You are on page 1of 9

I.

II.
III.
IV.

Judul Percobaan
Hari / Tanggal Percobaan
Selesei Percobaan
Tujuan Percobaan

: Inversi Gula
: Rabu, 23 November 2016
: Rabu, 23 November 2016
: menentukan orde reaksi dan reaksi inversi
gula menggunakan polarmeter
:

V. Dasar Teori
Sukrosa
Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari
tebu maupun dari bit. Selain pada tebu dan bit, sukrosa terdapat pula pada
tumbuhan lain, misalnya dalam buah nanas dan dalam wortel. Dengan
hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa.
Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang
diperleh dari hidrolisis ialah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang
ekuimolekuler. Glukosa memutar cahaya kekanan, sedangkan fruktosa ke kiri.
Dengan demikian pada proses hidrolisis ini terjadi perubahan sudut putar,
mula-mula ke kanan menjadi kekiri, dan oleh karenanya proses ini disebut
inversi. Hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa dan fruktosa disebut
gula invert.
Sukrosa, dikenal sebagai gula meja (table sugar), merupakan disakarida
yang terbentuk dari satu molekul -D-glukosa dan satu molekul -D-fruktosa
yang dihubungkan oleh ikatan -1,2-glikosidik. Gula invert merupakan hasil
hidrolisis dari sukrosa yaitu -D-glukosa dan -D-fruktosa. Hidrolisis terjadi
pada larutan dengan suasana asam atau dengan enzim invertase.
Apabila sukrosa terhidrolisis sempurna,maka akan dihasilkan 52,63%
glukosa dan 52,63% fruktosa. Jadi dari hasil reaksi ini ada tambahan padatan
terlarut sekitar 5%. Hal ini tergantung pada derajat inversinya. Mekanisme
hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 1. Mekanisme hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa


Glukosa dan fruktosa merupakan karbohidrat sederhana. Keduanya
didapat melalui hidrolisis sukrosa sehingga menjadi satu-satuan glukosa dan
satu-satuan fruktosa. Glukosa yang terdapat pada tumbuhan disistesis oleh
karbondioksida melalui proses fotosintesis yang disimpan sebagai pati yang
kemudian diubah menjadi selulosa yang terdapat dalam kerangka tumbuhan.
Glukosa merupakan salah satu aldoheksosa yang berisomer, merupakan
suatu yang penting di alam, baik karena terdapat secara meluas, maupun
perannya yang sangat penting dalam proses biologi. Glukosa juga hasil
ubahan dari semua karbohidrat dalam tubuh sebelum proses oksidasi.
Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisik yang mempelajari
kecepatan reaksi kimia dan mekanismenya. Mekanisme reaksi merupakan
tahapan reaksi yang terjadi hingga terbentuk produk. Dua konsep
didalamnya yaitu laju reaksi dan orde reaksi. Laju reaksi dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Reaksi dapat dikendalikkan bila diketahui faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Orde reaksi adalah pangkat dari konsentrasi dalam
hukum laju.
Laju inversi gula adalah laju reaksi hidrolisa sukrosa menjadi
fruktosa dan glukosa. Inversi gula ini terjadi saat sukrosa dihidrolisis dengan
bantuan asam. Sukrosa atau yang lebih dikenal dengan gula tebu dapat
terhidrolisis dengan bantuan asam atau enzim menghasilkan fruktosa dan
glukosa yang sama banyaknya jumlahnya. Proses hidrolisis ini disebut

inversi. Campuran fruktosa dan glukosa yang sama banyak disebut gula
inversi.
Gula invert adalah gula yang mengandung glukosa dan fruktosa
dengan jumlah sama (equimolar) yang banyak digunakan dalam industri
pangan dan farmasi. Dalam industri pangan gula invert digunakan sebagai
pemanis, pemberi aroma dan pengawet olahan pangan. Sedangkan dalam
industri farmasi, gula invert digunakan sebagai pemanis pada obat bentuk
sirup. Gula invert dihasilkan dari hidrolisis sukrosa baik secara enzimatik
maupun secara kimia dengan katalis asam bebas. Hidrolisis sukrosa secara
enzimatik menghasilkan gula invert yang jernih dan bermutu tinggi, tetapi
proses produksinya memerlukan biaya yang tinggi karena harga enzim
mahal.
Istilah laju atau kecepatan sering dibicarakan dalam pelajaran fisika.
Pengertianlaju dalam reaksi sebenarnya sama dengan laju pada kendaraan
yang bergerak.Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi
(reaktan) menjadi hasilreaksi (produk), yang dinyatakan dalam persamaan
reaksi.
Pereaksi (reaktan) Hasil reaksi (produk)
Persamaan laju reaksi pertama kali dikemukakan oleh Gulberg dan
Woogedalam hukum Aksi Massa. Mereka menyebutkan laju reaksi pada
suatu sistempada temperatur tertentu berbanding lurus dengan konsentrasi
zat yang bereaksisetelah tiap-tiap konsentrasi dipangkatkan dengan
koefisien dalam persamaanyang bersangkutan.
Dengan cara fisis penentuan konsentrasi dilakukan secara langsung,
yaitu berdasar sifatsifat fisis campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi
campuran, misalnya daya hantar listrik, tekanan, adsorbsi cahaya, dan
sebagainya. Penentuan secara kimia dilakukan dengan menghentikan reakis
secara tiba tiba (reaksi dibekukan) setelah selang waktu tertentu,
kemudian konsentrasinya dihitung dengan analisis kimia. Laju reaksi akan
menurun dengan bertambahnya waktu. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan antara konsentrasizat yang tersisa saat itu dengan laju reaksi
sehingga dapat dikatakan umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi

awal dari zat-zat pereaksi, pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Laju
Reaksi atau Persamaan Laju Reaksi
mA + nB oC + pD
Dalam persamaan laju reaksi dapat dituliskan
v = k [A]m [B]n
dimana, v = laju reaksi (m/detik)
k = konstanta tetapan laju reaksi (L/mol.detik)
[A] = konsentrasi zat A (mol/L)
[B] = konsentrasi zat B (mol/L)
m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A
n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B
Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua
pereaksi.Tingkat reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak terpengaruh
oleh konsentrasi pereaksi, tetapi hanya bergantung pada harga tetapan laju
reaksi (k).Harga k tergantung pada suhu, jika suhunya tetap harga k juga
tetap.Untuk mengetahui hubungan pereaksi dengan reaktan, digunakan orde
reaksi yang diperoleh dari perhitungan konsentrasi sehingga grafik yang
diperoleh berbentuk grafik perpangkatan. Harga k tergantung pada tingkat
(orde) reaksi totalnya.
Orde reaksi nol
Reaksi yang memiliki kecepatan reaksi tetap dan tidak dipengaruhi
konsentrasi reaktan. Kecepatan reaksi dipengaruhi / ditentukan oleh
intensitas katalis.
Persamaannya orde 0:
v = k [x]0 = k
Orde reaksi satu,
Persamaannya :
v = k [x]1 = k [x]
Orde Reaksi dua,
Persamaannya :
v = k [x]2
Polarimeter

Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada


pengukuran sudut putaran (optical rotation) cahaya terpolarisasi oleh
senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati
sinar monokromatis yang terpolarisasi tersebut. Senyawa optis aktif adalah
senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang optis
ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam
senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO 2 ), fruktosa. Cahaya monokromatik
pada dasarnya mempunyai bidang getar yang banyaksekali. Bila
dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada bidang datar.
Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat dipisahkan
menjadi dua bidang getar yang saling tegak lurus. Yang dimaksud dengan
cahayaterpolarisasi adalah senyawa yang mempunyai satu arah getar dan
arah getar tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya.Prinsip dasar
polarimetris

ini

adalah

pengukuran

daya

putar

optis

suatu

zat

yangmenimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir.


Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2
macam :
1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran
jarum jam.
2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan

putaran jarum jam.


Inversi Gula
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang
terdapat dalam alam. Karbohidrat sangat beranekaragam sifatnya. Misalnya,
sukrosa (gula pasir) dan kapas, keduanya adalah karbohidrat. Salah satu
perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya.
Gula merupakan zat optis aktif. Bila cahaya terpolarisasi linier jatuh pada
bahan optis aktif, maka cahaya yang keluar bahan akan tetap terpolarisasi
linier dengan arah bidang getar terputar terhadap arah bidang getar semula.
Sifat optis aktif zat dispesifikasikan dengan sudut putar jenis. Sudut
putarbidang polarisasi sebanding dengan sudut putar jenis dan konsentrasi
bila sudutputar jenis diketahui dan sudut putar bidang polarisasi dapat
diukur, makakonsentrasi (kadar) zat optis aktif dapat ditentukan (hal ini

merupakan prinsip yang digunakan untuk menentukan kadar zat optis. Gula
inversi adalah campuran D-glukosa dan D- fruktosa yang diperoleh dengan
hidrolisis

asam

atau

enzimatik

dari

sukrosa.

