merupakan senyawa
hidrokarbon. Jelaskan apa maksudnya!

2. Sebagai agent of change, kita dituntut untuk mempelajari segala sesuatu


yang ada dibumi sehingga kita dapat memanfaatkannya untuk kehidupan

dimassa kini dan massa yang akan datang. Salah satunya adalah dengan

mempelajari tentang hakekat minyak dan gas bumi ini. Sejauh ini apa yang
anda pahami tentang hakekat minyak dan gas bumi.

III.3.2 DAFTAR PUSTAKA

Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1,
Penerbit ITB, Bandung.

Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi


Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, ITB Bandung.

Yohanes, M, 1991, Pengantar Geologi Dan Eksplorasi Minyak Dan Gas Bumi,
PPT MIGAS Cepu.

34

BAB IV
CARA TERDAPATNYA MINYAK DAN GAS BUMI
IV.1 PENDAHULUAN
Sebelum mambahas materi tentang cara terdapatnya minyak dan gas
bumi maka perlu dikemukakan beberapa sasaran yang hendak dicapai setelah
mempelajari materi ini, yaitu :
Mahasiswa mengetahui sekaligus memahami tentang beberapa prinsip
dasar yang menyangkut cara terdapatnya migas

L
U KP
N P
H
AS

Mahasiswa bisa menjelaskan tentang macam-macam rembesan minyak


yang terkait dengan struktur bawah permukaan

Mahasiswa memahami bagaimana proses akumulasi migas dan cara


terdapatnya dalam suatu reservoir minyak

Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip utama dalam reservoir migas


yang terkait dengan penjebakan minyakbumi.

Mahasiswa memahami tentang kerangka geologi penyebaran minyak


dan gasbumi.

Dalam rangka pencapaian sasaran belajar ini maka dianjurkan agar

mahasiswa mengacu pada pengetahuan dasar geologi, geologi struktur dan


membaca beberapa referensi yang ada kaitannya dengan materi ini.

IV.2 URAIAN MATERI PEMBELAJARAN

Pada dasarnya minyakbumi terdapat dalam dua cara utama yakni pada

permukaan bumi dan dalam kerak bumi. Berikut akan dibahas secara lebih
terinci.

IV.2.1 MINYAKBUMI PADA PERMUKAAN

Dibeberapa tempat demikian pula di Indonesia, minyakbumi di

permukaan ditemukan dalam bentuk rembesan (seep). Kadangkala rembesan

ini tidak mempunyai nilai ekonomi tetapi merupakan petunjuk yang sangat

penting bagi kemungkinan terdapatnya minyak di bawah permukaan.

Berdasarkan gejala timbulnya minyak di permukaan, dapat dibagi menjadi yang

masih aktif dan yang tidak aktif lagi (Koesoemadinata,1980). Termasuk kategori
masih aktif yaitu minyak keluar bersama-sama dengan air atau merembes
35

secara perlahan untuk kemudian membentuk suatu danau aspal, atau dapat
pula keluar secara aktif dari suatu gunung api lumpur. Sedangkan yang
termasuk tidak aktif lagi yaitu dapat berupa batu pasir yang dijenuhi oleh
bitumina yang merupakan residu penguapan fraksi ringan

dari suatu

minyakbumi. Selain itu terdapatnya hidrokarbon padat seperti wurtzelit, elaterit


dsb dapat diartikan sebagai rembesanyang tidak aktif lagi.
Link (1952) dalam Koesoemadinata (1980) memberikan suatu klasifikasi
berbagai macam rembesan yang dapat terjadi pada suatu daerah, yaitu :
Rembesan yang keluar dari homoklin dimana ujungnya telah tererosi
atau tersingkap akan tetapi lapisan minyaknya belum sampai pada

L
U KP
N P
H
AS

permukaan.

Rembesan minyak yang berasosiasi dengan lapisan dan formasi tempat


minyak tersebut terbentuk. Hal ini dikarenakan batuan induk (serpih
misalnya) pengalami penghancuran dan akan membebaskan minyak
dalam jumlah kecil sehingga indikasi dipermukaan sangat kecil.

Rembesan minyak dan gas yang keluar dari akumulasi minyak yang

besar dan telah tersingkap oleh erosi atau reservoirnya telah hancur
akibat patahan dan lipatan. Rembesan macam inilah yang biasanya
merupakan daerah rembesan yang terbesar di dunia.

Rembesan minyak sepanjang bidang ketidakselarasan. Untuk hal ini

mungkin terdapat banyak rembesan lain yang keluar atau memotong


suatu bidang ketidakselarasan yang kemudian menjadi jalan utama dan
alat pengumpul dari semua rembesan sehingga menjadi rembesan yang
cukup besar.

Rembesan yang berasosiasi dengan intrusi seperti gunung api lumpur,


interusi batuan beku atau penusukan oleh kubah garam. Rembesan

semacam ini bisa berasosiasi dengan reservoir yang telah hancur


dibawahnya bisa juga tidak.

Adanya rembesan minyak memang tidak mutlak menunjukkan akan adanya

reservoir dibawahnya. Namun bagaimanapun juga adanya rembesan harus


diperhatikan dari segi eksplorasi dan eksploitasi minyakbumi karena paling
tidak mengidikasikan bahwa batuan sedimen di daerah tersebut mampu
membentuk minyakbumi, hanya saja harus dipelajari strukturnya lebih jauh.

36

Selain itu puls adanya rembesan mungkin berasosiasi dengan suatu reservoir
minyak dibawahnya yang mengalami kebocoran.
Pentingnya rembesan minyak dalam cekungan minyakbumi dapat terlihat
dari kenyataan bahwa cekungan sedimen penghasil minyak di dunia ini hampir
semuanya ditandai dengan adanya rembesan.

IV.2.2 MINYAKBUMI DALAM KERAK BUMI


Minyakbumi dalam kerak bumi biasanya didapati dalam lapisan berpori.
Dari segi jumlah maka bisa ditemukan sebagai jejak-jejak (minor occurrences)
dan juga ditemukan sebagai suatu akumulasi. Sebenarnya minyakbumi atau

L
U KP
N P
H
AS

hidrokarbon didapatkan pada berbagai macam formasi atau lapisan sebagai


tanda-tanda minyak atau hidrokarbon dalam jumlah sedikit (minor showing).

Tanda itu biasanya ditemukannya minyak bersama-sama dengan air terutama


air asin. Terkadang juga minyakbumi ditemukan didalam lapisan yang bukan
reservoir misalnya pada lapisan serpih atau batuan lainnya.

Tanda-tanda minyak yang dalam jumlah sedikit biasanya didapat pada

saat melakukan pemboran, dan ini mengandung arti penting bahwa lapisan
tempat terdapatnya tanda-tanda itu paling tidak pernah mengandung minyak.

Atau ada kemungkinan besar lubang bor yang menembus lapisan yang
mengandung minyak sedikit itu terdapat didekat atau pinggiran suatu akumulasi
minyak yang penting.

Adanya tanda-tanda minyak yang sedikit atau bisa menunjukkan adanya

akumulasi yang komersil bisa diteliti lebih lanjut dari lumpur pemboran dan dari

serbuk pemboran. Suatu lapisan reservoir yang mengandung minyak dapat


disebut komersil jika dari lapisan tersebut minyak dapat diproduksikan secara
menguntungkan. Hal ini ditentukan oleh berbagai factor ekonomi dan geologi.

IV.2.2.1

KEADAAN DAN CARA TERDAPATNYA MINYAKBUMI DALAM


RESERVOIR

Berbicara mengenai keberadaan minyakbumi dalam kerak bumi tentu

saja tidak lepas dari apa yang disebut dengan reservoir minyak. Suatu

akumulasi minyak selalu terdapat di dalam suatu reservoir. Suatu reservoir

haruslah tertutup pada bagian atas dan pinggirnya oleh lapisan penutup dan
kemudian berbentuk perangkap. Suatu perangkap sebetulnya tidak lain

37

daripada suatu tempat fluida tetapi karena hokum hidrostatika dank arena
asosiasinya dengan air maka bentuk wadah ini tidaklah terbuka ke atas tetapi
terbuka ke bawah. Bentuk perangkap yang terbuka ke bawah ini bisa dengan
berbagai macam cara yakni :
Terbuka seluruhnya ke bawah sebagaimana didapatkan pada perangkap
struktur misalnya pada sumbu antiklin
Setengah terbuka ke bawah misalnya suatu perangkap stratigrafi dimana
hanya sebagian saja dari bagian bawah perangkap tersebut terbuka
Tertutup sama sekali misalnya jika batuan reservoir sangat terbatas
penyebarannya sehingga berbentuk suatu lensa.

L
U KP
N P
H
AS

Batas bawah suatu akumulasi minyak tentu merupakan suatu permukaan air
yang mendorong minyak ke atas dan memojokkan minyak tersebut untuk tetap

berada dalam perangkap. Meskipun sifat komersil sangat tergantung pada

kondisi ekonomi serta kemajuan teknologi namun beberapa factor geologi juga

sangat menentukan ekonomis tidaknya suatu akumulasi minyakbumi. Faktorfaktor geologi tersebut antara lain :

Tebal lapisan reservoir, makin tebal tentu makin besar pula kemungkinan
untuk mendapatkan produksi yang besar sehingga kolom minyak yang
akan didapatkan juga menjadi lebih besar

Tutupan (closure), berlaku untuk perangkap struktur. Disini tutupan

berarti kolom minyak maksimal yang mungkin didapatkan dalam suatu

perangkap. Jika tutupan itu rendah atau sangat terbatas maka jumlah
minyak yang terkumpul juga sangat terbatas.

Penyebaran batuan reservoir. Jika batuan reservoir terbatas pada bagian


kecil perangkap maka hal ini tidak terlalu menguntungkan untuk
terdapatnya akumulasi yang sifatnya komersil

Porositas dan permeabilitas efektif, kedua sifat ini merupakan hal yang
sangat penting bahkan merupakan sifat khas dari batuan reservoir.

Besar kecilnya porositas menentukan besar kecilnya jumlah cadangan,


sedangkan besar kecilnya permeabilitas menentukan besar kecilnya
jumlah minyak yang dapat dikeluarkan.

Selain apa yang telah diuraikan maka unsure lain yang juga
mempengaruhi ada tidaknya minyakbumi adalah migrasi, waktu igrasi,
akumulasi, waktu akumulasi, batuan induk serta mulajadi.
38

Keadaan dalam reservoir dapat diketahui berdasarkan pada beberapa


interpretasi daripada :

Fluida yang diperoleh dari inti pemboran

Contoh fluida dari dasar pemboran

Contoh fluida dari permukaan sumur yang sedang diproduksikan

Studi sejarah produksi dari satu atau lebih sumur misalnya


penurunan tekanan reservoir, peningkatan atau penurunan produksi.

Dalam menginterpretasi dan mengevaluasi semua data tentu saja dapat


menimbulkan berbagai persoalan misalnya perbedaan temperature permukaan

L
U KP
N P
H
AS

dan reservoir, terjadinya berbagai pengotoran dan reaksi lainnya yang timbul
karena semua perubahan tersebut. Namun dari semua data hubungan fluida di

dalam reservoir dapat diperkirakan secara meyakinkan dan yang penting


diantaranya adalah mengenai penyebaran air, minyak dan gas di dalam
reservoir tersebut. Dan tak kalah pentingnya untuk diketahui adalah peranan air
terutama sifat dari air formasi.

Penyebaran vertical daripada air, gas dan minyak ditentukan oleh sifat

fasa tersebut, antara lain :

Berat jenis, ini sangat dipengaruhi oleh kadar garam yang terlarut

didalamnya. Susunan kimia zat terlarut sangat mempengaruhi berat jenis


air. Berat jenis air formasi berkisar dari nilai 1,0 untuk air yang sangat
tawar sampai 1,140 untuk air formasi yang mengandung 210.000 ppm

garam. Berat jenis minyakbumi dapat berkisar dari 0,6 1,0 biasanya

kurang dari 1,0. Berat jenis (specific gravity) gas biasanya dinyatakan

sebagai perbandingan terhadap kerapatan jenis (density) udara. Berat


jenis gas berkisar 0,061 0,965. Berat jenis gas jauh lebih kecil dari
minyakbumi.

Daya larut masing-masing fluida/gas

Gas dapat larut dalam air dan daya larut gas rata-rata 20 kaki kubic
setiap barrel pada tekanan 5000 psi. Daya larut gas dalam minyakbumi

lebih besar lagi dan biasanya berkisar dari beberapa kaki kubik sampai
ribuan kaki kubik untuk setiap barrel. Daya larut gas dalam minyak

ataupun air sangat tergantung daripada tekanannya, lebih besar tekanan


lebih besar pula daya larutnya sampai dicapai suatu titik penjenuhan.

39

Sebagai akibat sifat masing-masing jenis fluida maka pada umumnya


dalam reservoir terdapat suatu stratifikasi daripada air, minyak dan gas.
Kapilaritas,

besaran

tekanan

kapiler

tergantung

dari

tegangan

permukaan dan juga dari pelengkungan bidang permukaannya. Derajat


pelengkungan daripada permukaan lengkung tersebut tergantung dari
besar kecilnya pori batuan dan juga dari jenis fluida yang ada.Tekanan
kapiler didapatkan jika dua fluida yang tidak dapat larut berada dalam
persentuhan, hubungan tekanan kapiler ini dinyatakan dalam pengertian
tegangan permukaan, sudut sentuh dan radius daripada pipa kapiler.
2 . cos
r

dimana Pc = tekanan kapiler

L
U KP
N P
H
AS

Pc

= tegangan permukaan

= sudut kontak permukaan air-minyak


r = radius efektif pipa kapiler

Dalam keadaan pori jenuh air dan adanya tekanan kapiler maka untuk
dapat masuknya gas atau minyak ke dalam pori-pori diperlukan suatu

tambahan tekanan yang dinamakan tekanan masuk (entry pressure) dan


tekanan penggeseran (displacement pressure).

Penjenuhan masing-masing fluida dalam batuan reservoir, di dalam


suatu reservoir jarang sekali minyak terdapat 100 % menjenuhi lapisan

reservoir.Biasanya air terdapat sebagai interstitial water yang berkisar


dari beberapa persen sampai kadang-kadang lebih dari 50 % tetapi

biasanya antara 10 30 %. Besarnya penjenuhan air didalam reservoir

minyak menentukan dapat tidaknya lapisan minyak itu diproduksikan.

Penjenuhan air dinyatakan sebagai Sw (water saturation). Jika Sw lebih

besar dari 50 % minyak masih dapat keluar akan tetapi pada umumnya
harus lebih kecil dari 50 %.

Tekanan reservoir minyak dan gas bumi terutama ditentukan oleh


kedalamannya, makin dalam makin tinggi temperaturnya. Dilain fihak
nilai dari temperature ini ditentukan oleh gradient panasbumi. Gradien
panasbumi didefinisikan sebagai perbandingan antara temperature

formasi dikurang dengan temperature permukaan tahunan rata-rata


dibagi dengan kedalaman.

40

IV.2.3 KERANGKA GEOLOGI PENYEBARAN MINYAK DAN GASBUMI


Pada kenyataannya minyak dan gasbumi selalu didapatkan dalam
cekungan sedimen. Secara geologi, permukaan bumi ini dapat dibedakan
antara perisai dan cekungan sedimen. Perisai biasanya terdiri dari batuan beku
dan metamorf dan pada umumnya berumur Pra-kambrium. Didaerah ini tidak
didapatkan minyak dan gasbumi. Diantara semua perisai didapatkan cekungan
sedimen yang secara klasik dibedakan menjadi geosinklin, daerah epi-kontinen
dan daerah paparan kontinen.
Geosinklin ialah suatu cekungan yang memanjang dimana lapisan sedimen
yang sangat tebal diendapkan secara cepat dan akhirnya menghasilkan struktur

L
U KP
N P
H
AS

pelipatan yang ketat dan rumit seperti pegunungan Alpina dan Himalaya. Di
daerah seperti ini minyak jarang sekali ditemukan karena struktur yang ruwet
dan sedikit banyak daerah ini diintrusi batuan beku.

Daerah epi-kontinen yang disebut miogeosinklin terletak diantara geosinklin

dan perisai benua dan merupakan juga daerah dimana sedimen tebal terjadi,

tetapi tidak terlipat secara kuat. Daerah semacam inilah yang merupakan
cekungan yang paling kaya akan kandungan minyakbumi.

Daerah paparan kontinen merupakan daerah dimana lapisan sedimen tidak

terlalu tebal dan juga merupakan daerah yang kaya akan minyak. Secara
tektonik jarang sekali minyakbumi didapatkan di dalam rangkaian pegunungan
yang terlipat ketat apalagi pegunungan yang diintrusi oleh batuan beku.
Kebanyakan minyakbumi ditemukan pada daerah yang bersifat landai atau
yang tidak berstruktur sama sekali, misalnya pantai timur sumatera dan Jawa,
daerah dataran rendah Iran dan Irak dsb.

IV.3 PENUTUP

IV.3.1 SOAL LATIHAN

Setelah membahas materi yang berkaitan dengan cara terdapatnya minyak

dan gasbumi maka mahasiswa diminta memberikan jawaban atau ulasan


tentang pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

1. Jelaskan bagaimana keterdapatan minyak dan gasbumi sebagai oil show


dan akumulasi komersil.

41

2. Kita ketahui bahwa rembesan minyakbumi tidak lepas dari kondisi


geologi dari suatu daerah tertentu. Jelaskan jenis-jenis rembesan
minyakbumi tersebut.
3. Jelaskan prinsip utama dari cara terdapatnya minyak dalam suatu
reservoir.
4. Apa yang dimaksud reservoir, lapangan minyak dan daerah minyak.
5. Diketahui bahwa keberadaan minyak dalam suatu jebakan sering
bersama air dan gas, dimana penyebaran vertical dari ketiga macam
fasa ini ditentukan oleh sifat fasa tersebut. Jelaskan sifat-sifat fasa yang

L
U KP
N P
H
AS

dimaksud.

IV.3.2 DAFTAR PUSTAKA

Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of


Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy.

Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1,
Penerbit ITB, Bandung.

Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.

Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi


Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, ITB Bandung.

42

BAB V
BATUAN RESERVOIR
V.1 PENDAHULUAN
Dalam mempelajari materi tentang batuan reservoir ini sasaran umum
yang hendak dicapai ialah agar mahasiswa mempunyai pemahaman yang luas
tentang peranan batuan reservoir dalam hal cara terdapatnya minyak dan gas
bumi. Adapun sasaran khususnya yaitu :
1. Agar

mahasiswa

mengetahui

pengertian

batuan

reservoir

serta

L
U KP
N P
H
AS

kaitannya dengan porositas dan permeabilitas


2. Agar mahasiswa memahami karakteristik serta jenis dari batuan
reservoir

Dalam pembahasan materi ini ada beberapa hal penting yang akan

mempermudah mahasiswa dalam memperoleh pemahaman tentang batuan

reservoir misalnya adanya sampel batuan yang akan membantu dalam proses

identifikasi masalah porositas dan jenis-jenis batuan reservoir. Untuk keperluan


tersebut mahasiswa diharapkan mencari informasi tentang jenis-jenis batuan

reservoir misalnya dengan mencari gambar-gambar tentang batuan reservoir.


Sampel batuan bisa diperoleh dari laboratorium geofisika.

V.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Sebelum membahas masalah batuan reservoir, kita membahas dulu

tentang batuan secara umum. Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan
lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan
tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati

langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui
dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa
daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain.

Petrologi adalah ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi,

yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan,


dan sejarah geologinya. Secara genesa, batuan dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:

43

Batuan beku (igneous rock), yaitu batuan yang terbentuk sebagai hasil
dari kumpulan mineral-mineral silikat hasil penghabluran magma yang
mendingin (Walter T Huang, 1962). Berdasarkan teksturnya batuan beku ini
bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan
antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya.
Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang
relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar.
Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang
sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya
terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat

L
U KP
N P
H
AS

letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya


adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.

Granit

Gabbro

Gambar V.1 Contoh batuan beku

Batuan sedimen (sedimentary rock), yaitu batuan yang terjadi akibat


lithifikasi dari hancuran batuan lain (detritus) atau lithifikasi dari hasil reaksi
kimia tertentu (Pettijohn, 1964). Lithifikasi adalah proses terubahnya

material pembentuk batuan yang bersifat lepas (unconsolidated rock forming


materials) menjadi batuan yang kompak (coherent rock).

