You are on page 1of 33

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN

KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH


MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Tingkat I Semester II

Tingkat I IKP Non-Reguler


1.
2.

Disusun Oleh Kelompok 5


Tika Maulidia Lestari NPM. 213215020
Siti Sugih Hartati
NPM. 213215025

3.

Angga Septa Nugraha

NPM. 213215027

SEKOLAH TINGGI ILMU KESESEHATAN


JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
Jalan Terusan Jenderal Sudirman Cimahi 40533 Telp. (022) 6631622
Stikesayani.ac.id info@stikesayani.ac.id
2016-2017
1

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, Karena berkat rahmat, karunia
serta hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari
beberapa pihak yang ikhlas bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
Penulis. Maka pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. TIM Mata Kuliah Keperawatan Jiwa, Dosen pengajar Keperawatan Jiwa.
2. Orangtua tercinta yang selalu memberikan dorongan dan bantuan baik berupa
materil maupun moril yang tidak ternilai harganya.
3. Teman-teman Tingkat I IKP Non-Reguler yang senantiasa memberikan
semangat dan dorongan selama penulisan Makalah ini.
4. Semua pihak yang telah ikut membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan Makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi Penulis, pihak-pihak yang telah
membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi
keilmuanya. Aamiin Allahumma Aamiin
Cimahi, 08 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan.................................................................................2
C. Manfaat Penulisan...................................................................................3
D. Metodologi Penulisan..............................................................................3
E. Sistematika Penulisan..............................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................5
A. Konsep Dasar Konsep Diri......................................................................5
B. Konsep Dasar Harga Diri Rendah...........................................................7
BAB III TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN............................12
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.....................................................12
B. SPTK (Standar Pelaksanaan Tindakan Keperawatan)...........................19
BAB IVPENUTUP................................................................................................29
A. Kesimpulan............................................................................................29
B. Saran......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah perasaan sehat dan bahagi serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang sebagai mana adanya, serta
mempunyai sifat positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes, 2005).
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang.
Gangguan jiwa adalah seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari
apa yang orang tersebut yakini sebagai faktor penyebab (Struart, 2007)
Gangguan jiwa berat (yaitu skizofrenia, penyakit depresif, dan bentuk
depresi yang berat, gangguan panik, serta gangguan obsesif-kompulsif)
memengaruhi 2,8% populasi dewasa ( lebih kurang 5 juta penduduk ) dan
bertanggung jawab untuk 25% dana yang dikeluarkan pemerintah untuk
disabilitas (Struart,2007).
World Healt Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari
450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data
studi World Bank di beberapa Negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global
masyarakat (Global Burden Disease) disebabkan oleh masalah gangguan
kesehatan jiwa yang menunjukan dampak lebih besar dari TBC (7,2%), kanker
(5,8%), jantung (4,4%), dan malaria (2,6%). Departemen kesehatan
mengatakan angka tersebut menunjukan jumlah penderita gangguan jiwa di
masyarakat sangat tinggi.
Dari 50 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data
Departemen Kesehatan ( Depkes ), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan
mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan
tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini, krisis
ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan

jiwa di dunia dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50


juta atau 25 % dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa
(Nurdwiyanti, 2008).
Dalam

kehidupan

bermasyarakat,

manusia

harus

dapat

mengembangkan dan melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan


individu lain maupun lingkungan sosialnya. Tapi pada kenyataannya seorang
individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan
individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga
konsep diri menjadi negatif.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 199). Jika individu sering
mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah
gangguan konsep diri harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri.Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,merasa
gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. (keliat,2005)
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membahas
mengenai Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri: Harga
Diri Rendah.
B. Maksud dan Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan secara keseluruhan tentang Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui uraian tentang konsep dasar kosep diri
b. Mengetahui uraian tentang konsep dasar harga diri rendah
c. Mengetahui uraian tentang konsep dasar Asuhan Keperawatan klien
dengan gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
d. Mengetahui uraian tentang SPTK (Standar Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan) Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

C. Manfaat Penulisan
Suatu karya dapat dikatakan baik apabila dapat memberi manfaat yang
dapat digunakan untuk meningkatkan aspek kehidupan kearah yang lebih baik
salah satunya dibidang kesehatan. adapun manfaat yang diharapkan penulis
yaitu:
1. Bagi Mahasiswa/diri sendiri
Dapat menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan klien
dengan gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah.
2. Bagi pembaca secara umum
Dapat menambah pengetahuan terhadap

profesi keperawatan.

