Professional Documents
Culture Documents
STROKE
Rehabilitasi Medik
Disusun oleh :
1. Adam Mici Gandana
2. Cahya Daris Tri Wibowo
H2A008001
H2A008008
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012
HALAMAN JUDUL
REFERAT
Tugas Ilmu Rehabilitasi Medik
STROKE
Rehabilitasi Medik
Disusun oleh :
Adam Mici Gandana
H2A008001
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, serta kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga
tersusunlah referat yang berjudul STROKE dengan tepat waktu. Dimana dalam
referat ini berisi tentang pengetahuan diagnosis penyakit stroke.
Penulis sadar dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak dapat bekerja sendiri,
banyak uluran tangan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
dr. Noorjanah Pujiastuti, Sp.S selaku pembimbing ilmu penyakit saraf yang
telah memberikan waktu kepada penulis untuk melakukan penulisan dan
mempresentasikan.
Mudah mudahan referat ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya selaku
penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Namun penulis sadar dalam
penulisan referat ini masih banyak kekurangannya, hal ini karena keterbatasan
pengetahuan dan faktor faktor lainnya. Oleh karena itu, penulis mohon saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk kedepannya agar bertambah baik dan
lebih baik lagi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kegawatan neurologi serius yang masih menyebabkan kematian tertinggi
adalah stroke. Pasien stroke sebagian besar datang ke fasilitas kesehatan
dalam keadaan terlambat, akibatnya pasien stroke mengalami kematian lebih
cepat. Lima belas juta orang dari seluruh dunia menderita stroke setiap
tahunnya yang terdiri dari 5 juta orang meninggal, 5 juta orang lainnya yang
tersisa menderita cacat permanen, sehingga keluarga dan masyarakat sendiri
dapat terbebani.1 Stroke menduduki peringkat ke 3 sebagai penyebab
kematian setelah penyakit jantung dan kanker di Amerika Serikat dan sekitar
500.000 orang terserang stroke setiap tahunnya, 400.000 orang terkena stroke
iskemik dan 100.000 orang menderita stroke haemoragik (termasuk
perdarahan intra serebral dan sub arakhnoid) dengan 175.000 di antaranya
mengalami kematian.2
Prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk
serta yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000
penduduk. Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat
telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stroke tertinggi dijumpai
di NAD (16,6%) dan terendah di Papua (3,8%). Terdapat 13 provinsi dengan
prevalensi stroke lebih tinggi dari angka nasional.3
Faktor risiko yang potensial bisa dikendalikan pada penyakit stroke
diantaranya hipertensi, penyakit jantung, fibrilasi atrium, endokarditis,
stenosis mitralis, infark jantung, anemia sel sabit, Transient Ischemic Attack
(TIA), stenosis karotis asimtomatik, diabetes melitus, hiperhomosisteinemia,
hiperatrofi ventrikel kiri sedangkan faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan
yaitu umur, jenis kelamin, herediter, ras (etnis), geografis. 1,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder
karena trauma maupun infeksi.4,6 Kelompok umur lebih dari 40 tahun
merupakan salah satu faktor risiko tinggi terjadinya stroke.
B. Etiologi
Beberapa penyebab stroke6, diantaranya :
1. Trombosis.
a.Aterosklerosis (tersering).
b.
Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis nodosa.
c.Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
d.
Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit
sel sabit).
2. Embolisme.
a.Sumber di jantung : fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik.
b.
Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio
karotis komunis, arteri vertrebralis distal.
c.Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
3. Vasokonstriksi.
Vasospasma serebrum setelah peradarahan subaraknoid.
C. Patogenesis
C.1.
Patogenesis umum
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di
dalam arteri arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteri karotis
interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang cabangnya.
Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Proses
patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang
terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya
dapat berupa, (1) keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri,
dengan
penalataksanaanya
maka
stadium
komplikasi,
usaha
yang
sangat
fokus
pada
3. Fase subakut. Fase ini berlangsung sesudah 14 hari kurang dari 180
hari pasca onset dan kebanyakan penderita sudah tidak dirawat di
rumah sakit serta penatalaksanaan lebih ditujukkan untuk usaha
preventif sekunder serta usaha yang fokus pada neuro restorasi /
rehabilitasi dan usaha menghindari komplikasi.
C.2.
2.
Trombosis serebri.
3.
Embolia serebri.
b. Stroke haemoragik (sekitar 15% sampai 20% stroke terjadi).
1.
Perdarahan intra serebral.
2.
Perdarahan subarachnoid.
2. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu.
a. Transient Ischemic Attack.
b. Stroke ~ in ~ evolution.
c. Completed stroke.
3. Berdasarkan sistem pembuluh darah.
a. Sistem karotis.
b. Sistem vertebra-basilar.