Gambar V.2 Proses ternetuknya batuan sedimen

44

Batuan sediment bisa digolongkan lagi menjadi beberapa bagian


diantaranya batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan batuan
sediment organik. Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses
pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi.
Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran
lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan
penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan
induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya batu
konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sediment kimia terbentuk
melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi

L
U KP
N P
H
AS

batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit


dan batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan

sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source)
atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batugamping
terumbu.

Batuan metamorf (methamorphic rock), yaitu batuan yang berasal dari

batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral

pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika tekanan,


temperatur, atau tekanan dan temperatur (HGF Winkler, 1967 dan 1979).

V.2.1 BATUAN RESERVOIR

Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas

bumi. Adapun unsur-unsur suatu reservoir minyak bumi adalah :

1. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak dan
gas bumi. Biasanya batuan ini berpori dan berongga.

2. Lapisan Penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan yang tidak permeabel atau
lulus minyak.

3. Perangkap reservoir (reservoir trap), adalah suatu unsur pembentuk

reservoir yang bentuknya sedemikian rupa sehingga lapisan beserta


penutupnya merupakan bentuk konkav kebawah dan menyebabkan minyak

dan gas bumi berada di bagian atas reservoir. Bentuk perangkap ini sangat

ditentukan oleh cara terdapatnya minyak bumi, yaitu selalu berasosiasi


dengan air dimana air memiliki berat jenis jauh lebih tinggi.

45

Pengertian Batuan Reservoir, Porositas, dan Permeabilitas


Pada hakikatnya setiap batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir
asal mempunyai kemampuan untuk minyimpan dan melepaskan minyak bumi.
Dalam hal ini batuan reservoir harus memiliki porositas yang meberikan
kemampuan untuk menyimpan; juga kelulusan atau permeabilitas, yaitu
kemampuan untuk melepaskan minyak bumi itu. Jadi secara singkat, dapat
disebutkan bahwa reservoir harus berongga rongga dan berpori-pori yang
berhubungan.
Perbedaan antara porositas dan permeabilitas ialah porositas menentukan
jumlah cairan yang terdapat sedangkan permeabilitas menentukan jumlahnya

L
U KP
N P
H
AS

yang dapat diproduksi. Suatu batuan reservoir dapat juga bertindak sebagai
lapisan penyalur aliran minyak dan gas bumi ke tempat minyak bumi tersebut

keluar batuan induk ke tempat berakumulasinya dalam suatu perangkap.


Bagian suatu perangkap yang mengandung minyak atau gas disebut reservoir.
Porositas

Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga-rongga pori

terhadap volum total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan


dalam persen dan disebut porositas.
=

Porositas biasanya berkisar antara 5 sampai 40 %. Porositas 5 % biasanya

disebut porositas tipis (marginal porosity) dan umumnya bersifat nonkomersiil.

Secara teoritis porositas tidak bisa lebih dari 47,6 %, yang berlaku untuk
porositas jenis intergranuler.

Misalkan dalam kubus / batuan terdapat 8 buah bola penuh sehingga isi seluruh
butiran dalam kubus adalah :

Dengan jari-jari butir bola = r

Isi setiap bola =

Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, yaitu :

46

1. Di Laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hukum


Boyle : gas digunakan sebagai penggganti cairan untuk menentukan
volum pori tersebut.
2. Dari Log Listrik, log sonik dan log rarioaktivitas.
3. Dari log kecepatan pemboran.
4. Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopi.
5. Dari hilangnya inti pemboran.

Skala Visuil Pemberian Porositas


Di lapangan bisa kita dapatkan perkiraan secara visuil dengan mengunakan

L
U KP
N P
H
AS

peraga visuil. Penentuan ini bersifat semi kuantitatif dan dipergunakan suatu
skala sebagai berikut :

0 5 %, dapat diabaikan (negligible)


0 10 %, buruk (poor)

10 15 %, cukup (fair)

20 20 % baik (good)

20 25 %, sangat baik (very good)


>25, istimewa (exelent).

Permeabilitas

Permeabilitas adalah suatu sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan

cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk


atau kerangka batuan tersebut.

Defenisi permeabilitas dapat ditulis dalam persamaan :

Dimana

dinyatakan

dalam

centimeter

per

sekon,

dalam

(permeabilitas), viskositas m dinyatakan dalam sentipoise, dan

darcy

adalah

gradien hidrolik yang dinyatakan dalam atmosfer per centimeter.


Cara penentuan permeanbilitas adalah :

1. Dengan Permeameter, suatu alat pengukur yang menggunakan gas.


2. Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran.
3. Dari kecepatan pemboran.

47

4. Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang.


Secara perkiraan dilapangan dapat juga dilakukan pemerian semikuantitatif
sebagai berikut :
1. Ketat (tight), kurang dari 5 md (milidarcy).
2. Cukup (fair), antara 5 10 md.
3. Baik (good) antara 10 sampai 100 md
4. Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md
Permeabilitas Relatif dan Efektif
Permeabilitas tergantung pada ada tidaknya cairan ga di dalam rongga

L
U KP
N P
H
AS

yang sama. Sebagai contoh misalnya saja adanya air dan minyak. Gambar
dibawah ini memperlihatkan permeabilitas relatif.

Gambar V.1 Grafik permeabilitas relative dengan perbedaan

penjenuhan air dan minyak (Lavorsen, 1958 dalam


Koesoemadinata,1980)

Gb.1 Grafik

Penjenuhan air diperlihatkan pada absis dan dinyatakan dalam persen

air, koordinat menunjukkan fraksi permeabilitas dari pada fluida yang


bersangkutan terhadap keadaan jika seluruh batuan tersebut dijenuhi oleh

cairan tersebut itu saja. Hal ini juga jelas sama untuk kehadiran gas dan minyak
(gambar 4.2). Jika penjenuhan minyak kurang dari 40 %, maka minyak sama
sekali tidak bisa bergerak dan hanya gas saja yang dapat bergerak.

48

L
U KP
N P
H
AS

Gambar V.2 Grafik memperlihatkan relatif dengan perbedaan


penjenuhan gas dan minyak (Lavorsen,1958 dalam

Hakekat Rongga Pori

Dilihat dari segi asal terjadinya, rongga rongga pori dapat dibagi menjadi

dua jenis yaitu :

1. Pori Primer (rongga primer), atau disebut juga antar-butir (inter granula).
2. Pori Sekunder atau pori yang dibentuk kemudian.

Pori sekunder disebut juga pori terinduksikan, yang berarti porositasnya


dibentuk oleh beberapa gejala dari luar, seperti gejala tektonik dan pelarutan.

Porositas primer dibentuk pada waktu batuan diendapkan, jadi sangat


tergantung dari faktor sedimentasi.

Berbagai faktor yang mempengarughi besar-kecilnya pori-pori adalah :

a. Besar Butir, besar butir mempengaruhi ukuran pori-pori, tetapi tidak sama

sekali tidak mempengaruhi porositas total daripada batuan, setidak-tidaknya


untuk pasir kasar ataupun halus.

b. Pemilahan, Pemilahan (shorting) adalah cara penyebaran berbagai macam

besar butir. Misalnya jikas sedimen itu dei=endapakan dalam arus sedimen

yang kuat maka pemilahannya akan lebih baik dan dengan demikian
memberikan besar butir yang sama.

49

L
U KP
N P
H
AS
Gb V.3 Pengaruh pemilahan dan matrix terhadap porositas dan permeabilitas dalam greywacke

c. Bentuk dan Kebundaran Butir, bentuk suatu butiran klastik didefenisikan


sebagai suatu hubungan terhadap suatu bola yang dipakai sebagai standar,
sedangkan kebundaran

didasarkan terhadap suatu ketajaman

atau

penyudutan daripada pinggiran butir.

d. Penyusutan Butir, Penyusitan butir adalah pengaturan kepadatan daripada

susunan bola butir satu terhadap yang lainnya. Penyusutan butir sangat
mempengaruhi porositasnya. Butiran yang berbentuk bola dan seragam

akan memberikan angka porositas 47,6 % untuk penyusutan kubus yang


paling terbuka, dan 25, 9 % untuk penyusutan rhombohedral. Seperti pada
gambar dibawah ini.

Gb V.4 Pengeruh susunan butir terhadap


porositas

50

e. Kompaksi dan Sementasi, Kompaksi dan sementasi juga mempengaruhi


besar kecilnya rongga-rongga yang ada, dan pada umumnya memperkecil
atau menyusutkan pori-pori yang telah ada. Kompaksi akan menebabkan
penyusutan yang lebih ketat sehingga sebagian rongga-rongga akan hilang.

Batuan Reservoir Klastik Detritus Batupasir


Dua macam batuan yang penting uantuk bertindak sebagai reservoir adalah :
Batupasir dan Gamping atau karbonat. Pada Gambar berikut memprlihatkan
bahwa 60 % daripada reservoir minyak terdiri daripada batupasir, 30 % terdiri

L
U KP
N P
H
AS

dari pada batuan gamping dan sisanya batuan lainnya.

1.

Jenis jenis Klastik Detritus

Adapun batuan yang termasuk jenis-jenis

klastik Detritus yaitu Batupasir, Konglomerat


dan detritus kasar, Batu Lanau. Jenis batuan
tersebut dapat sebagai batuan reservoir.

Batupasir merupakan reservoir yang paling


penting dan yang paling banyak di dunia ini, 60

% daripada semua batuan reservoir adalah

batupasir. Konglomerat dan detritus kasar


juga bisa menjadi sebagai batuan reservoir.

Jelas juga, bahwa makin kasar batuan tiu, poriporinya

makin

besar

dan

kerenanya

permeabilitasnya menjadi lebih baik. Batu

Gambar V.5 Diagram yang memperlihatkan


perbandingan berbagai jenis Batuan
reservoir sebagai cadangan minyak
bumi

lanau juga kadang-kadang bertindak sebagai

reservoir. Tapi karena besar butirnya yang

halus maka permeabilitasnya kurang begitu baik.

2. Fasies, Bentuk dan Ukuran Tubuh Batupasir.

Pada umunya kita dapatkan tiga macam fasies yaitu :

1. Batu pasir yang diendapkan sebagai endapan sungai (fluviatil)

2. Batu pasir yang diendapkan dalam lingkunagn campuran atau dekat


pantai.

51

3. Batu pasir Marine yaitu bastu pasir yang diendapkan dalam laut misalnya
batupasir pparan, lensa pasir neritik dan turbidit.
Ukuran dan Bentuk : Ukuran suatu lapisan reservor dapat dinyatakan dalam
tebal dan luas. Tebal uatu lapisan reservoir, baik lapisan itu batupasir maupun
batu gamping, dapat berkisar antara 1,5 sampai 500 meter. Berbagai paenulis
telah

membuat

penggolongan

ukuran

serta

bentuk

abtuan

reservoir.

Penggolongan Krynine (1940) didasarkan atas perbandingan lebar atau luas


terhadap tebal atau kira-kira luas berbanding volume. Ini merupakan bentuk 2
dimensi yaitu :
1. Pasir Lapoisan Selimut (Blanket sand, sheet sand), jika perkiraan luas

L
U KP
N P
H
AS

(lebar) lapisan reservoir terhadap volume(tebal) lebih besar dari 1000 : 1

2. Tabuler, Jika perbandingan luas (lebar) berbanding volume (tebal)


diantara 50 : 1 sampai 5 : 1.

3. Prima, jika perkiraan luas (lebar) bernbanding volume (tebal) di antara


50: 1 sampai 5 : 1

4. Tali sepatu (shoe-string sand), jika lebar terhadap tebal adalah 5 : 1 atau
lebih kecil lagi.

Klasifikasi berikutnya adalah oleh Rich (1923) dan Potter (1962). Kedua penulis
ini membedakan :

1. Tubuh batupasir yang sama sisi, sebagai contoh misalnya lapisan

selimut (balnket) atau sheet (lembaran), dan menurut penulis sekarang


juga termasuk lensa-lensa.

2. Tubuh batupasir memanjang, misalnya bentuk prisma, bentuk tali sepatu


(shoe string) dan sebagainya.

Pada umunya lapisan pasir berbentuk lensa atau memanjang yang erbatas,

oleh karena itu proses regresi transgresi, proses meander dan proses-proses

lainnya menyebabkan tubuh-tubuh yang terbatas ini merupakan susunan yang

sangat kompleks dan ruwet. Hal ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini. Jika

cara merapatnya tidak sempurna, yang biasanya memang demikin maka akan
terdapat intrerkalasi serpih diantaranya Ini justrumemperlihatkan bahwa suatu

lapisan yang kelihatannya merupakan suatu lapisan yang luas sebetulnya terdiri
dari beberapa lapisan yang merapat secara lateral dan disisipi oleh lapisan
serpih.

52

V.3 PENUTUP
V.3.1 SOAL LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan batuan reservoir ?
2. Sifat-sifat fisis apa yang harus dimiliki oleh suatu batuan reservoir.
3. Sebutkan lima jenis batuan yang biasanya termasuk batuan reservoir,
serta jelaskan bagaimana karakteristik dari batuan tersebut sehingga
termasuk kedalam batuan reservoir

DAFTAR PUSTAKA

L
U KP
N P
H
AS

Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan


Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Penerbit
ITB.

Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.

52

BAB VI
PERANGKAP RESERVOIR
VI.1 PENDAHULUAN
Perangkap reservoir merupakan unsur paling penting dalam cara
terdapatnya minyak dan gasbumi. Malahan explorasi atau pencaharian minyak
dan gasbumi sampai kini ditujukan kepada pencaharian perangkap. Dalam
pembahasan materi ini sasaran yang ingin dicapai ialah :
Mahasiswa memahami pengertian suatu perangkap reservoir dan arti
penting dari keberadaan perangkap reservoir tersebut.

L
U KP
N P
H
AS

Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang jenis-jenis perangkap


reservoir serta kondisi geologis yang ikut dalam pembentukan perangkap
tersebut.

Untuk mencapai sasaran tersebut mahasiswa harus memiliki pemahaman

yang baik tentang materi-materi yang disajikan dalam mata kuliah yang sangat

mendukung mata kuliah ini misalnya geologi dasar, geotektonik dan geologi
struktur.

VI.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Dipandang dari segi sejarahnya, teori perangkap dikemukakan oleh

Sterry Hunt yang mengatakan bahwa minyak bumi selalu terdapat di atas atau

di puncak suatu antiklin. Berbagai prinsip mengenai minyak dan air serta prinsip

lainnya yang menyatakan bahwa minyak itu selalu mencari tempat-tempat yang
tinggi belum begitu jelas pada waktu itu dan mungkin berbagai keterangan lain

harus diberikan untuk menerangkan mengapa minyak berakumulasi di atas


puncak suatu antiklin.

Sebetulnya perangkap adalah tidak lain daripada bentuk lapisan

penyekat. Lapisan penyekat itu dibentuk sedemikian rupa sehingga minyak


tidak dapat lari kemana-mana lagi. Bentuk ini akan menahan tetes-tetes minyak

dalam perjalanannya sepanjang garis-garis gaya. Oleh karena itu perangkap


dapat dibagi dalam dua jenis yakni:

a) Perangkap dalam keadaan hidrostatik


b) Perangkap dalam keadaan dinamik

Istilah perangkap atau jebakan (trap), mengandung arti seolah-olah minyak

53

terjebak atau tersangkut dalam suatu keadaan sehingga tidak bisa lepas lagi.
Hal ini disebabkan karena walaupun minyak merupakan suatu fasa tersendiri,
namun selalu berada bersama-sama dengan air (air formasi). Menurut Teori
Potensial yang dikemukakan dalam Koesoemadinata,1980 menyatakan bahwa
adanya perbedaan fisik antara minyak dengan air yang tidak saling melarutkan
dan terutama juga perbedaan berat-jenis kedua zat itu, maka minyak akan
selalu naik ke atas dan menurut teori akan mencari ternpat dengan potensi
yang paling rendah.

VI.2.1 JENIS-JENIS PERANGKAP MINYAK DAN GAS

L
U KP
N P
H
AS

Dalam Sistem Perminyakan, memiliki konsep dasar berupa distribusi

hidrokarbon didalam kerak bumi dari batuan sumber (source rock) ke batuan
reservoar. Salah satu elemen dari Sistem Perminyakan ini adalah adanya

batuan reservoir, dalam batuan reservoir ini, terdapat beberapa faktor penting

diantaranya adalah adanya perangkap minyak bumi. Perangkap minyak bumi


sendiri merupakan tempat terkumpulnya minyak bumi yang berupa perangkap
dan mempunyai bentuk konkav ke bawah sehingga minyak dan gas bumi dapat
terjebak di dalamnya. Perangkap minyak bumi ini sendiri terbagi menjadi
perangkap stratigrafi, perangkap struktural, perangkap kombinasi stratigrafistruktur dan perangkap hidrodinamik.
Perangkap Stratigrafi

Jenis perangkap stratigrafi dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara


vertikal dan lateral, perubahan facies batuan dan ketidakselarasan dan
variasi lateral

dalam

litologi pada

suatu

lapisan

reservoir

dalam

perpindahan minyak bumi. Prinsip dalam perangkap stratigrafi adalah

minyak dan gas bumi terperangkap dalam perjalanan ke atas kemudian


terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan pinggir, hal ini
dikarenakan batuan reservoir telah menghilang atau berubah fasies
menjadi

batu

lain

sehingga

merupakan

penghalang

permeabilitas

(Koesoemadinata, 1980). Dan jebakan stratigrafi tidak berasosiasi dengan


ketidakselarasan seperti Channels, Barrier Bar, dan Reef, namun
berasosiasi dengan ketidakselarasan seperti Onlap Pinchouts, dan
Truncations.

54

L
U KP
N P
H
AS
Gambar VI.1 Contoh perangkap stratigrafi

Pada perangkap stratigrafi ini, berasal dari lapisan reservoir tersebut, atau

ketika terjadi perubahan permeabilitas pada lapisan reservoir itu sendiri.

Pada salah satu tipe perangkap stratigrafi, pada horizontal, lapisan


impermeabel memotong lapisan yang bengkok pada batuan yang memiliki

kandungan minyak. Terkadang terpotong pada lapisan yang tidak dapat

ditembus, atau Pinches, pada formasi yang memiliki kandungan minyak.


Pada perangkap stratigrafi yang lain berupa Lens-shaped. Pada perangkap
ini, lapisan yang tidak dapat ditembus ini mengelilingi batuan yang memiliki
kandungan

hidrokarbon.

Pada

tipe

yang

lain,

terjadi

perubahan

permeabilitas dan porositas pada reservoir itu sendiri. Pada reservoir yang

telah mencapai puncaknya yang tidak sarang dan impermeabel, yang


dimana pada bagian bawahnya sarang dan permeabel serta terdapat
hidrokarbon. Pada bagian yang lain menerangkan bahwa minyak bumi
terperangkap pada reservoir itu sendiri yang Cut Off up-dip, dan mencegah

migrasi lanjutan, sehingga tidak adanya pengatur struktur yang dibutuhkan.


Variasi ukuran dan bentuk perangkap yang demikian mahabesar, untuk

memperpanjang pantulan lingkungan pembatas pada batuan reservoir


terendapkan.

56

57

L
U KP
N P
H
AS

2.Perangkap Struktural
Jenis perangkap selanjutnya adalah perangkap struktural, perangkap

L
U KP
N P
H
AS

ini Jebakan tipe struktural ini banyak dipengaruhi oleh kejadian deformasi

perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan dan patahan yang

merupakan respon dari kejadian tektonik dan merupakan perangkap yang


paling asli dan perangkap yang paling penting, pada bagian ini berbagai
unsur perangkap yang membentuk lapisan penyekat dan lapisan reservoar

sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan oleh gejala tektonik atau


struktur

seperti

pelipatan

dan

patahan

(Koesoemadinata,

1980).

a. Jebakan Patahan

Jebakan patahan merupakan patahan yang terhenti pada lapisan batuan.


Jebakan ini terjadi bersama dalam sebuah formasi dalam bagian patahan
yang bergerak, kemudian gerakan pada formasi ini berhenti dan pada saat

yang bersamaan minyak bumi mengalami migrasi dan terjebak pada


daerah patahan tersebut, lalu sering kali pada formasi yang impermeabel

yang pada satu sisinya berhadapan dengan pergerakan patahan yang


bersifat sarang dan formasi yang permeabel pada sisi yang lain. Kemudian,

minyak bumi bermigrasi pada formasi yang sarang dan permeabel. Minyak
dan gas disini sudah terperangkap karena lapisan tidak dapat ditembus
pada daerah jebakan patahan ini.

