You are on page 1of 24

Laporan Kasus

Seorang Pasien Dengan Skizofrenia Residual

Oleh :
Neida Valeria Danun
16014101052
Masa KKM 05 September 02 Oktober 2016

Pembimbing :
Prof. dr. B. H. R. Kairupan, SpKJ KAR, KAD

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016

LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN


LAPORAN KASUS

Seorang pasien dengan Skizofrenia Residual

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan Kasus pada September 2016

Mengetahui,

dr. Frida M. Agu, SpKJ

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul


SEORANG PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA RESIDUAL

Oleh :
Neida Valeria Danun
16014101052
05 September 2016 - 02 Oktober 2016

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada tanggal September 2016

Pembimbing

(Prof. dr. B. H. R. Kairupan, M.Sc, Sp.KJ-KARD.KAD)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama

: Neida Valeria Danun

NRI

: 16014101052

Masa KKM

: 05 September 2016 02 September 2016

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar-benar telah melakukan


wawancara psikiatri terhadap pasien laporan kasus.

Manado,

September 2016

(Neida Valeria Danun)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN


LAPORAN KASUS ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
LAPORAN KASUS .......................................................................................... 1
I.Identitas Pasien .................................................................................................. 1
II.
Riwayat Psikiatrik .................................................................................... 1
III.
Riwayat Kehidupan Pribadi ..................................................................... 4
IV.
Riwayat Pemeriksaan Status Mental ........................................................ 8
V.
Pemeriksaan Fisik Interna dan Neurologi .............................................. 10
VI.
Ikhtisar Penemuan Bermakna ................................................................ 12
VII. Formulasi Diagnostik ............................................................................ 13
VIII. Diagnosis Multiaksial ............................................................................ 14
IX.
Daftar Masalah ....................................................................................... 14
X.
Rencana Terapi ........................................................................................15
XI.
Prognosis ................................................................................................ 15
XII. Diskusi ................................................................................................... 16
XIII. Kesimpulan ............................................................................................ 18
XIV. Wawancara Psikiatri ............................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21
LAMPIRAN .................................................................................................... 22

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Tempat, Tanggal Lahir
Status Perkawinan
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Suku / Bangsa
Agama
Alamat Sekarang
Tanggal Pemeriksaan
Tempat Pemeriksaan
No. Telepon

II.

: Tn. FL
: 43 tahun
: Laki-laki
: Koha, 13 Juni 1973
: Tidak menikah
: SD (Tidak Tamat)
: Tidak bekerja
: Minahasa / Indonesia
: Kristen Katolik
: Desa Koha Selatan
: 09 September 2016
: Poliklinik RS Dr. V. L. Ratumbuysang dan Rumah
Pasien di Desa Koha Selatan
: Tidak ada

RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh melalui :
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 09 September 2016 di
Poliklinik RS Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dan di Rumah di
Desa Koha Selatan.
2. Alloanamnesis dengan Ibu MK, 61 tahun, ibu pasien, suku Minahasa, ibu
rumah tangga, pada tanggal 09 September 2016 di Poliklinik RS Prof. Dr.
V. L. Ratumbuysang Manado.
3. Alloanamnesis dengan Bapak VL, 74 tahun, ayah pasien, suku Minahasa,
penjaga warung, minahasa, pada tanggal 09 September 2016 di Rumah
Pasien di Desa Koha Selatan.
A. Keluhan Utama
Pasien mengalami gangguan tidur, gangguan makan, dan bicara-bicara
sendiri.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
karena pasien tidak tidur selama 11 hari terakhir dan tidak makan teratur.
Pasien mengatakan bahwa dia tidak bisa tidur karena mengkonsumsi kopi

