Professional Documents
Culture Documents
Artikel Penelitian PDF
Artikel Penelitian PDF
Mahasiswa PS Agronomi Program Pascasarjana Unand, Padang, 2 ,3 Staf Pengajar, Fakultas Pertanian
Unand, Padang.
ABSTRACT
Studies of intercropping maize-peanut conducted to determine the effect of planting time and
population of peanuts on the growth and yield of corn (Zea mays L) and peanut (Arachis
hypogaea L). Peanut was seeded in one row between two maize rows. The control treatments
were sole cropping maize and sole cropping peanut at about 71,428 and 125,000 plants per
hectare respectively. The trial layout was completely randomized block design with three
replicates. Treatments include time of planting peanuts 0, 7, and 14 days after planting maize, and
population of peanuts 190.476, 95.238, and 63.492 plants per hectare respectively. The study was
conducted at the experimental field of Agricultural Faculty of Andalas University in Padang from
February 2011 to June 2011. Grain yield of maize and peanut was reduced 14.50% and 60.13%
respectively compared to sole cropped maize and peanut. LER and ATER was greater than one,
indicating that this cropping system is profitable in terms of land utilization. It was concluded that
maize is a dominant component crop in maize and peanuts intercropping system and that it is
advantageous to intercrop.
Key words : intercropping, maize, peanut, LER, ATER.
ABSTRAK
Kajian tumpangsari jagung/kacang tanah dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu tanam dan
populasi kacang tanah terhadap pertumbuhan dan hasil jagung (Zea mays L) dan kacang tanah
(Arachis hypogaea L). Kacang tanah ditanam satu baris di antara dua baris jagung. Sebagai
kontrol, ditanam jagung dan kacang tanah secara tunggal, sekitar 71.428 dan 125.000 tanaman
per hektar masing-masing. Percobaan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan.
Perlakuan meliputi waktu tanam kacang 0 hst, 7 hst, dan 14 hst jagung, dan populasi kacang tanah
berturut-turut 190.476, 95.238, dan 63.492 tanaman per hektar. Penelitian dilakukan di lahan
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang dari Februari 2011 hingga Juni 2011.
Hasil rata-rata biji jagung dan kacang tanah pada tumpangsari berkurang berturut-turut 14.50%
dan 60.13% dibandingkan dengan tanaman tunggal jagung dan kacang tanah. Rata-rata nilai NKL
dan ATER lebih besar dari satu, menunjukkan bahwa sistem tanam ini menguntungkan dalam hal
pemanfaatan lahan. Disimpulkan bahwa jagung merupakan komponen tanaman dominan dalam
sistem tumpangsari jagung/kacang tanah dan kedua jenis tanaman menguntungkan untuk
ditumpangsarikan.
Kata kunci : tumpangsari, jagung, kacang tanah, NKL, ATER.
PENDAHULUAN
Jagung merupakan tanaman serealia
yang paling produktif di dunia. Penyebaran
tanaman jagung sangat luas karena mampu
beradaptasi dengan baik pada berbagai
lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah
tropis hingga 50 LU dan 50 LS, dari
dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di
atas permukaan laut (dpl), dengan curah
hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar
500 mm per tahun (Dowswell et al. 1996).
Kacang tanah adalah komoditas
agrobisnis yang bernilai ekonomis cukup
tinggi dan merupakan salah satu sumber
protein dalam pola pangan penduduk
Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari
tahun ketahun terus meningkat, sejalan
dengan bertambahnya jumlah penduduk,
kebutuhan gizi masyarakat, kapasitas industri
pakan dan makanan Indonesia (Fachruddin,
2000).
Pola tanam berganda merupakan
sistem pengelolaan lahan pertanian dengan
mengkombinasikan
intensifikasi
dan
diversifikasi tanaman (Francis,1989). Pada
umumnya
sistem
tumpangsari
lebih
menguntungkan
dibandingkan
sistem
monokultur karena produktivitas lahan
menjadi lebih tinggi, jenis komoditas yang
dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian
sarana produksi dan resiko kegagalan dapat
diperkecil (Beets, 1982).
Keuntungan secara agronomis dari
pelaksanaan sistem tumpangsari dapat
dievaluasi dengan cara menghitung Nisbah
Kesetaraan Lahan (NKL). Nilai ini
menggambarkan efisiensi lahan, yaitu jika
nilainya > 1 berarti menguntungkan.
