You are on page 1of 7

Proses Fotosintesis Pada Tumbuhan - Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang

dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai
(nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari
energi yang dihasilkan dalamfotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat
di atmosfer bumi.
Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut
sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam
fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gulasebagai molekul penyimpan
energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui
kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada sejumlah tahap yang belum
bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses vital ini. Proses
fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan alam utama,
seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara
umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di
organel inilah tempat berlangsungnyafotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis
(disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu. Pada
dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang
(karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan
karbon dioksida).

Reaksi terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini
memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer)
dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan
dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna
hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan
panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak
energi.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat
reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau
fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang
menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700
nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua
baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II,
membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron.
Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan
pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau
kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini
dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil.
Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.
Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pendapat
ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada
tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, menggunakan tidak menghasilkan
oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen.
Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I,

melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi
NADP menjadi NADPH.
Reaksi gelap
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia.
Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon
dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini
disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi
meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya). (Hardianto, 30: 2004)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fotosintesis adalah proses untuk memproduksi gula (karbohidrat) pada tumbuhan, beberapa
bakteri dan organisme non-seluler (seperti jamur, protozoa) dengan menggunakan energi
matahari, yang melalui sel-sel yang berespirasi energi tersebut akan dikonversi ke dalam bentuk
ATP sehingga dapat digunakan seluruhnya oleh organisme tersebut (Utomo 2007). Reaksi umum
dari proses fotosintesis adalah :
6H2O + 6CO2 C6H12O6 + 6O2

Proses fotosintesis berlangsung dalam dua proses. Proses pertama merupakan proses yang
tergantung pada cahaya matahari (reaksi terang), yaitu reaksi yang membutuhkan energi cahaya
matahari langsung dan molekul-molekul energi cahaya tersebut belum dapat digunakan untuk
proses berikutnya. Proses kedua adalah proses yang tidak membutuhkan cahaya (reaksi gelap)
yang terjadi ketika produk dari reaksi terang digunakan untuk membentuk ikatan kovalen C-C
dari karbohidrat. Pada proses ini, CO2 atmosfer atau CO2 dari air (untuk organisme akuatik)
ditangkap dan dimodifikasi oleh penambahan hidrogen menjadi benttuk karbohidrat (Utomo
2007).
Hydrilla sp. adalah tumbuhan air yang merupakan bagian ekosistem danau dan berperan sebagai
sumber daya baik langsung maupun tidak langsung (Tanor 2004).
Fotosintesis adalah proses yang tergantung cahaya sehingga kecepatan dalam menambat CO2
dan energi matahari sangat tergantung pada intensitas cahaya matahari. Kecepatan fotosintesis
akan meningkat dengan adanya peningkatan intensitas cahaya.
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya. Semakin banyak karbondioksida di udara,
makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya.
Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi
enzim. Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbondioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis. Jika kadar fotosintat seperti
karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan
sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang. Menurut literatur, laju fotosintesis jauh lebih
tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah daripada tumbuhan dewasa. Hal ini
dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk
tumbuh (Rizky 2010).
Tujuan :
Untuk mempelajari pengaruh intensitas cahaya terhadap laju fotosintesis Hydrilla.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Fotosintesis merupakan proses pembentukan senyawa organik (C6H12O6) dari senyawa anorganik
(CO2 dan H2O) oleh klorofil dengan bantuan cahaya. Tahapan dalam fotosintesis merupakan
rangkaian dari proses penangkapan energi cahaya (fotosistem), aliran elektron, dan
penggunaannya (Rahardian 2012).
Laju fotosintesis ditentukan oleh beberapa faktor yaitu intensitas cahaya, konsentrasi
karbondioksida, suhu, kadar air, kadar fotosintat, tahap pertumbuhan, dan umur daun. Tetapi
faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis agar dapat berlangsung adalah cahaya, air, dan
karbondioksida (Kimball 1992).
Percobaan laju fotosintesis dibuktikan dengan pengamatan jumlah gelembung O2 hasil
fotosintesis tumbuhan Hidrilla sp. Berdasarkan percobaan, tumbuhan Hidrilla sp. dimasukkan ke
dalam gelas ukur yang berisi air destilata dan larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) dalam
keadaan sudah terikat dengan pengaduk gelas dengan diberi pencahayaan lampu sorot selama 15
menit pada jarak 100 cm hingga 10 cm. Pada percobaan awal dengan jarak 100 cm,
tumbuhan Hidrilla sp. dalam gelas ukur yang berisi air destilata belum menghasilkan gelembung.
Sedangkan dalam gelas ukur yang berisi larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) terdapat satu
gelembung. Dan pada jarak 10 cm dari lampu sorot, gelembung yang dikeluarkan
tumbuhan Hidrilla sp. dalam air destilata sebanyak dua gelembung dan dalam larutan natrium
bikarbonat sebanyak empat gelembung.

Percobaan ini menghasilkan data pengamatan yang tidak sesuai dengan literatur karena adanya
beberapa faktor yang mempengaruhi. Berdasarkan literatur, seharusnya semakin dekat jarak
intensitas cahaya dengan tumbuhan Hidrilla sp., maka semakin banyak jumlah gelembung
O2 yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh jarak intensitas cahaya terhadap
tumbuhan Hidrillasp., maka jumlah gelembung O2 yang dihasilkan semakin sedikit. Tetapi dari
hasil percobaan, terdapat data yang tidak sesuai dengan literatur. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya pengikatan pada tumbuhan Hidrilla sp. yang terlalu
kencang sehingga menyebabkan kerusakan pada sel-selnya.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah penyinaran yang tidak menggunakan sinar matahari,
melainkan dengan menggunakan lampu sorot, dimana keduanya mempunyai panjang gelombang
yang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury 1995).
Hasil percobaaan membuktikan bahwa pada umumnya, tumbuhan Hidrilla sp. lebih banyak
menghasilkan gelembung dalam larutan natrium bikarbonat daripada dalam air destilata. Hal ini
disebabkan karena larutan bikarbonat merupakan katalisator yang baik. Selain itu larutan natrium
bikarbonat berfungsi untuk menambah persediaan CO2 di dalam air untuk mempercepat laju
fotosintesis.
KESIMPULAN
Fotosintesis merupakan proses pembentukan senyawa organik (C6H12O6) dari senyawa anorganik
(CO2 dan H2O) oleh klorofil dengan bantuan cahaya. Fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaiut intensitas cahaya, konsentrasi CO2, suhu, kadar air, kadar fotosintant, tahap
pertumbuhan, dan umur daun. Semakin rendah intensitas cahaya, semakin rendah laju
fotosintesis. Begitu pula jika intensitas cahaya tinggi, maka semakin tinggi laju fotosintesis.
DAFTAR PUSTAKA
Kimball JW. 1992. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga
Rahardian R dan Ananda A. 2012. Master Biologi. Jakarta: WahyuMedia

Rizky MS. 2010. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Suhu terhadap Laju Fotosintesis.
[terhubungberkala].http://meirza.sr08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/ pengaruh-intensitascahaya-dan-suhu-terhadap-laju-fotosintesis/ [17 November 2012]
Salisbury FB. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB
Tanor MN. 2004. Hydrilla Verticillata sebagai Sumber Hara pada sistem budidaya Kacang
Tanah. Eugenia 10 (1) : 92-101. [terhubung berkala].
Utomo B. 2007. Fotosintesis pada Tumbuhan [Karya Ilmiah]. Medan: Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.

You might also like