Menambah wawasan dan pengetahuan Penulis. Menambah daya kritis


terhadap Penulis.
D. Metodologi Penulisan
Metode penulisan yang penulis gunakan untuk menyusun karya tulis ini
adalah Studi Pustaka atau metode Literatur, yaitu mempelajari buku-buku
acuan yang mendapat informasi teoritis dan relavan serta mencari dengan
berbagai sumber dan Dunia Maya atau Internet, yaitu mencari informasi
melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, sitematika penulisan terdiri dari empat (4)
bab antara lain:
Bab I yaitu pendahuluan berisi latar belakang, maksud dan tujuan,
manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II yaitu tinjauan teoritis yaitu terdiri dari uraian tentang konsep dasar
kosep diri dan konsep dasar harga diri rendah.
Bab III yaitu tijauan teoritis asuhan keperawatan klien dengan gangguan
konsep diri: Harga Diri Rendah dan SPTK (Standar Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan) gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah.
Bab IV yaitu penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Konsep Diri


1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir,
tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri, dengan orang terdekat dan realitas dunia. (Stuart, 2006)
2. Komponen Konsep Diri
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut
(Damaiyanti, 2012)
a. Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh (body image) adalah kumpulan sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta
perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan,
dan potensi, citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan
persepsi dan pengalaman baru.
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia
seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujaun, atau nilai
personal tertentu. Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan citacita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas pribadi adalah prinsip pengorganisasian kepribadian
yang

bertanggung

jawab

terhadap

kesatuan,

kesinambungan,

konsistensi, dan keunikan individu.


Menurut Sunaryo (2004) identitas diri merupakan keasadaran
akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian,
sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan
yang utuh.
d. Peran Diri (Self Role)

Peran

diri

merupakan

serangkaian

pola

perilaku

yang

diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu


di berbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran yang
dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil
adalah peran yang terpilih oleh individu. (Stuart, 2006)
Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang
diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat. (Sunaryo,
2004)
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya
dengan idel diri, harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasaan
dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekelahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seoran yang
penting dan berharga. (Stuart, 2006)
3. Rentang respon
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar perilaku individu.
Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang
terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan
penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang maladaptif.
Rentang respon individu terhadap konsep diri, yaitu
Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Aktualisasi

Konsep diri-

Harga diri

Keracunan

diri

positif

rendah

Identitas

Depersonalisasi

a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima.
b. Konsep diri positif adalah bagaimana seseorang memandang apa yang
ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya,
penampilan peran serta identitas dirinya secara positif.

c. Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri,


termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna,
pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang
berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri
dan/atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak
mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri,
keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik diri dari
realitas.
d. Keracunan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identfikasi masa kanak-kanak ke dalam
kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis di mana
klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.
Individu mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari
orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.
B. Konsep Dasar Harga Diri Rendah
1. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep, 2009)
Gangguan harga diri yaitu harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami/isteri, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba)
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien mempunyai cara berpikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon mal adaptif. Kondisi ini dapat

ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada klien
gangguan jiwa.
2. Etiologi
Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga
diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua,
harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah tuntutan peran
kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor
yang
mempengaruhi

identitas

pribadi

meliputi

ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan


perubahan struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri
rendah

biasanya

adalah

kehilangan

bagian

tubuh,

perubahan

penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.


Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situasional atau kronik.
c. Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku
yang objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam
diri klien sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
salah satunya mengkritik diri sendiri, sedangkan keracunan identitas
seperti sifat kepribadian yang bertentangan serta depersonalisasi. (Stuart,
2006)
3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Menurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah adalah
sebagai berikut;
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
7

d. Penurunan produktivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Dapat di amati dari penampilan seseorang dengan harga diri rendah,
terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah.
4. Batasan Karateristik Harga Diri Rendah Kronik
Batas karakteristik menurut Nanda 1 (2012), yaitu:
a. Bergantung pada pendapat orang lain.
b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa.
c. Melebihi-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.
d. Secara berlebihan mencari penguatan
e. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup.
f. Engga mencoba situasi baru.
g. Enggan mencoba hal baru.
h. Perilaku bimbang.
i. Kontak mata kurang.
j. Perilaku tidak asertif.
k. Sering kali mencari penegasan.
l. Pasif.
m. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri.
n. Ekspresi rasa bersalah.
o. Ekspresi rasa malu.
5. Dampak gangguan Harga Diri Rendah terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia meliputi 5
kebutuhan yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan
keselamatan, kebutuhan untuk dicintai dan rasa saling memiliki,
kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Dengan menggunakan
pendekatan tersebut penulis menghubungkan antara perilaku klien dengan
gangguan harga diri rendah terhadap kebutuhan dasar manusia
a. Kebutuhan Nutrisi
Klien dengan konsep diri harga diri rendah biasanya selalu
menyalahkan dan menghukum diri sendiri, merasa gagal dan
cenderung merusak diri baik secara langsung maupun tidak langsung.
Salahsatu cara merusak diri secara tidak langsung dengan timbulnya