Enzim

yang

mengkatalishidrolisis sukrosa disebut invertase,bersifat spesifik untuk


ikatan -D fruktofuranosida dan terdapat dalam ragi dan lebah (madu
terutama terdiri darigula inversi). Berdasarkan teori bahwa mayoritas gula
adalah glukosa dan fruktosa membelokkan cahaya ke kiri.Gula yang terdiri
dari Sukrosa maupun Glukosa memutar cahaya ke kanan. Sukrosa memiliki
rotasi +66,5 (positif) produk yang dihasilkan glukosa []= +52,7 dan
fruktosa [] = -92,4o mempunyairotasi netto negatif. Dengan mengetahui
pembelokan cahaya yang dihasilkan olehlarutan gula, dapat di analisa
jenis/komposisi gula yang ada dalam larutan tersebut.
Sudut putar jenis dapat dihitung :

Kinetika reaksi inversi gula merupakan reaksi orde satu terhadap


sukrosa.Dalam larutan gula yang netral (pH=5) reaksi hidrolisa gula
mempunyai waktu paruh10 minggu. Sedangkan didalam larutan asam,
dengan adanya katalis ion H+, waktuparuh tersebut lebih pendek. Hukum
laju reaksi inversi gula tersebut dapatdiungkapkan sebagai berikut:
R = - d (gula) / dt = k (H+)(H2O)(gula)
Reaksi hidrolisis dari percobaan:
C11H22O11 + H2O (l) C6H12O6 (aq) + C6H12O6 (aq)
Cara Penggunaan Polarimeter
Cara penggunaan berikut adalah cara pada Zeiss Polarimeter, tetapi
secara umum cara penggunaan polarimeter manapun adalah sama. Untuk
memulai penggunaan polarimeter pastikan tombol power pada posisi on dan
biarkan selama 5-10 menit agar lampu natriumnya siap digunakan. Selalu
mulai dengan menentukan keadaan nol (zero point) dengan mengisi tabung
sampel dengan pelarut saja. Keadaan nol ini perlu untuk mengkoreksi
pembacaan atau pengamatan rotasi optik. Tabung sampel harus dibersihkan
sebelum digunakan agar larutan yang diisikan tidak terkontaminasi zat lain.

Pembacaan/pengamatan bergantung kepada tabung sampel yang berisi


larutan/pelarut dengan penuh.Perhatikan saat menutup tabung sampel, harus
dilakukan hati-hati agar di dalam tabung tidak terdapat gelembung udara.
Bila sebelum tabung diisi larutan didapat keadaan terang, maka setelah
tabung diisi larutan putarlah analisator sampai didapat keadaan terang
kembali. Sebaliknya bila awalnya keadaan gelap harus kembali kekeadaan
gelap. Catat besarnya rotasi optik yang dapat terbaca pada skala. Tetapi
jangan hanya besar rotasi optiknya, arah rotasinya juga harus dicatat searah
jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Lakukan pembacaan berkalikali sampai diperoleh nilai yang dapat dirata-ratakan.

Jawaban Pertanyaan

1. Apa fungsi penambahan larutan HCl?


Jawab : Larutan HCl sebagai katalis yang digunakan untuk mempercepat
reaksi inversi gula (perputaran kekiri) dan untuk menghidrolisis sukrosa.
Penambahan HCl berfungsi sebagai pemberi suasana asam dan katalis
yang dapat mempercepat reaksi hidrolisis atau terurainya sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa, dimana pada akhir reaksi akan terbentuk
kembali (tidak ikut bereaksi).
2. Berikan sedikitnya 3 contoh zat optis selain gula dan berapa sudut
putarnya berdasarkan kajian pustaka dan pengamatan anda?
Jawab : Alkaloid, komponen minyak atsiri, antibiotika
3. Berapa sudut putar larutan sukrosa, larutan glukosa, dan larutan fruktosa
berdasarkan kajian pustaka anda?
Jawab : Sukrosa mempunyai rotasi jenis +66,5, suatu rotasi positif.
Campuran produk antara glukosa, []= +52,7 dan fruktosa []= -92,4
VI. Daftar Pustaka
Achmad, Hiskia. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti.
Anonim. 2012. Polarimeter. (online) melalui http//:www.wikipedia.org. Diakses
pada Selasa, 29 November 2016

Anonim. 2012. Polarisasi. (online) melalui http://www.scribd.com/. Diakses pada


Selasa, 29 November 2016
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika jilid 2 edisi ke empat. Jakarta : Erlangga
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S.1992. Kimia Organik. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Keenan, C.W. dkk. 1996. Kimia untuk Universitas. Edisi 3. jilid 1. Jakarta:
Pudjaatmaka. Erlangga
Oxtoby, P.W. Gills, H.P. Nachtrieb, N.H. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern.
Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM

You might also like