You are on page 1of 15

ISU-ISU KONTEMPORER PENDIDIKAN

TEKNOLOGI KEJURUAN

Disusun Oleh :
Enggar Dista Pratama
14504241031

Pendidikan Teknik Otomotif


Fakultas Teknik
Universitas Negeri Kejuruan
2016

Peran Dan Kesiapan Pendidikan Kejuruan Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi


Asean ( MEA )
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah istilah yang sering kita dengar akhirakhir ini, istilah ini seringkali muncul diberbagai macam media baik cetak maupun elektronik.
Mungkin kita lebih dahulu mengenai istilah Masyarakat Ekonomi Eropa yang telah lahir lebih
dari 5 dekade yang lalu. Secara umum keduanya hampir sama yang membedakannya hanyalah
mereka di Eropa sedangkan kita di Asia Tenggara (ASEAN).
Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang biasa disingkat menjadi MEA secara singkatnya
bisa diartikan sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang artinya semua negara-negara yang
berada dikawasan Asia Tenggara (ASEAN) menerapkan sistem perdagangan bebas. Indonesia
dan seluruh negara-negara ASEAN lainnya (9 negara lainnya) telah menyepakati perjanjian
MEA tersebut atau yang dalam bahasa Inggrisnya adalah ASEAN Economy Community atau
AEC.
Dengan adanya MEA, Indonesia mau tidak mau terlibat di dalam proses globalisasi dan
persaingan yang semakin meluas dalam berbagai bentuk berupa arus barang dan jasa tenaga
kerja dan arus modal. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan salah satu peluang
sekaligus tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi abad ekonomi Asia ini. Melalui MEA,
akan terjadi integrasi sektor ekonomi.
Konsep utama dari MEA adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan
kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, factor produksi, investasi dan
modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar Negara ASEAN yang kemudian
diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara-negara
anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan.
Di pilihnya Indonesia sebagai pusat perdagangan bebas MEA, maka pemerintah
Indonesia perlu untuk melakukan persiapan, mulai dari persiapan infrastruktur sampai kepada
persiapan dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Indonesia yang
terampil, mempuni dan professional. Untuk menciptakan SDM yang terampil, mempuni dan

professional, tidak terlepas dari pendidikan yang berkualitas. Tanpa pendidikan yang berkualitas,
harapan untuk menciptakan SDM yang terampil, mempuni dan professional, akan hanya menjadi
sebuah harapan. Persaingan tenaga kerja di dalam MEA akan sangat ketat.
Bagai manapun di dalam dunia pasar bebas MEA, Indonesia akan di banjiri oleh tenaga
kerja dan pelaku usaha dari negara asing di kawasan ASEAN. Apa lagi ukuran SDM masyarakat
Indonesia berada rata rata di bawah SDM masyarakat Warga Negara Asing kawasan ASEAN.
Tanpa SDM yang terampil, mumpuni dan professional yang di miliki oleh masyarakat Indonesia,
maka dapat di pastikan Indonesia hanya akan menciptakan para tenaga kerja kasar, seperti buruh,
dan pembantu rumah tangga. Dalam era global, dunia pendidikan di Indonesia pada saat ini dan
yang akan datang masih menghadapi tantangan yang semakin berat serta kompleks.
Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain baik dalam produk,
pelayanan, maupun dalam penyiapan sumber daya manusia. Ada beberapa contoh sebagai
tantangan Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi sumber daya manusia yaitu dengan
kondisi nyata bahwa posisi Indonesia dalam peringkat daya saing bangsa di dunia internasional
adalah nomor 102 tahun 2003 sedangkan tahun 2007 nomor 111 dengan skor 0.697 dari 106
negara Asia Afrika yang disurvei Human Development Indeks (HDI) (nationmaster.com).
Tugas pemerintah dan para pemangku kepentingan yang terkait ialah mempersiapkan
sumber daya manusia unggul dan berdaya saing dengan memastikan pembangunan ekonomi
linear dengan pembangunan manusia. Kualitas tenaga kerja yang tinggi akan hadir apabila
kualitas pembangunan manusia Indonesia berdaya saing unggul. Akses terhadap pendidikan,
kesehatan, pekerjaan, gizi, dan fasilitas publik lainnya akan menentukan kualitas manusia dan
tenaga kerja Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya MEA bagi Indonesia?
2. Bagaimana peran dan kesiapan pendidikan kejuruan dalam menghadapi MEA?
3. Bagaimana kondisi pendidikan kejuruan di Indonesia saat ini?
4. Apa saja kebijakan atau peran pemerintah dalam usaha kesiapan menghadapi MEA
khususnya dalam masalah pendidikan kejuruan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya MEA bagi Indonesia
2. Mengetahui peran dan kesiapan pendidikan kejuruan dalam menghadapi MEA
3. Mengetahui kondisi pendidikan kejuruan di Indonesia saat ini
4. Mengetahui kebijakan atau peran pemerintah dalam usaha kesiapan menghadapi MEA
khususnya dalam masalah pendidikan kejuruan