kurang nafsu makan. Dampak yang timbul adalah gangguan


pemenuhan nutrisi.
b. Kebutuhan istirahat tidur
Persepsi terhadap diri yang menurun dapat menimbulkan
kecemasan dan takut terhadap lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan
kegelisahan dan sulit tidur. Dampak yang timbul adalah gangguan
pemenuhan istirahat tidur.
c. Kebutuhan rasa aman
Klien dengan harga diri rendah mempunyai perasaan tidak mampu
dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan, sehingga individu merasa
cemas dalam melakukan sesuatu dan bersosialisasi dengan orang lain.
d. Kebutuhan aktivitas sehari-hari
Adanya kegagalan dalam mengaktualisasikan diri pada klien yang
menarik diri disebabkan perasaan tidak berharga, tidak dihargai dan
tidak mampu sehingga klien cenderung mengalami penurunan minat
merawat diri apabila melakukan aktivitas sehari-hari.
e. Kebutuhan sosialisasi
Adanya kemunduran peran sosial, tidak memiliki teman atau
jarang bergaul, kurang rasa percaya diri , membuat klien enggan untuk
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan dirinya.
f. Kebutuhan spiritual
Adanya perasaan asing dan tidak dipedulikan membuat individu
sulit mempercayai orang lain termasuk kepercayaan terhadap Tuhan
YME sehingga kebutuhan spiritualnya terganggu.
g. Kebutuhan akan rasa cinta
Perasaan tidak berharga dan tidak percaya diri menyebabkan klien
mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal, termasuk
hubungan hubungan mencintai dan dicintai orang lain.

BAB III
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi seperti:
psikologis, tanda dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien.
Pengkajian meliputi beberapa faktor yaitu :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua,
harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah tuntutan peran
kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor
yang
mempengaruhi

identitas

pribadi

meliputi

ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan


perubahan struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum,
gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
situasional atau kronik.
c. Perilaku
Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah sebagai berikut yaitu, mengkritik diri sendiri dan orang lain,
penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,
gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, perasaan
tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung/marah berlebihan,
perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri, pandangan hidup yang
pesimis, keluhan fisik, penolakan kemampuan personal, menarik diri
dari realitas, menarik diri dari realitas, dan khawatir.
d. Mekanisme Koping

10

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek


atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego
untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup:
1) Jangka pendek:
- Aktivitas pelarian sementara dari krisis identitas diri (konser
-

musik, menonton televisi)


Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (ikut

serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok)


Aktivitas yang sementara meningkatkan perasaan diri yang

tidak menentu (olahraga yang kompetitif, prestasi akademik)


2) Jangka panjang:
- Penutupan identitas (adopsi identitas prematur yang
diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan
-

keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu)


Identitas negatif (asumsi identitas yang tidak sesuai

dengan nilai dan harapan yang diterima di masyarakat.


e. Data Yang Perlu Dikaji
Menurut Fitria (2010), data yang perlu dikaji pada klien dengan
1)

harga diri rendah meliputi;


Data Subjektif
- Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
- Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
- Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas
-

atau bekerja
Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri
(mandi, berhias, makan, atau toileting)

2)

Data Objektif
-

Mengkritik diri sendiri


Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimistis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Kurang memperhatikan perawatn diri
Berpakaian tidak rapi
Berkuarang selera makan
Tidak berani menatap lawan bicara

11

Lebih banyak menunduk


Bicara lambat dengan nada suara lemah

2. Masalah Keperawatan
Menurut Damaiyanti (2012), masalah keperawatan yang muncul yaitu
a. Isolasi Sosial
b. Harga diri rendah kronik
c. Koping individu tidak efektif
Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Effect

Harga Diri Rendah Kronik


Core Problem

3. Diagnosa Keperawatan
Koping Individu Tidak Efektif
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah
Causa
adalah:
a. Harga diri rendah kronik
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial

12

4. Intervensi Keperawatan
Tujuan
Pasien mampu :
Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
Menilai kemampuan
yang dapat digunakan
Menetapkan /
memilih kegiatan yang
sesuai dengan
kemampuan
Melatih kegiatan
yang sudah dipilih,
sesuai kemampuan
Merencanakan
kegiatan yang sudah
dilatihnya.

