You are on page 1of 21

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS

GAMES TOURNAMENT DAN MODEL PEMBELAJARAN


KONVENSIONAL PADA HASIL BELAJAR EKONOMI MAHASISWA
FE UNPAB
Oleh :
Marnoko
Staf Pengajar Kopertis Wil-1 Dpk Fkip UMSU
ABSTRAK
Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dan model
pembelajaran konvensional pada hasil belajar ekonomi Mahasiswa FE
UNPAB Medan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
dan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar ekonomi
Mahasiswa FE UNPAB Medan. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Mahasiswa FE kelas pagi yang berjumlah 466
orang serta Sampel penelitian ini diambil keseluruhan kelas A401 dan
kelas A402 sebanyak 100 orang, yaitu 50 orang dikelas A401 sebagai
eksperimen dan 50 orang dikelas A402. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan purposive sampling. Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan uji beda.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif dan Konvensional.
Pendahuluan
Dalam kehidupan manusia pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dan merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sehingga tinggi rendahnya
pendidikan seseorang bisa mengubah tingkah laku dan pola hidup dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu tantangan dalam dunia pendidikan saat ini
adalah bagaimana menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang nantinya
mampu bersaing dalam era globalisasi yang menuntut keterampilan serta
kreativitas tinggi. Oleh karena itu pendidikan memerlukan perhatian yang khusus
dari segi mutu atau kualitasnya.
Setiap Mahasiswa menginginkan hasil belajar yang optimal dari proses
belajar mengajar. Sehingga Dosen yang memiliki tugas utama untuk mengajar
hendaknya lebih kreatif dalam memilih model-model pembelajaran yang sesuai
dengan keadaan serta kondisi lingkungan dimana dia mengajar. Pemilihan dan
penentuan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang
diajarkan diharapkan akan dapat memudahkan Mahasiswa dalam memahami
materi tersebut. Selain itu Mahasiswa dapat lebih berperan aktif dalam proses
belajar mengajar.
Belajar ekonomi memerlukan keterampilan dari seorang Dosen agar anak
didik mudah memahami materi yang diberikan Dosen. Jika Dosen kurang
menguasai strategi mengajar maka Mahasiswa akan sulit menerima materi
pelajaran dengan sempurna. Dosen dituntut untuk mengadakan inovasi dan

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar Mahasiswa


memuaskan.
Berdasarkan pengamatan penulis di Universitas, bahwa pelaksanaan
pembelajaran masih bersifat konvensional yang pada tahap pelaksanaan
pembelajarannya dimulai dari menjelaskan materi, memberi contoh dan
dilanjutkan dengan latihan soal, sehingga pembelajaran cenderung berpusat
kepada Dosen (teacher centered) dan Mahasiswa kurang diberikan kesempatan
untuk memikirkan dan menemukan konsep sendiri. Hal ini mengakibatkan konsep
yang dipelajari Mahasiswa cenderung tidak bertahan lama atau mudah hilang
bahkan kadang-kadang Mahasiswa tidak memahami konsep yang sedang
dipelajari. Begitu juga saat Dosen membuat kelompok diskusi, dimana Dosen
tidak memperhatikan jalannya proses diskusi kelompok, Dosen hanya membagi
Mahasiswa dalam kelompok lalu memberi tugas untuk diselesaikan tanpa
pedoman mengenai pembagian tugas sehingga hasil yang dicapai tidak
memuaskan, Mahasiswa yang memiliki kecerdasan tinggi akan mendominasi,
sedangkan Mahasiswa yang memiliki kecerdasan rendah akan diam saja dan
enggan untuk bertanya kepada Dosen atau temannya walaupun tidak bisa
memecahkan masalah dalam ekonomi.
Dalam perkembangan seperti sekarang ini, Dosen dituntut agar tugas dan
peranannya tidak lagi sebagai pemberi informasi (transmission of knowledge),
melainkan sebagai pendorong belajar agar Mahasiswa dapat mengkontruksi
sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah dan
komunikasi sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat kepada Dosen melainkan
berpusat kepada Mahasiswa (student centered).
Hasil pegamatan peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar Mahasiswa FE
UNPAB Medan terlihat menurun dan terlihat kurang antusias dalam menerima
materi pelajaran. Hanya ada beberapa Mahasiswa yang terlihat antusias dalam
mengikuti pelajaran. Keadaan ini menyebabkan hasil belajar mereka secara
klasikal rendah. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa banyak Mahasiswa
yang merasa kurang senang dengan cara pembelajaran yang diterapkan Dosen
selama ini. Mereka menginginkan adanya perubahan sehingga mereka merasa
tertarik untuk mengikuti pelajaran. Sebagian besar Mahasiswa kurang senang
dengan model pembelajaran yang diterapkan selama ini dan menginginkan
adanya perubahan moodel pembelajaran yang lebih menyenangkan. Selain itu,
Mahasiswa menyatakan tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh.
Mahasiswa menilai bahwa model pembelajaran yang selama ini diterapakn tidak
memotivasi mereka untuk lebih aktif. Hal inilah yang diperkirakan menjadi
penyebab rendahnya hasil belajar Mahasiswa.
Dosen sebagai fasilitator dituntut dapat memodifikasi atau bahkan
menerapkan model-model baru yang lebih disukai Mahasiswa dan mengingatkan
keaktifannya. Salah satu peran Dosen yang terpenting adalah bagaimana mereka
dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan
belajar yang benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning).
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis ingin memberikan suatu
alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah
613