BAB II
ISI

A. Pentingnya MEA Bagi Indonesia


Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak terlepas dari dampak positif dan manfaat
dari diberlakukannya perdagangan bebas diwilayah regional Asia Tenggara tersebut.Mungkin
saat ini dampak positifnya belum begitu terasa karena MEA baru saja diberlakukan yaitu pada
tahun 2015, namun diharapkan manfaat besarnya akan terasa pada tahun-tahun selanjutnya. Dan
dibawah ini adalah beberapa dampak positif ata manfaat dari Masyarakat Ekonomi ASEAN itu
sendiri.
1. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan mendorong arus investasi dari luar masuk ke dalam
negeri yang akan menciptakan multiplier effect dalam berbagai sektor khususnya dalam
bidang pembangunan ekonomi.
2. Kondisi pasar yang satu (pasar tunggal) membuat kemudahan dalam hal pembentukan joint
venture (kerjasama) antara perusahaan-perusahaan diwilayah ASEAN sehingga akses
terhadap bahan produksi semakin mudah.
3. Pasar Asia Tenggara merupakan pasar besar yang begitu potensial dan juga menjanjikan
dengan luas wilayah sekitar 4,5 juta kilometer persegi dan jumlah penduduk yang mencapai
600 juta jiwa.
4. MEA memberikan peluang kepada negara-negara anggota ASEAN dalam hal meningkatkan
kecepatan perpindahan sumber daya manusia dan modal yang merupakan dua faktor
produksi yang sangat penting.
5. Khusus untuk bidang teknologi, diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN ini
menciptakan adanya transfer teknologi dari negara-negara maju ke negara-negara
berkembang yang ada diwilayah Asia Tenggara.
B. Peran Dan Kesiapan Pendidikan Kejuruan Dalam Menghadapi MEA
Pendidikan merupakan upaya merekonstruksi suatu peradaban yang dibutuhkan oleh setiap
manusia dan kewajiban yang harus diemban oleh negara agar dapat membentuk masyarakat yang
memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi kehidupan selaras

dengan fitrahnya serta mampu mengembangkan kehidupan menjadi lebih baik dari setiap masa
ke masa berikutnya. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
disebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
individu. Kebutuhan masyarakat adalah bagaimana mengisi posisi yang dipersyaratkan sehingga
sistem ekonomi berjalan secara efektif, sedangkan kebutuhan individu adalah untuk
mendapatkan posisi yang memuaskan dalam struktur lapangan kerja (Sonhadji, 2012).
Pendidikan kejuruan merupakan jenjang pendidikan yang selalu dinamis dalam melakukan
perubahan kurikulum pendidikan sesuai dengan pertumbuhan pasar kerja dan beradaptasi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini berarti pendidikan kejuruan akan selalu
mengalami pergeseran paradigma. Menurut Pavlova (2009) dengan pertimbangan bahwa
aktivitas ekonomi sangat ditentukan adanya perubahan teknologi yang cepat pada masa
mendatang, maka orientasi pendidikan kejuruan diarahkan menjadi pendidikan bekerja (work
education) atau pendidikan teknologi (technology education) dalam mengisi kebutuhan
masyarakat. Sementara itu, Calhoun dan Finch mendefiniskan pendidikan kejuruan sebagai
program pendidikan yang secara langsung berkaitan dengan penyiapan individu memasuki dunia
kerja (Sonhadji, 2013). Berdasarkan pemahaman tersebut, konstribusi pendidikan kejuruan
dalam pertumbuhan ekonomi terjadi melalui kemampuan untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja yang ada dan tidak hanya ditentukan oleh investasi modal, tetapi juga tenaga kerja
yang memiliki fleksibilitas dalam menguasai keterampilan baru untuk melaksanakan pekerjaan
baru. Sondhaji (2013).
Pada penghujung Tahun 2015, seluruh Bangsa Indonesia akan menyambut
Masyarakat Asean Community (MEA) dan berperan langsung sebagai salah satu dari pilar
Masyarakat ASEAN. Masyarakat ASEAN merupakan upaya negara ASEAN untuk
mengintegrasikan kawasan agar ASEAN dapat menjadi kawasan yang aman, stabil, dan memiliki
daya saing global. Konsep utama dari ASEAN Economic Community adalah menciptakan
ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas
barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar
negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
ekonomi diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling
menguntungkan.