58

b.Jebakan Antiklin
Kemudian, pada jebakan struktural selanjutnya, yaitu jebakan
antiklin, jebakan yang antiklinnya melipat ke atas pada lapisan batuan, yang
memiliki bentuk menyerupai kubah pada bangunan. Minyak dan gas bumi
bermigrasi pada lipatan yang sarang dan pada lapisan yang permeabel,
serta naik pada puncak lipatan. Disini, minyak dan gas sudah terjebak
lapisan

yang

diatasnya

merupakan

batuan

impermeabel.

L
U KP
N P
H
AS

karena

c. Jebakan Struktural lainnya

Contoh dari perangkap struktur yang lain adalah Tilted fault blocks in

an extensional regime, marupakan jebakan yang bearasal dari Seal yang


berada diatas Mudstone dan memotong patahan yang sejajar Mudstone.

Kemudian, Rollover anticline on thrust, adalah jebakan yang minyak bumi


berada pada Hanging Wall dan Footwall. Lalu, Seal yang posisinya lateral
pada diapir dan menutup rapat jebakan yang berada diatasnya.

59

L
U KP
N P
H
AS
3. Perangkap Kombinasi

Kemudian perangkap yang selanjutnya adalah perangkap kombinasi

antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini

merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak


minyak bumi. Dan, pada jenis perangkap ini, terdapat lebih dari satu jenis

perangkap yang membentuk reservoar. Sebagai contohnya antiklin


patahan, terbentuk ketika patahan memotong tegak lurus pada antiklin.
Dan, pada perangkap ini kedua perangkapnya tidak saling mengendalikan
perangkap itu sendiri.

60

L
U KP
N P
H
AS
4. Perangkap Hidrodinamik

Kemudian perangkap yang terakhir adalah perangkap hidrodinamik.

Perangkap ini sangat jarang karena dipengaruhi oleh pergerakan air.

Pergerakan air ini yang mampu merubah ukuran pada akumulasi minyak
bumi atau dimana jebakan minyak bumi yang pada lokasi tersebut dapat
menyebabkan

perpindahan.

Kemudian

perangkap

ini

digambarkan

pergerakan air yang biasanya dari iar hujan, masuk kedalam reservoar

61

formasi, dan minyak bumi bermigrasi ke reservoar dan bertemu untuk


migrasi ke atas menuju permukaan melalui permukaan air. Kemudian
tergantung pada keseimbangan berat jenis minyak, dan dapat menemukan
sendiri, dan tidak dapat bergerak ke reservoar permukaan karena tidak ada
jebakan minyak yang konvensional.

VI.3 PENUTUP
VI.3.1 TUGAS LATIHAN
Setelah anda membahas materi dalam bab ini maka silahkan anda
mengerjakan beberapa hal berikut ini :

L
U KP
N P
H
AS

1. Apa pengertian dari perangkap reservoir

2. Sebutkan jenis-jenis dari perangkap reservoir migas

3. Jelaskan peranan dari perangkap reservoir terhadap akumulasi dari


minyak dan gas bumi.

4. Carilah beberapa contoh gambar perangkap reservoir migas dan analisis

faktor-faktor geologis yang menyebabkan pembentukan dari bentuk


perangkap tersebut.

VI.3.2 DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan


Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Penerbit
ITB.

Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.

Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1979. Applied
Geophysics 1 edition. Cambridge University Press.

VIVvvhhhhhy

62

BAB VII
ASAL MINYAK DAN GAS BUMI
VII.1 PENDAHULUAN
Pembahasan tentang asal minyak dan gas bumi memiliki sasaran
sebagai berikut :
Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang teori-teori pembentukan
minyak dan gas bumi.
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori organik dan teori

L
U KP
N P
H
AS

anorganik.

Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang proses-proses akumulasi,


pengawetan dan transformasi dari zat organik.

VII.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Membahas

identifikasi

minyak

bumi tidak dapat lepas dari bahasan

teori pembentukan minyak bumi dan


kondisi pembentukannya yang membuat

suatu minyak bumi menjadi spesifik dan


tidak sama antara suatu minyak bumi
dengan

minyak

Pemahaman

pembentukan

bumi

lainnya.

tentang

minyak

proses

bumi

akan

diperlukan sebagai bahan pertimbangan


untuk

menginterpretasikan

identifikasi.

Ada

banyak

hasil

hipotesa

tentang terbentuknya minyak bumi yang

dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah :

1. Teori Abiogenesis (Anorganik)

Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam


alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan
dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877)

63

mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja


uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah
pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai
terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan
bersamaan

dengan

proses

terbentuknya

bumi.

Pernyataan

tersebut

berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan


meteor dan di atmosfir beberapa planet lain.
2. Teori Biogenesis (Organik)
Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali mengemukakan

L
U KP
N P
H
AS

pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W.


Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di

atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler
(1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa:
minyak dan gas bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta
tahun yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.

Teori mengenai cara terdapatnya minyakbumi harus didasarkan atas dua

macam bukti, yaitu:

a. Berdasarkan atas percobaan laboratorium, yaitu bahwa proses organik

ataupun anorganik dapat mengimitasikan proses aslinya dalam alam.


Dengan kata lain, proses kimianya harus betul dan terbukti di dalam
laboratorium.

b. Didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai data

mengenai tempat terdapatnya minyak bumi, dalam keadaan yang


bagaimana, serta faktor geologi mana yang terlibat. Semua data ini

didapatkan dari hasil explorasi di dunia. Jadi, tanpa kekecualian harus

dapat menerangkan cara terdapatnya minyakbumi secara geologi di


seluruh dunia.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai dua teori utama mengenai berbagai

keberatan serta kesulitan yang timbul, serta beberapa masalah yang masih
belum terpecahkan dalam teori anorganik maupun teori organik. Ternyata
masih banyak persoalan yang timbul, juga dalam teori organik yang diterima
masyarakat luas.

64

VII.2.1 TEORI ASAL ANORGANIK MINYAKBUMI


1. Teori Alkali Panas Dengan CO2 (Berthelot, 1866)
Berthelot adalah ahli kimia Perancis. Ia memulai dengan suatu anggapan
bahwa di dalam bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan tentunya
pada temperatur yang tinggi. Jika karbondioksida yang datang dari udara
bersentuhan dengan alkali panas ini, maka asetilen dapat terbentuk seperti

L
U KP
N P
H
AS

pada persamaan berikut:

Variasi lain dari teori ini adalah adanya besi yang panas dalam kerak bumi,

yang karena aksi karbondioksida dan hidrogensulfida menghasilkan juga reaksi


yang serupa. Air yang mengandung asam karbonat biasanya datang dari laut
yang masuk ke dalam kerak bumi melalui rekahan-rekahan.

2. Teori Karbida Panas Dengan Air (Mendeleyeff, 1877)

Mendeleyeff seorang kimiawan asal Uni Soviet abad 19, beranggapan

bahwa didalam kerak bumi terdapat karbida besi. Air yang masuk ke dalam

kerak bumi membentuk hidrokarbon yang menjadikan minyakbumi. Di dalam


teori ini didasarkan suatu pengetahuan umum bahwa kalsiumkarbida ditambah
air akan membentuk gas asetilen yaitu salah satu gas hidrokarbon.

3. Teori Emanasi Volkanik

Asal volkanik minyakbumi, mula-mula sekali ditemukan oleh Von Humboldt

pada tahun 1805, kemudian dikembangkan oleh sarjana lainnya seperti Virlet

dAoust (1934), silvestri dan terutama dikemukakan oleh Coste (1903). Teori ini

mula-mula didasarkan atas pengamatan yang mengirakan bahwa gunungapi

lumpur merupakan gunungapi dalam arti sebenarnya yaitu terdapatnya


minyakbumi di dalam batuan volkanik atau dekat batuan beku. Selain itu juga
didasarkan atas adanya gas metan (CH4) di dalam emanasi gunungapi lainnya.

Hal ini diperkuat dengan ditemukannya minyak cair dan parafin yang padat di

65

dalam rongga-rongga lava basalta di Gunung Etna. Rusia berhasil


membuktikan kalau minyak bumi ternyata bukan dari fosil dan dapat
diperbaharui karena berasal dari lapisan magma di kedalaman lebih dari 30,000
kaki dan tidak ditemukan lapisan organik.

4. Hipotesa Kimia
Pada tahun 1964 di Amerika Serikat, Marx mengemukakan teori baterai,
yang menyatakan bahwa di bawah kerakbumi terdapat suatu kombinasi antara
air, grafit dan sulfida besi yang bertindak sebagai suatu baterai yang besar,
dengan grafit bertindak sebagai penyaluran aliran listrik. Sebagai akibat reaksi

L
U KP
N P
H
AS

ini, air terurai dan menghasilkan hidrogen yang bereaksi dengan grafit untuk
membentuk hidrokarbon.

Proceedings of the National Academy of Sciences, studi tersebut

menjelaskan bagaimana peneliti menggabungkan tiga materi abiotik (tak hidup)

-- air (H2O), batu kapur (CaCO3), dan besi oksida (FeO) -- dan menghancurkan

campuran tersebut bersama-sama dengan tekanan yang sama dengan di

bawah permukaan bumi. Proses ini menghasilkan metana (CH4), komponen

paling besar dalam gas alam.

5. Hipotesa Asal Kosmik

Teori ini terutama didasarkan atas spekulasi bahwa di dalam atmosfer planet

terdapat hidrokarbon, terutama metan. Planet tersebut adalah Venus, Mars,


juga Saturnus dan Uranus dengan seluruh satelitnya. Teori asal kosmik juga
diperkuat dengan ditemukannya hidrokarbon di dalam meteorit.

6. Teori Asal Anorganik Dari Sebagian Para Ahli Geologi Uni Soviet

Porfirev (1974) mengemukakan minyakbumi berasal daripada magma, dan

bahwa magma mengandung hidrogen ataupun karbon, sebagaimana terbukti

dengan adanya grafit dan intan di dalam batuan ultra-basa. Memang menurut

hematnya terjadinya minyak bumi berlangsung dalam bagian atas selubung di


bawah kerakbumi yang dinamakan astenosfer.

66

VII.2.2 TEORI ASAL ORGANIK MINYAK DAN GAS BUMI


Teori-teori organik itu harus didasarkan atas:
a. Berdasarkan atas percobaan laboratorium yang mensintesakan minyak
bumi dari zat organik.
b. Didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai penyebab

L
U KP
N P
H
AS

terdapatnya akumulasi minyakbumi.

Gambar VII.2 Cekungan minyak

1. Sejarah Teori Organik

Seorang sarjana Perancis P.G. Macquir (Perancis, 1758) merupakan orang

yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan berhubungan dengan cara terbentuknya batubara.
Kemudian seorang sarjana asal Rusia M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga
mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh sarjana

lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938)
dan Hofer.

2. Argumentasi Untuk Minyakbumi Asal Organik

Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk membuktikan bahwa

minyakbumi berasal dari zat organik, yaitu:

1) Minyakbumi mempunyai daya dapat memutar bidang optik atau bidang


polarisasi.

2) Minyakbumi mengandung porfirin, suatu zat yang kompleks yang terdiri


dari hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel dsb. Porfirin adalah suatu

67

zat yang sangat menyerupai hemoglobin yang terdapat dalam darah dan
zat klorofil dalam daun-daunan.
3) Susunan hidrokarbon yang terdiri dari unsur H dan C sangat mirip
dengan zat organik yang terdiri dari H, C dan O.
4) Hidrokarbon terdapat di dalam sedimen resen. Hal ini berhubungan
dengan asosiasi minyakbumi dengan sedimen, sedangkan diketahui pula
bahwa zat organik banyak terdapat didalam lapisan sedimen.
5) Secara praktis lapisan minyak didapatkan setelah kambrium sampai

L
U KP
N P
H
AS

pleistosen.

3. Pagar Cox

Pada umumnya dalam proses pembentukkan minyakbumi terdapat tiga

stadium atau fasa:

1) Pembentukannya sendiri yang terdiri dari:

a. Pengumpulan zat organik di dalam sedimen


b. Pengawetan zat organik di dalam sedimen

c. Transformasi zat organik menjadi minyakbumi

2) Migrasi daripada minyakbumi yang terbentuk dan tersebar di dalam


batuan sedimen ke perangkap dimana minyak terdapat.

3) Akumulasi daripada tetes minyak yuang tersebar di dalam lapisan


sedimen sehingga berkumpul menjadi akumulasi komersil.

Beberapa garis utama daripada pagar cox ini adalah:

1) Minyakbumi selalu terdapat dalam batuan sedimen dan pada umumnya

sedimen marin. Hedberg (1964) juga memperlihatkan bahwa banyak

kasus yang menunjukkan bahwa minyakbumi itu terdapat dalam batuan


sedimen non-marin.

2) Minyakbumi merupakan campuran kompleks hidrokarbon. Secara unsur


maka susunannya adalah seragam, yaitu 15% hidrogen dan 85%
karbon.

3) Minyakbumi terdapat dari umur kambrium sampai pleistosen.

4) Temperatur reservoir rata-rata ialah 1070c dan secara kekecualian dapat

mencapai 1410c. Juga temperatur yang lebih rendah dapat dialami


minyakbumi.

68

5) Minyakbumi selalu terbentuk dalam keadaan reduksi sebagaimana


diperlihatkan

oleh

hadirnya

porfirin

dan

unsur

belerang.

Juga

minyakbumi hanya sedikit sekali mengandung oksigen.


6) Minyakbumi dapat mengalami berbagai perubahan. Dapat tahan
terhadap perubahan tekanan dari 8 sampai 10.000 psi atau kurang dari
satu atmosfer. Selain itu minyakbumi dapat bertahan dalam kisaran
temperatur 1000 c.
Hedberg dalam Koesoenadinata (1980), mengemukakan pula beberapa faktor
lingkungan pengendapan sebagai berikut:

L
U KP
N P
H
AS

Banyaknya produksi zat organik jenis tertentu. Masih harus diteliti


apakah zat organik tersebut berasal dari hewan atau tumbuh-tumbuhan,
marin atau daratan

Terbentuknya suatu kondisi anaerob dan reduksi

Tidak adanya organisme yang merusak zat organik


Pengendapan

sedimen

halus

secara

cepat

yang

memberikan

pengawetan kepada zat organik dan juga memberikan matriks yang kaya
air untuk proses diagenesa

Adanya rongga reservoir pada waktu kompaksi

Selain itu Hedberg menekankan pula pentingnya ada cekungan yang

terbatas dengan sedikit sirkulasi air.

4. Data Geokimia

Berbagai data geokimia memberikan beberapa keterangan mengenai

terjadinya minyakbumi

1) Minyakbumi mengandung beberapa senyawa yang memperlihatkan

kesamaan struktur terhadap zat organik yang diisolir dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan

2) Beberapa komponen minyakbumi termasuk kompleks porfirin, tidak stabil


pada temperatur 250 sampai 3000 c

3) Parafin normal merupakan susunan utama minyakbumi.

4) Dengan sedikit kekecualian, minyakbumi tidak mengandung lebih dari


0,5 persen nitrogen dan 1,0 persen oksigen.

69

5. Zat organik sebagai sumber


Bahwa zat organik merupakan bahan sumber bagi pembentukkan minyak
dan gasbumi, telah diterima oleh sebagian besar ahli geologi. Namun yang
menjadi persoalan adalah macam zat organik apakah yang menjadi sumber itu
apakah tumbuh-tumbuhan atau hewan dan bagian mana saja dari zat tersebut

L
U KP
N P
H
AS

dapat menjadi minyakbumi.

Gambar VII.3 Bagan Struktur Molekul Beberapa Komponen Fraksi Lipid

Lipid mungkin merupakan zat pembentuk utama minyakbumi. Hal ini terlihat

pula dari perbandingan H : C nya, yang menunjukkan bahwa lipid adalah yang
paling mirip dengan minyakbumi. Zat organik juga dapat terbentuk dalam

kehidupan laut ataupun darat. Juga zat organik dapat juga dibagi dua jenis,
yakni yang berasal dari kehidupan nabati dan kehidupan hewan.

Zat Organik Lautan

Bahan organik dalam air laut dapat dibagi atas dua bagian yaitu :
-

Bahan organik terlarut yang berukuran < 0.5 m.

Bahan organik tidak terlarut yang berukuran > 0.5 m.

Jumlah bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata

bahan organik tidak terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut

terdiri dari sel hidup. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organisme hidup
melalui proses metabolisme dan hasil pembusukan.

Adapun peranan bahan organik di dalam ekologi laut adalah sebagai berikut :
-

Sumber energi (makanan)

Sumber bahan keperluan bakteri, tumbuhan maupun hewan

Sumber vitamin

70

Sebagai zat yang dapat mempercepat dan menghambat pertumbuhan


sehingga

memiliki

peranan

penting

dalam

mengatur

kehidupan

fitoplankton di laut.
Bahan organik terlarut dalam air laut.
-

Bahan organik karbon berukuran 0,3 3 mgC/ l pada perairan pantai,


ditemukan sebagai hasil peningkatan aktivitas fitoplankton dan polusi
dari daratan.

Metode penentuan karbon organik, ditemukan oleh Menzel dan Vaccaro


(1964) dalam Riley dan Chester (1971) dengan menyaring sampel,
dipindahkan ke sebuah ampul dan diacidified sparging dengan uap

L
U KP
N P
H
AS

udara bersih untuk memisahkan karbondioksida yang bergabung dengan


keseimbangan asam karbonik. Sampel ini dihilangkan dengan Potasium
Peroksidisulfat (K2S2O8) lalu ampul ditutup. Selanjutnya dipanaskan

dengan suhu 130C dalam sebuah autoclave selama 1 jam. Setelah

dingin autoclave dibuka dan karbondioksida terbentuk oleh oksidasi dari

bahan organik yang diubah dengan helium atau nitrogen, lalu diukur

dengan alat ukur yang terbuat dari infra red absorption atau dengan
absorption chromatography.

Bahan organik nitrogen.

Penentuan bahan organik nitrogen terlarut (5 300 gN/l) dikemukakan

oleh Strikland dan Persons (1968). Bahan organik nitrogen dioksidasi


menjadi nitrit+ oleh penyinaran yang bersumber dari radiasi ultra violet.

Nitrat selanjutnya direduksi ke nitrit menggunakan cadmium reduktor

column sehingga total nitratnitrogen dapat ditentukan.

Bahan organik terlarut dalam air laut berasal dari empat sumber utama yaitu :
Daratan

Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan
sungai. Bahan organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa

mencapai 20 mgC/l, terutama berasal dari pelepasan humic material dan

hasil penguraian dari buah-buahan yang jatuh di tanah. Penambahan

bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran)


dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera
membusuk karena bakteri dalam air laut. Namun dalam batasan badan

71

air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen secara biologi terpenuhi


dikarenakan kondisi anoksik tersedia.
Penguraian organisme mati oleh bakteri
Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis
dan bakterial. Di alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan.
Tingkat penguraiannya tergantung pada kondisi kematian serta sampai
tersedianya enzim dan bakteri yang diperlukan. Dalam proses autolisis,
reaksi penguraian terjadi karena adanya enzim di dalam sel dan hasilnya
selanjutnya akan dilepaskan ke dalam badan perairan. Menurut Johanes
(1968) dalam Riley dan Chester (1971), ekresi dari mikroorganisme

L
U KP
N P
H
AS

seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik

karbon. Proses pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati

dalam air laut terjadi dengan cepat. Waksman, et al (1938) dalam Riley

dan Chester (1971) telah menemukan bahwa setengah dari nitrogen


yang ada dalam zooplankton mati, diubah menjadi amonia dalam waktu
2 minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat. Skopintsev (1949) dalam

Riley dan Chester (1971) menyatakan bahwa 70 % organik karbon tidak


terlarut di dalam kultur alga mati akan dioksidasi menjadi karbondioksida
(CO2) dan setelah enam bulan ditemukan sekitar 5% yang diubah
kedalam bahan organik terlarut.

Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton.

Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam


badan perairan. Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk

organisme laut lainnya dan juga berperan dalam kontrol ekologi. Asam
amino dan karbohidrat merupakan bahan yang dikeluarkan secara
dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp
Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya.

Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting

bahan organik terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip

adalah Nitrogenous seperti urea, purines (allantoin dan asam uric),

trimethyl amine oxide dan asam amin, trimethyl amine oxide dan asam
amino (glycine, taurine dan alanine)

72

Sifat Bahan Organik Terlarut dalam Air Laut


Sebagian besar bahan organik terlarut dalam air laut terdiri atas material
yang kompleks dan sangat tahan terhadap penguraian bakteri. Kehidupan
tumbuh-tumbuhan

dalam

laut

terdiri

dari

ganggang,

jamur,

bakteri,

dinoflagelata, dan diatomea. Kehidupan hewan dalam laut terdiri dari


foraminifera, radiolaria, spongia, coralia, ikan, dll.
Ganggang ini paling banyak terdapat di lautan dan merupakan makanan
utama bagi hewan di laut. Dapat pula dikatakan bahwa zat lipid sangat banyak
terdapat di dalam ganggang tersebut. Diatomea juga merupakan tumbuhtumbuhan yang terkungkung dalam endapan silikat. 5 50% dari jasad

L
U KP
N P
H
AS

diatomea terdiri daripada pelampung yang berupa zat minyak, sehingga

mungkin zat beginilah yang merupakan sumber utama minyakbumi. Melihat


bahwa lipid merupakan sumber utama minyakbumi, maka jasad plankton
merupakan binatang yang mungkin sekali menjadi sumber minyakbumi, karena
padanya terdapat paling banyak lipid.
Zat Organik Daratan

Sebagaimana telah nyata sebelumnya diperkirakan tumbuh-tumbuhan

dapat merupakan sumber utama minyak dan gasbumi. Harus kita ingat pula

bahwa selain tumbuh-tumbuhan, di daratpun terdapat kehidupan hewan, yang


zat organiknya kemudian dapat terkumpul untuk menjadi minyakbumi, atau
terbawa oleh sungai ke laut untuk kemudian menjadi minyakbumi.

Zat organik di daratan terutama terdiri dari tumbuh-tumbuhan, yaitu Lignin

dan selulosa, terutama terdiri dari karbohidrat dan juga zat-zat kayu, Asam
humus, Asam geis, Asam ulmik

Proses pembentukan minyakbumi berdasar teori organik

Mungkin tidak ada yang menyangka sebelumnya bahwa secara alami

minyak bumi yang ada secara alami ini dibuat oleh alam ini bahan dasarnya

dari ganggang. Ya, selain ganggang, biota-biota lain yang berupa daun-daunan

juga dapat menjadi sumber minyak bumi. Tetapi ganggang merupakan biota
terpenting dalam menghasilkan minyak. Namun dalam studi perminyakan
(diketahui

bahwa

tumbuh-tumbuhan

tingkat

tinggi

akan

lebih

banyak

menghasilkan gas ketimbang menghasilkan minyak bumi. Hal ini disebabkan

73

karena rangkaian karbonnya juga semakin kompleks. Setelah ganggangganggang ini mati, maka akan teredapkan di dasar cekungan sedimen.
Keberadaan ganggang ini bisa juga di laut maupun di sebuah danau. Jadi
ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Tentu
saja batuan yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di
danau, di delta, maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak
karbonnya ini yang disebut Source Rock (batuan Induk) yang kaya
mengandung unsur Carbon (high TOC-Total Organic Carbon).
Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini
sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan

L
U KP
N P
H
AS

mengandung minyak atau gasbumi. Kalau saja karbon ini teroksidasi maka

akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.
Proses pengendapan batuan ini berlangsung terus menerus. Kalau saja daerah

ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain diatasnya,
maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Tentu saja kita
tahu bahwa semakin kedalam atau masuk ke bumi, akan bertambah suhunya.

Gambar VII.4 Pembentukan Migas (Teori Organik)

Gambar VII.4 Proses Pembentukan Migas (Teori Organik)

74

VII.2.3 PENGUMPULAN, PENGAWETAN, DAN TRANSFORMASI ZAT


ORGANIK DALAM SEDIMEN
1. Lingkungan Pengendapan Zat Organik
Untuk terbentuknya minyak dan gasbumi tentu diperlukan suatu lingkungan
pengendapan yang dapat memberikan kadar zat organik yang tinggi serta
kesempatan

untuk

mengawetkannya.

Keadaan

yang seperti

itu

yang

memungkinkan teronggoknya zat organik adalah:


Suatu lingkungan pengendapan dimana kehidupan berkembang secara baik
sehingga zat organik terkumpul dengan banyak sekali.

L
U KP
N P
H
AS

Pengendapan sedimen yang berlangsung sedemikian cepatnya, terutama

yang halus, sehingga zat organik yang telah terkumpul dapat diawetkan dan
tidak hilang oleh pembusukkan ataupun oksidasi.

Lingkungan

yang berada pada keadaan reduksi, dimana tidak terdapat

sirkulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada. Dengan demikian zat
organik akan terawetkan.

Daerah pantai dan mulut sungai

Kehidupan yang berlangsung dengan subur dan pengendapan yang cepat,

terutama terdapat di daerah pantai dan mulut sungai. Perairan pantai biasanya
memproduksi 50 kali lebih banyak zat organik daripada laut terbuka, terutama

daerah muara. Ini disebabkan karena sungai membawa zat makanan dari
daratan yang akan menarik banyak sekali jasad.

Daerah lain yang dapat sangat kaya zat organik adalah daerah dimana

terdapat pemunculan air dari dasar laut ke permukaan (upwelling currents).


Aliran ini membawa air dingin dari dalam yang besar sekali yang naik ke

permukaan dan membawa banyak zat makanan. Daerah seperti itu merupakan
tempat kehidupan yang subur, sehingga jasad yang kemudian mati dapat
merupakan sumber zat organik.

Jaringan organik yang mati jatuh pada dasar laut dan membentuk suatu zat

yang dinamakan zat sapropel, yaitu suatu zat organik yang setengah

membusuk dan terutama terdiri dari sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan

laut yang terakumulasi pada dasar laut. Cekungan ini biasanya terdapat dalam
keadaan anaerob.

75

Lingkungan sedimentasi cepat


Ditinjau dari segi sedimentasi yang sangat cepat, maka sebetulnya daerah
pantai dan daerah deltalah yang cocok untuk pengumpulan zat organik.
Sedimen yang dibawa dari daratan mula-mula diendapkan di mulut sungai,
dalam bentuk delta dan oleh arus sepanjang pantai (longshore currents)
disebarkan di sepanjang pantai.
2. Lingkungan Pengawetan Zat Organik
Cekungan Euxinic : kondisi untuk terjadinya pengawetan zat organik ialah
tidak banyak adanya oksigen. Hedberg (1964) dalam Koesoemadinata (1980),

L
U KP
N P
H
AS

menekankan pentingnya cekungan terbatas dengan sirkulasi fluida yang


kurang, sehingga oksidasi tidak akan terjadi. Dan lautan yang demikian

merupakan suatu cekungan yang mempunyai ambang di bawah alas


gelombang pada mulutnya terhadap laut terbuka sehingga tidak terjadi sirkulasi

udara sama sekali dan oleh karenanya segala sesuatu menjadi berbau busuk
(sapropel), sedangkan di bagian lain atasnya sirkulasi udara terjadi dan di sini
organisme hidup.

Gambar VII.5 Penampang Suatu Cekungan Euxinic (Koesoemadinata, 1980)

3. Beberapa Lingkungan Pengumpulan Zat Organik


Lingkungan Terumbu

Salah satu lingkungan sedimentasi yang juga merupakan daerah tempat

akumulasi zat organik adalah terumbu. Kadar zat organik dalam suatu terumbu
koral dapat berkisar dari 4 sampai 8 persen dari masa total. Terumbu adalah

suatu masa gamping yang dibangun oleh organisme yang mengeluarkan kapur
dan biasanya bersifat koloni yang berkerangka.

76

Penggolongan terbentuknya minyakbumi didalam lingkungan terumbu


sebagai berikut:

Di belakang terumbu. Dalam laguna, seperti dalam cekungan yang


tertutup

Di muka terumbu, dalam lingkungan dasar yang euxinic, juga di dalam


terumbunya sendiri.

Sumber zat organik terdapat di dalam terumbu itu sendiri.


Danau darat sebagai tempat akumulasi zat organik

L
U KP
N P
H
AS

Di tengah danau terdapat suatu daerah anaerob yang sangat dalam dengan

sedimen berwarna hitam sampai ketebalan beberapa inci dan sangat berbau

hidrogensulfida. Makin ke tengah danau kadar karbon organik bertambah atau


meningkat, sampai lebih dari 5 %. Sedimentasi danau (lakustrin) ditentukan
oleh ukuran danau, kimiawi air, jumlah allochtonous yang dibawa sungai.

Pada danau terbuka keseimbangan antara air masuk dan pengendapan

dengan air keluar dan penguapan Allochtonous dibawa oleh aliran sungai, dan
karakter

sedimen

adalah

masukan

bahan

tumbuhan

darat.

Dapatlah

disimpulkan bahwa terdapatnya pengumpulan serta pengawetan zat organik

secara banyak tidak hanya disebabkan karena kecepatan sedimentasi yang


sangat tinggi, tetapi juga karena keadaan anaerob.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan

untuk terbentuknya zat induk minyakbumi sangat beraneka ragam misalnya

lingkungan lautan maupun lingkungan daratan. Lingkungan yang baik untuk

terdapatnya kehidupan dan pertumbuhan yang banyak dan juga pengawetan


zat organik, antara lain adalah banyaknya cahaya matahari, adanya cukup zat

makanan dan pengawetan oleh penguburan yang cepat dalam sedimen halus.
Diantara lingkungan tersebut terdapat situasi dimana yang satu lebih
menguntungkan daripada yang lain:

Sungai besar yang membawa zat makanan dari daratan dan sedimen

halus dari laut menghasilkan delta yang sangat baik untuk pertumbuhan
dan pengawetan zat organik.

77

Cekungan yang setengah tertutup dengan satu ambang merupakan


daerah yang sangat baik untuk

pengumpulan dan pengawetan zat

organik
Suatu kasus istimewa dari cekungan evaporit yang terhalang dari laut
terbuka dimana kebanyakan cadangan minyakbumi rupanya berasosiasi
secara genetika .
Cadangan minyakbumi yang besar didapatkan dalam reservoir karbonat
yang menyerupai terumbu yang juga sebagian berasal dari lingkungan
yang setengah tertutup.
Danau daratan merupakan suatu keadaan yang tidak jauh berbeda

L
U KP
N P
H
AS

dengan keadaan yang telah dikemukakan di atas.

4. Kadar Zat Organik Dalam Sedimen Dan Batuan Sedimen

Kadar organik sedimen sangat dipengaruhi oleh konfigurasi laut.

Endapan dalam cekungan yang tertutup lebih banyak mengandung zat


organik daripada punggungan serta lereng-lereng yang ada didekatnya.

Kadar organik sedimen meningkat dengan halusnya tekstur. Lempung

kira-kira mengandung dua kali lebih banyak mengandung zat organik


daripada lanau. Dan lanau lebih banyak dua kali daripada pasir halus.

Kadar organik sedimen halus dapat berkisar besar sekali dalam jarak
bebeapa kilometer saja.

Kadar organik sedimen laut yang khas, bervariasi secara kasar dengan
jumlah plankton yang terdapat pada permukaan air laut

Sedimen dekat pantai mengandung lebih banyak zat organik daripada


endapan samudera terbuka.

Kadar organik di daerah pemunculan airlautdalam ke permukaan


sangatlah besar.

Zat organik dalam batuan sedimen

Kesimpulan daripada hasil yang dilakukan oleh Trask (1932) dkk adalah:

Zat organik yang terdapat dalam batuan sedimen terutama adalah


pirobitumina atau kerogen, yaitu suatu zat kompleks yang tahan berupa
senyawa hidrokarbon yang juga mengandung oksigen.

78

Kadar zat organik yang terdapat dalam batuan sedimen ternyata berkisar
antara 1,3 sampai 1,7 % atau rata-rata 1,5 %.
Litologi ternyata juga berpengaruh terhadap kadar zat organik. Semua
jenis batuan sedimen ternyata mengandung zat organik, tetapi yang
paling banyak yaitu di dalam batuan serpih dan gamping.
Warna juga merefleksikan kadar zat organik. Makin gelap warna batuan
sedimen terutama batuan serpih, kadar zat organiknya makin tinggi.
Trask tidak menemukan minyak bebas di dalam batuan sedimen,
kecuali di dalam batuan reservoir dan dalam batuan serpih yang berada

L
U KP
N P
H
AS

langsung di atas batuan reservoir.

5. Proses Transformasi Zat Organik Minyak Bumi

Mengenai proses transformasi zat organik minyak bumi diajukan beberapa

pendapat:

1. Degradasi termal

Kalau sedimen mengalami penimbunan dan pembebanan, maka tekanan


dan temperatur akan meningkat. Temperatur merupakan faktor penting.

Percobaan pemanasan kerogen berhasil membentuk minyakbumi tetapi


memerlukan temperatur sangat tinggi yaitu 4000 c.

2. Reaksi Katalis

Sesuai dengan yang berlangsung di dalam kilang minyak, cracking


terjadi pada temperatur rendah dan berjalan lebih cepat apabila
menggunakan lempung sebagai katalisator (asam silikat).

3. Radioaktivitas
Penelitian

yang

dilakukan

oleh

whitehead

(1954)

membuktikan

kemampuan pembentukan hidrokarbon minyakbumi dari zat organik.


Misalnya, bombardemen asam lemak oleh partikel-partikel alpha
membentuk hidrokarbon parafin.

4. Aktivitas Bakteri (Mikrobiokimia)


Bakteri

mempunyai

potensi

besar

dalam

proses

pembentukan

hidrokarbon minyakbumi dan memegang peranan penting dari sejak


matinya zat organik sampai pada waktu diagenesa. Pada umumnya
aktivitas bakteri menimbulkan dan mengintensifkan lingkungan yang

79

mereduksi, sehingga setidak-tidaknya menyiapkan milieu terbentuknya


minyak bumi.
5. Tanpa Suatu Proses Tertentu
Levorsen (1958) berpendapat bahwa organisme membentuk hidrokarbon
sebagai bagian dari proses metabolisme dalam siklus hidupnya yang
normal. Juga minyakbumi dari rembasan dari zaman-zaman lampau
yang mungkin diendapkan kembali dan menambah cadangan yang telah
ada.

L
U KP
N P
H
AS

VII.3 PENUTUP
VII.3.1 TUGAS

Setelah mempelajari materi ini silahkan anda memberikan penjelasan

tentang pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

1. Apa yang dimaksud dengan teori organik dan anorganik terkait dengan
proses pembentukan minyak dan gas bumi.

2. Pada umumnya dalam proses pembentukan minyak bumi terdapat tiga


stadium atau fasa, uraikan ketiga stadium tersebut!

3. Jelaskan apa bagaimana karakteristik lingkungan yang baik untuk


terdapatnya kehidupan dan pertumbuhan yang banyak serta pengawetan
dari zat-zat organik.

DAFTAR PUSTAKA

Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of


Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy.

Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM
Press.

Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC.

Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi 2 jilid 2,
Bandung, Penerbit ITB.

Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.

80

BAB VIII
BATUAN INDUK, PEMATANGAN, MIGRASI SERTA AKUMULASI
MINYAK DAN GAS BUMI

VIII.1 PENDAHULUAN
Ada beberapa sasaran yang hendak dicapai setelah mempelajari materi
dalam bab ini yaitu :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep tentang batuan
induk

L
U KP
N P
H
AS

Mahasiswa mampu menguraikan tentang proses pematangan minyak


dan gas bumi

Mahasiswa mampu menguraikan proses migrasi serta akumulasi minyak


dan gas bumi.

Dalam proses pembelajaran tentang materi ini ada beberapa hal penting

yang perlu diperhatikan yaitu :

Mahasiswa diharapkan membaca materinya sebelum masuk ke ruang

kuliah untuk memperlancar proses diskusi yang terjadi selama proses


belajar mengajar berlangsung.

Mahasiswa diharapkan telah memiliki referensi pendukung lainnya yang


nantinya akan memperkaya informasi tentang materi ini.

VIII.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN

Secara umum sering dikemukakan bahwa pembentukan minyak bumi

terjadi karena pengonggokan zat organik terutama plankton pada dasar laut,

dan tertimbun dengan sedimen halus dalam keadaan reduksi, sehingga


terawetkan. Hal ini hanya terjadi di cekungan sedimen dimana terdapat suatu

ambang dari laut terbuka, sehingga terdapat keadaan setengah euxinic, dengan
sedimentasi yang cepat, disertai dengan penurunan. Lama kelamaan akan kita

dapatkan suatu urutan batuan serpih yang kaya akan zat organik dan berwarna

hitam yang disebut source rock atau batuan induk. Karena gradien panas bumi
dan gaya tektonik serta pembebanan, oleh temperatur tinggi dan tekanan , zat

81

organik tersebut diubah menjadi minyak dan gas bumi dan diperas keluar untuk
bermigrasi ke batuan rservoir.
VIII.2.1 Konsepsi Batuan Induk
Dalam konsepsi ini diperlukan suatu ciri tertentu untuk mengetahui ciri
batuan induk dan cara mengidentifikasinya. Pada umumnya batuan induk
dibayangkan sebagai batuan serpih berwarna gelap, kaya akan zat organik
dan biasanya diendapkan di lingkungan marin.
Beberapa penyelidikan tentang batuan induk memperlihatkan bahwa semua
batuan sedimen mengandung zat organik, terutama dalam bentuk karogen
hidrokarbon

dan

aspal

ditemukan

(smith,1954

dalam

L
U KP
N P
H
AS

walaupun

Koesoemadinata,1980). Terutama batuan serpih yang berwarna gelap paling

banyak mengandung karogen. Penyelidikan yang agak sama dilakukan oleh

Fletcher dan Bay (1975) terhadap formasi talang akar di laut jawa sebelah
barat. Walaupun demikian tidak ada persesuaian faham mengenai ciri maupun

geokimia daripada kualitas suatu batuan induk. Saat itu masih banyak yang
keberatan untuk menganggap serpih minyak atau serpih hitam yang kaya akan

zat organik sebagai batuan induk. Sebab kalau demikian, tentu kadar zat
organiknya

akan

berkurang

karena

minyaknya

telah

bermigrasi.

Levorsen,1958 dalam Koesoemadinata,1980 justru berpendapat bahwa


batuan induk yang baik justru sedikit mengandung zat organik

yang

ketinggalan karena sebagian besar telah ditransformasi menjadi minyak bumi.

VIII.2.2 Penentuan Batuan Induk

Walaupun terdapat perbedaan pendapat antara para ahli geokimia

mengenai kriteria batun induk minyak dan gas bumi, namun menurut Haun,

1977 dalam Koesoemadinata,1980 kriteria-kriteria yang lazim dipakai sebagai


standar untuk identifikasi batuan induk adalah sebagai berikut :

TOC (total organic carbon), yaitu presentase berat dari karbon

organik dalam suatu contoh batuan. Yang dimaksud dengan


karbon organik adalah zat carbon yang berasal dari zat organik
dan bukan dari karbonat misalnya gamping. Karbon organik total

berhubungan langsung dengan kadar zat organik total atau


kerogen, yaitu 1,2 1,6 kali TOC.

82

EOM (extractable organic matter),

yaitu

hidrokarbon

dan

nonhidrokarbon yang dapat dilarutkan misalnya dalam CS2 atau


bitumina. Volum dan sifat-sifat dari EOM menunjukkan sifat
batuan induk. Pada umumnya extrak dari batuan induk susunan
kimianya harus mengandung susunan utama dari minyak mentah.
CPI (carbon preference index), yaitu perbandingan antara volum
anggota n-parafin yang bernomor ganjil terhadap yang bernomor
genap dari kisaran C21 C37. Untuk batuan induk yang baik nilai
CPI harus kurang dari 1,15.
CIR (carbon isotope ratio) C13/C12. Kisaran nilai CIR untuk minyak

L
U KP
N P
H
AS

bumi yaitu 1% (0,0109 0,0110). Batuan induk harus mempunyai


CIR yang mendekati nilai minyak bumi.

LOM (level of thermal maturity). Pada teori degradasi termal

pembentukan minyak bumi dinyatakan bahwa minyak bumi hanya

bisa terbentuk pada tingkatan pematangan tertentu yaitu


perpaduan antara temperature dan waktu.