Kriteria Evaluasi
Intervensi
Setelah .x pertemuan klien
SP I
mampu:
- Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki.
Mengidentifikasi
- Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan aspek positif
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien
yang dimiliki
di rumah adanya keluarga dan lingkungan terdekat
Memiliki kemampuan
pasien.
yang dapat digunakan
- Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali
Memilih kegiatan sesuai
bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
kemampuan
- Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
Melakukan kegiatan yang
- Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
sudah dipilih
digunakan saat ini
Merencanakan kegiatan
- Bantu pasien menyebutkannya dan memberi
yang sudah dilatih
penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif
- Pilih kemampuan yang akan dilatih
- Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang
akan pasien lakukan sehari-hari.
- Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat
pasien lakukan secara mandiri.

16

Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari


keluarga
- Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien.
- Beri contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat
dilakukan pasien
- Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan seharihari pasien
- Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
- Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan
dilatihkan.
- Bersama pasien dan keluarga memperagakan
beberapa kegiatan yang akan dilakukan pasien.
- Berikan dukungan atau pujian yang nyata sesuai
kemajuan yang diperlihatkan pasien.
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
- Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba
kegiatan.
- Beri pujian atas aktivitas / kegiatan yang dapat
dilakukan pasien setiap hari
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan
perubahan sikap
- Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga.

17

SP 2
SP 3
Keluarga mampu :
Merawat pasien dengan
harga diri rendah di rumah
dan menjadi sistem
pendukung yang efektif bagi
pasien

Setelah .x pertemuan keluarga


mampu :
Mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki
pasien
Menyediakan fasilitas
untuk pasien melakukan
kegiatan
Mendorong pasien

SP 1
SP 2
-

18

Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya


setelah pelaksanaan kegiatan. Yakinkan bahwa
keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan
pasien

Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)


Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
Latih kemampuan yang dipilih
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat


pasien
Jelaskan proses terjadinya HDR
Jelaskan tentang cara merawat pasien
Main peran dalam merawat pasien HDR
Susun RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
pasien
Evaluasi kemampuan SP 1

melakukan kegiatan
Memuji pasien saat
pasien dapat melakukan
kegiatan
Membantu melatih
pasien
Membantu menyusun
jadwal kegiatan pasien
Membantu
perkembangan pasien

SP 3
-

19

Latih keluarga langsung ke pasien


Menyusun RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Evaluasi kemampuan keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
RTL keluarga :
- Follow Up
- Rujukan

B. Standar Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


A.

PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
- Klien sedang duduk di atas tmpat tidur sambil menunduk. Tidak
mau melihat dan bercakap-cakap dengan klien lain yang sedang
-

duduk di samping tempat tidurnya.


Klien masuk ke rumah sakit karena menolak untuk bergaul dengan
orang lain. Hal itu terjadi sejak bapaknya meninggal dunia 2 tahun

yang lalu.
Klien sering mengatakan bahwa dialah penyebab kematian
bapaknya, karena dia tidak mampu menjaganya dengan baik. Klien
mengatakan seandainya dulu dia menyelesaikan pendidikan
akpernya pasti akan mampu merawat bapaknya. Klien mengatakan
bahwa dia adalah anak yang bodoh dan tidak berguna bagi
keluarga. Klien mengatakan dia tidak seperti kakaknya yang
mempunyai banyak keahlian. Bahkan untuk menjaga bapaknya

yang sakit saja dia tidak mampu.


Observasi pada klien di dapatkan klien sering menunduk,
menghindari kontak mata, dan berbicara hanya sebentar/seperlunya

saja.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah kronik
3. Tujuan Keperawatan
Setelah dilakukan komunikasi teurapeutik selama .... pertemuan, klien
mampu:
-

Mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki

Memiliki kemampuan yang dapat digunakan

Memilih kegiatan sesuai kemampuan

Melakukan kegiatan yang sudah dipilih

Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih

4. Tindakan keperawatan (SP)


SP1

19

Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki.

