Professional Documents
Culture Documents
MDG
MDG
1. MDGSD-SDGS
a. KIA (KES IBU ANAK
2. PERAN PERAWAT DALAM PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA
KEMATIAN BAYI
3. a. TREND DAN ISSUE MATERNITAS
b. TREND PENYAKIT
1. HAMIL
2. BAYI
3. POST
4. REPRODUKSI
Bahan
Target
1.B
Target
1.C
Target
3.A
Target
4.A
Target
5.B
Target
6.A
Target
6.B
Target
6.C
Target
7.A
Target
7.B
Target
7.C
Target
7.D
Target
8.B
Target
8.C
Target
8.D
Target
8.E
Target
8.F
developing States.
Official development assistance
8.1 Net ODA, total and to the least developed countries, as
percentage of OECD/DAC donors' gross national income
8.2 Proportion of total bilateral, sector-allocable ODA of
OECD/DAC donors to basic social services (basic
education, primary health care, nutrition, safe water and
sanitation)
8.3 Proportion of bilateral official development assistance
of OECD/DAC donors that is untied
8.4 ODA received in landlocked developing countries as a
proportion of their gross national incomes
8.5 ODA received in small island developing States as a
proportion of their gross national incomes
Market access
8.6 Proportion of total developed country imports (by value
and excluding arms) from developing countries and least
developed countries, admitted free of duty
8.7 Average tariffs imposed by developed countries on
agricultural products and textiles and clothing from
developing countries
8.8 Agricultural support estimate for OECD countries as a
percentage of their gross domestic product
8.9 Proportion of ODA provided to help build trade capacity
Debt sustainability
8.10 Total number of countries that have reached their
HIPC decision points and number that have reached their
HIPC completion points (cumulative)
8.11 Debt relief committed under HIPC and MDRI
Initiatives
8.12 Debt service as a percentage of exports of goods and
services
Millenium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan yang disepakati untuk dicapai oleh negaranegara anggota PBB pada tahun 2015. MDGs ini dilahirkan oleh Deklarasi Milenium PBB yang
ditandatangani pada September 2000 oleh para pemimpin dunia dalam rangka memerangi kemiskinan,
kelaparan, penyakit, buta huruf, degradasi lingkungan, dan diskriminasi terhadap perempuan. Setiap
MDG memiliki target yang ditetapkan untuk dicapai pada tahun 2015 dan indikator untuk memantau
kemajuan mulai dari tahun 1990. Beberapa MDG ini berhubungan langsung dengan bidang kesehatan.
Target MDGs yang berkaitan dengan bidang kesehatan terdiri atas:
1. Memberantas kemiskinan ekstrim dan kelaparan
2. Mengurangi tingkat kematian anak
3. Meningkatkan kesehatan ibu hamil
4. Memberantas penyakit HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan
WHO telah melakukan langkah-langkah konkret yang harus dilakukan untuk mencapai target MDGs
antara lain;
Memperluas cakupan imunisasi, vaksin penyakit- penyakit khususnya campak bagi masyarakat
seluruh dunia. Karena salah satu penyakit yang umum di derita anak anak balita dan
kematian anak yang tinggi adalah terjadinya malnutrisi atau kekurangan gizi.
Memperbanyak tenaga kesehatan terampil untuk membantu proses kelahiran dan mengurangi
Menyediakan suplai air minum yang aman dan sehat karena air merupakan hal yang esensial
bagi berlangsungan hidup penduduk dunia.
WHO juga bekerjasama dengan berbagai mitra untuk mendukung upaya global untuk mencapai MDGs
yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan WHO meliputi:
1.
Menetapkan pedoman pencegahan dan pengobatan dan norma-norma global lainnya dan
standar;
2.
3.
Menganalisis faktor-faktor sosial dan ekonomi dan menyoroti risiko yang lebih besar dan
peluangnya bagi kesehatan.
4.
WHO membantu otoritas nasional ketika mereka mengembangkan kebijakan kesehatan dan
perencanaan, serta membantu pemerintah bekerja dengan mitra pembangunan untuk
menyelaraskan bantuan luar negeri dengan skala prioritas.
5.