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi


pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar
Mahasiswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif
antar Mahasiswa. Disamping itu Dosen harus menciptakan sistem sosial dalam
lingkungan yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung
jawab Dosen adalah memotivasi Mahasiswa untuk bekerja secara kooperatif untuk
menyelesaikan masalah yang muncul pada saat itu.
Maka dari itu, agar Mahasiswa lebih bisa lagi mengasah kreativitasnya
diperlukan sebuah model pembelajaran yang menekankan keaktifan Mahasiswa.
Dengan diterapkannya model pembelajaran diharapkan akan menumbuhkan
motivasi Mahasiswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil
belajarnya. Model pembelajaran kooperatif yang dapat memotivasi Mahasiswa
untuk mempelajari bahan sebaik mungkin agar dapat membantu anggota
kelompok lainnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe teams games
tournament yang disingkat dengan TGT.
Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil belajar ekonomi Mahasiswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada Mahasiswa FE
UNPAB Medan T.A 2010/2011?
2. Bagaimana hasil belajar ekonomi Mahasiswa dengan menggunakan model
pembelajaran konvensioanal pada Mahasiswa FE UNPAB Medan T.A
2010/2011?
3. Apakah ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament dan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar ekonomi
Mahasiswa FE UNPAB Medan T.A 2010/2011?
LANDASAN TEORITIS
Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2009: 45) Model adalah bentuk representasi akurat
sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang
mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi
terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha
sadar dari seorang Dosen untuk membelajarkan Mahasiswanya (mengarahkan
interaksi Mahasiswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa antara keduanya
terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

614

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh Dosen
atau diarahkan oleh Dosen. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh Dosen, dimana Dosen menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk
membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Dosen biasanya
menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Trianto (2009: 56) menjelaskan bahwa:
Didalam kelas kooperatif Mahasiswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang Mahasiswa yang sederajat
tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin , suku /ras, dan satu sama lain
saling membantu . Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk
memberikan kesempatan kepada semua Mahasiswa untuk dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar selama bekerja
dalam kelompok , tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan oleh Dosen, dan saling membantu teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Menurut Wena (2009: 189) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar
bagi Mahasiswa bukan hanya Dosen dan buku ajar, tetapi juga sesama
Mahasiswa.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur
model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan Dosen
mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat
menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan:
1. Memudahkan Mahasiswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta,
keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama.
2. Pengetahuaan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten
menilai.
Menurut Suprijono (2009: 58) mengatakan:
Tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)
5. Group processing (pemprosesan kelompok)

615

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan


positif. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
unsur pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara
individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual.
Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk
semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab
perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh
kegiatan belajar bersama, anggota harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
Unsur ketiga pembelajaran koperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini
penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.
Ciri-ciri interaksi promotif adalah:
a. Saling membantu secara efektif dan efisien.
b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.
c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien.
d. Saling mengingatkan,
e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta
meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi.
f. Saling percaya.
g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk
mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik
harus:
a. Saling mengenal dan mempercayai.
b. Saling berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius.
c. Saling menerima dan saling mendukung.
d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemprosesan kelompok.
Pemprosesan mengandung arti menilai. Melalui pemprosesan kelompok dapat
diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari
anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang sangat membantu dan
siapa yang tidak membantu. Tujuan dari pemprosesan kelompok adalah
meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan
kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Suprijono (2009: 65) sebagai Dosen wajib memahami sintak model
pembelajaran kooperatif. Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6
(enam) fase.

