You are on page 1of 10

KARAKTERISTIK ASPAL PORUS GRADASI AUSTRALIA DENGAN

BAHAN PENGIKAT SUBSTITUSI PARSIAL LIQUID ASBUTON

CHARACTERISTICS POROUS ASPHALT GRADING AUSTRALIA WITH


PARTIAL SUBSTITUTION LIQUID BINDER ASBUTON

Charles Kamba, Herman Parung, M. Wihardi Tjaronge


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi:
Charles Kamba
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Makassar,90245
HP: 0811466789
Email: kamba.charles@gmail.com

Abstrak
Aspal porus merupakan struktur lapisan perkerasan yang mempunyai rongga-rongga yang membuat air tidak
tergenang di permukaan jalan, mengurangi percikan air dan membuat permukaan jalan tidak licin sehingga
mengurangi kecelakaan. Penelitian ini bertujuan menganalisa bagaimana karakteristik agregat dan aspal pada
campuran liquid asbuton dengan aspal minyak dalam proporsi tertentu sebagai bahan pengikat pada aspal
porous gradasi Australia, dan mendapatkan nilai koefisien permeabilitas dan persentase kehilangan berat aspal
porous melalui pengujian marshall standar, permeabilitas, serta cantabro loss. Penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimen di laboratorium. Beberapa variabel yang diteliti di antaranya seperti ketahanan atau
stabilitas terhadap kelelehan plastis (flow). Aspal Porous ini menggunakan material jenis agregat kasar dan
halus lansung dari Bili-Bili kabupaten Gowa. Pembuatan benda uji melalui pengujian Marshall standar,
pengujian permeabilitas, dan pengujian cantabro dengan variasi campuran aspal minyak dan asbuton dengan
komposisi benda uji 100%-0%, 75%-25%, 50%-50%, 25%-75% dan 0%-100%. Dari hasil penelitian
karakteristik agregat, aspal minyak, dan aspal buton cair memenuhi standar bina marga sebagai bahan
perkerasan aspal porous, dimana permeabilitas campuran yang menggunakan liquid asbuton lebih baik
dibandingkan yang menggunakan aspal minyak, sedangkan untuk ketahanan campuran (kehilangan berat) lebih
baik yang menggunakan aspal minyak dengan hasil komposisi aspal minyak dan liquid asbuton yang terbaik
adalah 50%-50%.
kata kunci: Aspal porous, uji marshall, uji cantabro, permeabilitas.

Abstract
A porous asphalt pavement layer structure having cavities which make no stagnant water on the road surface,
reducing water splashing and making the road surface is not slippery thereby reducing accidents. This study
aims to analyze how the characteristics of aggregates and asphalt in the asphalt mixture asbuton liquid in a
certain proportion of oil as a binder in the porous asphalt gradation Australia, and get the value of the
permeability coefficient and the percentage of weight lost through the porous asphalt marshall testing
standards, permeability, and cantabro loss. Research used experimental method in the laboratory. Some of the
variables studied such as security or stability of the melting plastic (flow). Porous asphalt is using the material
type of coarse and fine aggregates directly from the Bili-Bili Gowa district. Making the specimen through a
standard Marshall testing, permeability testing, and testing of asphalt mixtures cantabro with variations of oil
and composition of the specimen asbuton with 100% -0%, 75% -25%, 50% -50%, 25% -75% and 0 % -100%.
From the research, the characteristics of aggregate, asphalt oil, and liquid asphalt Buton meet building
standards clan as porous asphalt pavement material, which use liquid mixture permeability asbuton better than
the use of petroleum asphalt, whereas mixtures for resistance (weight loss) better use with the results of the
composition of petroleum asphalt and liquid petroleum asphalt asbuton best is 50% -50%.

keywords: Asphalt porous, marshall test, cantabro test, permeability.