MEA dibentuk dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan integrasi ekonomi di kawasan
ASEAN yang diyakini dapat memberikan manfaat nyata bagi seluruh elemen masyarakat.
Meraih manfaat bukanlah tanpa syarat. Sejak diformulasikan, tiga dari empat pilar MEA jelas
mempersyaratkan daya saing sebagai kunci sukses. MEA sebagai kawasan pasar tunggal dan
berbasis produksi, sebagai kawasan yang berdaya saing, dan berintegrasi dengan ekonomi global
dapat terwujud apabila masing-masing anggotanya dan sebagai kawasan memiliki daya saing.
Esensinya MEA dirancang untuk meningkatkan daya saing ASEAN dalam menjawab semakin
ketatnya persaingan global.
Rasionalnya, Indonesia hingga kini masih berhadapan dengan masalah kurangnya tenaga
kerja yang berketerampilan tinggi dan profesional. Simak saja. The Boston Consulting Group
(BCG 2013) memprediksi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia pada 2020 akan
menghadapi kesulitan dalam mengisi setengah posisi pekerjaan entry-level dan middle-manager.
Sedangkan pada level senior-managers, posisi ini akan diisi oleh pekerja Indonesia yang kurang
memiliki kemampuan manajerial dan berwawasan global (leadership skills dan global exposure).
Padahal skill itu sangat dibutuhkan bagi perusahaan untuk dapat unggul dalam persaingan.
Masalah kurangnya kemampuan SDM di Indonesia itu disebabkan oleh ketidaksesuaian antara
keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh saat menempuh pendidikan, dengan kebutuhan
dunia kerja. Inilah yang akan menghambat pertumbuhan daya saing tenaga kerja Indonesia
dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Nah, salah satu solusinya adalah peningkatan
kualitas SDM melalui pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan harus menjadi salah satu
referensi Indonesia untuk mencetak lulusan terampil dan siap bekerja di ASEAN.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang
terfokus pada peningkatan kualitas pendidikan kejuruan. prioritas Garis-Garis Besar Program
Pembinaan SMK Tahun 2012, yang disusun oleh Direktorat Pembinaan SMK, Ditjen Pendidikan
Menengah di situ disebutkan, hasil yang harus dicapai pada tahun 2014: 70% lulusan SMK siap
bekerja pada tahun kelulusan; 85% SMK menyediakan layanan pembinaan pengembangan
kewirausahaan; seluruh SMK menerapkan pembelajaran yang membangun karakter; dan
sekurang-kurangnya 90% SMK melakukan

e-learning. Selain itu pemerintah juga tengah

menyiapkan sertifikasi bagi lulusan SMK dengan menggandeng Badan Nasiona Sertifikasi dan
Profesi (BNSP) dan pihak industri.

