Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang
secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang brkembang
cepat. Laju filtrasi gromelurus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin
serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10
mg/dl/hari dalam beberapa hari. ARF biasanya disertai oleh oligurea (keluaran urine < 400
ml/hari). Criteria oliguria tidak mutlak tapi berkaitan dengan fakta bahwa rata-rata diet
orang amerika mengandung sekitar 600 mOsm zat terlarut. Jika kemampuan pemekatan
urine maksimum sekitar 1200 mOsm /L air, maka kehilangan air obligat dalam urine
adalah 500 ml. oleh karna itu ,bila keluaran urine menurun hingga kurang dari 400 ml/hari,
penambahan jat terlarut tidak bisa dibatasi dengan kadar BUN serta kreatinin meningkat.
Namun oliguria bukan merupakan gambaran penting pada ARF. Bukti penelitian terbaru
mengesankan bahwa pada sepertiga hingga separuh kasus ARF,keluaran urine melebihi
400 ml /hari.dan dapat mencapai hingga 2L/hari. Bentuk ARF ini disebut ARF keluarantinggi atau disebut non-ologurik. ARF menyebabkan timbulnya gejala dan tanda
menyerupai sindrom uremik pada gagal ginjal kronik, yang mencerminkan terjadinya
kegagalan fungsi regulasi, eksresi, dan endokrin ginjal. Namun demikian , osteodistrofi
ginjal dan anemiabukan merupakan gambaran yang lazim terdapat pada ARF karena
awitanya akut.
1.2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi tujuan penulisan dari
makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah asuhan keperawatan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
serta mampu menjelaskan tentang konsep penyakit gagal ginjal akut serta asuhan
keperawatan gagal ginjal akut.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui definisi dari Gagal Ginjal Akut.
b. Mampu memahami anatomi dari ginjal.
c. Mampu mengetahui etiologi serta patofisiologi dari Gagal Ginjal Akut.
d. Mampu mengidentifikasi manifestasi klinis dari Gagal Ginjal Akut.
e. Mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan dari Gagal Ginjal Akut.
f. Mampu menyebutkan komplikasi dari Gagal Ginjal Akut.
g. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan Gagal Ginjal Akut meliputi pengkajian,
analisa data, diagnose keperawatan, intervensi serta evaluasi.
1.3. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan
penyakit Gagal Ginjal Akut agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
3.
4.
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Gagal Ginjal Akut lebih dalam
sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit Gagal Ginjal Akut.
Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan Gagal
Ginjal Akut sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.
Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang Gagal Ginjal Akut serta dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap penyakit ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.
2.2.
Anatomi Fisiologi
Ginjal adalah organ ekskresi yang berperan penting dalam mempertahankan
keseimbangan internal dengan jalan menjaga komposisi cairan tubuh/ekstraselular. Ginjal
merupakan dua buah organ berbentuk seperti kacang polong, berwarna merah kebiruan.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal disebelah
kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus oleh lapisan lemak yang tebal di belakang
peritoneum atau di luar rongga peritoneum.
Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang di mulai dari ketinggian
vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari
ginjal kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Masingmasing ginjal memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal2,5 cm.. Berat ginjal pada
pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram.
Ginjal ditutupi oleh kapsul tunikafibrosa yang kuat, apabila kapsul di buka terlihat
permukaan ginjal yang licin dengan warna merah tua. Ginjal terdiri dari bagian dalam,
medula, dan bagian luar, korteks. Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis
terdiri dari pyramid renalis yang jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis
sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus renalis. Mengandung bagian
tubulus yang lurus, ansahenle, vasa rekta dan duktuskoli gensterminal. Bagianluar
(eksternal) korteks. Subtansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan
bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis
piramid yang berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam di antara pyramid
dinamakan kolumnarenalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang
berkelok-kelok dan duktus koligens.
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional
ginjal. Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron. Setiap nefron
bias membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi dari satu nefron dapat menerangkan fungsi
dari ginjal.
2.3.
Etiologi
Tigakategoriutamakondisipenyebabgagalginjalakut(Muttaqin,arif.2011).
2.3.1. KondisiPreRenal(hipoperfusiginjal)
Kondisiprarenaladalahmasalahalirandarahakibathipoperfusiginjaldanturunnyalaju
filtrasiglumerulus.Kondisiklinisyangumumyangmenyebabkanterjadinyahipoperfusi
renaladalah:
a) Penipisanvolume
b) Hemoragi
c) Kehilangancairanmelaluiginjal(diuretik,osmotik)
d) KehilangancairanmelaluisaluranGI(muntah,diare,selangnasogastrik)
e) Gangguanefisiensijantung
f) Infarkmiokard
g) Gagaljantungkongestif
h) Disritmia
i) Syokkardiogenik
j) Vasodilatasi
k) Sepsis
l) Anafilaksis
m) Medikasiantihipertensifataumedikasilainyangmenyebabkanvasodilatasi
2.3.2. KondisiIntraRenal(kerusakanaktualjaringanginjal)
Penyebabintrarenalgagalginjalakutadalahkerusakanglumerulusatautubulusginjal
yangdapatdisebabkanolehhalhalberikutini:
a) Cederaakibatterbakardanbenturan
b) Reaksitransfusiyangparah
c) Agennefrotoksik
d) Antibiotikaminoglikosida
e) Agenkontrasradiopaque
f) Logamberat(timah,merkuri)
g) ObatNSAID
h) Bahankimiadanpelarut(arsenik,etilenglikol,karbontetraklorida)
i) Pielonefritisakut
j) glumerulonefritis
2.3.3. KondisiPostRenal(obstruksialiranurin)
Kondisipascarenalyangmenyebabkangagalginjalakutbiasanyaakibatdariobstruksidi
bagiandistalginjal.Obstruksiinidapatdisebabkanolehkondisikondisisebagaiberikut:
a) Batutraktusurinarius
b) Tumor
c) BPH
d) Striktur
e) Bekuandarah.
2.4. Patofisiologi
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal
jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah
atau ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan
1.
2.
3.
a)
b)
c)
d)
e)
diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tandatanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal akut(Dongoes):
Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
Stadium Oliguria.
Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung
dari kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi
kadar normal.
Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi,
gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia
(diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon
terhadap stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya
tidak terlalu memperhatikan gejala ini. Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang
menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa
kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari
dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga
sebagai respon teehadap kegelisahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam
menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari.
Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal
ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah
akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
Stadium III.
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat
melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain
mual, muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa
nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar
BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir
gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya
menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan glomerulus
meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang
tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom
uremik memepengaruhi setip sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisis
MenurutPrice,(1995)adabeberapakondisiyangmenjadifaktorpredisposisiyang
dapatmenyebabkanpenguranganalirandarahrenaldangangguanfungsigmnjal,yaitu
sebagaiberikut:
Obstruksitubulus.
Kebocorancairantubulus.
Penurunanpermeabilitasglomerulus.
Disfungsivasomotor.
Glomerolusfeedback.
Teori obstruksi glomerulus menyatakan bahwa NTA (necrosis tubular acute)
mengakibatkandeskuamasiselseltubulusyangnekrotikdanmateriproteinlainnya,yang
kemudian membentuk silindersilinder dan menyumbat lumen tubulus. Pembengkakan
selularakibatiskemiaawal,jugaikutmenyokongterjadinyaobstruksidanmemperberat
iskemia.Tekanantubulusmeningkatsehinggatekananfiltrasiglomerulusmenurun.
Hipotesis kebocoran tubulus menyatakan bahwa filtrasi glomerulus terus
berlangsungnormal,tetapicairantubulusbocorkeluarmelaluiselseltubulusyangrusak
danmasukdalamsirkulasiperitubular.Kerusakanmembranbasalisdapatterlihatpada
NTAyangberat.
Pada ginjal normal, 90% aliran darah didistribusi ke korteks (tempat di mana
terdapatglomerulus)dan10%padamedula.Dengandemikian,ginjaldapatmemekatkan
urinedanmenjalankanfungsinya.SebaliknyapadaGGA,perbandinganantaradistribusi
korteksdanmedulamenjaditerbaliksehinggaterjadiiskemiarelatifpadakorteksginjal.
Konstriksidanarteriolaferenmerupakandasarpenurunanlajuflitrasiglomerulus(GFR).
Iskemia ginjal akan mengaktivasi sistem reninangiotensin dan memperberat iskemia
korteksluarginjalsetelahhilangnyarangsanganawal.
Padadisfungsivasomotor,prostaglandindianggapbertanggungjawabterjadinya
GGA, dimana dalam keadaan normal, hipoksia merangsang ginjal untuk melakukan
vasodilator sehingga aliran darah ginjal diredistribusi ke korteks yang mengakibatkan
diuresis. Ada kemungkinan iskemia akut yang berat atau berkepanjangan dapat
menghambatginjaluntukmenyintesisprostaglandin.Penghambatanprostaglandinseperti
aspirin diketahui dapat menurunkan aliran darah renal pada orang normal dan
menyebabkanNTA.
Teori glomerulus menganggap bahwa kerusakan primer terjadi pada tubulus
proksimal.Tubulusproksimalyangmenjadirusakakibatnefrotoksinatauiskemiagagal
untukmenyerapjumlahnormalnatriumyangterfiltrasidanair.
