You are on page 1of 74

KINERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ATCS (AREA TRAFFIC CONTROL


SYTEM) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)

Oleh
SIGIT PRASETYO

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

ABSTRACT
THE PERFORMANCE OF TRANSPORTATION OFFICE OF BANDAR
LAMPUNG IN CONDUCTING AREA TRAFFIC CONTROL SYSTEM
(ATCS) IN BANDAR LAMPUNG
(A Study in Transportation Office of Bandar Lampung)

By
SIGIT PRASETYO

Congestion is a problem often occurs in area in Indonesia. Bandar Lampung is


one of urban in Indonesia having this problem. Congestion in main streets in
Bandar Lampung cause bad effects on public activities. This problem is the main
task of Transportation Office in Bandar Lampung. One of recent efforts from
Transportation Office in Bandar Lampung is conducting ATCS (area traffic
control system).
The objective of this research is to find out the performance of task force
(SATGAS) of ATCS (area traffic control system) in maintaining order and
smoothness of traffic in Bandar Lampung, this research used performance
measurement model according to Mahsun; 1) input, 2) process, 3) output, and 4)
outcome. This was a qualitative research and data were collected with interview,
documentation, and observation.
The results showed that the performance of Transportation Office was not
optimal. There were some factors influencing less optimal performance of
Transportation Office of Bandar Lampung in conducting ATCS program. They
were less employees in conducting ATCS operation, some junctures were not yet
installed with ATCS instruments, less structures and infrastructures especially
auto motor vehicles to conduct ATCS program. The researcher recommends
Transportation Office to improve its employees performances by adding
employees especially in ATCS operation division, optimizing ATCS equipment
installation for all street junctures susceptible to Congestion, and adding auto
motor vehicles.
Keywords : Performance Transportation Office in Bandar Lampung, Area
Traffic Control System (ATCS).

ABSTRAK

KINERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM


PELAKSANAAN PROGRAM ATCS (Area Traffic Control System)
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Studi pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung)

Oleh

SIGIT PRASETYO

Kemacetan merupakan suatu permasalahan yang sering terjadi di kota-kota yang ada di
Indonesia. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu dari sekian kota besar yang ada di
Indonesia yang tidak luput dari permasalahan ini. Untuk mengatasi kemacetan ini pemerintah
Kota Bandar Lampung menunjuk Dinas Perhubungan untuk mengatasi persoalan tersebut.
Salah satu terobosan terbaru dari Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung adalah dengan
menyelenggarakan program ATCS (AreaTraffic Control System).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja SATGAS (Satuan Tugas) ATCS (Area Traffic
Control Sytem) dalam menjaga ketertiban dan kelancaran lalu lintas di Kota Bandar
Lampung. Model pengukuran kinerja yang digunakan yaitu menurut Mahsun, meliputi 1)
Masukan (Input), 2) Proses (Process), 3) Keluaran (Output), 4) Hasil (Outcome). Metode
yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui
wawancara, dokumentasi dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
masih dirasakan kurang optimal. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kurang
optimalnya kinerja Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan program
ATCS ini, yaitu kurang memadainya jumlah pegawai dalam pelaksanaan operasional ATCS,
beberapa persimpangan belum terpasang alat ATCS, kurang memadainya jumlah sarana dan
prasarana khususnya kendaraan bermotor dalam pelaksanaan program ATCS. Untuk itu,
Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung harus meningkatkan lagi kinerja pegawainya
dengan menambah jumlah pegawai khususnya pada bagian urusan operasional ATCS,
mengoptimalkan pemasangan alat ATCS pada seluruh persimpangan jalan yang menjadi titik
rawan kemacetan. Dan menambah sarana dan prasarana kendaraan bermotor.
Kata Kunci : Kinerja, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, ATCS (Area Traffic
Control Sytem).

KINERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG


DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ATCS (AREA TRAFFIC CONTROL
SYTEM) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
SIGIT PRASETYO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada
Jurusan Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal


7 Mei 1993. Merupakan anak tunggal dari pasangan
Bapak Marindi dan Ibu Sugiyanti. Penulis memulai
pendidikan formal di Sekolah Dasar Al- Azhar 1 Bandar
Lampung pada tahun 1999 sampai 2005. Setelah itu
penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun
2005 sampai 2008 di SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) pada tahun 2008 sampai tahun 2011 di SMA YP Unila Bandar
Lampung. Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
melalui Ujian Seleksi Mandiri UM.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam Organisasi Kepemudaan


(OKP). Pada Organisasi Intra Kampus, tahun 2012/2013 penulis tercatat sebagai
anggota bidang Dana dan Usaha (DANUS) bergabung di BEM FISIP UNILA,
kemudian tahun 2013/2012 penulis tercatat sebagai Kepala Bidang Dana dan
Usaha (DANUS) Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMAGARA).
Beberapa pelatihan juga pernah diikuti, antara lain Pelatihan Latihan Dasar
Kepemimpinan Mahasiswa BEM FISIP UNILA Tahun 2012 dan 2013.

Sebagai bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat penulis bersama rekan


mahasiswa dari berbagai jurusan di Unila ikut dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Bumi Dipasena Sentosa, Kecamatan Rawa Jitu Timur, Kabupaten
Tulang Bawang, Lampung yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Maret 2015.

Penulis.

MOTO

Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan
kegigihan
(Samuel Jhonson)

Sekali layar terkembang, surut kita berpantang


(Pemuda Pancasila)

Apapun yang tengah kamu hadapi, percaya bahwa Tuhan akan memberi jalan
keluarnya, bahkan dengan cara yang tak pernah kamu bayangkan

Jika engkau menghadapi masalah besar jangalah pernah mengatakan


WAHAI TUHAN KENAPA ENGKAU BERI AKU MASALAH BESAR,
tetapi katakanlah WAHAI MASALAH, AKU PUNYA TUHAN YANG BESAR !!!

Pantang Pulang Sebelum Menang !!!

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucap Bismillahirrohmanirohim


Kupersembahkan karya ini kepada :

Kedua Orang Tuaku Tersayang


Marindi dan Sugiyanti
Dan Seluruh Keluaga Besarku
Terimakasih Untuk Doa, Semangat, dan Kasih Sayangnya Selama Ini

Serta Untuk Almamater Tempatku Bernaung

Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fisip Unila,


Himagara

SANWACANA

Alhamdullilahirobbilalamin puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, Tuhan semesta alam yang memiliki segala kesempurnaan dan kemulian
yang telah memberikan nikmat imam, islam dan nikmat hidup kepada penulis
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:
KINERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ATCS (AREA TRAFFIC CONTROL
SYTEM) DI KOTA BANDAR LAMPUNG sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi dan
perkuliahan selama ini. Terimakasih tersebut penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan FISIP Unila.
2. Bapak Dr.Dedy Hermawan S.Sos., M.si., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara.
3. Bapak Dr. Bambang Utoyo S., M.si., selaku Dosen Pembimbing Utama
atas kesediaanya dan kesabarannya dalam membimbing penulis selama

proses penyusunan skripsi ini. Penulis haturkan permohonan maaf untuk


setiap kesalahan penulis selama ini.
4. Ibu Meiliyana, S.IP., M.A selaku pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan bimbingan,
saran serta masukan dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis haturkan
permohonan maaf untuk setiap kesalahan penulis selama ini.
5. Bapak Simon Sumanjoyo H. S.A.N., M.PA. selaku Penguji Utama,
terimakasih untuk kesediaanya meluangkan waktu dan telah memberikan
kritik, saran dan masukan yang baik kepada penulis. Penulis haturkan
permohonan maaf atas kesalahan penulis selama ini.
6. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos., M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara terdahulu dan Selaku Pembimbing Akademik penulis
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan
bimbingan, pengarahan, saran serta masukan dalam proses perkuliahan
dan penyusunan skripsi ini. Penulis haturkan permohonan maaf atas
kesalahan penulis selama ini.
7. Kedua orang tuaku, Marindi dan Sugiyanti, Terimakasih buat kasih sayang
yang kalian berikan selama ini, kalian merupakan orang yang paling aku
sayang, menjadi idola terbaik dalam hidupku. Maaf, sedikit terlambat
dalam memenuhi janjiku sebagai sarjana.
8. Kakak dan Adik bapak : Pakde suratmi, Lek Senen, Terimakasih atas
saran, nasehat, dan masukan yang selama ini kalian berikan kepada
penulis. Maaf, sedikit terlambat dalam memenuhi janjiku sebagai sarjana.