Untuk bersaing dalam MEA, tidak ada kata terlambat, Pendidikan Kejuruan diharapkan
mampu berperan dalam menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan sesuai kebutuhan
kompetensi dunia kerja. Menurut Indonesia Skills Report yang dikeluarkan oleh World Bank
pada tahun 2010, selain keterampilan dan pengetahuan dasar teknis, hal lain yang tak kalah
penting dan dibutuhkan tenaga kerja Indonesia adalah manajemen keterampilan sosial individu
(life skills atau transferable skills). Pendidikan Kejuruan dalam hal ini SMK, diharapkan
menghasilkan SDM yang kompeten dengan memiliki kemampuan (Skill, Attitude, dan
Knowledge) yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi dunia kerja serta mampu sebagai wahana
dalam upaya mengfasilitasi berkembangnya keterampilan individu atau kelompok untuk dapat
berperan sebagai pencipta atau pembuka lapangan kerja (Job Creator), atau individu atau
kelompok sebagai pencari kerja yang kompetitif (Job Seeker) dan individu atau kelompok yang
memiliki kemampuan daya enduransi yang tinggi dalam berkompetisi (High Degree Pursuer)
dalam kancah global. Dengan demikian agar tujuan pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK
benar-benar mampu memaksimalkan perannya dalam pengembangan peserta didik seutuhnya
dan pembangunan ekonomi, perlu ditempuh berbagai upaya. (1) Kompetensi harus sesuai dengan
standar kualifikasi lulusan pendidikan kejuruan sesuai KKNI meliputi keterampilan,
pengetahuan, keterampilan komunikasi dan derajat kemandirian yang dikuasai. (a) Penguasaan
pengetahuan pada bidang keahlian nya ditunjukkan dalam penguasaan konsep teoritis. (b)
Kemampuan berkomunikasi meliputi komunikasi verbal dan tertulis. (c) Penguasaan
keterampilan ditunjukkan dalam unjuk kerja ketika mengaplikasikannya. (d) Jenjang kualifikasi
ditentukan oleh kedalaman, kompleksitas, dan kekomprehensifan pengetahuan yang dikuasai.
Uraian jenjang pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu penguasaan hard skills
(teori, dan praktik) dan soft skill. Penguasaan hard skill dari segi kedalaman dan
kekomplekannya berjenjang. Penguasaan soft skill pada semua jenjang pada dasarnya meliputi
keterampilan berkomunikasi sesuai dengan bidang kerjanya yang meliputi komunikasi verbal
dan tertulis. Keterampilan berkomunikasi diperlukan pada semua jenjang kualifikasi, sehingga
dapat dikatakan merupakan keterampilan yang mutlak diperlukan dan seharusnya diajarkan di
pendidikan kejuruan. Selain life skills, hal yang tak kalah penting bagi tenaga kerja Indonesia
adalah peningkatan kemampuan Bahasa Inggris dan penguasaan Teknologi Informasi (TI).
Diharapkan, melalui penerapan life skills, penguasaan TI dan bahasa Inggris, tenaga kerja
Indonesia dapat berkompetisi dengan tenaga kerja negara-negara ASEAN lainnya. Lebih jauh