Akibatnya makula densa mendeteksi adanya peningkatan natrium pada cairan
tubulus distal dan merangsang peningkatan produksi renin dan sel jukstaglomerulus,
TerjadiaktivasiangiotensinIIyangmenyebabkanvasokontriksiateriolaferensehingga
mengakibatkanpenurunanalirandarahginjaldanlajualiranglomerulus.
1.
2.
3.
4.
MenurutSmeltzer(2002)terdapatempattahapanklinikdangagalginjalakut,yaitu
periodeawal,periodeoligunia,periodediuresis,danperiodeperbaikan.
Periodeawaldenganawitanawaldandiakhiridenganterjadinyaoliguria.
Periodeoliguria(volumeurinekurangdari400ml/24jam)disertaidenganpeningkatan
konsentrasiserumdansubstansiyangbiasanyadiekskresikanolehginjal(urea,kreatinin,
asamurat,sertakationintraselulerkaliumdanmagnesium).Jumlahurineminimalyang
diperlukanuntukmembersihkanproduksampahnormaltubuhadalah400ml.Padatahap
inigejalauremikuntukpertamakalinyamunculdankondisiyangmengancamjiwaseperti
hiperkalemiaterjadi.
Periodediuresis,pasienmenunjukkanpeningkatanjumlahurinesecarabertahap,disertai
tandaperbaikanfiltrasiglomerulus.Meskipunurineoutputmencapaikadarnormalatau
meningkat,fungsirenalmasihdianggapnormal.Pasienharusdipantaudenganketatakan
adanyadehidrasiselamatahapini,jikaterjadidehidrasi,tandauremikbiasanyameningkat.
Periodepenyembuhanmerupakantandaperbaikanfungsiginjaldanberlangsungselama
312bulan.Nilailaboratoriumakankembalinormal.
2.5.
Pathway
Iskemiaataunefrotoksin
Penurunanalirandarah
Kerusakanseltubulus
Kerusakanglomerulus
Penurunanalirandarah
PePelepasanNaClkemakuladensa
Obstruksitubulus
Kebocoranfiltrat
Penurunanultrafiltrasiglomerulus
PenurunanGFR
Gagalginjalakut
Penurunanproduksiurineazotemia
Kecemasanpemenuhaninformasi
Responspsikologsi
Diuresisiginjal
Ekskresikaliummenurun
Peningkatanmetabolitpadajaringanotot
Peningkatanmetabolitpadagastrointestinal
Edemaparuasidosismetabolik
Defisitvolumecairan
Ketidakseimbanganelektrolit
Peningkatankelelahanototkramotot
Bauamoniapadamulutmual,muntah,anoreksia
Polanapastidakefektif
Hiperkalemi
Kelemahanfisikresponnyeri
Intakenutrisitidakadekuat
Penurunanpefusiserebral
Kerusakanhantaranimpulssaraf
Perubahankonduksielektrikaljantung
NyerigangguanADL
Pemenuhannutrisi
Defisitneurologikrisikotinggikejang
Risikoaritmia
Curahjantung
RetensicairaninterstisialdanpH
PenurunanpHpadaciaranserebrospinal
2.8.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
2.9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum adalah:
Kelainan dan tatalaksana penyebab.
Kelainan praginjal. Dilakukan klinis meliputi faktor pencetus keseimbangan cairan, dan
status dehidrasi. Kemudian diperiksa konsentrasi natrium urin, volume darah dikoreksi,
diberikan diuretik, dipertimbngkan pemberian inotropik dan dopamin.
Kelainan pasca ginjal. Dilakukan pengkajian klinis meliputi apakah kandung kemih
penuh, ada pembesaan prostat, gangguan miksi atau nyeri pinggang. Dicoba memasang
kateter urin, selain untuk mengetahui adanya obstruksi juga untuk pengawasan akurat dari
urin dan mengambil bahan pemeriksaan. Bila perlu dilakukan USG ginjal.
Kelainan ginjal. Dilakukan pengkajian klinis, urinalinasi, mikroskopik urin, dan
pertimbangkan kemungkinan biopsi ginjal, arteriografi, atau tes lainnya.
Penatalaksanaan gagal ginjal
Mencapai & mempertahankan keseimbangan natrium dan air. Masukan natrium dibatasi
hingga 60 mmol/hari dan cairan cukup 500 ml/hari di luar kekurangan hari sebelumnya
atau 30 mmol/jam di luar jumlah urin yang dikeluarkan jam sebelumnya. Namun
keseimbangan harus tetap diawasi.
Memberikan nutrisi yang cukup. Bisa melalui suplemen tinggi kalori atau hiperalimentaasi
intravena. Glukosa dan insulin intravena, penambahan kalium, pemberian kalsium
intravena pada kedaruratan jantung dan dialisis.
Mencegah dan memperbaiki infeksi, terutama ditujukan terhadap infeksi saluran napas
dan nosokomial. Demam harus segera harus dideteksi dan diterapi. Kateter harus segera
dilepas bila diagnosis obstruksi kandung kemih dapat disingkirkan.
Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna. Feses diperiksa untuk adanya
perdarahan dan dapat dilakukan endoskopi. Dapat pula dideteksi dari kenaikan rasio
ureum/kreatinin, disertai penurunan hemoglobin. Biasanya antagonis histamin H (misalnya
ranitidin) diberikan pada pasien sebagai profilaksis.
Dialisis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum tinggi, hiperkalemia,
atau terjadi kelebihan cairan. Ureum tidak boleh melebihi 30-40 mmol/L. Secara umum
continous haemofiltration dan dialisis peritoneal paling baik dipakai di ruang intensif,
sedangkan hemodialisis intermitten dengan kateter subklavia ditujukan untuk pasien lain
dan sebagai tambahan untuk pasien katabolik yang tidak adekuat dengan dialisis
peritoneal/hemofiltrasi.
Komplikasi
Jantung : edema paru, aritmia, efusi pericardium
Gangguan elektrolit : hyperkalemia, hiponatremia, asidosis
Neurlogi : iritabilitas neuromuskuler, flap, tremor, koma, gangguan kesadaran, kejang
Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus, peptikum, perdarahaan gastrointestinal
Hematologi : anemia, diathesis hemoragik
Infeksi : pneumonia, septikemis, infeksi nosocomia0l
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT
3.1 PengkajianAnamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan
identitas penanggung jawab,identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan,serta diagnosa medis. Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat menyerang pria
maupun wanita dari rentang usia manapun,khususnya bagi orang yang sedang
menderita penyakit serius,terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia.
Padapengkajianjeniskelamin,priadisebabkanolehhipertrofiprostatsedangkanpada
wanitadisebabkanolehinfeksisalurankemihyangberulang,sertapadawanitayang
mengalami perdarahan pasca melahirkan. Untuk pengkajian identitas penanggung
jawabdatayangdidapatkanyaknimeliputinama,umur,pekerjaan,hubungandengansi
penderita.
RiwayatKesehatan
a.KeluhanUtama
Keluhanutamayangseringadalahterjadipenurunanproduksimiksi.
b. RiwayatKesehatanSekarang
Pengkajianditujukansesuaidenganpredisposisietiologipenyakitterutama
padaprerenaldanrenal.Secararingkasperawatmenanyakanberapalama
keluhanpenurunanjumlahurineoutputdanapakahpenurunanjumlahurine
outputtersebutadahubungannyadnegnapredisposisipenyebab,sepertipasca
perdarahansetelahmelahirkan,diare,muntahberat,lukabakarnluas,cedera
luka bakar, setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat
minumobatNSAIDataupemakaianantibiotik,adanyariwayatpemasangan
tranfusidarah,sertaadanyariwayattraumalangsungpadaginjal.
c. RiwayatKesehatanDahulu
Kajiadanyariwayatpenyakitbatusalurankemih,infeksisistemperkemihan
yangberulang,penyakitdiabetesmelitusdanpenyakithipertensipadamasa
sebelumnyayangmenjadipredisposisipenyebabpascarenal.Pentinguntuk
dikajitentangriwayatpemakaianobatobatanmasalaludanadanyariwayat
alergiterhadapjenisobatdandokumentasikan.
d. Riwayatpsikososialcultural
Adanya kelemahan fisik, penurunan urine output dan prognosis penyakit
yangberatakanmemberikandampakrasacemasdankopingyangmaladaptif
padaklien.
PemeriksaanFisik
a. KeadaanumumdanTTV
Keadaanumumklienlemah,terlihatsakitberat,danletargi.PadaTTVsering
didapatkanadanyaperubahan,yaitupadafaseoliguriseringdidapatkansuhu
tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan dimana
frekuensimeningkatsesuaidenganpeningkatansuhutubuhdandenyutnadi.
tekanandarahterjadiperubahandarihipetensirinagansampaiberat.
b. PemeriksaanPolaFungsi
B1(Breathing).
Padaperiodeoliguriseringdidapatkanadanyagangguanpolanapasdanjalan
napasyangmerupakanresponsterhadapazotemiadansindromakuturemia.
Klienbernapasdenganbauurine(fetoruremik)seringdidapatkanpadafase
ini. Pada beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis
metaboliksehinggadidapatkanpernapasankussmaul.
