You are on page 1of 12
BABII ‘TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Teripang 2.1.1 Deskripsi dan Klasifikasi Teripang ‘Teripang merupaken salah satu hewan laut yang termasuk binatang berkulit uri (Echinodermata). Teripang mempunyai tubuh bulat panjang,bentuk tubuhnya ‘menyerupai timun sehingga dikenal juga sebagai timun laut atau sea cucumber (Wibowo ef al,1997), Permukaan kulit teripang biasanya kasar, karena ada duri- uri lunak (papilla) yang kecil tidak teratur, atau dengan tonjolan-tonjolan besar yang merupakan modifikasi dari papilla (Martoyo et al, 2007). Meskipun teripang termasuk hewan berkulit duri namun duri pada teripang sebenamnya ‘merupakan rangka yang mengandung zat kapur. Duri pada teripang merupakan, duri lunak di kulit tububnya, tetapi tidak semua jenis teripang memilikinya (Sendih dan Gunawan dalam Pujiono 2007). Gambar teripang dapat dilihat pada Gambar 1 Gambar 1. Holothuria coluber dokumentasi P20 LIPI 6 Tubuh teripang lunak, berdaging, dan bentuknya silindris memanjang seperti buah ketimun, Ttulah sebabnya hewan ini dinamakan ketimun laut. Gerakannya sangat lamban schingga hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut, Wamanya bermacam-macam dari hitam, abu-abu, kecokelat-cokelatan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, sampai putih (Martoyo et al., 2007). ‘Menurut Martoyo et al, (2007) klasifikasi teripang sebagai berikut: Kerajaan ‘Animalia Filum Echinodermata Sub-filum : Echinozoa Kelas : Holothutoidea Sub-kelas Aspidochirotacea Ordo Aspidochirotda Famili Holothuridae Genus : Holothuria Spesies Holothuria coluber 2.1.2 Habitat Teripang Pada umumnya teripang hidup sebagai bentik di tempat berpasir atau tempat yang agak lunak (pasir berlumpur). Teripang dapat ditemukan hampir di seluruh perairan pantai, mulai daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam, Untuk hidupnya, teripang lebih menyukai perairan yang jemnih dan airnya relatif tenang. Hewan ini bergerak lamban di dasar perairan yang gelap, di bawah batu, di sela-sela Jamun dan karang atau menguburkan diri di dalam pasir (Martoyo et al, 2007), Teripang umumnya menempati ckosistem terumbu karang dengan perairan yang jemih, bebas dari polusi, air relatif tenang dengan mutu air yang cukup baik. Habitat yang ideal bagi teripang adalah air laut dengan salinitas 29-33 %o yang, memiliki kisaran pH 6,5-8-5, kecerahan air laut 50-150 em, kandungan oksigen terlarut 4-8 ppm, dan suhu air laut berkisar antara 20-25°C (Wibowo et al. dalam Meydia, 2006), 2.1.3 Potensi Senyawa Bioaktif Teripang Didalam teripang banyak terkandung senyawa aktif seperti lektin, sterol, ponin atau triterpen glikosid, protein, kolagen, _ mukopolisakarida, glikosaminoglikan, kondroitin sulfat E, kondroitin sulfat fukosilat, asam amino, asam lemak, vitamin, karotenoid, mineral, polifenol, flavonoid. Beberapa penelitian menyebutkan teripang mengandung senyawa saponin — glikosida. ripang juga mengandung senyawa yang bersifat antioksidan yaitu. senyawa yang bertugas melawan radikal bebas. Struktur senyawa saponin dapat dilihat pada Gambar 2 Gambar 2, Struktur senyawa saponin pada teripang, (sumber: Dharmananda dalam Pujiono, 2007) 2.2 Tinjauan Umum Bakteri Uji 2.2.1 Vibrio eltor Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek, berukuran panjang 1,4-5,0 ym dan lebar 0,3 -1,3 um, Vibrio elfor merupakan penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut, yaitu ikan, udang, dan kerang-kerangan, Di laut, bakteri ini bersimbiosis dengan ikan dengan kondisi perairan yang terpelihara. Apabila kondisi lingkungan perairan menjadi tercemar, menycbabkan Vibrio eltor bersifat patogen. Vibrio eltor diklasifikasikan sebagai berikut Divisi Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili Pscudomonedaceae Genus Vibrio Spesies : Vibrio eltor Vibrio juga merupakan penyebab utama penyakit udang