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

616

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

TABEL : Sintak Model Pembelajaran Kooperatif


FASE-FASE

PERILAKU DOSEN

Fase 1: Present goals and set


menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi
Fase 3: Organize students into
learning teams mengoranisasikan
peserta didik kedalam tim-tim
belajar
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5: Teast on the materials
Mengevaluasi

Fase 6: Provide recognition


Memberikan pengakuan atau
penghargaan

Menjelaskan tujuan pembelajaran


dan mempersiapkan peserta didik
siap belajar
Mempresentasikan informasi
kepada peserta didik secara
verbal
Memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan
membantu kelompok melakukan
transisi secara efisien
Membantu tim-tim belajar
selama peserta didik
mengerjakan tugasnya
Menguji pengetahuan peserta
didik mengenai berbagai materi
pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
individu maupun kelompok

Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi


kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual.
Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial
dikalangan Mahasiswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul
generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki
solidartas sosial yang kuat.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Belajar bersama dengan teman
2. Selama psoses belajar terjadi tatap muka dengan teman
3. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok
4. Belajar dengan teman sendiri
5. Belajar dalam kelompok kecil
6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adaalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada Mahasiswa
untuk berinteraksi dan bekerja bersama-sama dalam suatu kelampok kecil yang
617

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

dilakukan secara sistematik dan terencana untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Melalui kegiatan kelompok baik diskusi maupun kerja kelompok
Mahasiswa dapat berbagi pengalaman dan belajar dari pengalaman Mahasiswa
lainnya. Dalam kegiatan kelompok pengalaman Mahasiswa merupakan sumber
yang penting.
Suyatno (2009: 54) menyatakan TGT merupakan model yang berkaitan
dengan STAD, dimana Mahasiswa memainkan permainan dengan anggotaanggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
Dalam http://Fadilah Student.FKIP.uns.ac.id. TGT adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan Mahasiswa dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang Mahasiswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Menurut http://Fadilah Student.FKIP.uns.ac.id. Slavin mengatakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mahasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
b. Games tournament
c. Penghargaan kelompok
Adapun penjelasan dari kutipan di atas adalah sebagai berikut:
Mahasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil adalah Mahasiswa
ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6
orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.
Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi
Mahasiswa untuk saling membantu antar Mahasiswa yang berkemampuan lebih
dengan Mahasiswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi
pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri
Mahasiswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.
Games tournament adalah Dalam permainan ini setiap Mahasiswa yang
bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Mahasiswa yang mewakili
kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja
turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada
peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen
diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan
memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dibagi dengan kartukartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh tebalik diatas meja
sehingga soal dan kunci tidak terbaca).
Permainan pada tiap meja turnament dilakukan dengan aturan sebagai
berikut:
1. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain
yang pertama dengan cara undian.
2. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal
dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal
sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

618

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

3.

Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan dalam soal.
4. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai,maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah
jarum jam.
5. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya
diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama
kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka
kartu dibiarkan saja.
6. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal
habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap
peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal,
pemain dan penantang. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas
untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab
dan memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai
terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang
diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang
telah disediakan.
7. Setiap pemain kembali pada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang
diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
8. Setiap pemain kembali pada kelompok asalnya dan melaporakan poin yang
diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang
diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian
menentukan kriteria pengharagaan yang diterima oleh kelompoknya.
Penghargaan kelompok adalah Langkah pertama sebelum memberikan
penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih
rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh
oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota
kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat
oleh kelompok tersebut.
Dalam penerapan model pembeajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa
tahapan yang perlu ditempuh, yaitu:
1. Mengajar (teach)
Mempresentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas atau
kegiatan yang harus dilakukan Mahasiswa, dan memberikan motivasi.
2. Belajar kelompok (team study)
Mahasiswa bekeja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah
Dosen menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok
berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk
memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi
jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
3. Permainan(gametournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang
berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua
619

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan


yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam
kegiatan kelompok.
4. Penghargaan kelompok
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh
oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas
HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi
kategori rerata poin.
5. Kriteria Pengahargaan Kelompok (Rerata Kelompok) Predikat 30 sampai 39
Tim Kurang baik, 40 sampai 44 Tim Baik, 45 sampai 49 Tim Baik Sekali, 50
ke atas Tim Istimewa.
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan Mahasiswa heterogen,
tugas tiap kelompok bisa sama bisa pula bereda. Setelah memperoleh tugas, setiap
kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan
dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi
permainan (games), yaitu dengan cara Dosen bersikap terbuka, ramah, lembut,
dan santun. Setelah selesai kerja kelompok, sajikan hasil kelompok sehingga
terjadi diskusi kelas.
Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang
biasa dipergunakan Dosen dalam mengajar. Dosen dianggap sebagai sentral
pendidikan, sedangkan Mahasiswa hanya pasif menerimanya tanpa berperan aktif
mencari informasi sebagai perbandingan apa yang disampaikan Dosen dan juga
sebagai bahan melengkapi referensi Dosen. Model pembelajaran ini sering
diidentikkan dengan model ceramah, ini dikarenakan model pembelajaran
konvensional pada umumnya terdiri dari penjelasan materi (ceramah), tanya
jawab, dan pemberian tugas.
Menurut Roestyah N.K dalam. (http:// xpresiria.com/-tulisan-pendidikan /
pembelajaran konvesional)
Cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam
sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak dahulu
Dosen dalam usaha menularkan pengetahuannya pada Mahasiswa ialah
secara lisan atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud
adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para Dosen. Bahwa,
pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki
kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada
pengertian, hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat pada Dosen.
Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan
penuturan lisan dari Dosen kepada peserta didik. Ceramah adalah penuturan lisan
dari Dosen kepada peserta didik, ceramah juga sebagai kegiatan memberikan
informasi dengan kata-kata sering mengaburkan dan kadang-kadang ditafsirkan
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