9. Kakak, Mbak Ipar dan adik ipar : Mbak Tini, Mbak Puji, Mbak Retno,
Mas Ikar, Mas Suraji, Mas Joko, Mas Kukuh, Mas Aan, Mas Yanto, Mas
Agung, Billa, Hafiz, Shilla, Qnan, Rensi, dan Agil Terima Kasih atas
dukungan dan nasehat yang kalian berikan, kalian sangat berati untuk
saya.
10. Seluruh Dosen yang telah berbagi ilmu dan pengetahuan selama penulis
menjalani masa studi di FISIP UNILA.
11. Segenap Karyawan FISIP UNILA yang telah memberi kelancaran dan
kenyamanan selama peneliti menimba ilmu dan beraktifitas di kampus ini.
12. Bapak Iskandar Z.ATD SH.MT , selaku Kepala Bidang Lalu Lintas dan
Kepala Satuan Tugas ATCS Kota Bandar Lampung, terimakasih telah
bersedia menjadi informan, meluangkan waktunya dan membagikan
pengalamannya serta memberikan dokumen dokumen tentang pelaksanaan
Program ATCS kepada saya.
13. Bapak Drs. M Hasis, selaku Kepala Urusan Operasional ATCS,
terimakasih atas kesediaanya meluangkan waktu untuk berbagi informasi
seputar pelaksanaan Program ATCS .
14. Bapak Indra Novianto, S.ik selaku Kepala Satuan Lalu Lintas Kota Bandar
Lampung, terimakasih atas kesediaannya meluangkan waktu untuk
wawancara seputar keadaan rawan kemacetan yang ada di Kota Bandar
Lampung.
15. Bapak Feko Stia Raya, S.S.T (TD) selaku Kepala Regu C Operasional
ATCS,

terimakasih

atas

kesediaannya

meluangkan

wawancara seputar pelaksanaan Program ATCS.

waktu

untuk

16. Bapak Ari Muchtar selaku Dawaspol Lapangan, terimakasih atas


kesediaannya meluangkan waktu untuk wawancara seputar pelaksanaan
Program ATCS dan memeberikan data terkait keadaan yang terjadi di
lapangan saat bertugas.
17. Termakasih untuk Bapak Muhammad Bayu, Beni Handoko, Sriyanto dan
Andi Kurniawan, yang bersedia juga menjadi informan dalam penelitian
ini.
18. Buat abang terbaikku di kampus, Abang Levi Tuzaidi S.Sos, Abang Ari
Wijaya S.A.N, Abang Sigit Kurniawan Alta, Abang Joko Setia Putra
S.A.N, Abang Rizki Pratama Terimakasih telah memberikan pengetahuan
tentang organisasi mahasiswa kampus unila, agama dll.
19. Keluargaku, para pejuang Kantin (GEMA KANTIN) : Ikhwan, Daru,
Iyaji, Romario, Martina (Mami), Ani, Asnia, Nandia, Riangga, Rico. Buat
kalian, gapailah mimpi dan jangan lupa rajin kuliah dan semoga segera
cepat menyusul.
20. Buat Abang-abang Ilmu Administrasi Negara, Bang Fajrin, Bang Panjie,
Bang Baim, Mas Vicko, Bang Syamsi , Bang Arwin, Mbak Nanda, Bang
Doni, Bang Anggara, Bang Bang Bro, Bang Boncu, Bang Enal, Bang
Agung Bang Fahmi, Bang Cindang (Nanda), Bang Nyom, Bang Guruh,
Bang Agus, Bang Angga, Bang Adi , Bang Rully, Bang Beck, Bang Toha,
Bang Adrian, Bang Zico, Bang Bahri, Bang Desmon, Bang Taufik, Bang
Abil, Bang Syamsu, Bang Tian, dan yang lain yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Saya ucapkan terimakasih atas dukungan kalian.

21. Penghuni Kantin 337 dan Kantin GSG : Emak Kantin Fisip, Bu Bos, Mbak
Las, Mbak Mei, Ibu Kantin GSG, Bapak Kantin GSG Terimakasih atas
racikan makanan dan minuman yang selalu disiapkan setiap kekantin.
22. Teman seperjuangan Administrasi 2011 ANTI MAPIA Coco, Dede, Deo,
Ibnu, Yori, Panggo, Rendi, Aji, Faizal, Vike, Kristi, Nindia, Ezha, Amelia,
Jeny, Eka, Renita, Okta, Toto, Wahyu, Deni, Akbar, Fauzi, Kiyo, Fredy,
Ririn, David, Devin,Upil, Laras, Widi, Rio, Raras, Hesti, Leni, Lisa, Novi,
Pebie, Watik, Rano, Frendy, dan lain-lain yang penulis tidak dapat
sebutkan satu persatu terimakasih atas dukungan, semangatnya yang sudah
diberikan selama ini dan terimakasih untuk kekerabatannya.
23. Buat Yuli Kurnia Sari, dan teman temannya Arum Nilla Sari, Nita Riana,
Lintang, Mas Dodi terima kasih atas dukungannya selama ini.
24. Adik Tingkatku Administrasi Negara dan Fisip Unila: Binter, Adi, Taufik
012, Akbar 012, Rezki, Mamad, Berry, Novi, Bayu, Nadiril, Fajar, Aris,
Serli, Satria, Rahmat, Denis, Maya, Taufik 013, Reavardo, Dewi, Endru,
Fajri, Ubay, Adi Black, Maaruf, Bety, Ana, Primadya, Anolita, Meilika,
Sugeng, Irfan, Olle, Zirwan, John, dan lain-lain yang penulis tidak dapat
sebutkan satu persatu terimakasih atas dukungan, semangatnya yang sudah
diberikan selama ini dan terimakasih untuk kekerabatannya.
25. Buat Kawan-Kawan HMI Komsospol dan FS LDK Fisip Unila. Kalianlah
kawan terbaik dalam berpolitik di Fisip. Terimakasih atas pembelajaran
yang kalian berikan, walau kita selalu berpegang teguh dalam pilihan yang
terkadang berbeda.

26. Buat teman teman di Unila dan yang lain, Asido, Adrian, Gozak ,Fadel,
Pandu, terimakasih atas semuanya yang kalian berikan untuk saya.
27. Buat teman teman KKN saya Nano, Rina, Tiwi, dan Linda terimakasih
atas pengalaman luar biasa yang kalian berikan kepada saya.
28. Dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih banyak.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
namun harapan penulis semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 16 Mei 2016


Penulis,

Sigit Prasetyo

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................. i
DAFTAR TABEL .......................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Kinerja................................................................................. 9
2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja .......................... 10
2.2 Manajemen Kinerja.......................................................................... 12
2.3 Pengukuran Kinerja.......................................................................... 13
2.3.1 Tujuan Pengukuran Kinerja .................................................... 14
2.3.2 Elemen Pokok Pengukuran Kinerja ........................................ 15
2.3.3 Manfaat Pengkuran Kinerja .................................................... 16
2.4 Kinerja Organisasi............................................................................ 17
2.4.1 Indikator Kinerja Organisai Dan Birokrasi ............................. 18
2.5 ATCS (Area Traffic Control Sytem) ................................................ 22
2.5.1 Fungsi ATCS.................................................................. .........22
2.5.2 Manfaat ATCS ........................................................................ 23
2.5.3 Pengoperasian ATCS ............................................................. 23
2.5.4 Sistem ATCS........................................................................... 24
2.6 Kerangka Pikir ................................................................................. 24
III. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ....................................................... 27
3.2 Lokasi Penelitian.............................................................................. 27
3.3 Fokus Penelitian ............................................................................... 28
3.4 Informan........................................................................................... 30
3.5 Teknik Pengumpulan Data............................................................... 31
3.6 Teknik Analisis Data........................................................................ 32
3.7 Teknik Keabsahan Data ................................................................... 33

ii

IV. GAMBARAN DAN LOKASI PENELITIAN


4.1 Profil Wilayah Kota Bandar Lampung ........................................... 37
4.2 Profil dan Sejarah Singkat Dishub Kota Bandar Lampung ............ 38
4.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dishub Kota Bandar Lampung .............. 39
4.4 Struktur Organisasi Dishub Kota Bandar Lampung ...................... 40
4.5 Gambaran Umum dan Fungsi SATGAS ATCS ............................. 42
4.6 Visi Misi Satuan Tugas SATGAS ATCS ....................................... 43
4.7 Struktur Organisasi SATGAS ATCS.............................................. 44
4.8 Penepatan Titik Pemasangan ATCS di Kota Bandar Lampung...... 49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kinerja Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Dalam Pelaksanaan
Program ATCS................................................................................ 50
5.1.1 Masukan (Input) ........................................................................... 52
a. Sumber Daya Manusia ............................................................. 52
b. Sarana Dan Prasarana............................................................... 59
5.1.2 Proses (Process) ........................................................................... 63
a. Prosedur Pelaksanaan ................................................................ 66
b. Ketepatan Waktu ...................................................................... 68
5.1.3 Keluaran (Output) ........................................................................ 69
5.1.4 Hasil (Outcome) ........................................................................... 73
5.2 Pembahasan.................................................................................. 75
5.2.1 Masukan (Input) ........................................................................... 76
a. Sumber Daya Manusia ............................................................ 76
b. Sarana Dan Prasarana............................................................... 78
5.2.2 Proses (Process) ........................................................................... 79
a. Prosedur Pelaksanaan ............................................................... 79
b. Ketepatan Waktu...................................................................... 82
5.2.3 Keluaran (Output) ........................................................................ 83
5.2.4 Hasil (Outcome) ........................................................................... 85
VI .KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 88
6.2 Saran................................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Informan................................................................................................. 30
4.1 Jumlah Karyawan di DISHUB Berdasarkan Golongan Tahun 2015..... 42
4.2 Jumlah Titik Pemasangan ATCS ........................................................... 49
5.1 Kondisi Pegawai SATGAS ATCS di Dishub Kota Bandar Lampung .. 53
5.2 Jumlah Titik Pemasangan ATCS ........................................................... 56
5.3 Kondisi Sarana Dan Prasarana Kegiatan Program ATCS di Kota Bandar
Lampung ................................................................................................ 60
5.4 Data Daerah Rawan Kemacstan Lalu Lintas Wilayah Hukum (WILKUM)
Satuan Lalu Lintas Polresta Bandar Lampung Tahun 2016 .................. 70

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.1 Hasil Capture Kondisi ATCS di Kota Bandar Lampung......................... 6


2.1 Kerangka Pikir ....................................................................................... 26
4.1 Gambar Struktur Organisasi SATGAS ATCS Kota Bandar Lampung . 44
5.1 Titik Persimpangan Traffic Light ATCS di Kota Bandar Lampung...... 57
5.2 Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Anggota SATGAS ATCS Kota Bandar
Lampung ................................................................................................ 58
5.3 Sarana Dan Prasarana Pelaksanaan Program ATCS Kota Bandar
Lampung ................................................................................................ 60
5.4 Gambar Alur Kegiatn SATGAS ATCS ................................................. 63
5.5 Kegiatan SATGAS ATCS Kota Bandar Lampung................................ 64
5.6 Keadaan Kemacetan di Kota Bandar Lampung ..................................... 74

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lalu lintas dan angkutan jalan dewasa kini merupakan hal yang sangat penting
dalam meningkatkan mobilitas sosial masyarakat. Setiap waktu masyarakat terus
bergulat dengan Angkutan Jalan dengan bermacam-macam kepentingan. Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan pun telah melewati berbagai kondisi zaman dibarengi
dengan berbagai kemajuan di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sampai
perubahan pola tingkah laku masyarakat.