B2(Blood).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi akan
menemukanadanyafrictionrubyangmerupakantandakhasefusiperikardial
sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi sering didapatkan
adanyaanemia.Anemiayangmenyertaigagalginjalakutmerupakankondisi
yang tidak dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi
eritropoetin,lesigastrointestinaluremik,penurunanusiaseldarahmerah,dan
kehilangandarah,biasanyadarisaluranG1.Adanyapenurunancurahjantung
sekunderdarigangguanfungsijantungakanmemberatkondisiGGA.Pada
pemeriksaantekanandarahseringdidapatkanadanyapeningkatan.
B3(Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia, ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang,
efek sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur,
kramotot/kejangbiasanyaakandidapatkanterutamapadafaseoliguriyang
berlanjutpadasindromuremia.
B4(Bladder).
Perubahanpolakemihpadaperiodeoliguriakanterjadipenurunanfrekuensi
danpenurunanurineoutput<400ml/hari,sedangkanpadaperiodediuresis
terjadi peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah urine secara
bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan
didapatkanperubahanwarnaurinemenjadilebihpekat/gelap.
B5(Bowel).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering
didapatkanpenurunanintakenutrisidarikebutuhan.
B6(Bone).
Didapatkanadnayakelemahanfisiksecaraumumefeksekunderdarianemia
danpenurunanperfusiperiferdarihipetensi.
3.3.PemeriksaanDiagnostik
Laboratorium
Urinalisisdidapatkanwarnakotor,sedimenkecoklatanmenunjukkanadanyadarah,
Hb, dan myoglobin. Berat jenis <1.020 menunjukkan penyakit ginjal, pH urine >7.00
menunjukkanISK,NTA,danGGK.Osmolalitaskurangdari350mOsm/kgmenunjukkan
kerusakanginjaldanrasiourine:serumsering1:1.
PemeriksaanBUNdankadarkreatinin.TerdapatpeningkatanyangtetapdalakmBUN
dan laju peningkatannya bergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan protein),
perfusirenaldanmasukanprotein.Serumkratininmeningkatpadakerusakanglomerulus.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
Kadar kreatinin serum bermanfaat dalam pemantauan fungsi ginjal dan perkembangan
penyakit.
Pemeriksaan elektrolit. Pasien yang mengalami penurunan lajut filtrasi glomerulus
tidak mampu mengeksresikan kalium. Katabolisme protein mengahasilkan pelepasan
kalium seluler ke dalam cairan tubuh, menyebabkan hiperkalemia berat. Hiperkalemia
menyebabkandisritmiadanhentijantung.
Pemeriksan pH. Pasien oliguri akut tidak dapat emngeliminasi muatan metabolik
seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik normal. Selain itu,
mekanisme bufer ginjal normal turun. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan
kandungankarbon dioksidadarah danpH darahsehingga asidosis metabolikprogresif
menyertaigagalginjal.
PenatalaksanaanMedis
Tujuanpenatalaksanaanadalahmenjagakeseimbangandanmencegahkomplikasi,
yangmeliputihalhalsebagaiberikut.
Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
serius,sepertihiperkalemia,perikarditis,dankejang.Dialisismemperbaikiabnormalitas
biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkankecenderunganperdarahandanmembantupenyembuhanluka.
Koreksihiperkalemi.Peningkatankadarkaliumdapatdikurangidenganpemberianion
pengganti resin (natrium polistriren sulfonat), secara oral atau melalui retensi enema.
Natrium polistriren sulfonat bekerja dengan mengubah ion kalium menjadi natrium di
saluranintenstinal.
Terapicairan
Dietrendahprotein,tinggikarbohidrat
Koreksiasidosisdengannatriumbikarbonatdandialisis
AnalisaData
symptom
Etiologi
Problem
fase diuresis dari Defisit volume
DS:
cairan
DO:perubahan pola gagalginjalakut
kemih,warna
urin
pekat,penurunan urine
output<400ml/hari.
penurunan pH Aktual/risiko tinggi
DS:
pada
gangguan
Aktual/risiko tinggi
konduksi
aritmia.
elektrikal efek
sekunder dari
hiperkalemi
kerusakan
Aktual/risiko tinggi
hantaran saraf kejang
sekunder dari
kabur,kramotot,azotemia. abnormalitas
elektrolit dan
uremia.
gangguan
DS:
transmisi selsel
DO:kehilangan
sarafsekunderdari
kemampuan
hiperkalsemi
konsentrasi,kehilangan
memori,penurunanlapang
pandang.
intakenutrisiyang
DS:
tidak adekuat
DO:muntah,anoreksia,le
sekunder dari
mah.
anoreksi, mual,
muntah
edemaekstremitas,
DS:
kelemahan fisik
DO:lemah,ada
edema,terlihatsakitberat. secaraumum
DS:
DO:bingung dengan
kondisinya,peningkatan
TTV,ketidakmampuan
berkonsentrasi,
Aktual/risiko tinggi
defisitneurologis
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhantubuh
Gangguan ADL
(Activity Daily
Living)
prognosis
cemas
penyakit,
ancaman, kondisi
sakit,
dan
perubahan
kesehatan
3.2 Diagnosakeperawatan
1. Defisitvolumecairanb.d.fasediuresisdarigagalginjalakut
2. Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif b.d penurunan pH pada ciaran
serebrospinal,perembesancairan,kongestiparuefeksekunderperubahanmembran
kapileralveolidanretensicairaninterstisialdariedemaparupadaresponsasidosis
metabolik
3. Aktual/risikotinggimenurunnyacurahjantungb.dpenurunankontraktilitasventrikel
kiri,perubahanfrekuensi,irama,konduksielektrikalefeksekunderpenurunanpH,
hiperkalemi,danuremia
4. Aktual/risikopenurunanperfusiserebralb.d.penurunanpHpadacairanserebrospinal
efeksekunderdariasidosismetabolik
5. Aktual/risiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal efek sekunder dari
hiperkalemi
6. Aktual/risikotinggikejangb.dkerusakanhantaransarafsekunderdariabnormalitas
elektrolitdanuremia.
7. Aktual/risikotinggidefisitneurologisb.dgangguantransmisiselselsarafsekunder
darihiperkalsemi
8. Ketidakseimbangannutrisikurangdarikebutuhantubuhb.dintakenutrisiyangtidak
adekuatsekunderdarianoreksi,mual,muntah
9. Gangguan ADL (Activity Daily Living) b.d edema ekstremitas, kelemahan fisik
secaraumum
10. Kecemasanb.dprognosispenyakit,ancaman,kondisisakit,danperubahankesehatan
3.3 Intervensi
Rencana keperawatan yang dilakukan bertujuan menurunkan keluhan klien,
menghindaripenurunandarifungsiginjal,sertamenurunkanrisikokomplikasi.
Diag Tujuan dan
Intervensi
nose criteria hasil
1.
Tujuan
:1. Monitoring status
1.
cairan (turgor kulit,
defisit
membran mukosa,
volume
urine output)
2. Auskultasi TD dan
cairan dapat
timbang berat badan.
teratasi
3. Programkan untuk
dialysis.
Kriteria
4. Kaji warna kulit,
evaluasi :
suhu, sianosis, nadi
perifer, dan diaforesis 2.
Klien tidak
secara teratur.
mengeluh 5. Kolaborasi
Pertahankan
pusing,
pemberian cairan
membran
secara intravena
3.
mukosa
lembab,
turgor
kulit
normal, TTV
dalam
batas
normal, CRT
<
detik,
Rasional
ml/hari
2.
Laboratorium
: nilai
hematokrit
dan protein
serum
meningkat,
BUN/Kreatin
in menurun
Tujuan:tidak 1. Kaji faktor penyebab1.
asidosis metabolic.
terjadi
2. Monitor ketat TTV.
perubahan 3. Istirahatkan klien 2.
dengan posisi fowler.
Mengeidentifikasi untuk
mengatasi penyebab dasar
dari asidosis metabolic.
Perubahan TTV akan
memberikan dampak pada
pola napas
5.
0,005,
HCO, 24
2
mEq/L,
dan PaCO,
40 mmHg
6.
7.
8.
3.
6.
untuk menghindari
komplikasi yang tidak
diharapkan
Banyak faktor yang
menyebabkan hiperkalemia
dan penanganan disesuaikan
dengan faktor penyebab.
Makanan yang mengandung
kalium tinggi yang harus
dihindari termausk kopi,
cocoa, the, buah yang
dikeringkan, kacang yang
dikeringkan, dan roti gandum
utuh. Susu dan telur juga
mengandung kalium yang
cukup besar. Sebaliknya,
makanan dengan kandungan
kalium minimal termasuk
mentega, margarin, sari buah,
atau saus cranbeery, bir jahe,
permen karet, atau gula-gula
(permen), root beer, gula dan
madu.
Adanya perubahan TTV
secara cepat dapat menjadi
pencetus aritmia pada klien
hipokalemi.
Upaya deteksi berencana
untuk mencegah hiperkalemi.
Asidosis dan kerusakan
jaringan seperti pada luka
bakat atau cedera remuk,
dapat menyebabkan
perpindahan kalium dari ICF
ke ECF, dan masih ada halhal lain yang dapat
menyebabkan hiperkalemia.
Akhirnya, larutan IV yang
mengandung kalium harus
diberikan perlahan-lahan
untuk mencegah terjadinya
beban kalium berlebihan
latrogenik.
Aspek yang paling penting
dari pencegahan
hiperkalemia adalah
mengenali keadaan klinis
yang dapat menimbulkan
hiperkalemia karena
hiperkalemia adalah akibat
4.