620

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

salah. Peranan Mahasiswa dalam model ceramah adalah mendengarkan dengan


teliti, mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh Dosen.
Menurut Sagala (2005: 202) kekurangan model ceramah adalah:
1) Model ceramah tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi
memecahkan masalah sehingga proses menyerap pengetahuan kurang tajam.
2) Kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
keberanian mengemukakan pendapat.
3) Kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil.
Agar ceramah menjadi model yang baik, perlu diperhatikan :
1) Model ceramah digunakan jika khalayak banyak.
2) Ceramah dipakai jika Dosen akan memperkenalkan materi baru.
3) Ceramah dipakai jika khalayaknya telah mampu menerima informasi melalui
kata-kata.
Menurut Sabri (2007: 52) model tanya jawab adalah model mengajar
yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way
traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara Dosen dan Mahasiswa.
Dalam hal ini sifatnya Dosen bertanya dan Mahasiswa menjawab, disini terlihat
adanya komunikasi timbal balik antara Dosen dan Mahasiswa.
Menurut Sagala (2005: 204) bahwa model pembelajaran tanya jawab yang
baik ditandai dengan :
1) Adanya respon dari pihak peserta didik untuk menjawabnya
2) Adanya rasa tidak puas atas pertanyaan yang diberikan
3) Pertanyaan yang jelas dan mudah dipahami
Model pemberian tugas atau resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran
dimana Dosen memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar
dan harus dipertanggungjawabkan. Menurut Sabri (2007: 56) model tugas adalah
model yang digunakan Dosen dalam pengerjaan sebuah materi. Dimana model
ini bisa dikerjakan di rumah, perpustakaan, atau di tempat lain yang bisa bersifat
individu maupun kelompok. Dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di
kelas Dosen lebih dominan menggunakan metode yang biasa, dimana Dosen lebih
mendominasi sehingga tercipta situasi dan kondisi yang kaku dan terjadi
komunikasi yang searah. Metode inilah yang dikenal dengan sebutan model
pembelajaran konvensional
Tabel
Pebedaan kelompok Belajar Kooperatif Dengan
Kelompok Belajar Konvesional

Kelompok Belajar Kooperatif


Adanya saling ketergantungan
positif, saling membantu, dan
saling memberikan motivasi
sehingga ada interaksi promotif.
Adanya akuntabilitas individual
621

Kelompok Belajar
Konvensional
Dosen sering membiarkan
adanya Mahasiswa yang
mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada
kelompok.
Akuntabilitas individual sering

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

yang mengukur penguasaan


materi - materi pelajaran tiap
kelompok, dan kelompok
diberikan umpan balik tentang
hasil belajar pada anggotanya
sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan
dan siapa yang dapat memberikan
bantuan.
Kelompok belajar heterogen,baik
dalam kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras, etnik, dan
sebagainya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa
yang memberikan bantuan.
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman
memimpin bagi para anggota
kelompok.
Keterampilan sosial yang
diperlukan dalam kerja gotong
royong seperti kepemimpinan,
kemampuan
berkomunikasi,mempercayai
orang lain dan mengelola konflik
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif
sedang berlangsung Dosen terus
melakukan pemantauan melalui
observasi dan melakukan
intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota
kelompok.
Dosen memperhatikan secara
proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok
belajar.
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal
( hubungan antar pribadi yang
saling menghargai ).
Sumber : Trianto (2009: 59)

diabaikan sehingga tugas-tugas


sering di borong oleh salah
seorang anggota kelompok
sedangkan anggota kelompok
lainnya hanya
mendomplengkeberhasilan
pemborong.

Kelompok belajar biasanya


homogen .

Pemimpin kelompok sering


ditentukan oleh Dosen atau
kelompok dibiarkan untuk
memilih pemimpinnya dengan
cara masing-masing.
Keterampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.