Peranan lalu lintas yang signifikan tersebut memiliki hal positif bagi masyarakat,
tetapi juga ada beberapa hal negatif yang dapat terjadi dalam sirkulasi harian
penggunaan jalur lalu lintas. Ketika luas jalur lalu lintas yang digunakan tidak
sebanding dengan volume kendaraan yang ada, maka akan terjadi kemacetan lalu
lintas. Selain itu, masyarakat yang kurang memiliki jiwa kedisiplinan yang baik
kerap kali melanggar aturan lalu lintas. Sebagai contoh, masih adanya para
pengendara lalu lintas yang melanggar rambu lalu lintas. Bahkan tindak kejahatan
jalanan juga sering terjadi di beberapa jalur lalu lintas.

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang terletak di titik yang
sangat strategis. Berada di tengah-tengah jalur lintas Pulau Sumatera dan Pulau

Jawa, selain itu merupakan ibukota Provinsi Lampung. Berdasarkan data dari Biro
Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, tahun 2014 penduduk Kota Bandar
Lampung sebesar 960.695 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk selama
2010-2014 mencapai angka 2,16%. Persentase tersebut mengalami peningkatan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun 2006-2010 yang mencapai
angka 1,68%. (Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Lalu Lintas jalan, di Teluk
Betung Selatan, Bandar Lampung 10 April 2015).

Dewasa kini Kota Bandar Lampung yang merupakan penghubung bagi


kendaraan-kendaraan yang berasal dari pulau jawa menuju Sumatera ataupun
sebaliknya memiliki peningkatan jumlah kendaraan yang pesat. Menurut Dwi
Sutanto yang bekerja sebagai supervisor salah satu dealer otomotif roda empat:
Jumlah penjualan kendaraan roda empat baru di Kota Bandar Lampung di
setiap bulannya rata-rata mencapai kurang lebih 700 unit. Angka tersebut
berasal dari semua merk kendaraan. (Wawancara 20 November 2015)
Besarnya angka kendaraan tersebut belum diakumulasi dengan jumlah kendaraan
roda empat yang notabene sudah digunakan lama dan jumlah kendaraan roda dua
sendiri. Hal ini jika tidak disesuaikan dengan ruas jalan yang jumlahnya tepat
maka akan menghasilkan dampak kemacetan dan jika pemerintah tidak
melakukan pengawasan yang cukup baik dimungkinkan banyak terjadi
pelanggaran lalu lintas.

Sebagai salah satu daerah strategis, Kota Bandar Lampung memiliki jalan yang
banyak dilintasi oleh kendaraan dari Pulau Jawa dan menuju daerah Sumatera
yang salah satunya adalah Jalan Soekarno Hatta. Jalan ini relatif sangat padat dan
dilintasi oleh berbagai macam kendaraan seperti Angkutan Penumpang Antara

Kota Propinsi (AKAP) yang berasal dari Pulau Jawa menuju Daerah-daerah di
Pulau Sumatera atau sebaliknya, Angkutan Penumpang Antarkota Dalam Provinsi
(AKDP) dari Kota Bandar Lampung menuju daerah-daerah kabupaten di Provinsi
Lampung atau sebaliknya, karena Jalan Soekarno Hatta juga dilintasi oleh
kendaraan yang keluar dari terminal mobil rajabasa, dan Angkutan Penumpang
Kota (AK) / Angkutan pedesaan (AP) yang menghubungan kota-kota kecil di
sekitar Kota Bandar Lampung .

Selain itu, jalan lain di Kota Bandar Lampung yang juga relatif padat dan
terkadang mengalami kemacetan adalah Jalan Teuku Umar yang terletak di pusat
kota dan berada dekat dengan pusat perdagangan. Jalan Teuku umar dilintasi oleh
kendaraan yang berasal dari pusat kota (Central Business District) dan pusat
perdagangan menuju luar kota dan sebaliknya. Lalu lintas yang padat dan
pemakaian jalan dengan waktu yang bersamaan di jalan Soekarno Hatta dan
Teuku Umar menyebabkan kemacetan lalu lintas sering terjadi di kedua jalan ini.
(Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Lalu Lintas jalan, di Teluk Betung Selatan,
Bandar Lampung 10 April 2015).

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung merupakan unsur pelaksana otonomi


daerah yang melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang perhubungan.
Dishub Kota Bandar Lampung dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 8
Tahun 2008 Kota Bandar Lampung tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung. Dishub Kota Bandar Lampung mempunyai
tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang perhubungan
darat, perhubungan udara, perhubungan laut, dan komunikasi dan informatika.

Untuk mengatur lalu lintas Dishub Bandar Lampung melaksanakan program


ATCS. ATCS adalah sebuah sistem pengatur lalu lintas bersinyal terkoordinasi
yang diatur mencakup wilayah secara terpusat. Dengan ATCS maka dapat
dilakukan upaya manajemen rekayasa lalu lintas yang mengkoordinasikan semua
titik-titik persimpangan bersinyal melalui pusat kontrol ATCS, sehingga diperoleh
suatu kondisi pergerakan lalu lintas secara efisien. Teknologi ATCS sendiri telah
banyak diterapkan di berbagai kota besar di negara maju. (Sumber:
http://harianlampung.com/index.php, diakses tanggal 03 April 2015).

Dengan ATCS, penataan siklus lampu lalu lintas dilakukan berdasar input data
lalu lintas yang diperoleh secara real time melalui kamera CCTV pemantau lalu
lintas pada titik-titik persimpangan. Penentuan waktu siklus lampu persimpangan
dapat diubah berkali-kali dalam satu hari sesuai kebutuhan lalu lintas paling
efisien yang mencakup keseluruhan wilayah tersebut. Penataan ritme lalu lintas
akan lebih baik apabila pemerintah kota menerapkan teknologi ATCS pada semua
persimpangan lalu lintas yang ada di kota tersebut.

Pelaksanaan program ATCS ini mulai diberlakukan di Kota Bandar Lampung


2014. Untuk saat ini titik-titik persimpangan yang dipasang lampu merah ATCS
di antaranya, Jalan Pramuka, Jalan Sultan Agung, Jalan Urip Sumaharjo (Korem)
dan Jalan Zainal Pagar Alam (Unila). (Sumber: http://lampung.tribunnews.com,
diakses 04 April 2015)

Dishub bertindak sebagai pelaksana kebijakan, sesuai dengan Keputusan Walikota


Bandar Lampung No. 182/IV.33/Tahun 2015, maka dibentuk tim pelaksana
program ATCS yang bertugas mengelola pelaksanaan program ATCS. Dalam

pelaksanaan ATCS di kota Bandar Lampung harapan yang ingin dicapai salah
satunya adalah mengurangi beban petugas lalu lintas dan menangani kemacetan.
(Sumber: http://kupastuntas.com, diakses tanggal 14 Mei 2015).

Pelaksanaan program ATCS di Kota Bandar Lampung belum berjalan baik


dewasa kini. Hal tersebut berdasarkan berita yang diterbitkan pada media massa
online, Radar Lampung Online edisi 26 Agustus 2015:
Kondisi Area Traffic Control System (ATCS) yang sudah tidak berfungsi
selama dua bulan belakangan ini menuai sorotan Komisi III DPRD Bandar
Lampung, Komisi yang salah satu tugasnya membidangi masalah
perhubungan ini meminta kepada Dishub Bandar Lampung untuk
mempercepat perbaikannya. Kalau memang ada kerusakan, cepat
diperbaiki, kalau kurang personel untuk menjaga, silakan ajukan untuk
ditambah tahun berikutnya, ujar anggota Komisi III Fandri Tjandra
kemarin (25/8). Dia juga meminta kepada Dishub untuk mengoperasikan
ATCS selama 24 jam sehingga harus diatur sedemikian rupa berapa
jumlah personil yang menjaga

Peneliti memukan dalam website resmi ATCS Bandar Lampung yaitu


http://bandarlampung.marktel.complayer. Website tersebut digunakan sebagai
media online yang digunakan masyarakat untuk mengetahui kondisi ruas jalan
yang akan dilalui selama 24 jam, tetapi media online tersebut tidak aktif atau tidak
menampilkan kondisi jalan secara baik. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :

Gambar 1.1 Hasil Capture Kondisi ATCS di Kota Bandar Lampung

Sumber : http://bandarlampung.marktel.co/mplayer diambil pada tanggal 19 November


2015

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa website yang digunakan masyarakat
untuk mengetahui kondisi daerah yang akan dilalui tidak berfungsi dengan baik.
Sebagai sarana informasi publik yang digunakan masyarakat, hal tersebut
mengindikasikan bahwa pada operasionalisasi program ATCS terdapat suatu
masalah.

Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pelaksanaan program ini lebih jauh dengan judul :
Kinerja Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan
Program ATCS (Area Traffic Control Sytem) di Kota Bandar Lampung

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah

kinerja Dishub Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan

Program ATCS di Kota Bandar Lampung?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan kinerja Dinas Perhubungan dalam pelaksanaan
Program ATCS di Kota Bandar Lampung.
2. Untuk menganalisa kendala-kendala kinerja Dinas Perhubungan dalam
pelaksanaan Program ATCS di Kota Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari Tujuan diatas, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk :


1. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya kajian keilmuan
Administrasi Negara, khususnya kinerja organisasi.

2. Secara praktis, Hasil penelitian ini mampu memberikan masukan dan saran
kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung dan Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung dalam pelaksanaan Program ATCS, agar kinerja organisasi dapat
berjalan efektif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Beberapa definisi kinerja dari beberapa tokoh. definisi
tersebut antara lain:
a. Menurut Mahsun dalam Sembiring (2012:81) Kinerja adalah adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning.
b. Menurut Sembiring (2012:82) Kinerja merupakan hasil kerja dari suatu
proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap
sumber-sumber daya, data dan informal, kebijakan, dan waktu tertentu
yang digunakan disebut sebagai masukan.

Dari berbagai definisi diatas peneliti menyimpulkan pengertian kinerja merupakan


suatu

gambaran

mengenai

tingkat

pencapaian

pelaksanaan

suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi serta


organisasi. Pada dasarnya pengertian kinerja berkaitan dengan tanggung jawab

10

individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

A. Efektifitas dan Efisiensi


Menurut Sondang dalam Fahmi (2011:24) Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa
dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila
akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting dari hasil yang
dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak
efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka
kegiatan tersebut efesien.

B. Otoritas (Wewenang)
Menurut Sembiring (2012:27) Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi
atau perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota
organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai
dengan kontribusinya.

C. Disiplin
Menurut Sembiring (2012:27) Disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan
yang berlaku. Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang
bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia
bekerja.

11

D.

Inisiatif

Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide
untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Menurut
Anwar P. Mangkunegara (2006:16), terdapat dua faktor yang mempengaruhi
kinerja yaitu :

1. Faktor Individu.
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas
yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya
integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik maka individu tersebut
memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal
utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi
dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja seharihari dalam mencapai tujuan organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
individu tenaga kerja, yaitu:
a) Kemampuan mereka
b) Motivasi
c) Dukungan yang diterima
d) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan
e) Hubungan mereka dengan organisasi.

2. Faktor Lingkungan Organisasi.


Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai kinerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian

12

jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola
komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang respek
dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif memadai.

2.2 Manajemen Kinerja

Menurut Fahmi (2011:2) manajemen kinerja adalah suatu ilmu yang memadukan
seni didalamnya untuk menerapkan suatu konsep manajemen yang memiliki
tingkat fleksibelitas yang representative dan anspiratif guna mewujudkan visi,
misi perusahaan dengan cara mempergunakan orang yang ada di organisasi
tersebut secara maksimal. Sedangkan Mangkunegara (2010:19) manajemen
kinerja adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian terhadap pencapaian kinerja dan di komunikasikan secara terusmenerus oleh pimpinan kepada karyawan, antara karyawan dengan atasannya
langsung.

Menurut Dharma (2005:1) manajemen kinerja adalah suatu proses yang dirancang
untuk meningkatkan kinerja organisasi, kelompok, dan individu yang digerakan
oleh para manajer. Pada dasarnya manajemen kinerja adalah suatu proses yang
dilaksanakan secara sinergi antara manajer, individu, dan kelompok terhadap
suatu pekerjaan di dalam organisasi. Secara khusus manjemen kinerja ditujukan
untuk meningkatkan aspek-aspek kinerja meliputi :

a. Sasaran yang dicapai.


b. Kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap.
c. Efektivitas kerja.

13

Menurut Wibowo dalam Fahmi (2011:3) penerapan manajemen kinerja


merupakan kebutuhan mutlak bagi organisasi untuk mencapai tujuan dengan
mengatur kerjasama secara harmonisasi dan terintegrasi antara pemimpin dan
bawahannya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa manajemen


kinerja adalah suatu cara untuk mencapai tujuan dan sasaran bagi organisasi,
kelompok, dan individu yang digerakan oleh pemimpinnya dengan memahami
dan mengelola kinerja.

2.3 Pengukuran Kinerja

Hasil akhir pengukuran kinerja adalah informasi tentang kinerja, apakah kinerja
individu, kinerja kelompok atau unit dan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Kejelasan informasi tentang hal-hal yang akan diukur baik bagi individu,
kelompok maupun organisasi secara keseluruhan, haruslah menjadi kesepakatan
bersama, maka dengan demikian hal itu berpengaruh pada motivasi, sikap dan
perilaku setiap anggota organisasi, selanjutnya hal tersebut berdampak pada
kinerja organisasi. Penyebab sukses dan kurang sukses organisasi dalam mencapai
kinerja di klasifikasikan oleh Bacal dalam Sembiring (2012:83) menjadi dua
yaitu:
a. Faktor-faktor individual.
b. Faktor-faktor sistem.
Faktor-faktor individual adalah semua faktor yang bersumber dari individu
pegawai termasuk pimpinan. Faktor-faktor sistem yaitu semua faktor yang berada

14

dan besumber di luar kendali para pegawai secara individual. Untuk itu, Bacal
dalam Sembiring (2012:83) mengemukakan langkah-langkah diagnosa atau
peningkatan kinerja sebagai berikut :
a. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja
b. Mengenali kekurangan itu dan tingkat keseriusannya
c. Mengidentifikasikan hal-hal yang memungkinkan menjadi penyebab
kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang
berhubungan dengan itu sendiri.
d. Mengembangkan rencana tindakan, untuk menanggulangi penyebab
kekurangan itu
e. Melaksanakan rencana tindakan tersebut
2.3.1 Tujuan Pengukuran Kinerja
Tujuan Pengukuran Kinerja

menurut Mahsun dalam Sembiring (2012:85)

memmpunyai tiga tujuan yaitu :


a. Membantu memperbaiki kinerja agar kegiatan terfokuskan pada tujuan dan
sasaran program unit kerja.
b. Pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
c. Mewujudkan pertanggungjawabakan publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.
d. Mengetahui tingkat pencapaian tujuan organisasi.
e. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.
f. Memperbaiki pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan.
g. Memotivasi pegawai.

15

h. Menciptakan akuntabilitas publik.


2.3.2 Elemen Pokok Pengukuran Kinerja
Menurut Mahsun dalam Sembiring (2012:97) terdapat tiga elemen pengukuran
kinerja, yaitu :
A. Menetapkan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Organisasi
Tujuan adalah pernyataan secara umum tentang apa yang ingin dicapai
sebagai penjabaran dari visi dan misi yang telah ditentukan oleh organisasi
publik. Kemudian ditentukan sasaran yaitu tujuan organisasi yang
dinyatakan secara eksplisit dengan dibatasi waktu yang jelas kapan sasaran
itu akan dicapai. Selanjutnya ditentukan strategi pencapaiannnya yang
menggambarkan bagaimana mencapainya.
B. Merumuskan Indikator dan Ukuran Kinerja
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kerja secara tidak langsung yaitu
hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran
kinerja mengacu pada penelitian kinerja secara langsung. Indikator dan
ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian
tujuan, sasaran, dan strategi.
C. Mengukur Tingkat Ketercapaian Tujuan dan Sasaran-Sasaran
Jika sudah mempunyai indikator dan ukuran kinerja yang jelas, maka
pengukuran kinerja bisa diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian
tujuan, sasaran, dan strategi adalah membandingkan hasil aktual dengan
indikator dan ukuran yang telah ditetapkan.

16

2.3.3 Manfaat Pengukuran Kinerja


Mahsun (2014:33) menyatakan bahwa sektor publik tidak bisa lepas dari
kepentingan umum sehingga pengukuran kinerja mutlak diperlukan untuk
mengetahuin seberapa berhasil misi sektor publik tersebut dapat dicapai penyedia
jasa dan barang-barang publik. Pengukuran kinerja sangat bermanfaat untuk
membantu kegiatan menajerial keorganisasian. Manfaat pengukuran kinerja
menurut Mahsun (2014:33-34) baik untuk internal maupun eksternal, antara lain:
a. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan
untuk pencapaian kinerja.
b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkan
dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki
kinerja.
d. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi
pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang
telah disepakati.
e. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja.
f. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
i. Menuju peningkatan yang perlu dilakukan.
j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

17

2.4 Kinerja Organisasi

Menurut Chaizi Nasucha dalam Fahmi (2014:129) bahwa kinerja organisasi


adalah sebagai efektifitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi
kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan dengan usahausaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus
menerus mencapai kebutuhannya secara efektif. Kinerja organisasi merupakan
indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan
suatu organisasi, serta merupakan hasil yang dicapai dari perilaku anggota
organisasi.
Kinerja bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses
tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumbersumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan
hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu organisasi. Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan
kerjasama diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan
tujuan organisasi.
Menurut Surjadi (2009:7) kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang
dicapai suatu organisasi tercapainya tujuan organisasi berarti bahwa, kinerja suatu
organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai
tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

18

2.4.1 Indikator Kinerja Organisasi

Indikator Kinerja yang dimaksud oleh Lembaga Administrasi Negara Republik


Indonesia (LAN RI) dalam pasolong (2011:177) adalah ukuran kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator masukan (inputs), keluaran
(outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dampak (impact).