Mendiskusikan

bahwa

pasien

masih

memiliki

sejumlah

kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah

adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.


Memberi pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.

Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini

Mendiskusikan

dengan

pasien

kemampuan

yang

masih

digunakan saat ini


Membantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan

terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien


Memperlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif

Memilih kemampuan yang akan dilatih

Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat


dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan

sehari-hari.
Membantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien

lakukan secara mandiri.


Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga
Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau

lingkungan terdekat pasien.


Memberi contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat

dilakukan pasien
Menyusun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari
pasien

Menilai kemampuan pertama yang telah dipilih

Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan

kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.


Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan

yang akan dilakukan pasien.


Memberikan dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemajuan

yang diperlihatkan pasien.


Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien

20

Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan.


Memberi pujian atas aktivitas / kegiatan yang dapat dilakukan

pasien setiap hari


Meningkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan

sikap
Menyusun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien

dan keluarga.
Memberikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan. Yakinkan bahwa keluarga mendukung
setiap aktivitas yang dilakukan pasien.

B.

STRATEGI

KOMUNIKASI

DALAM

PELAKSANAAN

KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
Assalamualaikum selamat pagi N. Saya suster .... panggil saja
suster .... saya mahasiswa fakultas ilmu keperawatan ... yang akan
bertugas disini dari jam 08.00 sampai 12.00 siang nanti.
Apa yang menyebabkan N di bawa kesini? Apakan N masih
mengingatnya?
Bagaimana kalau kita membicarakan tentang alasan N tidak mau
bergaul dengan orang lain dan terus menyendiri saja di kamar?
Dimana kita membicarakannya? Bagaimana kalau diluar saja? Berapa
lama? 20 menit saja?
2. Fase Kerja
Coba N ceritakan apa yang menyebabkan N tidak mau bergaul
dengan orang lain? Apa yang menyebabkan N merasa sangat bodoh?
Bagaimana dengan kemampuan lain seperti kemampuan akademik
lainnya selain komputer?
(Jika klien diam saja atau menggeleng)
Suster yakin N pasti memilikinya, atau N memiliki hoby yang N
sukai?
(Jika klien mengangguk)
Nah, apa saja? Coba ceritakan ke suster. Bagus, apalagi? Saya buat
daftarnya yaa. Apa lagi kegiatan lain? Misalnya menyanyi? Atau
mengaji? Wah... bagus sekali ada 6 kemampuan yang N miliki.
21

N, dari 6 kemampuan yang dimiliki mana yang masih bisa dilakukan


di RS? Coba kita lihat yang pertama bisakah, yang kedua..., (Misalnya
ada 3 kemampuan yang bisa dilakukan) wah, bagus sekali masih ada
3 kemampuan yang bisa dilakukan di RS.
Sekarang coba N pilih salah satu yang mampu dilakukan di RS.
Bagus sekali, sekarang kita coba latihan kemampuan N dalam
membaca Al-Quran. N pernah mengaji selama di RS ini? Bagus
sekali. Biasanya Al-Quran nya di dapat dari siapa? Baiklah, sekarang
suster pinjamkan Al-Quran dan coba N membaca ayat yang N
inginkan.
Bagus sekali bacaan N, pembacaan hurufnya juga tepat. Sekarang
coba kita dilanjutkan ke ayat yang berikutnya.
Nah, sekarang kita sudah selesai mengaji, N tutup saja Al-Quran
nya.
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan N setelah kita bercakap-cakap dan latihan
mengaji tadi?
Ternyata masih banyak kemampuan N yang bisa dilakukan di RS ini
yang sudah N praktekan dengan baik sekali
Bagaimana kalau kita masukan kegiatan ini di dalam jadwal harian
N? Menurut N jam berapa mau di masukan?
Bagus sekali, berarti jam 05.30 setelah shalat subuh dan 18.30
setelah shalat magrib yah.
Baiklah, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita melatih
kemampuan N yang ke2 yaitu menanam bunga. Tempatnya disini saja
yaa N?
C. Contoh Fase Orientasi, Kerja, dan Terminasi Pada Setiap SP
Latihan 1. Mengkaji klien dengan Harga Diri Rendah Kronis
1) Membina hubungan saling percaya
0rientasi:

22

Assalamualaikum, perkenalkan nama saya suster..., dari puskesmas...