Tujuan
perfusi
jaringan
dapat
tercapai
secara
optimal.
Kriteria
evaluasi :
Klien tidak
gelisah, tidak
4.
ada keluhan
nyeri kepala,
mual, kajang,
5.
GCS 4,5,6,
pupil isokor,
6.
refleks
cahaya (+).
Tanda-tanda
vital normal
(nadi 60-100
kali/menit,
suhu
36-
36,70C,
pernapasan
16-20
kali/menit),
serta klien
tidak
mengalami
defisit
neurologis
seperti
lemas,
agitasi,
iritabel,
hiperefleksia,
dan
spastisitas
dapat terjadi
hingga
akhirnya
mengeluarkan napas
apabila bergerak atau
berbalik di tempat
tidur.
Anjurkan klien untuk
menghindari batuk
dan mengejan
3.
berlebihan
Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
batasi pengunjung.
Monitor kalium
serum
timbul koma,
kejang
5.
Tujuan
DAFTARPUSTAKA
Mansjoer,Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran.edisi 3,jilid 1. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin,Arif,Kumala Sari.2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba
Medika.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.
Wilkinson,Judith M,dkk.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.NANDA,Intervensi
NIC,criteria Hasil NOC,edisi 9.Jakarta :EGC
www.google.com.asuhan keperawatan gagal ginjal akut.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gagal ginjal atau Acute renal failure (ARF) dapat diartikan sebagai penurunan
cepat/tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh
peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan konsentrasi BUN
[Blood Urea Nitrogen] . Akan tetapi biasanya segera setelah cedera ginjal terjadi, tingkat
konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan adanya kerusakan ginjal
adalah penurunan produksi urin.
Gagal ginjal Adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat
sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif disertai kenaikan
ureum dan kreatinin darah (Imam Parsoedi A dan Ag. Soewito :Ilmu Penyakit dalam Jilid
II;91 )
B.
Rumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana gambaran
klinis dan penatalaksanaan serta perjalanan penyakit pasien yang menderita penyakit
Gagal Ginjal Akut
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah agar mahasiswa khususnya saya sendiri dapat
mempelajari dan mengetahui definisi, manifestasi klinis, etiologi, patofisiologi,
komplikasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, pengobatan, dan diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul. Selain itu penulisan laporan kasus ini juga bertujuan
untuk memenuhi tugas praktek keperawatan dewasa I.
D. Manfaat penulisan
1. Meningkatkan pemahaman kepada mahasiswa dan saya sendiri mengenai definisi,
etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penyakit Gagal
Ginjal Akut
2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa khususnya saya sendiri tentang penyakit
Gagal Ginjal Akut dan gejala-gejalanya di sertai tindakan yang harus diambil untuk
pencegahannya sebagai langkah awal dalam mengantisipasi penyakit Gagal Ginjal Akut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak dengan akibat
hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Akibat
penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan metabolit persenyawaan nitrogen seperti
ureum dan kreatinin, serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang seharusnya
dikeluarkan oleh ginjal. Kriteria diagnosis GGA yaitu terjadinya peningkatan kadar
kreatinin darah secara progresif 0,5 mg/dL per hari. Peningkatan kadar ureum darah adalah
sekitar 10-20 mg/dL per hari, kecuali bila terjadi keadaan hiperkatabolisme dapat
mencapai 100 mg/dL per hari.
Manifestasi klinik GGA dapat bersifat: oligurik dan non oligurik. Definisi oliguria
adalah < 240 ml/m /hari. Pada neonatus dipakai kriteria < 1,0 ml/kgBB/jam. Pada GGA
non oligurik ditemukan diuresis 1-2 ml/kgBB/jam disertai peningkatan kadar ureum dan
kreatinin darah. Keadaan ini sering dijumpai pada GGA akibat pemakaian obat
nefrotoksik, antara lain aminoglikosida.
B.
Manifestasi klinik
Gejala klinis yang berhubungan dengan GGA adalah: pucat (anemia), oliguria,
edema, hipertensi, muntah, letargi, dan pernapasan Kussmaul karena terjadi asidosis
metabolik. Pada kasus yang datang terlambat gejala komplikasi GGA ditemukan lebih
menonjol yaitu gejala kelebihan (overload) cairan berupa sesak napas akibat gagal jantung
kongestif dan edema paru, aritmia jantung akibat hiperkalemia, perdarahan gastrointestinal
berupa hematemesis dengan atau tanpa melena akibat gastritis, kejang-kejang dan
kesadaran menurun sampai koma. GGA dapat bersifat non-oligurik, yang sukar dideteksi
pada saat awal kalau tidak dilakukan pemeriksaan ureum dan kreatinin darah pada pasien
yang dicurigai misalnya pada pasien yang mendapat obat nefrotoksik
C.
1.
a.
a)
b)
b.
a)
b)
c)
c.
a)
Etiologi
GGA prarenal
Hipovolemia
Pendarahan
Kehilangan cairan melalui GIT seperti muntah dan diare
Penurunan volume vaskular efektif
Sepsis akibat vasodilatasi
Luka bakar, trauma akibat pengumpulan cairan di ruang ketiga
Sindrom nefrotik akibat hipoalbuminemia dan edema yang hebat.
Penurunan cardiac output
Gagal jantung
b)
c)
2.
a.
a)
b.
a)
b)
c.
a)
b)
c)
d.
a)
e.
a)
b)
c)
Kardiomiopati
Pasca bedah jantung
GGA renal / intrinsik
Kelainan vaskular intrarenal
Sindrom hemolitik uremik (trias anemia hemolitik mikroangiopati, trombositopenia, gagal
ginjal akut)
Trombosis arteri/vena renalis
Vaskulitis misalnya pada poliarteritis nodosa, purpura Schonlein Henoch Pupura Henoch
Schonlein adalah vaskulitis sistemik pembuluh darah kecil akibat reaksi imunologis, yang
secara primer menyerang kulit, saluran cerna, sendi, & ginjal. b.
Glomerulonefritis
Pasca streptokokus
GN kresentik: idiopatik dan sindrom Goodpasture.
Nefritis interstisial
Obat
Infeksi
Pielonefritis
Kerusakan tubulus
Nekrosis tubular akut
Tipe iskemik: GGA prarenal yang berlangsung lama
Tipe nefrotoksik: obat aminoglikosida, hemoglobinuria, mioglobinuria
Anomali Kongenital ginjal
Agenesis ginjal
Ginjal polikistik
Ginjal hipoplastik - displastik
3.
a.
a)
b)
b.
a)
b)
c)
c.
b)
c)
D. Patofisiologi
1. GGA prarenal
Oleh karena berbagai sebab prarenal, volume sirkulasi darah total atau efektif
menurun, curah jantung menurun, dengan akibat aliran darah ke korteks ginjal menurun
dan laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun. Tetapi fungsi reabsorbsi tubulus terhadap air
dan garam terus berlangsung. Oleh karena itu pada GGA prarenal ditemukan hasil
pemeriksaan osmolalitas urin yang tinggi >300 mOsm/kg dan konsentrasi natrium urin
yang rendah <20 mmol/L serta fraksi ekskresi natrium (FENa) yang rendah (<1%).
Sebaliknya bila telah terjadi nekrosis tubulus (GGA renal) maka daya reabsorbsi tubulus
tidak berfungsi lagi. Ditemukan kadar osmolalitas urin yang rendah <300 mOsm/kg
sedangkan kadar natrium urin tinggi >20 mmol/L dan FENa urin juga tinggi (>1%).
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk membedakan apakah pasien GGA prarenal yang
terjadi sudah menjadi GGA renal. GGA renal terjadi apabila hipoperfusi prarenal tidak
cepat ditanggulangi sehingga terjadi kerusakan parenkim ginjal. Pembedaan ini penting
karena GGA prarenal memberi respons diuresis pada pemberian cairan adekuat dengan
atau tanpa diuretika, sedangkan pada GGA renal tidak.
Beberapa mekanisme terjadi pada hipoperfusi. Peningkatan pelepasan renin dari
aparatus jukstaglomerularis menyebabkan peningkatan produksi aldosteron, di mana
terjadi peningkatan resorbsi natrium di tubulus kolektivus. Sebagai tambahan, penurunan
volume cairan ekstraseluler menstimulasi pelepasan hormon antidiuretik (ADH), terjadilah
peningkatan absorbsi air di medulla. Hasil akhirnya adalah penurunan volume urin,
penurunan kadar natrium urin, yang semuanya adalah karakteristik dari GGA prarenal.
Penyebab tersering GGA prarenal pada anak adalah dehidrasi berat karena muntah dan
diare, perdarahan, luka bakar, syok septik, sindrom nefrotik, pembedahan jantung, dan
gagal jantung.
2. GGA renal
Berdasarkan etiologi penyakit, penyebab GGA renal dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok: kelainan vaskular, glomerulus, tubulus, interstisial, dan anomali kongenital.
Tubulus ginjal yang merupakan tempat utama penggunaan energi pada ginjal, mudah
mengalami kerusakan bila terjadi iskemia atau oleh obat nefrotoksik oleh karena itu
kelainan tubulus berupa nekrosis tubular akut adalah penyebab tersering dari GGA renal.