Menurut Pasolong (2011:178) mengemukakan hal yang perlu diperhatikan dalam


menentukan indikator kinerja, yaitu :
a) Spesifik dan jelas.
b) Dapat terukur secara objektif.
c) Dapat menunjukan pencapaian, keluaran, manfaat, dan dampak.
d) Harus cukup fleksibel dan sensitive terhadap perubahan.
e) Efektif yaitu dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis datanya efisien dan
efektif.

Dwiyanto dalam Pasolong (2008:50) menjelaskan beberapa indikator yang


digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik,yaitu :

1. Produktivitas, yaitu konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat


efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami
sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu
sempit

dan

kemudian

General

Accounting

Office

(GAO)

mencoba

mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan

19

seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah
satu indikator kinerja yang penting.

2. Kualitas Layanan, yaitu isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi


semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak
pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena
ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi
publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan
indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan
masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan
masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai
kepuasan terhadap kualitas pelayanan sering kali dapat diperoleh dari media
massa atau diskusi publik. Akibat akses terhadap informasi mengenai kepuasan
masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu
ukuran kinerja organisasi publik yang mudah atau murah dipergunakan. Kepuasan
masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

3. Responsivitas, yaitu kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan


masyarakat, menyusun agenda prioritas pelayanan, dan mengembangkan
program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara
program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Responsivitas dimasukkan sebagai

salah satu indikator kinerja karena

responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik


dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan

20

masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan


antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan
kegagalan organisasi dalam mewujudkan dan tujuan organisasi publik. Organisasi
yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang
jelek pula.

4. Responsibilitas, yaitu apakah pelaksanaan kegitan organisasi publik itu


dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai
dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu,
responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.

5. Akuntabilitas, yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan


organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.
Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat,
dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Dalam
konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa
besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak
masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran
internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti
pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti
nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan itu dianggap
benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

21

Mahsun (2014:196) mengemukakan bahwa indikator kinerja dapat digunakan


untuk mengukur kinerja organisasi sebagai berikut :
A. Indikator inputs (masukan) meliputi anggaran belanja, SDM, peralatan,
bahan, kebijakan, waktu dll, dipergunakan untuk melaksanakan program
dan kegiatan organisasi . Indikator ini lebih terukur, akan tetapi indikator
ini tidak akan menunjukan data dan informasi yanga akurat, jika dalam
proses pengukuran dilakukan sembarangan.
B. Indikator Proses melaksanakan kegiatan yang didukung oleh sumber daya
yang dibutuhkan, melalui proses manajemen yaitu berfungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasas yang mana masukanmasukan yang ada diolah menjadi barang dan jasa sebagai kinerja untuk
publik.
C. Indikator Outputs (keluaran) menunjukan hasil kerja apakah berupa barang
atau berupa jasa yang sudah dicapai melalui langkah proses.
D. Indikator Outcomes (hasil) menjelaskan seberapa jauh hasil nyata yang
diperoleh dari keluaran suatu kegiatan.
E. Indikator Benefits (manfaat) menggambarkan manfaat yang diperoleh dari
indikator hasil. Manfaat suatu kegiatan baru bisa diketahui dalam jangka
menengah atau jangka panjang, yang mana hasil tersebut dipergunakan
secara tepat waktu dan berfungsi penuh.
F. Indikator Impact (dampak) menggambarkan dampak yang diperoleh dari
indikator manfaat.

22

2.5 ATCS (Area Traffic Control Sytem)

ATCS adalah gabungan sistem Closed Circuit Television (CCTV) dan kontrol
lampu lintas di sejumlah titik. Alat ini berfungsi sebagai pusat data lalu lintas
yang berguna merekam, mengontrol lalu lintas, hingga mengetahui secara cepat
kejadian di lapangan. (Sumber: http://harianlampung.com, diakses tanggal 03 April
2015).

Area Traffic Control System atau yang lebih dikenal dengan istilah ATCS adalah
suatu sistem pengendalian lalu lintas berbasis teknologi informasi pada suatu
kawasan yang bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja jaringan jalan melalui
optimasi dan koordinasi pengaturan lampu lalu lintas di setiap persimpangan.
(Hasil wawancara dengan Bapak M.Hasis, Seksi Manajemen Dan Rekayasa Lalu Lintas
Dan Kepala Urusan Operasional ATCS di Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung 10
April 2015).

2.5.1 Fungsi ATCS

Fungsi ATCS adalah sebagai berikut:


a. Mengatur waktu sinyal di persimpangan secara responsif dan terkoordinasi
dalam keadaan tertentu.
b. Memberikan waktu hijau pada kendaraan yang memiliki prioritas
(Pemadam Kendaraan, Ambulance, VVIP, Konvoi, Dll).
a. Menyampaikan informasi kondisi lalu lintas dan alternatif lintasan.
b. Menyediakan rekaman data lalu lintas, kejadian kecelakaan, dan kejadian

lainnya di persimpangan. (Sumber: http://atcsbali.com, diakses tanggal 17 Mei


2015).

23

2.5.2 Manfaat ATCS (Area Traffic Control Sytem)

Manfaat ATCS adalah sebagai berikut:

a. Terciptanya optimasi kinerja jaringan jalan.


b. Mewujudkan sistem lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat dan
berwawan lingkungan.
c. Mengurangi

jumlah dan beban petugas pengatur lalu lintas di

persimpangan. (Sumber: http://atcsbali.com, diakses tanggal 17 Mei 2015)

2.5.3 Pengoperasian ATCS

Pengoperasian ATCS diatur dengan sebuah sistem kontrol yang melibatkan


beberapa komponen berupa :
a. Pengatur arus persimpangan berupa lampu lalu lintas.
b. Penginput data lalu lintas berupa kamera CCTV pemantau.
c. Pengirim data berupa jaringan kabel data atau pemancar gelombang.
d. Software sistem ATCS.
e. Ruang kontrol (Central Control Room) ATCS plus Operatornya.
f. Website untuk informasi kepada masyarakat. (Sumber: Hasil wawancara
Iskandar Z, ATD, SH.MT., Bandar Lampung 23 Maret 2015)

24

2.5.4 Sistem ATCS

ATCS terdiri dari beberapa sistem utama yaitu :


a. Server Workstation, yang berfungsi sebagai pusat operasional untuk
memonitor dan mengontrol kondisi lalu lintas dari seluruh persimpangan
dalam satu area.
b. Wall map, yang berfungsi menyediakan informasi status dan kondisi dari
Local Controller.
c. Controll Local er (pengontrol persimpangan).
d. Video Surveilance (CCTV).
e. Vehicle Detector (Kendaraan Detector)

2.6 Kerangka Pikir

Dinas Perhubungan Bandar Lampung merupakan organisasi yang ditunjuk oleh


pemerintah untuk melaksanakan program ATCS di Kota Bandar Lampung. Untuk
melihat sejauhmana keberhasilan pelaksanaan program ATCS oleh Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung, maka dilakukan penilaian kinerja terhadap
pelaksanaan program ATCS yang dilakukan oleh Dishub. Dalam melakukan
penilaian kinerja tersebut digunakan indikator kinerja menurut Mahsun
(2014:196) yaitu Masukan (Input), Keluaran (Output), Proses (Process), Hasil
(Outcome) dalam mengukur kinerja Dishub yang melaksanakan program ATCS di
Kota Bandar Lampung. Oleh karena itu, peneliti menggunakan indikator tersebut
dalam penelitiannya. Indikator-indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut:

25

A. Indikator Input meliputi jumlah pegawai dan jumlah infra struktur yang di
butuhkan .
B. Indikator Process meliputi peraturan perundang dan proses manajemen
dalam prosedur pelaksanaannya.
C. Indikator Output meliputi jumlah produk yang dihasilkan dan ketepatan
dalam memproduksi barang dan jasa.
D. Indikator Outcome meliputi tingkat kualitas jasa dan produk yang
dihasilkan.

Dengan menggunakan model indikator kinerja tersebut dapat dilihat bagaimana


kinerja Dishub Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan program ATCS. Untuk
lebih mudah memahami inti dari penelitian ini, maka peneliti menggambarkan
dalam bentuk kerangka pikir.

26

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kinerja Dinas Perhubungan Kota Bandar


Lampung Dalam Pelaksanaan Program
Area Traffic Control Sistem (ATCS)

Input

Proses

Output

Hasil Kinerja Dinas


Perhubungan Kota
Bandar Lampung

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2015

Outcomes

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono


(2010:9) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data

dilakukan

secara

triangulasi

(gabungan),

analisis

data

bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna


dari pada generalisasi. Dengan demikian, metode kualitatif adalah suatu prosedur
yang umumnya digunakan dalam penelitian sosial yang bergantung kepada
pengamatan terhadap manusia dan menghasilkan data-data deskriptif dari perilaku
yang diamati, sedangkan tipe penelitian yang digunakan adalah tipe pendekatan
deskriptif. Tipe tersebut berusaha menggambarkan suatu keadaan berdasarkan
pada fakta yang ada, sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data
dalam rangka mengetahui dan memahami kinerja pelaksanaan program ATCS di
Kota Bandar Lampung.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini bertempat di Dinas PerhubunganKota Bandar Lampung yang
beralamat di Jalan Basuki Rahmat No. 34, Kota Bandar Lampung. Penelitian

28

tempat tersebut sebagai lokasi penelitian didasari karena instansi tersebut adalah
instansi yang diberikan kewenangan untuk melakukan pelaksanaan program Area
Traffic Control Sytem (ATCS), salah satunya di bidang Lalu Lintas Jalan yang
menjalankan program ATCS ini.
3.3 Fokus Penelitian