Pemantauan melalui observasi


dan intervensi sering tidak
dilakukan oleh Dosen pada saat
belajar kelompok yang sedang
berlangsung.

Dosen sering tidak


memperhatikan proses kelompok
yang terjadi dalam kelompokkelompok belajar.
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

622

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

Hasil belajar ekonomi


Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat
terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melakukan aktivitas sendiri,
maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Belajar merupakan peristiwa seharihari di Universitas. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar
tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari Mahasiswa dan dari Dosen.
Dari segi Mahasiswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Mahasiswa mengalami
proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa
keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah
terhimpun dari buku-buku pelajaran. Dari segi Dosen, proses belajar tersebut
tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal.
Aunurrahman (2009: 35) belajar adalah suatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Jadi, belajar di sini dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap
dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang
terampil menjadi lebih terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru,
serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Menurut Suprijono (2009: 6-7) mengatakan:
Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension
(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),
analysis
(menguraikan,
menentukan
hubungan),
synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization
(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik
meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga
mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
intelektual.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) mengatakan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi Dosen,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
Mahasiswa, hasil belajar berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan prilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek kemanusian saja. Artinya, hasil
pembelajaran dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di
atas tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif.
623

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

Djamarah (2002: 142) juga mengemukakan pendapatnya tentang faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor lingkungan
1. Lingkungan alami, yaitu lingkungan hidup (tempat tinggal anak didik)
dan lingkungan Universitas.
2. Lingkungan sosial budaya, yaitu lingkungan di dalam Universitas dan di
luar Universitas.
b.

Faktor instrumental
1. Kurikulum, dapat dipakai oleh Dosen dalam merencanakan program
pengajaran.
2. Program Universitas, dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas
belajar mengajar.
3. Sarana dan fasilitas mencakup gedung Universitas (ruang kelas, ruang
kepala Universitas, ruang dewan Dosen, ruang perpustakaan, ruang BP,
ruang tata usaha, dan halaman Universitas yang memadai) buku-buku di
perpustakaan, buku pegangan anak didik, buku pegangan Dosen dan
buku penunjang, alat peraga.

c.

Faktor fisiologis
1. Kondisi fisiologis yaitu jasmani yang sehat dan tidak sehat.
2. Kondisi panca indra yaitu mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh.

d.

Faktor psikologis
1. Minat yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
2. Kecerdasan yaitu kecerdasan yang tinggi dan kecerdasan yang rendah.
3. Bakat yaitu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih
perlu dikembangkan atau latihan.
4. Motivasi yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.
5. Kemampuan kognitif yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil


belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih
baik.
Belajar ekonomi adalah belajar yang membahas hubungan antar manusia
dalam memenuhi kebutuhan materiil yang dinamik dengan sarana yang terbatas
dan mempunyai kegunaan. Terlebih lagi ekonomi identik dengan ilmu yang terus
mengalami perkembangan.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

624

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

Menurut Jamal (2001: 18) mendefenisikan:


Ilmu ekonomi sebagai suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat
dalam memilih cara mengunakan sumber daya yang langka dan memiliki
beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai
komoditi untuk kemudian menyalurkannya, baik saat ini maupun di masa
depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu
masyarakat.
Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi menyangkut halhal berikut:
a. Ekonomi sangat erat kaitanya dengan prilaku masyarakat.
b. Adanya sumber daya yang langka tetapi memiliki beberapa alternatif
penggunaan.
c. Kegiatan ekonomi terdiri dari produksi, distribusi, dan konsumsi.
d. Konsumen bisa saja dalam bentuk kelompok atau individu.
Dengan demikian hasil belajar ekonomi adalah perubahan kemampuan
belajar Mahasiswa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran dalam bidang
studi ekonomi.
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
dalam penelitian. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel (X1) : Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament pada hasil belajar ekonomi Mahasiswa FE
UNPAB Medan.
2. Variabel (X2) : Model pembelajaran konvensional pada Hasil belajar
ekonomi Mahasiswa FE UNPAB Medan.
Definisi Operasional Variabel
Adapun defenisi operasional dari penulisan ini yaitu :
a. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament adalah suatu
model pembelajaran yang melibatkan seluruh aktivitas Mahasiswa tanpa harus
ada perbedaan status. Model pembelajaran ini akan membantu Mahasiswa
dalam mengembangkan pemahamannya dengan belajar dan bermain bersamasama dengan kelompoknya serta akan meningkatkan motivasi, produktivitas
dan perolehan belajar yang optimal.
1. Langkah-langkah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
TGT terdiri dari 4 komponen utama, antara lain: (1) Presentasi Dosen
(sama dengan STAD); (2) Kelompok Belajar (sama dengan STAD); (3)
Turnament; dan (4) Penghargaan kelompok.
a. Dosen menyiapkan:
- Kartu Soal
- Lembar Kerja Mahasiswa
625