menyala dan dapat berperan sebagai patogen primer ataupun patogen sekunder. Sebagai patogen primer, Vibrio masuk melalui Kontak langsung dengan organisme, sedangkan sebagai patogen sekunder, Vibrio menginfeksi organisme yang telah terlebih dahulu terinfeksi penyakit lain, Vibrio menyerang dengan merusak lapisan kutikula yang mengandung khitin dikarenakan Vibrio memiliki Khitinase, lipase, dan protease. Penyakit udang menyala ini pada umumnya menyerang udang pada stadia myssis sampai awal pasca larva, 2.2.2 Bacillus subtillis Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif, selnya berbentuk batang dengan ukuran 0,3-2,2 pm x 1,27-7,0 um, Biasanya banyak dijumpai di tanah. Bakteri ini tersebar luas dalam tanah dan terbawa oleh partikel-partikel debu di udara, B, subtilis menyebabkan infeksi pada manusia dan hewan (Pelezar dan Chan, 1988). Bacillus subtilis diklasitik an sebagai berikut Divisi Protophyta Kelas, : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili Bacillaceae Genus Bacillus Spesies : Bacillus subtilis Beberapa bakteri genus Bacillus merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia maupun hewan, B. subtilis dapat tumbuh, pada makanan dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan, Bacillus subtilis juga menyebabkan terjadinya gastroenteritis pada manusia, 2.2.3 Staphylococcus aureus Nama Staphylococcus berasal dari kata staphyile (kelompok buah anggur) dan coccus (bulat). Staphylococcus aureus tergolong bakteri gram positif. Sel-sel pada Staphylococcus aureus berbentuk bola, berdiameter 0,81 um, Suh optimum antara 35-40°C dan pH 6-7, akan tetapi pada suhu 6,7-45,5°C serta pH 4,0-9,8 bakteri ini masih dapat tumbuh dan berkembang biak. Staphylococcus aureus diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo Eubacterial Famili Micrococ Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococeus aureus Bakteri Staphylococcus aureus biasanya hidup pada kulit dan selaput lendir pada binatang berdarah panas, termasuk manusia, Adapun makanan yang sering terkontaminasi bakteri ini adalah daging unggas, daging merah dan produknya, ikan dan produknya, serta susu dan produknya. Staphylococcus aureus dapat ‘memproduksi senyawa beracun yang disebut enterotoksin, Enterotoksin yang, dihasilkon menyebabkan gastroenteritis atau radang usus (Fardiaz dalam Wawolumaya, 2012), 2.2.4 Escherichia coli Bakteri Escherichia coli berasal dari nama belakang penemunya yakni ‘Theodor Escherich, Bakteri E.coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil atau batang dengan ukuran panjang 2 —6 im dan lebar 1,1 ~ 1,5 yim, Bakteri ini hidup baik pada suhu optimal 37°C dan hidup normal usus yang sering kali menyebabkan infeksi. Menurut Salle dalam Wawolumaya 2011, Escherichia coli diklasifikasikan sebagai berikut: Filum Schizomycota Kelas : Schizomycetes Ordo bacteria Genus Escherichia Spesies Escherichia coli 10 Escherichia coli ini hidup di dalam dinding usus besar manusia dan berfungsi menguraikan sisa-sisa makanan yang tidak terserap dalam tubuh. Namun bakteri ini juga dapat menyebabkan diare apabila pertumbuhan bakteri ini tidak terkendali 2.3 Metode Isolasi 2.3.1 Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan suata zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antera dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain (Rahayu dalam Wawolumaya, 2012). Teknik ekstraksi didasarkan pada kenyataan bahwa jika suatu zat dapat larut dalam dua fase yang tidak bercampur, maka zat dapat dialihkan dari satu fase ke fase lain dengan mengocoknya bersama-sama, Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa Komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut Faktor-fuktor yang mempengaruhi terhadap proses ekstraksi adalah lama ekstraksi, suhu dan jenis pelarut yang digunakan. Pelarut yang digunakan tergantung dari sifat zat yang