Untuk memperjelas pemahaman tentang konsep-konsep penting yang digunakan


dalam penelitian ini, maka fokus penelitian ini adalah indikator kinerja yang
meliputi indikator masukan (input), indikator proses (process), indikator keluaran
(output), dan indikator hasil (outcomes) untuk mendeskripsikan kinerja Dishub
dalam pelaksanaan program ATCS.
a) Indikator Masukan (Input)
Indikator inputs (masukan) meliputi anggaran belanja, SDM, peralatan,
bahan, kebijakan, waktu dll, dipergunakan untuk melaksanakan program
dan kegiatan organisasi . Indikator ini lebih terukur, akan tetapi indikator
ini tidak akan menunjukan data dan informasi yanga akurat, jika dalam
proses pengukuran dilakukan sembarangan. Dalam penelitian ini hal yang
akan dilihat adalah :
-

Jumlah pegawai yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program ATCS


di Kota Bandar Lampung

Jumlah sarana dan prasarana yang ada dalam pelaksanaan program


ATCS di Kota Bandar Lampung

Ketepatan waktu yang digunakan dalam pelaksanaan program ATCS


di Kota Bandar Lampung

29

b) Indikator Proses (Process)


Indikator Proses melaksanakan kegiatan yang didukung oleh sumber daya
yang dibutuhkan, melalui proses manajemen yaitu berfungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasas yang mana masukanmasukan yang ada diolah menjadi barang dan jasa sebagai kinerja untuk
publik. Dalam penelitian ini hal yang akan dilihat adalah :
-

Menjelaskan prosedur pelaksanaan program ATCS di Kota Bandar


Lampung

Menjelaksan ketepatan waktu dalam pelaksanaan program ATCS di


Kota Bandar Lampung

c) Indikator Keluaran (Output)


Indikator Outputs (keluaran) menunjukan hasil kerja apakah berupa barang
atau berupa jasa yang sudah dicapai melalui langkah proses. Dalam
penelitian ini hal yang akan dilihat adalah :
-

Menjelaskan perbandingan antara data daerah rawan kemacetan yang


diperoleh dari Polresta Bandar Lampung dengan data jumlah
pemasangan alat ATCS.

d) Indikator Hasil (Outcomes)


Indikator Outcomes (hasil) menjelaskan seberapa jauh hasil nyata yang
diperoleh dari keluaran suatu kegiatan. Dalam penelitian ini hal yang akan
dilihat adalah :
-

Mengukur tingkat kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dalam


pelaksanaan program ATCS di Kota Bandar Lampung

30

Dengan menggunakan model indikator kinerja tersebut diharapkan dapat dilihat


bagaimana

kinerja

Dinas

Perhubungan

Kota

Bandar

Lampung

dalam

melaksanakan program ATCS di Kota Bandar Lampung. Apakah masalahmasalah terkait kemacetan lalu lintas di Kota Bandar Lampung telah ditangani
dengan baik sehingga dapat terciptanya kelancaran lalu lintas pada ruas jalan di
Kota Bandar Lampung.

3.4 Informan
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang benar-benar tahu atau pelaku
yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan yang dimaksud
adalah:
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No
1

Nama Informan
Iskandar Z ATD
SH.MT

Drs. M Hasis

Indra Novianto, S.ik

Feko Stia Raya, S.S.T


(TD)
5
Ari Mucthar
6
Muhammad Bayu
7
Beni Handoko
8
Sriyanto
9
Andi Kurniawan
Sumber:Diolah oleh peneliti 2016

Jabatan
Kepala Bidang Lalu LintasDinas Perhubungan
Kota Bandar Lampung dan Kepala Satuan Tugas
ATCS
Kepala Urusan Operasional Area Traffic Control
Sistem Kota Bandar Lampung
Kasat Lantas Bandar Lampung
Kepala Regu C Operasional Area Traffic Control
Sistem Kota Bandar Lampung
Petugas Dawaspol di lapangan
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat

31

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini pengumpulan data yang di gunakan sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan atau lokasi
penelitian. Untuk mendapatkan data primer tersebut, peneliti menggunakan cara:
1. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
langsung oleh pewawancara kepada informan, kemudian pewawancara mencatat
jawaban-jawaban yang dikemukakan oleh informan. Peneliti menyusun panduan
wawancara berdasarkan fokus masalah peneliti untuk dijadikan materi dalam
wawancara agar menjadi terarah.
Didalam penelitian ini, peneliti mewawancarai beberapa informan yang telah
tertera di dalam tabel 3.1, wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui
mengenai bagaimana gambaran pelaksanaan Program ATCS .
2. Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010:145), menjelaskan bahwa observasi adalah
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pembagian proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Berkaitan penelitian ini, penelitian melaksanakan
observasi langsung pada lokasi penelitian yang ditetapkan yaitu Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung, di dalam room pengendalian ATCS.

32

b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan.
Data-data yang dikumpulkan merupakan data yang mempunyai kesesuaian dan
kaitan dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan. Data sekunder penelitian ini
diperoleh dengan cara:

1. Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Terkait penelitian ini, dokumen
yang dibutuhkan antara lain: peraturan-peraturan, data-data mengenai titik ATCS,
data-data mengenai lalu lintas atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas(APILL),
catatan penting mengenai pelaksanaan program ATCS dalam mempelancar lalu
lintas, dan mengurangi kemacetan di Kota Bandar Lampung.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, aktivitas analisis data yang akan dilakukan peneliti yaitu
data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
1. Data reduksi (Data reduction)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabstraksian
dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini berlangsung selama
penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian. Kegiatan reduksi data
yang dilakukan peneliti adalah membuat ringkasan tentang hal-hal pokok yang
dilakukan Dinas Perhubungan dalam melakukan pelaksanaan program ATCS,

33

contoh hal pokoknya adalah mengamati proses pelaksanaan program ATCS yang
dilakukan oleh petugas.

2. Penyajian Data (Data display)


Penyajian

data

adalah

sekumpulan

informasi

tersusun

yang

memberi

kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk


penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan.
Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)


Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Dalam tahap ini, peneliti mengkaji secara berulang-ulang data yang
ada. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian.

3.7 Teknik Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan


teknik pemeriksaan didasrkan atas sejumlah kriteria tertentu. Terdapat empat
kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
Menurut Moleong (2005:24-37) empat kriteria tersebut dijelaskan sebagai
berikut:

1. Derajat kepercayaan (Credibility)


Penepatan kriteria derajat kepercayaan (credibility) pada dasarnya menggantikan
konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria derajat kepercayaan ini

34

berfungsi untuk: melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat


kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukan pembuktian oleh
peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Teknik-teknik keabsahan data
ini antara lain:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berati peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai
kejenuhan pengumpulan data tercapai. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan
memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.
b. Ketekunan/Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berati mencari secara konsisten interprestasi dengan
berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari
kemudian memutuskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam penelitian
ini, agar dapat meningkatkan derajat kepercayaan, pengamatan yang dilakukan
adalah menguraiakan secara rinci bagaimana kinerja Dinas Perhubungan dalam
Pelaksanaan Program ATCS (Area Traffic Control Sistem) di Kota Bandar
Lampung.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Denzin dalam Moleong (2005:330) membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

35

metode, penyidik, dan teori. Dalam upaya memeriksa keabsahan data, peneliti
melakukan pengecekan dari berbagai sumber, yaitu dengan mewawancarai
beberapa informan yang berasal dari kalangan berbeda. Wawancara ini dilakukan
dengan pihak Satuan Tugas (SATGAS) ATCS Kota Bandar Lampung, Penikmat
Jasa (Masyarakat). Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi juga dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat.
2. Keteralihan Ttranferability)
Konsep validitas keteralihan masyarakat bahwa generalisasi suatu penemuan
dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas
dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif mewakili
populasi. Data yang disajikan yakni selain wawancara juga berupa catatan-catatan
lapangan, peraturan, dan lain-lain. Data yang diperoleh kemudian dipaparkan
dihasil dan pembahasan. Pemaparan keseluruhan data agar pemabaca mengetahui
permasalahan yang terjadi terkait dengan kinerja Dishub Kota Bandar Lampung
dan Satuan Tugas (SATGAS) ATCS dalam melancarkan arus lalu lintas pada ruas
jalan di Kota Bandar Lampung.
3. Kebergantungan (Dependability)
Kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian
nonkualitatif. Kebergatungan dapat dicapai dengan cara memeriksa suatu
kebenaran. Berdiskusi dengan dosen pembimbing mengenai semua data yang
diperoleh, kemudian diadakan seminar untuk membahas.

36

4. Kepastian (Confirmability)
Kriteria kepastian berasal dari konsep objetifitas menurut nonkualitatif.
Nonkualitatif menetapkan obyektifitas dari segi kesepakatan antar subyek.
Kepastian pada penelitian kualitatif berupa penekanan pada data. Jika hasil
penelitian ini layak dan dapat memenuhi kriteria/syarat, maka hasil penelitian ini
dapat digantungkan pada peneliti.

