Professional Documents
Culture Documents
METODOLOGI PENELITIAN
X1
X2
26
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII di salah satu SMP di
Kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan desain
penelitian yang digunakan, maka pengambilan sampel dilakukan tidak secara
acak dan dipilih dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen. Kelas eksperimen
pertama memperoleh model pembelajaran Problem Based Learning, sedangkan
kelas eksperimen kedua memperoleh model pembelajaran Reciprocal Teaching.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen tes digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh siswa berdasarkan
indikator yang telah ditentukan. Pada penelitian ini akan diadakan dua kali tes,
yaitu pretest untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa
sebelum mendapat perlakuan dan posttest untuk mengetahui kemampuan
komunikasi matematis siswa setelah mendapat perlakuan.
Tes merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk mengukur
kemampuan tertentu dari siswa. Terdapat beberapa bentuk tes, salah satunya
adalah tes bentuk uraian. Tes bentuk uraian digunakan untuk mengungkapkan
proses berpikir siswa dalam penyelesaian tugas matematis. Dalam penelitian ini,
tes yang digunakan adalah tes bentuk uraian. Menurut Suherman (2003, hlm. 77)
penyajian soal tipe subjektif dalam bentuk uraian ini mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu: 1) pembuatan soal bentuk uraian relatif lebih mudah dan bisa
dibuat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama; 2) hasil evaluasi lebih dapat
mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya; dan 3) proses pengerjaan tes akan
menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena tes tersebut
menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan
argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yang relevan.
Pemberian skor tes kemampuan komunikasi matematis berpedoman pada
focused holistic scoring point scale yang dikemukakan oleh Charles, et al.
(1994, hlm. 35) yaitu yang telah diadaptasi, sebagai berikut.
27
Tabel 3.1
Rubrik Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Respon Siswa
Skor
Siswa memulai dengan strategi yang tidak tepat dan tidak merubah
strategi dengan mencoba strategi lain. Tampak bahwa siswa hanya
mencoba salah satu pendekatan saja yang tidak dikerjakan dan
kemudian menyerah.
Siswa
mencoba
menyelesaikan
permasalahan
namun
tidak
dilakukan.
28
beberapa
bukti
yang
tepat.
Bagaimanapun
kesalahpahaman
tetapi
cukup
terlihat
dalam
kesalahan menghitung.
Soal tes diujicobakan terlebih dahulu pada siswa di luar sampel penelitian
yang sudah mempelajari materi yang akan diujikan sebelum digunakan untuk
penelitian. Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik, selain dari faktor yang
mempengaruhinya tentunya diperlukan alat evaluasi yang kualitasnya baik pula.
Untuk memperoleh evaluasi yang kualitasnya baik, ada beberapa kriteria yang
perlu diperhatikan yang harus dipenuhi, diantaranya yaitu: reliabilitas, validitas,
daya pembeda dan indeks kesukaran. Data yang diperoleh dari hasil uji coba
kemudian akan diolah, untuk reliabilitas dan validitas menggunakan bantuan
software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 for Windows
kemudian untuk daya pembeda dan indeks kesukaran menggunakan Microsoft
Excel 2007.
1. Reliabilitas Tes
Prilly Ayu Saraswati, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika
tes tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tetap. Relatif tetap yang
dimaksud tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tak berarti
(tidak signifikan) dan bisa diabaikan, jika pengukurannya diberikan pada
subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda.
Instrumen tes kemampuan komunikasi matematis terdiri dari 6 butir soal.
Skor subyek pada ujicoba instrumen tes kemampuan komunikasi matematis
disajikan pada lampiran C tabel 3.2. Koefisien reliabilitas Cronbachs Alpha
kemampuan komunikasi matematis adalah 0,766 (Lampiran C Tabel 3.3).
Instrumen tes ini memiliki rtabel ( = 0,05) = 0,333 dengan demikian hal ini
menunjukkan bahwa instrumen kemampuan komunikasi matematis reliabel
pada
= 0,05.