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

- Alat/Bahan
b. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok ( tiap kelompok
anggotanya 4-5 orang)
c. Dosen mengarahkan aturan permainannya
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Seperti pada model STAD,
pada TGT Mahasiswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan
empat sampai lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin dan suku. Dosen menyiapkan pelajaran, dan
kemudian Mahasiswa bekeja didalam tim mereka untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya,
seluruh Mahasiswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat
saling membantu.
2. Aturan (Skenario) Permainan
Dalam satu permainan terdiri dari: kelompok pembaca, kelompok
penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok
yang ada.
-

Kelompok pembaca, bertugas:


1) Ambil kartu bernomor dan cari pertanyaaan pada lembar
permainan;
2) Baca pertanyaan keras-keras; dan
3) Beri jawaban.
- Kelompok penantang kesatu bertugas: Menyetujui pembaca atau
memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang
kedua:
1) Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda.
2) Cek lembar jawaban. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran
(games ruler).
3. Sistem perhitungan poin Turnamen
Skor Mahasiswa dibandingkan dengan rerata skor yang lalui mereka
sendiri, dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh Mahasiswa
menyamai atau melampaui prestasi yang laluinya sendiri. Poin tiap
anggota tim ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang
mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau ganjaran (award)
yang lain.
b. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau
disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara Dosen dengan anak didik
dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode
konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta
pembagian tugas dan latihan.
c. Hasil belajar ekonomi untuk Mahasiswa Semester II di FE UNPAB tahun
ajaran 2010/2011, hasil belajar adalah perilaku yang diperoleh seseorang
berkat pengalaman dan latihan yang apabila dihubungkan dengan tujuan
belajar maka perilaku yang diperoleh seseorang karena pengalaman atau
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

626

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

latihan menunjukkan seberapa besar tujuan belajar yang telah dicapainya baik
berupa angka maupun nilai.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan langkah yang sangat penting dalam
prosedur penelitian. Untuk memperoleh data dan gambaran yang sebenarnya
mengenai topik penelitian ini, maka instrumen penelitian yang dipakai penulis
berupa tes yang meliputi dua tahap yaitu pre tes berjumlah 22 soal dan post tes
berjumlah 22 soal yang berbentuk pilihan berganda (multiple choice) sebanyak 44
soal.
Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pre Test
No
1

Indikator

Aspek Kognitif
C1
C2
C3
1,3
2,4,6,7,8,
5
9,10,11

Peran Bank
Umum dan Bank
Sentral
Lembaga
12,13,15, 18,19,20,
keuangan bukan
16,17
21,22
bank, kredit dan
kebijakan
moneter dalam
perekonomian
Jumlah
7
13

Jumlah
soal
11

13

11

22

Tabel Kisi-Kisi Instrumen Post Test


No
1

Indikator

Aspek Kognitif
C1
C2
C3
1,4,9,10 2,3,6,7,8,
5
11

Peran Bank
Umum dan Bank
Sentral
Lembaga
12,16,17,
keuangan bukan 18,20,21,
bank, kredit dan
22
kebijakan
moneter dalam
perekonomian
Jumlah
11

15,19

13,14

11

22

Keterangan :
C1 : Pengetahuan
C2 : Pemahaman
C3 : Penerapan
627

Jumlah
soal
11

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

Untuk mengetahui kebenaran tes, perlu pengujian validitas dan reliabilitas tes
tersebut.
Pengujian Validitas
Sebelum tes dilakukan, terlebih dahulu dilakukan tes pada ruang A401
diperoleh tingkat validitas dan reliabilitas tes tersebut. Jumlah soal untuk masingmasing tes sebanyak 22 soal. Untuk soal 9 , 18 , 10 dan 12 tidak valid karena
memiliki nilai sign > 0,05, oleh karena itu butir soal tersebut tidak digunakan
dalam penelitian selanjutnya.
Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus
cronbach alpha. Adapun hasil dari pengujian tersebut dengan menggunakan
software bantuan SPSS v.12, yaitu mempunyai nilai di atas, 0,60 sehingga
penelitian dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian
hipotesis.
PEMBAHASAN
Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dan
model pembelajaran konvensional pada hasil belajar Mahasiswa FE Unpab
Medan. Pada pertemuan pertama, sebelum dimulainya pembelajaran, maka
terlebih dahulu diberikan pre tes kepada Mahasiswa ruang A401 dan ruang A402.
Pre tes ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat rata-rata hasil belajar Mahasiswa
antara ruang A401 dan ruang A402. Apabila hasil dari pre tes tersebut terdapat
perbedaan hasil belajar belajar, maka sampel yang diambil tidak dapat diteliti,
karena tidak homogeny atau memiliki tingkat kecerdasan yang tidak sama. Namun
apabila tidak terdapat perbedaan, maka kedua kelas tersebut bisa untuk dijadikan
sebagai sampel dalam penelitian ini. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
(ruang A401) memiliki nilai rata-rata sebesar 67,2 untuk pre tes dan 87,5 untuk
hasil pos tes atau memiliki tingkat perbedaan sebesar 23,2%. Hal ini berarti terjadi
peningkatan hasil belajar Mahasiswa untuk kelas eksperimen.
Rata-rata hasil belajar kelas kontrol memiliki nilai rata-rata sebesar 66,2
untuk pre tes dan 67,7 untuk hasil pos tes. Hal ini berarti hasil belajar Mahasiswa
untuk kelas kontrol tidak terdapat peningkatan atau dengan kata lain tidak terdapat
perbedaan. Hasil tersebut di atas juga diperjelas oleh analisis perbandingan
(perbedaan) antara kelas kontrol (ruang A402) dengan kelas eksperimen yang
dilakukan dengan menggunakan software SPSS Ver.12 yaitu sebagai berikut :