dan merokok setiap hari. Selama pasien tidak bisa tertidur, pasien
mengatakan bahwa dia hanya menonton TV, minum kopi dan merokok.
Saat dilakukan anamnesis pasien dapat menjawab pertanyaan
dengan baik dan tenang. Namun saat ditanyakan apakah pasien
mengetahui bahwa ia pernah mendengar suara atau bisikan, ia
menyangkalnya. Begitu juga saat ditanya apakah pasien pernah bicarabicara sendiri, ia juga menyangkalnya. Tetapi pasien tahu bahwa dia
sedang sakit dan tidak bisa tidur.
Menurut keterangan dari keluarga, tiga hari sebelum pasien dibawa
ke Poliklinik RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang pasien sering bicara-bicara
sendiri. Di saat pasien tidak tidur keluarga mengatakan bahwa pasien
sering bicara-bicara sendiri. Karena keluarga khawatir dengan keadaannya
yang sudah tidak tidur dan tidak makan serta suka bicara-bicara sendiri
maka keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke Poliklinik RS.
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang untuk diperiksa.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Menurut keluarga, lima tahun lalu pasien sempat ke RS. Prof. Dr.
V. L. Ratumbuysang karena pasien pernah merasa ada kayu yang
menimpa kepalanya dan dia mendengar bahwa ada orang yang bilang
dia telah menembak ayam. Dia juga sempat mendengar bahwa ada
polisi yang akan menembak kedua orang tuanya. Sejak itu dia jadi
takut-takut dan suka duduk-duduk sendiri serta bicara sendiri.
Pasien sempat dirawat tiga hari di RS. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang dan rawat jalan. Pasien sempat putus obat selama satu
bulan karena tidak mampu membeli obat. Keluarga pasien tidak ingat
nama obatnya.
b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien pernah sakit batuk-batuk saat berumur 6 bulan. Menurut
keluarga pasien, saat batuk-batuk keluarga pasien langsung membawa
ke dokter dan diberikan suntikan oleh dokter. Setelah dua tahun
mendapatkan suntik dari dokter karena sakit batuk tersebut, keluarga

merasa tidak ada perubahan sehingga pasien dibawa ke dokter lain dan
dokter mengatakan untuk menghentikan obat suntikan tersebut karena
obat tersebut telah membuat pasien terlihat menjadi lemah.
c. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif. Pasien
hanya mengkonsumsi obat yang diberikan dokter. Di rumah pasien
rutin minum karena pasien ingin sembuh. Sejak muda sampai saat ini
pasien merupakan perokok aktif. Sehari dapat menghabiskan tiga
sampai empat bungkus rokok. Pasien mengatakan bahwa ia tidak
pernah mengkonsumsi alkohol. Setelah dikonfirmasi ke keluarga
pasien ternyata pasien pernah mengkonsumsi alkohol tetapi ia
mengkonsumsi alkohol saat teman-temannya menawarkan kepadanya.
Pasien mengkonsumsi kopi dari sejak mulai sakit sampai saat ini.
Pasien minum kopi tiga kali sehari.

III.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pasien
merupakan anak yang diinginkan oleh keluarga pasien. Menurut Ibu
pasien, selama mengandung, kondisi kesehatan fisik dan mentalnya cukup
baik. Pasien lahir normal di rumah dibantu oleh biang kampung. Saat lahir
tidak ada cacat maupun cedera pada pasien. Dari keterangan Ibu pasien,
berat badan lahir dan tinggi badan lahir pasien tidak dapat diingat namun
pasien lahir cukup bulan.
B. Riwayat Masa Kanak-Awal (usia 0-3 tahun)
Pasien mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir namun sempat
diberhentikan pemberian ASI saat pasien berusia 4 bulan karena berat
badan pasien melebihi berat badan yang seharusnya. Menurut Ibu pasien
pemberhetian ASI dianjurkan oleh dokter dan bukan karena Ibu pasien