PENDAHULUAN
Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang sangat penting dalam menunjang
berbagai kegiatan sosial dan perekonomian. Tujuan pembangunan jalan raya diantaranya
adalah menyelenggarakan terwujudnya lalu lintas yang aman, cepat dan nyaman. Oleh karena
itu prasarana jalan memerlukan perhatian khusus terhadap segi keamanan dan kenyamanan
dari jalan tersebut. Kondisi fisik dari jalan seperti tingkat kekesatan aspal, mengurangi
percikan air dan membuat permukaan jalan tidak licin sehingga roda kendaraan kendaraan
tidak mudah tergelicir dan dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas ketika musim hujan,
meredam suara kendaraan sehingga dapat menurunkan tingkat polusi suara (Ferguson, 2005).
Campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur, yang
membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) secara vertikal dan
horizontal. Lapisan ini menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang dihamparkan diatas
lapisan aspal yang kedap air. Lapisan aspal porus ini secara efektif dapat memberikan tingkat
keselamatan yang lebih, terutama di waktu hujan agar tidak terjadi aquaplaning sehingga
menghasilkan kekesatan permukaan yang lebih kasar, dan dapat mengurangi kebisingan
(noise reduction).
Banyak negara telah menggunakan jenis campuran ini, seperti di Inggris mulai tahun
1967. Belanda tahun 1971. Kanada tahun 1974. Spanyol tahun 1980. Belgia dan Perancis
tahun 1990 dan Italia 1989. Untuk Asia penggunaan campuran ini masih dikategorikan baru,
seperti Jepang, dan Korea Selatan yang menggunakan campuran ini tahun 1990. Aspal
berongga telah digunakan sebagai lapisan permukaan jalan pada daerah pedestrian seperti
tempat-tempat pejalan kaki (pedestrian walkways) di taman-taman, trotoar dan untuk
kendaraan ringan (light vehicle). Di Jepang, Belanda dan sejumlah negara lainnya telah
menggunakan aspal berongga sebagai jalan utama (Miradi dkk., 2009) dan (Katsuji dkk.,
2009), termasuk di Indonesia, aspal porus gradasi Australia secara umum diaplikasikan
pertama kali pada proyek jalan tol Jagorawi dan jalan tol Tangerang-Jakarta, pada tahun 1997.
Permasalahan utama yang dijumpai pada aspal porus konvensional satu lapis
(single function), hal ini disebabkan terjadinya penyumbatan (clogging) rongga oleh debu.
Permasalahan ini sudah dapat dikurangi dengan menerapkan lapisan aspal porus dua lapis
(twinlay). Seperti yang disajikan (Borchove, 1996). Aspal porus adalah aspal yang dicampur
dengan agregat tertentu yang setelah dipadatkan mempunyai 20 % pori-pori udara dan
umumnya memiliki nilai stabilitas Marshall yang lebih rendah dari beton aspal yang
menggunakan gradasi rapat, stabilitas Marshall akan meningkat bila gradasi terbuka yang
digunakan lebih banyak fraksi halus (Cabrera dkk., 1996).
3

Aspal porus adalah jenis perkerasan jalan yang didesain untuk meningkatkan besar
koefisien gesek pada permukaan perkerasan. Masalah utama dalam pekerjaan beraspal di
Indonesia adalah kebutuhan aspal nasional yang mencapai 1.2 juta ton/tahun yang tidak dapat
dipenuhi dari produksi aspal dalam negeri, sehingga setengah dari jumlah tersebut masih
harus diimpor.
Sementara ketersedian aspal minyak yang semakin terbatas dan harganya yang
cenderung naik seiring dengan kenaikan harga pasar minyak mentah dunia. Pembangunan
prasarana jalan nasional hendaknya dapat memanfaatkan aspal alam ini, baik dalam bentuk
padat (Buton Granular Asphalt) maupun dalam bentuk cair (liquid asbuton).
Penelitian mengenai karakteristik campuran liquid asbuton cair dan aspal minyak
dengan variasi penambahan aspal minyak penetrasi 60/70 menyimpulkan bahwa semakin
banyak asbuton cair yang digunakan maka semakin besar VIM yang dihasilkan
(Haeruddin, 2010),
Sedangkan Liquid Asbuton yang dapat menjadi aspal alternatif untuk mengisi
kekurangan kebutuhan aspal, sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap penggunaannya,
suatu proses pemurnian Asbuton tanpa pencampuran aspal minyak telah berhasil membuat ,
liquid Asbuton memiliki penetrasi yang sangat rendah, sehingga digolongkan sebagai aspal
keras. pada umumnya mengandung 60% sampai dengan 75% kadar bitumen sisanya adalah
mineral 25%-40% sebagai bahan pengisi alam. (Ali dkk., 2011).
Oleh karena itu dilakukan penelitian pengujian marshall standar, permeabilitas, dan
cantabro loss dari campuran liquid asbuton dan aspal minyak dalam proporsi tertentu sebagai
bahan pengikat pada aspal porous gradasi Australia.