Apakah kita bisa berkenalan? Bagaimana kalau kita berbincang bincang
selama 15 menit? Di mana?
Kerja:
Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini? Adakah yang bapak?ibu
pikirkan? Bagaimana kalau bapak/ibu menceritakannya pada saya? Saya
siap mendengarkannya.
Terminasi :
Bagaimana perasaannya setelah berbincang-bincang tadi? baiklah kita
ketemu lagi minggu depan untuk berbincang-bincang tentang kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki bapak/ibu? Bagaimana kalau pagi jam 10,
di rumah bapak/ibu?
Contoh percakapan perawat mengkaji klien dengan masalah gangguan
konsep diri: harga diri rendah.
Orientasi:
Assalamualaikum bagaimana perasaan Bapak/ibu hari ini? Sesuai
dengan janji minggu yang lalu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap
selama 20 menit, ada beberapa hal yang akan kita diskusikan?
Kerja:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengalami gempa dan tsunami?
Apa harapan Bapak/Ibu setelah mengalami kejadian tersebut? Bagaimana
Bapak/Ibu dapat mencapai keinginan atau harapan tersebut dengan adanya
tsunami? Adakah harapan atau keinginan Bapak/Ibu yang belum tercapai?
Sejauh ini apa yang Bapak/Ibu rasakan jika harapan atau keinginan
tersebut tidak tercapai?
bagaimana pandangan orang lain dalam meniali Bapak/Ibu? Menurut
Bapak/Ibu apa kelebihan yang dimiliki dan bagaimana dengan
kekuarangan atau kelemahan yang Bapak/Ibu rasakan?
Terminasi:
Baiklah kita sudah bicara tentang apa yang Bapak/Ibu rasakan,
bagaimana kalau minggu depan kita ketemu lagi untuk membicarakan
beberapa kemampuan positig atau kegiatan yang masih dapat dilakukan
Bapak/Ibu?

23

Latihan 2. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih


dimiliki klien
Orientasi:
Assalamualaikum, bagaimana keadaan Bapak/ibu hari ini? Bapak/Ibu
saya lihat sudah lebih segar dan berpakaian rapi. Bagaimana kalau hari ini
kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang bapak lakukan sehari-hari?
Dimana? Bagai mana kalau selama 15 menit?
Kerja:
Apa saja kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan setiap hari? Menurut
bapak/ibu kegiatan apa yang sebenarnya ingin bapak dan ibu lakukan
tetapi

belum

adapat

dilakukan

saat

ini?

Dapatkan

bapk/ibu

menyebutkannya? Bagaimana dengna kegiatan memasak atau merapihkan


rumah? Baik sekali pa/bu, sudah dapat menyebutkan kegiatan sehati-hari
yang sebenarnya dapat bapak/ibu lakukan.
bagaimana tanggapan keliarga saat bapak/ibu melakukan kegiatan
tersebut? Bentuk dukungan apa yang bapak/ibu harapkan? Bagaimana
perasaan bapak/ibu dengan adanya dukungan dari keluarga? Yaa! Ternyata
bapak/ibu harus bersyukur keluarga sangat mendukung bapak/ibu!
Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
kegiatan yang bapak/ibu masih dapat lakukan? Baiklah kita akan bertemu
kembali minggu depan untuk membicarakan tentang beebrapa kegiatan
lainnya yang dapat dilakukan bapak/ibu pada waktu yang akan datang.
Bagaimana kalau bertemu jam 10 pagi?
2) Membantu klien agar mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Latihan 3. Membantu klien agar mampu menilai kemampuan yang
dapat digunakan
Orientasi:
Asslamualaikum, bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini? Saya lihat
bapak/ibu pagi ini sudah lebih segar. Bagaimana kalau pagi ini kita
berbincang-bincang tentang kegiatan atau kemampuan positif pada