VIII.2.3 Waktu Pembentukan Minyak Bumi

Jika kita bertanya tentang kapankah minyak bumi itu terbentuk? Maka

pada umumnya ada dua konsep mengenai pembentukan minyak bumi yaitu :
Anggapan pembentukan segera

Anggapan ini didasarkan pada beberapa hal yaitu


-

Terdapatnya hidrokarbon dalam sedimen resen

Kenyataan bahwa makin tertimbun sedimen, lempung dan serpih makin

padat sehingga makin sulit bagi cairan yang terbentuk di dalamnya untuk

bermigrasi. Stadium perkembangannya menurut Hedberg,1937 yang dikutip


dari Koesoemadinata,1980 diuraikan sebagai berikut:
Stadium 1

Penyusunan mekanis komponen mineral, kedalaman 0,01

meter. Penyusutan porositas dari 90 % menjadi 75 %. Air


bebas keluar.

Stadium 2

Penyusunan mekanis berlangsung terus sampai akhirnya

mineral lempung langsung bersentuhan. Kedalaman 200

83

300 meter. Penyusutan porositas dari 75 % mrnjadi 35%.


Sedimen mengalami pengeluaran air secara besar-besaran
dengan hanya sedikit air bebas yang tertinggal.
Stadium 3

Deformasi mekanis komponen mineral. Kedalaman dari 320


-2000 meter. Porositas menyusut dari 35% menjadi 10%.
Fluida dikeluarkan lebih lanjut dari ruang pori yang semakit
menciut.

Stadium 4

Gejala rekristalisasi di dalam batuan. Kedalaman sampai


lebih dari 3000 meter. Porositas menurun dibawah 10%.

L
U KP
N P
H
AS

Hanya air yang diabsorbsi masih terdapat.


Anggapan pembentukan lambat - stadium serpih

Kita telah mengetahui bahwa pembentukan minyakbumi secara populer

adalah dari serpih yang kaya akan zat organik mengalami penimbunan dan

oleh temperatur tinggi dan tekanan berubah menjadi minyak bumi dan
kemudian bermigrasi. Dengan demikian batuan induk harus mengalami suatu

stadium serpih (shale stage) dahulu sebelum dapat menghasilkan minyakbumi.


Oleh karena itu terdapat berbagai macam minyakbumi yang dihasilkan oleh
suatu batuan induk, sesuai dengan stadium perkembangan suatu cekungan.

VIII.2.3 Pematangan Minyakbumi

Pengertian Dan Proses Pematangan

Pengertian pematangan erat hubungannya dengan masalah waktu

pembentukan dan pengertian batuan induk. Banyak ahli geologi minyak bumi
berpendapat bahwa langkah terakhir dalam sejarah pembentukan minyakbumi

terjdi atau dekat reservoir pada waktu atau setelah migrasi primer selesai dan
terdiri dari suatu urutan perubahan purna-diagnesa yang menghasilkan
hidrokarbon dari senyawa yang lebih berat dengan berat molekul rendah.

Proses ini disebut pematangan atau pendewasaan (maturation) dan hasilnya


adalah minyakbumi yang sebenarnya.

Dalam hal proses pematangan minyak banyak hipotesa yang telah

diajukan seperti teori perbandingan karbon oleh White,1915, fraksinasi minyak


dalam batuan oleh Day,1916 dan hipotesa-hipotesa yang lain yang dimana bisa
84

ditarik kesimpulan bahwa makin dalam terdapatnya minyak bumi dan makin tua
umurnya maka makin meningkat perbandingan hidrokarbon dan karbonnya.
Namun untuk gas sebaliknya. Dalam hal ini sumber organik minyak bumi serta
lingkungan pengendapan batuan induk harus diperhitungkan, karena fasies
merupakan factor yang lebih kuat dibandingkan dengan kedalaman dan
umurnya.
Hubungan antara pematangan zat organik dengan pembentukan
migas

L
U KP
N P
H
AS

Terlepas dari persoalan apakah pendewasaan minyak bumi terjadi

dalam batuan induk atau di luar batuan induk banyak ahli mengemukakan

adanya hubungan langsung antara pengubahan termal zat organik yang


terdapat dalam batuan sedimen dengan jenis minyak atau gas bumi yang

terakumulasi diantaranya. Dalam hal ini harus dibedakan antara pengubahan


yang terjadi pada waktu diagenesa yang merupakan transformasi organik
dengan perubahan termal.

Zat organik yang terkumpul dalam sedimen pada waktu diagenesa

mengalami beberapa perubahan yang merupakan transformasi organik.


Perubahan terjadi ketika pada waktu transport , dengan adanya transformasi

kimia, pelarutan, pemilahan fisika, pencernaan dan pemrosesan oleh


organisme dan mekanisme koagulasi dan presitipasi.

Pada waktu pengendapan zat organik mengalami pengerjaan oleh

organism aerob dan anaerob tergantung pada ketersediaan oksigen. Dalam


keadaan oksidasi dan energy tinggi yang tinggal hanyalah bagian yang tahan

yang seringkali mengalami pengendapan berulang-ulang. Hasil organism

memegang peranan yang penting dalam pembentukan debris sapropel yang


amorf yang terutama terdiri dari bakteri, ganggang dan organisme lainnya.
Keadaan anaerob adalah relative, karena untuk reduksi selalu diperlukan
oksigen.

Perubahan termal zat organik mungkin dimulai dari temperature 100oC.

Perubahan temperature yang dapat menyebabkan mulainya metamorfisme dan


sangat berpengaruh pada zat organik yang terkandung dalam sedimen disebut
eometamorfisme. Tingkat atau derajat eometamorfisme dewasa ini lazim

85

disebut LOM (Level of Organic Maturation) atau tingkat kematangan (termal)


organik yang terekam dalam batuan.

VIII.2.4 Migrasi
Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah
permukaan. Migrasi primer merupakan sebutan untuk tahapan dari proses
migrasi, berupa ekspulsi hidrokarbon dari source rock (batuan sumber) yang
berbutir halus dan berpermeabelitas rendah ke carrier bed yang memiliki
permeabelitas

lebih

tinggi.

Akumulasi

merupakan

pengumpulan

dari

L
U KP
N P
H
AS

hidrokarbon yang telah bermigrasi dalam keadaan yang secara relatif diam
dalam waktu yang lama. Trap merupakan istilah dimana migrasi terhenti dan
akumulasi terjadi.

Jika minyakbumi berasal dari bahan organik dan tersebar dalam batuan

sumber, kemungkinan bentuk fisik minyakbumi yang terbentuk adalah berupa

tetes-tetes kecil. Karena itu untuk terjadinya suatu akumulasi diperlukan

pengkonsentrasian, antara lain keluarnya tetes-tetes tersebut dari reservoir dan


kemudian bergerak ke perangkap. Koesoemadinata (1980) menyatakan ada

beberapa faktor tertentu sebagai sumber tenaga untuk terjadinya migrasi

minyakbumi baik primer maupun sekunder, yaitu kompaksi, tegangan

permukaan, gravitasi pelampungan (buoyancy), tekanan hidrostatik, tekanan

gas, sedimentasi, dan gradien hidrodinamik.


Migrasi Primer

Saat ini, ada tiga mekanisme migrasi primer yang membawa perhatian

serius bagi kebanyakan ahli geokimia petroleum

yaitu difusi, ekspulsi fasa

minyak, dan pelarutan dalam gas.

Difusi sebagai mekanisme aktif dalam migrasi hidrokarbon, terjadi secara

terbatas pada batuan sumber yang tipis atau pada tepian unit batuan sumber
yang tebal. Pengkonsentrasian diperlukan untuk memungkinkan terjadinya

migrasi primer, dimana difusi dapat menyebabkan akumulasi hidrokarbon


dalam ukuran yang cukup besar.

Ekspulsi hidrokarbon dalam kaitannya dengan migrasi primer terjadi dalam

fasa hidrofobik. Ini terjadi pada umumnya sebagai hasil perekahan mikro

86

selama pergerakan hidrokarbon. Ketika tekanan dalam batuan sudah melebihi


kekuatannya menahan tekanan, perekahan mikro terjadi, terutama pada bidang
lemah dari batuan tersebut, seperti bidang perlapisan. Sehingga batuan yang
terlaminasi mungkin menghasilkan hidrokarbon dengan tingkat efisiensi yang
lebih tinggi daripada batuan yang massif, dalam banyak kasus tidak ada
perekahan mikro atau ekspulsi yang terjadi sebelum jumlah bitumen yang
dihasilkan batuan sumber mencapai batas ambang tertentu.
Mills

(1923)

dan

Sokolov

(1964)

dalam

Koesoemadinata

(1980)

sehubungan dengan pelarutan minyakbumi dalam gas dan ekspansi gas,


menyatakan bahwa minyak dapat larut dalam gas, terutama pada temperatur

L
U KP
N P
H
AS

dan tekanan tinggi. Gas diketahui dapat bermigrasi dengan lebih leluasa
melalui batuan berhubung tegangan permukaannya yang kecil. Karena suatu

pembebasan tekanan, maka gas berekspansi dan membawa minyakbumi


terlarut. Mekanisme pelarutan ini hanya terjadi bergantung pada keberadaan
gas yang dipengaruhi oleh tingkat katagenesis dan kapabilitas batuan sumber
untuk menghasilkan gas.

Jarak dari migrasi primer hidrokarbon pendek. Migrasi primer terjadi dengan

lambat dan sulit, dikarenakan batuan sumber yang memiliki permeabelitas yang

rendah. Migrasi primer akan terhenti ketika hidrokarbon mencapai tingkat

permeabelitas yang memungkinkan terjadinya migrasi sekunder. Migrasi primer


dapat terjadi baik secara lateral, ke atas dan ke bawah bergantung pada
karakteristik carrier bed yang ada di dekat batuan sumber.
Migrasi Sekunder

Ketika hidrokarbon berhasil keluar dari batuan sumber dan mengalami

migrasi sekunder, pergerakan dari hidrokarbon akan dipengaruhi oleh gaya

pelampungan (bouyancy). Teori pelampungan (dalam Koesoemadinata, 1980)

menerangkan mekanisme pergerakan minyak bumi karena adanya perbedaan


berat jenis minyakbumi dan air. Suatu gumpalan minyak dalam air akan selalu
melambung mencari tempat yang lebih tinggi. Gumpalan ini kemudian bergerak
ke atas mengikuti kemiringan penyekat batuan reservoir.

Berlawanan dari gaya pelampungan adalah tekanan kapilaritas. Semakin

besar pori dari suatu batuan, semakin kecil tekanan kapilaritasnya, dan

87

semakin kecil pori dari suatu batuan, semakin besar tekanan kapilaritasnya.
Gaya pelampungan bekerja untuk menggerakan hidrokarbon, tetapi tekanan
kapilaritas melawan gaya pelampungan tersebut. Sehingga apabila gaya
pelampungan yang bekerja lebih kecil dari pada tekanan kapilaritas, maka
migrasi dari hidrokarbon tidak akan terjadi. Aliran hidrodinamik yang merupakan
gaya ketiga yang menggerakan hidrokarbon dapat mengubah pergerakan dari
hidrokarbon, tetapi hal ini kurang mempengaruhi dasar bahwa gaya
pelampungan

dan

tekanan

kapilaritas

merupakan

faktor

utama

yang

menentukan pergerakan dari hidrokarbon.


Migrasi sekunder

terjadi pada arah yang dipengaruhi oleh gaya

L
U KP
N P
H
AS

pelampungan yang paling besar. Pergerakan ini awalnya menuju ke arah atas,

dan lalu mengikuti kemiringan carrier bed apabila hidrokarbon menemui lapisan

dengan permeabelitas kurang di atas carrier bed. Keberadaan struktur dan

perubahan fasies mungkin menyebabkan tekanan kapilaritas lebih dominan


daripada gaya pelampungan, sehingga arah migrasi mungkin akan berubah,
dan atau terhenti.

VIII.2.5 Akumulasi minyak dan gas bumi

Kita ketahui bahwa minyak dan gas bumi berakumulasi pada suatu

perangkap yang perupakan bagian tertinggi dari lapisan reservoir. Akan tetapi

apakah yang menyebabkan minyak dan gasbumi berhenti di sana? Apabila


hidrokarbon mencapai trap maka terjadi pemisahan antara fasa hidrokarbon

dengan air. Akumulasi terjadi sebagai akibat gaya pelampungan yang


menggerakan hidrokarbon berhenti atau dibiaskan. Batuan inpermeabel dapat

menjadi perisai yang menahan migrasi hidrokarbon terjadi, karena tekanan


kapilaritas yang tinggi terhadap gaya pelampungan hidrokarbon.

Dalam Koesoemadinata (1980) diuraikan beberapa teori tentang

akumulasi dari migas, diantaranya adalah teori akumulasi Gussow. Teori ini

menjelaskan bahwa dalam keadaan hidrostatik proses akumulasi migas adalah


sebagai berikut. Gumpalan atau tetes-tetes minyak dan gas akan bergerak

sepanjang bagian atas lapisan penyalur ke atas, terutama disebabkan oleh


pelampungan (buoyancy). Begitu sampai di suatu perangkap, minyak dan gas
akan menambah suatu kolom gas dan mendesak minyak ke bawah yang juga

88

bertambah juga kolomnya dan gilirannya mendesak air ke bawah. Hal ini akan
terus terjadi sampai batas minyak-air mencapai spill point. Penambahan minyak
dan gas terus menerus akan menyebabkan pelimpahan (spilling) minyak ke
atas ke struktur selanjutnya. Pada fasa selanjutnya berhubung dengan
penambahan gas maka seluruh minyak didesak gas ke bawah sehingga

L
U KP
N P
H
AS

melimpah sampai habis dan perangkap sepenuhnya di isi oleh gas.

Gambar

VIII.1

Diferensiasi migas dalam perangkap yang


menyebabkan minyak melimpah(Gussow,1951)

Selain teori yang dikemukakan oleh Gussow, teori yang lainnya yaitu

Teori akumulasi King Hubbert. King Hubbert meninjau prinsip akumulasi


minyakbumi dari segi kedudukan energi potensial dan erat hubungannya

dengan perangkap hidrodinamik. Dalam hal ini minyakbumi baik dalam bentuk
tetes atau fasa yang menerus berada dalam lingkungan air akan selalu mencari
bagian reservoir yang terisolir dan secara lokal mempunyai potensial rendah.

Medan potensil dalam suatu reservoir yang terisi air merupakan resultan dari

dua gaya yaitu gaya pelampungan (buoyancy) dan gaya yang disebabkan
gradien hidrodinamik.

Waktu penjebakan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya untuk

diketahui dalam lingkup materi ini. Penentuan waktu dalam sejarah geologi

mengenai kapan minyakbumi dapat terjebak bukan saja penting dalam segi
ilmiah akan tetapi juga dalam segi ekonomi. Suatu perangkap dapat terisi atau

89

kosong tergantung dari waktu pembentukan ataupun kapan minyak itu


terbentuk atau berada dalam keadaan terjebak oleh perangkap. Pengertian
yang baik mengenai hal ini dapat membantu evaluasi suatu prospek. Untuk itu
perlu dipertimbangkan beberapa factor dalam hal mengkaji tentang waktu
penjebakan. Faktor-faktor tersebut antara lain waktu pembentukan perangkap,
perangkap yang terisi dan yang kosong, expansi gas, minyak dibawah
penjenuhan, topi gas yang berkelainan, metoda energy, mineral diagenesa dan
sementasi organik.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa minyakbumi tidak terjadi
pada waktu tertentu didalam evolusi minyakbumi. Setelah berakumulasi di

L
U KP
N P
H
AS

suatu perngkap, minyak bumi dapat bermigasi lagi ke arah perangkap yang
terbentuk kemudian.

VIII.3 PENUTUP

VIII.3.1 SOAL LATIHAN

Setelah kita membahas materi tentang batuan induk, proses pematangan,

migrasi serta akumulasi minyak dan gas bumi, diharapkan mahasiswa


memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan batuan induk.

2.

Apa ciri-ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu batuan induk

3.

Apa hubungan antara pengubahan/pematangan termal zat organik


dengan pembentukan minyak dan gas bumi.

4.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan migrasi primer dan migrasi


sekunder.

5.

Jelaskan syarat-syarat fisika yang diperlukan dalam hal proses migrasi


dari minyak dan gas bumi.

VIII.3.2 DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M. A., 2008, Pemodelan


Permukaan

Jawa

Timur

Zona Subduksi Dan Struktur Bawah

Berdasarkan

Kajian

Anomali

Gravitasi,

Bandung.
90

Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi kedua,
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Widianto, E.,2008, Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis
Cekungan dengan Data Gayaberat serta Implikasinya pada Target
Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa, Disertasi S-3 ITB,

L
U KP
N P
H
AS

Bandung.

91

BAB IX
EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI
IX.1 PENDAHULUAN
Materi yang akan dibahas dalam bab ini merupakan materi yang sangat
menarik khususnya bagi mahasiswa prodi geofisika. Hal ini dikarenakan bidang
geofisika sangat terkait langsung dengan kegiatan eksplorasi migas. Untuk itu
ada beberapan sasaran yang hendak dicapai setelah mempelajari materi ini.

L
U KP
N P
H
AS

Sebagai sasaran umum ialah agar mahasiswa mengerti dan memiliki


pemahaman tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam suatu
kegiatan eksplorasi. Adapun sasaran khususnya ialah :

Agar mahasiswa bisa menguraikan apa saja tahapan-tahapan yang


harus dilakukan dalam hal perencanaan eksplorasi

Agar

mahasiswa

mengetahui

faktor-faktor

apa

yang

harus

dipertimbangkan dalam pemilihan daerah eksplorasi

Agar mahasiswa mengetahui peranan ilmu geofisika dalam tahapan


eksplorasi

IX.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN


IX.2.1 Pengertian Eksplorasi

Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang

yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk

kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang

menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas

pencarian hidrokarbon tersebut. Perlu diketahui bahwa minyak di dalam bumi


bukan berupa wadah yang menyerupai danau, namun berada di dalam pori-pori
batuan bercampur bersama air.

Eksplorasi memang merupakan kegiatan penting dalam industri energi

pada umumnya dan khususnya industri minyak dan gas bumi. Demi

kelangsungan peradaban kita, diperlukan produksi minyak dan gas bumi secara

terus menerus. Dengan demikian cadangan makin menciut dan hanya dengan
eksplorasi sajalah cadangn akan semakin bertambah atau setidaknya
dipertahankan. Banyak ahli ekonomi ataupun khayalak ramai mengira bahwa
92

jika disuatu daerah telah diselidiki atau dieksplorasi dapatlah diketahui apakah
daerah itu mengandung cadangan minyak atau tidak. Mereka kemudian
mengharapkan bahwa dengan dilakukannya eksplorasi untuk seluruh daerah
tersebut misalnya seluruh daerah Indonesia, dapatlah diadakan inventarisasi
mengenai jumlah cadangan minyak bumi kita dan sampai kapan habisnya
minyak bumi ini. Namun, dilihat dari penjelasan sebelumnya jangankan
mengetahui seluk beluk cara terdapatnya minyak didalam suatu daerah apalagi
diseluruh Indonesia, sedangkan cara terbentuk dan terdapatnya minyakbumi di
dalam kerakbumi pun belum kita mengerti sedalam dalamnya ataupun
meramalkannya.

L
U KP
N P
H
AS

Beberapa konsepsi dari permulaan teori antiklin, perangkap statigrafi,

dan konsep mengenai hidrodinamika menunjukan bahwa pemikiran kita terus

menerus berkembang dan menghasilkan konsep baru tentang tempat


terdapatnya dan keadaan geologi minyakbumi. Contohnya, pencarian minyak

dan gasbumi di Amerika Serikat sudah berlangsung puluhan tahun dan


dilakukan oleh puluhan ribu ahli geologi dengan modal yang sangat besar serta

dengan menggunakan metoda yang paling modern, tetapi ternyata sampai kini
masih tetap dapat ditemukan cadangan baru di dalam daerah yang sudah

dieksplorasi walaupun makin lama cadangannya makin kecil dan makin sulit
untuk ditemukan.

IX.2.2 Urutan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi

Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi tidak dibedakan antara survey

pendahuluan atau prospeksi dan eksplorasi sebagaimana dalam bidang


pertambangan. Yang diartikan eksplorasi minyak dan gas bumi dalam industry

minyak adalah semua kegiatan dari permulaan sampai akhir dalam usaha

penemuan dan penambahan cadangan minyak dan gasbumi yang baru.


Eksplorasi mencakup semua kegiatan yang merupakan bagian integral dalam
usaha pemcarian minyak bumi termasuk pemboran.