(Beets,1982). Sistem tumpangsari dapat
meningkatkan produktivitas lahan pertanian
jika jenis jenis tanaman yang dikombinasikan
dalam sistem ini membentuk interaksi saling
menguntungkan (Vandermeer,1989).
Penanaman tumpangsari menciptakan
agroekosistem pertanaman yang komplek,
yang mencakup interaksi antara tanaman
sejenis maupun berbeda jenis. Persaingan
terjadi apabila masing-masing dua atau lebih
spesies tanaman memerlukan kebutuhan
hidup yang sama (Haryadi, 1996). Menurut
Odum (1997) kompetisi menunjukkan
adanya upaya tanaman untuk memperoleh
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
percobaan
tumpangsari jagung dan kacang tanah dengan
perlakuan waktu tanam dan jarak tanam
kacang tanah terhadap pertumbuhan dan hasil
adalah sebagai berikut :
1. Pada sistem tumpangsari jagung/kacang
tanah hasil rata-rata jagung dan kacang
tanah menurun berturut-turut sekitar
14.50% dan 60.13% dibandingkan pada
tanaman tunggal, yaitu 7.33 ton.ha-1 dan
0.89 ton.ha-1.
2. Diperoleh rata-rata berat hasil jagung
tertinggi sebesar 7.933 ton.ha-1 pada
perlakuan waktu tanam kacang tanah
bersamaan dengan jagung dan populasi
kacang tanah 95.238 rumpun.ha-1,
sedangkan berat hasil rata-rata tertinggi
kacang tanah sebesar 1.590 ton.ha-1,
diperoleh pada tanaman kacang tanah
dengan perlakuan waktu tanam bersamaan
dengan jagung dan populasi 190,476
rumpun.ha-1.
3. Peningkatan jumlah populasi kacang
tanah dari 63,238 rumpun.ha-1 pada
perlakuan
W3,
menjadi
95.238
rumpun.ha-1 atau meningkat sebesar
50%, diperoleh peningkatan hasil
sebesar 39.76%, sedangkan pada
peningkatan jumlah populasi hingga
190,476 rumpun.ha-1 atau meningkat
hingga 100%, pada perlakuan P2 ke P1,
hanya diperoleh peningkatan hasil
kacang tanah sebesar 44.32%.
4. Nilai rata-rata NKL dan ATER tertinggi
yaitu 1.62 dan 1.58 diperoleh pada
perlakuan waktu tanam kacang tanah
bersamaan dengan jagung dan populasi
kacang tanah 190,476 rumpun.ha-1.
5. Pada percobaan sistem tumpangsari ini,
tanaman jagung secara umum lebih
kompetitif dibanding dengan kacang
tanah dengan nilai rasio kompetisi 2.66 :
0.64.
6. Perlakuan waktu tanam kacang tanah
kacang tanah bersamaan dengan jagung
dan populasi kacang tanah 190,476
rumpun.ha-1 memberikan hasil terbaik
yaitu diperoleh hasil jagung sebesar
7.722 ton.ha-1 dan kacang tanah sebesar
1.590 ton.ha-1.
Tabel 1. Varibel respon hasil dan komponen hasil tanaman jagung dalam sistem tumpangsari jagung/kacang tanah
Perlakuan
waktu tanam kacang tanah (W) dan
populasi kacang tanah (P)
Rata-rata kombinasi W x P
bersamaan dengan
190.476 (P1)
jagung (W1)
95.238 (P2)
63.492 (P3)
Berat tongkol
(g)
Hasil (ton.ha1)
IP (%)
158.24ab
210.09ab
182.47ab
113.51ab
116.62ab
112.85ab
22.92ab
24.94ab
22.27ab
7.722ab
7.933ab
7.677ab
38.732ab
38.377ab
37.539ab
+7 hari setelah
tanam jagung
(W2)
190.476 (P1)
95.238 (P2)
63.492 (P3)
207.37ab
180.96ab
180.54ab
114.44ab
113.58ab
100.25ab
25.73ab
23.83ab
23.97ab
7.785ab
7.726ab
6.819ab
37.144ab
37.056ab
36.160ab
190.476 (P1)
95.238 (P2)
63.492 (P3)
173.21ab
161.78ab
159.54ab
107.96ab
91.78ab
98.16ab
24.53ab
22.30ab
20.51ab
7.344ab
6.234ab
6.678ab
38.825ab
34.754ab
37.617ab
183.60a
189.62a
164.84a
179.61b
184.28b
174.18b
114.33a
109.42a
99.30a
111.97b
107.32b
103.75b
23.38a
24.51a
22.45a
24.39b
23.69b
22.25b
7.777a
7.444a
6.755a
7.617b
7.301b
7.058b
38.216a
36.787a
37.065a
38.234b
36.729b
37.105b
Dalam tiap kolom, nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada = 0.05 menurut
Duncans Multiple Range test.