BAB IV
GAMBARAN DAN LOKASI PENELITAN

4.1 Profil Wilayah Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota
Provinsi Lampung, Indonesia. Secara geografis, Kota ini merupakan gerbang
utama pulau Sumatra, 165 km sebelah barat laut jakarta, memiliki andil penting
dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari pulau
Jawa menuju Sumatra maupun sebaliknya. Penduduk Bandar Lampung dapat
dibagi menjadi dua jurai yaitu jurai asli yang merupakan penduduk asli bersuku
Lampung dan jurai pendatang, yaitu penduduk dari Provinsi lain dan menetap di
Lampung.
Provinsi Lampung juga merupakan daerah penerimaan migrasi penduduk
Indonesia, dari masa kolonial hingga transmigrasi, sehingga penduduk Lampung
pun terdiri dari beragam etnis. Tak hanya lewat program transmigrasi banyak
pula penduduk dari Provinsi lain merantau ke Bandar Lampung untuk mengadu
nasib. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km yang terbagi
kedalam dua puluh kecamatan dan 126 kelurahan dengan penduduk 1.446.160
jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2012), kepadatan penduduk sekitar 5.304
jiwa/km dan diproyeksikan pertumbuhan penduduk mencapai 2,4 juta jiwa pada
tahun 2030. Selain itu, Kota Bandar Lampung memiliki adil yang vital dalam

38

jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian dari Jawa ke Sumatera


maupun sebaliknya serta memiliki pelabuhan Panjang untuk kegiatan ekspor dan
impor. Dan pelabuhan Panjang yang melayani distribusi batu bara dari Sumatra
ke Jawa, sehingga Bandar Lampung berkontribusi dalam mendukung ekonomi
nasional.

4.2 Profil dan Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dibentuk peraturan Daerah (perda)


Nomor. 12 Tahun 2000 tentang organasisasi Dinas-Dinas Daerah, tentang struktur
Organisasi, dan tata kerja Dinas perhubungan Kota Bandar Lampung maka
dibentuklah Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandar Lampung. Sebelum
benamakan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, dinas ini awalnya
bernamakan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan jalan (Dinas LLAJ) berdasarkan
Perda Nomor. 3 tahun 1995. Uraian singkat mengenai sejarah Dinas Perhubungan
Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada regenerasi kepemimpinan yang terjadi.
Regenerasi tersebut dapat diamati di bawah ini :
1. Tahun 1981 1994 Cabang Dinas LLAJ Kota Madya Bandar Lampung
oleh Bapak INengah Mandra, SH
2. Tahun 1997 2001 Dinas LLAJ II Bandar Lampung di pimpin oleh Bapak
Ir. Eddy D. Saleh.
3. Tahun 2001 Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dipimpin oleh Drs.
Zainal Fanani Idris
4. Tahun 2002 2004 Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dipimpin
oleh Drs. Zainal Abidin Hasan

39

5. Tahun 1994 1997 Cabang Dinas LLAJ Kota madya Bandar Lampung di
pimpin oleh Bapak Darwis Ali, SH.
6. Tahun 2005 2006 Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dipimpin
oleh Ruslan HD, SE
7. Tahun 2006 September 2010 Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
dipimpin oleh Ir. Eddy D. Saleh
8. September 2010 12 Nopember 2012 Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung dipimpin oleh Drs. Normansyah, M.Si
9. 12 Nopember 2012 sampai dengan saat ini Dinas Perhubungan Kota
Bandar Lampung dipimpin oleh RifaI, SH
(Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 2015)

4.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Tugas pokok dan fungsi dan fungsi Dishub Kota Bandar Lampung tertuang di
dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 08 Tahun 2008 (Perwali
Nomor 08 Tahun 2008) tentang fungsi, tugas dan tata kerja Dinas Perhubungan
Kota Bandar Lampung. Di dalam Perwali tersebut dijelaskan bahwa Dishub Kota
Bandar Lampung mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah di
bidang perhubungan darat dan perhubungan laut berdasarkan asas otonomi dan
tugas pembaharuan.

40

Dalam melaksanakan tugas pokok, Dishub Kota Bandar Lampung memiliki


fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di perhubungan darat dan perhubungan laut.
b. Penyelengaraan urusan pemerintah dan layanan umum sesuai dengan
lingkup tugasnya.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

4.4 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sebagai instansi Pemerintah Kota


Bandar Lampung dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota
Bandar Lampung dibidang perhubungan. Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung dibentuk berdasarkan:
a. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang pembentukan organisasi
dari tata kerja Dinas Perhubungan Daerah Kota Bandar Lampung.
b. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2008 tanggal 29
Februari 2008 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perhubungan
Kota Bandar Lampung.
Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung adalah unsur pelaksana teknis bidang
perhubungan berada di bawah tanggungjawab kepada Walikota Bandar Lampung.
Adapun struktur organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung adalah
sebagai berikut:

41

a.

Kepala Dinas Perhubungan

b.

Sekretaris Dinas Perhubungan, terdiri dari:


1. Sub Bagian Umum dan kepegawaian
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Penyusunan Program Monitoring dan Evaluasi

c.

Bidang Lalu Lintas, Terdiri dari:


1. Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
2. Seksi Keselamatan Lalu Lintas Jalan
3. Seksi Pengadilan dan Organisasi Lalu Lintas Jalan

d.

Bidang Angkutan, terdiri dari:


1. Seksi Angkutan Orang
2. Seksi Angkutan Barang
3. Seksi Angkutan Khusus

e.

Bidang Teknik, Terdiri dari:


1. Seksi Teknis Sarana
2. Seksi Teknis Prasarana
3. Seksi Karoseri dan Perbengkelan

f.

Bidang Perhubungan Laut, Terdiri dari:


1. Seksi Angkutan Laut
2. Seksi Pelabuhan Laut
3. Seksi Keselamatan Pelayanan

g.

Unit Pelaksana Teknis Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung terdiri


dari:
1.

Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Perpakiran

42

2.

Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pengujian Kendaraan Bermotor

3.

Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Terminal

Jumlah pegawai Dinas Perhubungan sebanyak 395 yang dibagi menjadi beberapa
golongan yang terdapat pada bagan berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Di Dinas Perhubungan Berdasarkan Golongan
Tahun 2015
NO
1

UNSUR
PEGAWAI NEGRI SIPIL (PNS)
GOL IV
GOL III
GOL II
GOL I
PEGAWAI TENAGA KONTRAK
(PTK)
JUMLAH

JUMLAH
6 PEGAWAI
82 PEGAWAI
53 PEGAWAI
53 PEGAWAI
112 PEGAWAI
395 PEGAWAI

(Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 2015)

4.5 Gambaran Umum dan Fungsi Satuan Tugas (SATGAS) Area Traffic
Control Sistem
Satuan Tugas (SATGAS) Area Traffic Control Sistem (ATCS) merupakan unsur
pelaksanaan kebijakan dalam rangka tertib Administrasi dan Kelancaran lalu
lintas pada ruas jalan di Kota Bandar Lampung agar tidak terjadi kemacetan
di Kota Bandar Lampung, Seperti yang tercantum di dalam lembaran kedudukan,
tupoksi, realisasi, dan program kegiatan Satuan Tugas (SATGAS) Area Traffic
Control Sistem (ATCS) tahun 2016 yang peneliti dapatkan, Berdasarkan
Peratusan

Walikota

Bandar

Lampung

No.182/IV.33/HK/2015

(Perwali No.182/IV.33/HK/2015) SATGAS ATCS memiliki tugas teknis


operasional dinas di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

43

Berdasarkan tugas pokok tersebut maka SATGAS ATCS memiliki beberapa


fungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :
a. Melaksanakan pemantauan / monitoring lalu lintas di beberapa
persimpangan yang telah terpasang alat kendali ATCS.
b. Melaksankan penanganan lalu lintas di persimpangan melalui alat kendali
ATCS.
c. Menjaga ketertiban dan kelancaran lalu lintas di persimpangan yang telah
terpasang alat kendali ATCS.
d. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan secara periodik bulanan maupun
tahunan.
4.6 Visi Misi Satuan Tugas (SATGAS) Area Traffic Control Sistem (ATCS)
Di dalam pelaksanaan kebijakan Satuan Tugas ATCS di Kota Bandar Lampung
memiliki beberapa Visi dan Misi yang harus terealisasi.
Visi Satgas ATCS antara lain :
a. Dengan Area Traffic Control Sistem (ATCS) kita wujudkan keselamatan
lalu lintas di jalan , kelestarian lingkungan , dan pelayanan prima kepada
masyarakat.
b. Terwujudnya lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,lancar, dan tertib .
Sedangkan untuk menggapai visi tersebut, maka misi-misi yang akan dijalankan
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas fasilitas.
b. Meningkatkan Profesionalisme.

44

c. Meningkatkan Kualitas dan Pelayanan di bidang lalu lintas dan angkutan


jalan menuju pelayanan prima.
d. Mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan.
4.7 Struktur Organisasi Satuan Tugas (SATGAS) Area Traffic Control Sistem
(ATCS) Kota Bandar Lampung
Gambar 4.1 Strukur organisasi satuan tugas ATCS Kota Bandar Lampung

(Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 2016)

45

Penjabaran terkait tugas dari masing-masing posisi di atas adalah sebagai berikut:
A. Pembina SATGAS ATCS
Mempunyai tugas memberikan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan
pengembangan Satgas Area Traffic Control Sistem Kota Bandar Lampung
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, disesuaikan
dengan dan mengikuti kebijakan Pemerintah Daerah Kota.
B. Pengarah SATGAS ATCS
Mempunyai

tugas

mengarahkan

seluruh

pelaksanaan

tugas

baik

administrasi maupun operasional setra pengembangan Satgas ATCS tugas


lingkup ATCS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, disesuaikan dengan dan mengikuti kebijakan Pemerintah Daerah
Kota.
C. Kepala Satuan Tugas (KA SATGAS)
-

Mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasi dan melaksanakan


sebagian tugas Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung di bidang
pengoperasian ATCS sesuai dengan peraturan Perundang-undangan
yang berlaku dan disesuaikan dengan kebijakan Pemerintah Daerah
Kota Bandar Lampung.

Mempunyai tugas bertanggungjawab atas semua kegiatan yang


berhubungan dengan pelaksanaan tugas administrasi, operasional dan
pengembangan ATCS Kota Bandar Lampung

46

D. Sekretariat SATGAS ATCS


Mempunyai Tugas:

Mengelola administrasi di bidang kesekretariatan ATCS Kota Bandar


Lampung.