lagi, guna menjadi pemenang di kancah regional MEA, ada baiknya jika tenaga kerja Indonesia
juga diberi bekal keterampilan bahasa ASEAN lainnya, seperti bahasa Thai. (2) Membangun
keselarasan (link & match). Diupayakan, pendidikan kejuruan lebih mengarah kepada demanddriven dari pada supply-driven yang dilakukan melalui pembelajaran yang lebih aktual tidak
sekadar tekstual, lebih konkret dari pada abstrak, yang lebih merujuk ke realitas dari pada
artifisial, lebih nyata dari pada maya, dan ini semua menuntut pendidikan kejuruan secara
proaktif mendekatkan diri dengan dunia kerja. Mengajarkan kewirausahaan kepada peserta didik
SMK melalui pengetahuan, penyadaran, dan praktek-praktek yang nyata tentang kewirausahaan.
(3) Sebagai Job Creator, Job Seeker dan High Degree Pursuer merupakan suatu keterampilan
yang menjadi tuntutan kebutuhan menuju Masyarakat AESAN. Dalam hal ini, output ataupun
lulusan pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi yang memungkinkan dapat menghasilkan
calon pemimpin cendekia yang profesional, baik sebagai tenaga kerja pada bidang keahliannya,
maupun kemampuan untuk melihat kesempatan dan menciptakan lapangan kerja baru (Mukhadis
2009).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan, Pendidikan Kejuruan dapat berperan
maksimal dalam menghadapi MEA melalui komitmen kuat dari pemerintah dan dukungan
masyarakat luas, terhadap program-program SMK yang relevan dengan kebutuhan MEA dalam
menghasilkan lulusan atau sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan berkualitas serta
siap bersaing di tingkat ASEAN dan global.
C. Kondisi Pendidikan Kejuruan Di Indonesia Saat Ini
Pada dasarnya, pendidikan merupakan kunci pembangunan suatu bangsa. Masalah yang
terus dihadapi oleh masyarakat Indonesia ialah mutu pendidikan yang rendah di tiap level dan
unit pendidikan, termasuk SMK. Idealnya, output sekolah mendapat pekerjaan yang layak sesuai
kompetensi dan keterampilanya. Namun, hasil sekolah selama ini kurang memuaskan akibat
kurangnya kompetensi lulusan, yang ditandai oleh kurangnya kesesuaian lulusan dan kebutuhan
dunia usaha dunia industri (DUDI). Mirisnya, angkatan kerja lulusan SMK masih sulit
tertampung sepenuhnya di lapangan kerja, karena program-program pendidikan dan pelatihan
yang diberikan kurang sesuai dengan kebutuhan DUDI.
Menurut Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan
non akademis yang berorientasi pada praktek-praktek dalam bidang pertukangan, bisnis, industri,

pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya. Dalam Undang-undang Sistem


Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 Pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan
kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu. Dapat dikatakan pendidikan kejuruan (SMK) adalah bagian dari
sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan
dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu
mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan
teknologi
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah
Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki
daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di
dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai
follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Dan berdasarkan data diatas
maka dapat dipastikan pula bahwa kualitas penyelenggaraan pendidikan kejuruan di negara kita
masih jauh dari kata ideal. Hal ini mengingat jika ditinjau secara sistemik, pendidikan kejuruan
pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan nasional. Tentu sangat
mengkhawatirkan jika hal tersebut diatas dikaitkan dengan berbagai tantangan di era globalisasi
yang harus terus dihadapi siswa SMK di negeri kita.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas penyelenggaraan pendidikan
kejuruan saat ini sehingga membuat tantangan yang dihadapi SMK dalam menghadapi era
globalisasi ini semakin berat. Diantara permasalahan yang dihadapi adalah: Pertama, Landasan
hukum (undang-undang, peraturan pemerintah, dan keputusan menteri) yang mengatur
penyelenggaraan jenjang pendidikan menengah belum dilaksanakan secara baik dan konsisten.
Implementasi penyelenggaraan pendidikan kejuruan masih kurang didukung kebijakan strategis
yang dapat mewujudkan arah dan tujuan yang diharapkan. Kedua, Model dan pengembangan
kurikulum SMK masih belum optimal. Dalam pelaksanaanya di lapangan, pengembangan
kurikulum dapat disusun dengan baik, namun dalam implementasinya banyak kendala yang
dihadapi sekolah dan para guru. Kurikulum yang selalu berubah-ubah juga menunjukkan bahwa
belum ada kurikulum yang ideal untuk segala jaman. Ketiga, Dukungan dan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan SMK masih kurang optimal, khususnya peran