mengalami sakit ataupun kelainan yang lain. Setelah berhenti ASI pasien
diberikan susu botol.
Berdasarkan keterangan keluarga, pasien mengalami keterlembatan
dalam hal bicara, berjalan dan makan. Pasien baru dapat bicara dan
berjalan saat berusia 2 tahun. Kedua orang tua pasien sangat menyayangi
pasien.
C. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)
Menurut keluarga pasien termasuk anak yang cukup aktif
walaupun keadaan fisik pasien sering sakit sejak kecil. Namun pasien suka
bermain dengan adik-adiknya dan pernah juga berkelahi dengan adikadiknya. Setiap pergi ke sekolah, pasien selalu diantar oleh adik-adiknya.
Pasien bersekolah di SD Inpres Koha pada umur 6 tahun. Saat di
sekolah, pasien suka mengganggu teman-teman di kelasnya yang sedang
menulis dengan menggoyangkan meja temannya. Karena pasien sering
mengganggu temannya maka ibu guru pasien sempat mengeluarkan pasien
dari kelas. Sejak kejadian tersebut ditambah dengan kondisi fisik pasien
yang terlihat lemah maka keluarga pasien sudah tidak meneruskan sekolah
pasien.
D. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien kurang bergaul dengan teman-temannya karena pasien
hanya punya sedikit teman. Pasien jarang keluar rumah kecuali pergi ke
tempat ibadah dan pergi ke kebun. Pasien sangat dekat dengan ibunya.
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien pernah berpacaran satu kali
saat remaja tetapi tidak berlangsung lama.
E. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien putus sekolah saat SD karena menurut keluarga, pasien
terlihat lemah dan pasien sempat dikeluarkan dari kelas karena
mengganggu temannya. Keluarga pasien tidak melanjutkan sekolah
pasien karena merasa pasien tidak sanggup sekolah.

b. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak memiliki pekerjaan. Sehari-hari pasien hanya di
rumah terkadang pasien suka pergi ke kebun sendiri untuk melihat pala
yang keluarganya miliki.
c. Riwayat Psikoseksual
Menurut pasien bahwa pasien tidak pernah memiliki pacar sampai
saat ini. Namun dari keterangan keluarga, pasien sempat memiliki
pacar saat remaja.
d. Riwayat Perkawinan
Sampai saat ini pasien belum menikah.
e. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Krsiten Katolik. Menurut keluarga pasien, sudah
lima tahun belakangan ini semenjak pasien sakit pasien tidak pernah
masuk ke gereja lagi.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Sampai saat ini pasien tidak pernah melakukan perbuatan yang
melanggar hukum.
g. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di desa Koha Selatan bersama kedua orang tuanya,
adik pasien yang kedua, suami adiknya dan ketiga anak adik pasien.
Rumah yang ditempati pasien merupakan rumah kepunyaan orang
tuanya. Rumah pasien berbentuk huruf L sebagian rumah dijadikan
warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasien tinggal di
rumah kayu 1 lantai dengan atap seng dan lantai tidak berubin. Terdiri
dari dua kamar dan ada dua kasur di luar yang dibuat menjadi tempat
tidur untuk pasien dan Bpk VL yang dibatasi dengan kain. Ruang tamu
merangkap menjadi ruang keluarga. Terdapat gudang di bagian
belakang kiri rumah. WC dan kamar mandi terpisah ada di bagian
belakang kanan rumah. Perabotan rumah seadanya. Air yang dipakai
air sumur.

h. Denah Rumah
Kamar
tidur 1

Kamar
tidur 2
Tempat Tidur
Pasien
Dapur

WC

Kamar
Mandi

Tempat
Tidur Bpk
VL

Warung

Gudang

i. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari empat bersaudara. Adik pertama
pasien adalah perempuan, adik kedua dan ketiga pasien adalah lakilaki. Ketiga adik-adiknya sudah menikah dan mempunyai anak. Adik
pertama pasien tinggal di Teling, adik yang kedua tinggal bersama
pasien, dan adik ketiga pasien tinggal di Jakarta. Pasien hidup dengan
kondisi finansial yang cukup.
Silsilah Keluarga/Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Telah meninggal

j. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan
pengobatan.