Urutan suatu operasi eksplorasi adalah sebagai berikut :

Perencanaan eksplorasi (exploration palnning)


Operasi survey lapangan

Penilaian dan prognosis prospek


Pemboran eksplorasi

93

Pengembangan dan reevaluasi daerah


Bersamaan dengan dilakukannya urutan operasi eksplorasi, juga
dilakukan pengkajian dan evaluasi secara terus-menerus oleh suatu kelompok
studi yang menunjang eksplorasi dan yang menyarankan berbagai garis
kebijaksanaan dalam bidang eksplorasi.
IX.2.2.1 Perencanaan Eksplorasi
Suatu eksplorasi untuk minyak dan gas bumi haruslah direncanakan sebaikbaiknya dengan memperhitungkan untung rugi dan juga efisiensi dan ekonomi

L
U KP
N P
H
AS

dari eksplorasi tersebut. Dewasa ini sering dilakukan perencanaan jaringan


yang menggambarkan garis-garis operasi dari satu kegiatan ke kegiatan

lainnya beserta jadwal waktu yang keseluruhanya merupakan jaringan. Hal ini

perlu untuk saling mengecek efisiensi dan kelancaran kerja. Perencanaan


eksplorasi meliputi beberapa hal, antara sebagai berikut :

Pemilihan Daerah Eksplorasi

Pemilihan daerah eksplorasi juga berhubungan dengan permintaan daerah

kuasa pertambangan yang berlaku terutama pada perusahaan minyak asing.

Namun perusahaan Negara pun harus mengajukan permintaan daerah yang


akan di eksplorasi. Secara umum, pemilihan daerah eksplorasi untuk

perusahaan bersifat internasional ataupun multinasional tergantung dari Negara

atau tempat dilakukannya eksplorasi dan apakah daerah eksplorasi di lepas


pantai ataukah di daratan dan sebagainya. Hal ini selalu menyangkut keadaan

geologinya sendiri yang memungkinkan terdapatnya minyak bumi, menyangkut


pula kestabilan politik dan daerah pemasaran. Karena hal ini sering

menentukan berhasil atau tidaknya rencana yang telah dibuat. Beberapa dasar

pemilihan daerah eksplorasi adalah keadaan Geologi,keadaan Ekonomi, serta


keadaan social politiknya.

Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan meliputi geologi regional yang menyangkut studi

komparatif atau perbandingan dengan daerah geologi lainnya yang telah


terbukti produktif. Studi ini mempertimbangkan formasi yang biasa dijadikan

sasaran eksplorasi, struktur yang dapat bertindak sebagai perangkap dan


seterusnya serta juga memperhatikan feasibility studies yaitu suatu studi
mengenai kemungkinan tercapainya sasaran eksplorasi tersebut. Selain itu

94

studi pendahuluan juga meliputi pembuatan rencana eksplorasi. Studi geologi


regional meliputi ketebalan dan Penyebaran Sedimen, statigrafi regional,
tektonik dan Sejarah Geologi.
IX.2.2.2. OPERASI EKSPLORASI
Dalam tahapan operasi eksplorasi ini selain metoda dan teknik
penyelidikan geologi juga meliputi beberapa hal lain yaitu organisasi dan
personalia, peralatan dan fasilitas serta anggaran belanja.
Secara umum tahap operasi eksplorasi dapat dibagi sebagai berikut :

L
U KP
N P
H
AS

Penyelidikan Sepintas Lalu

Suatu survey sepintas lalu dimaksudkan supaya dalam waktu yang singkat

didapatkan gambaran keadaan geologi yang luas sehingga dapat dipilih


beberapa daerah untuk dilakukan penelitian secara lebih mendetail. Dalam
survey sepintas lalu ini, seringkali perusahaan dikejar waktu, sebab seringkali

sebagian daerah harus diserahkan kembali dalam waktu tertentu. Dengan


demikian tentu dalam jangka waktu yang pendek itu perusahaan harus bisa

menentukan daerah mana yang akan dikembalikan dan daerah mana yang
akan dipertahankan. Untuk itu operasi harus dilakukan secepat mungkin

dengan menggunakan fasilitas modern dan juga berbagai studi yang meluas.
Operasi yang dilakukan pada taraf sepintas lalu ini antara lain pemotretan dari
Udara, pemetaan Geologi Permukaan misalnya pengukuran penampang

stratigrafi dan pemetaan struktur, penyelidikan geofisika yang dimaksudkan


untuk mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan.

Survey Detail

Tujuan Survey detail adalah untuk menentukan adanya tutupan, besar

kecilnya tutupan secara areal atau secara vertical serta bentuk perangkap
secara lebih teliti sehingga langsung diapat ditentukan titik lokasi pemboran

ekplorasi. Dari survey detail ini dapat dilakukan perkiraan volum minyak yang
bisa

diharapkan

secara

maksimal.

Metode

yang

sampai

sekarang

dipergunakan adalah Survey Geologi Permukaan, Survey Seismic, survey


Gravitasi Detail serta Pemboran Stratigrafi.

Operasi eksplorasi selain beberapa metode yang dilakukan diatas juga meliputi
hal- hal sebagai berikut :

a) Organisasi dan Personalia


95

b) Peralatan dan Fasilitas


c) Anggaran belanja
IX.2.2.3 PENILAIAN DAN PROGNOSIS PROSPEK
Penilaian
Hasil survey mendetail dikerjakan dan disusun menjadi suatu laporan dan
harusnya menghasilkan prospek pula untuk dilakuakan pemboran eksplorasi.
Semua prospek dikemukakan oleh ahli geofisika kepala dan ahli geologi kepala
yang kemudian dinilai bersama dengan manager eksporasi. Penilaian

L
U KP
N P
H
AS

dilaksanakan deri berbagai segi, antara lain : segi geologi, segi ekonomi, segi
logistic dan kesampaian daerah.

Prognosis

Yang dimaksud dengan Prognosis adalah rencana pemboran secara

terperinci serta ramalan mengenai apa yang akan ditemui waktu pemboran dan
pada kedalaman berapa. Prognosis ini meliputi lokasi yang tepat, kedalaman

terakhir, latarbelakang geologi, objektif dan lapisan reservoir yang diharapkan,


kedalaman puncak formasi yang akan ditembus, serta jenis survey lubang bor
yang akan dilaksanakan.

Dalam prognosis ini para ahli geologi harus bekerjasama dengan bagian

exploitasi dan bagian pemboran. Dalam hal ini para ahli geologi juga harus
dapat meramalkan antara lain :

Kedalaman terdapatnya kehilangan sirkulasi


Kedalaman terdapatnya gas tekanan tinggi

Kedalaman terdapatnya pemasukan air yang besar.

Acara Pemboran Lubang Kosong

Acara pemboran lubang kosong (Dry-hole program) adalah suatu program

yang menitikberatkan pemboran khusus untuk mendapatkan data geologi

secara luas, tetapi dengan harapan bahwa salah satu daripada pemboran akan
menghasilkan minyak. Jadi tujuannya adalah mendapatkan data geologi.

96

IX.2.2.4 PEMBORAN EKSPLORASI


Pemboran

explorasi juga sering disebut sebagai suatu Wildcat. Wildcat

atau sumur eksplorasi adalah sumur yang dibor untuk menentukan apakah
terdapat minyak atau gas di suatu tempat yang sama sekali baru. Jika sumur
eksplorasi menemukan minyak atau gas, maka beberapa sumur konfirmasi
(confirmation well) akan dibor di beberapa tempat yang berbeda di sekitarnya
untuk

memastikan

apakah

kandungan

hidrokarbonnya

dikembangkan. Pemboran explorasi merupakan puncak


explorasi akan tetapi

cukup

untuk

seluruh kegiatan

pemboran explorasi ini tetap merupakan pekerjaan

L
U KP
N P
H
AS

geologi. Tugas seorang ahli geologi jaga sumur ini antara lain adalah :

Memeriksa keratan sumur serta memplotnya dalam suatu log litologi.

Menentukan batas formasi yang telah dicapai pada waktu pemboran.


Menentukan pengambilan inti dan sebagainya.

Menyaksikan pelaksanaan penglogan listrik oleh perusahaan jasa teknik.

Mengadakan analisa terhadap log listrik, log litologi untuk penentuan


zona-zoa yang diharapkan menghasilkan minyak.

Penentuan selang-selang yang harus dilakukan perforasi dan pengujian


akan adanya minyak dan gas bumi.

Hasil suatu pemboran eksplorasi itu dapat digolongkan sebagai berikut :

Penemuan baru (Discovery) : misalnya sumur yang memproduksi minyak


secara menguntungkan, sumur yang menghasilkan minyak secara tidak

menguntungkan, dan sumur gas. Untuk mengetahui besar kecilnya


penemuan produksi yang didapatkan dari suatu sumur, dilakukan suatu
pengujian produksi yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Jika kita mendapatkan suatu sumur minyak yang tidak komersiil, dapat

berarti bahwa setidak-tidaknya suatu formasi tertentu telah terbukti


mengandung minyak. Tidak komersilnya suatu sumur dapat disebabkan

oleh berbagai factor, seperti tipisnya reservoir, kurangnya permeabilitas

ataupun juga lokasinya yang kurang tepat. Oleh karena itu, dengan

mempelajari geologi serta berbagai factor penyebab terdapatnya minyak


bumi, suatu prospek yang baru dapat diharapkan untuk mendapatkan
minyak yang bersifat produktif.

97

Lubang kosong atau lubang kering (Dry hole) yang bersifat :

Lubang sumur yang memperlihatkan tanda-tanda adanya gas dan


minyak

Sumur yang kering sama sekali

Kegagalan mekanik

Suatu sumur kosong tidaklah diartikan suatu kegagalan. Seringkali suatu


lubang kosong memperlihatkan terdapatnya tanda-tanda minyak dan gas.
Hal ini sangat dapat memberi dorongan untuk meneruskan

explorasi.

Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah sebagai berikut :


Gagal untuk mengenal adanya zona-zona minyak dan gas di dalam

L
U KP
N P
H
AS

sumur tersebut.

Posisi perangkap telah bergeser atau jalanya pemboran telah


menggeser.

Tidak ada minyak dan gas dalam perangkap.

Tidak ada perangkap reservoir

Dapat saja kita meleset dalam meramalkan penyebaran batuan resorvir.

Hilangnya perangkap reservoir dapat disebebkan oleh :


-

Perubahan fasies batuan reservoir menjadi batuan non reservoir

Tidak ada perangkap pada lokasi pemboran

Kecerobohan dalam pemetaan dan penentuan lokasi

Adanya sesar naik

Salah penentuan lokasi

Kegagalan Mekanik
Seringkali

kegagalan

explorasi

tidak

dapat

mencapai

objektifnya,

disebabkan karena kegagalan mekanik misalnya :

- Serpih yang terus menerus mengembang


- Peledakan lubang sumur

- Bor terus menerus terjepit dan patah sehingga

pemboran tidak bisa

dilaksanakan.

Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas masih ada hal lain yang juga

penting dalam mendukung tahapan ini yaitu adanya laporan tentang kegiatan
pemboran eksplorasi yang telah dilakukan. Laporan ini berupa hasil geologi

98

yang dicapai oleh pemboran dan juga berita acara pemboran oleh ahli teknik
pemboran. Bagian laporan itu menyangkut antara lain :
-

Nama sumur dan alasan untuk melakukan pemboran dilokasi itu

Letak geologi regional serta geologi local

Statigrafi yang didapatkan berdasarkan pemboran

Interpretasi struktur pengukuran dari pemboran

Data laboratorium serta hasil analisa dari semua jasa teknik

Diskripsi lengkap dari sumur pemboran dan berbagai contoh Lumpur.

L
U KP
N P
H
AS

IX.2.2.5 PENGEMBANGAN DAN REEVALUASI


Jika suatu lapangan minyak ditemukan, maka haruslah direncanakan

pengemabangannya untuk diexploitasi, sebelum penemuan lapangan baru ini

diserahkan pada bagian eksploitasi, maka bagian explorasi harus menentukan


batas lapangan dengan suatu rencana pemboran semi ekplorasi.

Geologi Produksi

Tugas seorang ahli geologi produksi pada umumnya adalah :


-

Menentukan bentuk geometrid an kelangsungan lapisan reservoir yang


produktif dan mengandung minyak.

Bersama-sama ahli tekhik reservoir membantu menentukan besar


cadangan atau jenis cadangan yang didapatkan dari lapangan itu.

Membantu menentukan lokasi pemboran pengembangan

Mencari akumulasi baru secara extensive atau penerusan dari lapangan


yang sedang diexploitasikan sebagai akibat penentuan bentuk geometri

lapisan reservoir, dengan memproyeksikannya kejalur luar daerah yang


diketahui.

Reevaluasi Daerah

Hasil suatu acara pemboran explorasi memberikan tambahan data yang

berharga dan jelas harus dipelajari serta ditambahkan pada data yang telah ada
untuk mengadakan reevaluasi.

Beberapa daerah tertentu dapat menarik minat orang kembali dan suatu

rencana eksplorasi dan penyeledikan geologi yang lebih mendetail dapat


disusun.

Mungkin

pula

daerah

explorasi

atau

sebagian

daripadanya

dikesampingkan karena tak ada harapan ditemukannya minyak. Maka ini


memberikan harapan untuk menemukan ladang minyak yang baru. Berbagai
99

studi dilakukan terus menerus sementara pemboran explorasi ini pun


dilaksanakan secara rutin.
Dengan bertambahnya data pemboran, pengertian serta teknik korelasi
lebih baik dan interpretasi geologi daerah menjadi lebih halus. Hasil studi dan
research dapat diintegrasikan menjadi suatu basin studi. Dengan demikian
hasil suatu usaha explorasi selain menghasilkan minyak bumi yang penting
bagi perkembangan ekonomi juga menghasilkan sumbangan besar terhadap

L
U KP
N P
H
AS

ilmu pengetahuan

IX.3 PENUTUP

IX.3.1 SOAL LATIHAN

1. Dalam hal perencanaan eksplorasi ada beberapa tahapan yang harus


dilakukan. Jelaskan tahapan-tahapan tersebut!

2. Kegiatan ekplorasi merupakan kegiatan yang membutuhkan biaya besar.


Untuk itu diperlukan pertimbangan yang matang dalam hal pemilihan

daerah yang akan dieksplorasi. Jelaskan factor apa saja yang harus
dipertimbangkan dalam tahapan pemilihan daerah eksplorasi.

3. Kita tahu bersama bahwa metoda geofisika sangat penting dalam ikut
menentukan kesuksesan suatu kegiatan eksplorasi migas. Cari satu contoh

kasus dimana penggunaan salah satu metode geofisika menjadi bagian


dalam kegiatan eksplorasi migas.

IX.3.2 DAFTAR PUSTAKA

http://www.wikipedia.co.id/eksplorasi_minyak_bumi.htm

Kartyoso, S,.1999, .Migas dan Usaha Migas Hupmas Pertamina.

Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1,
Penerbit ITB, Bandung.

100

BAB X
GEOLOGI MINYAK BUMI DI INDONESIA
X.1 PENDAHULUAN
Sebelum kita membahas tentang geologi minyak bumi di Indonesia terlebih
dahulu kita mengetahui sasaran yang akan dicapai setelah mempelajari materi ini.
Adapun sasaran-sasaran yang hendak dicapai ialah :
Mahasiswa mengetahui seberapa besar potensi minyak dan gas bumi di
Indonesia.
Mahasiswa mengetahui beberapa cekungan minyak yang ada di Indonesia
Mahasiswa bisa menganalisis hubungan antara cekungan-cekungan tersebut

L
U KP
N P
H
AS

dengan kerangka tektoniknya.

Untuk mencapai sasaran tersebut tentu saja dibutuhkan informasi yang lebih luas,

sehingga untuk keperluan pencapaian sasaran mahasiswa dianjurkan mencari dan


membaca beberapa referensi tentang kondisi perminyakan di Indonesia terutama
mengakses beberapa hasil penelitian atau jurnal yang terkait dengan materi ini.

X.2 URAIAN MATERI PEMBELAJARAN

Jika kita bertanya tentang bagaimana awal mula terbentuk minyak bumi,

maka harus dipahami dulu tentang faktor utama dalam pembentukannya. Ada tiga
faktor utama dalam pembentukan minyak atau gas bumi, yaitu :

1. Ada batuan asal (source rock) yang secara geologis memungkinkan


terjadinya pembentukan minyak dan gas bumi.

2.

Adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari batuan asal menuju ke

batuan reservoir (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yang

berpori-pori (porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon


tersebut.

3.

Adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang

tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya

gempa bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara

terus menerus, dapat menciptakan suatu ruangan bawah tanah yang


menjadi jebakan hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang

101

impermeable, maka hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa
bergerak kemana-mana lagi.
Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi, merupakan
faktor

penting lainnya

dalam

pembentukan

hidrokarbon.

Hidrokarbon

jarang

terbentuk pada temperatur kurang dari 65 oC dan umumnya terurai pada suhu di
atas 260 oC. Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177
o

C.

Komponen-komponen

pembentuk

minyak

bumi

merupakan

campuran

rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya tersusun atas 85% karbon

(C) dan 15% hidrogen (H). Selain itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah
kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S) atau nitrogen (N).

L
U KP
N P
H
AS

Ada 4 macam yang digolongkan menurut umur dan letak kedalamannya,


yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep dan old-deep. Minyak bumi young-

shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak bahan aromatik,

sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi. Minyak old-shallow biasanya


kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai parafin yang lebih pendek.

Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik didihnya
paling rendah dan juga viskositasnya paling encer. Sulfur yang terkandung dapat

teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga old-deep adalah minyak
mentah yang dikatakan paling sweet. Minyak semacam inilah yang paling
diinginkan karena dapat menghasilkan bensin (gasoline) yang paling banyak.

Indonesia merupakan suatu negara yang termasuk produsen minyak bumi

yang cukup penting. Hal ini bukan merupakan akibat dari segi besarnya produksi,

tetapi lebih karena posisi geografinya. Sampai kini, indonesia merupakan


produsen paling besar di Asia, kecuali Timur Tengah. Arti penting ini terutama

disebabkan karena letaknya di antara negara konsumen, antara lain Jepang yang

sangat kekurangan bahan bakar. Produksi indonesia dewasa ini telah melampui 1 juta
Barrel perhari, Namun dibandingkan dengan produksi harian dunia, yaitu 40

juta barrel perhari, sangatlah kecil (2,5%). Produsen terbesar adalah Amerika

serikat (kira-kira 12 juta barrel/hari) setelah itu Uni soviet. Berbagai negara seperti

Arab saudi, Abu Dhabi, dan sebagainya, telah melampaui 2 juta barrel/hari. Salah

satu

keuntungan

minyak bumi indonesia adalah kadar belerangnya yang

rendah(< 1%) di bandingkan dengan Timur tengah (2%).

102

X.2.1 SEDIMENTASI, SRATIGRAFI DAN TERDAPATNYA MINYAK BUMI


Sekitar 30-juta tahun di pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir jaman

dinosaurus, lebih dari 50% dari cadangan minyak dunia yang sudah diketahui
terbentuk. Cadangan lainnya bahkan diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil

yang diketemukan bersamaan dengan minyak bumi dari jaman Cambrian,


diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-juta tahun yang lalu.
Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama
jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang
hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar
lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik

L
U KP
N P
H
AS

yang akhirnya akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini

berulang terus, satu lapisan menutup lapisan sebelumnya. Lalu selama jutaan
tahun berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau berpindah tempat.

Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup

mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit.

Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material yang kaya

hidrogen dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari lapisan
batuan di atasnya kemudian mendestilasi sisa-sisa bahan organik, lalu secara

perlahan mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas alam. Batuan yang
mengandung minyak bumi tertua diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun.

Yang paling muda berumur sekitar 1-juta tahun. Secara umum batuan dimana
diketemukan minyak berumur antara 10-juta dan 270-juta tahun.

Sedimentasi dimulai pada permulaan Tersier, biasanya oligosen, tetapi

pada beberapa tempat (Kalimatan) dimulai pada eosen. Pada Akhir Mesozoikum,

seluruh daerah cekungan telah dilipat, diintrusi, diangkat dan didenudasi,

sehingga seluruh batuan yang berumur pra-tersier dianggap sebagai batuan dasar

(Basement). Walaupun tidak seluruhnya terdiri dari batuan beku atau

dimetamorfasekan, akan tetapi batuan tersebut telah tertektonisasi, sehingga kecil

kemungkinan untuk terdapatnya minyakbumi.