dunia usaha dan industri dalam pengembangan pendidikan kejuruan. Keempat, Fasilitas sarana
dan prasarana pembelajaran dan praktikum yang kurang memadai untuk pembentukan
kompetensi siswa, terutama fasilitas praktikum pada pendidikan kejuruan. Kecilnya anggaran
pendidikan saat ini jelas mempengaruhi secara langsung kualitas pendidikan, terutama
kemampuan sekolah kejuruan menyediakan fasilitas atau sarana prasarana belajar yang
memadai.
Peran pemerintah dalam memasyarakatkan SMK sudah terlihat, jika sebelumnya SMK
sempat dipandang sebelah mata, maka saat ini justru sebaliknya, SMK menjadi buruan
masyarakat karena menawarkan berbagai jurusan yang menarik dan menjanjikan keterampilan
yang memadai untuk langsung terjun ke dunia kerja. Kebijakan pemerintah sendiri terkait
sekolah kejuruan adalah menargetkan proporsi 70 persen untuk SMK dan 30 persen untuk SMA
hingga 2015. Kebijakan itu secara otomatis mengandung konsekuensi bagi semua daerah untuk
mencapai target tersebut. Dampak lain yang juga sangat terasa adalah berkembangnya SMK di
semua daerah. Termasuk jurusan-jurusan yang sempat mati suri kembali bangkit dan diminati
masyarakat.
D. Kebijakan Atau Peran Pemerintah Dalam Usaha Kesiapan Menghadapi MEA Khususnya
Dalam Masalah Pendidikan Kejuruan
Dengan diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) awal tahun 2016 ini.
Tantangan besar menanti didepan mata, bangsa ini diperhadapkan bagaimana berkompetisi
dengan negara-negara asia tenggara pada sektor ekonomi. salah satu sektor yang cukup menjadi
sorotan dengan diberlakukannya MEA adalah sektor tenaga kerja. Pertanyaannya kemudian
adalah, sudah siapkah tenaga kerja kita bersaing dengan tenaga kerja asing yang akan masuk ke
Indonesia khususnya tenaga kerja yang datang dari kawasan ASEAN.
Tak bisa dipungkiri bahwa salah satu dampak dari berlakunya MEA adalah Indonesia akan
kedatangan banyak tenaga-tenaga kerja asing dari negara kawasan ASEAN dan dipastikan akan
menambah rumit persaingan bursa tenaga kerja di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) sendiri yang dirilis tahun 2014 lalu menunjukkan bahwa jumlah pengagguran terbuka
secara nasional Agustus 2014 mencapai 2,74 juta orang atau 5,94% dari total angkatan kerja.
Tingginya angka pengangguran di Indonesia ini kemungkinan dipengaruhi oleh kompetensi
sumber daya manusia (SDM) kita yang masih rendah itu kalau kita lihat dari hasil survey yang

dilakukan oleh UNDP. Hasil survey UNDP tahun 2014 menyebutkan bahwa Indeks
Pembangunan Manusia Indonesia (HDI) kita berada di urutan 108. Indonesia jauh dibawah
Thailand (89), Malaysia (62), Brunei Darussalam (30), Korea Selatan (15), dan Singapura (9).
Sementara untuk daya saing, berdasarkan survey yang dilakukan oleh Word Economic Forum
tahun 2015 menyebutkan bahwa daya saing Indonesia (Global Compatitivnes Index, GCI) berada
di urutan 37, jauh dibawah Thailand (32), Korea Selatan (28), Malaysia (18), dan Singapura (2).
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa posisi daya saing Indonesia dibandingkan
dengan daya saing negara-negara ASEAN dan asia masih relatif rendah.
Perlu stategi khusus dari pemerintah untuk memperkuat daya saing kita dengan negaranegara ASEAN khususnya dalam penyiapan tenaga-tenaga terampil, termasuk menekan angka
pengagguran yang terus naik dari tahun-ketahun. Salah satu strategi yang seharusnya di nomor
satukan adalah SMK/Pendidikan Kejuruan merupakan sebuah lembaga pendidikan menengah
dimana orientasi utamanya adalah mencetak tenaga kerja menengah siap pakai. Sebagai sebuah
lembaga pendidikan yang mempersiapkan tenaga kerja siap pakai, SMK perlu mendapat
perhatian lebih dari pemerintah. Hal ini tidak dapat ditawar-tawar lagi mengingat derasnya arus
globalisasi, apalagi dengan berlakunya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang berpotensi
membuat tenaga kerja Indonesia kalah bersaing dengan tenaga kerja dari luar.
Oleh karena itu, Pemerintah perlu membuat kebijakan khusus mengenai pengembangan
sekolah menengah kejuruan (SMK) agar kualitas alumni yang dihasilkan memiliki kompetensi
yang dibutuhkan dunia industri saat ini. Adapun prioritas utama dalam pengembangan SMK
yang perlu mendapat perhatian utama pemerintah antara lain:
a.

Kompetensi Guru,
Guru merupakan faktor utama dalam menghasilkan alumni SMK siap kerja. Untuk
menghasilkan alumni siap kerja dibutuhkan guru-guru profesional yang mampu
membimbing peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan. Tentu hal ini tidak
mudah mengingat pembelajaran di SMK memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan pembelajaran pada level pendidikan yang sejenis. Guru perlu meningkatkan
kemampuannya secara berkesinambungan mengingat perkembangan teknologi semakin
pesat.

b. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana di SMK merupakan faktor yang sangat vital untuk
menghasilkan alumni siap kerja. Pemerintah perlu melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah
untuk melihat secara langsung sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan oleh sekolah
tanpa harus menunggu pihak sekolah membuat proposal. Hal ini dimaksudkan agar
pemerintah mengetahui kondidi riil sekolah-sekolah kejuruan.
c.

Tinjauan Kurikulum
Kurikulum pembelajaran di SMK setiap saat perlu ditinjau muatannya. Mengingat SMK
adalah sekolah kejuruan yang fokus mempelajari perkembangan teknologi. Muatan
kurikulum harus senantiasa tanggap akan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi masa kini hal ini bertujuan agar peserta didik mampu mengetahui teknologi
terbaru yang berkaitan dengan jurusannya yang nantinya mampu ia terapkan setelah selesai
menempuh pendidikan di SMK.

d. Penguatan Hubungan Kerja sama industri


Pada pendidikan kejuruan (SMK), kerjasama dengan pihak industri merupakan satu hal
yang tak terpisahkan. Oleh karena itu perlu penguatan hubungan kerjasama sekolah dengan
pihak industri dalam segala hal bukan hanya sebatas memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melakukan PKL/Prakerin tapi bagaimana pihak industri mampu
bersinergi dengan pihak sekolah bagaimana menciptakan peserta didik yang memiliki
kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri. Pemerintah perlu
mendorong industri agar mau berbagi ilmu dengan lembaga pendidikan.
e.

Kepemimpinan yang kuat


Pimpinan Lembaga/institusi dibidang pendidikan hendaknya memiliki kepemimpinan
yang kuat. Dalam artian mampu membawa organisasi yang dipimpinnya mencapai visi-misi
yang telah dirumuskan secara bersama-sama. Perlu koordinasi antara semua elemen
pemerintahan yang terlibat dalam penataan pendidikan mulai dari level sekolah hingga ke
kementerian pendidikan sebagai ujung tombak perumus kebijakan pendidikan.
Itulah beberapa poin yang mendesak untuk segera direalisasikan pada sekolah menengah

kejuruan (SMK) saat ini. Dengan berlakunya MEA, SMK dituntut bagaimana menghasilkan
tenaga kerja menengah siap pakai dan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar. Oleh
karena itu pemerintah perlu memperhatikan bagaimana meningkatkan kompetensi guru SMK,

ketersediaan sarana dan prasarana, kurikulum yang berlaku, mendorong penguatan hubungan
kerjasama industri, dan yang tak kalah pentingnya adalah adanya kepemimpinan yang kuat pada
semua lembaga pendidikan. Tanpa itu semua, kita hanya akan jadi penonton di rumah sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2015. Peran Pendidikan Kejuruan Dalam MEA. Di akses melalui
http://muadzmesinftunm.blogspot.co.id/2015/11/peran-pendidikan-kejuruan-dalam.html pada
tanggal 22 Oktober 2016

Anonym. 2016. Arah Pengembangan SMK. Di akses melalui http://inspirasinegeriku.blogspot.co.id/2016/09/arah-pengembangan-sekolah-menengah.html pada tanggal 22
Oktober 2016
Anonym.2014. Mutu Pendidikan Indonesia Masih Rendah. Di akses melalui
http://news.okezone.com/read/2014/12/27/65/1084668/mutu-pendidikan-smk-di-indonesiamasih-rendah pada tanggal 25 Oktober 2016
Anonym. 2015. Tantangan SMK Ke Depannya. Di akses melalui http://shareinfo15.blogspot.co.id/2015/04/makalah-tantangan-smk-kedepannya.html pada tanggal 25
Oktober 2016

You might also like