k. Persepsi Pasien tentang Keluarga

Pasien memahami bahwa keluarganya memberikan perhatian


kepadanya.
l. Persepsi Keluarga tentang Pasien
Keluarga pasien memahami bahwa pasien dalam keadaan sakit
dan membutuhlan pengobatan. Keluarga pasien sangat mendukung
pasien untuk dapat sembuh.
IV.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien adalah seorang laki-laki, berkulit sawo matang, rambut
hitam. Berpakaian rapih, bersih, dengan baju berwarna putih dan
celana berwarna abu-abu. Saat diwawancarai pasien duduk dengan
tenang dan sopan.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara dengan
baik. Pasien dapat merespon saat diucapkan salam. Pasien menghindari
kontak mata dan kurang terbuka saat diwawancarai. Saat ditanyakan
tentang pacar, pasien sempat tersenyum dan sedikit tertawa.
c. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien cukup kooperatif pada saat menjawab setiap pertanyaan dan
sopan.
B. Mood dan Afek
a. Mood
b. Afek
c. Keserasian

: Eutimik
: Serasi
: Sesuai afek

C. Bicara
Selama wawancara pasien menjawab dan menyimak pertanyaan
dengan baik. Volume suara kecil, suara jelas dan artikulasi baik.
D. Gangguan Persepsi
Saat dilakukan pemeriksaan pasien sedang tidak mengalami
halusinasi auditorik dan visual karena baru saja minum obat.

E. Proses Pikir
a. Arus Pikir
b. Isi Pikir

: Koherensia
: Waham kejar sudah samar-samar

F. Kesadaran dan Kognitif


a. Tingkat Kesadaran
Kesadaran pasien compos mentis.
b. Orientasi :
1) Orientasi waktu

: Baik. Pasien dapat membedakan pagi,

siang,
2) Orientasi tepat
3) Orientasi orang

sore dan malam.


: Baik. Pasien mengetahui dimana dia berada
saat ini.
: Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang
di sekitarnya.

c. Daya Ingat
1) Daya ingat jangka panjang : Terganggu. Pasien sulit bercerita
pengalamannya saat kecil dan remaja.
2) Daya ingat jangka pendek
: Tidak terganggu. Pasien masih ingat
bahwa tadi pagi ia bangun siang dan tahu bahwa tadi pagi minum
susu.
3) Daya ingat segera

: Tidak terganggu. Pasien dapat

mengulang kata-kata yang diucapkan pemeriksa.


d. Konsentrasi dan Perhatian
Konsentrasi dan perhatian pasien baik. Pasien dapat mengikuti
wawancara dengan baik.
e. Kemampuan Membaca dan Menulis
Kemampuan membaca dan menulis pasien menurun. Pasien tidak
mampu menulis namun masih sedikit mampu untuk membaca.
f. Kemampuan Visuospasial
Kemampuan visuospasial pasien baik. Pasien mampu berjalan
mengambil minum dengan baik.
g. Intelegensia dan Daya Informasi
9

Intelegensia dan daya informasi pasien kurang baik. Pasien kurang


lengkap dalam menjawab pertanyaan.
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien cukup baik. Pada saat awal wawancara, pasien
dapat duduk dengan tenang, namun saat di pertengahan wawancara pasien
pergi mengambil minum tetapi balik lagi ke kursi untuk wawancara.
H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya Nilai Sosial : Baik.
2. Uji Daya Nilai : Baik.
3. Tilikan : Derajat Tilikan 4, dimana pasien menyadari bahwa dirinya
sakit namun tidak tahu penyebab sakitnya.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Penjelasan yang diberikan pasien kurang dapat dipercaya sehingga masih
perlu konfirmasi dengan keluarga pasien.
V.

PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI


A. Status Interna
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital: TD: 100/60 mmHg, N: 75x/menit, R: 20x/menit,
S: 36,7C
Kepala
: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/Thoraks
: Jantung: SI-SII regular normal, bising (-)
Paru : suara pernapasan vesikuler, ronki -/-,
wheezing -/Abdomen
: Datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba, bising usus normal
Ekstremitas
: Hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada
B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter
3mm/3mm, refleks cahaya +/+
3. Pemeriksaan Nervus Kranialis :
a. Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
10

b. Nervus Optikus (N.II)


Tidak dilakukan evaluasi.
c. Nervus Okulomotorius (N.III), Nervus Trochlearis(N.IV),
Nervus Abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memiliki
gerakan bola mata yang wajar.
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung wajah pasien terlihat simetris.
e. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung wajah pasien terlihat simetris.
f. Nervus Vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan
dengan tepat. Kesan yang didapat bahwa pendengaran pasien
normal. Saat berjalan pasien tidak jatuh dan terlihat stabil.
g. Nervus Glossopharyngeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi.
h. Nervus Vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi.
i. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Kesan yang
didapat bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan
normal.
j. Nervus Hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala
ekstrapiramidal
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis yang dilakukan secara autoanamnesis dan
alloanamnesis, didapatkan bahwa pasien berusia 43 tahun, laki-laki, belum
menikah, pendidikan terakhir SD, suku Minahasa, bangsa Indonesia, tidak
bekerja, tinggal di Koha Selatan, diantar oleh Ibunya ke RS Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang pada tanggal 09 September 2016 karena pasien sudah tidak
tidur selama lebih dari satu minggu, makan tidak teratur, dan pasien
bicara-bicara sendiri.

11

Berdasarkan status mental, pasien berpakaian rapih dan bersih.


Selama wawancara pasien duduk dengan tenang dan sopan, cukup
kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan, volume suara kecil, suara
jelas dan artikulasi baik.
Pada saat pasien diwawancarai, didapatkan suasana mood pasien
eutimik dan afek serasi. Tidak ditemukan adanya halusinasi auditorik dan
visual. Arus pikir pasien koherensia dengan isi pikir waham kejar yang
sudah samar-samar. Norma sosial, uji daya nilai tidak terganggu. Derajat
tilikan 4, dimana pasien menyadari bahwa dirinya sakit namun tidak tahu
penyebab sakitnya.
VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat pasien, pada pemeriksaan status interna dan
status neurologi tidak ditemukan kelainan yang mengindikasikan adanya
gangguan medis yang secara fisiologis dapat mengakibatkan disfungsi
otak dan mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama ini.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan bahwa pasien tidak pernah mengalami
trauma pada bagian kepala dan penyakit lainnya, dengan demikian
gangguan mental organik dapat disingkirkan. Pasien tidak mengkonsumsi
obat-obatan selain obat-obat dari dokter dan tidak mengkonsumsi
minuman beralkohol, dengan demikian kemungkinan gangguan mental
akibat zat psikoaktif dapat disingkirkan.1

Aksis I (Gangguan Klinis) :


Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinik yaitu pasien berbicara sendiri,
gangguan tidur dan gangguan makan. Ditemukan juga tidak adanya
waham maupun halusinasi yang menonjol. Gejala ini merupakan
gejala negatif dari penderita Skizofrenia tetapi pasien mempunyai
riwayat gejala psikotik yang menonjol di masa lampau yang memenuhi
kriteria untuk diagnosis Skizofrenia pada lima tahun yang lalu.

Aksis II (Gangguan Kepribadian) :

12

Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa semenjak pasien


mengalami gangguan psikiatrik, pasien tidak pernah lagi masuk ke
gereja maupun aktivitas di lingkungan rumahnnya. Pasien lebih sering
menyendiri seperti sering pergi ke kebun sendirian. Pasien juga sukar
untuk terang-terangan mengenai masalah pribadinya.