Pematahan bongkah terjadi pada permulaan tersier, sehingga terjadi relief

lagi dan sedimentasi dimulai biasanya bersifat non-marin, kadang-kadang dimulai


dengan aktifitas volkanik (Jawa Barat). Permulaan sedimentasi ini biasanya terjadi

103

pada oligosen, tetapi pada beberapa tempat misalnya Kalimantan dimulai pada
eosen.
Untuk itu adanya daur (cyclus) terestris yang mendahului daur marin, yang
merupakan pula lapisan penghasil sunda. Biasanya daur sedimentasi ini terbatas
pada basinal deeps(grabens), tidak merata, dan terisolir di sana sini. Minyak yang
terdapat di sini bersifat parafin berat.
Di atas daur ini terdapat suatu transgresi marin dengan sedimentasi lebih
luas kecuali beberapa peninggian batuan dasar. Biasanya terdapat suatu pasir
dasar, yang berasal dari paparan sunda, akan tetapi peninggian batuan dasar
merupakan sumber yang baik dari sedimen detritus. Lapisan reservoir ini biasanya

L
U KP
N P
H
AS

menumpang (on-Lapping) terhadap peninggian batuan dasar terhadap paparan


sunda. Permulaan miosen yaitu pembentukan lapisan gamping yang sangat luas,
terutama di laut jawa. Periode ini

rupanya merupakan tergenangnya seluruh

daerah cekungan, dari sabang sampai ke tarakan. Tidak banyak lagi peninggian

batuan dasar yang masih menonjol di permukaan laut (kekecualian antara lain
terdapat di daerah tinggi Lampung, lengkung Karimun Jawa). Perkembangan

terumbu (reef development) terjadi pada bagian yang tinggi, seperti daerah
Baturaja, paparan seribu dan lain-lain. Nama formasi gamping ini adalah formasi
Baturaja, formasi kujung, dan formasi Berai.

Di Sumatra gamping ini tidak begitu terkembang secara luas, hanya terisolir

di sana-sini seperti misalnya: Baturaja

di cekungan palembang, Gamping kubu di

sumatra tengah, formasi telaga. Di kalimantan timur, perkembangan gamping itu

tidak diketahui terbatas pada jazirah mangkalihat. Gamping ini terbukti pula
produktif seperti misalnya: Lapangan Kitty (cekungan sunda), Lapangan raja (Gas
sumatra selatan). Minyak yang dihasilkan bersifat aspal. Transgresi maximal
terjadi di miosen tengah, dimana pada umumnya serpih marin agak dalam

diendapkan dan pada umumnya sering dianggap batuan induk minyakbumi antara
lain

formasi

Gumai,

sumatera

selatan.

Ketidakselarasan

intra-Miosen

pada

umumnya tidak didapatkan. Sedimentasi berlangsung terus sewaktu bukit barisan


dan pegunungan jawa selatan mulai diangkat dan tererosi. Pada akhir miosen
terjadi

suatu

regresi

yang

berlangsung

terus

selama

pliosen.

Regresi

ini

menghasilkan lapisan reservoir penting, yang bersifat paralis/ litoral, seperti


formasi keutapang (di Sumatra Utara), formasi air benakat (Sumatra Selatan),

104

formasi ngrayong (Jawa Timur) dan formasi Balikpapan/ palubalang di Kalimantan


Timur.
Minyakbumi yang dihasilkan dari formasi regresi ini bersifat parafin ringan
0

(40 -60 API Gravity) atau aspal (Mangunjaya, Sumatra Selatan, Tarakan/Bunyu,
Kalimantan). Regresi ini berlangsung dengan sedimentasi non-marin dan diikuti
dengan perlipatan pada jaman plio-pleistosen. Dilaut Jawa (Bagian barat) regresi
ini tidak mencapai sedimentasi non marin dan suatu lapisan gamping diendapkan
yaitu formasi parigi. Sering pula pengendapan ini dikatakan sebagai daur
sedimentasi kedua (Transgresi kedua).
Waktu perlipatan utama dari lapisan tersier adalah jaman plio-pleistosen.

L
U KP
N P
H
AS

Akan tetapi pematahan-tumbuh pada batuan dasar juga mempengaruhi pelipatan


pada oligosen dan miosen bawah, sehingga sering struktur pada lapisan atas
tidak

sesuai

dengan

lipatan

pada

lapisan

sebelah

bawah.

Adanya

ketidakselarasan dalam oligosen (antara daur non-marin dan marin) diperkirakan


terdapat di sumatra tengah dan di laut jawa sebelah barat. Sampai kini lipatan
dengan patahan

yang mengikutinya merupakan perangkap utama minyakbumi.

Perangkap stratigrafi mulai ditemukan di sumatra selatan. Sejumlah lipatan


biasanya

mengelompok

dalam

antiklinorium,

yang

sering

pula

merupakan

peninggian batuan dasar atau pengangkatan.

X.2.2 DAERAH CEKUNGAN MINYAK

Potensi sektor energi terutama minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia

saat ini 70 persen diantaranya terdapat di cekungan-cekungan Tersier lepas


pantai dan lebih dari separuhnya terletak di laut dalam (Badan Penelitian dan
Pengembangan (Litbang) Energi Sumber Daya Mineral).

Saat ini terindikasi sedikitnya 66 cekungan migas di seluruh Indonesia,

sebagian besar berada di darat dan laut dangkal perairan territorial dan hanya
beberapa cekungan yang berada pada landas kontinen (cekungan busur muka),
16 cekungan sudah berproduksi, 8 cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum
dieksplorasi.

Beberapa daerah di indonesia memiliki cekungan-cekungan dan berpotensi

sebagai penghasil minyak seperti tang terlihat pada gambar berikut:

105

L
U KP
N P
H
AS

Gambar X.3 Penyebaran daerah cekungan Minyak Di Indonesia


Dari beberapa daerah cekungan minyak yang terdapat di Indonesia, beberapa
diantaranya diuraikan sebagai berikut :

Daerah cekungan Sumatra Utara

Daerah ini meliputi suatu jalur sempit yang terbentang dari Medan sampai

ke Banda Aceh. Di sebelah barat jalur ini jelas dibatasi oleh singkapan-singkapan
pra-tersier. Dikatakan bahwa yang dikenal sebagai lempung hitam (black clay) dan

batupasir bermika (micaceous sandstone), mungkin merupakan pengendapan


non-marin. Trangresi baru dimulai dengan batu pasir peunulin atau batupasir

Belumai, yang tertindih oleh formasi telaga yang merupakan lapisan reservoir
utama. Daerah cekungan ini terdiri dari cekungan yang dikendalikan oleh patahan

batuan dasar. Semua cekungan tersebut adalah pendalaman paseh ( paseh


deep).

Di sini juga letak daerah terangkat blok Arun, yang dibatasi oleh patahan

yang menjurus ke utara selatan.

Cekungan paseh membuka ke arah utar lepas-

pantai, ke sebelah selatan terdapat depresi tamiang dan depresi medan. Di antara

kedua depresi tersebut terdapat daerah tinggi, dan disana formasi peunulin/telaga/
Belumai langsung menutupi batuan dasar. Minyak ditemukan dalam formasi Diski
Batumandi, lebih ke selatan lagi terdapat depresi siantar dan kemudian daerah

cekungan dibatasi oleh lengkung asahan (sebagai bagian paparan sunda yang
menjorok) dari daerah cekungan sumatra tengah. Struktur

daerah cekungan

sumatra utara diwakili oleh berbagai lipatan yang relatif ketat yang membujur

barat-laut-tenggara yang dibarengi oleh sesar naik. Di sini diketahui bagian barat
relatif naik terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di plio-plistosen. Semua unsur

106

struktur yang lebih tua direfleksikan pada paleotopografi batuan dasar, Seperti
misalnya blok arun yang menjurus utara-selatan.
Di daerah tersebut terdapat beberapa lapangan minyak, rantau ditemukan
pada tahun 1929 dengan kedalaman reservoir antara 300 sampai 1500 meter
dalam formasi keutapang. Mimyak yang dihasilkan bersifat parafin ringan (API
48.50). Lapangan ini memperlihatkan waterdrive yang sangat kuat. Produksi
kumulatif sampai

tahun 1970 telah melampui 100 juta

barrel. Diski dan

Batumandi minyak ditemukan di sumur explorasi diski dan batumandi sebelah


barat medan dalam formasi peunulin (Telaga limestone). Namun
belum

dapat

diproduksikan,

karena

sifat

reservoirnya

yang

sampai kini
kurang

baik.

L
U KP
N P
H
AS

Lapangan gas arun yang terletak di propinsi Aceh 225 kilometer sebelah
baratlaut medan ditemukan oleh mobil oil pada tahun 1971. Lapangan ini terletak

di antara pegunungan barisan dan selat malaka. Gas dan kondensat terdapat
dalam terumbu dan batuan karbonat yang bersekutu, tebalnya melebihi 300 meter

dan berumur miosen bawah dan tengah. Formasi ini sesuai dengan anggota
telaga. Atap reservoir terdapat pada kedalaman kira-kira 3000 meter. Terumbu
karbonat ini terdapat pada peninggian paleotopografi yang membujur utara
selatan dan membawahi sutu lapisan batupasir (Belumai), perangkap akumulasi
ini merupakan perangkap stratigrafi murni dengan gasnya yang terjebak dalam

fasies terumbu yang berpori-pori dan tertutup serpih dari formasi Baong. Potensi
laoangan ini ditujukkan oleh produktifitas sumur yang melebihi setengah milyar

kaki per kubik. Cadangan terbukti 17 trillion gas mengandung 15 persen CO2 dan

sedikit nitrogen. Luas reservoir 42000 acres. Lapangan gas lainnya lho sukon
sebelah timur lapangan arun.

Cekungan Sumatera Selatan

Cekungan Sumatera Selatan terletak memanjang berarah Barat laut -

Tenggara di bagian Selatan Pulau Sumatera. Luas cekungan ini sekitar 85.670
km2 dan terdiri atas dua sub cekungan yaitu: sub cekungan Jambi dan sub

cekungan Palembang. Sub cekungan Jambi berarah Timur laut - Barat daya
sedangkan Sub cekungan Palembang berarah Utara - Barat Laut - Selatan -

Tenggara dan diantara keduanya dipisahkan oleh sesar normal Timur laut - Barat
daya.

107

L
U KP
N P
H
AS
Gambar X.1 :

Peta lokasi cekungan

Sumatera Selatan (Hadipandoyo, 2007)

Stratigrafi daerah cekungan ini pada umumnya

besar

dapat dikenal satu daur

yang terdiri dari suatu transgresi yang diikuti regresi. Formasi yang

terbentuk dalam fase transgresi dikelompokan menjadi

kelompok Telisa (Formasi

Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai). Sedangkan yang terbentuk

dalam fase regresi dikelompokan menjadi kelompok Palembang (Formasi Air


Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai).

Formasi Talang Akar merupakan transgresi

dipisahkan

dari

Formasi

Lahat

oleh

suatu

marin yang sebenarnya dan

ketidakselarasan

yang

memiliki

pengangkatan regional dalam oligosen Tua Atas dan Oligosen Tengah. Sebagian
dari formasi Talang Akar adalah fluviatil sampai delta dan

marine dangkal. Di

beberapa tempat, batupasir terlokalisasi pada daerah tinggi atau dekat paparan
sunda. Formasi ini merupakan lapisan reservoir yang utama di Sumatera Selatan.

Formasi Baturaja terdiri dari batugamping yang merupakan terumbu yang

tersebar di sana-sini. Formasi ini tidak terbentuk dalam Cekungan Jambi, begitu
pula dalam bagian tertentu dari Cekungan Palembang. Terumbu Formasi Baturaja
langsung diendapkan diatas batuan dasar Pra-Tersier.

108

Formasi Gumai yang terdapat diatasnya

mempunyai penyebaran yang

luas, pada umumnya terdiri dari serpih dalam. Formasi Gumai sebagai batuan
induk untuk semua minyak di Sumatera Selatan. Hal ini berdasarkan extraksi
hidrokarbon

dari

serpih

formasi

tersebut.

Minyak

bumi

terbentuk

setelah

pengendapan maka akan bermigrasi secara lateral ke Formasi Talang Akar,


sehingga minyak

bumi

dalam

formasi

ini

bersifat

parafin

berat.

Pelipatan

Pliopleistosen menyebabkan minyak bumi tersebut diubah menjadi parafin ringan


dan migrasi vertikal ke dalam Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim.
Formasi Lahat terdapat sebelum regresi utama dan pada umumnya
merupakan sedimentasi non-marin. Formasi ini diendapkan dalam bongkah-

L
U KP
N P
H
AS

bongkah yang terpatahkan ke bawah. Sedimen terdiri dari kipas aluvial, fluvial dan
sebagian terbentuk di delta. Pada bagian atasnya adalah lempung tufaan dan
batupasir tufaan yang berasal dari transgresi marine.

Formasi Air Benakat merupakan permulaan endapan regresi dan terdiri dari

lapisan pasir pantai. Penyebarannya jauh lebih luas dari formasi sebelumnya.
Lapisan batupasir disini juga merupakan lapisan reservoir yang penting.

Formasi Muara Enim lebih merupakan endapan rawa sebagai fasa akhir

regresi dan pada formasi ini terdapat batubara yang penting, seperti yang

ditemukan di Bukit Asam (Koesoemadinata, 1980).

109

L
U KP
N P
H
AS

Berikut dapat dilihat kolom stratigrafi pada Cekungan Sumatera Selatan

Gambar X.2 : Stratigrafi umum cekungan Sumatera Selatan (Hadipandoyo,


2007)

Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang produktif. Hal ini

disebabkan terdapat beberapa formasi yang dapat bertindak sebagai batuan induk

110

yang baik, batuan reservoir yang memadai dan batuan penutup. Jalur migrasinya
diperkirakan sesar-sesar yang terjadi di cekungan itu.
Batuan induk yang potensial berasal dari batulempung Formasi Lahat,
batulempung Formasi Talang Akar dan batulempung Formasi Gumai. Formasi
yang paling banyak menghasilkan minyak hingga saat ini adalah Formasi Talang
Akar, dengan kandungan material organik yang tinggi berkisar antara 0,5-1,5%.
Lapisan batupasir yang terdapat dalam Fomasi Lahat, Talang Akar, Gumai, Air
Benakat,

dan

Muara

Enim

dapat

merupakan

batuan

reservoir.

Selain

itu

batubatugamping Formasi Baturaja juga berlaku sebagai batuan reservoir.


Batuan tudung pada umumnya merupakan lapisan batulempung yang tebal
Formasi

Gumai,

Air

Benakat,

Muara

Enim.

Disamping

itu,

terjadinya

L
U KP
N P
H
AS

dari

perubahan facies kearah lateral dari Formasi Talang Akar dan Baturaja.

Pada umumnya perangkap hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan

merupakan perangkap struktur antiklin. Struktur sesar, baik normal maupun geser

dapat bertindak sebagai perangkap minyak. Perangkap stratigrafi terjadi pada


batugamping terumbu berbentuk membaji, bentuk kipas dan lensa dari batupasir

karena perubahan facies. Migrasi pada umumnya terjadi kearah up-dip serta melalui

sesar-sesar yang ada (Hadipandoyo, 2007)

Daerah Cekungan Jawa Barat Utara

Daerah cekungan jawa barat utara meliputi daerah dataran rendah Jawa Barat

utara (dataran rendah jakarta) dan laut Jawa Barat utara daerah dapat dikenal
beberapa unsur tektonik sebagai berikut
a. Daerah

angkatan

Lampung

yang

memisahkan

daerah

cekungan

palembang dengan daerah jawa barat Utara.

b. Paparan sunda di utara.

c. Jalur peerlipatan bogor di selatan.

d. Daerah pengangkatan Karimun jawa di sebelah timur.

e. Paparan pulau seribu. Unsur yang disebut terakhir ini membagi daerah
cekungan daerah jawa barat menjadi :

111

Cekungan Sunda
Di cekungan ini batu pasir talang akar dalam bagian-baagin danau yang
dinamai Banuwati shale. Formasi talang akar yang menutupinya sangat tebal
dalam bagian-bagian yang dalam akan tetapai menipis ataupun menghilang
kearah paparan Sunda ataupun kedaerah tinggi

seperti paparan pulau seribu.

Beberapa lapangan minyak bumi didapatkan dalam formasi talang akar yang
bersifat transgresif dan formasi baturaja. Sifat minyak dari kedua formasi ini
berbeda formasi baturaja bersifat aspal tetapi berkadar belerang rendah.
Cekungan jawa barat utara dibagi dalam beberapa cekungan kecil atau
depresi yaitu depresi Jatibarang, depresi pasir putih, depresi arjuna, depresi
Depresi ciputat

dibatasi sebelah timur

pulau seribu paling

bawah

L
U KP
N P
H
AS

ciputat.

ditemukan formasi jatibarang yang terdiri bahan-bahan vulkanik seperti lava,


basalt, tufa dan breksi yang kemudian tertutup oleh lapisan trangresif dari formasi

Cibulakan. Formasi batugamping baturaja tidak terkembangkan dengan baik dan


di wakili sebagi suatu anggota gamping. Kelihatannya transgresi di sini tidak

pernah mencapai laut dalam, dan ekuivalen formasi gumai di sini diwakili
cibulakan bagian atas yang bersifat pasiran. Transgresi formasi parigi yang terdiri

dari batugamping yang bersifat terumbu. Regresi terakhir diwakili oleh formasi
Cisubu yang umumnya bersifat marin. Minyak terdapat dalam formasi jati barang
dan formasi cibulakan dan juga dalam formasi ekuivalen baturaja.

Lapangan jatibarang

a. Lapangan randengan : lapangan ini mewmproduksi dari lapidsan Cibulakan

dari perangkap suatu kubah kecil lapangan-lapangan lain yang ditemukan

pada tahun 1978-1979 adalah lapangan Camara, kandanghaur dan tugu (dari
formasi parigi).

b. Lapangan kompleks arjuna (lepas pantai) : kompleks ini merupakn kumpulan


lapangan minyak yang mulai dengan diketemuannya struktur e pada tahun
1969 dan disusul oleh struktur b dan k. minyak ditemukan terutama dalam
lapisan pasir Cibulakan atas dengan beberapa interval.
Struktur

jumlah lapisan pasir kedalaman(kaki)

2300-3200

2900-3800

112

k
c.

Lapangan arimbi

2700-3800

terletak di utara Cirebon dan menghasilkan dari terubu

gamping formasi batu raja.


Daerah cekungan jawa timur
Derah cekungan ini meliputi pulau jawa dan palung jawa timur utara
Madura. Daerah cekungan yang pertama lebih merupakan epikontinental dan
beberapa unsur

tektonik.

Pencekungan laut Jawa timur


a. Daerah pengangkatan Karimun Jawa disebelah jawa barat
b. Monoklin selatan kelanjutan selatan karimun jawa
pati,

yang

berkelanjutan

ke

pertelukan

florence

barat

dan

L
U KP
N P
H
AS

c. Palung

berorentasi timur laut barat daya.

d. Lengkung (kubat) bawean merupakan daerah positif


e. Cekungan

florens

timur

sebelah

tenggara

lengkung

bawean

dan

mencekubg florence cekung sendiri merupakan setengah grabean.

f.

Arah positif merupakan cekungan florence timur dan batasnya bersifatpatahan

g. Depresi masalombo suatu cekungan terdpatdisebelah timurarah positif JSI


trend. Depresi membuka ke depresi Madura utara.

h. daerah tinggi masalembo merupakan elemen tektonik paling timur daerah


cekungan daerah Jawa timur dan membatasi dari dalam laut flores.

i.

Pertelukan JS 20 merupakan suatu depresi yang penting yang membuka


ke barat ke graben tuban utara ke cekungan Madura.

Cekungan Jawa timur Madura


Daerah

cekunagn

ini

lebih

merupakan

geosinklin,

dengan

ketebalan

sedimen tersier mungkin melebihi 6000 meter. Suatu hal khas dari cekungan ini
adalah Timur-Barat, dan kelihatannya merupakan gejala tektonik tersier muda.

Di sebelah selatan, cekungan yang memanjang timur-barat ini dibatasi oleh

pegunungan kendeng, yang menerus ke pantai Selatan Madura, dengan sedimen


Tersier terlipat sangat ketat, yang dibarengi sesar-sesar naik.