Kelainan Tubulus ( Nekrosis Tubular Akut / NTA)
NTA mengacu pada temuan histologik yang sering terdapat pada GGA. Bentuk
nekrosis tubulus ada 2 tipe. Tipe pertama terjadi akibat zat nefrotoksik misalnya
merkuriklorida; terjadi kerusakan sel-sel tubulus yang luas (tubulolisis) tetapi membran
basal tubulus tetap utuh. Sel-sel tubulus yang mengalami nekrosis masuk ke lumen tubulus
dan dapat menyumbat lumen. Tipe kedua akibat iskemia, kerusakan terjadi lebih distal dan
setempat dengan kerusakan fokal pada membran basal tubulus (tubuloreksis). NTA tipe
iskemik ditemukan akibat gastroenteritis dehidrasi, sindrom nefrotik, luka bakar,
septisemia gram negatif dan asfiksia perinatal, sedangkan tipe nefrotoksik ditemukan
akibat karbon tetraklorida, hemoglobin, atau mioglobinuria, obat aminoglikosida.
Mekanisme terjadinya gagal ginjal pada NTA masih belum jelas. Beberapa
mekanisme yang dianggap berperan adalah perubahan hemodinamik intrarenal, obstruksi
tubulus oleh sel dan jaringan yang rusak dan perembesan pasif filtrat tubulus melalui
dinding tubulus yang rusak masuk ke jaringan interstisial dan peritubular. Pada GGA aliran
darah ginjal menurun 40-50%, daerah korteks lebih terkena daripada medula. Beberapa
mediator diduga berperan sebagai penyebab vasokonstriksi ginjal yaitu angiotensin II,
menurunnya vasodilator prostaglandin, stimulasi saraf simpatis, vasopresin, dan endotelin.
Kelainan Vaskular
Kelainan vaskular sebagai penyebab GGA dapat berupa trombosis atau vaskulitis.
Trombosis arteri atau vena renalis dapat terjadi: pada neonatus yang mengalami
kateterisasi arteri umbilikalis, diabetes melitus maternal, asfiksia dan kelainan jantung
bawaan sianotik. Pada anak besar kelainan vaskular yang menyebabkan GGA ditemukan
pada pasien Sindrom Hemolitik Uremik (SHU). SHU adalah penyebab GGA intrinsik
tersering yang dikarenakan kerusakan kapiler glomerulus; paling sering menyertai suatu
episode gastroenteritis yang disebabkan oleh strain enteropatogen
Escherichia coli
(0157:H7). Organisme ini menyebarkan toksin yang disebut verotoksin yang
tampaknya diabsorbsi dari usus dan memulai kerusakan sel endotel. Pada SHU terjadi
kerusakan sel endotel glomerulus yang mengakibatkan terjadinya deposisi trombus
trombosit-fibrin. Selanjutnya terjadi konsumsi trombosit, kerusakan sel darah merah
eritrosit yang melalui jaring-jaring fibrin dan obliterasi kapiler glomerulus, kelainan ini
a.
b.
c.
d.
a.
b.
a.
b.
c.
3.
4.
disebut mikroangiopati. Kelainan vaskular yang lain yang dapat terjadi adalah vaskulitis.
Penurunan LFG disebabkan oleh penurunan aliran darah ginjal karena terjadi peningkatan
resistensi akibat kerusakan pembuluh darah dan penurunan permukaan filtrasi.
Kelainan Glomerulus
GGA karena kelainan glomerulus dapat ditemukan pada:
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokok (GNAPS)
Glomerulonefritis membranoproliferatif tipe 2 (dense deposit)
Glomerulonefritis kresentik idiopatik
Sindrom Goodpasture
Pada GNAPS terjadi pada <1% pasien dan disebabkan karena menyempitnya
kapiler-kapiler glomerulus, terhimpit oleh proliferasi sel mesangial dan sel endotel kapiler
sendiri.
Kelainan interstisial
Ditemukan pada:
Nefritis interstisial akut misalnya pada pasien artritis rheumatoid juvenil atau pemakaian
obat-obatan
Pielonefritis akut. Lebih sering ditemukan pada neonatus dan sering disertai sepsis.
Anomali kongenital
Anomali kongenital yang dapat menyebabkan GGA ialah:
Agenesis ginjal bilateral
Ginjal hipoplastik
Ginjal polikistik infantil Terjadinya GGA karena jumlah populasi nefron sedikit atau tidak
ada sama sekali.
GGA pascarenal
Obstruksi aliran urin dapat bersifat kongenital atau didapat. Istilah obstruksi
pascarenal adalah obstruksi yang terjadi distal dari nefron. GGA pascarenal terjadi ketika
obstruksi melibatkan kedua ginjal atau satu ginjal pada orang dengan satu ginjal. Kelainan
kongenital yang paling sering menyebabkan GGA pascarenal adalah katup uretra posterior.
Di Indonesia GGA pascarenal didapat biasanya adalah akibat dari kristal-kristal jengkol
(intoksikasi jengkol). Mirip dengan GGA prarenal, kerusakan parenkim ginjal dapat
minimal, dan tergantung dari lamanya obstruksi berlangsung serta sifat kepenuhan
obstruksi. GGA pascarenal biasanya reversibel apabila dikenali dan dikoreksi secara dini.
Adaptasi fungsional ginjal terhadap obstruksi terjadi sejalan dengan waktu. Pada
stadium awal, aliran darah ginjal biasanya meningkat walaupun LFG dan volume urin
menurun. Osmolalitas urin dapat tinggi dengan konsentrasi natrium urin yang rendah
seperti yang terlihat pada GGA prarenal. Stadium ini berlangsung cepat dan sering tidak
dikenali. Stadium akhir ditandai dengan penurunan aliran darah ke ginjal dan disfungsi
tubular sehingga menghasilkan urin yang encer dengan peningkatan konsentrasi natrium.
Hilangnya obstruksi pada fase awal GGA dapat mengakibatkan diuresis yang berlebihan,
di sini berperan faktor intrinsik dalam ginjal dan juga akibat penumpukan cairan pada saat
oligo/anuria. Makin lama obstruksi, makin sedikit kemungkinan LFG untuk pulih kembali.
Obstruksi kurang dari 7 hari sangat mungkin dapat mengalami perbaikan LFG secara
penuh, tetapi lebih lama kemungkinan ini bertambah sedikit. Bukti yang ada saat ini
menunjukkan bahwa obstruksi jangka pendek (72 jam) ternyata sudah menimbulkan
kerusakan permanen pada nefron, dan pulihnya LFG kembali normal adalah akibat dari
hiperfiltrasi nefron yang masih sehat. Tergantung pada derajat dan durasi obstruksi,
pengeluaran urin dapat bervariasi dari tidak sama sekali sampai beberapa liter per hari.
Tetapi pengeluaran urin saja tidak dapat dipakai untuk membedakan GGA pascarenal dari
GGA prarenal dan GGA renal/intrinsik.
GGA pada Gagal Ginjal Kronik (GGK)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
E.
F.
1.
2.
3.
4.
5.
Salah satu yang harus dicari dan disingkirkan dalam menghadapi pasien GGA adalah
apakah pasien tidak menderita GGA pada GGK atau bahkan suatu gagal ginjal terminal.
GGA pada GGK terjadi apabila pasien GGK mengalami diare akut dengan dehidrasi,
infeksi saluran kemih, obstruksi saluran kemih. Untuk mencari kedua kemungkinan
tersebut maka perlu ditanyakan riwayat dan gejala penyakit gagal ginjal kronik
sebelumnya, antara lain:
Apakah ada riwayat atau gejala penyakit ginjal sebelumnya seperti hematuria, bengkak,
sering sakit kencing, dll.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit ginjal yang membuat kita berpikir ke arah
nefropati herediter misalnya; Sindrom Alport, ginjal polikistik, dll.
Adanya hambatan pertumbuhan.
Bila pasien hipertensi, apakah ada tanda-tanda retinopati hipertensif kronik.
Adanya anemia berat juga merupakan tanda dari GGK, akan tetapi penilaian harus hatihati, karena prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi, dan adanya hemodilusi pada
pasien GGA yang mendapat pemberian cairan berlebih sebelumnya.
Bila perlu dilakukan bone survey untuk menemukan tanda osteodistrofi ginjal.
Pemeriksaan radiologi ginjal (USG, foto polos abdomen) untuk melihat pengerutan kedua
ginjal dan hidronefrosis bilateral lanjut.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari gagal ginjal akut di antaranya gagal ginjal kronik,
infeksi, dan sindrom uremia. Untuk gagal ginjal kronik, terapi sesuai tatalaksana GGK
pada umumnya, bila sudah parah dilakukan dialisis dan transplantasi ginjal. Komplikasi
infeksi sering merupakan penyabab kematian pada GGA, dan harus segera diberantas
dengan antibiotika yang adekuat. Bila LFG menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus
mendekati nol, maka pasien akan menderita sindrom uremik, yaitu suatu kompleks gejala
yang terjadi akibat atau berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen karena gagal ginjal.
Sindrom uremia ditangani secara simtomatik.
Pemeriksaan penunjang
Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia,
hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
6. Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal
rusak.
7. Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin,
porfirin.
8. Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh :
glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk memekatkan;
menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
9. PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal
kronik.
10. Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio
urine/serum sering 1:1.
11. Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin
serum menunjukan peningkatan bermakna.
12. Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak
mampu mengabsorbsi natrium.
13. Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
14. SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan GF.
15. Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan glomerulus bila
SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM
menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
16. Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan selular
dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA.
Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.