24

bapak/ibu yang sudah kita bicarakan pada minggu yang lalu? Bagaimana
kalau 20 menit?
Kerja:
bagaimana kegiatan bapak/ibu setiap hari mulai dari bangun pagi hari
sampai malam? Coba ceritakan apa saja yang dilakukan? Bagimana
perasaannya setelah bapak/ibu melakukan kegiatan tersebut? Baik sekali.
Apa yang sudah bapak/ibu lakukan! Menurut pendapat bapak/ibu apakah
kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kemampuan baik pada bapak/ibu?
Apakah kemampuan tersebut dimiliki semua orang? Adakah sebenarnya
kegiatan yang masih ingin bapak/ibu lakukan selain yang sudah
dibicarakan tadi?
baiklah dari beberapa kegiatan tersebut manakah yang dirasakan lebih
nyaman bagi bapak/ibu untuk mengerjakannya? Menurut pendapat
bapak/ibu adakah bantuan yang diharapkan dari keluarga? Dapatkah
bapak/ibu menceritakan adanya faktor pendukung atau mungkin
penghambat dalam melakukan kegiatan tersebut?
Terminasi:
bagaimana perasaannya? Ternyata banyak kegiatan yang dapat dilakukan
bapak/ibu. Bagaimana kalau kita bertemu kembali minggu depan untuk
membicarakan bagaimana bapak/ibu dapat memilih beberapa kegiatan
yang sudah bapak/ibu kemukakakn tadi?
3) Membantu klien agar mampu memilih atau menetapkan kegiatan sesuai
dengan kemampuan
Latihan 4. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan
kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
Orientasi:
Asslamualaikum, bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini? Saya lihat
bapak/ibu pagi ini sudah lebih segar. Bagaimana kalau kita lanjutkan
pembicaraan kita tentang kegiatan sehari-hari yang dapat bapak/ibu

25

lakukan? Bagaimana kalau di ruang tamu? Bagaimana kalau 20 menit?


Bersedia?
Kerja:
bagaimana kalau bapak/ibu kembali menyebutkan apa saja kegiatan yang
bapak/ibu dapat lakukan? Bagaimana kalau dari 10 kegiatan tersebut
bapak/ibu tetapkan yang akan bapak/ibu lakukan terlebih dahulu?
Bagaimana jika lima kegiatan yang ini dulu? Merapihkan tempat tidur.
Saya lihat sudah mulai bapak/ibu lakukan sendiri, atau mungkin kegiatan
lain yang ingin dipilih? Manakah kegiatan yang perlu dibantu keluarga?
Baik sekali apa yang sudah bapak/ibu tetapkan sebagai kegiatan yang akan
dilakukan.
Terminasi:
baiklah, kita akan lanjutkan bincang-bincang ini pada minggu depan
dengan mulai melatih 5 kegiatan tadi. Bagaimana pak/bu setuju?
Bagaimana kalau waktunya 25 menit? Karena nanti kita akan latihan.
4) Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan
Latihan 5. Melatih kegiatan yang sudah dipilih klien sesuai
kemampuannya.
Orientasi:
Selamat pagi pak/bu! Bagaimana keadaannya pagi ini? Bagaimana kalau
hari ini kita latihan kegiatan yang sudah bapak/ibu tetapkan minggu lalu?
Bagaimana kalau kita berlatih di ruang makan? Atau di dapur?
Kerja:
menurut bapak/ibu kita akan melakukan latihan yang mana dulu dari 5
kegiatan ini? Bagimana kalau 2 kegiatan terlebih dahulu yang dilatihkan?
Bagaimana kalau bapak/ibu menyebutkan 1 kegiatan beserta langkahlangkahnya, dan begitu selanjutnya. Bagaimana kalau bapak dan ibu yang
menyebutkan dan saya bantu mencatatnya. Baik! Ternyata cukup banyak
langkah-langkah kegiatan yang bapak/ibu masih ingat!

26

Coba bagaimana kalau bapak/ibu demonstrasikan kegiatan pertama ini!


Bagus, sudah baik apa yang bapal/ibu lakukan! Baiklah bagaimana kalau
dicoba latihan kegiatan ke 2 setelah bapak/ibu istirahat dulu.
Terminasi:
Bagaimana pak/bu perasaannya setelah melakukan kegiatan tadi? Baiklah
pak/bu bagaimana kalau kita ketemu lagi rabu depan jam 10 pagi? Kita
lanjutkan percakapan tentang rencana kegiatan dan latihan kegiatan
lainnya.

5) Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya


Latihan 6. Membantu klien merencanakan kegiatan yang sudah
dilatihkan
Orientasi:
Selamat pagi pak/bu! Bagaimana keadaannya pagi ini? Bapak/ibu hari ini
terlihat segar! Bagaimana kalau hari ini kita melanjutkan diskusi kemarin
tentang jadwal rencana kegiatan yang sudah bapak/ibu latihkan?
Bersediakah bapak/ibu jika kita melakkannya selama 20 menit? Bapak/ibu
ingin kita berdiskusi dimana?
Kerja:
bagaimana kalau bapak/ibu yang menyebutkan dan saya bantu
mencatatnya. Baik! Ternayat cukup banyak aktivitas yang dapat bapak/ibu
lakukan! Bagaimana kalau kegiatan ini bapak/ibu lakukan dengan
melangkapinya

dengan

seperti

ini?