Aksis III (Kondisi Medis Umum) :


Saat ini tidak ditemukan kelainan dari kondisi medis umum
pasien yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.

Aksis IV (Masalah Psikososial dan Lingkungan) :


Berdasarkan anamnesis, tidak didapatkan masalah psikologis dan
masalah lingkungan yang bermakna dan berperan pada perkembangan
gangguan sekarang.

Aksis V (Penilaian Fungsi Secara Global) :


- Global Assessment of Functioning (GAF) Current : 70-61, yakni
terdapat beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
-

dalam fungsi, secara umum masih baik.


Global Assessment of Functioning Half Life Past Year (GAF
HLPY): 60-51, yakni gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VIII.

IX.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: F20.5 (Skizofrenia Residual)
Aksis II
: Ciri Kepribadian Skizoid
Aksis III
: Tidak ada
Aksis IV
: Tidak ada
Aksis V
: GAF Current 70-61
GAF 60-51
DAFTAR MASALAH
A. Organobiologi
Dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah sakit seperti yang
dialami oleh pasien.
B. Psikologi
Mood eutimik, afek serasi, riwayat halusinasi auditorik, gangguan
tidur, gangguan makan.

13

C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi


Interaksi sosial pasien cukup baik dan keluarga pasien mempunyai
perekonomian yang cukup.
X.

RENCANA TERAPI
A. Psikofarmako
Risperidone 2 mg 2x1 tablet/hari
B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
1. Terapi Psikoterapi Individu
Membangun hubungan yang baik antara dokter dan pasien agar
mendapatkan kepercayaan dari pasien sehingga pasien dapat jujur
dan terbuka dalam anamnesis.
2. Terapi Berorientasi Keluarga
Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai penyakit yang
dialami pasien bahwa penyait ini bukan penyakit yang dibuat orang
(guna-guna) melainkan penyakit yang disebabkan oleh karena
adanya ketidak seimbangan zat kimiawi di otak. Selain itu perlu
mengedukasi keluarga agar mengontrol waktu minum obat pasien
dan selalu memberikan kasih sayang kepada pasien seta
mendukung pasien untuk dapat sembuh.

XI.

XII.

PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

DISKUSI
A. Diagnosis
Skizofrenia merupakan suatu sindrom dengan variasi penyebab
dan memiliki perjalanan penyakit yang luas, serta memiliki sejumlah
akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya. Gangguan Skizofrenia biasanya ditandai dengan adanya
penyimpangan dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak
wajar atau tumpul.2
Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan
variabel kliniknya yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia hebrefenik,

14

skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual, dan


skizofrenia simpleks.3 Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis
skizofrenia:1,3
A. Gejala karakteristik : dua atau lebih gejala di bawah ini, setiap
gejala spesifik dialami selama kurang lebih 1 bulan. Di antaranya:
(1) Waham
(2) Halusinasi
(3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau
inkohorensia)
(4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
(5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada
kemauan.
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan.
C. Durasi : Tanda yang terus menerus menetap selama kira-kira 6
bulan
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood.
E. Penyingkiran zat atau kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif.
Gejala Skiofrenia biasanya muncul pada usia remaja atau dewasa
muda. Awitan pada laki-laki dan perempuan berbeda. Pada laki-laki
biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.
Penelitian mengatakan bahwa laki-laki lebih mungkin daripada wanita
untuk terganggu oleh gejala negatif. Gejala negatif ialah adanya
pendataran atau penumpulan afek, miskin pembicaraan atau isi
pembicaraan, adanya blocking, dandanan yang buruk, anhedonia,
penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian.1
Pada kasus ini ditemukan pasien tidak ada waham, halusinasi,
bicara terdisorganisasi dan perilaku katatonik terdisorganisasi atau
katatonik yang menonjol, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pasien mengalami gejala negatif. Gejala negatif berada pada fase
residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang
ringan. Pada fase residual biasanya penderita lebih menarik diri atau
mengisolasi diri dan aneh. Pasien memiliki riwayat gejala psikotik
pada lima tahun yang lalu yang memenuhi kriteria untuk diagnosis
Skizofrenia.1,2
15

