Professional Documents
Culture Documents
)
DI KANTIN SEKITAR KAMPUS UNPAD JATINANGOR
USULAN PENELITIAN
Diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada
Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran
Oleh:
ALFI NURFAUZIAH
240210130006
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2016
I. PENDAHULUAN
karena itu, daun selada segar yang akan dikonsumsi harus diketahui keberadaan
bakteri patogennya terlebih dahulu agar terhindar dari keracunan mikrobiologi.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apakah terdapat bakteri patogen pada lalapan selada?
2. Apakah jenis bakteri patogen yang terdapat pada lalapan selada?
3. Bagaimana mutu mikrobiologi lalapan selada yang terdapat di kantin sekitar
kampus UNPAD Jatinangor?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan bakteri
patogen beserta mutu mikrobiologinya pada lalapan selada (Lactuca sativa L.)
yang biasa dijadikan sebagai lalapan di kantin sekitar UNPAD Jatinangor.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji keberadaan bakteri patogen
beserta mutu mikrobiologinya pada lalapan selada (Lactuca sativa L.) yang biasa
dijadikan sebagai lalapan di kantin sekitar UNPAD Jatinangor.
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi
mengenai keberadaan bakteri patogen beserta mutu mikrobiologinya pada lalapan
selada (Lactuca sativa L.) yang biasa dijadikan sebagai lalapan di kantin sekitar
UNPAD Jatinangor.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lalapan
Sayuran lalapan merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi secara
mentah, karena dilihat dari tekstur dan organoleptiknya lalapan ini memungkinkan
untuk untuk dikonsumsi secara mentah (Srianna, 2012). Beberapa orang percaya
bahwa sayuran lalapan memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dibanding dengan
sayuran yang mengalami pengolahan terlebih dahulu. Menurut Purba (Tindry,
2015) hal ini bisa terjadi karena zat gizi pada sayuran tersebut berkurang sehingga
kualitas ataupun mutunya lebih rendah daripada bahan mentahnya.
Sayuran lalapan umumnya terdiri dari bagian daun atau daun muda
(pucuk). Menurut Suriawinata (2000) jenis-jenis sayuran segar berdaun yang biasa
dikonsumsi antara lain adalah kubis, selada, kemangi, daun singkong, tespong,
daun pepaya, dan kangkung.
Sayuran lalapan sangat ditentukan mutu organoleptik dan mutu
mikrobiologinya. Sayuran lalapan yang tercemar oleh mikroba dalam jumlah
tinggi dapat mempengaruhi tingkat keamanan sayuran tersebut jika dikonsumsi
masyarakat.
famili asteraceae, dan genus Lactuca, serta spesiesnya bernama Lactuca sativa L.
(Sastradihardja, 2011)
Daun selada segar memiliki tangkai daun lebar dengan tulang daun
menyirip (Gambar 1). Tangkai daun bersifat kuat dan halus, bersifat lunak dan
renyah, sehingga daun selada segar ini memungkinkan untuk dikonsumsi secara
mentah.
Gambar 1. Selada
(http://ayefresh.com, 2013)
Tanaman selada dapat bereproduksi melalui biji atau melalui segmen
batang. Dengan beberapa mekanisme reproduksi, selada air dapat berkembang
biak tergantung pada kondisi lingkungan (Barker, 2009). Suhu optimal bagi
pertumbuhan selada ialah antara 15C-20C. Tanah yang ideal untuk tanaman
selada adalah liat berpasir. Tanah tersebut gembur, banyak mengandung bahan
organik, aerasi dan drainase baik, pH 5,0-6,8, serta ketinggian tempat 600-1200
meter diatas permukaan laut (Sastradihardja, 2011)
Secara keseluruhan, selada mengandung 93% air, 3-4% karbohidrat, 1,72% protein, 0,2-0,3% lemak, 0,8-1,1% serat dan juga banyak mineral dan vitamin
yang cukup lengkap (Ong, 2003). Selain itu, selada juga merupakan sumber
karotenoid jenis lutein dan zeaxanthin (Marshall, 2006). Kandungan lain daun
selada segar yang juga bermanfaat bagi tubuh adalah phenethyl isothiocyanate
(PEITC) (Rizki, 2013). Menurut penelitian Salamah, dkk. (2011), komponen
komponen bioaktif yang terkandung pada ekstrak kasar daun selada segar dari uji
fitokimia antara lain alkaloid, steroid/triterpenoid, fenol hidrokuinon, flavonoid,
karbohidrat dan asam amino.
Kemampuan selada sebagai peluruh kencing (diuretik) sangat baik,
sehingga menyehatkan ginjal dan mengurangi risiko tekanan darah tinggi. Selada
air juga memiliki kemampuan detoksifikasi yang baik dan pelancar dahak di
saluran tenggorokan. Selain itu, sayuran ini juga memiliki kemampuan bakterisida
yang baik (Lingga, 2012). Menurut penelitian Mazandarani, dkk. (2012),
kandungan total fenol dan flavonoid dari ekstrak selada air mempunyai hubungan
korelasi yang positif dengan aktivitas antioksidan sebagai penghambat radikal
bebas. Komponen fenol dan flavonoid merupakan konstituen penting sebagai
penghambat radikal bebas dan mengstabilkan lipid peroksidasi (zen, 2009).
Khasiat selada air untuk mengobati penyakit kanker juga cukup baik karena
mengandung glukonasturtiin (phenethyl isothiocyanate atau PEITC) yang
merupakan salah satu senyawa yang memiliki efek kemoterapi terhadap kanker
paru (Khare, 2007). Penelitian Shahrokhi, dkk. (2009) juga menunjukkan adanya
aktivitas antidiabetes dari ekstrak selada air.
2.3 Bakteri Patogen pada Sayuran Lalapan
Sayuran mentah diketahui dapat menyebarkan penyakit pada manusia dan
sering menyebabkan kasus yang besar (outbreaks). Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya outbreaks adalah faktor irigasi, teknik pra-panen,
higiene penanganan, cara pemasokan dan distribusi, peyebaran patogen ke
2.3.2 Salmonella
Gambar 3. Salmonella
(http://www.wales.nhs.uk/, 2012)
Salmonella
termasuk
dalam
family
Enterobactericeae,
yang
2.3.3 Shigella
Gambar 2. L. monocytogenes
(Todar, 2005)
ini disebut bakteri psikrofilik yaitu bakteri yang menyukai suhu dingin untuk
pertumbuhannya, karena memiliki membran sel yang mempunyai kondisi yang
baik pada suhu dingin. Kuman psikrofilik akan mengalami kerusakan pada
membran sel jika di dalam suhu ruangan, karena membran selnya meleleh
(Wikipedia, 2007). Menurut Moltz dan Martin (2005) pada suhu 4C bakteri L.
monocytogenes mampu membentuk biofilm yang membuat bakteri didalamnya
menjadi lebih resisten terhadap sanitizer. Flagela peritrikus merupakan alat gerak
L. monocytogenes yang dihasilkan pada suhu 20 25C. Bakteri tersebut tidak
menghasilkan flagela pada suhu 37C. Filamen-aktin (F-aktin), yang merupakan
alat gerak yang tumbuh pada salah satu ujung bakteri, berpengaruh terhadap
keganasan bakteri ini ketika menyerang sel induk semang (Todar, 2005).
3.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut: mutu mikrobiologi lalapan selada yang dijual di kantin sekitar
UNPAD Jatinangor akan bagus apabila lalapan seladanya memiliki penanganan
yang baik.