Darah :
1. Hb. : menurun pada adanya anemia.
2. Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
3. PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan kemampuan
ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir metabolism.
4. BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5. Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6. Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan selular
( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
7. Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi
8. Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9. Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10. Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine,
perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan
asam amino esensial
11. CT.Scan
12. MRI
13. EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
G. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan
darah, dan status klinis pasien.
Masukan dan haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses,
drainase luka, dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi
penggantian cairan.
2. Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan darurat
sementara untuk menangani heperkalemia) Natrium polistriren sulfonat (kayexalate)
(terapi jangka pendek dan digunakan bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain)
Pembatasan diit kalium Dialisis
3. Menurunkan laju metabolisme
a. Tirah baring
b. Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
4. Pertimbangan nutrisional
a. Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
b. Tinggi karbohidrat
c.
d.
5.
a.
b.
c.
6.
a.
b.
c.
7.
a.
b.
c.
d.
e.
Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi, maksimal
2 gram/hari
Bila perlu nutrisi parenteral
Merawat kulit
Masase area tonjolan tulang
Alih baring dengan sering
Mandi dengan air dingin
Koreksi asidosis
Memantau gas darah arteri
Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk mengurangi
keasaman
Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas
biokimia, menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu penyembuhan luka.
Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk segera dilakukan
dialisis :
Volume overload
Kalium > 6 mEq/L
Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang dari 15 mEq/L)
BUN > 120 mg/dl
Perubahan mental signifikan
H. Diagnosa keperawatan
1. kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme
protein
3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet,
anemia.
4. Resiko infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
mengingat.
I. Noc & Nic
1. kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
Noc
Nic
skala :
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: menunjukan secara konsisten
Nic
Nic
Activity Tollerance
Energy Conservation
Nutritional Status: Energy
Energy Management :
4.
Nic
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
pasien dengan penyakit kurang
pengetahuan diharapkan dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
melaksanakan
prosedur
yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
skala :
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: menunjukan secara konsisten
Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal ginjal akut ( GGA ) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai
dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan kemampuan
fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk keseimbangan
dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal
yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia.
Peningkatan kadar kreatinin juga bisa disebabkan oleh obat-obatan (misalnya
cimetidin dan trimehoprim) yang menghambat sekresi tubular ginjal. Peningkatan tingkat
BUN juga dapat terjadi tanpa disertai kerusakan ginjal, seperti pada perdarahan mukosa
atau saluran pencernaan, penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itu
diperlukan pengkajian yang hati-hati dalam menentukan apakah seseorang terkena
kerusakan ginjal atau tidak
B. Saran
Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah
terjangkitnya penyakit gagal ginjal dan mempercepat penyembuhan. Penatalaksanaan yang
efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah
terjadinya komplikasi.
Daftar pustaka
Ganong. W.F., editor Widjajakusumah D.H.M., 2001., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran., edisi
Bahasa Indonesia., Jakarta., EGC
Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta
Ilmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15, Glomerulonefritis akut pasca
streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.
Guyton.A.C, 1996.Teksbook of Medical Physiology, philadelpia. Elsevier saunders
Rusdidjas, Ramayati R, 2002. Infeksi saluran kemih. In Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,
Pardede SO. Buku ajar Nefrologi Anak. 2 nd .Ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 142-163
Lambert H, Coulthard M, 2003. The child with urinary tract infection. In : Webb NJ.A,
Postlethwaite RJ ed. Clinical Paediatric Nephrology.3 rd ED. Great Britain: Oxford
Universsity Press., 197-22
Posted by Eko Putera Sampoerna at 5:38 AM
Labels: Makalah
berdasarkan
pemeriksaan
laboratorium
ditegakkan
bila
terjadi
peningkatan secara mendadak kreatin serum 0,5 mg% pada pasien dengan
kadar kreatinin awal <2,5 mg% atau
>2,5 mg%.
Penyebab dari GGA ini dapat dibagi menjad 3, yaitu penyebab pre renal,
renal, dan post renal. GGA post renal merupakan 10% dari keseluruhan GGA.
GGA post renal disebabkan oleh obstruksi intrarenal dan ekstrarenal. Obstruksi
intrarenal terjadi karena deposisi kristal (urat, oksalat, sulfonamid) dan protein
(mioglobin , hemoglobin). Obstruksi ekstra renal dapat terjadi pada pelvisureter oleh obstruksi intrinsik
definisi,
patofisiologi,
klasifikasi,
diagnosis,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI & FISIOLOGI GINJAL
ANATOMI GINJAL
Ginjal terletak di dalam ruang retroperitoneum sedikit di atas ketinggian
umbilicus dan kisaran panjang serta beratnya berturut-turut dari kira-kira 6 cm
dan 24 gr pada bayi cukup bulan sampai 12 cm atau lebih dan 150 gr pada
orang dewasa. Ginjal mempunyai lapisan luar, korteks yang berisi glomeruli,
tubulus kontortus proksimal-distal dan duktus kolektivus, serta di lapisan
dalam, medulla, yang mengandung bagian-bagian tubulus yang lurus,
lengkung (ansa) henle, vasa rekta dan duktus koligens terminal.
Pasokan darah pada setiap ginjal biasanya terdiri dari arteri renalis
utama yang keluar dari aorta; arteri renalis multiple bukannya tidak lazim
dijumpai. Arteri renalis utama membagi menjadi bercabang-cabang segmental
dalam medulla, dan arteri-arteri ini menjadi arteri interlobaris yang melewati
medulla ke batas antara korteks dan medulla. Pada daerah ini, arteri
interlobaris bercabang membentuk arteri arkuata, yang berjalan sejajar
dengan permukaan ginjal. Arteri interlobaris berasal dari arteri arkuata dan
arteriole
eferen.
Arteriole
eferen
glomerulus
dekat
medulla
mempunyai
(fenestrasi).
sitoplasma
Membrane
sangat
basalis
tipis
glomerulus
yang
berisi
(MBG)
banyak
lubang
membentuk
lapisan
berkelanjutan antara endotel dan sel mesangium pada satu sisi dengan sel
epitel pada sisi yang lain. Membrane ini mempunyai 3 lapisan :
dinding
kapiler.
Mesangium
dapat
berperan
sebagai
struktur
pengangkutan
melalui
saluran
intraseluler
ke
daerah
Filtrasi Glomerulus
Saat darah melewati kapiler glomerulus, plasmanya difiltrasi melalui
dinding kapiler glomerulus. Ultrafiltrat, yang bebas sel, mengandung semua
substansi dalam plasma (elektrolit, glukosa, fosfat, urea, kreatinin, peptide,
protein dengan berat molekul rendah), kecuali protein (seperti albumin dan
globulin) yang mempunyai berat molekul lebih dari 68.000. filtrate terkumpul
di ruang bowman dan masuk tubulus, dimana komposisinya diubah sesuai
dengan kebutuhan tubuh sampai filtrate tersebut meninggalkan ginjal sebagai
urin.
Filtrasi glomerulus adalah hasil akhir dari gaya-gaya yang berlawanan
melewati dinding kapiler. Gaya ultrafiltrasi (tekanan hidrostatis kapiler
glomerulus) berasal dari tekanan arteri sistemik, yang di ubah oleh tonus
arteriole aferen dan eferen. Gaya utama yang melawan ultrafiltrasi adalah
tekanan onkotik kapiler glomerulus, yang dibentuk oleh perbedaan tekanan
antara kadar protein plasma yang tinggi dalam kapiler dan ultrafiltrat yang
hampir saja bebas protein dalam ruang bowman. Filtrasi dapat diubah oleh
kecepatan aliran plasma glomerulus, tekanan hidrostatis dalam ruang
bowman, dan permeabilitas dari dinding kapiler glomerulus. Permeabilitas,
seperti yang diukur dengan koefisien ultrafiltrasi (K1) adalah hasil kali
permeabilitas air pada membrane dan luas permukaan kapiler glomerulus
total yang tersedia untuk filtrasi.
Meskipun filtrasi glomerulus telah dimulai sekitar minggu ke 9
kehidupan janin, fungsi ginjal tampaknya tidak diperlukan untuk homeostasis
intrauteri normal, plasenta berperan sebagai organ ekskresi utama. Setelah
lahir, kecepatan filtrasi glomerulus naik sampai pertumbuhan berhenti pada
akhir umur decade ke-2. Untuk mempermudah perbandingan kecepatan filtrasi
glomerulus (KFG) anak dan orang dewasa, kecepatan tersebut distandarisasi
terhadap luas permukaan tubuh (1,73 m2) dari orang dewasa berat 70 kg.
Bahkan setelah koreksi terhadap luas permukaan tubuh, KFG anak tidak
mendekati nilai KFG dewasa sampai usia tahun ke 3.
= 0,33
= 0,45
1-12 tahun
= 0,55
= 0,70
Fisiologi Ginjal
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi
cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan
ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus.
Fungsi utama ginjal terbagi menjadi :
1.
Fungsi ekskresi
Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mOsmol dengan mengubah
ekskresi air.
2.
suatu vasodilator
Menghasilkan eritropoietin yaitu suatu faktor yang penting dalam stimulasi
berkepanjangan.
Menghancurkan/menginaktivasi berbagai hormone, seperti : angiotensin II,
yang
paling
penting
untuk
dibersihkan
adalah
hasil
akhir
metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan lain-lain. Selain itu ion-ion
natrium, kalium, klorida dan hidrogen yang cenderung untuk berakumulasi
dalam tubuh secara berlebihan.