METODOLOGI
Desain penelitian
Komposisi agregat aspal porous gradasi Australia yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu komposisi campuran aspal optimum dari campuran liquid asbuton dan aspal minyak
dengan kadar aspal 5.5% dan komposisi campuran aspal (100% aspal minyak + 0% aspal
buton, 75% aspal minyak + 25% aspal buton, 50% aspal minyak + 50% aspal buton,
25% aspal minyak + 75% aspal buton, 0% aspal minyak + 100% aspal buton).
Pengumpulan data primer dan data sekunder
Metode pengumpulan data digunakan data primer dengan menganalisa hasil dari
penelitian yang dilaksanakan mengadakan kegiatan percobaan di laboratorium dimana, aspal
porus diproduksi dengan menggunakan jenis agregat dengan sistem gradasi terbuka
4

(open graded) dan menggunakan Asbuton sebagai bahan pengikat. Sedangkan data sekunder
dengan membaca sejumlah buku, artikel-artikel ilmiah sebagai landasan teori dalam menuju
kesempurnaan penelitian ini.
Metode analisis data
Selanjutnya dilakukan observasi untuk

mengetahui nilai pengujian karakteristik

agregat, karakteristik aspal, pengujian Marshall, permeabilitas, dan Cantabro Loss.

HASIL
Komposisi Agregat Dalam Campuran
Hasil pengujian komposisi agregat dalam campuran diperlihatkan pada Tabel 1
dengan campuran terbagi atas tiga faksi yaitu agregat kasar, agregat halus dan filler, jumlah
benda uji yang yang digunakan sebanyak 30 buah dan total agregat yang digunakan dalam
tiap campuran aspal porous adalah 1134 gram. Karateristik agregat kasar dan halus telah
memenuhi syarat spesifikasi untuk digunakan sebagai agregat campuran beraspal.
Pengujian Karakteristik Marshall
Analisis Terhadap VIM (Void In Mix)
Dari hasil pengujian, nilai VIM yang terbesar yaitu 14,87% diperoleh dari campuran
aspal porous dengan bahan pengikat aspal buton 100% dan nilai VIM yang terkecil yaitu
12,73% diperoleh dari campuran aspal porous dengan bahan pengikat aspal minyak 100%.
Analisis Terhadap Stabilitas
Dari hasil pengujian, nilai stabilitas yang terbesar yaitu 544,17 kg diperoleh dari
campuran aspal porous dengan bahan pengikat aspal minyak 100% dan nilai stabilitas yang
terkecil yaitu 466,58 kg diperoleh dari campuran aspal porous dengan bahan pengikat
campuran aspal minyak 25% dan aspal buton 75%.
Analisis Terhadap Flow
Dari hasil pengujian, nilai flow yang terbesar yaitu 3,29 mm diperoleh dari campuran
aspal porous dengan bahan pengikat aspal minyak 100% dan nilai flow yang terkecil yaitu
2,73 mm diperoleh dari campuran aspal porous dengan bahan pengikat campuran aspal
minyak 50% dan aspal buton 50%.
Analisis Terhadap MQ (Marshall Quotient)
Dari hasil pengujian, nilai MQ yang terbesar yaitu 204,37 kg/mm diperoleh dari
campuran aspal porous dengan bahan pengikat campuran aspal minyak 75% dan aspal buton
25% sedangkan nilai MQ yang terkecil yaitu 156,95 kg/mm diperoleh dari campuran aspal
porous dengan bahan pengikat campuran aspal minyak 25% dan aspal buton 75%.
5

Analisis Terhadap VMA (Void in Mineral Agregate)