WHO juga mengumpulkan dan menyebarluaskan data tentang kesehatan sehingga negara
dapat merencanakan pengeluaran kesehatan dan melacak kemajuan.
Berikut adalah fakta - fakta kesehatan dunia menuju tercapainya MDGs yang dilansir WHO per bulan
November 2012:
Secara global, jumlah kematian anak di bawah lima tahun turun dari 12 juta pada 1990
menjadi 6,9 juta pada tahun 2011.
Di negara berkembang, persentase balita dengan berat badan dibawah rata - rata turun dari
28% pada tahun 1990 menjadi 17% pada 2011.
Meskipun proporsi persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan terampil telah meningkat
secara global, masih kurang dari 50% kelahiran yang dibantu dalam regional WHO Afrika.
Secara global, infeksi HIV baru mengalami penurunan sebesar 24% antara 2001 dan 2011.
Kasus tuberkulosis menurun bersama dengan jumlah kematian yang disebabkan kasus TB HIV-
negatif.
Dunia telah memenuhi target MDGs PBB mengenai akses terhadap kebutuhan air minum yang
aman, tetapi banyak yang harus dilakukan untuk mencapai target sanitasi.
Mayoritas target target MDGs bidang kesehatan hanya bedasarkan teori dan statistik tanpa
mempertanggungjawabkan fakta lapangan yang ada. Langkah langkah strategis yang diterapkan oleh
WHO juga tidak selalu mencakup seluruh negara. Apalagi dalam prosesnya beberapa negara sulit
mengalami kemajuan karena dipengaruhi oleh tingkat tinggi HIV / AIDS, kesulitan ekonomi atau konflik.
Target MDGs bidang kesehatan tidak dapat disamaratakan dengan target MDGs bidang ekonomi yang
dapat dihitung secara kuantitatif. Apalagi dengan setiap statistik yang dihasilkan dalam survey masalah
kesehatan hanya berupa perkiraan belaka. Perlunya langkah-langkah yang lebih terfokus dengan
bantuan pemerintah setempat untuk memudahkan tercapainya target target MDGs masyarakat dunia.
(admin/ZT)
Sumber: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs290/en/
sebagainya.
Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki,
bayi dan anak balita.
Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik
serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat
oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.
Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu yang baik dan
jangkauan yang setinggi tingginya.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu
minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada
triwulan ketiga.
b. Pertolongan Persalinan
2. Dukun bayi :
Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan yang
dinyatakan lulus.
Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi
yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang secara langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi .
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
1. Hb kurang dari 8 gram %
2. Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg
b. Definisi operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai standar K4
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk sasaran ibu hamil
c. Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoelh pelayanan ANC sesuai standar K 4
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : Penduduk sasaran ibu hamil
Konstanta : 100
Rumus :
Kunjungan = Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4
Ibu hamil
K4
x 100
hamil
d Sumber data :
1) Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4 diperoleh dari
catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.
2) Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat Statistik atau BPS
kabupaten atau propinsi jawa timur.
e. Kegunaan
1) Mengukur mutu pelayanan ibu hamil
2) Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan standar dan
paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4
Perkiraan penduduk
3) Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan ibu hamil
AKB
JAKARTA Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015 dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas utama
dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Dari target MDGs 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), pada tahun 2007 AKI telah mengalami
penurunan dari 228 per 100.000 menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada
MDGs 23 per 1000 KH, pada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34 per 1000
menjadi 24 per 1000 KH.
Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya mengatasi masalah dalam menurunkan AKI dan
AKB diantaranya mendekatkan jangkauan pelayanan kebidanan kepada masyarakat. Dengan
dibangunnya Pondok Bersalin Desa (Polindes) di setiap desa dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan cakupan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, kata Wakil Menteri Kesehatan
Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc.,Ph.D saat membuka acara Workshop Nasional Pelayanan
Kebidanan (15/5).