Pada umumnya di sini dapat dibedakan dua jalur sedimentasi di sini :

a. Jalur Rembang-madura. Di sini fasa regresi didapatkan dalam sedimen


klastik yang merupakan reservoir minyak.

113

b. Jalur randublatung-selat madura, yang pada umumnya terdiri dari


sedimen halus seperti serpih napal, dengan tekanan lebih

(over

pressure), sehingga mengakibatkan diapair serpih. Dalam arah utaraselatan terjadi perubahan fasies dari sedimen cekungan epikontinen ke
geosinklin. Dalam hal ini terutama formasi Kujung menjadi gamping
cekungan. Dasar cekungan ini belum pernah ditembus oleh pemboran,
demikian pula lapisan dasarnya. Lapisan tertua adalah formasi Kujung
yang terdapat dalam fasies cekunganyang berumur Te. Di atasnya
terdapat formasi tuban (Tf1-2) yang pada bagian atasnya terdapat dalam
fasa regresif dan terkembangkan dalam fasies pasir (anggota Ngarong),

L
U KP
N P
H
AS

yang merupakan reservoir minyakpenting. Formasi ini dibatasi dari


formasi yang ada di atasnya, yaitu formasi kawengan, oleh suatu
ketidakselasan yang menghilang berwujud sedimentasi menerus dalam
jalur randublatung selat Madura.

c. Formasi Kawengan yang terdiri dari anggota Wonocolo, anggota ledok

dan anggota mundu merupakan lapisan reservoir penting, dan berumur

Miosen atas Pliosen. Formasi paling atas adalah formasi Lidah, yang
berumur

Pliosen

sampai

pleistosen.

Formasi

Lidah

dan

formasi

Kewengan berubah fasies menjadi gamping terumbu formasi madura.

Terdapatnya Minyak bumi

Di cekungan jawa timur Utara ini minyak terutama ditemukan dalam fasa

regresif anggota ngarayong dan formasi kawengan yang transgresif di atasnya,


terutama dalam anggota wonocolo.

Di formasi fasa transgresif sampai kini belum ditemukan. lapangan minyak

di Jawa timur dapat dikelompokkan ke dalam 2 daerah minyak yaitu daerah cepu,
dan daerah Kruka-surabaya.
Daerah Cepu

Lapisan reservoir terutama didapatkan dalam batupasir anggota ngrayom.

Tujuhpuluh tiga persen produksi daerah ini didapatkan dari interval ini. Porositas

rata-rata adalah 18 % dan berkurang ke arah ESE. Ketebalan bersih lapisan


minyak Lapangan semanggi 35-45 meter, Nglob : 100-110 meter dan Kawengan :
40 meter.

114

Lapisan minyak lain adalah anggota wonocolo yang terdiri dari sisipan gamping
pasiran, dan batupasir gamping halus di bagian bawahnya. Secara total telah
ditemukan 11 lapis minyak. Juga anggota ledok yang terdiri dari kalkrenit pasiran
yang ditandai glaukonit dan perlapisan silang siur kadang-kadang merupakan
reservoir.
Perangkap

di

daerah

ini

teutama

merupakan

struktur

lipatan

yamg

menjurus baratlaut-tenggara yang disebabkan pelipatan akhir pliosen dan barattimur yang disebabkan gerakan pleistosen sampai resen. Struktur antiklin pada
umumnya disertai sesar naik yang miring ke arah utara, malahan pada kedua
belah sayatnya (lapangan kawengan) minyak yang didapatkan pada umumnya

L
U KP
N P
H
AS

bersifat parafin, terutama kawengan yang bersifat parafin berat. Lapangan minyak
yang penting ialah keawean. Lapangan ini merupakan kulminasi antiklin kidanganwonocolo kawengan. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1984 dan dewasa ini

masih diproduksikan. Minyak ditemukan dalam lapisan pasir anggota ngrayong


dan womocolo dan terdapat dalam antiklin asimetri dengan sesar naik pada sayap
selatannya. Yang termasuk kawengan yaitu: Kidangan,Dandangil, Wonocolo.
Daerah minyak surabaya

Pada daerah ini minyak didapatkan dalam anggota wonocolo. Sangat khas

adalah anggota mundu yang berkembang sebagai lapisan pasir yang terdiri dari
cangkang giobigerina.

Daerah cekungan kalimantan timur

Daerah cekungan tersier kalimantan timur dibatasi di sebelah barat oleh

paparan stabil sunda dari kalimantan barat yang merupakan suatu kompleks
batuan dasar pra-tersier, batuan beku dan metamorf yang telah stabil, di bagian
barat laut oleh daerah tinggi kucing yang juga terdiri dari batuan pra-tersier yang
terlipat ketat.
Dibagian

selatan

daerah

cekungan

ini

bersambungan

dengan

cekungan

epikontinen laut jawa timur. Unsur tektonik berikut membagi daerah kalimantan

beserta leoas pantai lepasnya menjadi beberapa cekungan Yaitu: a. Daerah tinggi
meratus b. Paparan paternoster c. punggung Mangkalihat. Ketiga unsur ini

membagi cekungan sebagai berikut: a. Cekungan barito sebelah barat punggung


Meratus b. Cekungan kutai di sebelah utara punggungan meratus c. cekungan

115

pasir antara punggung meratus dan paparan paternoster d. cekungan tarakan


dipisahkan di sebelah selatan oleh punggung mangkalihat.
Daerah cekungan laut cina selatan
Daerah cekungan Laut Cina selatan merupakan suatu propinsi minyak dan
gasbumi yang baru. Explorasi di daerah ini mulai tahun 1970, pada tahun 1979
lapangan minyak pertama di wilayah Indonesia diresmikan. Beberapa lapangan
gas dan minyakbumi sebelumnya telah diketemukan di wilayah Malaysia.
Kerangka tektonik
Daerah ini terdapat dua unsur tektonik utama, yaitu daerah paparan sunda
dan cekungan (geosyncline) Borneo Barat Laut. Cekungan borneo Barat laut ini,

L
U KP
N P
H
AS

yang juga disebut cekungan natuna Timur, merupakan suatu cekungan busurmuka (fore-arc basin) di tepi timurlaut Paparan Sunda yang stabil semenjak

Tersier. Cekungan yang besar ini membujur dari lepas pantai Vietnam melalui
Utara kepulauan natuna

ke Serawak-brunei, dan ke arah timurlaut membuka ke

dasar laut berkedalaman abisal dan bergerak samudra tapi cekungan terhadap

paparan adalah sangat terjal. Cekungan ini bersifat suatu palung jalur penekukan
kerak

samudra

ke

bawah

Paparan

Sunda

pada

jaman

Kapur-Eosen

(eugeosyncline) dan pada zaman Oligo-miosen lebih bersifat miogeosyncline atau


mungkin dapat diklasifikasikan sebagi tepi benua yang tertarik-pisah. Batas
paparan

cekungan ini adalah merupakan terusan garis sesar Lupar yang

berarahkan

barat-laut

sampai

perbatasan

Indonesia-malaysia

di

kalimantan.

Struktur pada cekungan ini terdiri dari diapair lempung dan tingian batuan dasar.
Kapur-eosen diwakili oleh filit dan turbidit yang diperkirakan sebagai melange,

disusul oleh pengendapan marin dangkal dan laut dalam pada jaman Miosen dan
pliosen. Cekungan natuna barat merupakan suatu depresi yang disebabkan
penipisan kerak kontinen pada penarik-pisahan yang disebabkan penipisan kerak

kontinen pada penarik pisahan yang terjadi setelah jaman oligosen. Cekungan ini

berarahkan baratlaut-tenggara, sedangkan Cekungan natuna barat berarahkan


timurlaut-baratdaya, cekungan thailand ini dipisahkan dari cekungan natuna timur

(Geosinklin serawak) oleh tinggian khorat-Natuna Swell) yang merupakan suatu


busur bathlit Mesozikum atas, cekungan ini disebut juga sebagai inter bathlik

basin oleh white dan wing Mesozoikum. Tinggian khorat-natuna merupakan suatu
ambang yang memisahakan Cekungan natuna barat dari laut terbuka, sehingga

116

sedimentasi di cekungan ini dari Oligosen sampai Miosen tengah bersifat


nonmarin sampai paralis. Daerah ini mengalami pematahan pada orogonesis
Miosen bawah/Pliosen dan sementara ini terdapat transgresi marin sampai
dengan pliosen dimana terjadi pengendapan lumpur di laut terbuka. Struktur di
cekungan

natuna

Barat

menunjukkan

aspek

tarik-pisahan

(pull-apart)

dantranscurrent (wrench) yang bersifat sinistral, yang menyebabkan gerakan-gerakan


vertikal yang membentuk tutupan berarahkan timurlaut-baratdaya.

X.3 PENUTUP
X.3.1 TUGAS

L
U KP
N P
H
AS

Setelah membahas materi tentang Geologi Minyak dan Gasbumi di Indonesia,


selanjutnya mahasiswa ditugaskan untuk mencari atau melengkapi informasi

tentang cekungan-cekungan minyak di wilayah Indonesia. Tugas ini dikerjakan


secara kelompok dan masing-masing kelompok diminta presentasi singkat tentang
tugasnya masing-masing pada pertemuan berikutnya.

X.3.2 DAFTAR PUSTAKA


Hadipandoyo,

S.,

2007,

Kuantifikasi

Sumber

Hidrokarbon

Indonesai,

Pusat

Penelitian & Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, LEMIGAS,


Jakarta.

Harsono,

A.,

1997,

Pengantar

Evaluasi

Log,

Schlumberger

data

services,

kuningan, Jakarta.

Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak Dan Gas Bumi Jilid 1 dan 2, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.

117

EVALUASI
Sebagai seorang mahasiswa yang nantinya akan menjadi seorang
geofisikawan sangat membutuhkan pemahaman yang luas tentang alam
semesta diantaranya adalah bagaimana proses terakumulasinya minyak dan
gas bumi dibawah permukaan. Tentu saja untuk terjun dalam industry yang
bergerak dalam bidang perminyakan dan gas bumi mahasiswa dituntut untuk
memiliki keterampilan dilapangan selain itu keterampilan dalam bekerja sama
dalam suatu tim. Pengetahuan tentang minyak dan gasbumi sudah barang

L
U KP
N P
H
AS

tentu menjadi syarat yang sangat penting. Dengan pengetahuan dan


keterampilan yang handal dibidang yang akan digeluti, mahasiswa akan cepat
terserap dalan dunia kerja.

Pengetahuan yang diperoleh dalam proses perkuliahan sebaiknya diikuti

dengan kerja praktek pada bidang yang betul-betul diminati, sehingga akan
nampak jelas bagaimana dan dimana pemanfaatan ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh di kampus. Dengan demikian mahasiswa akan lebih termotifasi

dalam belajar terutama dalam menyelesaikan tugas akhir. Salah satu cara yang
baik untuk meningkatkan motifasi belajar mahasiswa adalah dengan jalan

memberikan gambaran yang nyata tentang bagaimana dan dimana ilmu dan
keterampilan mereka akan dibutuhkan.

Untuk mencapai suatu keberhasilan memang harus dengan kerja keras

dan kedisiplinan yang tinggi, karena bagaimanapun baiknya struktur mata

kuliah yang telah dirancang kalau tidak dibarengi dengan belajar keras dan
disiplin yang tinggi maka kita akan jauh dari apa yang diharapkan. Belajar

dalam hal ini bukan sekedar ingin lulus saja tapi lebih dari itu yakni

meningkatkan potensi diri dan memiliki daya saing yang tinggi. Untuk itu tidak

ada kata berhenti belajar, yang ada adalah menjaga motifasi dan terus

mengejar pengetahuan serta meningkatkan keterampilan. Untuk menunjang

kegiatan tersebut maka materi-materi perkuliahan akan selalu di perbaharui


sesuai dengan perkembangan dan tuntutan dunia kerja.

PENUTUP
Minyak bumi, gas alam, dan batu bara berasal dari pelapukan sisa-sisa
makhluk hidup, sehingga disebut bahan bakar fosil. Proses pembentukannya
memerlukan waktu yang sangat lama sehingga termasuk sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui. Minyak bumi sering disebut dengan emas cair
karena nilainya yang sangat tinggi dalam peradaban modern. Pertanian,
industri, transportasi, dan sistem-sistem komunikasi sangat bergantung pada
bahan bakar ini, sehingga berpengaruh pada seluruh kegiatan kehidupan suatu

L
U KP
N P
H
AS

bangsa.
Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber utama energi dunia, yaitu

mencapai 65,5%, selanjutnya batubara 23,5%, tenaga air 6%, serta sumber

energi lainnya seperti panas bumi (geothermal), kayu bakar, cahaya matahari,
dan energi nuklir. Negara yang mempunyai banyak cadangan minyak mentah

(crude oil), menempati posisi menguntungkan, karena memiliki banyak

persediaan energi untuk keperluan industri dan transportasi, disamping

pemasukan devisa negara melalui ekspor minyak. Minyak bumi disebut juga
petroleum (bahasa Latin: petrus = batu; oleum = minyak) adalah zat cair licin,

mudah terbakar dan sebagian besar terdiri atas hidrokarbon. Kandungan

hidrokarbon dalam minyak bumi berkisar antara 50% sampai 98%. Sisanya
terdiri atas senyawa organik yang mengandung oksigen, nitrogen, dan
belerang.

Ada tiga macam teori yang menjelaskan proses terbentuknya minyak

dan gas bumi, yaitu:

(1) Teori Biogenetik (Teori Organik)

Menurut Teori Biogenitik (Organik), disebutkan bahwa minyak bumi dan gas

alam terbentuk dari beraneka ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mati
dan tertimbun di bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini kemudian
dihanyutkan oleh arus sungai menuju laut, akhirnya mengendap di dasar lautan

dan tertutup Lumpur dalam jangka waktu yang lama, ribuan dan bahkan jutaan

tahun. Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi, dan tekanan lapisan batuan di

atasnya, maka binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati tersebut berubah


menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas.

119

(2) Teori Anorganik


Menurut Teori Anorganik, disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam
terbentuk akibat aktivitas bakteri. Unsur-unsur oksigen, belerang, dan nitrogen
dari zat-zat organik yang terkubur akibat adanya aktivitas bakteri berubah
menjadi zat seperti minyak yang berisi hidrokarbon.
(3) Teori Duplex
Teori Duplex merupakan perpaduan dari Teori Biogenetik dan Teori Anorganik.
Teori Duplex yang banyak diterima oleh kalangan luas, menjelaskan bahwa
minyak dan gas bumi berasal dari berbagai jenis organisme laut baik hewani
maupun nabati. Diperkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani

L
U KP
N P
H
AS

dan gas bumi berasal dari materi nabati.

Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan

Lumpur berubah menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari
Lumpur yang mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk
(Source Rock). Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat

yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat tertentu


yang disebut dengan perangkap (Trap).

Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan

air, (2) minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan
minyak bumi disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat

sendiri dalam suatu perangkap disebut Non Associated Gas. Karena perbedaan
berat jenis, maka gas selalu berada di atas, minyak di tengah, dan air di bagian

bawah. Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang


lama, maka minyak bumi digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak

dapat diperbarui (unrenewable). Untuk itulah maka pengetahuan tentang


minyak bumi dan gas alam sangat penting untuk kita ketahui.

Berdasarkan model OWEM (OPEC World Energy Model), permintaan

minyak dunia pada periode jangka menengah (2002-2010) diperkirakan


meningkat sebesar 12 juta barel per hari (bph) menjadi 89 juta bph atau tumbuh

rata-rata 1,8% per tahun. Sedangkan pada periode berikutnya (2010-2020),


permintaan naik menjadi 106 juta bph dengan pertumbuhan sebesar 17 juta

bph,(Sumber:http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/). Hal inilah yang menjadi dasar


betapa pentingnya pengetahuan dan kajian tentang geologi minyak dan gas
bumi mulai dari asal usul terbentuknya minyak, proses migrasi dan penjebakan
120

minyak sampai pada kegiatan eksplorasi yang merupakan bagian yang sangat
penting dalam hal mendukung terpenuhinya kebutuhan akan minyak dan gas
bumi.
Dalam kegiatan eksplorasi migas salah satu metode yang biasanya
digunakan ialah metode-metode geofisika yang digunakan untuk studi
pendahuluan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi misalnya

metode

gravitasi. Studi pendahuluan tersebut bertujuan untuk mengetahui daerah


daerah penyebaran cekungan serta ketebalan sedimen dalam cekungan
tersebut. Eksplorasi minyak bumi selalu diawali dengan penentuan ketebalan
serta penyebaran batuan sedimen karena berdasarkan pembentukannya

L
U KP
N P
H
AS

minyak bumi akan selalu terakumulasi dengan batuan sedimen. Pada


umumnya semakin

tebal dan luasnya

suatu lapisan sedimen, maka

kemungkinan ditemukannya minyak bumi akan semakin besar. Hal ini


disebabkan karena

pada umumnya semakin tebal lapisan sedimen, maka

semakin banyak formasi yang dapat bertindak sebagai batuan reservoir


maupun sebagai batuan induk ( Koesoemadinata, 1980).

Mengingat begitu pentingnya kedudukan ilmu geofisika dalam hal

mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi maka
sebagai mahasiswa geofisika sangat perlu mengambil mata kuliah ini sebagai

langkah untuk mendapatkan pemahaman tentang geologi minyak dan gas

bumi. Selain itu mahasiswa diharapkan melakukan kegiatan magang atau kerja
praktek sebagai tindak lanjut untuk mendapatkan pengalaman langsung
dibidang industry migas.

Seiring berjalannya waktu maka teknologi di bidang perminyakan

terutama dalam hal kegiatan eksplorasi dan eksploitasi juga ikut berkembang.

Untuk itu diharapkan agar pengetahuan di bidang ini juga terus dikembangkan
dan dimutahirkan agar sejalan dengan kebutuhan pasar sehingga bukan tidak

mungkin hal itu yang bisa menjadi bekal bagi lulusan geofisika untuk berkiprah

diluar kampus nantinya. Semoga dengan tersedianya bahan ajar ini bisa turut
membantu memperlancar kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata
kuliah Geologi Minyak dan Gas Bumi.

121

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan
Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of
Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy.
Hadipandoyo, S., 2007, Kuantifikasi Sumber Hidrokarbon Indonesia, Pusat
Penelitian & Pengembangan

Teknologi Minyak dan Gas Bumi,

LEMIGAS, Jakarta.
Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM

L
U KP
N P
H
AS

Press.

Harsono, A., 1997, Pengantar Evaluasi Log, Schlumberger data services,


kuningan, Jakarta.

Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC.
Hasan, M. A., 2008, Pemodelan
Permukaan

Jawa

Timur

Zona Subduksi Dan Struktur Bawah

Berdasarkan

Kajian

Anomali

Gravitasi,

Bandung.

Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Jilid 1
dan 2. Penerbit ITB.

Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.

Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi


Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, ITB Bandung.

Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1979. Applied
Geophysics 1 edition. Cambridge University Press.

Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1990. Applied
Geophysics 2 edition. Cambridge University Press.

Widianto, E.,2008, Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis

Cekungan dengan Data Gayaberat serta Implikasinya pada Target

Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa, Disertasi S-3 ITB,
Bandung.

Undang-Undang No. 44 Prp. Tahun 1960 Tentang : Pertambangan Minyak Dan


Gas Bumi

Yohanes, M, 1991, Pengantar Geologi Dan Eksplorasi Minyak Dan Gas Bumi,

L
U KP
N P
H
AS

PPT MIGAS Cepu.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN


Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245;
Telp 0411 586200 ext 1064; Fax 0411 585188; email lpp@unhas.ac.id

Surat Pernyataan

Saya, penulis buku ini:


:

Makhrani, S.Si, M.Si

NIDN

0027027201

L
U KP
N P
H
AS

Nama

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Buku ini benar saya tulis, bukan karya plagiat. Beberapa pernyataan,
gambar, rumus, atau opini dari orang lain yang termuat dalam buku ini
selalu disertai sumbernya yang jelas.
2. Buku ini saya serahkan kepada Lembaga Kajian dan Pengembangan
Pendidikan (LKPP) Unhas, untuk selanjutnya dijadikan koleksi
Perpustakaan Pusat Unhas dan dalam bentuk softcopy dipajang di
www.unhas.ac.id yang dapat diakses oleh semua pengguna, khususnya
mahasiswa.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh sunggguh.

Makassar, 30 November

2012

Penulis,

Makhrani, S.Si, M.Si


NIDN: 0027027201

You might also like