Dari hasil pengujian, nilai VMA yang terbesar yaitu 23,41% diperoleh dari campuran
aspal porous dengan bahan pengikat campuran aspal minyak 75% dan aspal buton 25%
sedangkan nilai VMA yang terkecil yaitu 22,38% diperoleh dari campuran aspal porous
dengan bahan pengikat campuran aspal minyak 50% dan aspal buton 50%.
Pengujian Permeabilitas
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai permeabilitas untuk campuran aspal minyak
100% adalah 0,72 cm/dtk dan nilai permeabilitas untuk campuran aspal buton 100% adalah
0,87 cm/dtk. Berdasarkan trendline pada Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
nilai permeabilitas yang terendah berada pada campuran aspal minyak 100% dan nilai
permeabilitas yang tertinggi berada pada campuran aspal buton cair 100%.
Pengujian Cantabro Loss
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa campuran aspal porous dengan bahan pengikat aspal
minyak 100% memiliki kekuatan terhadap keausan yang lebih besar daripada campuran aspal
porous dengan bahan pengikat aspal buton cair 100%. Berdasarkan trendline pada Gambar 2
dapat dilihat bahwa kecenderungan keausan terjadi lebih besar apabila campuran aspal
porous dengan bahan pengikat aspal buton cair disubstitusi lebih banyak.

PEMBAHASAN
Hasil pengujian menunjukkan, aspal minyak jauh lebih bagus dalam mengisi rongga
dalam agregat dibandingkan dengan aspal buton cair karena aspal minyak memiliki daya
adhesi yang lebih baik dibandingkan dengan aspal buton cair. Aspal minyak dan aspal buton
tidak memiliki perbedaan kemampuan yang cukup besar dalam menerima/menahan beban,
aspal buton cair memiliki kemampuan menerima lendutan yang lebih baik dibandingkan
aspal minyak sedangkan aspal minyak cenderung memiliki nilai ketahanan campuran
terhadap pembebanan yang lebih besar dari pada aspal buton cair.
Campuran aspal porus ini didesain mempunyai porositas lebih tinggi dibandingkan
jenis perkerasan yang lain, sifat poros diperoleh karena campuran aspal porus menggunakan
proporsi agregat halus lebih sedikit dibanding campuran jenis yang lain. Kandungan rongga
pori dalam jumlah yang besar diharapkan menghasilkan kondisi permukaan agak kasar,
sehingga akan mempunyai tingkat kekesatan yang tinggi. Selain itu pori yang tinggi
diharapkan dapat berfungsi sebagai saluran drainase di dalam campuran (Djumari., dkk 2009).

Komposisi campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur,
yang membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) secara vertikal dan
horizontal. Lapisan ini menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang dihamparkan di
atas lapisan aspal yang kedap air. Ketika rongga udara semakin kecil, maka air yang mengalir
ke dalam campuran aspal akan semakin lambat (Tanan, 2010).
Lapisan aspal porus ini secara efektif dapat memberikan tingkat keselamatan dan
kenyamanan terutama diwaktu hujan agar tidak terjadi genangan-genangan air serta memiliki
kekesatan permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi kebisingan (Setyawan, 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil pengujian Marshall, permeabilitas dan cantabro Loss maka
komposisi aspal minyak dan liquid asbuton yang terbaik adalah 50% : 50%, kekuatan
campuran yang melebihi standar kekuatan campuran yang dipersyaratkan dan permeabilitas
campuran yang menggunakan liquid asbuton lebih baik dibandingkan yang menggunakan
aspal minyak, sedangkan untuk ketahanan campuran (kehilangan berat) lebih baik yang
menggunakan aspal minyak. Untuk selanjutnya perlu dilakukan penelitian aspal liquid
asbuton sebagai bahan pengikat substitusi parsial yang lebih mendalam sehingga dapat
memenuhi spesifikasi yang sesuai, agar dapat dimasukkan kedalam spesifikasi bina marga.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nur., Tjaronge, Wihardi., Ismunandar, Irsan., Asriandy, Dwi., (2011), Studi Karakteristik
Aspal Porus Yang Menggunakan liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Dan Agregat
Kasar Gradasi Bina Marga, Skripsi, Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Bochove Van, G.G., (1996), Twinlay, A New Concept of Drainage Asphalt Concrete,
Proceedings of Eurasphalt Eurobitume Congress 1996. Starssbourg, France.
Cabrera, J.G. & Hamzah., M.O, (1991),Aggregate Grading Design for Porous Asphalt,
In Cabrera, JG. & Dixon, JR. (eds).Performance and Durability of Bitumenious
Materials, Proceding of, Symposium, University of Leads., Mach 1994, London.
Djumari., Sarwono, Djoko. (2009). Perencanaan Gradasi Aspal Porus Menggunakan Material
Lokal dengan Metode Pemampatan Kering, Jurnal Media Teknik Sipil, Edisi Januari
2009, pp. 9-14.
Ferguson Bruce K., (2005), Porous Pavements (p.cm: Integrative studies in water
management and land development. Taylor & Francis Group, 577.pp.
Haeruddin. (2010). Karakteristik Campuran Aspal Beton AC-WC Menggunakan Liquid
Asbuton dengan Variasi Penambahan Aspal Minyak Penetrasi 60/70, Tesis, Teknik Sipil,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Hamirhan Saodang, 2005. Konstruksi Jalan Raya, Perancangan Perkerasan Jalan Raya
Buku 2. Cetak 1. Nova. Bandung.
Katsuji Nishijima, Shigeo Higashi and Masaki Ikeuchi, (2009), Development of re-paved
porous asphalt pavement method for reconstructing existing dense graded asphalt
pavement into porous asphalt pavement using the in-place surface recycling method,
Proceeding of 13th Conference of the Road Engineering Association of Asia and
Australasia (REAAA),9-15
M.Miradi, A.A.A. Moleenar, M.F.C. van de Ven, (2009), Performance modeling of porous
asphalt concrete using artificial intelligence, Road Materials and Pavement Design,
ICAM 2009,pp.263-280
Setyawan Ary, Sanusi. (2008). Observasi Properties Aspal Porus Berbagai Gradasi Dengan
Material Lokal, Jurnal Media Teknik Sipil, Edisi Januari 2008, pp. 15-20.
Tanan, Benyamin. (2010). Kajian Eksperimental Karakteristik Aspal Porus Dengan
Menggunakan High Bounding Asphalt (HBA 50) Dan Agregat Maksimum 14 mm,
Jurnal Adiwidia, Edisi Maret 2010, pp. 32-39.
Yamin, R.A, 2002. Penentuan Gradasi Agregat Berdasarkan Spesifikasi Baru, Desiminasi
Spesifikasi Baru Campuran Beraspal dengan Alat PRD, Puslitbang Prasarana
Transportasi, Dept. Kimpraswil, Modul 2.

