Professional Documents
Culture Documents
KARAKTERISTIK HIDROLOGI
SKRIPSI
Oleh :
NUR DIA TRIONO
F14051131
Oleh :
NUR DIA TRIONO
F14051131
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Strata 1
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
: F14051131
Menyetujui;
Bogor,
Februari 2010
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Pertanian
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Balikpapan, pada 12
Oktober 1986. Penulis merupakan Putra dari pasangan
Bapak Wakidjo dan Ibu Yudia Tatiek S. yang
merupakan putra ketiga dari enam bersaudara.
Suatu kesempatan bagi penulis untuk dapat
mengecap jenjang pendidikan sejak TK Rahayu (19921993), SDN 1 Pd. Cabe (1993-1999), SMP Islam
Ruhama (1999-2002) dan SMAN 1 Pamulang (20022005) dan kini menyelesaikan program pendidikan
Sarjana Strata 1 di Institut Pertanian Bogor.
Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) untuk D3 dan
SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) untuk S1 kemudian melalui seleksi
Tingkat Persiapan Bersama penulis masuk pada program studi Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dan selama menjalani
masa perkuliahan, penulis aktif di dalam berbagai kegiatan organisasi intrakampus
seperti
FORCES,
HIMATETA,
BEM
FATETA,
BEM
KM,
Kajian Hubungan Geomorfologi DAS dan Karakteristik Hidrologi. Oleh : Nur Dia
Triono/F14051131. Dibawah bimbingan : Dr. Ir. Yuli Suharnoto, M. Eng.
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang
menerima air hujan, menampung, menyimpan dan mengalirkannya melalui sungai
utama ke laut/danau. DAS juga dipandang sebagai suatu sistem pengelolaan
wilayah yang memperoleh masukan (input) dan selanjutnya diproses untuk
menghasilkan luaran (output). DAS memiliki karakteristik spesifik yang dicirikan
oleh parameter-parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, morfologi,
tanah, geologi, vegetasi, tata guna (penggunaan) lahan, hidrologi, dan manusia.
Karakteristik DAS ini merupakan salah satu unsur utama dalam pengelolaan DAS
seperti perencanaan serta monitoring dan evaluasi. DAS juga merupakan nilai
kuantitatif dari parameter-parameter yang terkandung pada suatu daerah aliran
sungai (DAS) menjadikan hal ini penting untuk dilakukan kajian secara
mendalam. Parameter morfometri sebagai salah satu daya pendukung pengelolaan
sumberdaya alam terutama dalam pengeloaan DAS secara terpadu, diantaranya
adalah batas dan luas DAS, panjang sungai utama, orde sungai, dan tingkat
kerapatan drainase.
Suatu masukkan curah hujan tertentu selalu menghasilkan respon
hidrograf aliran tertentu pula, hal ini disebabkan karena bentuk dan ukuran
hidrograf aliran dipengaruhi oleh faktor morfometri dan meteorologi. Kajian
terpadu mengenai pola distribusi aliran DAS sebagai bentuk dari respon hidrologi
dan hubungannya dengan karakteristik geomorfologi terhadap pola distribusi yang
menyebabkan adanya karakteristik aliran hidrologi. Studi kasus ini dilakukan pada
beberapa DAS seperti DAS Ciliwung Hulu-Ciliwung, DAS Cipopohkol-Cisadane,
DAS Cicangkeudan-Cidanau, dan DAS Ciawitali-Cipunagara.
Kajian karakteristik geomorfologi diketahui dengan melakukan pengkajian
pada peta topografi, dan peta batas DAS. Parameter yang dikaji berupa
karakteristik morfometri DAS seperti bentuk DAS, batas dan luasan DAS, nisbah
percabangannya serta delineasi peta. Sedangkan respon hidrologi yang dikaji
meliputi pengkajian hubungan antara curah hujan dengan debit bulanannya yang
direfleksikan dengan beberapa DAS lain yang memiliki karakteristik morfologi
berbeda.
Grafik kurva hidrograf merupakan wujud dari respon hidrograf terhadap
karakteristik geomorfologi DAS. Pola distribusi aliran sungai yang terjadi
diproyeksikan dalam bentuk besar kecilnya hidrograf yang bentuk dan ukurannya
dipengaruhi oleh banyaknya curah hujan yang masuk dan kondisi DAS saat
terjadinya hujan. Perlu dilakukan validasi terhadap aliran hidrologi yang terbentuk
akibat variasi curah hujan yang terjadi pada setiap periode dan respon hidrologi
yang ditimbulkan akibat faktor morfometri.
Kata kunci : Curah hujan, debit, geomorfologi
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat
hidayah dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan kewajiban sebagai
mahasiswa Strata 1 di Institut Pertanian Bogor, shalawat serta salam tidak lupa
penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga
dan para sahabatnya.
Alhamdulillah, tiada habisnya kata puji syukur ini merupakan buah dari
terwujudnya skripsi dengan judul Kajian Hubungan Geomorfologi Dengan
Karakteristik Hidrologi yang merupakan sebuah syarat untuk mendapatkan
sebuah gelar kesarjanaan Strata 1. Namun, tiada yang sempurna di dunia ini. Oleh
karena itu, besar harapan penulis untuk mendapatkan masukan berupa saran
maupun kritikan dari para pembaca yang sifatnya membangun demi tercapainya
kesempurnaan isi dalam skripsi ini.
Tidak lupa penulis ucapakan rasa terimakasih atas bantuan baik moril
maupun moral, kepada :
1. Orang tua beserta keluarga yang telah mendukung, membimbing dan
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .........................................................................................................I
DAFTAR ISI ..........................................................................................................II
DAFTAR TABEL................................................................................................. IV
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. V
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... VI
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Tujuan.......................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................ 2
D. Output dan Manfaat Penelitian..................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
A. DAS (Daerah Aliran Sungai)......................................................................... 3
B. Siklus Hidrologi............................................................................................ 3
C. Karakteristik Daerah Aliran Sungai............................................................... 4
D. Sistem Informasi Geografis......................................................................... 10
E. Penelitian Terdahulu.................................................................................... 11
BAB III. METODOLOGI .....................................................................................13
A. Kerangka Pemikiran................................................................................... 13
B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 14
C. Bahan dan Alat............................................................................................ 16
D. Pengolahan Data......................................................................................... 17
a. Data Yang Diperlukan.............................................................................. 17
b. Proses Pengolahan Data.......................................................................... 17
1. Pengkajian Karakteristik Geomorfologi.............................................. 17
2. Pengkajian Debit Bulanan Sungai Utama............................................ 18
c. Penyajian Hasil........................................................................................ 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 20
A. Karakteristik Geomorfologi Daerah Aliran Sungai...................................... 20
a. Bentuk DAS.............................................................................................. 21
b. Kerapatan Sungai..................................................................................... 26
II
c. Morfometri DAS...................................................................................... 27
B. Karakteristik Debit Bulanan Sungai Utama.................................................. 30
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 34
LAMPIRAN.......................................................................................................... 35
III
DAFTAR TABEL
Table 1. Campur Tangan Manusia Terhadap Komponen-Komponen Daur Air......4
Tabel 2. Karakteristik Geomorfologi DAS.............................................................21
Tabel 3. Karakteristik Morfometri DAS................................................................27
IV
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Batas DAS hingga Sub-DAS .................................................................5
Gambar 2. Bentuk Hidrograf Daerah Aliran Sungai................................................6
Gambar 3. Penentuan Orde Sungai Dengan Metode Strahler................................... 9
Gambar 4. Peta batas DAS Ciliwung Hulu-Ciliwung............................................15
Gambar 5. Peta batas DAS Cipopohkol-Cisadane ................................................15
Gambar 6. Peta batas DAS Cicangkeudan-Cidanau .............................................. 16
Gambar 7. Peta batas DAS CiawitaliCipunagara................................................... 16
Gambar 8. Bentuk Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu-Ciliwung.................... 23
Gambar 9. Bentuk Daerah Aliran Sungai Cipopohkol-Cisadane.......................... 24
Gambar 10. Bentuk Daerah Aliran Sungai Cicangkeudan-Cidanau .....................25
Gambar 11. Bentuk Daerah Aliran Sungai Ciawitali-Cipunagara ........................26
Gambar 12. Grafik Curah Hujan dan Debit Bulanan DAS Cipopohkol-Cisadane (a),
DAS Cicangkeudan-Cidanau (b), DAS Ciawitali-Cipunagara (c) dan
DAS Ciliwung Hulu-Ciliwung (d)..................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Curah Hujan Harian Tahun 2005..............................................37
Lampiran 2. Data Curah Hujan Harian Tahun 2006..............................................41
Lampiran 3. Data Curah Hujan Harian Tahun 2007..............................................45
Lampiran 4. Data Curah Hujan Harian Tahun 2008..............................................49
Lampiran 5. Data Debit Harian Tahun 2005..........................................................53
Lampiran 6. Data Debit Harian Tahun 2006..........................................................57
Lampiran 7. Data Debit Harian Tahun 2007..........................................................61
Lampiran 8. Data Debit Harian Tahun 2008..........................................................65
Lampiran 9. Data Debit bulanan dan Curah Hujan Bulanan DAS CiliwungCiliwung Hulu...................................................................................69
Lampiran 10. Data Debit bulanan dan Curah Hujan Bulanan DAS CipopohkolCisadane............................................................................................71
Lampiran 11. Data Debit bulanan dan Curah Hujan Bulanan DAS CicangkeudanCidanau.............................................................................................73
Lampiran 12. Data Debit bulanan dan Curah Hujan Bulanan DAS CiawitaliCipunagara........................................................................................75
Lampiran 13. Deskripsi Geomorfologi Daerah Aliran Sungai..............................77
VI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang
menerima air hujan, menampung, menyimpan dan mengalirkannya melalui
sungai utama ke laut/danau. Suatu DAS dipisahkan dari wilayah lain di
sekitarnya oleh pemisah alam topografi, seperti punggung bukit dan gunung.
DAS atau dikenal sebagai watershed sinonim dengan daerah tangkapan air
atau catchment area dengan luasan yang tidak ada pembakuan, berkisar
hingga ribuan kilometer persegi, namun perlu dibedakan pengertiannya
dengan daerah pengaliran sungai (river basin), dimana DAS merupakan
bagian dari river basin. DAS juga bisa dipandang sebagai suatu sistem
pengelolaan yaitu suatu wilayah yang memperoleh masukan (inputs) yang
selanjutnya diproses untuk menghasilkan luaran (outputs). Dengan demikian
DAS merupakan prosesor dari setiap masukan yang berupa hujan (presipitasi)
dan intervensi manusia untuk menghasilkan luaran yang berupa produksi,
limpasan dan hasil sedimen.
DAS memiliki karakteristik yang dapat diartikan sebagai gambaran
spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter-parameter yang
berkaitan dengan keadaan morfometri, morfologi, tanah, geologi, vegetasi, tata
guna (penggunaan) lahan, hidrologi, dan manusia (Seyhan, 1977).
Karakteristik DAS disini mencakup parameter : iklim, biofisik DAS,
hidrologi, serta sosial-ekonomi-budaya masyarakat yang berada di sekitar
DAS. Karakteristik DAS ini sebagai salah satu unsur utama dalam
pengelolaan DAS seperti perencanaan serta monitoring dan evaluasi
sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 52/KptsII/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS yang meliputi :
DAS sebagai ekosistem, wilayah (geografis), geo-bio-fisik dan manusia
(sumberdaya alam dan manusia), kegiatan multi-sektor, dan aspek sosial
ekonomi dan budaya.
1
penelitian
ini
dilakukan
penganalisisan
karakteristik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Presipitasi
Hujan buatan
Vegetasi
Perubahan vegetasi
Permukaan tanah
Urbanisasi, irigasi
Air tanah
Drainase
Air bumi
Evapotranspirasi
Pembatasan evapotranspirasi
Kuantitas air yang ada dalam suatu wilayah DAS sangat tergantung
dengan curah hujan yang jatuh di wilayah tersebut, yang selanjutnya
merupakan input dalam mekanisme penyimpanan air yang terjadi terhadap air
hujan. Proses hidrologi merupakan proses pemasukan, penyimpanan dan
pengeluaran air dalam suatu DAS dan mekanismenya sangat dipengaruhi oleh
vegetasi penutupan tanah, adanya danau sebagai penampung air, evaporasi
danau dan sebagainya. Permasalah yang sering terjadi di setiap DAS adalah
pendangkalan akibat sedimentasi dan erosi.
C. Karakteristik Daerah Aliran Sungai
Menurut Seyhan (1977), karakteristik DAS dapat diartikan sebagai
gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter-parameter
yang berkaitan dengan keadaan morfometri, morfologi DAS, tanah, geologi,
vegetasi, tata guna (penggunaan) lahan, hidrologi, dan manusia. Morfometri
atau karakteristik dari geomorfologi DAS merupakan nilai kuantitatif dari
parameter-parameter yang terkandung pada suatu daerah aliran sungai (DAS).
Oleh karena itu, parameter morfometri merupakan salah satu daya pendukung
pengelolaan sumberdaya alam terutama dalam pengelolaan DAS secara
terpadu, diantaranya adalah batas dan luas DAS, panjang sungai utama, orde
sungai, dan tingkat kerapatan drainase. Chow (1964) mengelompokkan
morfologi DAS tersebut ke dalam tiga aspek yakni, aspek panjang, aspek luas,
dan aspek relief.
4
lama daripada bentuk DAS membulat; sedangkan debit DAS berbentuk bulat
adalah lebih besar daripada bentuk DAS yang panjang. Ilustrasi berbagai
bentuk DAS beserta debit puncaknya digambarkan dalam bentuk kurva
hidrograf aliran sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut;
Dimana :
F : koefisien bentuk (tanpa dimensi)
A : luas daerah pengaliran (km2)
L : panjang sungai utama (km)
Selain faktor bentuk, faktor lainnya yang juga dapat memberikan
pengaruh terhadap besarnya debit aliran sungai dalah faktor kerapatan DAS.
Faktor kerapatan ini juga mempengaruhi besarnya volume air yang mengalir
di daerah pengaliran sungai. Kerapatan sungai ini dinyatakan dalam suatu
6
indeks yang menunjukkan banyaknya anak-anak sungai per satuan luas dalam
suatu daerah pengaliran sebagaimana yang dirumuskan dengan persamaan
berikut ini :
Dimana:
D : kerapatan sungai (km-1)
L : panjang sungai utama (km)
L : panjang anak-anak sungai (km)
A : luas DAS (km2)
Selain kedua parameter tersebut masih terdapat beberapa parameter
morfologi lainnya yang dapat mempengaruhi bentuk hidrograf, diantaranya
adalah :
1. Lebar Rata-rata DAS (W)
Lebar rata-rata DAS merupakan hasil bagi luas DAS dengan panjang DAS,
yang dinyatakan dengan persamaan :
Dimana :
W : lebar rata-rata DAS (km)
A : luas DAS (km2)
Ld : panjang DAS (km)
2. Faktor Topografi (T)
Faktor topografi (T) merupakan kombinasi dari faktor kemiringan dan
panjang sungai utama. Factor topografi dintayakan dengan metode Potten
(Seyhan, 1977) sebagai berikut :
Dimana :
T : faktor topografi (km)
L : panjang sungai utama (km)
So : kemiringan sungai utama (tanpa dimensi)
7
Dimana :
Ru : kekasaran DAS (tanpa dimensi)
H : beda elevasi tempat tertingi dengan terendah (m)
D : kerapatan sungai (m-1)
4. Panjang Aliran Limpasan
Panjang aliran limpasan (Lg) adalah perbandingan terbalik dengan dua kali
kerapatan sungai. Hal tersebut merupakan persamaan Horton yang
dikemukakan oleh Seyhan (1977) sebagai berikut :
Dimana :
Lg : panjang aliran limpasan (km)
D : kerapatan sungai (km-1)
5. Nisbah Percabangan (Rb)
Nisbah percabangan (bifurcation ratio) juga dapat diprediksikan melalui
orde percabangan aliran sungai. Nisbah percabangan ini berpengaruh
terhadap debit puncak suatu aliran hidrograf dan dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
Dimana :
Rb : nisbah percabangan (tanpa dimensi)
8
10
Aliran Sungai berkaitan erat dengan terjadinya erosi, transpor sedimen, dan
deposisi sedimen di bagian hilir. Perubahan tataguna lahan dan praktek
pengelolaan DAS juga akan mempengaruhi terjadinya erosi dan sedimentasi.
Harjadi, Prakosa dan Wuryanta (2007), melakukan penelitian analisis
karakteristik kondisi fisik lahan DAS. Menurutnya, karakteristik kondisi fisik
suatu lahan DAS didominasi oleh faktor topografi di suatu wilayah dan kelas
kemiringan lereng. Dimana DAS yang didominasi dengan kemiringan lereng
yang curam dan topografi perbukitan atau pegunungan akan berpotensi
terhadap kekritisan suatu DAS. Oleh karena itu, selain faktor dominan tingkat
kekritisan suatu DAS perlu dipertimbangkannya faktor-faktor fisik lainnya,
antara lain : jenis tanah, jenis tanaman dan kondisi iklim serta pola aliran
drainase.
12
BAB III
METODOLOGI
A. Kerangka Pemikiran
Lahan dan air sebagai sumberdaya alam utama yang berada di dekat
lingkungan hidup manusia. Perlu adanya tindakan pengelolaan yang baik dari
kedua sumberdaya alam tersebut agar kedua sumberdaya itu dapat
dipertahankan dan dikembangkan secara berimbang dan lestari. Bahkan
pengelolaan DAS yang baik untuk penggunaan tanah dan air juga harus
melakukan perhitungkan dengan prinsip konservasi untuk mencapai hasil yang
optimum. Sehingga dapat mencegah pengelolaan yang mampu menimbulkan
banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, dengan
memanfaatkan faktor meteorologi dan sifat-sifat fisik DAS serta aplikasi dari
beberapa software seperti ArcView 3.3, dan SigmaPlot 10.0 untuk
menganalisis karakteristik hidrologi yang timbul dengan adanya hubungan
dari karakteristik geomorfologi DAS tersebut.
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kajian terpadu mengenai pola
distribusi aliran DAS sebagai bentuk dari respon hidrologi dan hubungannya
dengan karakteristik geomorfologi terhadap pola distribusi yang menyebabkan
adanya karakteristik aliran hidrologi dengan berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu mengenai pengelolaan DAS.
Berikut ini tahapan-tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan penelitian, yaitu :
a. Mengidentifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah pertama yang harus dilakukan agar
pada penelitian ini masalah yang dibahas menjadi lebih jelas dan terarah
sehingga diperoleh penyelesaian masalah yang tepat sebagaimana yang
telah dijabarkan pada latar belakang dari penelitian ini.
13
b. Studi Pustaka
Studi
pustaka
digunakan
untuk
mempelajari
konsep
karakteristik
15
18
Morfometri DAS
Hidrologi
Iklim
Topografi
Tanah
Karakteristik
geomorfologi
DAS
Aliran hidrogrologi
Intensitas hujan
Hubungan karakteristik
geomorfologi DAS dengan
aliran hidrologi
Kemiringan lereng
Jenis tanah
Persentase Pertanian,
non-pertanian
Input
Analisis
Output
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Balai
Pengelolaan
DAS
Citarum-Ciliwung
memiliki
Stasiun
20
Bentuk DAS*
Ciliwung Hulu
Nama DAS
Cisadane Hulu
Cidanau
Cipunagara
Memanjang
Memanjang
Membulat
Membulat
Paralel
Bulu burung
Bulu burung
Radial
155.21
145.2
485.4
555.84
3.32
5.1
5.1
3.5
4.14
4.82
16.73
12.15
2.67
3.32
3.45
2.19
11.68
9.03
1.73
11.49
Regosol
Regosol
Aluvial
Aluvial
Bentuk
jejaringan
sub
DAS*
Luas DAS (Ha)
Panjang Sungai
Utama (Km)
Panjang seluruh
anak
sungai
(Km)
Orde sungai*
Kerapatan sungai
(Km/Km2)
Kemiringan
sungai (%)
Jenis tanah
Ket. Data diatas hasil komplikasi dari berbagai sumber kecuali yang bertanda*
diketahui bahwa semakin besar luasan daerah pengaliran sungai maka semakin
lebar daerah pengaliran anakanak sungainya, begitu pula sebaliknya semakin
kecil luasan daerah pengaliran sungai maka semakin sempit daerah pengaliran
anakanak sungainya dan panjang daerah alirannya, hal ini sesuai dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Sosrodarsono dan Takeda (1983). Bagi
daerah aliran sungai yang memiliki luas daerah pengaliran sempit dan panjang
akan menimbulkan limpasan dengan waktu kosentrasi yang lebih lambat
dibandingkan daerah yang memiliki luas daerah pengaliran yang melebar pada
luasan yang sama. Seperti yang diilustrasikan oleh Strahler (1977) pada Gambar
2 menyatakan bahwa DAS yang memiliki bentuk memanjang atau jejaringan
sub DAS paralel maupun bulu burung akan memiliki bentuk hidrograf yang
lebih rendah dibandingkan DAS yang memiliki bentuk jejaringan sub DAS
radial atau bentuk membulat. Menurut Chorley (1969) bentuk DAS ini
dikontrol oleh struktur geologi yang berada di sekitar DAS, bentuk DAS juga
merupakan pengontrol penting geometri dari jejaringan sungai. Oleh karena itu,
potensi peluang terjadinya banjir pada DAS yang memiliki bentuk jejaringan
sub DAS radial atau bentuk DAS membulat seperti DAS Cipunagara, peristiwa
banjir sangat mungkin terjadi dibandingkan dengan ketiga DAS lainnya yang
memiliki bentuk memanjang atau paralel maupun bulu burung. Peluang banjir
besar dapat terjadi pada DAS Cipunagara, DAS Cisadane, DAS Cidanau
kemudian DAS Ciliwung secara berturut-turut dinyatakan dengan nilai F yaitu
0.46, 0.234, 0.19, dan 0.141 sebagai besarnya nilai indeks yang
menggambarkan bentuk luasan daerah pengaliran sungai.
a. 1. Daerah Aliran Sungai Ciliwung-Ciliwung Hulu
22
jumlah anak-anak sungai yang banyak dan tersebar di setiap jalur kiri dan kanan
sungai utamanya, peristiwa banjir akan berlangsung agak lama, hal ini
disebabkan karena debit aliran yag dihasilkan dari anak-anak sungai tersebut
berbeda-beda. Sedangkan indeks koefisien bentuk, F DAS Cisadane adalah F
= 0.234, dimana luas daerah aliran sungainya sebesar 145.2 ha dan panjang
sungai utamanya adalah 5.1 km. DAS Cisadane ini memiliki ketinggian wilayah
DTA SPAS CipopohkolCisadane antara 587.5 m dpl dan 812.5 m dpl.
Sehingga kemiringan sungai utama DAS Cisadane adalah 9.03%. DAS
Cisadane ini memiliki anak sungai dengan orde 2 dengan panjang seluruh anak
sungai mencapai 4.82 km dengan kerapatan sungai sebesar 3.32 km/km2.
a. 3. Daerah Aliran Sungai Cicangkeudan-Cidanau
sungai dengan orde 3 dengan panjang seluruh anak sungai mencapai 16.73 km
dengan kerapatan sungainya sebesar 3.45 km/km2.
a. 4. Daerah Aliran Sungai Ciawitali-Cipunagara
b. Kerapatan Sungai
Kerapatan daerah pengaliran sungai dapat dinyatakan dalam suatu
indeks yang menyatakan banyaknya anak-anak sungai persatuan luas dalam
suatu daerah pengaliran dan dinyatakan dengan notasi nilai D. Berdasarkan
hasil analisis bentuk DAS sebelumnya dapat dilihat bahwa masing-masing DAS
memiliki anak-anak sungai dengan jumlah orde tertentu, sehingga dapat
ditentukan nilai D masing-masing DAS seperti DAS Ciliwung-Ciliwung Hulu,
DAS Cipopohkol-Cisadane, DAS Cicangkeudan-Cidanau, dan DAS CiawitaliCipunagara secara berturut-turut adalah 2.67/km, 3.32/km, 3.45/km, 2.19/km.
Perlu ada penjelasan hubungan kerapatan thd kemiringan untuk
menjelaskan teori di bawah.
Besarnya nilai D ini menyatakan keadaan geologi suatu daerah aliran
sungai, apabila suatu daerah aliran sungai memiliki nilai D yang relatif kecil,
maka daerah aliran sungai tersebut kemungkinan memiliki keadaan geologi
yang permeabel, seperti terdapat banyak gunung atau daerahnya berlereng terjal
(Sosrodarsono dan Takeda, 1983).
c. Morfometri DAS yang lain
Disamping kedua indeks diatas, parameter-parameter karakteristik
daerah aliran sungai lainnya yang meliputi luasan dan kemiringan DAS, pola
jejaringan sungai, nisbah percabangan serta kemiringan sungai diantaranya
adalah :
Tabel 3. Karakteristik Morfometri DAS
DAS
Rb
(Km)
Ru
(Km)
Lg
(Km)
D
(/km)
Cipunagara
1.59
0.5
3.25
0.875
0.227
0.46
2.19
Cidanau
0.96
0.5
12.18 0.302
0.145
0.19
3.45
Cisadane
0.58
0.33
2.62
0.747
0.151
0.234
3.32
Ciliwung
0.47
0.33
3.07
1.04
0.187
0.141
2.67
26
T = Faktor Topografi
Rb = Nisbah Percabangan
Ru = Kekasaran DAS
F = Faktor Bentuk
D = kerapatan Sungai
empat tahun atau sama dengan 48 bulan, oleh petugas monitoring dan evaluasi
tata air SPAS BP DAS Citarum-Ciliwung, data yang digunakan untuk
menggambarkan hidrograf ini merupakan data rerataan curah hujan bulanan dan
debit bulanan di masing-masing Stasiun Pengamatan Aliran Sungai yang
menjadi fokus dari daerah penelitian, yakni SPAS DAS Ciliwung HuluCiliwung, Bogor; SPAS DAS Cipopohkol-Cisadane, Bogor; SPAS DAS
Cicangkeudan-Cidanau, Serang dan SPAS DAS Ciawitail-Cipunagara,
Subang, semenjak tahun 2005-2008 atau sama dengan 48 bulan pengamatan
yang disajikan dalam grafik hubungan curah hujan bulanan dengan debit
bulanannya. Gambar 12 menyatakan grafik hubungan curah hujan dengan debit
bulanan dari keempat DAS yang menjadi daerah pengamatan dalam penelitian
ini.
grafik curah hujan dan debit bulanan DAS Cipopohkol-Cisadane
1400
100
1200
100
1200
80
80
600
40
400
20
60
CH (mm/bln)
800
600
40
400
20
200
200
0
10
20
30
40
50
10
20
bulan ke-
30
40
50
bulan ke-
(a)
(b)
grafik curah hujan dan debit bulanan DAS Ciliwung-Ciliwung Hulu
100
1400
100
1200
1200
80
80
1000
600
40
400
20
60
CH (mm/bln)
CH (mm/bln)
60
800
Q (m3/dtk/bulan)
1000
800
600
40
400
20
Q (m3/dtk/bulan)
CH (mm/bln)
60
800
Q (m3/dtk/bulan)
1000
Q (m3/dtk/bulan)
1000
200
200
0
0
10
20
30
40
50
0
0
10
20
(c)
30
40
50
bulan ke-
s
(d)
29
Gambar 12. Grafik Curah Hujan dan Debit Bulanan DAS Cipopohkol-Cisadane
(a), DAS Cicangkeudan-Cidanau (b), DAS Ciawitali-Cipunagara (c)
dan DAS Ciliwung-Ciliwung Hulu (d)
Pada gambar grafik-grafik tersebut tampak perbedaan intensitas curah
hujan yang jatuh ke daerah pengaliran aliran sungai dan perbedaan bentuk
hidrograf. Dari keempat gambar grafik tersebut respon hidrograf dinyatakan
dalam kurva hubungan debit aliran dengan waktu. Debit aliran yang
digunakan pada analisis hidrograf ini merupakan debit rataan tiap bulan untuk
tempo waktu empat tahun begitu pula curah hujan yang digunakan merupakan
curah hujan rataan bulanan. Pada keempat gambar grafik hubungan curah
hujan dan debit bulanan ini bentuk kurva tampak fluktuatif. Besarnya curah
hujan yang masuk ke daerah pengaliran sungai ini tergantung pada luasan
DAS dan batas antar DAS. Untuk DAS yang memiliki luasan besar tentu akan
menghasilkan debit puncak yang lebih besar dibandingkan dengan DAS yang
memiliki luasan lebih kecil (sebutkan DAS yg mana aja?).
Dengan skala debit yang digunakan berkisar antara 0-100 m3/dtk/bln
sedangkan skala curah hujan berkisar antara 0-1400 mm/bln, respon hidrograf
yang tampak relatif konstan terjadi pada DAS Cidanau yakni dengan debit
aliran berada pada interval 0-10 m3/dtk/bln sedangkan curah hujannya tampak
fluktuatif berada pada interval 0-600 mm/bln. Curah hujan rata-rata dari setiap
DAS selama periode empat tahun tersebut secara berturut-turut adalah
199,4771 mm/bln, 122,0083 mm/bln, 166,55 mm/bln dan 212,0563 mm/bln
sedangkan debit rata-ratanya adalah 28,50461 m3/dtk/bln, 21,52481
m3/dtk/bln, 3,896875 m3/dtk/bln dan 12,09163 m3/dtk/bln untuk DAS
Ciliwung, DAS Cisadane, DAS Cidanau dan DAS Cipunagara. Respon
hidrograf tertinggi terjadi pada DAS Cipunagara dengan debit rataan bulanan
sebesar 85 m3/dtk/bln yang terjadi pada bulan ke-39 sedangkan curah hujan
tertinggi yang terjadi pada saat itu adalah 464 mm/bln. Namun, respon
hidrograf DAS Ciliwung pada bulan ke-36 mendapatkan curah hujan rata-rata
bulanan maksimum sebesar 1241 mm/bln dengan debit rataannya sebesar
50.62 m3/dtk/bln. Seperti yang tampak pada Gambar 12 DAS Cicangkeudan30
Cidanau memiliki curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan DAS
lainnya. Variasi curah hujan ini terjadi akibat adanya perbedaan intensitas dan
distribusi hujan menurut ruang dan waktu hal ini terjadi tentu dikarenakan
adanya pengaruh dari faktor meteorologi (iklim). Meskipun memiliki curah
hujan yang tinggi DAS Cicangkeudan-Cidanau ini memiliki debit aliran yang
relatif konstan dibandingkan DAS lainnya, hal ini merupakan pengaruh dari
faktor fisiografi (morfologi) yang dimiliki DAS tersebut yakni kemiringan
sungai (slope) yang lebih landai (1.73%) dibandingkan DAS CiliwungCiliwung Hulu sebesar 11.68%. Selain faktor kemiringan hal lainnya yang
mempengaruhi bentuk aliran hidrograf ini adalah panjang sub-sub DAS atau
anak sungai yang dimiliki oleh DAS Cicangkeudan-Cidanau ini. Besarnya
bentuk dengan slope aliran sungai utama yang lebih rendah seperti yang
dimiliki oleh DAS Cicangkeudan-Cidanau menghasilkan bentuk hidrograf
yang relatif konstan atau lebih rendah dibandingkan DAS yang memiliki
bentuk luasan sama namun beda elevasi (slope) aliran sungai utama yang lebih
curam.
Ketika variasi hujan tersebut diasumsikan merata untuk keempat DAS
tersebut maka bentuk dan ukuran hidrograf yang akan terjadi adalah tampak
seperti pada Gambar 13 berikut :
31
ditunjukkan dengan tinggi rendahnya debit puncak aliran hidrologi pada grafik
aliran hidrograf.
Respon hidrograf sebagaimana yang tampak pada Gambar 13,
perbandingan antara nisbah percabangan dari keempat DAS dilihat debit puncak
aliran suatu hidrograf, untuk daerah aliran sungai yang memiliki bentuk daerah
pengaliran sungai radial memiliki debit puncak yang lebih tinggi dimana titik
maksimum berada pada 140 m3/dtk/bln dibandingan dengan bentuk pengaliran
sungai seperti bulu burung maupun paralel. Seperti yang telah dijelaskan pada
subbab (???) karakteristik geomorfologi DAS, bentuk aliran sungai
Cipunagara memiliki bentuk radial, sedangkan untuk bentuk pengaliran sungai
Ciliwung dan Cisadane adalah bentuk aliran paralel serta sungai Cidanau
berbentuk seperti bulu burung.
Pada grafik analisis aliran hidrologi (Gambar 13), DAS Cidanau dan
DAS Cisadane menunjukan respon yang relatif sama sejak tahun pertama
pengamatan sampai tiga setengah tahun pengamatan grafik aliran hidrograf
pada interval 0-110 m3/dtk/bln dari bulan ke-1 hingga bulan ke-37
dibandingkan dengan DAS Ciliwung yang memberikan respon maksimum lebih
rendah yakni 50 m3/dtk/bln dan DAS Cipunagara yang memberikan respon
hidrograf maksimum yang tinggi yakni 140 m3/dtk/bln dari kedua DAS
tersebut. Hal ini tentu dikarenakan oleh dua faktor utama yakni faktor
morfometri dan faktor meteorologi. Pada analisis grafik aliran hidrograf yang
ditampilkan dalam Gambar 13 dengan asumsi intensitas curah hujan bulanan
yang jatuh di daerah pengailiran sungai adalah merata namun memiliki faktor
fisiografis yang unik pada setiap daerah pengaliran sungai. Misalnya, DAS
Cidanau meskipun memiliki bentuk aliran sungai paralel dengan panjang sungai
utamanya 5.1 km, namun memiliki luas yang cukup besar yakni sekitar 485.4 ha
dan beda elevasi yg kecil yakni 87.5 m dpl atau sama dengan 1.73% (tergolong
landai) dengan kerapatan sekitar 3.45 km-1 ini menghasilkan debit aliran
limpasan di daerah SPAS yang cukup besar dan berpotensi menghasilkan banjir
yang cukup besar. Hal ini didukung dengan jumlah anak sungai yg cukup
banyak dengan orde 3 dengan panjang seluruh anak sungai sebesar 16.729 km.
33
2.67 km-1 tidak memberikan respon yang sesuai dengan teori yang ada. Hal ini
dikarena faktor morfometrinya yang berbeda dengan DAS Cipunagara, yakni
bentuk alirannya yang berupa paralel dan panjang aliran sungai yang tergolong
panjang dan nisbah percabangan yang relatif kecil yang telah menyebabkan
penyimpangan dari teori.
Dari hasil analisis ini nampak bahwa pola distribusi aliran sungai
merupakan proyeksi dari respon hidrologi terhadap faktor fisiografi dan faktor
meteorologi. Bentuk hidrograf yang dimiliki oleh suatu DAS relatif berbeda
sebab suatu daerah pengaliran aliran sungai yang mendapatkan masukan curah
hujan tertentu akan menghasilkan suatu hirograf aliran yang bentuk dan ukuran
tertentu pula menurut ruang dan waktu. Hal ini terjadi akibat adanya variasi
curah hujan dan kodisi DAS saat terjadinya hujan tersebut.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Pola distribusi aliran sungai merupakan respon akibat adanya pengaruh
dari karakteristik geomorfologi dalam suatu daerah aliran sungai.
2. Bentuk aliran hidrologi yang digambarkan dalam bentuk hidrograf
merupakan proyeksi dari pola distribusi aliran yang dipengaruhi oleh
besarnya curah hujan menurut ruang dan waktu terjadinya serta morfologi
dari suatu daerah aliran sungai.
3. Bentuk aliran atau koefisien bentuk, F menggambarkan potensi peluang
terjadinya banjir pada DAS dimana DAS yang memiliki bentuk jejaringan
sub DAS radial atau bentuk DAS yang membulat memiliki peluang yang
cukup besar dibandingkan dengan DAS lainnya yang memiliki bentuk
jejaringan sub DAS paralel maupun bulu burung atau bentuk DAS yang
memanjang.
b. Saran
1. Perlu adanya evaluasi lokasi Stasiun Pengamatan Aliran Sungai (SPAS)
dibeberapa titik rawan banjir seperti pada beberapa titik pertemuan anakan
sungai untuk setiap DAS yang memiliki nisbah percabangan besar dan DAS
yang memiliki bentuk jejaringan aliran radial, serta kemiringan sungai
utama yang terjal.
2. Perlu dilakukan validasi terhadap aliran hidrologi yang terbentuk akibat
variasi curah hujan yang terjadi pada setiap periode.
36
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Muhammad; Suryani, E; Tarigan, S.D; dan Agus, F. 2005. Optimasi
Perencanaan Penggunaan Lahan Dengan Bantuan SIG dan Soil and
Water Assessment Tool: Suatu Studi di DAS Cijalupang, Jawa Barat.
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Barus, B. dan Wiradisastra, U. 2000. Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen
Sumberdaya. Bogor; Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi,
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian. IPB Bogor
[BPDAS]. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung. 2005.
Laporan Monitoring dan Evaluasi SPAS Tahun 2005. Departemen
Kehutanan. Balai Pengelolaan DAS CitarumCiliwung.
_________. 2006. Laporan Monitoring dan Evaluasi SPAS Tahun 2006.
Departemen Kehutanan. Balai Pengelolaan DAS CitarumCiliwung.
_________. 2007. Laporan Monitoring dan Evaluasi SPAS Tahun 2007.
Departemen Kehutanan. Balai Pengelolaan DAS CitarumCiliwung.
_________. 2008. Laporan Monitoring dan Evaluasi SPAS Tahun 2008.
Departemen Kehutanan. Balai Pengelolaan DAS CitarumCiliwung.
Chorley, R. J. 1969. Introduction to Physical Hidrology. First Published.
Methtuen And Co. Ltd. London
Chow, Ven-Te. 1964. Handbook of Applied Hidrology. Mc Graw Hill Book, New
York.
Farida dan van Noordwijk, Meine. 2004. Analisis Debit Sungai Akibat Alih Guna
Lahan Dan Aplikasi Model Genriver Pada Das Way Besai,
Sumberjaya. AGRIVITA VOL. 26 NO.1. Edisi MARET 2004
Febriani, Corry. 2007. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dan Pengaruhnya
Terhadap Debit Aliran Sungai (Studi Kasus sub-DAS Cisadane Hulu,
Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian IPB.
Haeruman Js, Herman. 1989. Pengelolaan Catchment Area Danau Tempe. Makalah
Seminar Hasil Penelitian IPB Tahap V, Bogor
Halim, Abdul. 1990. Pengaruh Karakteristik Hidrologi Terhadap Limpasan
Permukaan DAS Ciliwung Hulu. Skripsi. Program Studi Mekanisasi
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Harjadi, Beny; Prakosa, Dodi; dan Wuryanta, Agus. 2007. Analisis Karakteristik
Kondisi Fisik Lahan DAS Dengan PJ Dan SIG Di DAS BenainNoelmina, NTT. Jurnal. Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2
(2007) p:74-79
Hendrayanto dan Rusdiana, Omo. 1991. Alih Ragam Hujan Menjadi Limpasan
Pada Dua Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Gunung Walat
37
Ery.
2008.
Pengelolaan
DAS
Brantas
Hulu.
http://tanah.brawijaya.ac.id/publikasi-ilmiah/Pengelolahan-DASBrantas-Hulu. Dipublis, 01 December 2008. Diakses 19 Maret 2009
Surgawan, Ittok Kasiwi Fajar. 2004. Analisa Tingkat Kekritisan DAS Di Sub DPS
Bango Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi. Tugas
Akhir. Jurusan Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,
Malang, Jawa Timur.
Suroso dan Susanto, Hery Awan. 2006. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan
Terhadap Debit Banjir Daerah Aliran Sungai Banjaran. Jurnal. Teknik
Sipil Universitas Jenderal Soedirman, Vol. 3 , No. 2, edisi Juli 2006
Suyono. 1986. Analisa Hidrograf Aliran Sungai Cimanuk Di Atas Leuwigoong
Kabupaten Garut Jawa Barat. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Trisnadi, Dinda. 2006. Optimasi Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Model
Simulasi Hidrologi DAS (Studi kasus di sub-DAS Ciliwung Hulu,
Jawa Barat). Skripsi. Departemen Manajemen Hutan Fakultas
Kehutanan IPB.
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1
Data Curah Hujan dan Debit Bulanan Daerah Penelitian
DAS
Ciliwung Hulu
feb
mar
apr
may
jun
jul
aug
sep
oct
nov
dec
2005
499
517
617
443
265
528
372
434
224
416
183
729
2006
51
166.2
176.9
150.8
55.8
18
15.1
2.3
20.2
23
2007
415
107
18
130
25
16
244
555
1241
2008
80.7
61.2
121.9
13.9
36.6
18.5
0.5
252.6
232.8
79.9
feb
mar
apr
may
jun
jul
aug
sep
oct
nov
dec
2005
27.2
23.18
12.09
37.4
8.51
2.17
1.49
3.93
5.08
3.339
5.9
34.91
2006
50.31
46.28
51.22
49.65
51.27
49.53
50.87
50.87
49.11
50.73
48.67
50.41
2007
51.45
45.78
50.35
48.76
50.33
48.66
50.35
50.02
48.51
50.38
48.62
50.62
2008
0.73468
3.2171
2.9278
0.3566
0.3094
0.4775
0.3055
0.1916
0.302
0.60354
0.8465
40
DAS
Cisadane
feb
mar
apr
may
jun
jul
aug
sep
oct
nov
dec
2005
294.8
188.8
131.9
127
138
88.3
50.7
27.5
14.9
15.3
378
452
2006
274
258.5
114.6
36.1
81.5