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

628

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

Tabel
Rata-Rata Hasil Pre Tes Ruang A401 dan Ruang A402
Paired Samples Statistics

Pair
1

Kelas_401

Mean
67.20

Kelas_402

66.20

50

Std. Deviation
25.318

Std. Error
Mean
3.580

50

26.060

3.685

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil pre tes untuk ruang A401
sebesar 67.20 dengan standar deviasi sebesar 25.318 dari 50 orang Mahasiswa
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sedangkan hasil pre tes untuk ruang
A402 adalah sebesar 66,20 dengan standar deviasi sebesar 26.060.
Tabel Hasil Pengujian Uji Beda (t-tes) untuk Pre Tes Ruang A401 dan Ruang
A402
Paired Samples Test
Pair 1
Kelas_401 - Kelas_402
Paired Differences

Mean

1.000

Std. Deviation

31.671

Std. Error Mean


95% Confidence Interval
of the Difference

4.479
Lower

-8.001

Upper

10.001

.223

df

49

Sig. (2-tailed)

.824

Dari tabel di atas diketahui bahwa t tes sebesar 0,223 dengan sig (2-tailed)
sebesar 0,824. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada Pre Tes tidak ada
perbedaan hasil belajar Mahasiswa ruang A401 dengan ruang A402 karena nilai
sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Atau dapat juga hasil t tes dibandingkan
dengan t tabel dengan asumsi jika t tes (t hitung) > t tabel maka ada perbedaan
hasil belajar Mahasiswa ruang A401 dengan ruang A402. Namun apabila t tes (t
hitung) < t table maka tidak terdapat perbedaan hasil belajar ruang A401 dan
ruang A402. Dari tabel t (lampiran) diketahui t hitung dengan df 50-1 = 49 pada
taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh 2,01155 (perhitungan terlampir). Sehingga
dapat dikatakan bahwa t tes (t hitung) < t tabel (0,223 < 2,01155). Artinya tidak
ada perbedaan hasil pre tes ruang A401 dan ruang A402. Tidak terdapatnya
perbedaan hasil belajar dari kedua kelas tersebut disebabkan oleh karena pada
dasarnya FE UNPAB Medan menerapkan model pembelajaran konvensional pada

629

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

semua kelas. Dengan demikian ruang A401 dan ruang A402 dapat dijadikan
sebagai sampel dalam penelitian ini.
Setelah diketahui tidak ada perbedaan hasil belajar antara kedua kelas
tersebut, maka langkah selanjutnya diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe
teams games tournament pada ruang A401 sedangkan untuk ruang A402 tidak
diterapkan. Ruang A402 tetap menggunakan model pembelajaran konvensional
sebagaimana biasanya sampai pada pertemuan kedua.
Pada akhir pembelajaran di pertemuan kedua dilakukan tes terakhir yaitu
post tes untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar Mahasiswa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games
tournament dan model pembelajaran konvensional. Adapun hasil tes tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel Rata-Rata Hasil Post Tes Ruang A401 dan Ruang A402
Paired Samples Statistics

Pair
1

Kelas_401

Mean
87.50

Kelas_402

67.70

50

Std. Deviation
8.467

Std. Error
Mean
1.197

50

20.559

2.907

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil post tes untuk ruang
A401 sebesar 87.50 dengan standar deviasi sebesar 8.467 dari 50 orang
Mahasiswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sedangkan hasil post tes
untuk ruang A402 adalah sebesar 67,70 dengan standar deviasi sebesar 20.559.
Tabel Hasil Pengujian Uji Beda (t-tes) untuk Post Tes Ruang A401 dan Ruang
A402
Paired Samples Test
Pair 1
Kelas_401 - Kelas_402
Paired Differences