2.2 DEFINISI
Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinik akibat adanya
gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa jam
sampai beberapa hari) yang menyebabkan retensi sisa metabolisme nitrogen
(urea-kreatinin)
dan
non-nitrogen,
dengan
atau
tanpa
disertai
oliguri.
Tergantung dari keparahan dan lamanya gangguan fungsi ginjal, retensi sisa
metabolisme tersebut dapat disertai dengan gangguan metabolik lainnya
seperti asidosis dan hiperkalemia, gangguan keseimbangan cairan serta
dampak terhadap berbagai organ tubuh lainnya. Diagnosis GGA berdasarkan
pemeriksaan
laboratorium
ditegakkan
bila
terjadi
peningkatan
secara
mendadak kreatinin serum 0,5 mg% pada pasien dengan kadar kreatinin awal
<2,5 mg% atau meningkatkan >20% bila kreatinin awal >2,5mg%.
Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal
akut (GGA, acute renal failure [ARF]) merupakan salah satu sindrom dalam
bidang nefrologi yang dalam 15 tahun terakhir menunjukkan peningkatan
insidens. Peningkatan insidens AKI antara lain dikaitkan dengan peningkatan
sensitivitas kriteria diagnosis yang menyebabkan kasus yang lebih ringan
dapat terdiagnosis. Selain itu, juga disebabkan oleh peningkatan nyata kasus
AKI akibat meningkatnya populasi usia lanjut dengan penyakit komorbid yang
beragam, meningkatnya jumlah prosedur transplantasi organ selain ginjal,
intervensi diagnostik dan terapeutik yang lebih agresif.
yang
menyebabkan
hilangnya
kemampuan
ginjal
untuk
ginjal
untuk
mengekskresi
sisa
metabolisme
nitrogen,
menjadi
injury
dianggap
lebih
tepat
menggambarkan
patologi
gangguan ginjal.
Kriteria yang melengkapi definisi AKI menyangkut beberapa hal antara lain
(1) kriteria diagnosis harus mencakup semua tahap penyakit; (2) sedikit saja
perbedaan kadar kreatinin (Cr) serum ternyata mempengaruhi prognosis
penderita; (3) kriteria diagnosis mengakomodasi penggunaan penanda yang
sensitif yaitu penurunan urine output (UO) yang seringkali mendahului
peningkatan Cr serum; (4)penetapan gangguan ginjal berdasarkan kadar Cr
serum, UO dan LFG mengingat belum adanya penanda biologis (biomarker)
penurunan fungsi ginjal yang mudah dan dapat dilakukan di mana saja.
2.3 ETIOLOGI
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan patogenesis
AKI,
yakni
(1)
penyakit
yang
menyebabkan
hipoperfusi
ginjal
tanpa
dari tempat terjadinya AKI. Salah satu cara klasifikasi etiologi AKI dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi etiologi AKI (Robert Sinto, 2010)
AKI Prarenal
I. Hipovolemia
Kehilangan cairan pada ruang ketiga, ekstravaskular
amphotericin B
Hipoperfusi ginjal lokal
Stenosis a.renalis, hipertensi maligna
IV. Hipoperfusi ginjal dengan gangguan autoregulasi ginjal
Kegagalan penurunan resistensi arteriol aferen
Perubahan struktural (usia lanjut, aterosklerosis, hipertensi
kronik, PGK (penyakit ginjal kronik), hipertensi maligna),
penurunan prostaglandin (penggunaan OAINS, COX-2 inhibi
tor), vasokonstriksi arteriol aferen (sepsis, hiperkalsemia,
sindrom hepatorenal, siklosporin, takrolimus, radiokontras)
Kegagalan peningkatan resistensi arteriol eferen
Penggunaan penyekat ACE, ARB
Stenosis a. renalis
V. Sindrom hiperviskositas
Mieloma multipel, makroglobulinemia, polisitemia
AKI Renal
I. Obstruksi renovaskular
Obstruksi a.renalis (plak aterosklerosis, trombosis, emboli,
I. Obstruksi ureter
Batu, gumpalan darah, papila ginjal, keganasan, kompresi
eksternal
II. Obstruksi leher kandung kemih
2.4 KLASIFIKASI
ADQI mengeluarkan sistem klasifikasi AKI dengan kriteria RIFLE yang terdiri
dari 3 kategori (berdasarkan peningkatan kadar Cr serum atau penurunan LFG
atau kriteria UO) yang menggambarkan beratnya penurunan fungsi ginjal dan
2 kategori yang menggambarkan prognosis gangguan ginjal, seperti yang
terlihat pada tabel 2. (Roesli R, 2007).
Tabel 2. Klasifikasi AKI dengan Kriteria RIFLE, ADQI Revisi 2007
Kategori
Peningkatan kadar
Penurunan LFG
Kriteria UO
<0,5 mL/kg/jam,
SCr
Risk
>6 jam
Injury
<0,5 mL/kg/jam,
>12 jam
Failure
<0,3 mL/kg/jam,
>24 jam
Loss
minggu
End stage
2.5 PATOFISIOLOGI
Unit kerja fungsional ginjal disebut sebagai nefron. Setiap nefron terdiri dari
kapsula
Bowman
yang
mengitari
kontortus proksimal, l e n g k u n g
kapiler
Henle,
dan
glomerolus,
tubulus
tubulus
kon tortu s
d i s t a l y a n g m e n g o s o n g k a n d i r i k e d u k t u s pengumpul.
Dalam
keadaan
ginjal
dan laju
fi ltrasi glomerolus relatif konstan yang diatur oleh suatu mekanisme yang
disebut otoregulasi. Dua mekanisme yang berperan dalam autoregulasi ini
adalah (9):
itu,
norepinefrin,
angiotensin
II,
dan
hormon
lain
juga
dapat
hipovolemi,
mengaktivasi
akan
baroreseptor
terjadi
penurunan
kardiovaskularyang
tekanan
selanjutnya
darah
yang
mengaktivasi
vasokontriksi
arteriol
afferen
yang
terutama
dipengaruhi
oleh
angiotendin-II dan ET-1. Pada hipoperfusi ginjal yang berat (tekanan arteri
rata-rata < 70 mmHg) serta berlangsung dalam jangka waktu yang lama,
maka mekanisme otoregulasi tersebut akan terganggu dimana arteriol afferen
mengalami
vasokontriksi,
terjadi
kontraksi
mesangial
dan
peningkatan
reabsorbsi natrium dan air. Keadaan ini disebut pre renal atau acute kidney
injury fungsional belum terjadi kerusakan struktural dari ginjal. (Sudoyo dkk,
2007)
Penanganan terhadap hipoperfusi ini akan memperbaiki homeostatis intrarenal
menjadi normal kembali. Otoregulasi ginjal bisa dipengaruhi oleh berbagai
macam obat seperti ACE inhibitor, NSAID terutama pada pasien-pasien berusia
di atas 60 tahun dengan kadar serum kreatinin 2mg/dL sehingga dapat terjadi
acute kidney injury pre renal. Proses ini lebih mudah terjadi pada kondisi
hiponatremi, hipotensi, penggunaan diuretik, sirosis hati, dan gagal jantung.
Perlu diingat bahwa pada pasien usia lanjut dapat timbul keadaan-keadaan
yang merupakan resiko AKI pra rena; seperti penyempitan pembuluh darah
ginjal (penyakit renovaskular), penyakit ginjal polikistik, dan nefrosklerosis
intrarenal. (Sudoyo dkk, 2007)
AKI Renal
2.
3.
Kelainan Tubular
Pada kelainan tubular terjadi:
1.
Peningkatan
Ca2+,
yang
menyebabkan
peningkatan
calpain
sostolik
3.
polimer yang akan membentuk materi berupa gel dengan adanya natrium
yang konsentrasinya meningkat pada tubulus distalis. Gel polimerik THP
bersama sel epitel tubulus yang terlepas, baik sel yang sehat, nekrotik,
maupun yang apoptopik, mikrovili dan matriks ekstraseluler seperti fibronektin
akan membentuk silinder-silinder yang akan menyebabkan obstruksi tubulus
ginjal.
4.
ginjal
kronik
(PGK).
Beberapa
patokan
umum
yang
dapat
membedakan kedua keadaan ini antara lain riwayat etiologi PGK, riwayat
etiologi penyebab AKI, pemeriksaan klinis (anemia, neuropati pada PGK) dan
perjalanan penyakit (pemulihan pada AKI) dan ukuran ginjal. Patokan tersebut
tidak sepenuhnya dapat dipakai. Misalnya, ginjal umumnya berukuran kecil
pada PGK, namun dapat pula berukuran normal bahkan membesar seperti
pada neuropati diabetik dan penyakit ginjal polikistik. (Kasper et al, 2005)
Upaya pendekatan diagnosis harus pula mengarah pada penentuan etiologi,
tahap AKI, dan penentuan komplikasi.
Pemeriksaan Klinis
Petunjuk klinis AKI prarenal antara lain adalah gejala haus, penurunan
urine output dan berat badan dan perlu dicari apakah hal tersebut berkaitan
dengan penggunaan OAINS, ACE inhibitor dan ARB. Pada pemeriksaan fisis
dapat ditemukan tanda hipotensi ortostatik dan takikardia, penurunan jugular
venous pressure (JVP), penurunan turgor kulit, mukosa kering, stigmata
penyakit hati kronik dan hipertensi portal, tanda gagal jantung dan sepsis.