Workshop Nasional Pelayanan Kebidanan diselenggarakan Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan dan Keteknisian Medik Kementerian Kesehatan bersama Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) sekaligus dalam rangka memperingati Hari Bidan Sedunia tanggal 5 Mei yang mengangkat
tema Midwives Save Lives.
bahwa bidan berperan penting menjaga kelangsungan hidup ibu dan anak, terutama di daerah
pedesaan. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki posisi penting dan strategis
dalam penurunan AKI dan AKB, memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan konseling, promosi
kesehatan, pertolongan persalinan normal dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan
perempuan serta melakukan deteksi dini pada kasus-kasus rujukan.
Pada kesempatan itu Wamenkes juga menyampaikan upaya lain dalam menurunkan AKI dan
AKB
yaitu
pemberian
kewenangan
tambahan
pada
Puskesmas
untuk
penanganan
Kategori :
Liputan/Berita
Departemen kesehatan menargetkan pengurangan angka kematian ibu dari 26,9 persen
menjadi 26 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi berkurang dari 248
menjadi 206 per 100 ribu kelahiran yang dicapai pada tahun 2009. Sementara angka
harapan hidup berkisar rata-rata 70,6 tahun.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI Dr Siti Fadilah Supari dalam memberikan
pidato sambutan yang dibacakan oleh Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM
Kesehatan, Depkes, Dra Nasirah Bahaudin MM, Sabtu (24/5) dalam Diskusi Panel Kiprah
dan Peran Dokter dalam Pembangunan yang diselenggarakan dalam rangka Peringatan
100 Tahun Boedi Oetomo, di Gedung Auditorium Fakultas Kedokteran UGM.
Supari menyebutkan, angka kematian ibu dan bayi mengalami penurunan yang cukup
signifikan dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Di tahun 2007, angka kematian bayi
mencapai 26,9 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu berkisar 248 per
100 ribu kelahiran. Padahal di tahun 2004, angka kematian bayi sekitar 30,8 persen per
1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu sekitar 270 dari per 100 ribu kelahiran.
Menkes juga sempat menyinggung jumlah penderita gizi buruk saat ini menurun sekitar
empat persen dalam masa empat tahun terakhir. Dari 25,8 persen di tahun 2003 menjadi
21,3 persen di tahun 2007.
Di tahun 2007, jumlah penderita gizi buruk kita sekitar 21, 3 persen dari seluruh anak
balita, jelasnya.
Menkes menjelaskan, risiko kasus gizi buruk yang dialami pada keluarga miskin sekitar 3,5
kali lipat lebih tinggi dari pada keluarga kaya. Kasus gizi buruk ini, kematian ibu dan anak
ini, kata Supari, cukup mendapat perhatian dari pemerintah ditengah sedang mewabahnya
kasus malaria, polio, DBD, dan flu burung.
Menurutnya, prioritas pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan menjadi hak yang
sangat penting di tengah era globalisasi dan penentuan angka indeks pembangunan
manusia (IPM).
Saat ini posisi IPM kita berada di urutan 107 dari 177 negara, setingkat dengan
Vietnam. Tentunya posisi ini masih di bawah Malaysia, Thailand dan Singapaura,
katanya.
Untuk itu, Depkes, kata Supari akan berupaya keras meningkatkan penyelenggaraan
pembangunan pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan kesehatan bagi ibu dan
anak serta pengadaan tenaga kesehatan di masa mendatang.
Kepada para Dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Menkes berpesan
agar dokter tidak terjebak dalam rutinitas dan sikap profesionalisme. Selaku orang yang
profesional dan cendekiawan, dokter seharusnya memberikan kontribusi besar dalam
pembangunan bangsa sebagai agent of change (pembaharu), agent of treatment
(pengobat) dan agent of development (pendidik).
