You are on page 1of 6

16 PARAMETER KUALITAS BATUBARA

Beberapa parameter kualitas yang akan sangat mempengaruhi pemanfaatannya


terutama sebagai bahan bakar adalah :
a. Kandungan air
Kandungan air ini dapat dibedakan atas kandungan air bebas (free moisture),
kandungan air bawaan (inherent moisture) dan kandungan air total (total
moisture). Kandungan air ini akan banyak pengaruhnya pada pengangkutan,
penanganan, penggerusan maupun pada pembakarannya.
b. Kandungan Air bawaan
Kandungan air bawaan berada pada mikro pori, yang mempunyai tekanan lebih
rendah dari tekanan uap normal. Kandungan air bawaan ini penting
diketahui,karena dapat digunakan untuk mengindikasi peringkat batubara .
Batubara makin tinggi kandungan air bawannnya,peringkatnya makin rendah.
c. Kandungan abu
Selain kualitas yang akan mempengaruhi penanganannya, baik sebagai fly ash
maupun bottom ash tetapi juga komposisinya yang akan mempengaruhi
pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat menimbulkan fouling pada pipapipa. Dalam hal ini kandungan Na2O dalam abu akan sangat mempengaruhi titik
leleh abu. Abu ini dapat dihasilkan dari pengotor bawaan (inherent impurities)
maupun pengotor sebagai hasil penambangannya. Komposisi abu seyogyanya
diketahui dengan baik untuk kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan

bangunan atau keramik dan penanggulangannya terhadap masalah lingkungan


yang dapat ditimbulkannya.
d. Ash Content dan Komposisi
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan
daerah konveksi dalam bentuk abu terbang atau abu dasar. Sekitar 20% dalam
bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu terbang. Semakin tinggi kandungan
abu dan tergantung komposisinya mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling),
keausan dan korosi peralatan yang dilalui.
e. Zat terbang (Volatile Matter)
Kandungan zat terbang sangat erat kaitannya dengan kelas batubara tersebut,
makin tinggi kandungan zat terbang makin rendah kelasnya. Pada pembakaran
batubara, maka kandungan zat terbang yang tinggi akan lebih mempercepat
pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat terbang yang rendah lebih
mempersukar proses pembakaran. Nisbah kandungan carbon tertambat terhadap
kandungan zat terbang disebut fuel ratio.
Fuel Ratio Berbagai Jenis Batubara :
Jenis Batubara
1. Coke
2. Antrasit
3. Semi antrasit
4. Bitumen
*) Low volatile
*) Medium volatile
*) High volatile
5. Lignit

Fuel Ratio
92
24
8.6
2.8
1.9
1.3
0.9

f. Nilai Kalor (Fuel Ratio)


Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas pembakaran

dari unsur-unsur pembentuk batubara. Harga nilai kalor yang dapat dilaporkan
adalah harga gross calorific value dan biasanya dengan besar air dried, sedang
nilai kalor yang benar-benar dimanfaatkan pada pembakaran batubara adalah net
calorific value yang dapat dihitung dengan harga panas latent dan sensible yang
dipengaruhi oleh kandungan total dari air dan abu.
g. Hardgrove Grindability Index (HGI)
Hardgrove Grindability Index merupakan petunjuk mengenai mudah sukarnya
batubara untuk digerus. Harga Hardgrove Grindability Index diperoleh dengan
rumus : HGI = 13,6 + 6,93 W
W adalah berat dalam gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh. Makin
tinggi harga HGI makin lunak batubara tersebut. Suatu PLTU biasanya disiapkan
untuk menggunakan kapasitas penggerusan terhadap suatu jenis batubara dengan
HGI tertentu.
h. Sifat Caking dan Coking
Kedua sifat tersebut ditunjukan oleh nilai muai bebas (free swelling index) dan
harga dilatasi, yang terutama memberikan gambaran sifat fisik pelunakan batubara
pada pemanasannya.
i. Total sulfur