Sekretariat dipimpin oleh seorang seketaris yang dalam melaksanakan


tugasnya bertanggung jawab kepada kepala SATGAS tim pengendali
ATCS.

Untuk melaksanakan tugas diatas, seketariat mempunyai fungsi


mengelola urusan penyusunan program, monitoring dan evaluasi
ATCS dan mengelola urusan administrasi umum ATCS.

Melaksanakan tugas-tugas lain yang di perintahkan oleh atasan

E. Administrasi
Mempunyai tugas melaksanakan proses administrasi surat masuk dan
keluar, menyiapkan daftar hadir dan melaksanakan tugas-tugas lain
yang di perintahkan oleh atasan.
F. Perencanaan Pengembangan Dan Pelaporan

Mempunyai

tugas

melaksanakan

pengelolaan

penyusunan

perencanaan dan pengembangan, melaksanakan pelaporan bulanan


maupun tahunan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang di
perintahkan oleh atasan.

47

G. Petugas Kebersihan
Mempunyai

tugas

melaksanakan

dibidang

kebersihan

dan

bertanggungjawab atas kebersihan lingkup gedung kendali ATCS,


melaksankan tugas sesuai dengan waktu kerja yang berlaku dan
melaksankan tugas-tugas lain yang di perintahkan atasan.
H. Petugas Jaga Malam Gedung ATCS

Mempunyai tugas melaksankan di bidang jasa malam lingkup gedung


kendali ATCS dan sekitarnya, melaksanakan tugas jaga malam mulai
pukul 20:00 s/d 08:00 WIB, setiap melaksanakan tugas wajib mengisi
daftar hadir, melaporkan segala sesuatu yang dianggap perlu
mendapatkan perhatian dengan mengisi buku piket dan melaporkan
kepada atasan pada kesempatan pertama, melaksanakan tugas-tugas
lain di perintahkan oleh atasan.

I. Urusan Operasional ATCS

Mempunyai tugas mengkoordinir pelaksanaan pematauan pengaturan


ATCS dari ruang kendali, bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas
ruang kendali ATCS, melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara
periodic kepada satuan tugas ATCS, melaksanaan tugas-tugas lain
yang diperintah oleh atasan.

J. Ketua Regu
Mempunyai tugas melaksanakan pemantauan, pengaturan ATCS dari
ruang kendali, melaporkan kondisi yang dianggap penting kepada
koordinator pada kesempatan pertama, berkoordinasi dengan petugas
pengendalian pengawasan operasional di lapangan guna kelancaran

48

arus lalu lintas, melaksanakan tugas sesuai dengan waktu kerja,


membuat

laporan

secara

periodic

sesuai

realisasi

kegiatan,

melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.


K. Anggota Regu
Mempunyai tugas melaksanakan tugas pemantauan arus lalu lintas
pada persimpangan jalan yang telah dilengkapi ATCS dari kendali
ATCS, melaksanakan pengaturan pada simpang yang dikendalikan
ATCS atas perintah ketua regu, melaksanakan tugas-tugas lain yang
diperintahkan oleh atasan.
L. Urusan Pemeliharaan Dan Perawatan Jaringan ATCS
Mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pemeliharaan
terhadap jaringan kabel fiber optik prasarana pendukung ATCS,
berkoordinasi dengan regu pengendali ATCS dan petugas Dalwasop,
melaporkan kondisi yang dianggap penting kepada koordinator pada
kesempatan pertama, membuat laporan secara periodic sesuai dengan
realisasi kegiatan, melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan
oleh atasan.
M. Anggota Urusan Pemeliharaan Dan Perawatan Jaringan ATCS
Mempunyai tugas melaksanakan tugas pemeliharaan dan perawatan
jaringan ATCS baik didalam ruang kendali maupun diluar ruangan,
melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.

49

4.8 Penempatan Titik Pemasangan Area Traffic Control Sistem Di Kota


Bandar Lampung
Dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung menempatkan Traffic
Light ATCS di area padat lalu lintas, area-area padat lalu lintas yang di maksud
antara lain :
Tabel 4.2 Jumlah Titik Pemasangan ATCS di Kota Bandar Lampung
No
Titik Pemasangan ATCS
1
Simpang Pramuka
2
Simpang Unila
3
Simpang Sultan Agung
4
Simpang Urip Sumoharjo
5
Simpang Terminal Raja Basa
6
Simpang Rumah Sakit Abdoel Moelok
7
Simpang Kota Raja/Tugu Juang
8
Simpang Basuki Rahmat
9
Simpang Kantor Gubernur
10 Simpang Soekarno Hatta Pusat
11 Simpang Soekarno Hatta Pusat (Untung Suropati)
12 Simpang Soekarno Hatta Pusat (Urip Sumoharjo)
13 Simpang Soekarno Hatta Pusat ( Jalan Yakudu)
14 Simpang Soekarno Hatta Pusat (Jalan Sutami)
15 Simpang Soekarno Hatta Pusat (Teluk Ambon)
(Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 2016)

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa kinerja


SATGAS ATCS dalam pelaksanakan program ATCS belum berjalan dengan
optimal hal tersebut dikarenakan masih tingginya tingkat kemacetan yang ada di
Kota Bandar Lampung. Hal tersebut dikarenakan masih ditemukan kendala yang
ada pada SATGAS ATCS yang peneliti nilai dari sisi kinerja.

Kendala-kendala tersebut di uji dengan menggunakan teori kinerja dari Mahsun


(2014) yang meliputi masukan (input), proses (process), keluaran (output), dan
hasil (outcome). Secara garis besar kendala-kendala mengenai kinerja dari
SATGAS ATCS tersebut meliputi ketersediaan Sumber Daya Manusia yang
masih kurang, dan kordinasi yang lemah antara SATGAS ATCS dengan petugas
Dalwaspol di lapangan karena petugas tersebut bukan merupakan bagian dari
SATGAS ATCS. Kendala-kendala tersebut merupakan bagian dari indikator
masukan (input) khusunya keterkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan
indikator proses (process) khususnya keterkaitan dengan prosedur pelaksanaan.
Kendala-kendala tersebut mempengaruhi terhadap kinerja SATGAS ATCS yang
dapat dilihat dari hasil yang peneliti paparkan pada indikator output yang
menjelaskan bahwa kinerja program ATCS masih belum terlaksana secara

89

maksimal karena berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa belum adanya


perubahan yang terlihat khusunya pengurangan tingkat kemacetan di Kota Bandar
Lampung baik sebelum maupun sesudah bergulirnya program ATCS tersebut dan
didukung dari tanggapan masyarakat yang menyatakan bahwa pelaksanaan
program ini belum terlihat manfaatnya karena masih tingginya tingkat kemacetan
di Kota Bandar Lampung tidak terkecuali di daerah-daerah yang sudah terpasang
alat ATCS.

6.2 Saran

1. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung seharusnya menambahkan


jumlah Pegawai Tenaga Kontrak (PTK) yang bertugas mengawasi
persimpangan jalan yang terpasang alat ATCS di Kota Bandar Lampung
agar

pengawasan

atau

monitoring

dapat

berjalan

optimal

dan

meningkatkan kordinasi dengan petugas Dalwaspol di lapangan dengan


cara membina hubungan lebih baik ataupun merekomendasikan kepada
Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung untuk memasukan petugas
Dalwaspol ke dalam bagain struktur SATGAS ATCS.
2. Diperlukan adanya penambahan jumlah unit kendaraan bermotor sebagai
kendaraan operasional pegawai hal tersebut diperlukan karena jika terjadi
kerusakan alat yang bersifat teknis di sejumlah titik pada waktu yang
bersamaan dapat di tanggulangi secara cepat.serta perlunya penambahan
jumlah pemasangan alat ATCS, hal tersebut dikarenakan belum
terpasangnya alat ATCS di beberapa persimpangan yang rawan
kemacetan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Fahmi, Irham.2011. Manajemen Kinerja teori dan aplikasi. Bandung. Alfabeta.
Fahmi, Irham.2014. Perilaku Organisasi teori, aplikasi dan kasus. Bandung.
Alfabeta
Irawan, P. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta. Departemen Ilmu Administrasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
Mahsun, Mohamad. 2014. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta. BPEE.
Mangkunegara, A.P. 2007. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung. PT. Refika Aditama.
Moleong, L.J, 2007, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
Pasolong, Harbani. 2011. Teori Administrasi Publik. Bandung. Alfabeta.
Prawirosentono S.1999.Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta. BPFE.
Sembiring, Masana. 2012. Budaya&Kinerja Organisasi. Bandung. Fokusmedia.
Surjadi,2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung. PT Refika
Aditama.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers

Peraturan-Peraturan :
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009. Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011. Tentang Manajemen Rekayasa,
Analisi Dampak serta Manjemen Kebutuhan Lalu Lintas.

Surat Keputusan Wali Kota Bandar Lampung Nomor 182/IV.33 / HK / 2015.


Tentang Penunjukan Satuan Tugas (SATGAS) Area Traffic Control Sytem
(ATCS) pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Website :
http://harianlampung.com/index.phpg, diakses tanggal 03 April 2015 pukul 15:43
http://lampung.tribunnews.com, diakses tanggal 04 April 2015 pukul 12:34
http://www.atcsbali.info/about/.com, diakses tanggal 17 Mei 2015 pukul 17:17
http://kupastuntas.com, diakses tanggal 14 Mei 2015 pukul 01:14
http://bandarlampung.marktel.co/mplayer, diakses tanggal 19 November 2015
pukul 02:04

You might also like