Ikut hadir menjadi pembicara dalam Diskusi Panel tersebut diantaranya Ketua PB IDI dr
Fahmi Idris, Dekan Fakultas Kedokteran UGM Prof Dr dr Hardyanto Soebono, dan Prof Dr dr
Sutaryo, Kepala Dinas Kesehatan DIY, serta Perwakilan Lembaga Ombudsman DIY Dra Budi
Wahyuni MM MA. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
keperawatan maternitas
ISSUE DAN TREND
KEPERAWATAN MATERNITAS
Mata Kuliah : Ilmu Keperwatan Dasar III
Dosen Pembimbing :Biyanti Dwi Winarsih, S.Kep, Ns
Disusun Oleh :
1. Achlis Abdul K 200901651
2. Ahmad Imron 200901652
3. Ana Zakiatul F 200901653
4. Fais Amali 200901661
5. Hirza Aini N 200901664
6. Karsiti 200901669
7. Ratna Fitriyana 200901683
Kelompok : 1
Kelas : PSIK 2A
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkanrasa syukur Kehadirat Tuhan YME,yang telah memberikan rahmat,taufik dan
hidayah-Nya,sehingga makalah Keperawatan maternitas ini dapat terselesaikan pada
waktunya,makalah ini disusun untukmemenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperwatan Dasar III.
Makalah ini tidak akan tersusun tanpa bantuan beberapa pihak,oleh karena itu pada kesempatan ini
disampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Ibu Biyanti Dwi Winarsih,S,kep,Ns selaku pembimbing.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak mungkin di sebutkan satu- persatu yang telah banyak
memberikan dorongan sehingga tersusun makalah ini.
Penulis meyadari bahwa malalah ini jauh dari sempurna,oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat di harapkan untuk perbaikan dan penyepurnaan lebih lanjut.
Akhir kata semoga apa yang penulis ini dapat, bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.
Kudus, Juni 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada
wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa
melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari
beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan
adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI,
1993)
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan
keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang
sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS dan
melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan nifas,
membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama
kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang
perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong
persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju
kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan
penanganan lebih lanjut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang keperawatan maternitas.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengerti :
1. Pengertian tentang keperawatan maternitas
2. Peran perawat dalam keperawatan maternitas
3. Paradigma keperawatan Maternitas
4. Tujuan keperawatan Maternitas
5. Pendekatan pelayanan dalam keperawatan maternitas
6. Model Konsep keperawatan maternitas
7. Dan hal-hal perspektif keperawatan maternitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keperawatan Maternitas
1. Pengertian
Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kwalitas pelayanan kesehatan yang
dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi
baru lahir. (May & Mahlmeister, 1990) http://maternitas/konsep-keperawatan-maternitas.html
Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan dimana perawat
berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa prenatal,
intranatal, postnatal, dan masa interpartal. (Auvenshine & Enriquez, 1990)
http://maternitas/konsep-keperawatan-maternitas.html
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang difokuskan pada
kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi / kehamilan, melahirkan, nifas,
keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentra
pelayanan. (Reede, 1997) http://maternitas/konsep-keperawatan-maternitas.html
2. Trend Keperawatan Maternitas
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh
kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu
dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga
kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam
memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan
intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan
menguasi perkembangan Iptek. .
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak
negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan, maka solusi yang
harus ditempuh dalam keperawatan maternitas ditahun 2010 adalah:
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan
professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan
keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang
menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini
masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang
pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik
keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam
memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan
konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan
mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan
mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.
Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi
profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja
dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
3. Peran Perawat
Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reeder (1997):
a. Pelaksana
Perawat yang bekerja member asuhan keperawatan di tempat pelayanan kesehatan.
b. Pendidik
Pendidik disini dapat sebagai dosen bagi pasien maupun perawat memberikan pendidikan kepada
klien.
c. Konselor
Perawat sebagai seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling kepada klien,
konselor bertanggung jawab memberikan layanan dan konseling
d. Role model bagi para ibu
Panutan bagi para ibu-ibu yang sedang menjalankan keperawatan maternitas.
e. Role model bagi teman sejawat
Panutan sesama perawat atau saling bekerja sama antar paerawat.
f. Perumus masalah
Mengetahui masalah-masalah yang muncul pada pasien dan merumuskan masalah tersebut.
g. Ahli keperawatan
Perawt harus ahli dalam melaksanakan tugas keperawatan.
