Professional Documents
Culture Documents
PERNAPASAN
BRONKOPNEUMONIA
MAKALAH
DI SUSUN OLEH :
SITI KHALIMATUS SADIYAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah
makalah tentang penyakit Bronkopneumonia ini dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun
masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya.
Makalah tentang penyakit Bronkopneumonia ini adalah sebagai pemenuhan tugas dari rsia
khalishah
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Iis Rahmawati, S. Kep., M. Kes. selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Keperawatan Klinik 2B ini. Serta bagi semua pihak yang turut
mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari materi
tentang penyakit terutama penyakt Bronkopneumonia. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami sendiri
sebagai penyusun.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI.
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang. 1
Rumusan Masalah.. 2
Tujuan.. 2
Pengertian Bronkopneumonia. 3
Epidemiologi Bronkopneumonia.. 4
Patofisiologi Bronkopneumonia. 6
Penatalaksanaan Bronkopneumonia. 10
Pencegahan Bronkopneumonia.. 10
BAB 3. PATHWAY.
12
13
Pengkajian.. 13
Diagnosa Keperawatan .. 19
20
Evaluasi Keperawatan.. 28
BAB 5. PENUTUP..
29
Kesimpulan. 29
5.2 Saran.
29
DAFTAR PUSTAKA.
30
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa disebabkan oleh kuman, virus,
dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan merupakan salah satu penyebabnya. Anak sangat
suka bermain di dalam ataupun di luar rumah sehingga perlu memperhatikan lingkungan di
sekitar anak. Penyakit yang sering tejadi pada anak yaitu penyakit pada saluran pernafasan. Salah
satu penyakit saluran pernafasan pada anak adalah bronkopneumonia. Di negara maju penyakit
ini banyak ditemukan. Selain itu, di negara berkembang juga banyak ditemukan dan penyakit ini
merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada anak usia 0 sampai 6 tahun.
Bronkopneumonia proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta
mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih
area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas keperenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Penyakit bronkopneumonia di Indonesia berada di posisi kedelapan dari sepuluh penyakit yang
dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia setelah diare, demam berdarah dengue, tipoid,
demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia, hipertensi, ISPA. Peran perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif
yaitu dengan selalu menjaga kebersihan baik fisik maupun lingkungan, upaya preventif
dilakukan dengan cara memberikan obat sesuai dengan indikasi yang di anjurkan oleh dokter,
dan upaya kuratif perawat dalam memulihkan kondisi klien dengan menganjurkan orang tua
klien unutk membawa ke rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
klien.
Rumusan Masalah
o Apa definisi bronkopneumonia?
o Bagaimana epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia?
o Apa saja tanda dan gejala bronkopneumonia ?
Tujuan
o Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Pengertian Bronkopneumonia
Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru yang
mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang menderita penyakit
Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim dingin dan awal musim semi.
Pneumonia diklasifikasikan menurut agen etiologinya. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam
Terbitan (KDT) (1998) menyatakan, pneumonia adalah suatu proses inflamasi atau peradangan
yang diklasifikasikan oleh area yang terlihat yaitu bronkopneumonia dengan viral sebagai
penyebabnya.
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens
infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam
satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat
(Nursalam, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai pada
bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan benda asing sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan
oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dan bisa mengakibatkan kematian.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5
tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan
angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health
Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia,
nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor
3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.
Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan
merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka
kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Di Amerika dengan cara invasif pun
penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan
memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat
menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia
diberikan antibiotika secara empiris.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas
bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP
Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58 % diantara penderita
rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita
rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H.
Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka
kematian antara 20 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh
penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.
Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit bronkopneumonia, diantaranya
dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai berikut:
1. Takipnea (nafas cepat)
2. Saat bernapas terdengar suara ronki
3. Batuk produktif
4. Menggigil dan demam
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke cairan
mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paruparu. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman
berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon
peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah
karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi
mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini
menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan
vaskular dan penurunan darah kapiler .
Gambar : Perbedaan bronkus normal dan bronkopneumonia
Sumber : (Reeves, 2001)
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru, penurunan
produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis
serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan
ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya
darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus pirogen.
Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat
sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan
metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan
takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan
sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan
melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan
purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga
dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan
berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut
menggunakan otot otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada
sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari 60
hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan oleh
penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon
dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan,
yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya
menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar
selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi
napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat
pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat
dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih
di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis
ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam
lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan disertai kejang karena
demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia ini masuk
lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh
pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah
pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan
menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran
nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi
tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut
membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa
hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 3940C dan mungkin disertai kejang karena
demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak
dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
2.6.1 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak
dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya
sebagai berikut:
1. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah
sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah.
2. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga terdapat pelebaran
bronkus akibat tumpukan nanah.
3. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru paru.
4. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru parunya mengalami infeksi akibat bakteri
maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.
Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %,
mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein
dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah
lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan
peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan
dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat
selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan
pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:
50. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
51. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan
Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
52. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan
dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
53. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah;
1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.0040.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada
analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
BAB 3. PATHWAYS
Pengkajian
1. Identitas klien
1. Nama :
2. Umur :
3. Suku/bangsa :
4. Agama :
5. Pendidikan :
6. Alamat :
7. Lingkungan tempat tinggal :
4. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau kelainan pada
kehamilan/persalinan.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Perkembangan
2. Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman sebayanya
3. Anak memilik keinginan untuk sembuh
4. Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
5. Pertumbuhan
6. BB anak menurun kg setelah 3 hari dirawat
7. TB anak 98 cm
8. Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran
pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis
B dan Campak.
7. Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan dampak dari hospitalisasi
sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut dan menangis bila didekati oleh orang yang
tidak dikenal.
8. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah, suhu tubuh 39-400C,
nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai dengan umur.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia menurut Riyadi, 2009:
1. Kepala
2. bentuk kepala
3. warna rambut
4. distribusi rambut
5. ada lesi atau tidak
6. hygiene
7. ada hematoma atau tidak
8. Mata
: Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu napas
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
1. Jantung
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
7. Abdomen
8. Inspeksi : bentuk, lesi
9. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3 detik
10. Perkusi : Suara abdomen timpani
11. Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
12. Ekstremitas
13. pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
14. kelelahan (malaise)
15. kelemahan
16. CRT <2 detik dan keluhan
17. Genetalia dan anus
18. kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia mayora, klitoris)
19. fungsi BAB
20. fungsi BAK
Nadi
TD
RR
:
12. Pola Fungsi Kesehatan
3. Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak stressor sehingga
menimbulkan maslah finansialnya.
4. Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk
myalgia, atralgia.
5. Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM dan
ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk dan penampilan malnutrusi.
6. Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan adanya perubahan
mental.
7. Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk myalgia dan atralgia.
8. Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal menyebabkan pucat atau
sianosis bibir/kuku dan menggunakan bantuan otot aksesori, karena adanya sputum dan
pada perkusi ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural dengan
bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas berkeringat,
menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda / varisela.
9. Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang membutuhkan
bantuan.
Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektif d peningkatan produksi sputum
2. Pola nafas tidak efektifd hiperventilasi
3. Gangguan pertukaran gas d perubahan membran alveolar kapiler
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya
intake dan tachipnea
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis atau ekonomi
No
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
NOC :
NIC :
a.
Respiratory status : Airway suction
Ventilation
a.
Pastikan kebutuhan oral /
b.
Respiratory status : tracheal suctioning
Airway patency
b.
Auskultasi suara nafas
c.
Aspiration Control sebelum dan sesudah suctioning.
c.
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
b. Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
c. Mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
i.
Ajarkan keluarga
bagaimana cara melakukan
suksion
j.
Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
a.
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c.
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
d.
e.
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
f.
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
g. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
h.
i.
Berikan bronkodilator bila
perlu
j.
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
l.
O2
NIC :
hiperventilasi
a. Respiratory status :
Ventilation
b. Respiratory status :
Airway patency
c. Vital sign Status
Airway
Management
a.
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
b. Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
c. Tanda Tanda vital
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)
e.
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
f.
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
g. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
h.
i.
Berikan bronkodilator bila
perlu
j.
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
l.
O2
Terapi Oksigen
a.
Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
b. Pertahankan jalan nafas
yang paten
c.
d.
e.
f.
Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
g. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
i.
Monitor pola pernapasan
abnormal
j.
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
k.
l.
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
NOC :
NIC :
Airway
Management
b. Respiratory Status :
ventilation
c. Vital Sign Status
a.
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
Kriteria Hasil :
b. Posisikan pasien untuk
a. Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
peningkatan ventilasi dan
Identifikasi pasien perlunya
oksigenasi yang adekuat c.
pemasangan alat jalan nafas
b. Memelihara kebersihan buatan
paru paru dan bebas dari
d. Pasang mayo bila perlu
tanda tanda distress
pernafasan
e.
Lakukan fisioterapi dada
c. Mendemonstrasikan jika perlu
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
f.
Keluarkan sekret dengan
ada sianosis dan dyspneu batuk atau suction
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas g. Auskultasi suara nafas, catat
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
Respiratory
Monitoring
a.
Monitor rata rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi
b. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
c.
Monitor suara nafas, seperti
dengkur
d. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
e.
f.
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan paradoksis)
g. Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
NOC :
Nutritional Status : food
and Fluid Intake
NIC :
Kriteria Hasil :
a. Kaji adanya tanda dehidrasi
a. Adanya peningkatan
berat badan sesuai dengan
b. Jaga kelancaran aliran infus
tujuan
b. Volume cairan normal
c. Periksa adanya
tromboplebitis
d. Pantau tanda vital tiap 6 jam
e. Lakukan kompres dingin jika
terdapat hipertermia suhu diatas
38 C
f.
g.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi
NOC :
NIC :
Nutrition Management
a.
Kriteria Hasil :
a. Adanya peningkatan
berat badan sesuai dengan
tujuan
c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
b. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi badan d. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
c. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
e.
Berikan substansi gula
d. Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
e. Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
Nutrition Monitoring
a.
BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya penurunan
berat badan
c.
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
e.
Monitor lingkungan selama
makan
f.
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
g. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
h.
i.
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
j.
Evaluasi
Pasien mampu:
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
5. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
6. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
7. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
8. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
BAB 5. PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di Indonesia,
diantaranya sebagai berikut:
1. Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari anaknya yang menderita penyakit bronkopneumonia dan mampu menjaga kebersihan
lingkungan sehingga setiap anggota keluarga yang lain dapat terhindar dari penyakit
bronkopneumonia.
1. Karyawan
Karyawan diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia utamanya dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan intensif pada anak dengan bronkopneumonia dan memberikan
penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta
mencegah terjadinya komplikasi. Karyawan dapat menjalin kerja sama dengan keluarga perawat
lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh Vidhia Umami.
2006. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh Alfrina Hany.
2005. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan Pasien: proses
keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan oleh Susan Martin Tucker, et al. 1998.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC