You are on page 1of 84
3 ' S94 i Re ae i & SO a o¢ sig | a BsSo ul ue aS. Ef: zze8 : : S2a8 ese 5 a qe a ZSS6 2 us cis See a< a z z Z258 | a & eee $5 tm s : ee rsity : : Bogor Agriculturaf Gnive: 5 S < ta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) 2 Eat © Hak cip man a og . Peed: jitbiip 2 3 Z bsyaga3 A 2 5 3 2 i oo q q a ce, «fF lGghl? os gl aq fe FTG Es se gqgici e agidags 3 a i $ 3 g Bad < ageea : mh | POE : faeedha | | 8 © ex SioteApilip. 1px (institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidilzan, penelitian, penulisan arya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. “Ad] wiz! bdun} undodd ynquaq WinjOp Jul s11N] OAuDy YNaNjes NDYD UDIBOgas YyoAuDqedweW UDP UDYWINLUNBUaW BUDIDIIG TZ “Ad 4ofom Buns uD6uguedey uDyJENseW YOpA UDdANBUEd °q “YyoJosoW! nzons UOND{UA Noy YALE) UDs||NUAd ‘UDLodD] UOUNsNhued ‘Yo}WU! 4404 UDs|INUAd ‘UD}!|eUEd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY YNqUN DsUDY UDdANBUAd “oO Qg a 3 g & 3 3 8 é 5 s 8 = 8 3 3 8 Q 8 £ 6 a 2 5 x 2 ¢ 6 E 2 g g 3 8 3 3 a 8 3 z 3 x 8 8 a s 8 = 3 § 2 % Ss 5 = 8 8 Fy 3 > 8 ae a x [2] zg a g = a £ 5 a cS = a Q 3 al ie z a a =I a ABSTRAK INIE GUMILAR . C24103069 . Studi Penetasan Telur dan Pertumbuhan atchling Buaya Muara (Crocodylus porosus) di Penangkaran PT. kanindya Karsa Cikande, Kabupaten Serang . Di bawah bimbingan I YOMAN S. NUITJA dan ISMU SUTANTO SUWELO. Buaya Muara merupakan salah satu jenis reptil yang saat ini -beradaannya di alam Indonesia terancam punah. Hewan ini banyak diburu ituk diambil kulitnya sebagai bahan baku dari berbagai macam aksesoris seperti @, sepatu, sabuk, dompet, dll. Fungsi penangkaran buaya adalah untuk menekan ®spioitasi dari buaya akibat adanya pemanfaatan seperti di atas. Tetapi pihak Penangkaran mengalami permasalahan baru berupa peningkatan produktifitas élur buaya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi bagaimana cara fenetaskan telur buaya pada penangkaran serta bagaimana menjaga dan merawat Betchling (anak buaya) yang baru menetas sampai mencapai tahap dimana 2atchling tersebut mampu bertahan hidup tanpa pertu adanya penanganan khusus. ii sini juga dilakukan pendugaan pola pertumbuhan haichling serta hubungan Binjang — beramya Penelitian dilakukan di penangkaran PT. Ekanindya Karsa eng berlokasi di Desa Parigi, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten. Gari basil penelitian diketabui bahwa untuk meningkatkan keberbasilan penetasan Plur buaya, digunakan mesin tetas berupa inkubator. Dengan menggunakan @lcubator tingkat keberhasilan penetasan telur bisa mencapai 92%. Dari hasil endugaan pertumbuhan, hatchling mengalami pertumbuhan yang pesat baik dari = 2i pertumbuhan panjang maupun pertumbuhan berat. Sedangkan dari hubungan Panjang berat diketahui bahwa hatchling mengalami pertumbuhan berat lebih ¢ominan dibandingkan dengan pertumbuhan panjangnya. ita kunci : Buaya, Telur, Hatchling, Penangkaran. AyISsBAIUA JesnyNoWBy 1060g UBAN IMRERDAYA PERAIRAN Ht SKRIPSI KABUPATEN SERANG Oleh : FINIE GUMILAR C 24103069 Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan mu Kelautan INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELA\ HATCHLING BUAYA MUARA (Crocodylus porosus) Di PENANGKARAN PT. EKANINDYA KARSA CIKANDE, DEPARTEMEN MANAJEMEN S! STUDI PENETASAN DAN PERTUMBUHAN. TELUR © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidifzan, penelitian, penulisan arya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kriti atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya t i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. Drs. Ismu Sutanto Suwelo NIP. 130 055 774 gE es aa s a is Z g 4a pif s | a 4 & a s 428 5 3 i 3 N28 g 8 ¥ 2= : g e 2s 5 g e a a a OQ = g | g22.4 24 “3 3 B 5 @ egies 2 ds é g = affiae ° SEs Z 5 — @a kits 7 = z 5 im 3 Zz g Z 38 = e433 SS i A ag So 4 5 é 25 a z a 5 cocci mre ota oranan Soe) Bogor Agricultu | University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidilzan, penelitian, penulisan karyq ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kriti atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tuli i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat - Nya, akhimya penulisan skripsi yang berjudul ” Studi Penetasan r dan Pertumbuhan Hatchling Buaya Muara (Crocodylus porosus) Di ngkaran PT. Ekanindya Karsa Cikande, ‘Kabupaten Serang ” dapat : -saikan oleh penulis. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk peroleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut nian Bogor. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : Prof. Dr. Ir. 1 Nyoman S$. Nuitja, M.Sc, MM dan Drs. Ismu Sutanto Suwelo yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini. Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam perbaikan skripsi penulis. Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku komisi Pendidikan S1 | Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. . . PT. Ekanindya Karsa (Bp. Rahmat Wiradinata selaku pemilik dan pimpinan penangkaran, Bp. Yana, Bp. Djoko, dan seluruh pekerja di penangkaran) atas bantuan dan bimbingannya selama penulis melakukan pengambilan data di penangkaran. Keluarga tercinta, papa dan mama yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang yang berlimpah kepada penulis. Segenap civitas akademika Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan tempat penulis menimba 6uppup-Buepun !6unputlig PIdID YOH “Ad 4ofom Buns uD6uguedey uDyJENseW YOpA UDdANBUEd °q } DAUDY YNuNjas NOY uDIGoges YohuDquediwawW UDp UDYLUNLUNBUEL BUDIDIIG ZT } 06404 uDs||nuad ‘UDA!|eUed ‘UDYpIpued UDBUAUEdeY YNqUN DsUDY UDd_NBUAd “o (o6og yriueyeganinsup dal IW eydIo YEH Qg a 3 g & 3 3 8 é 5 3 8 = 8 3 3 8 Q 8 £ 6 a 2 5 x 2 ¢ 6 E 2 g g 3 8 3 3 a 8 3 Ez 3 x 8 8 a s 8 = 3 § 2 % Ss 5 + 8 8 Fy 3 > 8 2 g 2 5) r & Ea Bs > Q 3 8 3 i 5) g ri 3 8 3 3 9 ilmu dan belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Teman — teman seperjuangan Bunga dan Maghleb atas kerjasama, dukungan, dan bantuannya sélama ini dalam menjalani penelitian bersama. * Rekan — rekan MSP 40, 41, 42, dan 43 atas kebersamaan dan dukungannya selama “ini kepada penulis. Semua cerita tentang kebersamaan ini akan selalu terjalin di dalam hati penulis. : “Yyo}osoW! nzons uoND{UR Noy YAH UDs\|NUAd ‘UDJodD| UOUNsnhued “Yor AYISIOAIUF |e4NNOUBy% 1060q Penulis Bogor, September 2007 Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih terdapat kasih sayang, dan doa kepada penulis selama ini yang membuat penulis yak kekurangan. Namun demikian, penulis berharap bahwa skripsi ini akan bisa bertahan menghadapi masa — masa sulit. ‘11. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu ~ dukungannya, serta tempat dimana penulis bernaung dan berkeluh — kesah dengan semangat kekeluargaan yang tidak temnilai harganya. . 10. Keluarga besar Ellan Dirgantara yang selalu memberi dorongan moral, persatu. anfaat bagi yang memerlukannya. 4 8 To : & a a $ z é : cA 3 ! cf 3 g i gi 6 é a © Hak cigta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undan« |. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tul .. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan kar b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya t tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 11 OAuDy YNaNjas NDYD uDIBOgas yoAunqedwiaw UDP UDYyWINLUNBUaW BUDIDIIG TZ 2 g 2 5) r & Ea Bs > Q 3 8 3 i 5) g ri 3 8 3 3 9 & “Ad 4ofom Buns uD6uguedey uDyJENseW YOpA UDdANBUEd °q “YyoJosoW! nzons UOND{UA Noy YALE) UDs||NUAd ‘UDLodD] UOUNsNhued ‘Yo}WU! 4404 UDs|INUAd ‘UD}!|eUEd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY YNqUN DsUDY UDdANBUAd “oO uaqluNs UDeANGeAUAW UDP UDYUUNyUDUEW DduD} Jul 511} 4uDy YNuNjas NDI UDIGOgas danBuaw BUDsDIIG “| 6uppun-Buepun !6uNpUI|ig PIdID YDH DAFTAR ISI PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL . (DFTAR LAMPIRAN ieee viii [3PENDAHULUAN 1 Latar Belakang..... 1 a Peruimusan masalah . “2 Tujuan ... 3 =Manfaat . 3 DB TINJAUAN PUSTAKA ta PT. Ekanindya Karsa ... 4 @ ILL. 1 Sejarah dan Lokasi Perusahaan 4 z 11.1.2 Visi dan Misi Perusahaan 4 3 1.1.3 Sarana dan Struktur Organisasi Perusahaan 5 112 Ciri Umum Buaya Muara (Crocodylus porosus) 6 113 Reproduksi .......... 9 ia Peneluran dan Penetasan 10 {1 Anak Buaya (hatchling) 16 Ig Kegiatan Penangkaran 18 ll. METODOLOGI PENELITIAN (11.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 19 {1.2 Alat dan Bahan 19 {1.3 Metode Kerja .. 19 11.4 Metode Pengumpulan Data . TH.4.1 Pemilihan Telur Sampel . 20 {11.4.2 Pengukuran Diameter, Panjang, dan Berat Telu 20 11.4.3 Pengukuran Panjang dan Berat hatchling’ . 21 {1.5 Analisa Data 22 Paasu. DAN PEMBAHASAN - : - Keadaan Sarang 24 2 Penanganan dan Perlakuan Telur Buaya Sebelum Inkubasi sv 2.1 Pengumpulan Telur Buaya ......... 25 Pw: 2.2 Penanganan Telur Buaya pada Inkubator “27 & Perkembangan Telur Buaya pada Masa Inkubasi . 29. 35 38 AjISIBAIUA Je4 } DAUDY YNuNjas NOY uDIGoges YohuDquediwawW UDp UDYLUNLUNBUEL BUDIDIIG ZT “Ad] wiz! pdun undodd ynjquaq wipjop I 1V.4.2.2 Pakan dan Perawatan Hatchling |V.5 Pertumbuhan Anak Buaya (Hatchling) .... IV.5.1 Pertumbuhan Panjang IV.5.1.1 Pertumbuhan Panjang Total Hatchling Umur Sebulan IV.5.1.2 Pertumbuhan Panjang Total Hatchling Umur 2 Bulan 1V.5.1.2 Pertumbuhan Panjang Total Hatchling Umur 3 Bulan IV.5.2 Pertumbuhan Berat . . * IV,5.2.1 Pertumbuhan Berat Hatchling Umiur Sebulan 1V.5.2.2 Pertumbuhan Berat Hatchling Umur 2 Bulan 1V.5.2.3 Pertumbuhan Berat Hatchling Umur 3 Bulan IV.5.3 Hubungan Panjang — Berat © IV.5.3.1 Hubungan Panjang — Berat Hatchling Awal Menetas .. = z 2 2 IV.5.3.2 Hubungan Panjang - Berat Hatchling Umur Sebulan ”. 1V.5.3.3 Hubungan Panjang — Berat Hatchling Umur 2 Bulan .. IV.5.3.4 Hubungan Panjang — Berat Hatchling Umur 3 Bulan .. \S KESIMPULAN DAN SARAN Val Kesimpulan ypipued up6uRuadey ynqun pAUDY UDdANBuUEg ‘> ny DANDY, YNunjes NDyo UDIBOges dyNBuew GuDsDII uopuN-BupuN |EUNPUIIIG OId!D HOH “Ad 4ofom Buns uD6uguedey uDyJENseW YOpA UDdANBUEd °q RSWAYAT HIDUP uequuns uDeANGaAUaWL UDP UDYUUNyUD2UEWW DduD} (060g uelueyed “YyoJosoW! nzons uOND{UR Noy YAH UDs\|NUAd ‘UDJodD| UOUNsNhued ‘Yo! AyISsBAIUA Je4nyNOUBy 1060g 4 a Q 2 < > : : Z 5 3 & $ x 3 & 2 & e 3. g = za4 2s x © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, pen b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wojar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya t tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: n, penulisan arya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. ad Q g 3 g a 3 3 g & 2 2 z 3 z 8 8 2 8 8 3 3 3 3 g s 8g 8 2 5 = 3 s a 2 3 8 2 3 £ & 5 z 5 5 g 2 5 Ez “Ad] wiz! pdun undodd ynjquaq wipjop I “Ad 4ofom Buns uD6uguedey uDyJENseW YOpA UDdANBUEd °q “YyoJosoW! nzons UOND{UA Noy YALE) UDs||NUAd ‘UDLodD] UOUNsNhued ‘Yo}WU! 4404 UDs|INUAd ‘UD}!|eUEd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY YNqUN DsUDY UDdANBUAd “oO Qg a 3 g & 3 3 8 é 5 s 8 = 8 @ 3 8 Q 8 £ 6 a 2 5 x a ¢ 6 E = gs g 3 8 3 3 a 8 3 Ez 3 x 8 8 a s 8 = 3 § 2 % Ss 5 + 8 8 Fy 3 > 8 x= a = [2] . 8 g 3 a § a § s 8 4 Cc a g a DAFTAR GAMBAR Gambar |. Struktur Organisasi Perusahaan PT. Ekanindya Karsa 2. Crocodylus porosus schneider (1801) (koleksi pribadi, 30 april 2007) 3. Telur Crocodylus niloticus (Http:/fid. wikipedia. Org/wiki/Buaya, — 8 Desember 2006) ............ a (OPertumbuhan Embrio pada Masa Inkubasi Tahap 1-4 (Gans, 1985) 5g? ertumbuhan Embrio pada Masa Inkubasi Tahap 5-14 (Gans, 1985) 62Pertumbuhan Embrio pada Masa Inkubasi Tahap 15-21. (Gans, 1985) 7 Pertumbuhan Embrio pada Masa Inkubasi Tahap 22-28 (Gans, 1985) * Hatching crocodylus porosus saat menetas icp: firth... ecutnatscitherpetctog yiact-plan/ptan 1998 himstntroduction, 5 Feb 2007) oBiak karet tempat telur diletakkan dan posisi telur saat pengukuran .... rt Pengukuran berat dan panjang total hatchling 1 g Proses Pengumpulan Telur dari Sarang 5 5 (hepa fei. eduatscmerpetlogytac-paniplan 998 Nmeitrocucton, ‘5 Feb 2007) iy Rak di dalam inkubator dan Tempron (Temperature electronic) | 8 & pada penangkaran (koleksi pribadi, 30 april 2007) ... \3. Titik-titik perkembangan embrio pada telur (Gans, 1985) |4. Embrio usia 7 hari (Bolton, 198 bh 5. Embrio usia 14 hari (Bolton, 1981) 6. Embrio usia 24 hari (Bolton, 1981) . 7. Embrio usia 38 hari (Bolton, 1981) . 8. Embrio usia 49 hari (Bolton, 1981) . ZEmbrio usia 84 hari (Bolton, 1981) eee (Srelur siap menetas (koleksi pribadi, April 2007) ... (Wlatchling baru menetas (koleksi pribadi, April 2007) .. ontruksi denah Hatchery a SeKontruksi baby pan dan tampak luar ‘Hatchery “yp|DsoW NyONs UDNOfU__NDY yQUY UDs\INUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoIWU|! DAuDy UDsINUEd ‘Ut g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a L PENDAHULUAN |. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulavan yang terletak di posisi silang ara dua benua yakni Asia dan Australia, dan dua samudra, Pasifik dan Hindia a per tiga dari luas wilayah Indonesia terdiri dari lautan. Wilayah pesisir dan tan yang tnas merupakan potensi sumberdaya, baik yang dapat diperbaharui (Qupun yang tidak dapat diperbeharui, hayati maupun non-hayati, termasuk di @lamnya yang berada di kawasan lahan basah (weilands), Salah satu sumberdaya tawar), Crocodylus porosus (buaya muara), Crocodylus siamensis (buaya m), dan Tomistoma schlegelii (senyulong). Buaya umumnya hidup di daerah pis, kecuali jenis American alligator (Alligator mississippiensis) dan Chinese ligator (Alligator sinensis). Namun demikian mereka juga tidak akan bertahan 148.4 13S) ueie: E j i 5 € rocodylus porosus) di Indonesia meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Timor, Ternate, Halmahera, P. Aru, Bacan, Ambon, dan Irian barat. da daerah lain jenis ini ditemukan di Phitipina, Australia, Singapura, Birma, lia, Srilangka, Indochina, Semenanjung Malaysia, P. Salomon, dan pulau Fiji Pemanfaatan buaya Muara berupa penggunaan kulit untuk barang rajinan yang berlangsung terus-menerus telah menurunkan populasi buaya vara di alam. Mengingat hal tersebut, pertu adanya usaha pelestarian dan Pppgawasan terhadap populasi buaya pada umummya, serta buaya Muara pada (Qessusnya dan metindungi habitatnya. Pemerintah mengusahakan pencegahan Cpunahannya dengan melarang perburvan buaya air tawar Irian dan buaya Muara ‘ysg tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No.327/Kpts/Um/5/1978 ‘Gha No.716/Kpts/Um/10/1980, Pemerintah kemndian menetapkan buaya dan jenis {2iwa lain yang dilindungi dalam Undang-undang No.5/1990 yang berisi tentang | i ! i AyssOniuc jeing 1} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNBUEL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad] zDfom Bus uDGunUedey UDYINieWI Yop UDdANBUEd “q “yp|osoW NyOns UDNDfU_-NDY YAU UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoIWU]! OA40y UDs\NUAd ‘uDN!|eUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDdANBUEY “> g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 & 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a 3 Pengawetan Jenis Tambuban dan Satwa Liar termasuk buaya. Bersamazn > im nmuncul juga Peraturan Pemerintah No.8/1999 tentang Pemanfaatan Tumbuban dan Satwa. Secara intemasional spesies buaya berada dalam dix H Convention on International Trade in Endangered species of wild and Fauna (CITES), dimana perdagangan buaya hanya diperbolehkan jika J dari penangkaran. Dengan mengkaji hal ini maka fungsi penangkaran (O) menjadi sangztih penting, karena selain bertyjum menjaga Kelestarian ailasi buaya di alam, penangkaran merupakan jalan bagi pemanfaatan secara $i dengan twjuan ekonomi, karena kulit buaya yang sangat berharga, tapi iya tanpa barus melakukan perburuan Har di alam. Selain itu penangkaran a memberikan manfaat sebagai objek rekreasi dengan sarana pentidikan, ition, dan pengembangin ima pengetauan, serta memberikan lapangan Z:jaan. Dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini, difokuskan terhadap 3 menetasnya telur buaya Muara (Crocodytus porosus) dalam penangkaran embesaran anak buaya (hatchling). [ue eet (060g uewuevdg yy Pemanfaatan populasi buaya Muara yang sangat tinggi menyebabkan ‘inya penurunan populasi buaya Muara itu sendiri, sehingga rentan terhadap naban. Selain itu rusaknya habitat yang bisa menyebabkan kegagalan asan telur buaya juga menjadi salah sat penyebab turunnya populasi buaya. i mengatasi masalah ini, maka pert dicari suam solusi atan bentuk elolaan yang tepat agar populasi buaya Muara tetap lestari Salah satu stndi dipertukan untuk membentuk suatu pengelolaan penangkaran (farming) ‘yj! Muara yang lebih baik adalah dengan melakukan studi pengamatan proses Qetasnya tetur sampai hatchling dari buaya Muara im sendiri. Hal imi untuk Qgetahui kapan dan bagaimana menctasnya telur serta melihat perawatan peda neiding supaya cepat tumbuh dan terhindar dari stress maupun kematian pada ‘Qoogkaran. Jika penangkaran mampu menetaskan telur dan membesarkan Gan buaya, schingga pada waktunya buaya Muara ini dapat dikembalikan lagi i i } i i i | i AyssOniuQ jerry langka, maka as i i 1 dengan mesin penetas dari jenis Crocodylus porosus dalam penangkaran. » 2. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang anak buaya yang baru menetas (hatchling) dari segi pertumbuhan maupun perawatannya. 3 Memberikan masukan terhadap usaha penangkaran yang lebih baik. Adapun manfaat dari peneliian ini yait agar dapat memberikan referensi Buaya merupakan aset negara dan merupakan satwa diharapkan tulisan ini bermanfaat bagi pembaca untuk : 1. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang menetasnya telur buaya 4, Manfaat perekonomian, tentunya akan sangat membantu dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan spesies buaya, kbususnya pada jenis buaya Muara. § § a 3 i g i E 4 { i i i Palate vakan buaya dalam penangkaran yang lebih baik lagi, sehingga populast buaya di sim tidak terancam kepunaban oleh adanya kegiatan penangkaran (farming) dan Temp lestari. Sasukan dan refresiterhadop tehnik pentasan tlurdxa usaba pembesaran 5 aa ai & i R 2 rl L3. Tajoan Hak cipta milik Pa (Instit © Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Rarya t i tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per in, penulisan Rarya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya lalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 1} DAUDY YNuNjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedweW Up UDYLUNUUNGuUEL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, I. TINJAUAN PUSTAKA 1, PT. Eksnindya Karsa 1. 1. Sejarah dan Lokasi Perusahaan PT. Ekanindya Karsa pada awalnya adalah sebuah perusahaan syamakan kulit dengan merek dagang Roflo. Perusahaan didirikan pada tahun 90, kemudian mendapat ijin penangkaran dari Menteri Kehutanan pada tahun 00. PT. Ekanindya Karsa telah memiliki sertifikat ISO 9002 Modul A #0,012/323/0498 BBKKP-QSC dalam bidang penyamakan dan pembuatan Soduk akhir. Adapun tahapan perkembangan pembangunan PT. Ekanindya Karsa agai berikaut: 290 Pabrik berdiri, rancangan khusus untuk penyamakan kulit reptil. 991 Produksi percobaan dan memulai ekspor jenis kulit reptit. 294 Mulai menghasilkan produk jadi seperti tas, dompet, ikat pinggang, dan lain-lainnya. Eksport produk ke Jepang, Korea, Australia, dan Inggris. Melaksanakan penangkaran buaya (crocodile farm). . Penangkaran buaya milik PT. Ekanindya Karsa fuasnya sekitar 1,5 Ha detak di JL Raya Serang KM 62.5, Desa Parigi, Kecamatan Cikande, Kabupaten sang. Untuk kantor pusat pemasaran hasil produksi PT. Ekanindya Karsa detak di Puri Niaga blok C n0.52, di JI. Raya Kalimalang Jakarta timur.13620. sseluruhan daerah penangkaran terletak antara 5 °-7 ° LS dan 105 °-106 ° BT. anangkaran berada di lahan bekas rawa dengan topografi dataran rendah 500 m atas permukaan laut. Temperatur ingkungan di penangkaran berkisar antara 28 $4 °C dan kelembapan berkisar antara 74-77 %. ¥® (p60g ueeped insu 1. 2. Visi dan Misi Perusahaan PT. Ekanindya karsa mempunyai beberapa misi di dalam menjalankan ahanya, yaitu yang tercakup di bawah ini : _ 1. Dapat memanfaatkan SDA asal budidaya buaya secara optimal (manfaat secara lestari) dengan memanfaatkan seluruh bagian kulit buaya secara By 10BOg AyssOaiuq jesnyjno 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, optimal dengan tidak ada yang terbuang, sehingga quota yang terpakai sedikit mungkin dengan nilai jual setinggi mungkin. 2. Dapat memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang satwa liar khususnya buaya dalam hal penangkaran. 3. Dapat menunjang dunia ilmw pengetalman dan pendidikan dalam ha! pengetahuan tentang penelitian budidaya buaya sejak breeding sampai dengan pembesaran. 4. Mempertuas kesempatan kerja untuk meningkatkan penghasilan bagi masyarakat sekitar. 5. Dapat menampung dan menyelamatkan anakan buaya yang sering ditemukan masyarakat di sekitar lokasi untuk dapat dipelihara sebagaimana semestinya. 6. Dapat mempelajari dan mengembangkan tehnik-tehnik penelitian tentang buaya yang efektif dan efisien. dangkan visi PT. Ekanindya Karsa sebagai adalah sebagai berikut : Menjadi industri produk kulit buaya Indonesia khususnya produk jadi. Menciptakan suatu komoditi / produk yang dapat menyerap wisata asing datang ke Indonesia, khususnya untuk membeli produk jadi kulit buaya Noo (s060g uelueyeg4nyisul) Gd 411 eyo ye, © 1. 3. Sarana dan Struktar Organisasi Perusahaan PT. Ekanindya Karsa memiliki sarana bangunan pabrik dan kantor, mess Tyawan, kantin, rumah potong hewan, guest house, mushola dan bangunan ndang buaya. Jenis buaya yang ditangkarkan pada penangkaran imi ada dua, Witu jenis buaya muara (Crocodylus porosus) dan buaya ait tawar rian (GQrocodylus novaeguineae), Jumlah keseturuhan buaya yang ditangkarkan ada + 3000 ekor buaya. Bangunan kandang buaya terdiri dari enam buah yaitu kandang Freail (baby), kanéang adaptasi dan tarantna, kandang pembesaran (rearing 2m), kandang breeding induk A, kandang breeding calon induk B dan C serta SSicnara. Di dalam kandang baby terdapat inkubator besar berulauran 3m x 3m x 8 E g i E 5 5 i : F > AUISIOAIUA) [C4 Pemasaran (1962) buaya Muara dildasifikasikan Gambar 1. Struktur organisasi perusahaan PT. Ekanindya Karsa Reptilia Crocodilidae Crocodylus Rarans Jadi PT. Ekanindya Karsa dipimpin oleh seorang direktur dengan beberapa staf sekretaris, manajer, dan seorang koordinator lapangan. Selain itu setiap iat] or Agricultural University Kandang pembesaran ada dua bagian. Untuk buaya muara yang besjumlah 12 kendang dan satu bagian lagi untuk buaya air tawar Irian yang berjumlah 16 kendang Kandang karantina yang berjumlah 10 buah berfimgsi untuk memisabkan buaya yang sedang dirawat. Selain itu terdapat pula sarana pengolahan air (water treatment) dimana sarana ini berfungsi untuk mengganti air yang lama dengan yang baru. Sehingga sanitasi pada tiap kandang tetap texjaga Seryawan diberi tugas masing-masing dan harus bertanggung jawab atas tugas Sing sudah diberikan. Di bawah ini adalah gambar struktur organisasi pada TL 2. Ciri Umom Buaya Muara (Crocodylus porosus) OO Dalam sistem klasifikasi Chiasson 5° (Gebagai berikcut : Dan: a ilik IPB (Institut Pertanian Bogor) Qu Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per in, penulisan Rarya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya lalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 8 fd. ssember 2006). Nama daerah untuk jenis ini di Kalimantan adalah Rabin atau Crocodytus porosus Schneider (1801) ama dalam bahasa Ingeris dan bahasa perdagangan intemnasional untuk buaya uara adalah Saltwater Crocodile, nama tersebut dipopulerkan oleh orang ustralia, sedangkan nama daerah untuk buaya jenis ini adalah buaya Katak, Crocodylus porosus Gambar 2. Crocodylus porosus Schneider (1801), (koleksi pribadi, 30 April 2007) ‘Thailand, India, Srilangka, IndoChina, Semenanjung Malay, P. buaya Muara dapat mentolerir salinitas sampai 1%o, sehingga ia dikatakan Somon, dan P Fiji. agai saltwater crocodile. Habitat umumnya pada daerah rawa payau yang sih dijangkau oleh intrusi garam, sungai, muara, dan danau (Direktorat Jenderal Irian barat. Pada daerah lain jenis ini ditemukan di Philipina, Australia, ~r 1% Badas Kinin, sedangkan di Papua dikenal dengan nama buaya Muara timantan, Jawa, Sulawesi, Timor, Temate, Halmahera, P. Aru, Bacan, Ambon, Spesies ama ilmiah aya Bekatakdan buaya Air Asin i J Hak, Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per in, penulisan Rarya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya popes, cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) HodbeE Agri tural University Q @ lalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypjosotu NyoNs UDND[U_-NDY YAU UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoIWU]! OA10y UDs\NUed ‘uDA!|eUAd ‘UDyIpIpUed UDBUAUadeY yNqUN DAUDY UDd_NBUEY “D HEqUUNs UDzANgesuEL Uop UDYUUNyUDILEL DduD} IUI s1]Ny D~UY YNuNjes NOD UDIBOges dignBuELU BUDID}IC ‘| 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, Ciri-ciri buaya Muara yang dicatat oleh Iskandar (2000) dan Direktorat adral PKA (2000) seperti yang terlihat pada gambar 2 adalah sebagai berikut : 1. Panjang moncong 1% - 2 kali lebar kepala atau lebih dan agak licin pada yang hampir dewasa. 2. Rahang atas bergigi 17-19 dan rahang bawah bergigi 14-15. 3. Gigi ke-4, ke-8, dan ke-9 umumnya jauh lebih besar ukurannya. . Pata bagian tuk terdepat sisik-ssik Kec, dan sisk bagian belekang kepala serukuran sangat kecil. . Pada Ieher terdapat sekelompok sisik besar berjumlah 6 buah dan tidak berdempetan. . Pada bagian punggung bersisik lebar, pada baris melintang berjumlah 16- 17, sedangkan yang membujur berjumlah 6-7. Sisk-sisik vena terssun melintang mulai dari leber sampai di depan anus berjumiah 30-35 lajur. Pada bagian pinggang antara kaki depan dan belakang terdapat barisan melintang sisik kecil-kecil berjumlah 7-8 buah, tiap sisik besamya hanya sekitar 4 dari sisik ventral. Wama tubuh biasanya olive gelap, pada bagian bawah kuning. Pada buaya muda berwama olive pucat. Pada bagian atas kepala ada titik hitam, dan bintik-bintik hitam besar terdapat pada bagian ekor dan badannya. adaan albino tidak pernah tercatat namun beberapa populasi dan individu dari tya Muara ini ada yang berwama mencolok, hampir putih. Perlu diketahui pula 1wa berat seekor buaya Muara bisa mencapai 1000 kg (Kumiati, 2002), dengan iran panjang total tubuh buaya jantan dewasa dapat mencapai ukuran 6-7 m. aya betina lebih kecil dan umumnya tidak sampai mencapai ukuran 3 m, gan oukuran 2,5 m sudah merupakan ukuran yang terbesar ‘Blep/fanimal diversity. ummz. umich edu, Maret 2007). ia Seperti reptil lainnya, buaya Muara adalah hewan berdarah dingin atau “siotenmik, dimana subu tubub mereka sama dengan lingkungannya, sehingga jdoran ini hanya aktif saat tububmya hanget. Pagi hari biasanya buaye-buaya soaring di bawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuh, kebiasaan ini Sing disebut basking. Saat hari sudah sangat panas, buaya pindah ke tempat Sub atau masuk ke dalam air untuk mendinginkan tubuh (Morgan, 2007). a uw = x 9 (s060g uelueyieg 3NWSU]) Gal 4! e}dIo Ye, © AjISJIOAIUN |e 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodb ynjueg WDnjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, Morgan (2007) mengatakan bahwa untuk berkomunikasi dengan samanya buaya Muara dapat mengefuarkan banyak suara. Suara-suara dari aya ini biasanya berupa suara seperti mendengkur, batuk, menggeram, dan tenguh. Buaya dapat mengeluarkan desis panjang dan keras sebagai peringatan oelum menyerang. Untuk anak-anak buaya yang baru menetas akan ageluarkan suara seperti ciatan untuk memanggil induknya Suara ini ou dengan cara menggembungkan kantung di bawah tenggorokannya. x= B. a 3 3 i 3. Reproduksi . Buaya jantan mencapai kematangan seksual pada ukuran 2,9-3,3 m (16 un) dengan berat 80-160 kg. Betina mencapai kematangan seksual pada ukuran <2.5 m (10-12 tahun) dengan berat 120 kg, tetapi terkadang pada ukuran 2,44 m Bina sudah mencapai kematangan seksual (Direktorat Jenderal PHPA, 1985). Scebutkan juga bahwa kematangan seksual tercapai lebih cepat pada hewan yang “Sup di penangkaran, dimana pertumbuhan lebih cepat sejalan dengan makin @uyaknya makanan yang dikonsumsi. Musim kawin biasanya terjadi pada bulan September sampai Oktober tp:/hwww.kingsnake.com/oz/crocs/porosus. htm, Maret 2007). Pada musim ini “Saya betina akan menghasilkan feromon, yaitu berupa bau yang berasal dari “ajar seksual yang berada di sisi mulut dan celah bibir kloaka, yang mana ban ah yang akan menarik pejantan (Tabita, 2004). Di jelaskan lebih lanjut oleh ita (2004) bahwa perkawinan dapat berlangsung baik sore maupun malam hari »pi lebih dominan pada malam hari), terjadi di kolom perairan dimana kopulasi at berlangsung selama 5-10 menit, sedangkan percumbuan memertukan waktu 3 lebih lama sekitar 2-3 jam. Pada saat perkawinan biasanya buaya jantan akan Waiki buaya betina dengan kaki depanmya dan membelitkan ekomya ke bawah “Ger puaya betina schingea ekor keduanya terjalin beberapa saat dan saling ‘Suilkul. Buaya betina yang menerima pejantan akan dian kétika dinaiki, Fr g E E e : pejantan akeh mengawininya. Dalam setahun budyi hanya sekali mengalami musim mm (Direktorat Jenderal PHPA, 1985). Bd AysieAuA eink So 10 a 4, Peneluran dan Penetasan Buaya adalah hewan ovipar, telumya polylecithal yaitu memiliki banyak ning telur dengan bentuk oval dan memiliki cangkang yang keras ‘berwarna tih (Tabita, 2004). Buaya Muara akan mulai membuat sarang dan bertelur tara bulan November sampai dengan Maret atau sekitar 40-50 hari setelah jadinya perkawinan (Http /www.kingsnake.com/oz/crocs/porosus.htm, Maret \07). Buaya betina rata-rata bertelur sebanyak 10-60 butir dalam sekali masa rtelur, tergantung pada ukuran dan umur induk (Legg, 2007), yang paling baik tuk bertehr adalah betina dengan kisaram umur 15-20 tahun G lepfwww. indosiar.com, Maret 2007). Sarang dibuat dengan bentuk gundokan Znound) yang terdiri dari daun kering, ranting-ranting pobon, atau serasah yang Ecaknya 5-10 m atau kadang mencapai 30 m dari tepian air (Graimek, 1975). SBicatat oleh Direktorat Jenderal PHPA (1994) ukuran sarang dan telur dari buaya who neu) jad ‘uDyIpipued uDBu_Ueday ynqUh psuDy UodANBuad ‘D 6uppup-Buppun !6unpuljig D3dI9 YOH “Ad1 4pfom Buns uDGunUeday UDYJBnieWW YopR UDdANBUEd °q EqUUns UDzANgesuELH Uop UDYUUNyUDILEL DduD} 1UI s1]Ny H~UY YNuNjes NOD UDIBOges dignBuEL BUDID}IC ‘| x i] Q s 3 @ 3 3 3 a is 3 = i x g 5 2 2 5) I a 3 3 g s 8 3 < 6. z 5 2 2 5 Q g SI & g 5 x a < 6 /uara adalah sebagai berikut : Diameter sarang =: 1,2m-23m. Finggi sarang, 10,4 m-0,76 m. Suubu sarang + di dalam = 30°C - 37,2°C. g dituar = 50°C -61,1°C. ‘S)leuran telur : 5,77 an — 8,89 can (panjang). : 4cem-5,95 cm (keliling/tebal). erat telur : 68 gram - 118 gram. uma pengeraman =: 78 — 144 hari. shar yang dihasilkan oleh buaya muara hampir sama dengan telur yang hasilkan oleh crocodytus niloticus (buaya nil), hal ini dapat dilihat pada gambar (Http://www kingsnake.com/oz/crocs/porosus.htm (Maret 2007) menyebutkan Whwa dalam beberapa jam setelzh telur diletalkan di dalam sarmg, embrio (Qhenempel pada kulit telur dan bintik putih tertihat pada kulit telur. Setelah lewat Gari beberapa minggu, pita betkembang dan menunupi seluruh tehur sejalan dengan Grtmiag embrio. Embrio tidak memiiliki kromosom seks, sehingga seks Ecldic ditentukan secara genetik. Biasanya seks ditentukan dari suhu inkubasinya. “yp|DsoW NyONs UDNOfU__NDY yQUY UDs\INUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoIWU|! DAuDy UDsINUEd ‘Ut AyssOAUA) jeanyinogt ll ia.o1 Gambar 3. Tetur Crocodylus niloticus, id. wiki i 8 Desember 2006) Tabapan perkembangan embrio selama masa inkubasi dibagi 28 tahap i j i d ; | © Hak cipta milik 4 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Se Sas «a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya iH iE _ Blastoderm dan embrio tertetak pada bagian atas kaming telur dan tidak berdempetan dengan lapisan atas membran sel. Pembuluh darah betum jelas tertihat. Terdapat 9-20 pasang somites (sel pada embrio yang akan membentuk vertebra / tulang punggung). 2. Pembutub darah sudah mulai terlihat jelas. bagian belakang otak terlihat seperti bagian transparan. Klep pada dinding jantung sudah terbentuk, jantung ini terletak di tengah-tengah embrio. 3. Mulai tertihat ekor tetapi baru ujungnya. Bagian depan, tengah, dan stitut Pertanian Bogor) 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: in, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan Rritik atau tinjauan suatu masalah. belakang otak sekarang tertihat lebih jelas berwama transparan. 4. Ekor tertihat jelas, hurus, dan terdapat 3-5 pasang somites di dalam ekor, peda ujung ekor belum tersegmen. Jantung berpindah ke bagian kiri lalam bentuk apapun tanpa izin IPB. embrio dan mulai tertihat membesar. Perkembangan embrio sampai tahap ini dapat dilihat pada gambar 4. 5. Ekor melipat dibagian kanan tubuh dimana sudah ada 6-10 pasang somites di dalamnya Kepala membungkuk dengan Jangit-langit otak membentuk sudut 25 ° dari tubuh. 6. Kaki belakang baru tertibat berupa tonjolan kecil di kiri dan kanan tubuh, betum terlihat adanya kaki depan. Bogor EGRE aE University 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, 12 7. Kaki depan baru terlibat berupa tonjélan:’ Ujung ekor melingkar dengan sudut 90°. 8. Adanya tonjolan kecil berbentuk saluran pada eksternal genital. 9. Munculnya lekukan mata, terdapat lensa mata tetapi belum berpigmen. Bagian atrium dan ventrikel jantung sudah jelas. Parv-paru sederhana tertihat, dan hati baru terfihat pada bagian lateral dinding tubuh. 10. Pigmen pada iris membuat mata terlihat hitam mengkilap, kecuali bagian sentral mata masih terlihat buram. Mata sebelah kanan biasanya lebih cepat berpigmen dan lebih berat dibandingkan mata sebelah kiri. 11. Pigmen hitam pada iris mata sudah terlihat jelas. . 12. Kaki depan mmulai tertekuk mendekati bagian kepala yang terletak dekat - sisi tubuh embrio. Bentuk telapak kaki baru saja tertihat. 13. Belahan dari tubang hidung sudah sangat terlihat. . 14. Rahang bagian bawah tumbuh 1-4 kali dibawah rahang bagian atas. Penutup telinga bagian atas tumbuh melampaui bagian telinga uar yang terbuka. Sam gigi tumbuh di tengah-tengah rahang bagian bawab. Saluran pada ekstemnal genital semakin membesar. Perkembangan embrio dari tahap 5 sampai dengan tahap ini dapat dilihat pada gambar 5. 15. - % bagian dari rahang atas telah terbentuk. Dua gigi terlihat pada bagian anterior rahang atas ditiap sisinya 16. % bagian dari rakang atas terbentuk. 17. Penutup telinga eksternal terlihat seperti pada buaya dewasa (telah sempuma). 18. 6 buah gigi tertihat pada tiap sisi mandibel dan pada akhimya 8 yang dapat tertihat. Gigi di bagian posterior sulit untuk dilihat. 19. Bagian atas dan bawah dari kelopak mata sudah jelas. 8-9 gigi terlihat pada tiap sisi rabang bawah. Terjadi pertumbuhan térakhir dari ekstemnal genital yaita berupa bulatan yang mengembang. Rahang bawah terletak di belakang tepi anterior dari rahang atas. Konsekwensinya, jika tonjolan premaksilanya besar mulut akan terbuka 20. Bintik putih terlihat di sepanjang tepi bagian atas dan bawah Tahang Rahang bagian bawah sudah tejalin sempurma degganrahang bagian eas. (doGog uejueyeg ynynsu}) gal 41! eIdIO YEH ©) AYISISAIUQ JesNYNoWBy 1060gq 13 21. Sisik terlihat pada dinding tubuh bagian ventral, juga pada bagian dorsal moncong, leher, tubuh, dan ekor. Perkembangan embrio dari tahap 15 sampai dengan tahap ini dapat dilihat pada gambar 6. 22. Pigmentasi pertama tertihat pada tepi atas rahang dan disepanjang permukaan sisi tubuh bagian ventral. Kelopak mata secara keseturuhan tertutup pada tahap ini dan pada tahapan selanjutnya. 23. Pigmentasi lebih intensif terjadi dan embrio tertihat coklat mengkilap. Garis-garis pada tubuh mulai tertihat, ujung kuku pada kaki tertihat ramping. Otak tengah terlihat seperti tonjolan putih di bagian belakang batok kepala, hal ini karena lembaran kulit masih belum terpigmentasi dan perkembangan langit-langit batok kepala belum sempurna. 24. Pigmentasi terlihat mulai merata, sehingga embrio tertihat menghitam. Variasi pola dan wama tergantung pada tiap-tiap spesies. Kuku tangan mulai memanjang dan pada ujungnya mulai membengkok. Otak tengah belum tertutup oleh batok kepala, tetapi masih dilapisi oleh kulit yang telah berpigmen. Kuning telur dalam jumlah banyak terletak di luar tubuh dan bagian ventral tali pusar membesar. Sisik terlihat di seluruh tubuh embrio. 25. Embrio seperti miniatur dari hatchling, dengan volume dari kuning telur yang besar dan tali pusarnya pun semakin membesar. Bengkokkan kuku sudah merata. 26. Ditandai dengan lengkapnya pemunculan gigi pada embrio. 27. Terjadi penarikan sisa kuning telur ke dalam rongga perut. Ini dimulai dengan pertumbuhan dinding tubuh bagian ventral sampai menutupi usus embrio, kantung kuning telur, dan kuning telur itu sendiri. Kejadian ini berakhir dengan penyerapan ke dalam rongga perut. Kulit bagian ventral terbentuk di sepanjang parut / goresan kuning tetur. 28. Parut berkurang, ini disebabkan karena adanya penyerapan kuning telur ke dalam perut. Ini sangat bervariasi pada setiap spesies, tergantung volume Penyerapan terhadap kuning telur dan ukuran parut pada hatchling. Parameter ini mungkin dipengaruhi oleh temperatur pada saat inkubasi “Gd uofom Bund unBuguadey UDY!EnJe Yop UDdANBuad “q Suppup-Buppun !6unpuljig D3dID YyOH 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As (s060g uelueyieg 3NWSU]) Gal 4! e}dIo Ye, © “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I AyISISAIUQ JesNYNoWHBy 41060gq x peda suhu 32° C, dan betina 100% C telur Crocodylus porosus 1985) sedangkan pada suhu 34° tahap 1-4, Gambar 5. Pertumbuban embrio pada masa inkubasi " tahap 5-14, (Gans, 1985) Gambar 4. Pertumbuhan embrio pada masa inkubasi (Gans telur. Perkembangan embrio dari tahap 22 sampai dengan tahap ini dapat dilihat pada gambar 7. telah melewati 28 tahapan diatas, dapat disimpulkan bahwa telur buaya siap nnetas. Gans (1985) juga mengatakan bahwa suhu inkubasi telur dalam kisaran ° C- 33° C, dimana jantan dihasilkan 100% rasilkan pada suim 30° C, ngalami tingkat kematian yang tinggi (letal). © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tul tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, itian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. ilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tt 15 pada masa (Gans, 1985) -28, . “cart inkubasi tahap 22. Bogor Agricultural University © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) oN Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang in atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: > q BJ) 1. Dilarang mengutip seba: Be a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kt b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. rang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, ik atau tinjauan suatu masalah, 2.Di 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a 16 . Setelah melewati masa inluibasi selama 50-115 hari maka telur-telur buaya m menetas (Legg, 2007), ini bisa dilihat pada gambar 8. Sesaat sebelum metas anak-anak buaya akan mengeluarkan suara nyaring yang mampu engar oleh induknya walau ia berada 30 cm di bawab tanah dan dalam jarak 4 (Grzimek, 1975). Di jelaskan oleh Morgan (2007) suara ini seolah memberi u induk babwa anak-anak buaya hendak menetas. Induk menggunakan kaki- inya untuk menggali sarang dan membantu anak-anaknya yang sudah menetas (Oar ke pennukaan.Seringkal induk buaya menekan moncongnya ke sarang Suk menemukan tetur-telumya Terkadang anak buaya tidak bisa keluar dari ‘7 Inlay la mean cr i sx per-hn & mh & menggelindingkannya dengan lidah, ke depan dan ke belakang. Tindakan ini hatchling saat menetas sekitar 26-34 on (Grzimek, 1975), dengan bobot we n sekitar 60 gram (Htip//sww.indosiar com, Maret 2007). Dalam tulisannya Saas 2002) mengaatan baw hatching yang baru ments tubutya Ss temp ole slept membran yang tps, dan mereka sangat menbutuhkan Sengatan dan istirabat. Dalam beberapa minggu hatchling yang bar menetas Ayisseaiun jen 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, 17 asanya perkembangannya lebih cepat dibanding yang lain. Umumnya rtumbuhan yang cepat dari hatchling ini tergantung dari tingginya suhu tubuh, ‘kan yang baik, dan perawatan yang baik. Di alam biasanya dalam 2-3 minggu pertama setelah penetasan hatchling- tchling dalam satu sarang akan tetap berkumpul! bersama dibawah perlindungan ni induk betinanya, dimana diketahui bahwa masa stadium hatchling adalah asa-masa yang paling rawan (Grzimek, 1975). Morgan (2007) di dalam Qlisennya mengatakan bahwa hanya sekitar 1% Crocodylus porosus muda yang Haampu bertahan hidup hingga dewasa, ini karena tingginya predasi oleh ular, Eda, burg pemangsa, bariman, bahkan buaya jantan dewasa sendiri menjadi Bredator mereka. Sedangkan Permatasari (2002) menuliskan bahwa pada Genangkaran dilakukan perawatan khusus tethadap hatchling agar terhindar dari fesisi wadah Hatchling diupayakan ditempatkan jauh dari keramaian. PT. Bianindya Karsa (2007) di dalam Japorannya mengatakan bahwa pada Pnangkaran PT. Ekanindya Karsa sekitar 85% hatchling berbasil bertaban hidup Sompai ia mencapai kelompok umur buaya muda (breeder). Hatchling yang bare menetas belum memertukan makanan sampai rumur seminggu, hal ini dikarenakan ia memiliki persediaan kuning telur Hrektorat Jenderal PHPA, 1976). Pada saat pertama kali makan, hatchling embutubkan 5% - 10% makanan dari berat tububnya (Bolton, 1983 dalam rmatasari, 2002). Saat hatchling mencapai ukuran 30 cm biasanya diberikan akanan 15 gr- 25 gr/hari, dan setiap Kenaikan 10 cm diberikan tambahan 10 gr. Wada ukwan 1,5 m anak buaya diberi makaman 100 gubr (Direlaorat Jenderal (HPA, 1976). Pada kehidupan liar, hatchling mencari makan pada siang hari “Gengan diawasi oleh induknya, biasanya mereka pada stadium ini mengkonsumsi (@prangga dan ikan-ikan kecil (Morgan, 2607). 2 / AyssOaiuq jesnyjno S Usaha penangkaran buaya adalah usaha pengembangbiakan buaya serta mengatur kehidupan buaya dengan tehnik tertentu sehingga diperoleh manfaat hewani untuk peningkatan pendapatan (makanan ternak) atay peningkatan gizi masyarakat yang suka pada daging buaya 4. Menciptakan / penyediaan lapangan kerja baru bagi mayarakat 5. Sebagai usalia pelestarian buaya (restocking) kalit 2. Diperoleh hasil berupa daging buaya sebagai bahan substitusi protein yeng besar bagi manusia dengan tanpa mengganggu keseimbangan populasi buaya © alam (Direkaorat Jenderal PHPA, 1985). Manfaat dari usaha penangkaran buaya antara lain adalah sebagai berikut (Direktorat Jenderal PHPA, 1985) : 1. Diperoleh hasil berupa kulit buaya untuk bahan baku industri kerajinan IL 6, Kegiatan Penangkaran = 3. : © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tt i tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per in, penulisan Rarya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya lalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 2 WL METODOLOGI mengembangbiakan hewan tersebut. 2. Pakan, makanan yang diberikan pada hatchling sesuai dengan bukaan 1. Kandang, tempat untuk memelihara Aatchling yang bertujuan untuk multutnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Survey, meliputi pengamatan Pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Data primer dikumpulkan Penanganan khusus dari penangkaran. Data pemeliharaaan yang saat dimana hatchling tersebut diangeap telah mampu hidup tanpa adanya dikumpulkan meliputi : Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah : 36 tetur dan hatchling saya Muara yang baru menetas. Alat yang digunakan meliputi : meteran, janpka Penetitian dilakukan pada bulan April hingga bulan Juli 2007 di jangkaran buaya milik PT. Ekanindya Karsa, Cikande, kabupaten Serang, oten. inkubator. 2. Perawatan dan pemeliharaan hatchling yang baru iahir sampai beberapa ong, bak karet untuk peletakkan telur, timbangan elektrik, inkubator (sebagai dia penetasan), dan alat fotografi. . 1. Mengamati proses akhir menetasnya telur yang diinkubasi dalam 1. Pengukuran diameter, panjang, dan berat telur. 2. Pengukuran panjang dan berat hatchling. gamatan langsung dilakukan dengan cara: . 2, Alat dan Bahan . 1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3. Metode kerja {PB (Ingijtut Perganign Beao! Bogor Agricultural University Q a z 9 at 3 3a = Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tuli i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, f g dengan pemeriksaan rutin serta tindakan pemberian obat pada Ekanindya Karsa adalah sebagai berilatt : hatchling yang sakit. 4. Lama waktu pergantian perawatan hatchling dari satu perawatan ke Pa an mmiaan Smale ek Calan sua Pemetbanan Khu peletakan tetur, jumlah telur yang dieramkan, tanggal telur menetas, dan jumlah telur yang menetas. Pada awal penelitian terlebih dabutu dilakukan pemilihan telur dimana ‘telur tersebut harus berasal dari satu sarang serta satu induk. Beberapa hal pertu dicatat setelah itu, adalah : Sebelum telur dimasukkan ke dalam inkubator telur diukur terlebih dahuta 3. Pencegahan dan pengobatan penyakit, upaya untuk mencegah penyakit (infertil). 4. 2. Pengukaran diameter, panjang, dan berat telur . 4. Metode Pengumpulan Data . 4. 1. Pemilihan tetur sampel - Jumlah telur yang dihasilkan pada sarang. 2. Tanggal dimasukkan telur ke dalam inkubator dan tanggal menetasnya. 3. Jumilah telur yang menetas (fertil) dan jumlah tetur yang tidak menetas galami guncangan atau perubahan posisi. Apabila telur mengalami guncangan { Gio dt dalm tehs. Penguaran tear diskukan pada sast tur kn Ssubkan ke dalam inkubatr, Cara penguin ter Crocodyus porasus pada Sagkaran PT. uyal University Ww 3° ‘Siang, berat, maupun diametemya Telur yang diukur dipastikan tidak > ¢@) perubahan posisi pada saat pengukuran, dapat mengakibatkan kematian wan i erm tempt seg tis mun =, + 3. Masa pengeraman di penetasan dengan inkubator yang meliputi tanggal PB (Institut Peténiah Bogasl il ie £43 "yl Qian z) Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tuli i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, 21 saat pengukuran dan posisi tetur saat diukur. dalam inkubator, pastikan tetur tidak mengalami goncangan ataupun Bak karet tempat tefur diletakkan menggunakan jangka sorong. 2. Timbang tetur dengan menggunakan timbangan elektrik, posisi tetur tetap Telur diletakkan pada bak karet khusus telur (dapat dilihat pada gambar 9). Apabila pengukuran dilakukan pada saat telur baru akan di masukkan ke Pengukuran Panjang dan bobot hatchling dilakukan tiap 30 hari sekali, ngga akan terlihat bagaimana pertumbuhan dari hatchling tiap bulannya. di dalam bak karet. gkah-langkah pengukuran panjang hatchling seperti yang terlihat pada gambar 4. 3. Pengukuran panjang dan berat hatchling adalah sebagai berikut : 1. © HeC CHE HHP E IHStitot Pertanian Bogbr) Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya 1. Hatchling diambil dari kandang, dengan dipegang kepalanya (usahakan matanya tertutup) dan tububnya. Moncong diikat dengan tali, ini dilakukan agar hatchling tidak menggigit saat dilakukan pengukuran. lalam bentuk apapun tanpa izin IPB. Untuk mengukur panjang hatchling .gunakan meteran. Ukur Panjang total Letakkan hatchling pada timbangan elektrik yang sebetumnya dialasi oleh hatchling yaitu dari ujung moncong sampai ekomya. Papan kecil agar hatchling tidak terjatuh saat diukur bobotnya. Bogor ‘Agricultural University in, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan Rritik atau tinjauan suatu masalah. 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypjosow NyoNs UDNDfU__NDy YAU UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoIWU]! DA40y UDs\INUAd ‘uDN!|eUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDdANBUEg “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a fs) = a £ Ej a c 5 a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a (060g uejuesed ynINSUI) dl ULPIIO 48H LBD AyISISAIUQ JesNYNoWHBy 41060gq Gambar 10. Pengukuran berat dan panjang total hatchling . Analisis Data Penyajian data hasil pengamatan dilakukan dengan cara sebagai berikut : Analisis deskriptif, yaitu penguraian data dan penjelasan mengenai proses menetasnya telur serta pemeliharaan dan perawatan hatchling yang meliputi pakan, kandang, dan kesehatan. Analisis grafik, untuk menggambarkan pertumbuhan hatchling baik dari segi pertambahan panjang mdupun beratnya dalam frekuensi waktu tertentu. Analisis hubungan panjang-berat dengan menggunakan model hubungan Panjang-berat yang seperti terdapat pada ikan. Adapun formulasi dari mode! hubungan panjang-berat adalah sebagai berikut : W=aL? (Andi, 2005) Keterangan : WwW = Berat hatchling (gr) L = Panjang total hatchling (mm) a = Konstanta b = Koefisien pertumbuhan Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik, yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Nilai b ialah harga pangkat yang harus cocok dari panjang agar sesuai dengan berat, adapun hipotesis dari hasil nilai b adalah sebagai berikut : 1. Bila b = 3, dikatakan hubungan yang isometrik (pola pertambahan panjang sama dengan pola pertambahan berat). 2. Bila b #3, dikatakan memiliki hubungan allometrik, yaitu : panjang lebih a. Bila b > 3, allometrik positif (pertambahan berat lebih dominan). b. Bila b < 3, allometrik negatif (pertambahan dominan). © Hak cipta Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang |. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Rarya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a, Pengutipan hanya untuk kepentingan pendi 1, penelitian, penulisan arya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tuli IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1, Keadaan Sarang Buaya muara (Crocodyfus porosus) di penangkaran PT. Ekanindya Karsa lai bertelur pada bulan Januari, ini seperti yang tertulis pada y/herww.kingsnake.com/oz/crocs/porosus.htm (Maret 2007) dimana dikatakan wa Buaya muara akan mulai membuat sarang dan bertelur antara bulan ‘rember sempai dengan Maret aan sear 40-50 hari setelah txjadinya ‘ur tidak berkembang atau bahkan akan menimbulkan kematian embrionya. Di 4am sarang terdapat tubang dengan kedalaman 20-35 cm, lebar 1-1,5 m, dengan -Giperatur sekitar 30°C, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Grzimek (1975) Ziwa sarang buaya muara biasanya memiliki kedalaman sekitar 20-50 cm dan peratur sarang berkisar antara 28-32°C. Pada musim bertelur buaya betina akan menjagai sarangnya dari gguan, sehingga prilaku mereka cenderung menjadi agresif. Selain itu anya buaya betina akan menggunakan sarang yang sama dalam beberapa kali im bestelur, sehingga akan sangat mudah untuk menemukan sarang di musim- im selanjutnya apabila kita sudah mengetahui sarang buaya muara di musim Hetur awal. ia Di penangkaran PT. Ekanindya Karsa seluruh induk berada dalam satu ahdang besar yang diberi nama kandang breeding. Kandang dengan ukuran 50 m (G0 m ina tempat dimana ind shan membvat sang dan betel, seb <=sarang, serta kolam dengan kedalalaman + 3 m untuk perkawinan dan 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a ndinginkan tubub. Di dalam kandang ini terdapat 307 ekor buaya induk dengan -bandingan jantan : betina, 1 : 2. Oleh karena keterbatasan tempat, sering terjadi rebutan sarang disaat musim bertetur. Pada saat pengamatan dilakukan emukan dua sarang yang memilikc tetur, biasanya di PT. Ekanindya Karsa bisa emukan sampai dengan 28 sarang per-tahunnya. . 2, Penanganan dan Pertakman Tetur Buaya Sebetum Inknbasi - 2.1. Pengampulan Tetur Buaya Buaya Muara di PT. Ekanindya Karsa sekali bertetur sebanyak 10-40 fur. Berat telur yang ditemukan di penangkaran PT. Ekanindya Karsa berkisar Sra 106-128 gram dengan ukuran panjang telur 7,5-8 cm dan keliling tel 45- Sam. Prinip peugumpulan telur untuk dipindabkan ke inkubator yaita 5 jam ‘Gelah diketuarian oleh induk. Pada PT. Ekanindya Karsa paling lambat senindaban telur dilakukan pagi hari sekitar pukul 07.08. Hal ini dilakukan ‘luk menghindari menempelnya jamur pada cangkang telur, selain itu karena Gida waktu tersebut kutikula pada cangkang telur masih ada. Kutikula tersebut S:fungsi sebagai pelindung dari mikroorganisme patogen. Tebmik pengumpulan telur biasanya dilakukan oleh tiga orang petugas. Setiga orang petugas ini memiliki tugas masing-masing, yaitu menghalau buaya uk yang sedang menjagai sarang atau buaya lain yang mendekat, mengambil 7 serta melakukan penandaan pada teh, dan yang terakhir memberikan lindungan pada telur dari gangguan. Untuk menghalan buaya induk saat mengambil tetur dari sarang, biasanya agas menggunakan tongkat bambu sepanjang 5 m. Tongkat dipukulkan pada acong: buaya yang mendekat atau dipukul-pukuikan ke tanah di dekat buaya (Rebus, sehingga buaya akan menghindar dan menjauh. Saat mengambil tefur ‘2h sarang dan memasukkannya ke dalam suatu wadah (bak/keranjang) harus =. Coeukan dengim sangat hat-hati dan posisi letak telur harus sama dengan posis = » x 2 es oBog Fecembangn. Peandoa sng pesing den untuk mengooc esamam ‘hist telur ketika masih berada dalam sarang dengan posisi saat diletakkan pada AUISJOAIUA) leyal & Telur yang telah dikumpuikan di bawa ke kandang hatchery dengan hati- (http://www. fimnh_ufl.edu/natsci/herpetology/act- plan/plan1998b.htm# Introduction, 5 Februari 2007) | dan bagian atasnya ditutupi dengan kain atau payung supaya tidak terkena inkubator. Penandaan dilakukan biasanya dengan menuliskan tanda silang Gambar 11. Proses pengumpulan telur dari sarang, la permukaan atas telur menggunakan spidol. Wadah yang digunakan untuk ogumpulkan telur pada bagian bawahnya dialasi dengan rumput kering, hal ini ang aslinya oleh beberapa petugas dapat dilihat pada gambar 12. nign Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per in, penulisan Rarya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya lalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “AI Dfom Buns unGunueday uDY!6nieW YyopH UDdANBUEd °q “yp|osoW NyOns UDND[U_-NDy YAU UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoIWU]! OA40y UDs\NUAd ‘uDN!|eUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDdANBUEY “> slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, . 2.2. Penanganan Telur Buaya pada Inkubator Inkubator merupakan alat yang dibuat untuk memaksimalkan tingkat cetasan telur. Terdapat berbagai macam bentuk dan ukuran untuk mesin cubator. Mesin yang lebih canggih adalah tipe single dan double. Untuk mesin agan tipe double, setiap telur yang masuk-walaupun dalam satu mesin namun pat dilakukan pengaturan subu yang berbeda untuk masing-masing rak. Pada alat ini dibuat berdasarkan suhu dan kelembapan sarang buaya di spbitat astinya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan SL. Temperatur yang stabil. S 2. Kelembapan yang tinggi (90-100%). 3 3. Arah peletakan telur dan tidak menyentuh tetur sampai proses inkubasi S selesai. ctiga faltor di atas sangat penting dalam wakta separuh dari masa total inkubasi Jengan kondisi ini diharapkan telur akan menetas dengan baik. 8 PT. Ekanindya Karsa pemah menggunakan inkubator untuk menetaskan 2 . S. PT. Ekanindya Karsa membuat inkubator secara permanen yang diletakkan dalam itu ruangan khusus dan tertutup dengan ukuran 8 m x 6 m, ruangan ini biasa ebut hatchery. Inkubator sendiri memiliki ukuran 3 m x 3 m x 3 m Suhu dan ‘embapan inkubator dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan karena ‘ubator dilengkapi alat pengatur subu Tuangan (temmostat). Untuk memberikan sana kelembapan, pada hatchery terdapat parit berisikan air dengan ketinggian J0 cm. Pada bagian pintu inkubator dilapisi oleh stereoform dengan ketebalan cm, hal inj dilalukan agar udara di dalam iakubator stabil. Di dalam inkubator ‘TSrdapat tiga tingkat mak tempat peletakian telur dengan daya tampung + 1500 hur (gambar 12), dlengkapi juga dengam boblam lampu sebanyak 8 buah yang (Gesing-masing berkekuatan 100 watt, termostat, termometer, dan higrometer. Seturtelur Yang akan ditetaskan diletakdam di dalam rak inleubator dengan tehmik fe-induk per-saranp. Aysseaiuq jean 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g g 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ Ee = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § o $ 3 8 z 3 = g BE a = Q g a fs) = a Ey a = c z a 2 2 si I z a 2 2 a 28 Untuk menjaga agar suhu dan kelembapan di dalam inkubator tetap stabil, a ruang inkubator tertutup, kita tidak dapat keluar-masuk ke dalam inkubator p waktu. Untuk tetap bisa mengamati telur maka ruangan inkubator diberi 1 dan jendela kaca, sehingga kita dapat melihat isi raangan inkubator dari luar bator dan di atas jendela kaca terdapat temptron (temperature electronic) 1 alat untuk mengetahui suhu dalam ruangan inkubator (gambar 12). Di PT. ‘indya Karsa suhu dipasang pada 31,3°C dengan kelembaban 90% (di dalam) 16% (di tuar). Selain yang telah disebutkan di atas, termostat juga berfungsi fuk menjaga kestabilan suhu di dalam inkubator. Jika suhu naik melebihi suhu e ditentukan maka kelembapan akan menurun dan lampu akan padam secara puatis, sebaliknya jika suhu lebih rendah dari suhu yang ditentukan maka te embapan akan meningkat dan lampu akan hidup kembali sehingga kestabilan Ei tetap terjaga ? Sterilisasi rvangan inkubator sangat perlu dilakukan, ini berfungsi untuk i cegah adanya bibit penyakit (jamur, parasit, ataupun bakteri) yang dapat 5 #3gangeu pertumbuhan telur di dalam inkubator. PT. Ekanindya Karsa dalam @okukan sterlisasi inkubator menggunakan tehnik fumigasi (pengasapan), yaitu gan cara mencampurkan 60 gram Kalium Permanganat dan 120 cc formalin, kan selama 30 menit. Telur baru dimasukkan ke dalam inkubator setelah 2 fumigasi selesai dilakukan. Air di dalam inkubator juga diberikan larutan PK pekat agar telur dan ruangan tetap terjaga kesterilannya dan tidak terserang jamur maupun bakteri. bar 12. Rak-rak di dalam inkubator dan Temptron (temperature electronic) pada penangkaran, (Koleksi pribadi, 30 April 2007) AISJOAIUQ PANN WB 1o6o9 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ | a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a 3. Perkembangan Telur Buaya pada Masa Inkubasi Penentuan telur infertil ataupun fertil dapat ditentukan setelah 24 jam telur luarkan oleh induknya. Mekanismenya ialah dengan melihat bintik putih pada yang dapat dibantu dengan pencahayaan menggunakan lampu. Bintik putih but merupakan cikal bakal embrio, dimana selama 24 jam setelah telur luarkan oleh induk, kuning telur akan bergerak masuk ke dalam sel telur ‘sbut tanpa merusak sel telur itu sendiri. Setelah hari pertama sel telur ini moudian akan melekat pada selaput membran telur. Apabila telur mengalami i&cangan pada tahap ini, maka akan menyebabkan rusaknya telur dan robeknya brio. Bintik putih itu kemudian akan berkembang membentuk garis memanjang 5 s berada di tengah-tengah telur. Garis panjang ini akan melebar dan setelah 30 ‘5 akan menutupi seluruh selaput membran sel dan hanya bagian ujung dari telur ie, terlihat transparan. Garis panjang ini dapat dilihat bila diarahkan ke sinar ® hari atau lampu. Telur yang infertil tidak akan memperlihatkan titik atau garis sehingga transparan. Titik atau garis ini seperti yang telah dijelaskan diatas Supakan kombinasi dari beberapa faktor yang menunjukken perkembangan nbrio. Perluasan pada ujung berhubungan erat dengan perluasan membran rio yang berisi pembuluh darah. Membran kulit telur disekitar garis juga vara seperti kapur yang berisi kalsium yang masuk dari kulit, menembus vbran kulit dan berakhir pada embrio. Titik-titik perkembangan embrio pada buaya saat hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 30, dan 52 dapat dilihat pada gambar 13 : BLE juejue}. Gambar 13. Titik-titik perkembangan embrio pada telur, (Gans, 1985) AyISISAIUQ JesNYNoWHBy 41060gq 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjzueq WDnjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, hapan perkembangan embrio anak buaya selama masa inkubasi menurut mnatasari (2002) adalah sebagai berikut - ia di bawah dari 1 minggu (1-6 hari) Untuk dapat melihat perkembangan awa! embrio, kulit telur harus dibuka likit pada bagian atasnya yang berisi rongga udara dengan hati-hati jangan apai merobek selaput membran. Di bawah selaput membran akan textihat titik (@yah yang tertihat pada telur setelah beberapa hari masa inkubasi. Tanda ini merupakan posisi dari embrio. Bila memungkinkan dapat menggunting selaput ‘jembran secara hati-hati dengan gunting tumpul, namum lebih mudah dilakukan Hla telur diinjeksi bahan fixative sehingga terdapat lapisan yang transparan. Zabrio akan tertihat transparan dan panjangnya sekitar satu meter. Bia 7 hari @cainggu daerah pembuluh darah akan terlihat memisahkan diri dari titik merah. htuk itu dapat memungkinken untuk mengambil embrio dengan pisau ujung Srapul dan meletakkannya dalam sendok berisi air. Panjang dari embrio sekitar 8 ja dengan posisi membentuk kurva dan terdapat jantung serta organ tubub tain yng mulai berkembang, Perkembangan embrio pada tahap ini dapat dilihat pada Sambar 15, ia 14 bari Panjang dari pembuluh darah hampir mencapai 2 cm dan hampir tidak at dibedakan dengan titik merah Mata embrio telah berpigmentasi dan dapat titik hitam dengan diameter sekitar 1,5 mm. Embrio masih tertihat isparan namun organ tubuh lain seperti kaki mulai dapat dilibat dengan lensa (qinbar 16). ee 24 bari © — Kedua ujung dari pembuluh darah mulai bersatu dengan formasi seperti igongsn kabel pada kedua ujungnya. Panjang embrio 22 mm dengan posisi-ekor eblenglamg membentk kurva. Organ tubuh mulai terbentuk seperti siku dan ut’ Kaki depan dan kaki belakang mula teribat.perbedaan antara ibu jari #Gepn jar lain. Embrio sudah tidak begitm transparan lagi. Lebih jelas lagi dapat @ihat pada gambar 17 bagaimana keadaan embrio pada tahap ini. ju psu) AUISIOAIUF) 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, 31 ia 38 hari Panjang embrio 30 mm dengan postu alami. Terlihat garis pemisah cotara jarijari kaki. Wama tubuh merah muda dengan totol disepanjang aggung sampai ekor. Bagian kepala tempat otak berwama putih dan tidak nsparan, bentuk kepala pipih. Rahang atas panjang dan mengecil pada mgnya. Rahang dan telinga membentuk garis putih. Mata sangat besar dengan (Gjjopak mata dan kelopak mata ke-3 mulai terbentuk Kuku jari dapat tertihat ‘eogan menggunakan lensa dan tertihat sangat halus. Otot-otot pada organ tubuh ‘engeal pads bagianvjung (gambar 18) sia 49 hari = Sisi tubuh berwama toto! keunguan dan ekor berwama merah muda Chia 61 hari Seluruh tubuh embrio berwama keunguan dengan totol lebih gelap dan ayebar. Bagian punggung masih halus dan berwama keputihan. Mata sudah gupuma. Otak masih dapat tertihat melatui selaput tipis pada tengkorak régalanya. Kuning telur sudah mulai mengental. Gigi kecil-kecil sudah mulai abuh. ia 77 bari Wama sudah berubah selurubnya termasuk totol di tubuh tidak ada lagi -wama putih. Tulang tengkorak kepala masih lembut dan dapat disentuh tepat engahnya. ia 84 hari Bagian kuning telur hampir selurubnya masuk ke perut sehingga dinding q Belueyesy ynkisi {Tengkorak kepala sudah keras sewakim disentuh (gambar 20). (Gsia 92 bari . Embrio sedah lengkap dan kuning telur sudah masuk semua ke dalam Feut, Kuning tetur ini berfimgsi sebagai cadangan makaman sampai 7-10 hari sotelah menetas. 1 AylsusAiun jean o - ai fee Se Ss Daerah otak kaki kaki —“ janiung _—_———= Tempat mata Garnbar 15. Embrio usia 14 bari, (Bolton, 1981) Gambar 14. Embrio usia 7 hari, (Bolton, 1981) © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta \dungi Undang-Undan« 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya t lalam bentuk apapun tanpa erbenuk yang keras i dan jeri mulai t: (Bolton, 1981) ‘Digit sudan terbentuk Jantuno Kutit'pungaung kelopak Mata mulai terbentuk * Posisi daun’ telinga” ~ “—. Otak berwama transparan - ~~~ Organ-organ dalam = Kexi > a Daerah otak berwarna putih Gambar 17. Embrio usia 38 hari, (Bolton, 1981) Gambar 16. Embrio usia 24 hari © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) 6gor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: itian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wo benvama keane Gambar 18. Embrio usia 49 hari, (Bolton, 1981) Kelopak mata sudah terbentk Otek Coping ig Gambar 19. Embrio usia 84 hari, (Bolton, 1981) © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: itian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang waj 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a 35 /. 4, Penetasan Telur Buaya dan Penanganan Stedium Hatchling 7. 4.1. Proses Penetasan Telur Buaya Biasanya petugas akan mengecek telur-telur saat mulai memasuki hari-hari chir masa inkubasi dengan cara mengetuk pelan telur yang diperkirakan siap enetas, apabila dari dalam telur terdengar ketukan balasan atau suara-suara ‘tan anak buaya, maka telur itu dianggap telah siap menetas. Selain itu tetur ang telah siap menetas biasanya akan memperlihatkan retakan-retakan kecil ipermukaan tetumnya, telur juga menjadi ringan saat sudah siap menetas, dan *varnanya menjadi sangat putih (gambar 21). Apabila tidak terdengar suara-suara eetelah lebih dari masa inkubasi, cangkang telur harus dibuka untuk memancing 3cnak buaya berbunyi. Menjelang hari ke-90 telur yang telah diinkubasi oleh PT. S-kanindya Karsa mulai menunjukkan akan menetas. Keadaan ini sesuai dengan Sane dikatakan Direktorat Jenderal PHPA (1985) bahwa buaya Muara ={Crocodylus porosus) rata-rata lama pengeraman telumya berkisar antara 74-144 a hari. Tetapi harus diingat bahwa tidak semua telur yang dimasukkan bersamaan Ssaat mulai inkubasi akan menetas bersamaan pula, walaupun mereka berasal dari Satu indukan, Kenyataan ini bisa terjadi kemungkinan disebabkan oleh temperatur Siakubator ataupun faktor-foktor lain. Perbedaan masa inkubasi ini bisa sampai Sjebih dari tiga minggu, schingga telur-telur di dalam inkubasi harus sering diawasi etiap hari. Pada saat penetasan telur ada dua kemungkinan, yang pertama telur telah vecah dan hatchling sudah keluar dari cangkangnya (gambar 22). Sedangkan yang edua adalah tetur baru retak tetapi betum pecah, untuk kasus seperti ini proses aenetasnya dibantu oleh petugas secara hati-hati. Cangkang telur dibuka dengan angan, kemudian selaput membran disobek menggunakan gunting tepat di depan Wjoncong anakan, robekan dilanjutkan kearah belakang dan hatchling diketuarkan ‘dari cangkang. Apabila selaput membran tidak terlalu tebal dapat hanya disobek jutenggunalan tangan, dan pertu diingat juga bahwa semua alat yang digunakan (Qitalam membantu proses penetasan dalam keadaan ster (dimana sebetumnya alat o dieuci menggunakan alkohol 70%). Setelah keluar hatchling ini dibilas dabuto eng air yang tla dcampurlrtan Kalium Pemnganat non peat (PK 1%), ie if iF HE i HY it AjISJOAIUA |eINY 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a iembersihkan hatchling dari lendir-lendir dan darah yang berada disekujur ibuhnya. Selesai dibilas tali pusar hatchling dipotong + 3 am dari pangkal erutnya menggunakan gunting, kemudian tuka bekas pemotongan tersebut diberi ethadine agar Iuka segera mengering dan mencegah infeksi hatchling elanjutnya diukur panjang tubuh dan berat badannya, hal ini juga dilakukan saat watchling telah berumur tiga bulan dan siap dipindahkan ke kandang adaptasi. Jiasanya hatchling yang baru lahir memiliki panjang tubuh 26-30 cm, berat tabuh =58-73 gram, dengan ukuran lingkar dada 8-8,5 am Hatchling kemudian * imasukkan ke dalam bak yang berisi sedikit air dengan posisi bak agak miring + ‘300° dari lantai. Posisi ini dilakukan agar hatchling tidak selalu tergenang air di 3aalam bak tersebut. Tidak hepa hatchling diberi penerangan + 100 watt (34 °C) Sntuk memberi kehangatan yang cucap bagi mereka, Dalam 1-3 hari hukanya akan ‘Smengering, setelah itu barulah hatchling dimasukkan ke dalam baby pan. Ada dua pendapat mengenai penanganan hatchling yang baru menetas. ertama, hatchling tidak pertu dimandikan atau dibilas dengan air tetapi langsung imasulckan ke dalam bak kering dan dibiarkan sampai lendir yang ada di vadannya mengering. Kedua seperti yang dilakukan PT. Ekanindya Karsa, yaitu Bog ueiusieg imnsuy : ES E HW a FE E Hi SJapat saja dilakcukan seswai dengan pengalaman masing-masing. Pertu diketabui uga bahwa apabila hatchling lahir secara prematur jangan sampai terkena air ampai lendir yang ada di badamnya benar-benar terserap sempuma dan abdomen udah tertutup. Sebaiknya hatchling tersebut diletakkan kembali ke dalam okubator selama + 7 hari, ini dilakukan untuk menjaga hatchling agar tidak erinfeksi oleh mikroorganisme patogen. Penanganan saat telur men¢tas pada penangkaran harus lebih hati-hati bila ibandingkan dengan kehidupan Hamya, hal ini karena penangkaran berbeda \Scengn habia eine. Selig aps ing mendapatan tas yng oh bal ~ ari alam mika penangznannya harus lebih hati-hati dan lebih baik. Seperti yang (Qetikemnkcikan Morgan (2007) dalam tulisannya bahwa hanya sekitar 1% hatchling Gyan Bar ahr di alam dapat beta hidup sampai dengan dewasa. Hal in Ssisebébkan kareia tingginya predasi yang ,terjadi di linglamgannya. Walzupun “mak buaya dalam beberapa bulan pertama hidup di bawah peagawasan induknya, AjISIOAIUA |e 6 on Tutin dan berkecukupan tanpa hatchling tersebut mati dimakan oleh ator di sekelilingnya. Selain itu, kehidupan alam yang tidak menentu es saling berebut. Layaknya seorang bayi, hatchling juga butuh perawatan sus pada awal-awal kehidupannya. Kehidupan liar tidak mungkin dapat gakibatkan hatchling tidak selalu dapat mangsa untuk menjadi santapannya, Pribadi, April 2007) Gambar 21. Hatchling baru menetas, (Koleksi 2 agi kehidupan berkelompok yang mengharuskan adanya persaingan dan butan makanan. Ini tentunya berbeda dengan hatchling yang ada di nsumsi secara ingkaran hatchling mendapatkan asupan vitamin maupun kalsium untuk unjang pertumbuhannya serta perawatan kesehatan agat terhindar dari < menutup kemungkinan hatchling B ffhstitut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University njaga tubuh Aatchling yang masih sangat rentan secara maksimal, sedangkan di “nangkaran yang mendapatkan ko: Hlik a 2 ra S er 5 2 o ed ) Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang a 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: ‘ yy a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, pe n, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya lalam bentuk apapun tanpa izin IPB, 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D HEqUUNs UDzANgesuEL Uop UDYUUNyUDILEL DduD} IUI s1]Ny D~UY YNuNjes NOD UDIBOges dignBuELU BUDID}IC ‘| 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, ’. 4.2. Penanganan Hatchling ’, 4,2, 1, Sistem Perkandangan Hatchling ' Menurut PT. Ekanindya Karsa yang tergolong hatchling adalah anakan aya yang berukuran < 60 am atau sekitar umur 0-3 bulan. Hatchling di PT. anindya Karsa ditempatian dalam suatu kandang khusus yaitu baby pan. Baby m tempat diletakiannya hatchling ditempatkan pada ruangan tertutup supaya ((Shindar dan stress dan fluktuasi temperatur dan kelembapan. z PT. Ekanindya Karsa memiliki 12 baby pan di dalam sebuah ruangan Grrutup bemama hatchery, dimana di ruangan ita juga terdapatinkubator (gambar : ©) Tiap baby pon dieagkapi dengan sebuah lampa berdaya 100 watt yang karan hatchling Dua baby pan diantaranya digunakan sebagai kandang ICU 3 #gi hatchling yang baru menetas.dan sat kandang karantina bagi hatchling yang iit. Untuk sinar matahari sendiri sebenamya sangat dipertukan oleh hatchling j2P seballaya jangan mengenilangsung hatchling, ole sebab its baginatp iisri hatchery tempat baby pan berada ini menggunakan fiber dan asbes. Kontruksi 1 baby pan terdiri dari dua bagian yang sama, yaitu : 1. Yard, merupakan bagian dataran pada kandang yang berfimgsi untuk menyimpan makanan dan tempat anak buaya berjemur. 2. Pond, merupakan kolam dengan kedalaman + 10 cm untuk anak buaya berendam. tuk memberikan kesan terlindung bagi hatchling, maka pada bagian atas tiap (iY Pan diberi penutup yang terbuat dari fibre glass untuk bagian yard, dan Qrat nyamuk untuk bagian pond. Tertihat pada gambar 24 bagaimana kontraksi @1i baby pan maupun hatchery. Adapun spesifikasi baby pan yang pertu tuofio ‘jpeshatikan adalah sebagai bert : © 1. Yard : Water Pond (lantai : kolam) : 1:1 92. Kedalaman Kolam : 10cm ae Panjang x lebar . 2 1,6x12cm ) 4 Tinggi dinding : 80cm AYISJOAIUN | a ”n : Ainchi : 32-34°C 1 76-91% 6. Overflow diameter 7, Temperatur kandang 8. Kelembapan kandang Bogor Aeicultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tt lis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “@d| Dfom Bus uDGunUedey UDYJBNIeWW YopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyONs UDND[U_ NOY YU UDs!|NUad ‘UDJodD] UDUNsNAuad ‘YyoILU]! OA10y UDsIINUEd ‘uDA!|eUAd ‘UDYIpIpUed UDBUNUAteY yNqUN DAUDY UDd_NBUEY “> slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, 7. 4. 2, 2, Pakan dan Perawatan Hatchling Hatchling yang baru menetas umur 7-10 hari tidak pertu diberi makan, wena ia mash menggunakan persediaan kuning telur yang ada di dalam bubnya sebagai bahan makanamya. Setelah persediaan kuning telur dalam bubnya habis barulah hatchling diberi makan. Di PT. Ekanindya Karsa uchling umur 0-3 bulan diberi pakan berupa kepala ayam yang telah digiling setiap dua hari sekali (gambar 24). Sebelum kepala ayam digiling halus, kepala ayam harus dibersihkan terlebih dahulu sampai bersih dengan enggunakan air, hal ini dilakukan untuk membersihkan kepala ayam dari bulu- Sulumye yang kemungkinan masih menempel. Kandungan ceratin yang terdapat Beda bulu ayam tidak dapat dicema oleh buaya, sehingga bisa mengakibatkan astruksi (sutit untuk buang air besar) peda saturan pencemaan. Adapun takaran Eemberian pakan terhadap hatchling adalah sebagai berikut : He} pda z 1. Umur 0 balan (barn menetas) : 15 gr 2 2. Umirl balan 125 gr E 3. Umur 2 bulan 235 gr 3 4. Umur 3 bulan :50 gr a a uchling memertukan kandungan kalsium yang cukup dimasa pertumbuhannya, ini untuk mensuplai kebutuban kalsiumnya serta mencegah pertumbuban tchling yang tidak normal. Oleh karena itu setiap pemberian pakan untuk ‘chling ditambahkan tepung kalsium dengan perbandingan 1 : 4, yaitu dari 10 pakan dimasukkan sekitar 2,5 gf tepung kalsium. Penambahan kalsium ini akukan dari awal hatchling mulai diberi pakan sampai hatchling berumur tiga am. Selain ita hatchling juga diberikan suplai vitamin yang dicampurkan ke am makanamnya, pemberian vitamin ini biasanya diawal hatchling mulai diberi LP ‘Gam yang digunakan sebagai pakan arian buaya : AyssOaiuq jesnyjno 41 3.945.411 Tabel 1. Hasil uji proksimat'kepala ayam, (Ehmir, Hatchling memiliki sensitifitas $ yang sangat tinggi terhadap ingangan jjuangan dan letak kandang. PT. Ekanindya Karsa mengatur temperatur ruangan Spaby pan pada kisaran 32 °-34 °C, sedangkan untuk menghindari hatchling stress Gsibat kebisingan, ruangan tempat baby pan berada sengaja dibuat tertumup, ° “pemetukan pratan Khuss don htt teratoma pada pengturan temper Hd {] i Hi 1! i as © Hak cipta milik IPB (Insfit Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang anitasi baby pan pun harus dijaga untuk mencegah adanya jamur dan bakteri ang menyerang anak buaya. Baby pan dibersihkan dua hari sekali sesuai dengan encucian baby pan dari sisa makanan dan kotoran, tehnik pembersihan baby pan ari keesokan harinya dilakukan pembersihan kandang. Pembersihan ini meliputi ilakukan sesuai dengan urutan-urutan sebagai berikut : 2hingga tidak sembarang orang dapat keluar-masuk ruangan ini. Kebersihan dan 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya lalam bentuk apapun tanpa izin IPB. sebaiknya diletakkan sampai ke dasar kolam untuk menghindari suara percikan air. 1. Membuka tutup kandang yang terbuat dari kawat nyamuk perlahan-lahan. 6. Menutup kembali kandang dengan kawat nyamuk. 2. Mengetuarkan dan membersihkan semua sisa pakan. 3. Menyiram bagian daratan dengan pelan-pelan. 5. Mengisi kembali kolam dengan air bersih, selang untuk mengisi air 4. Membuka pipa water outlet, sehingga bagian pond kering. Bogor Agricultural University in, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan Rritik atau tinjauan suatu masalah. Q tv 1-B (gambar 24), -stress yang dicampurkan ke dalam makanan (gambar 24) atau dapat diberikan juga obat nopshesa. diberikan antibiotik berupa tehasyelyne. Jika ada hatchling yang sakit sangat diperlukan perawatan yang intensif. shling itu harus segera dipindahkan ke baby pan karantina, hal ini dilakukan k menghindari kemungkinan penularan penyakit dan memudahkan dalam Katarak, diobati dengan obat tetes mata / salep mata erlamicetin. Cacingan, diatasi dengan obat cacing exifon, wormzo ataupun combantrin. . Jamur kulit, diobati dengan gentian violet 3%. Stress, diberikan obat anti gontrolnya. Adapun penyakit-penyakit yang sering menyerang hatchling . Infeksi saluran tali pusar, xti yang ditemukan di PT. Ekanindya Karsa antara lain : © Hak cipta milik IPB (institut Rattenian segee beGerwsg cultural University lL. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undan 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. larang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya t jalam bentuk apapun tanpa 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| zDfom Bus uDGunUeday UDY!neWW YopR UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_ NOY yAUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoIWU]! D440 UDs\NUed ‘uDN!|eUAd ‘UDYIpIpued UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDdANBUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a 43 V. 5. Pertumbuhan Anak Buaya (hatchling) Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang maupun berat dalam satu waktu (Effendi, 1997). Biasanya pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa iktor, baik dari dalam maupun dari tuar. Faktor dari dalam biasanya berupa mur, penyakit, dan sex (Effendi, 1997). Buaya akan terus tumbuh sampai tua, tapi semakin tua maka pertumbuhannya semakin lambat. Adanya penyakit yang iderita hatchling juga bisa mempengaruhi pertumbuhannya, sebab apabila smengalami sakit maka tubuh akan mengalokasikan energi yang masuk untuk menyembuhkan penyakit, sehingga energi untuk pertumbuhan akan berkurang. ‘excapainya dewasa kelamin untuk pertama kali kiranya mempengaruhi Spertumbuhan, yaitu kecepatan pertumbuhan menjadi sedikit lambat. Sebagian dari nakanan yang dimakan tertuju kepada perkembangan alat reproduksi. Faktor nar ‘yang utama yang mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan dan suhu (Effendi, 3997). Sama seperti yang dikemukaan oleh Widiyanti (2003) bahwa untuk Qnerangsang pertumbuhan yang optimal dipertukan jumlah dan mutu makanan Syang tersedia dalam keadaan cukup. Pertumbuhan pada hatchling dipengaruhi Soleh makanan, suhu, penyakit, dan umur, Sex pada hatchling belum Smempengaruhi sebab pada usia hatchling (0-3 bulan) buaya belum mengalami “dewasa kelamin, sehingga energi dari makanan akan terpusat seluruhnya pada ertumbuban. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Grzimek (1975) bahwa ertumbuhan buaya akan terlihat sangat cepat pada 7 tahun pertama, dimana rata- ata pertumbuhannya sekitar 26,5 cm per-tahun. Semakin bertambah umumya, aaka pertumbuhan akan semakin lambat, pada umur 22 tahun pertumbuhan buaya anya sekitar 3,6 cm per-tahun. I yyw eydio, ye Ped jofog, ov. §. 1. Pertumbuhan Panjang OV. 5.1. 1, Pertumbuhan Panjang Total Hatchling Umar Sebulan Dari pengamatan pertumbuhan 36 ekor hatchling pada penangkaran PT. (C&kanindya Karsa didapatkan bahwa pada awal menetas panjang total hatchling yang didapatkan berkisar antara 265 -295 mm, dengan rate-rata panjang totalnya alah 280 mm. Stele memasuk umur sui jedi peingkatanpanjang total Satchling, dimana panjang total berkisar antara 320 — 360 mm dengan rata-rata AyissJOAiuA jegn 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a anjang totatnya 337,92 mm, yang artinya eda pertambahan rata-rata panjang total 7,92 mm atau sekitar 5,792 cm pada’ bulan pertama ini. Dari hasil ini dapat erlihat adanya pertambahan panjang total yang pesat, yang menunjukkan bahwa atchling tmmbuh dengan baik pada penangkaran PT. Ekanindya Karsa ’ertumbuhan imi dapat dipicu karena adanya perawatan yang cukup baik yang ilakukan oleh PT. Ekanindya Karsa, yaita berupa pemberian paken yang rutin dua hari sekali) beserta pemberian vitamin dan kalsium tambabannya, embersihan kandang tiap dua hari sekali sehingga hatchling tetap terjaga ebersihamnya, dan penjagaan kestabilan kelembapan ‘serta suf tingkungannya. suhu termasuk faktor penting di dalam masa pertumbuhan hatchling, seperti yang sikatalan Effendi (1997) bahwa faktor luar yang utama yang mempengarubi ertumbuhan ialah makanan dan suhu. PT. Ekanindya Karsa menjaga suhu baby Span dalam kisaran antara 32 - 34 ° C, dengan kelembapan ruang 85% Sesuai ) agi mm erdio wey, QD. gsebetumnya bahwa ditambahkan tepung kalsium ke dalam pakan yang akan “diberikan kepada hatchling, serta besamya kandungan karbohidrat di dalam pakan ersebut, dimana karbohidrat tertenta (laktosa) dapat meningkatkan penyerapan alsium (Madanijah, 2007). Diketahni bersama bahwa pertumbuban panjang erat aitamnya dengan kebutuhan tubuh akan kalsium. V. 5.1. 2. Pertumbahan Panjang Total Hatchling Umur Dua Bulan fr Saat menginjak umur dua bulan panjang total hatchling berkisar antara #50 — 480 mm, dengan rata-rata panjang total keselurahan hatchling yang diamati ‘Gpekitar 458,75 mm atau berarti mengalami pertambahan sekitar 120,83 mm 5{12,083 cm) dari bulan sebetumaya, Pertumbuhan yang signifikan ini dapat (Citisebabkan Karena takaran pakan yang diberikan oleh penangkaran meningkat, Cyaitu dari 25 gr menjadi 35 gr. Seiring dengan peningkatan pemberian pakan ini =jisupan energi yang diterima oleh hatchling pun menjadi meningkat. Selain itu, 3 i i F i i b t é AyissOAiuAQ jen 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Adil 2fom Buns uDGunueday UDYJBNieW YopR UDdANBUEd °q “ypyosoW Nyons UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoIWU]! OA40y UDs\NUAd ‘uDA!|eUAd ‘UDyIpIpUed UDBUAUEdeY YNqUN DAUDY UDd_NBuUEY °D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > Q g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a 45 n yang relatif baru untuk dikonsumsinya (saat baru menetas hatchling zkonsumsi persediaan kuning telumya 7 - 10 hari, baru kemudian diberi n berupa kepala ayam diblender), ini dapat mempengaruhi pertumbuhan ang total hatchling. Barulah setelah pemberian pakan bulan kedua hatchling geap sudah lebih beradaptasi sehingga konsumsi pakan lebih baik dan engaruh pada pertambahan panjangnya. 5. 1. 3. Pertambuhan Panjang Total Hatchling Umur Tiga Bulan Pada umur tiga bulan, hatchling memiliki panjang total antara 530 — 585 & dengan rata-rata panjang total hatchling 559,58 mm. Dibandingkan dengan 8 a sebelumnya berati ada pertambahan panjang total rata-ata sekitar 100,83 & atav 10,083 cm. Melihat umur dan ukuran panjang totalnya, hatchling- 5 hling ini sudah siap dipindah kandangkan ke kandang karantina dan adaptasi @lum akhimya masuk ke dalam kandang pembesaran. Ini dilakukan karena g, urut PT. Ekanindya Karsa kategori hatchling adalah anak buaya yang Frau berkisar antara 1-3 bulan. Pertambahan panjang total rata-rata bulan ini $ 1 kecil bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tetapi hal ini tidak cnjadi masalah selama pertumbuhan panjang total hatchling secara keseluruhan » bertambah dan tidak terjadi penyusutan dari bulan sebelumnya. Dapat dilihat , grafik di bawah ini pertumbuhan panjang total hatchling tiap bulannya dari menetas sampai umur tiga bulan. ec] p ie a 3 5 600 500 400 300 200 100 Panjang Total (mm? 0 1 2 3 Unn Hatchling (Bulan) Gambar 25. Grafik rataan panjang total hatchling setiap bulan AUSIOAIUQ [esnynoUbBy Jo60g 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a IV. 5. 2, Pertambuhan Berat IV. 5.2. 1. Pertumbuhan Berat Hatchling Umur Sebulan Dari pengamatan pertumbuhan 36 ekor hatchling pada penangkaran PT. Ekanindya Karsa didapatkan bahwa pada awal menetas berat tubuh hatchling berkisar antara 57 — 81 gr, dengan berat rata-rata adalah 67,86 gr. Pada umur sebulan berat hatchling berada pada kisaran 117 — 161 gr, dengan berat rata-rata (Opes 135,83 er. Ini memunjuldcn kenaikan berat rata-rata hatchling dari awal Menetas sampai umur sebulan sebesar 67,97 gr. Jka dikaitkan dengan kandungan o G21 yang terkandung dalam pakan hatchling (kepala ayam blender), diketabui daha kandungan protein memiliki proporsi yang culup tinggi di dalam pakan Ztersebut, yaitu 55,65% Disebutkan olch Madanijah (2007) bahwa protein berfungsi di dalam membangun jaringan baru terutama pada periode pertumbuban. Disebutkan lebih lanjut, bahwa 50% berat tubub terdiri dari protein = yang tersimpan pada : 1. bagian terdapat pada otot 2. 1/5 bagian tersimpan dalam tulang dan cartilago 3. 1/0 bagian tersimpan dalam kulit 4. sisanya berada dalam cairan tubuh dan jaringan-jaringan. 3erkaitan dengan pernyataan diatas, maka hal ini diduga dapat menjadi penyebab vertumbuhan berat badan pada hatchling. (s060g uelueyied 3njWSUI) adi HIE 'V. 5.2. 2. Pertumbuhan Berat Hatchling Umur Dua Bulan Setelah hatchling berumur dua bulan, berat tubuh hatchling berkisar antara 69 ~ 230 gr, dengan berat rata-rata sebesar 197,44 gr. Ada pertambahan berat ata-rata dari umur sebelumnya sebesar 61,61 gr. Pertambahan berat rata-rata pada Obulan kedua ini mungkin tidak sebesar pada bulan sebehumnya, tetapi hal ini tidak ‘Cierpengaub, scab pertumbuhan brat tubuh secareKesturhan tp bertambah slam tidak berkcurang. Berat tubuh hatchling yang terus bertambah diduga karena Crila dibandingkan buaya dewasa pada penangkarm, hatchling di dalam baby pan Quan lebih sedikit melakukan aktifitas. Dengan begitn energi yang masuk ke dalam if e y i ul He : E AyssOAiuA jeanyn 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a 47 uk ke dalam tubuh melalui pakan sebagian besar akan dipergunakan dalam ambuhan berat. 5. 2. 3. Pertumbuhan Berat Hatchling Umur Tiga Bulan Hatchling umur tiga bulan memiliki berat tubuh antara 254 — 359 gr, an berat rata-rata sebesar 310,94 gr. Pertambahan berat rata-rata meningkat ct dari bulan sebelumnya, yaitu sekitar 113,5 gr. Hal ini terjadi diduga karena op bulannya pihak penangkaran akan meningkatkan jumlah pakan yang ‘Serikan yang disesuaikan dengan pertambahan bukaan mulut dari hatchling, Bingga akan semakin besar / banyak pakan yang akan dikonsumsi oleh 3 hling. Semakin banyak makanan yang masuk ke dalam tubuh hatchling, maka akin besar juga karbohidrat, lemak, dan protein yang terkandung di dalam e m yang dikonsumsi tersebut masuk ke dalam tubuh hatchling. Dengan begitu terjadi peningkatan asupan kalori di dalam tubuh hatchling, sebab baik pohidrat, lemak, dan protein ketiganya adalah sumber energi bagi tubuh. pila hal ini terjadi terus-menerus akan terjadi kelebihan energi di dalam tubuh é hling. Jika terjadi kelebihan energi di dalam tubuh, 50 % energi tersebut akan sixapan dalam jaringan di bawah kulit, 45 % pada rongga perut, dan 5 % pada gan bagian dalam otot. Ha! inilah yang kemudian diduga dapat menyebabkan mbuhan berat tubuh hatchling tiap bulannya. Adapun pertumbuhan berat h hatchling tiap bulannya dapat terlihat pada gambar 26 : eNgeH a Berat tubuh (gr) o 8888 0 1 2 3 Umur Hatchling (bulan) Gambar 26. Grafik rataan berat tubuh hatchling tiap bulan AVISISAIUQ JesnNyNoWBy Jo60g 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D g Q 3 g a 3 3 g a 5 = 6 = 8 @ 3 g g 8 2 & 5 2 5 x 8 2 $ ize = g 3 3 8 Fy 3 3 8 2 z 3 5 3 8 2 $ g 3 3 g 2 $ § 5 $ 3 8 z 3 = g aE a > OQ g a 9 = a £ Ej a c z a o 3 cl Cc 5 a 2 3 a ». 3. Huabungan Panjang — Berat Hubungan panjang-berat merupakan salah satu parameter yang dapat ‘gunakan untuk menganalisa pola pertumbuhan suatu kelompok, yang ma dalam kegiatan pengelolaan perikanan. Dengan kata lain hubungan ing — berat dapat dimanfaatkan untuk menduga berat suatu individu melalui ingnya (Widiyanti, 2003). Gambar grafik di bawah ini menggambarkan ©). gan panjang —berat hatchling pada saat bara menetas. 5. 3. 1. Hubungan panjang — berat pada hatchling awal menetas (s060g uelueyied 3NIWSU]) Gal 4! BPdI9 YEH} 260 270 280 290 300 Panjang T otal (mm) Gambar 27. Hubungan panjang — berat Hatchling saat awal menetas Nilai b pada model persamaan di atas didapat dari persamaan pertumbuhan an formulasi W = aL’. Effendi (1997) menjelaskan dalam tulisannya bahwa | b tersebut merupakan nilai pangkat yang harus cocok dari panjang agar vai dengan beratnya. Dari grafik terlihat bahwa nilai b yang didapat dari Gingan panjang — berat memiliki nilai yang lebih besar dari 3, yaitu 3,2142. ini Snunjukkan bahwa pertumbuhan berat hatchling pada saat itu lebih cepat Soada pertumbuhan panjangnya. Dari grafik juga terlihat bahwa persamaan %ingan panjang — berat memiliki nilai koefisien determinasi (R?) sebesar Bomby 1060gq P. Aysia. 49 370 350 360 330 340 Panjang Total (mm) 320 ig pada saat berumur sebulan. 0 31 ° FREBESRS re (33) ynqny ye10g & Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) 9 © = 180 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat 32, dimana hasil akar kuadrat dari nilai ini dikenal dengan nilai r (koefisien a panjang dan berat hatchling pada saat awal menetas. Gambar 28. Hubungan panjang — berat Hatchling saat umur | bulan asi). Nilai korelasi ini apabila mendekati 1 mempunyai arti bahwa hubungan ang — berat tersebut menggunakan dua parameter yang berhubungan sangat 3. 3, 2. Hubungan panjang — berat pada hatchling umur sebulan Ww . fa Dari hubungan panjang — berat pada hatchling umur sebulan didapatkan i b sebesar 3,2209. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan berat hatchling lebih & berat hatchlin, tral University z) Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. S a > hal ini dapat 1717, a unjukkan bahwa hatchling pada umur dua bulan memiliki kondisi tubuh yang berarti bahwa pertumbuhan berat Hatchling saat umur 2 bulan berat hatchling umur dua bulan didapat € = 3 ° & ao 3 a ibandingkan hatchling pada umur sebulan. Nilai R? yang didapat yang menunjukkan bahwa nilai r hasil akar kuadrat dari R? 8663, Gambar 29. Hubungan panjang Dari grafik hubungan panjang b sebesar 3,3926. Nilai b yang lebih besar dari 3. 3. 3. 3. Hubungan panjang — berat pada Aatchling umur dua bulan t hatchling \ebih cepat daripada pertumbuhan panjangnya. Selain itu terdapat (48) yngqny yelog © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) ppjngkatan nilai b dari bulan sebelumnya sebesar 0. Oh montok dil o Sbesar 0, = a gficgltural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per in, penulisan Rarya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya lalam bentuk apapun tanpa izin IPB, wa 600 580 Panjang total (mm) 5. 3. 4. Habungan Panjang — Berat Pada Hatchling Umur Tiga Bulan (38) ynqm yes0g 746, sehingga hasil 8 (R’) sebesar 0, tersebut (r) akan semakin mendekati 1. Apabila nilai r Pada grafik hubungan panjang — berat diatas, didapatkan nilai b sebesar 08 yang menunjukkan bahwa pertumbuhan berat hatchling pada umur tiga Gambar 30. Hubungan panjang ~ berat Hatchling saat umnur 3 bulan n ini lebih cepat bila dibandingkan dengan pertumbuhan panjangnya. spatkan juga nilai koefisien determinasi kuadrat dari nilai R? © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya lalam bentuk apapun tanpa izin IPB. in, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan Rritik atau tinjauan suatu masalah. signifikan. V. KESIMPULAN DAN SARAN agai berikut : subu + 32° C dihasilkan jantan dan pada subnu diatas atanpun dibawah 32° C dihasilkan betina. 3. Tetur buaya yang ditetaskan oleh PT. Ekanindya Karsa memertukan masa manusia pada saat telur-telur buaya mulai menetas. Sebab pada kehidupan cangkang seperti yang dilakukan pada penangkaran. 5. Penanganan hatchling dan perawatan kandang tesjaga kebersihannya Dari hubungan panjang — berat diketabui bahwa hatchling mengalami panjangnya. Pihak penangkaran haros memperhatikan hal ini untuk lebih selektif dalam pemitihan pemberian paken dengan pengaturan komposisi saluran tali pusar. Ekanindya Karsa menjaga suhu inkubasi dalam kisaran 30° - 33°C. Pada 7. Pertumbuhan Aaichling pada penangkaran relatif balk, dimana - mencapai 92% dari sejumlah telur yang ditetaskan. 2. Pengaturan suhu dapat menentuken jenis kelimin hatchling. PT. inkubasi 90 — 100 hari. 4. Pertu dikaji lebih lagi sampai sejauh mana pengarah .campur tangan dengan cukup baik. 1. Sistem penetasan telor buaya yang telah dilakukan oleh PT. Ekanindya 1 Kesimpatan > © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogo Fa « A) Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang a BY) 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: ‘ Coes a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tuli D So i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, gricultural University a 2 un gizi yang dapat mengatur keseimbangan pola pertumbuhan hatchling baik dari panjang maupun dari beratuya. vitamin lainnya, tehuik perkandangan, sehingga dapat memacu . pertumbuhan hatchling lebih pesat dari sebelumnya. 4. Untuk lebih mienunjang kebeshasilan usaha penangkaran buaya ini pertu keberhasilan yang lebih tinggi dengan wakhi penetasan yang lebih 5. Perlu adanya koordinasi dan kerjasama PT. Ekanindya Karsa dengan seragam. 2. Adanya penekanan sesedikit mnmungkin campur tangan teknisi pada Pertu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tehnik penetasan telur pemerintah sehingga kedua belah pihak dapat bekerjasama dalam pengelolaan satwa liar yang dilindungi, salah satunya adalah buaya. 3. Pertu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tehnik perawatan dan penangkaran saat telur-tetur mulai menetas, yaitu dengan membiarkan 7.2. Saran © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, per in, penulisan Rarya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya lalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 11} DAUDY YNunjas Noy UDIGOgGes yosuDquedieW Up UDYLUNWUNGuUEL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Adil 4pfom Buns uDGunueday UDY!6neW YyopA UDdANBUEd “q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D HEqUUNs UDzANgesuEL Uop UDYUUNyUDILEL DduD} IUI s1]Ny D~UY YNuNjes NOD UDIBOges dignBuELU BUDID}IC ‘| 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, 54 LL DAFTAR PUSTAKA Andi, 1.S.B., et. al. 2005 . Modul Praktihan Biologi Perikanan . Fakultas Perikanan dan Iimu Kelautan, IPB . Bogor . 3olton, M. 1981. Crocodile Husbandry In Papua New Guinea. FAO. Port Moresby. xk 1962. Laboratory Anatomy Of The Alligator. WM .C . Brown Company Publisher. Dubuque, Iowa . a Direktorat Jenderal PHPA . 1976 . Studi Habitat dan Ke Pengembangan Populasi Buaya di Daeroh Aliran Senger Lalan dan Palembang Sumatra Selatan. Kerjasama Fakultas Perikanan IPB dengan Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam dalam Proyek Penyelamatan dan Pengembangan Suaka Alam Hutan Wisata dan Satwa yang Dilindungi. Direktorat Jenderal PHPA . 1985 . Proceeding Diskusi : Penangkaran Buaya Sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Untuk Merunjang Perekonomian . Departemen Kehntanan, Direktorat Jenderal PHPA, Balai Konservasi Sumberdaya Alam III . Bogor . ‘Direktorat Jenderal PHPA . 1994 . Pedoman Pengenalan Jenis Reptilia yang Dilindungi . Departemen Kehutanan, Direktorat Penyuluhan Konservasi Sumberdaya Alam, Balai Konservasi Sumberdaya Alam III . Bogor . Direktorat Jenderal PKA . 2000 . Pengenalan Jenis Flora dan Fauna yang Diperdagangkan Volume | : Reptilia Appendiks Il CITES . Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Balai Konservasi . Jakarta . (s060g uelueyieg 3njWSU]) Gd 4INIU eIdI9 iffendie, M1. 1997 . Biologi Perikanan . Yayasan Pustaka Nusantara . Jakarta. Jans, C ."1985 . Biology Of The Reptilia volume 14 : Development A . A Wiley Interscience Publication . New york . OdGrzimek, B . 1975 - Animal Life Enclycopedia . Van Nostrand Reinhold Company - New York . o6o “Iskandar, D. T. 2000 . Kura-kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini . Kumiati, H . 2002 . Metode Survey dan Pemantauan Populasi Satwa . Pusat Penelitian Biologi — LIPI . Cibinong . eee, G. 2007 . Mahluk Menakutkan : Buaya dan Aligator . PT . Elex Media Komputindo . Jakarta . AyISusAIuUly jejnynowBy 11} DAUDY YNunjas Noy uDIGOgGes yoAuDquedeW Up UDYLUNUUNGuUaL BUDIDIIG Z “Aid| ulz! oduny undodp ynjueq WDjpp I “Ad| 4Dfom Bus uDGunUeday UDYJBNieWW YyopA UDdANBUEd °q “ypyosoW NyOns UDND[U_-NDY yQUY UDs!|NUAd ‘UDJodD| UDUNsNAuad ‘YyoILU]! DA40y UDs\NUAd ‘uDN!|euUAd ‘UDYIpIpUed UDBUAUEdeY yNqUN DAUDY UDd_NBuUEY “D slequuNs UDYyNgedsuEWW UDP UDYLUNJUD VEL OduD} Iul sin} DAUDy YNunjas noo uDIBoges dynbuew Bunsdjiq ‘| (As 6uppun-6uppun !6uNpuyyig DydID yO, 5S Aadanijah, S . 2007 . {imu Dasar Gizi . Departemen Itmu Gizi dan Masyarakat . Fakultas Ekologi Manusia, IPB .-Bogor . (Tidak diterbitkan) . Aorgan, S . 2007 . Dunia Satwa : Buaya dan Aligator . Tiga Serangkai . Solo . luitja, I. S. 1979 . Natural History Binatang Buaya . Fakultas Perikanan dan Ibmu Kelautan, IPB . Bogor . eraturan Pemerintah No. 7/1999 eraturan Pemerintah No. 8/1999 ’ermatasari, M . 2002 . Tata Laksana Kesehatan Buaya . Karya Tulis . Program. Studi Diploma Tiga Tekmisi Medis-Veteriner . Fakultas Kedokteran Hewan, IPB . Bogor . (Tidak diterbitkan) . PT . Ekanindya Karsa . 2007 . Company Profile. Serang . PT . Ekanindya Karsa. (Tidak diterbitkan) . ysul) adj miiw erdig ye ,(D) Surat Keputusan Meateri Pertanian No. 327/Kpts/Um/S5/1978. | a | : g -Tabita, R .M . S . 2004 . Sistem Pengelolaan Buaya Muara (Crocodylus porosus) Induk di PT. Ekanindya Karsa . Laporan Praktek Kerja Lapangan . Program studi Teknisi Reproduksi Satwa . Fakultas Kedokteran Hewan, IPB . Bogor . (Tidak diterbitkan) . Jndang-undang No. 5/1990 Vidiyanti, D . 2003 . Pola Pertumbuhan & Kebiasaan Makan Ikan Sereg (Sicyopterus nageni) Pada Beberapa Sungai Di Kawasan Pei jan Emas PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), Sumbawa, NTB . Skripsi . Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan . Fakultas Perikanan dan Iimu Kelautan, IPB . Bogor . (Tidak diterbitkan) . [ttp-//animaldiversity.ummz.umich edu (Maret 2007) ttp//www.fimnh_ufl. edu/natsci/herpetology/act- Jan/pian1998b.htm# introduction (5 Februari 2007) i (Maret, 2007) Ittp/Awww_kinesnake.com/oz/crocs/porosus.htm (Maret 2007) Ittp/Ad. wikipedia orp/wiki/Buaya (8 Desember 2006) erueyi (uo6og ul By iQhog | S. Sy 2. = A\sJOAIUA e1Ny i Br ears 2 C5 Hak cipta milike a (institut Pertanian Bogor} d Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencanturikan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tul dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, 20 “ Nn -| x o eo) wn BI i = (C) Rak cipta mitt ire tinstitut Pertanian Soger) 78 88 a aa a er 117 121 [ 1145” [122 7 7 117 [sto 2.Data telur yang dihasilken pada bulan Januari 2007 di Penangkaran : Lampiran 5 6 7 8 9 10 A 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya t lis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, a a » tanggal menetas, telur yang . Lampiran 3.. Data peletakan telur, jumlah tetur, menetas dan yang tidak menetas di Penangkaran IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya t lis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, Berat Tubuh et 8 wo) wn i é 5 5 x © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University ampiran 4. Data pengukuran hatchling awal menctas (April 2007) pada Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya t ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. S Berat Tubuh z FFP PL] PLP F] 2 e]8/ 8] 8) 8] 8/8) 818) 8] 8/8] 5/9] 3 8] 3] 8 . . ©) Fak cipta mine PS ttstitat Pertanian Bolger Bogor Agricultural University Panjang Lampiran 5. Data pengukuran hatchling umur 1 balan (Mei 2007) pada Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya t lis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, 8 a ‘ Berat Tubuh (©) Har ciptamtittctestinstitut Pertanian Begor} Bogor Agricultural U niversity ang Total Panjang Tc mpirm 6. Data pengukuran hatchling umur 2 bulzn (uni 2007) pada Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1, Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b, Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya t lis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB,

You might also like