Sulfur dalam batubara thermal maupun metalurgi tidak diinginkan, karena Sulfur
dapat mempengaruhi sifat-sifat pembakaran yang dapat menyebabkan slagging
maupun mempengaruhi kualitas product dari besi baja. Selain itu dapat
berpengaruh terhadap lingkungan karena emisi sulfur dapat menyebabkan hujan
asam. Oleh karena itu dalam komersial, Sulfur dijadikan batasan garansi kualitas,
bahkan dijadikan sebagai rejection limit.Namun demikian dalam beberapa utilisasi
batubara, Sulfur tidak menyebabkan masalah bahkan sulfur membantu
performance dari utilisasi tersebut. Utilisasi tersebut misalnya pada proses

pengolahan Nikel seperti di PT. INCO. Dan juga pada proses Coal Liquefaction
(Pencairan Batubara).
j. Roga Index
Roga index adalah indeks yang didapat dari salah satu tes caking yang
disebutroga test. Tes ini untuk mengukur caking power. Indeks ini dipergunakan
dalam klasifikasi batubara internasional sebagai alternatif dari crusible swelling
number. Indeks ini dapat diperbandingkan dengan perkiraan di bawah ini.
Tabel V.2
Perbandingan Index
Crucible Swelling Number dan Roga Index
Crucible swelling number

Roga index

05

12

5 20

2 -4

20 45

>4

> 45

k. Gray King Coke


Gray-King coke type adalah analisis untuk mengamati coking coal. Coking adalah
sifat yang berhubungan dengan perilaku batubara selama proses carbonisation
(proses pembuatan coke secara komersial) serta sifat coke yang dihasilkannya. Tes
ini dilakukan pada tingkat pemanasan yang lambat yang lebih mirip dengan
tingkat pemanasan pada coke oven.

l. Phospor
Adanya phosphorus (posfor) di dalam coking coal sangat tidak diinginkan karena
dalam peleburan baja, phosphorus akan berakumulasi dan tinggal dalam baja yang
dihasilkan. Baja yang mengandung phosphorus tinggi akan cepat rapuh.

Phosphorus juga dapat menimbulkan masalah pada pembakaran batubara di ketel


karena phosphorus dapat membentuk deposit posfat yang keras di dalam ketel.
m. Abrasion Index
Abrasion index adalah indeks yang menunjukkan daya abrasi (kikis) batubara
terhadap bagian dari alat yang dipergunakan untuk menggerus batubara tersebut
(pulverizer) sebelum dipergunakan sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilai
abrasive index suatu batubara semakin tinggi pula biaya pemeliharaan alat
penggerus batubara tersebut.
Suatu batubara disebut abrasive apabila abrasive index-nya 400-600, dan disebut
tidak abrasive apabila abrasive index-nya <10. Coke mempunyai abrasive index
2500 sedangkan sandstone mempunyai abrasive index 1200.
Batubara yang diinginkan pembeli harus mempunyai abrasive index <200.
Apabila abrasive index-nya > 200, harga batubara tersebut bisa lebih murah atau
bahkan sama sekali ditolak.
n. Chlorine
Chlorine adalah salah satu elemen batubara yang dapat menimbulkan korosi
(pengkaratan) dan masalah fouling/slagging (pengkerakkan) pada ketel uap. Kadar
chlorine lebih kecil dari 0.2% dianggap rendah, sedangkan kadar chlorine lebih
besar dari 0.5% dianggap tinggi. Adanya elemen chlorine selalu bersama-sama
dengan adanya elemen natrium.
o. Ultimate Analysis
Ultimate analysis adalah analisis yang memeriksa unsur-unsur zat organik dalam
batubara, seperti karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen. Unsur-unsur
selain oksigen dapat dianalisis di laboratorium, sedangkan untuk oksigen sendiri
bisa didapat dari perhitungan.
p. Trace Element

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui komposisi unsur dalam batubara yang
dianggap berbahaya terhadap lingkungan. Jumlahnya kecil, misalnya merkuri,
arsen, selenium, fluorine, cadmium dsb.

You might also like