E. Gambaran Klinis
Proses penyumbatan pembuluh darah otak mempunyai beberapa sifat
klinis yang spesifik :6,8
1. Timbul mendadak. Timbulnya gejala mendadak dan jarang didahului oleh
gejala pendahuluan (warning signs) seperti sakit kepala, mual, muntah,
dan sebagainya.
2. Menunjukkan gejala neurologis kontraleteral terhadap pembuluh yang
tersumbat. Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak sistem
karotis dan perlu lebih teliti pada observasi sistem vertebra-basilar
meskipun prinsipnya sama.
3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak
sedangkan pada stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
4. Gangguan peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan
hemiparesis dan hemihipetesi kontralateral yang terutama melibatkan
tungkai
5. Gangguan peredaran darah arteri serebri media menyebabkan hemiparesis
dan hemihipestesi kontgralateral yang terutama mengenai lengan disertai
gangguan funsgi luhur berupa afasia (bila mengena area otak dominan)
atau hemispatial neglect (bila mengenai area otak nondominan)
6. Gangguan peredaran darah arteri serebri posterior menimbulkan
hemianopsi homonym atau kuadrantanopsi kontralateral tanpa disertai
gangguan motorik maupun sensorik. Gangguan daya ingat terjadi bila
infark pada lobus temporalis medial. Aleksia tanpa agrafia timbul bila
infark terjadi pada korteks visual dominan dan splenium korpus kolosum.
F. Diagnosis
F.1.Anamnesis
Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak
sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat mendadak, dapat
sewaktu bangun tidur, sedang bekerja, ataupun sewaktu istirahat.
F.2.Pemeriksaan fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital
seperti tekanan darah kiri dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga
tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran menurun, tentukan skor
dengan skala koma glasglow agar pemantauan selanjutnya lebih mudah,
tetapi seandainya penderita sadar tentukan berat kerusakan neurologis
yang terjadi, disertai pemeriksaan saraf saraf otak dan motorik apakah
fungsi komunikasi masih baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran
menurun dan nilai skala koma glasglow telah ditentukan, setelah itu
lakukan pemeriksaan refleks refleks batang otak yaitu :
1. Reaksi pupil terhadap cahaya.
2. Refleks kornea.
3. Refleks okulosefalik.
4. Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat pernafasan Cheyne
Stoke, hiperventilasi neurogen, kluster, apneustik dan ataksik.
Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi pada saraf saraf otak
10
kepala
+
+
-
+
+
-
Jenis Stroke
Perdarahan
Perdarahan
Perdarahan
Iskemik
Iskemik
F.3.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cek laboratorium,
pemeriksaan neurokardiologi, pemeriksaan radiologi, penjelasanya
adalah sebagai berikut :
11
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah rutin.
b. Pemeriksaan kimia darah lengkap.
1. Gula darah sewaktu.
Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah dapat
mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur
angsur kembali turun.
2. Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim
SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid (trigliserid, LDH-HDL
kolesterol serta total lipid).
c. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap).
1. Waktu protrombin.
2. Kadar fibrinogen.
3. Viskositas plasma.
d. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas indikasi
Homosistein.
2. Pemeriksaan neurokardiologi
Sebagian kecil penderita stroke terdapat
perubahan
dapat
terlihat
segera
dan
12
proses
manajemen
dan
memperburuk
prognosis.
G. Penatalaksanaan
Umum : 8
1. Nutrisi
2. Hidrasi intravena : koreksi dengan NaCL 0,9 % jika hipovolemik
3. Hiperglikemi : koreksi dengan insulin skala luncur. Bila stabil, beri insulin
reguler subkutan
4. Neurorehabilitasi dini : stimulasi dini secepatnya dan fisioterapi gerak
anggota badan aktif maupun pasif
5. Perawatan kandung kemih : kateter menetap hanya pada keadaan khusus
(kesadaran menurun, demensia, dan afasia global)
Obat obatan antitrombotik untuk prevensi sekunder stroke 9
1. Aspirin
Dosis : 80 1200 mg
Cara pemberian : 80 dosis tunggal atau sampai dengan 300 mg peroral 4
kali sehari.
Mekanisme kerja : antiplatelet, menghambat jalur siklooksigenase
Efek samping : perdarahan gastrointestinal
2. Clopidogrel
Dosis : 75 mg
Cara pemberian : 75 mg peroral sekali sehari
Mekanisme kerja : antiplatelet, inhibisi reseptor adenosine difosfat,
thyenopyridine
Efek samping
rash,
diare,
iritasi
gastrointestinal,
perdarahan
13
Dosis : 500 mg
Cara pemberian : 250 mg peroral, 2 kali sehari
Mekanisme kerja : antiplatelet, inhibisi reseptor adenosine difosfat,
thyenopyridine
Efek samping : rash, diare, netropenia, purpura trombotik trombositopenia.