B. Terapi
Inti terapi pada pengobatan Skizofrenia ialah Antipsikotik. Tetapi
penelitian menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat
perbaikan klinis pasien Skizofrenia. Sebagian besar pasien Skizofrenia
mendapatkan

mafaat

dari

pemakaian

kombinasi

pengobatan

antipsikotik dan psikososial.1


Antipsikotik pengobatan Skizofrenia yang efektif ialah antagonis
reseptor dopamin. Tiga kelas utama antagonis reseptor dopamin ialah
Remoxipride, Risperidone, Clozapine. Pada kasus ini diberikan
Risperidone. Risperidone merupakan obat antipsikotik yang memiliki
aktivitas antagonis bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT 2)
dan pada reseptor dopamin tipe 2 (D2). Penelitian menyatakan bahwa
Risperidone lebih efektif untuk mengobati gejala positif dan gejala
negatif dibandingkan obat antipsikotik lainnya.1
Selain antipsikotik perlu intervensi psikososial yang terdiri atas
terapi psikoterapi individu dan terapi berorientasi keluarga. Edukasi
perlu diberikan terutama kepada pasien dan keluarga pasien. Tujuan
edukasi terhadap pasien ialah pasien diharapkan dapat memahami
gangguan yang dialaminya, bagaimana cara pengobatannya, serta efek
samping yang mungkin dapat timbul. Bagian yang paling penting
dalam mengedukasi pasien ialah kepatuhan pasien dalam hal
meminum obat.2,4
Konseling pada pasien harus didahului dengan membentuk
hubungan dokter dan pasien yang baik agar saat konseling pasien dapat
bercerita atau mengungkapkan perasaan dan keluhannya dengan rasa
nyaman dan tidak tertutup. Selain melakukan konseling pada pasien
perlu juga konseling pada keluarga agar dapat memberikan penjelasan
kepada keluarga dan orang sekitar mengenai gangguan yang dialami
pasien sehingga lingkungan pasien dapat memberikan dukungan moral
dan dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam proses
penyembuhan pasien.1,4

16

XIII.

KESIMPULAN
1. Pasien didiagnosis menderita Skizofrenia Residual.
2. Pemberian obat pada pasien perlu diberikan secara terus menerus.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien agar pasien tidak putus
obat, memberikan dukungan dan perhatian yang besar dari keluarga
dalam proses penyembuhan pasien sehingga penyeumbahn pasien
dapat berjalan dengan baik.

XIV.

WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dengan pasien dan keluarga pasien di Poliklinik RS
Prof. dr. V. L. Ratumbuysang dan di Rumah Pasien di Koha Selatan.
Keterangan :
D : Dokter
P : Pasien
K : Keluarga Pasien
D : Selamat sore bapak, saya dengan dokter muda Neida. Kita mo tanyatanya boleh Pak?
P : Oh iyo boleh dokter.
D : Namanya siapa Pak?
P : (pasien diam dan terlihat mengantuk)
K : Doh, dia paling so lupa. Depe nama FL.
D : Umur berapa Pak?
P : (pasien diam dan terlihat mengantuk)
K : Dia manganto skali itu. Depe umur 43 tahun.
D : Datang ke sini karena kenapa?
K : Dia so 11 hari nda tidor betul kong dia nda makan betul. So ba bicara
sendiri. Kalo tu satu orang so ta cumu, dia dia terus dia bilang-bilang.
Mar kalo ditanya dia bilang so nda.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.
2010. h.699-743.
2. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar
Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2010. h. 170-95.
3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. Washington DC: American
Psychiatric Publishing. 2013.
4. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid II. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher. 2010. h. 428-40.
5.

18

LAMPIRAN

19

You might also like