Nilai Pearson
Correlation
0,783
0,597
0,706
0,730
0,645
0,635
r tabel
( = 0,05)
Interpretasi
0,333
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
30
3. Daya Pembeda
Daya pembeda (DP) dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang
mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat
menjawab soal tersebut (atau testi yang menjawab salah). Dengan kata lain,
daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk
membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan
siswa berkemampuan rendah.
Proses penghitungan daya pembeda untuk kelompok atas dan kelompok
bawah, biasanya dilihat dari banyaknya subjek. Kelompok subjek dikatakan
kecil jika
DP
atas
X bawah
SMI
Keterangan:
DP
= Daya Pembeda.
Tabel 3.5
Kriteria Daya Pembeda
Koefisien Daya Pembeda
Kriteria
Sangat Jelek
31
Jelek
Cukup
Baik
Sangat Baik
(Sumber: Suherman, 2003, hlm. 161)
Daya Pembeda
Interpretasi
0,41
Baik
0,31
Cukup
0,50
Baik
0,44
Baik
0,39
Cukup
0,58
Baik
Berdasarkan Tabel 3.6 di atas terlihat bahwa daya pembeda butir soal
nomor 1,3, 4 dan 6 termasuk ke dalam kriteria baik dan butir soal nomor 2
dan 5 cukup. Hal ini menunjukkan bahwa soal ini mampu membedakan
dengan baik antara siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis
yang tinggi dan siswa yang kurang baik dalam kemampuan komunikasi
matematisnya.
4. Indeks Kesukaran
Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang
disebut Indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada
interval 0,00 sampai 1,00, dimana soal dengan indeks kesukaran mendekati
0,00 berarti soal tersebut terlalu sukar dan soal dengan indeks kesukaran
mendekati 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.
32
X
SMI
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
Tabel 3.7
Kriteria Indeks Kesukaran
Koefisien Indeks Kesukaran
Kriteria
IK = 0,00
soal sukar
soal sedang
0,70 < IK
soal mudah
1,00
IK = 1,00
Indeks Kesukaran
Interpretasi
0,62
Sedang
0,63
Sedang
0,55
Sedang
0,45
Sedang
0,63
Sedang
0,44
Sedang
33
Reliabilitas
Skor
0,783
0,597
3
4
Skor
0,766
Ket.
Validitas
Reliabel
0,706
0,730
Ket.
Valid
Daya Pembeda
Indeks
Kesukaran
Skor
Ket.
0,62
Sedang
Skor
0,41
Ket.
Baik
0,31
Cukup
0,63
Sedang
0,50
Baik
0,55
Sedang
0,44
Baik
0,45
Sedang
0,645
0,39
Cukup
0,63
Sedang
0,635
0,58
Baik
0,44
Sedang
D. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, prosedur penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi pendahuluan.
b. Mengidentifikasi masalah dan kajian pustaka.
c. Membuat proposal penelitian.
d. Menentukan materi ajar.
e. Menyusun instrumen penelitian.
f. Menguji instrumen penelitian.
Prilly Ayu Saraswati, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
4.
E. Analisis Data
Setelah data terkumpul, kemudian data diolah dan dianalisis untuk menguji
hipotesis. Dalam penelitian data yang dianalasis yaitu data yang bersifat
kuantitatif. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa perlu dilakukan analisis data kuantitatif, pada kelas eksperimen pertama
dan kelas ekperimen kedua yang telah memperoleh pembelajaran/perlakuan.
1. Analisis Kualitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Analisis
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
kualitas
peningkatan
35
Adapun kriteria klasifikasi indeks gain (Hake, 2007) tersebut terdapat dalam
tabel berikut ini.
Tabel 3.10
Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain
Kriteria
g > 0,70
Tinggi
0,30< g 0,70
Sedang
g 0,30
Rendah
peningkatan
kemampuan
komunikasi
matematis
siswa
36
dilanjutkan
dengan
uji
homogenitas
varians
dengan
37
antara
siswa
yang
memperoleh
pembelajaran
pembelajaran
matematika
dengan
model
uji t atau
antara
siswa
yang
memperoleh
pembelajaran
38
antara
siswa
yang
memperoleh
pembelajaran