Tabel 2. Varibel respon hasil dan komponen hasil tanaman kacang tanah dalam sistem tumpangsari jagung/kacang
tanah
Perlakuan
Rata-rata kombinasi W x P
bersamaan dengan
190.476 (P1)
jagung (W1)
95.238 (P2)
63.492 (P3)
Berat polong
(g)
Hasil (ton.ha1)
IP (%)
15.86ac
19.34ac
17.80ac
9.17ac
9.27ac
11.25ac
40.12ab
41.92ab
41.69ab
1.590ad
0.967ae
0.645af
16.25ab
15.12ab
16.48ab
+7 hari setelah
tanam jagung
(W2)
190.476 (P1)
95.238 (P2)
63.492 (P3)
8.78bc
13.43bc
13.99bc
5.96abc
9.46abc
7.63abc
38.49ab
40.96ab
42.72ab
1.398bd
0.979be
0.589bf
14.62ab
18.35ab
13.36ab
190.476 (P1)
95.238 (P2)
63.492 (P3)
9.54bc
10.29bc
10.57bc
6.40bc
5.16bc
5.67bc
40.17ab
36.39ab
36.20ab
0.661cd
0.583ce
0.574cf
24.04ab
12.64ab
17.30ab
17.67a
12.07a
10.14b
11.39c
14.36c
14.12c
9.90a
7.68ab
5.74b
7.18c
7.96c
8.18c
41.24a
40.72a
37.59a
39.60b
39.76b
40.20b
1.067a
0.989b
0.606c
1.216d
0.843e
0.603f
19.95a
15.44a
17.99a
18.30b
15.37b
15.71b
Dalam tiap kolom, nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada = 0.05 menurut
Duncans Multiple Range test.
Tabel 3. Nilai NKL, ATER dan Rasio Kompetisi tanaman dalam sistem tumpangsari jagung/kacang tanah
Perlakuan
Rata-rata kombinasi W x P
bersamaan dengan
190.476 (P1)
jagung (W1)
95.238 (P2)
63.492 (P3)
NKL
ATER
Rasio kompetisi
jagung
Rasio kompetisi
Kacang tanah
1.62ac
1.36ad
1.19ae
1.58ad
1.33ae
1.15af
0.69ab
2.18ac
4.68ad
1.63ac
0.47ad
0.22ad
190.476 (P1)
95.238 (P2)
63.492 (P3)
1.54ac
1.34ad
1.06ae
1.41bd
1.23be
0.97bf
0.73ab
2.07ac
4.57ad
1.39ac
0.49ad
0.23ad
1.15bc
0.99bd
1.04be
1.00cd
0.86ce
0.90cf
1.48ab
2.77ac
4.74ad
0.74bc
0.36bd
0.23bd
1.39a
1.31a
1.06b
1.44c
1.23d
1.09e
1.35a
1.20b
0.92c
1.33d
1.14e
1.01f
2.52a
2.46a
3.00a
0.97b
2.34c
4.66d
0.77a
0.70a
0.45b
1.26c
0.44d
0.22d
+7 hari setelah
tanam jagung
(W2)
Keterangan :
Dalam tiap kolom, nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada = 0.05 menurut
Duncans Multiple Range test.
Daftar Pustaka
Beets, W.C. 1982. Plant interrelationship and
competition. In: Multiple Cropping and
Tropical Farming Systems. Westerview
Press. 178p.
Hiebsch, C.K. and McCollum, R.E. 1987. Area-xtime equivalency ratio: A method for
evaluating the productivity of intercrops.
Agronomy Journal 79:15 -22.