4. Paradigma keperawatan Maternitas (Dasar Kep,Profesional H. Zaidin Ali)
1) Manusia
a) Memiliki karateristik biokimiawi, fisiologi interpersonal dan kebutuhan dasar hidup yang selalu
berkembamg.
b) Perkembangan terjadi melalui interaksi dengan orang lain yang mampu memenuhi kebutuhan
dirinya / membagi pengalamannya.
c) Kebutuhan manusia di organisasikan meliputi perilaku serta berdasarkan pengalaman masa lalu.
d) Memiliki kehidupan yang seimbang sebagai sarana pertahanan diri dan upaya mengurangi
kecemasan akibat kebutuhan yang tak terpenuhi.
2) Lingkungan
a. Merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
b. Lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap penyakit.
c. Perawat bertanggung jawab dalam tatanan pengobatan yang merupakan bagian dari lingkungan
fisik dan social.
d. Lingkungan di bagi dalam 2 aspek yaitu;
Aspek tekstruktur:
Alat
Terapi
Aluran
Aspek tidak tekstruktur:
Intraksi antara perawat dengan klien dandengan lingkungan sekitar
3) Sehat
a) Merupakan symbol perkembangan kepribadian dan yang berlangsung secara terus-menerus
menuju kehidupan yang kreatif.
b) Perilaku sehat;perilaku pemenuhan kebutuhan kepuasan kesadaran diri dan integrasi pengalaman
, misalnya pengalaman sakit.
c) Manusia sehat berarti manusia yang tidak memiliki ansietas/ketegangan.
d) Intervensi keperawatan berfokus pada proses membina hubungan saling percaya guna
mengurangi ansietas.
4) Keperawatan maternitas
a) Keperawatan maternitas merupakan suatu instrumen pendidikan yang memfasilitasi kebutuhan
ibu hamil, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir.
b) Aktivitas keperawatan maternitas diserahkan untuk ibu hamil,dan bayi mencapai kesehatan yang
optimal.
c) Fokus aktivitas keperawatan maternitas adalah masalah yang mencerminkan ruang lingkup
aktivitas keperawatan dan kemandarian dlam proses diagnosis,tindakan ( terapi ) ,pendidikan riset
5. Tujuan keperawatan Maternitas ( http://maternitas/konsep-keperawatan-maternitas.html )
a. Membantu klien dalam mengatasi msalah reproduksi dalam mempersiapkan diri untuk kehamilan.
b. Memberi dukungan agar ibu hamil memandang kehamilan sebagai pengalaman yang positif dan
menyenangkan.
c. Membantu memberikan informasi yang adekuat untuk calon orang tua.
d. Memahami social budaya klien.
e. Membantu mendeteksi secara dini penyimpangan abnormal pada klien.
6. Model Konsep Keperawatan Maternitas
( http://maternitas/konsep-keperawatan-maternitas.html ):
1. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
2. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan, dan nifas.
3. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.
4. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
5. Menjalankan system kunjungan tidak ketat.
6. Pemulangan secepat mungkin.
7. Karakteristik
Karakteristik keperawatan maternitas yaitu:
1. Fokus kebutuhan dasar
2. Pendekatan keluarga
3. Tindakan khusus dengan peran perawat.
4. Terjadi interaksi
5. Kerja dalam Tim.
8. Tatanan Pelayanan
Tatanan pelayanan keperawatan maternitas yaitu:
1. Rumah Sakit
2. Puskesmas
3. Rumah bersalin
4. Komunitas
5. Polindes
B. Trend dan Issue Keperawatan Maternitas
a. Masalah
1. Penyebab angka kematian bayi masih tinggi
kematian pada bayi disebabkan oleh penyakit menular seperti radang paru-paru, diare dan malaria,
Penyakit yang merenggut paling banyak korban jiwa adalah radang paru-paru 18 persen, atau
sebanyak 1,58 juta anak diare (15 persen, 1,34 juta) dan malaria 8 persen, 0.73 juta anak.
2. Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi
Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi adalah pelayanan kesehatan yang semakin meningkat,
kurangnya pengetahuan masyarakat progam KB
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes RI,Dirjen Binkesmas, 2004)
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor- factor reproduksi,
komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio-ekonomi. Penyebab komplikasi obstetrik
langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan
postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya masih
banyak dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan
perdarahan yang belum jelas sumbernya (Chalik TMA, 1997). Secara sempit, risiko obstetrik
diartikan sebagai probabilitas kematian dari seorang perempuan atau ibu apabila ia hamil. Indikator
yang lebih kompleks adalah adalah risiko seumur hidup (lifetime risk) yang mengukur probabilitas
kematian perempuan atau ibu sebagai akibat kehamilan dan persalinan yang dialaminya selama
hidup. Bila istilah pertama hanya mencantumkan kehamilan maka yang kedua mempunyai dimensi
yang lebih lebar yaitu kemampuan dan jumlah fertilitas.
Tingginya kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak
dapat segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu. Keterlambatan merujuk disebabkan
berbagai faktor seperti masalah keuangan, transportasi dsb. (Depkes RI, Dirjen Yanmedik, 2005)
4. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke
orang yang lain melalui kontak seksual.. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah
kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun
adalah dari kelompok ini. Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah
diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain,
seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak
dapat disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang
lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore
seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada
berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi
kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk
dilakukan.
b. Penemuan Teknologi Terbaru
1. Alat Kontrasepsi Implan Terbaru
UGM berhasil menemukan alat kontrasepsi implant atau susuk KB generasi ke tiga yang dinamakan
Gestplan. Kelebihan alat kontresepsi ini bias bertahan hingga 7 tahun di badingkan implant saat ini
yang ber umur 5 tahun. Penemuan ini hasil dari penelitian dari jurusan Farmatologi dan Toksikologi
UGM. ( WWW.KOMPAS.COM )
2. Water Birth
Proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air, manfaaatnya ibu akan
merasakan lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi lebih
elastic. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejar sehingga rasa nyeri selama persalinan
tidak terlalu dirasakan, di dalam air proses proses pembukaan jalan lahir akan lebih cepat.
(http://id.wikepidia.org/wiki/persalinan_di_air )
3. USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D
Alat USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D adalah alat USG yang berkemampuan menampilkan gambar 3
dan 4 dimensi di teknologi ini janin dapat terlihat utuh dan jelas seperti layaknya bayi yang
sesungguhnya ( DrJudi Januadi Endjun S.pog ).
Alat USG ini bahkan dapat memperlihatkan seluruh tubuh bayi berikut gerak- geriknya teknologi 3
dan 4 dimensimenjadi pelengkap bila di duga janin dalam keadaan tidak normal dan perlu di cari
kelainan bawaannya seperti bibir sumbing, kelaina pada jantung dan sebagainya. Secara lebih
detail kelebihan USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D ini pada janin dapat terbaca secara lebih akurat,
karena teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan diagnosa. (http://www.mailarchive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/msgo4183.html )
4. Pil KB Terbaru
Pil KB dengan dorspirenone merupakan pil KB terbaru yang memberikan perlindungan kontrasepsi
yang dapat diandalkan, dengan berbagai manfaat tambahan dalam suatu kombinasi yang unik Pil Kb
dengan dorspirenone adalah pil yang membuat seseorang merasa lebih nyaman. Mengandung
progestin baru dorspirenone yaitu homon yang sangat menyerupai progesteron salah satu hormon
dalam tubuh. Dorspirenone mempunyai profil farmakologis yang sangat mirip dengan progesteron
alami dengan karateristik memiliki efek antimineralokortoid dan antiandrogenik tidak memiliki
BAB III
PENUTUP
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi,
kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari,
beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik
dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa peristiwa kelahiran
merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial
dari individu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk memandang kehamilan sebagai
pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya
sangat membutuhkan partisipasi aktif dari keluarganya.
Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, dapat mengakibatkan krisis
situasi selama anggota keluarga tidak merupakan satu keluarga yang utuh. Proses kelahiran
merupakan permulaan bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting. Pelayanan
keperawatan ibu akan mendorong interaksi positif dari orang tua, bayi dan angggota keluarga
lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga. Sikap, nilai dan perilaku setiap
individu dipengaruhi oleh budaya dan social ekonomi dari calon ibu sehingga ibu serta individu yang
dilahirkan akan dipengaruhi oleh budaya yang diwarisi. Dalam memberikan asuhan keperawatan
diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi
prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang
diberikan. Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan