You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan kerja sering terjadi di dalam perusahaan. Hal ini dapat disebabkan
oleh faktor manusia maupun faktor lingkungan kerja, seperti keterampilan dan
pengetahuan yang kurang, kedisiplinan dan kesadaran karyawan yang rendah,
kondisi yang di bawah standar, kurang perawatan alat, kurang pengadaan barang
dan sistem pengaman yang tidak sesuai standar. Kecelakaan yang terjadi akan
menimbulkan dampak keseluruh pihak. Karyawan yang celaka harus menanggung
cacat seumur hidup, kesedihan, hilangnya waktu bekerja, perusahaan menderita
kerugian materi untuk biaya pengobatan, perawatan, perbaikan mesin yang rusak,
mencari tenaga kerja pengganti, dll. Oleh karena itu, perusahaan harus
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja untuk mencegah kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja (1).
Kesehatan

dan

keselamatan

kerja

adalah

rangkaian

usaha

untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan menciptakan suasana kerja yang aman dan
tentram bagi karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan (2). Saat
ini, kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Indonesia cukup
memprihatinkan sehingga angka kecelakaan kerja yang mengakibatkan tenaga
kerja mengalami cacat dan meninggal dunia masih tinggi. Selain kasus kecelakaan
kerja, angka kesakitan tenaga kerja juga memprihatinkan (3).
Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap tempat kerja sangat
penting untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja,
melindungi pengusaha, pekerja, keluarga pekerja, pelanggan, masyarakat sekitar
lingkungan kerja, dan mengurangi perawatan, cuti sakit, serta kecacatan. Hal ini
meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja yang akan mendukung upaya
peningkatan produktivitas perusahaan. Pelaksanaan program melibatkan banyak
aspek, seperti bidang kedokteran, industri, kebersihan, kesehatan masyarakat,
fisika kimia kedokteran, dan ergonomi yang saling berinteraksi (4).
Bahaya ada di setiap tempat kerja sehingga harus ada pengendalian bahaya
pada sumbernya atau di sepanjang jalur antara sumber dan pekerja yang menjadi
tanggung jawab perusahaan bersangkutan. Banyak metode yang dapat digunakan,
1

sesuai dengan situasi ditempat kerja masing-masing. Pengendalian teknis,


pengendalian administratif dan penggunaan alat perlindungan diri (APD)
merupakan bentuk pengendalian yang dapat diterapkan di suatu perusahaan.
Pengendalian ini perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi untuk melihat
kerberhasilan program yang dijalankan (5).
1.1.1.2
Tujuan Penulisan
Kunjungan lapangan ini dilakukan untuk melihat aplikasi pelaksanaan sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja, alat perlindungan yang digunakan
tenaga kerja, penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yang pernah terjadi.
SUMBER :
1. Zainal A, Tri WT, Ishandono D. Hubungan perilaku keselamatan dan
kesehatan kerja dengan dosis radiasi pada pekerja reaktor Kartini.
Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir. 2008.
2. Depkes RI. Pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di
rumah sakit. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:
432/Menkes/SK/IV/2007.
3. http://www.antaranews.com, diakses tanggal 25 September 2012 pukul 12.00
WITA.
4. Semboja HH. Microeconomics of firms compliant withoccupational safety
and health. African Newsletter on Occupational Health and Safety 2012; 22:
6-9.
5. Annasyiatul U, Sonya H, Kurniawati, dan Sri RI. Buku pedoman pelaksanaan
kesehatan dan keselamatan kerja. Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga, 2008.

You might also like