(memberi

contoh

atau

mendemostrasikan)
Baiklah pak/bu sudah ada daftar aktivitas yang bapak/ibu dapat lakukan.
Sepertinya bapak/ibu terlihat bersemangat ingin segera memulainya.

27

Bagaiamana kiata mendiskusikan daftar kegiatan ini dengan keluarga?


Baiklah! Kelihatannya bapak/ibu siap melaksanakannya.
Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak/ibu dengan tersusunnya beberapa kegiatan
ini? Baiklah kita akan bertemu kembali minggu depan utnuk melanjutkan
pembicaraan kita tentang beberapa kegiatan lainnya yang dapat dilakukan
bapak/ibu pada waktu yang akan datang. Bersedikah pa/bu? Bagaimana
kalau bertemu jam 10 pagi?

28

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang
merupakan

pengetahuan

individu

tentang

dirinya

dan

memengaruhi

hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi
dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,
dengan orang terdekat dan realitas dunia. (Stuart, 2006)
Komponen konsep diri terdiri atas Citra Tubuh (Body Image), ideal Diri
(Self Ideal), identitas Diri (Self Identifity), peran Diri (Self Role), dan harga Diri
(Self Esteem)
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa
gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009)
Gangguan konsep diri: harga diri rendah dapat terjadi secara situasional
dan kronik. Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga
diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi (penolakan orangtua, harapan
orangtua yang tidak realistis, tuntutan peran kerja, ketidakpercayaan orangtua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial) dan faktor
presipitasi (kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produktivitas yang menurun).
Masalah keperawatan yang muncul yaitu Isolasi Sosial, harga diri rendah
kronik, koping individu tidak efektif.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan kepada pembaca
untuk dapat memahami isi uraian makalah ini mengenai Asuhan Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah, Agar dapat di
aplikasikan secara tepat dalam profesi keperawatan.

29

DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1-Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Rumah Sakit Jiwa Cimahi. 2007. Standar Asuahan Keperawatan (SAK) Jiwa
Khusus.
Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

30

Lampiran soal HDR


1.
1.
2.
3.
4.

Konsep diri terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut


Citra tubuh (Body Image)
Ideal diri (Self Ideal)
Identitas diri (Self Identity)
Peran diri (Self Role)
Jawaban: E
2. Faktor-faktor di bawah ini yang mengakibatkan harga diri rendah kronik
adalah sebagai berikut
1. Faktor predisposisi
2. Faktor presipitasi
3. Faktor perilaku
4. Faktor gen
Jawaban: A
3. Di bawah ini merupakan tanda dan gejala dari harga diri rendah yaitu
1. Perasaan tidak mampu
2. Pandangan hidup yang pesimis
3. Penurunan produktivitas
4. Penolakan terhadap kemampuan diri
Jawaban: E
4. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
kegagalan yang berulang performa peran, identitas pribadi adalah
A. Faktor predisposisi
B. Faktor akademik
C. Faktor gen
D. Faktor presipitasi
E. Faktor kopin individu
5. Klien dengan harga diri rendah mempunyai perasaan tidak mampu dan raguragu dalam mengambil keputusan sehingga individu merasa cemas dalam
melakukan sesuatu merupakan dampak gangguan harga diri rendah terhadap
kebutuhan dasar manusia yaitu
A. Kebutuhan sosialisasi
B. Kebutuhan aktivitas sehari-hari
C. Kebutuhan rasa aman
D. Kebutun spiritual
E. Kebutuhan akan rasa cinta
6. Perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri
termasuk pengertian dari
A. Waham

31

B. Gangguan body image


C. Menarik diri
D. Harga diri rendah
E. Rasa cemas
7. Semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahua
individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain, merupakan pengertian dari
A. Waham
B. Gangguan body image
C. Konsep diri
D. Kebutuhan sosialisasi
E. Menarik diri
8. Yang termasuk mekanisme koping harga diri rendah jangka pendek adalah
1. Aktivitas pelarian sementara dari krisis identitas diri
2. Penutupan identitas
3. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
4. Identitas negatif
Jawaban: B
9. Sebutkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
harga diri rendah kronik berdasarkan pohon masalah!
10. Jelaskan dan berikan contoh mengenai gangguan harga diri rendah yang

terjadi secara situasional dan kronik!

32

You might also like