You are on page 1of 4

Dalam mencampur pestisida, bentuk formulasi dan cara kerja pestisida itulah yang menjadi acuan.

Terkadang muncul pertanyaan dari kalangan petani, kenapa harus repot-repot mencampur pestisida
sih?

Tujuan dari mencampur (mixing) pestisida adalah pertama, sebagai upaya pengendalian Hama
Penyakit Tanaman (HPT) bisa efektif dan efisien. Efektif disini maksutnya adalah tepat sasaran,
sedangkan efisien yaitu hemat biaya tenaga kerja, hemat waktu, sehingga mencegah
perkembangbiakan dan penyebaran HPT. Kedua, menghindari resistensi hama penyakit terhadap
pestisida (bahan aktif) tertentu.

sumber gambar: theborneopost

3 prinsip dalam mencampur pestisida antara lain:


1. Jangan mencampur pestisida yang segolongan, misal jangan mencampur pestisida Dithane
dengan Antila atau Victory, karena memiliki bahan aktif yang sama yaitu mankozeb sehingga
akan boros biaya. Selain itu efektifitasnya tidak bertambah alias 1+1=1. Selain boros,
mencampur pestisida segolongan beresiko terjadinya reaksi. Cukup mudah untuk
menyimpulkan apakah pestisida yang dicampur saling bereaksi satu sama lain atau tidak,
yaitu dengan mengamati dengan seksama apakah pencampuran terjadi secara merata dan
tidak, serta apakah menghasilkan endapan atau gumpalan. Jika terjadi endapan atau
gumpalan maka sebaiknya kedua pestisida tidak perlu di campur (digunakan bergantian
saja) karena jika dilakukan penyemprotan akan menjadi tidak merata.

Berikut tabel rekomendasi pencampuran pestisida berdasarkan golongannya.

Keterangan:
a. Golongan

Pyrethroids,

bahan

aktif:

Bifenthrin,

Cyfluthrin,

Cypermethrin,

Deltamethrin,Esfenvalerate, tofenprox, Lambda cyhalothrin, Pyrethrins, dan lain-lain.


b. Golongan Carbamat, bahan aktif: Aldicarb, Benfuracarb, Carbaryl,Carbofuran,
Carbosulfan, Fenobucarb, Methiocarb Methomyl, Oxamyl, Thiodicarb, Triazamate dan
lain-lain.
c. Golongan Organophosphat, bahan aktif: Acephate, Chlorpyrifos, Dimethoate,Diazinon,
Malathion, Methamidophos, Monocrotophos, Parathion-methyl, Profenofos,Terbufos dan
lain-lain.
d. Golongan

Neonicotinoids,

bahan

aktif:

Acetamiprid,

Dinotefuran,

Imidacloprid,

Thiacloprid,Thiamethoxam
e. Golongan Spinosyn, bahan aktif: Spinetoram, Spinosad
f. Golongan Pyrazol, bahan aktif: Chlorfenapyr
g. Golongan Avermectins, bahan aktif: Emamectin benzoate,abamektin, Lepimectin,
Milbemectin
h. Golongan Phenylpyrazole, bahan aktif: Ethiprole, Fipronil

2. Jangan mencampur pestisida yang cara kerjanya sama, maksutnya mencampur pestisida
yang cara kerja nya kontak dengan kontak, atau sistemik dengan sistemik, ini sama saja 1+1
= 1. Yang tepat adalah mencampur pestisida kontak dengan sistemik. Walau pestisida yang
digunakan sasaran target sama asalkan cara kerjanya beda. Cara kerja kontak atau sistemik
pestisida pada umumnya dicantumkan pada setiap kemasan.
3. Melarutkan pestisida yang paling sulit larut terlebih dahulu. Urutannya adalah mulai dari
yang bentuk butiran (misal G, WG), bubuk (misal WP, SP, SD) kemudian larutan (misal EC,
SL).

BAHAN PENCAMPUR
1. Pyrethroids (Fig. 3.5) adalah kelompok penting dari tanaman racun. Banyak sintetis
pyrethroids digunakan sebagai insektisida kontak (yaitu, diserap melalui exoskeleton)
karena efek cepat pada serangga hama.
Pyrethroids adalah insektisida sintetik yang merupakan turunan dari 6

pyrethrin alami yang diisolasi dari pyrethrum (ekstrak tanaman bunga


Chrysanthemum cinerariaefolium).

Aktivitas insektisidanya berasal dari

afinitasnya yang sangat tinggi terhadap Na+ -channels, yang dapat


menyebabkan neuronal hyperexcitability. Pyrethroids ini dapat membunuh
serangga dengan cepat dengan toksisitas rendah terhadap mamalia,
biodegradibilitas dan selektivitasnya bagus.
Pengembangan terhadap turunana pyrethrin

terus

dilakukan

setelah

diketahui bahwa turunan yang ada dipasaran masih sangat beracun bagi
ikan. Sehingga dilakukan modifikasi struktur menjadi senyawa silafluofen.
Senyawa ini memiliki toksisitas 106 kali lebih rendah daripada senyawa
deltamethrin. Struktur Silafluofen Penelitian pyrethroids sintetik masih terus
dilakukan melalui jalur Green process, contohnya sistesis kemoenzimatik,
adisi 1,2 radikal haloalkana terhadap ikatan polimer olefin dalam suatu
sintesis fasa padat.
2. Neonicotinoid adalah insektisida yang mempunyai kemiripan struktur dengan
nikotin. Aktivitas insektisidalnya sangat luas khususnya terhadap serangga
penghisap dan pengunyah, dengan taraf penggunaan yang rendah melalui
mekanisme kerja model baru dengan cara interaksi dengan reseptor target
nicotinic acetylcoline (nAChRs). Insektisida ini tidak menyebabkan resisten
silang terhadap serangga lainnya, serta toksisitasnya selektif dengan

toksisitas akut rendah terhadap mamalia, burung, ikan. Akan tetapi


menunjukkan toksisitas menahun terhadap mamalia.
3. Spinosyn adalah suatu metabolit sekunder, kelas baru lakton turunan
makrolida dengan suatu rangka penyusun 21-karbon tetrasiklik yang
dihasilkan dari suatu kultur actinomycete Saccharopolyspora spinosa. Ada 22
jenis spinosyn yang sudah ditemukan berdasarkan perbedaan derajat
metilasinya. Potensi insektisidanya luar biasa terutama terhadap golongan
serangga lepidopterans dan dipterans dengan efisiensi terkadang sama
dengan pyrethroid. Toksisitas akutnya rendah terhadap mamalia dan burung,
sangat aktif, selektif, dan biodegradable dengan mekanisme kerja yang
diperkirakan

dengan

cara

interaksi

dengan

reseptor

target

acetylcholine (nAChRs) dan gammaaminobutyric acid (GABA).


4.

nicotinic

You might also like