4. Cliostazol
Dosis : 100 mg/hari
Cara pemberian : 50 mg peroral 2 kali sehari
Mekanisme kerja : antiplatelet, meningkatkan siklik AMP dengan cara
menghambat aktivitas fosfodiesterase III.
Efek samping : palpitasi, sakit kepala, dizziness, nausea.
5. Dipiradamol
Dosis : kombinasi aspirin 50 mg + dipiridamol SR 400 mg
Cara pemberian : aspirin 25 mg + dipiridamol SR 200 mg, 2 kali sehari
Mekanisme kerja : antiplatelet, menghambat jalur siklooksigenase,
fosfodieseterase, dan ambilan kembali adenosine.
Efek samping : sakit kepala, diare, iritasi gastrointestinal.
Obat obatan antikoagulan
Tujuan : pencegahan sekunder stroke dengan factor resiko fibrilasi atrium
1. Warfarin
Dosis : disesuaikan dengan target INR (International Normalized Ratio)
Hari I
: 8 mg
Hari II
: 6 mg
Hari III
: Periksa INR (jam 09.00 11.000 jika didapatkan :
INR 1,1 1,4 : dosis hari ke 3 10 20 % TDM (Total Dosis Maksimal
jumlah dosis hari I dan II) cek ulang INR 1 minggu
kemudian
INR 1,5 1,9 : dosis hari ke 3 5 10 % TDM cek ulang INR 2 minggu
kemudian
INR 2,0 3,0 : tidak ada perubahan dosis cek ulang INR 4 minggu
kemudian
INR 3,1 3,9 : hari ke 3 dosis 510 % TDM cek ulang INR 2 minggu
kemudian
INR 4,0 5,0 : stop antikoagulan oral, cek ulang INR 1 minggu kemudian
INR > 5,0
: stop antikoagulan, monitor INR sampai 3,0, pasien kontrol
tiap hari
Mekanisme kerja : antikoagulan, menghambat gamma-caboxylation dari
faktor II, VII, XI, X dan protein C dan S
Efek samping : perdarahan intraserebral, perdarahan sistemik.
2. Dikumarol
14
BAB III
SIMPULAN
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena
trauma maupun infeksi. Faktor risiko stroke terbagi menjadi 2 golongan, yaitu
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, herediter,
ras/etnik) dan dapat di modifikasi (riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, penyakit karotis asimptomatis, transient ischemic attack,
hiperkolesterolemia, penggunaan kontrasepsi oral, obesitas, merokok, alkoholik,
penggunaan
narkotik,
hiperhomosisteinemia,
antibodi
anti
fosfolipid,
15
tidak lancar. Penanganan stroke dibagi beberapa tahap, yaitu tahap promotif, tahap
prevensi primer, dan tahap prevensi sekunder. Dalam tahap promotif dilakukan
pencegahan timbulnya faktor risiko stroke dengan cara melakukan gaya hidup
sehat pada individu sehat yang belum mempunyai faktor risiko. Tahap prevensi
primer dilakukan mengendalikan faktor risiko yang telah terjadi dengan dukungan
gaya hidup sehat pada individu yang telah mempunyai faktor risiko agar tidak
terjadi TIA/Stroke dapat sembuh dalam waktu kurun kurang dari 24 jam. Tahap
prevensi sekunder dilakukan terapi medikamentosa seperti antikoagulan atau
antiplatelet, bila perlu dilakukan tindakan bedah seperti tromboektomi dan
angioplasti + stenting. Setelah keadaan membaik dapat didukung dengan gaya
hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko secara teratur agar dapat mencegah
stroke berulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Global Burden of Stroke. world health organization; 2007. Available
from: URL: HIPERLINK
http://www.who.int/cardiovascular_disease/en/cvd_atlas_15_burden_stroke.p
df,
2. Gofur, A. Pengantar Manajemen Komprehensif Stroke dlm Manajemen
Komprehensif Stroke. Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press; 2007
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2007
4. Setyopranoto, I. Stroke : Gejala dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia
Kedokteran; 2011; ed Mei - Juni. Vol. 38 (4) Available from :URL :
HIPERLINK
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_185strokegejalapenatalaksanaan.pdf
5. Sugiyanto, E. Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular. Cermin Dunia
Kedokteran; 2007; No.157 Available from :URL :HIPERLINK
http://www.kalbe.co.id/files/157_05hipertensidankomplcerebrovaskulardf
6. Price, S.A., Lorraine, M.W., alih bahasa Braham, U., Huriawati, H., Pita, W.,
dkk. editor Huriawati,H., Natalia, S., Pita,W., dkk. Patafisiologi jilid 2 :
Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Jakarta : EGC ; 2005
16
17