48
27.5
68
11.5
17
62.3
311
2007
205.6
126.5
128.5
107.5
96
97
59.6
30
89.5
192.4
81.3
331.2
2008
74.8
110.4
172
159.1
135.5
70.3
30
166
176
feb
mar
apr
may
jun
jul
aug
sep
oct
nov
dec
2005
67.46
26.89
59.04
58.36
60.84
67
58.83
56.95
71.27
71.26
65.36
75.05
2006
1.11
0.93
0.42
1.67
0.36
0.26
0.25
0.24
0.24
0.24
0.56
0.5
2007
19.48
13.97
21.58
21.88
24.52
21.1
23.48
17.06
28.16
23.25
27.64
32.46
2008
1.3071
1.04574
1.2622
1.322
1.1865
1.0301
0.9915
1.0379
1.1169
1.0186
1.31532
0.887
41
DAS
Cicangkeudan
SubDAS Cidanau
data curah hujan bulanan
jan
feb
mar
apr
may
jun
jul
aug
sep
oct
nov
dec
2005
593.5
228.5
153
62
113.5
185.4
225
67.5
65.8
75
142
418.1
2006
368
533
335
313
328
38.5
0.5
30
86
169
2007
267.5
379
599
142.5
112
97.5
30
1.5
105.5
24
348.5
2008
209.7
67.9
29
74.5
30.8
135.1
271.3
365.8
120
44
feb
mar
apr
may
jun
jul
aug
sep
oct
nov
dec
2005
3.05
2.94
3.25
2.57
2.62
2.55
2.81
2.62
2.52
2.53
2.6
3.09
2006
9.22
3.95
4.44
4.76
5.7
5.3
4.04
3.21
3.86
2.44
2.01
2.69
2007
2.73
3.07
4.27
4.18
3.47
2.67
2.56
2.18
1.53
1.44
1.18
2.02
2008
7.39
6.63
8.48
7.48
6.7
5.86
5.5
3.96
3.53
3.77
4.52
7.16
42
DAS
Ciawitail
SubDAS Cipunagara
data curah hujan bulanan
jan
feb
mar
apr
may
jun
jul
aug
sep
oct
nov
dec
2005
438.9
738.6
968
188.2
41.7
293.9
138.9
48.8
129
48
1.3
2006
561.6
358.4
228.9
202.2
21.1
7.1
5.6
23.4
143.8
164.8
172
382
2007
496.1
424.9
439.9
468.4
102.1
192.8
45.2
20.8
20.3
104.1
252.3
261.2
2008
315
401.5
464
270
195.8
55
11.9
7.3
0.5
11.8
138.1
173.5
feb
mar
apr
may
jun
jul
aug
sep
oct
nov
dec
2005
10.848
25.276
21.65
7.516
2.645
2.56
6.693
11.119
26.991
2006
26.59
20.04
1.05
5.56
6.49
5.87
3.97
5.34
5.59
4.94
5.77
2007
13.19
8.66
1.29
1.14
1.52
1.43
0.31
0.28
3.78
0.15
0.26
1.08
2008
84
84.9
38.5
37.2
15
4.3
4.1
5.5
23
37.3
43
Lampiran 2.
USDA_ORDER SISTEM_DS
Distropepta
Inceptisol
Aluvial
Etropepta
Inceptisol
Aluvial
Entisol
Regosol
DAS Cicangkeudan
USDA_GREAT USDA_ORDER SISTEM_DS
Distropepta
Inceptisol
Aluvial
DAS Cisadane
USDA_GREAT
USDA_ORDER SISTEM_DS
Hidrakwenta
Entisol
Regosol
KETERANGAN
Tanah agak lapuk iklim panas dengan nilai jenuh tanah bawah basa yang
rendah
Tanah iklim panas agak lapuk dengan kejenuhan basa
KETERANGAN
Tanah tak-lapuk, jenuh permanerr, yang lembut bila terinjak dan sebagian
besar bertekstur halus
KETERANGAN
Tanah agak lapuk iklim panas dengan nilai jenuh tanah bawah basa yang
rendah
KETERANGAN
Tanah tak-lapuk, jenuh permanerr, yang lembut bila terinjak dan sebagian
besar bertekstur halus
44
lanjutan
INFILTRASI
DESC_IND
Punggung bukit yang sangat curam di atas sedimen
bertufa
Bukit curam di atas napal dengan singkapan-singkapan
batuan
SOIL_TYPE
INFILTRASI
0.1 - 0.2
INFILTRASI
< 0.04
< 0.04
< 0.04
SLOPE_% RELIEF
LEBAR_PUNC
Dystropepts
41-60
51-300
<50
Eutropepts
26-40
51-300
501-2000
DESC_IND
Gunung berapi strato muda basa/sedang
SOIL_TYPE
Dystrandepts
SLOPE
41-60
RELIEF
>300
LEBAR_PUNC
<50
DESC_IND
Dataran berbukit kecil diatas tufa vulkanik asam
SOIL_TYPE
Dystropepts
SLOPE
26-40
RELIEF
11-50
LEBAR_PUNC
201-500
SOIL_TYPE
Dystrandepts
SLOPE
41-60
RELIEF
>300
LEBAR_PUNC
<50
INFILTRASI
DESC_IND
0.1 - 0.2
Gunung berapi strato muda basa/sedang
Sumber : BPDAS Citarum Ciliwung
45
lanjutan
LEBAR_LEMB
25-200
25-200
LITOLOGI
Fine-Grained thephra shale, tuffite, mudstone, sandstone
Marl, limestone, sandstone
TEKSTUR
Agak halus/ halus
halus/halus
CH_TAHUN_mm
1400-3700
2300-4500
Z200_MM
3-9
5-1
LEBAR_LEMB
LITOLOGI
Andesite, basalt, fine-grained tephra, coarse-grained
tephra, alluvium-recent volcan
TEKSTUR
Sedang / agak
halus
CH_TAHUN_mm
Z200_MM
1600-5000
4-10
LITOLOGI
TEKSTUR
Tefra berbutir halus, aluvium muda berasal dari vulkanik,
halus/halus
tufit, bereksi
CH_TAHUN_mm
Z200_MM
2300-4000
3-9
CH_TAHUN_mm
Z200_MM
1600-5000
4-10
None
LEBAR_LEMB
25-200
LEBAR_LEMB
LITOLOGI
Andesite, basalt, fine-grained tephra, coarse-grained
None
tephra, alluvium-recent volcan
Sumber : BPDAS Citarum Ciliwung
TEKSTUR
Sedang / agak
halus
46
lanjutan
Z100_MM
0-6
0-4
TMIN_oC
21
21
TMAK_oC
32
31
LUAS_M2
5123966
434418
luas_Ha
512.397
43.442
Z100_MM
0-5
TMIN_oC
13
TMAK_oC
31
LUAS_M2
1552138
luas_Ha
155.214
Z100_MM
0-4
TMIN_oC
23
TMAK_oC
32
LUAS_M2
4853770
luas_Ha
485.38
Z100_MM
TMIN_oC
TMAK_oC
0-5
13
31
Sumber : BPDAS Citarum Ciliwung
LUAS_M2
1452000
luas_Ha
145.2
47