dilarutkan, karena setiap zat memiliki daya kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berlainan (Pujiono, 2007). Hal yang perlu dipethatikan dalam pemilihan pelarut adalah sifat polaritas bahan. Sifat polaritas bahan harus sama dengan polaritas pelarut agar bahan dapat larut. Ada tiga jenis pelarut, yaitu pelarut polar, semi-polar dan non polar. Prinsip pemilihan pelarut adalah like dissolve like, artinya pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar (Achmadi; Nugraheny dalam Wawolumaya, 2012). Bahan dan senyawa kimia akan mudah larat pada pelarut yang relatif sama kepolarannya. Semakin besar konstanta diclektrik, maka semakin polar pelarut tersebut (Pelezar dan Chan, 1988). Proses ekstraksi secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu ekstraksi padat-cair (solid-liguid extraction) dan ekstraksi cair-cair (liquid-liquid u extraction). Ekstraksi padat-cair pada umumnya digunakan untuk mengekstraksi senyawa atau. molekul-molekul dari bahan alam. Sedangkan ekstraksi cair-cair pada umumnya digunakan dalam proses separasi atau pemurnian senyawa dari alam maupun senyawa produk dari suatu reaksi kimia (Pavia et al.; Agung dalam Wawolumaya, 2012). 2.3.2 Fraksinasi Fraksinasi adalah prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari golongan utama yang lain, Pemisahan jumlah dan jenis senyawa menjadi fraksi yang berbeda tergantung pada jenis, simplisia, Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar, begitu pula senyawa yang bersifat non polar akan masuk ke pelarut nonpolar (Harborne dalam Wawolumaya, 2012). Perlakuannya sama dengan proses ekstraksi cair-cair. Ekstraksi ini juga kan dikenal sebagai ekstraksi pelarut, merupakan suatu. metode untuk memisa senyawa berdasarkan kelarutan relatifnya pada dua larutan berbeda yang tidak dapat bercampur, biasanya air dan suatu pelarut organik, Metode ini merupakan suatu ekstraksi senyawa dari satu fase cairan ke fase cairan lain (Harborne dalam Wawolumaya, 2012), [Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang. ‘mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempuma dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut seswai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. 2.3.3 Identifikasi Kandungan Metabolit Sekunder Identifikasi kandungan metabolit sekunder dilakukan untuk mengetahui jenis golongan senyawa aktif yang terkandung dalam sampel. Pengidentifikasian 12 ‘menggunakan uji kualitatif fitokimia. Uji yang dilakukan terdiri dari uji flavonoid, fenolik, saponin, steroid dan triterpenoid. + Flavonoid Flavonoid merupakan bagian dari senyawa fenolik yang terdapat pada pigmen tumbuh-tumbuhan, Flavonoid merupakan antioksidan yang menetralisir radikal bebas yang menyerang sel-sel tubuh manusia. Manfaat utama flavonoid adalah untuk melindungi straktur sel, membantu memaksimalkan manfaat vitsmin C, mencegah keropos tulang dan anti inflamasi. Pada uji flavonoid, sampel akan terbentuk warna orange merah (Leny, 2006). Struktur kimia flavonoid dapat dilihat pada Gambar 3, VN ¢ \-cce ft S i % \—/ Gambar 3. Struktur Kimia flavonoid © Fenolik Fenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah CcHsOH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (OH) yang berikatan cincin fenil. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat ‘melepaskan ion H” dari gugus hidroksilnya, Fenol berfungsi delam pembuatan obat-obatan, sebagai antiseptik, untuk pewama dan resin sitesis, Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit terbuka. Struktur kimia fenolik dapat dilihat pada Gambar 4 OH OH or Gambar 4. Struktur Kimia Fenolik 13 © Steroid dan Triterpenoid Terpenoid adalah kelompok senyawa metabolit sekunder yang terbesar, dilihat dari jumlah senyawa maupun variasi kerangka dasar_struktumya. Terpenoid ditemukan berlimpah dalam tumbuhan tingket tinggi, meskipun

You might also like