You are on page 1of 2

ARIANISME

NAMA : Claudia Marlissa


NIM
: 102016161
KELAS : D
Arianisme dinamakan berdasarkan Arius, seorang guru dari awal abad ke-4 Masehi. Salah satu
perdebatan yang paling awal dan mungkin paling penting di antara orang-orang Kristen mulamula adalah mengenai status keilahian Kristus. Apakah Yesus benar-benar adalah Allah dalam
wujud manusia atau hanya makhluk ciptaan? Apakah Yesus itu Allah atau hanya serupa dengan
Allah? Arius berpandangan bahwa Yesus diciptakan oleh Allah sebagai ciptaan pertama, bahwa
Yesus adalah puncak kemuliaan dari semua ciptaan.
Dalam hal ini Arianisme memahami Yesus sebagai makhluk ciptaan yang memiliki atribut ilahi,
namun bukan Allah itu sendiri. Alasan saya memilih Arianisme karena pengertian dari Arianisme
ini menarik, mungkin beberapa dari kita bisa menduga bahwa Arianisme memandang Kristus
sebagai seorang manusia yang diadopsi sebagai putra Allah melalui penyempurnaan ketaatan dan
kerohanian-Nya. Tetapi bagi Arianisme, Yesus bukan sekedar seorang manusia melainkan Yesus
seperti malaikat dan setengah manusia karena Dia adalah ciptaan yang serupa dengan Allah.
Secara ringkas bagi Arianisme, Arianisme berpegang teguh terhadap Yesus yang diperanakkan
dalam suatu waktu, ada suatu waktu ketika firman itu belum ada dan dengan begitu dia dapat
berubah seperti kita. Seandainya tidak berubah, dia tidak dapat menjadi teladan rohani, karena di
dalam bagian-bagian Alkitab yang berbicara tentang Yesus sebagai yang menderita, semakin
bertumbuh dalam hikmat dan makan, tidur, minumpun memperlihatkan bahwa Yesus dapat
bergerak dan dengan demikian bukan Allah melainkan makhluk seperti kita karena Yesus dapat
merasakan kesakitan dan dapat bertingkah laku sama seperti kita. Tetapi di pihak lain, bagianbagian Alkitab juga yang membicarakan tentang Yesus sebagai pencipta segala sesuatu
memperlihatkan bahwa Yesus bukan sekedar seorang manusia tetapi Yesus bisa membuat
Mujizat. Karena itu, kaum Arianisme tampaknya melihat Yesus sebagai suatu kesatuan yang
terdiri dari tubuh manusia dengan jiwa malaikat.
Dalam hal ini kaum Arianisme juga berpendapat bahwa Yesus itu tidak kekal, tetapi mereka lebih
memusatkan bahwa apa yang di klaim dari origenes yaitu yang dilahirkan Allah adalah Allah.
Disini kaum Arianisme sangat memahi pengertian melahirkan ini sebagaimana seseorang
memindahkan sifat-sifat yang dimilikinya (Manusia melahirkan manusia) demikian pula Allah
Bapa memberikan sifat-sifat ilahi kepada anak-Nya. Kaum Arianisme juga berpendapat bahwa
analogi yang di klaim oleh origenes ini tidak tepat untuk hubungan antara Allah dengan logos
(bapa dan anak). Mereka memberikan tiga alasan untuk kesimpulan ini. Suatu sifat esensial Allah
adalah Dia berada dengan dirinya sendiri (tidak dilahirkan). Pertama, Allah Bapa tidak dapat
memberikan sifat ini kepada anaknya karena ia dihasilkan Bapa. Kedua, bila bapa tidak
dilahirkan dan tidak dapat dilahirkan, prinsip origenes yang berikutnya, anak yang ia lahirkan
Page | 1

seharusnya juga tidak dilahirkan dan tidak dapat diperanakkan, namum hal ini tidak masuk akal
sama sekali. Akhirnya, kaum arianisme mengatakan bahwa apabila anak itu memiliki sifat yang
sama menghasilkan satu Anak, dan Anak itu menghasilkan Anak yang lain, dan seterusnya.
Tetapi dalam hal ini juga ada pemahaman lain yang disampaikan oleh kaum ortodoks yaitu kaum
ortodoks tidak berpikir bahwa kegiatan yang menghasilkan suatu pemindahan sifat-sifat, tetapi
sebagai suatu pembagian yang lebih mendasar. Anak, sebagaimana halnya Bapa, dijadikan dari
keallahan. Jadi, menurut kaum ortodoks bahwa kaum arianisme salah menangkap inti dari dialog
yang di bahas yaitu anak itu tidak kekal. Namun disisi lain juga, kaum ortodoks setuju bahwa
berada dengan sendirinya merupakan sifat esensial yang ilahi. Sehingga ia menjelaskan bahwa
Anak maupun Bapa sama-sama memiliki dasar berada dengan sendirinya. Dalam hal ini
keseluruhan Allah, yaitu keseluruhan Trinitas, termasuk semua aspeknya, tidak memiliki awal
mula dan tidak di peranakkan . Dia tidak mengasalkan keberadaannya dari apapun, sementara
dunia itu di asalkan dari sesuatu. Namun, di dalam Trinitas ada hubungan-hubungan asal usul.
Kita dapat bicara tentang bapa sebagai yang memperanakkan anak dan anak sebagai yang di
perankkan Bapa.
Jadi, dalam hal ini istilah Bapa dan Anak tidak menjelaskan Allah, tetapi pribadi-pribadi
Trinitas. Pada satu konteks, istilah tidak di peranakkan menjelaskan Trinitas sebagai suatu
keseluruhan; pada konteks yang lain, istilah ini menjelaskan Bapa ketika di kontraskan dengan
Anak. Dengan demikian, Anak dapat di katakan tidak di peranakkan sebagai bagian dari
keseluruhan keilahian dan di peranakkan dari bapa sebagai suatu hubungan di dalam Trinitas.
Kesimpulannya kaum Arianisme percaya bahwa Yesus Kristus itu ada tetapi tidak serupa dengan
Allah karena, kaum Arianisme masih menganggap bawah Yesus itu sebagai anak yang
di peranakkan oleh Allah, sehingga Yesus itu di anggap sebagai Anak yang tidak kekal. Dalam
artian anak tidak kekal yaitu Yesus belum serupa dengan Allah tetapi hanya mendapat sifat-sifat
yang di bagikan oleh Allah terhadap Yesus dan Yesus juga di pandang sebagai manusia dan
malaikat karena Yesus masih bisa merasakan kesakitan tetapi Yesus juga bisa membuat mujizat.
Sehingga kaum Arianisme menganggap bahwa Yesus itu ada tetapi tidak serupa dengan Allah
hanya saja mengaruniakan sifat yang di berikan oleh Allah terhadap Yesus (Bapa dan Anapk).
Daftar Pusaka :
1. Urban, Linwood 2003. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristiani. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia

Page | 2

You might also like