Tabel 1 Hasil pengujian komposisi agregat dalam campuran


Tertahan
Saringan

Lolos Saringan
Nomor
Saringan

Komposisi
Campuran
(%)

Untuk 30
Benda Uji
(gram)

Spesifikasi
(%)

Batas
Atas

Batas
Bawah

Gradasi
Campuran
(%)

19,5

100

100

100

100

13,2

85 - 100

100

85

92,5

7,5

85,05

2551,50

9,5

45 - 70

70

45

57,5

35

396,9

6,7

25 - 45

45

25

35

22,5

255,15

7654,50

4,75

10 - 25

25

10

17,5

17,5

198,45

5953,50

2,36

7 - 15

15

11

6,5

73,71

2211,30

1,18

6 - 12

12

22,68

680,40

0,6

5 - 10

10

7,5

1,5

17,01

0,3

4-8

1,5

17,01

0,15

3-7

11,34

340,20

0,075

2-5

3,5

1,5

17,01

510,30

3,5

39,69

3,5

1190,70

100

1134

100

34020

Pan (filler)
Total

%
Berat

Berat
(gram)

(sumber: Hasil Pengujian)

Tabel 2 Hasil pengujian Permeabilitas


Variasi Campuran Aspal
100% M

Permeabilitas
(cm/dtk)
0,72

75% M + 25% C

0,70

50% M + 50% C

0,89

25% M + 75% C

0,59

100% C

0,87

(sumber: Hasil Pengujian)

Tabel 3 Hasil pengujian cantabro loss


Variasi Campuran
Aspal (%)
100% M
75% M + 25% C
50% M + 50% C
25% M + 75% C
100% C

Berat Sebelum
Diuji (gr)
1161,67
1175,00
1175,67
1172,67
1178,33

Berat Setelah
Diuji (gr)
873,33
866,33
864,67
883,00
767,67

(sumber: Hasil Pengujian)

Cantabro Loss
(%)
24,82
26,27
26,45
24,70
34,85

82,5

14

11907,00

510,30
510,30

Gambar 1 Hubungan variasi campuran aspal dan permeabilitas

Gambar 2 Hubungan variasi campuran aspal dan cantabro loss

10

You might also like