Mean

19.800

Std. Deviation

21.805

Std. Error Mean


95% Confidence Interval
of the Difference

3.084
Lower

13.603

Upper

25.997

6.421

df

49

Sig. (2-tailed)

.000

Tabel di atas diketahui bahwa t tes sebesar 6,421 dengan sig (2-tailed)
sebesar 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar
Mahasiswa ruang A401 dengan ruang A402 karena nilai sig (2-tailed) lebih kecil
dari 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Apabila dibandingkan
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

630

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

dengan t tabel diperoleh hasil yaitu 6,421 (t tes) > 2,01155 (t tabel) (hasil
perhitungan t tabel dan perhitungannya terlampir). Rata-rata perbedaan hasil
belajar tersebut sebesar 19.800 dengan standar deviasi sebesar 21.805. Perbedaan
yang terjadi berkisar antara 13.603 sampai dengan 25.997. Sehingga dapat
dikatakan ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe teams games
tournament dan model konvensional pada hasil belajar Mahasiswa FE UNPAB
Medan.
Kesimpulan
1. Rata-rata hasil pre tes untuk ruang A401 sebesar 67.20 dengan standar deviasi
sebesar 25.318 dari 50 orang Mahasiswa yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Sedangkan hasil pre tes untuk ruang A402 adalah sebesar 66,20
dengan standar deviasi sebesar 26.060
2. Rata-rata hasil post tes untuk ruang A401 sebesar 87.50 dengan standar
deviasi sebesar 8.467 dari 50 orang Mahasiswa yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Sedangkan hasil post tes untuk ruang A402 adalah sebesar
67,70 dengan standar deviasi sebesar 20.559.
3. Dari hasil pre test diketahui bahwa t test sebesar 0,223 dengan sig (2-tailed)
sebesar 0,824. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil
belajar Mahasiswa ruang A401 dengan ruang A402 karena nilai sig (2-tailed)
lebih besar dari 0,05. Tidak terdapatnya perbedaan hasil belajar dari kedua
kelas tersebut disebabkan oleh karena pada dasarnya FE UNPAB Medan
menerapkan model pembelajaran konvensional pada semua kelas.
4. Pada hasil post test diperoleh 6,421 dengan sig (2-tailed) sebesar 0,000.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar Mahasiswa
ruang A401 dengan ruang A402 karena nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari
0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata perbedaan hasil
belajar tersebut sebesar 19.800 dengan standar deviasi sebesar 21.805.
Perbedaan yang terjadi berkisar antara 13.603 sampai dengan 25.997.
Sehingga dapat dikatakan ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe
teams games tournament dan model pembelajaran konvensional pada hasil
belajar Mahasiswa kelas pagi di FE UNPAB Medan
Saran
1. Diharapkan agar Dosen menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament pada setiap pembelajarannya. Hal ini dilakukan
agar dapat meningkatkan hasil belajar Mahasiswa.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament diharapkan
dapat diterapkan secara kontinue kepada para Mahasiswanya karena model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih meningkatkan
pencurahan waktu untuk tugas, mengedepankan penerimaan terhadap
perbedaan individu, dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara
mendalam, proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari
Mahasiswa, mendidik Mahasiswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang
631

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Vol. 4 No.2 Desember 2011

ISSN : 1979 - 5408

lain, motivasi belajar lebih tinggi, hasil belajar lebih baik, meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
3. Diharapkan agar Dosen lebih memberikan kebebasan kepada Mahasiswanya
untuk mengembangkan kemampuannya sehingga hasil belajar yang diperoleh
lebih dapat ditingkatkan.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Djamarah, S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: BP-Universitas Diponegoro
Http://expresiria.com/artikel/tulisan-pendidikan/pembelajaran konvensional/.Pada
tanggal 04-februari-2011 jam 15.45 WIB.
Http://Fadilah,student.FKIP.UNS.ac.id/tugas-sbm/bu-uut/model
pembelajaran.
Diakses Pada tanggal 29- januari- 2011 jam 12 WIB.
Http://www.scribd.com/doc/312535469/ Team- Game- Tournament. Diakses Pada
tanggal 22 februari-2011 jam 10 WIB.
Jmal, Sudirman,dkk.2001.Ekonomi Untuk Kelas 1 SMU, Jakarta : Yudhistira
Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta:
Quantum Teaching.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian . Bandung : Alfabeta
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Surabaya: Pustaka Pelajar
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana
Pustaka
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Beorientasi Kontruktivisme.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
______. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

632

You might also like