Kemungkinan AKI renal iskemia menjadi tinggi bila upaya pemulihan status
hemodinamik tidak memperbaiki tanda AKI.
Diagnosis AKI renal toksik dikaitkan dengan data klinis penggunaan zatzat nefrotoksik ataupun toksin endogen (misalnya mioglobin, hemoglobin,
asam urat). Diagnosis AKI renal lainnya perlu dihubungkan dengan gejala dan
tanda yang menyokong seperti gejala trombosis, glomerulonefritis akut, atau
hipertensi maligna. AKI pascarenal dicurigai apabila terdapat nyeri sudut
kostovertebra atau suprapubik akibat distensi pelviokalises ginjal, kapsul
ginjal, atau kandung kemih. Nyeri pinggang kolik yang menjalar ke daerah
inguinal menandakan obstruksi ureter akut. Keluhan terkait prostat, baik gejala
obstruksi maupun iritatif, dan pembesaran prostat pada pemeriksaan colok
dubur menyokong adanya obstruksi akibat pembesaran prostat. Kandung
kemih neurogenik dapat dikaitkan dengan pengunaan antikolinergik dan
temuan disfungsi saraf otonom. (Sudoyo dkk, 2007)
Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan urinalisis, dapat ditemukan berbagai penanda inflamasi
glomerulus, tubulus, infeksi saluran kemih, atau uropati kristal. Pada AKI
prarenal, sedimen yang didapatkan aselular dan mengandung cast hialin yang
transparan. AKI pascarenal juga menunjukkan gambaran sedimen inaktif,
walaupun hematuria dan piuria dapat ditemukan pada obstruksi intralumen
atau penyakit prostat. AKI renal akan menunjukkan berbagai cast yang dapat
mengarahkan pada penyebab AKI, antara lain pigmented muddy brown
granular cast, cast yang mengandung epitel tubulus yang dapat ditemukan
pada
ATN;
cast
eritrosit
pada
kerusakan
glomerulus
atau
nefritis
Hasil pemeriksaan biokimiawi darah (kadar Na, Cr, urea plasma) dan urin
(osmolalitas urin, kadar Na, Cr, urea urin) secara umum dapat mengarahkan
pada penentuan tipe AKI.
pada
beberapa
keadaan
spesifik
seperti
ARF
renal
akibat
Sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, massa otot, dan latihan fisik
yang berat
2)
Tidak spesifik dan tidak dapat membedakan tipe kerusakan ginjal (iskemia,
nefrotoksik, kerusakan glomerulus atau tubulus)
3)
pengaruh
diuretik.
faktor
prarenal
Keseluruhan
dan
keadaan
sangat dipengaruhi
tersebut
oleh
menggambarkan
kelemahan perangkat diagnosis yang ada saat ini, yang dapat berpengaruh
pada keterlambatan diagnosis dan tata laksana sehingga dapat berpengaruh
pada prognosis penderita.
Dibutuhkan
penanda
biologis
ideal
yang
mudah
diperiksa,
dapat
mendeteksi AKI secara dini sebelum terjadi peningkatan kadar kreatinin, dapat
membedakan
penyebab
AKI,
menentukan
derajat
keparahan
AKI,
dan
menentukan prognosis AKI. Penanda biologis dari spesimen urin yang saat ini
dikembangkan pada umumnya terdiri dari 3 kelompok yakni penanda inflamasi
(NGAL, IL-18), protein tubulus (kidney injury molecule [KIM]-1, Na+/H+
exchanger
isoform
3),
penanda
kerusakan
tubulus
(cystatin
C,
a-1
mikroglobulin, retinol-binding protein, NAG). (Han et al, 2008; Coca et al, 2008)
Berdasarkan penelitian fase 2 dan 3 yang ada saat ini, dapat disimpulkan
bahwa:
NGAL, IL-18, GST-p , dan g-GST merupakan penanda potensial diagnosis dini
AKI
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Terapi nutrisi
kelebihan
cairan
tubuh.
Beberapa
hal
yang
harus
diperhatikan
pada
Pastikan volume sirkulasi efektif sudah optimal, pastikan pasien tidak dalam
keadaan dehidrasi. Jika mungkin, dilakukan pengukuran CVP atau dilakukan
tes cairan dengan pemberian cairan isotonik 250-300 cc dalam 15- 30 menit.
Bila jumlah urin bertambah, lakukan rehidrasi terlebih dahulu.
b.
Tentukan etiologi dan tahap AKI. Pemberian diuretik tidak berguna pada AKI
pascarenal. Pemberian diuretik masih dapat berguna pada AKI tahap awal
(keadaan oligouria kurang dari 12 jam).
Pada awalnya, dapat diberikan furosemid i.v. bolus 40mg. Jika manfaat
tidak terlihat, dosis dapat digandakan atau diberikan tetesan cepat 100-250
mg/kali dalam 1-6 jam atau tetesan lambat 10-20 mg/kgBB/hari dengan dosis
maksimum 1 gram/hari. Usaha tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan
pemberian
cairan
koloid
untuk
meningkatkan
translokasi
cairan
ke
intravaskuler. Bila cara tersebut tidak berhasil (keberhasilan hanya pada 822% kasus), harus dipikirkan terapi lain. Peningkatan dosis lebih lanjut tidak
bermanfaat bahkan dapat menyebabkan toksisitas (Robert, 2010).
Secara
hipotesis,
manitol
meningkatkan
translokasi
cairan
ke
kerusakan
ginjal
lebih
jauh
karena
bersifat
nefrotoksik,
dopamin, juga tidak terdapat korelasi yang baik antara dosis yang diberikan
dengan kadar plasma dopamin. Respons dopamin juga sangat tergantung dari
keadaan klinis secara umum yang meliputi status volume pasien serta
abnormalitas
pembuluh
darah
(seperti
hipertensi,
diabetes
mellitus,
fungsi
ginjal
penderita
yang
telah
menurun
dengan
fungsi
endokrin
seperti
fungsi
pengaturan
tekanan
darah,
Ensefalopati uremia
Perikarditis uremia
Neuropati/miopati uremia
Hipertermi
Adanya salah satu gejala pada tabel diatas sudah dapat menjadi
indikasi untuk melakukan TPG. Adanya dua atau lebih gejala menjadi indikasi
kuat untuk segera melakukan TPG.
Ada berbagai jenis TPG yang dapat digunakan untuk penderita gagal
ginjal akut kritis. Dewasa ini CRRT (Continous Renal Replacement Therapy) dan
SLED (Sustained Low Efficiency Dialysis) adalah teknik TPG yang paling sering
Dialysis peritoneal
Dialysis peritoneal adalah salah satu bentuk dialisis untuk membantu
penanganan pasien GGA, menggunakan membran peritoneum yang bersifat
semipermeabel.
2.
a.
b.
indikasi biokimiawi : ureum darah > 200 mg % ; kalium < 6 mEq/ L ; HCO 3 <
10-15 mEq/ L ; pH < 7,1
Keuntungan dialysis peritoneal bila dibandingkan dengan hemodialisis, secara
teknis
lebih
sederhana,
cukup
aman,
serta
cukup
efisien
dan
tidak
2.8 PROGNOSIS
Kematian biasanya disebabkan karena penyakit penyebab, bukan gagal
ginjal itu sendiri. Prognosis buruk pada pasien lanjut usia dan bila terdapat
gagal organ lain. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30%-50%),
perdarahan terutama saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal napas
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
AKIN mendefinisikan AKI sebagai penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba
(dalam 48 jam) ditandai dengan peningkatan serum kreatinin (SCr) >0.3
mg/dL (>25 mol/L) atau meningkat sekitar 50% dan adanya penurunan
output urin < 0.5 mL/kg/hr selama >6 jam. Suatu kondisi penurunan fungsi
ginjal
yang
menyebabkan
hilangnya
kemampuan
ginjal
untuk
yakni
(1)
penyakit
yang
menyebabkan
hipoperfusi
ginjal
tanpa
pengelolaan
AKI
adalah
mencegah
terjadinya
kerusakan
ginjal,
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Coca SG, Parikh CR. 2008. Urinary Biomarkers for Acute Kidney Injury:
Perspectives on Translation. Clin J Am Soc Nephrol.
3.
Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL. 2005.
Harrisons Principle of Internal Medicine. Ed 16. New York: McGraw-Hill
4.
Lattanzio MR and Kopyt NP. 2009. Acute Kidney Injury: New Concepts in
Definition, Diagnosis, Pathophysiology, and Treatment. University of Maryland
Medical Center in Baltimore and Nephrology Hypertension Associates of the
Lehigh Valley
5.
6.
Roesli R. 2007. Kriteria RIFLE Cara yang Mudah dan Terpercaya untuk
Menegakkan Diagnosis dan Memprediksi Prognosis Gagal Ginjal Akut. Ginjal
Hipertensi
7.
Schrier RW, Wang W, Poole B, Mitra A. 2004. Acute Renal Failure: Definitions,
Diagnosis, Pathogenesis, and Therapy. J. Clin. Invest.
8.
Sinto R, Nainggolan G. 2010. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tata
Laksana. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
9.
Sudoyo AW dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Ed 4. Jakarta:
Pusat Penerbitan IPD FKUI