You are on page 1of 8
ISSN 2086-6550 PENGARUH LATIHAN RANGE of MOTION (ROM) TERHADAP. KEKUATAN OTOT, LUAS GERAK SENDI DAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PASIEN STROKE DIRS SINT CAROLUS JAKARTA Ns. Maria Astrid, M.Kep., Sp.MB” Prof. Dra. Elly Nurachmah, S.Kp., M-App.Sc., DN.Sc., RN“? Prof. Dr. Budiharto, drg., SKM. ” Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Sint Carolus Jakarta “ Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia “"’ Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ABSTRAK Stroke adalah sindrom Klinis berupa gangguan fungsi otak sebaginn atau seluruhnya yang diakibatkan ‘oleh gangguan suplai darah ke otak. Stroke dapat berdampak pada berbagai fungsi tubuh, di antarenya adalah defisit motorik berupa hemiparese. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot, Ins gerak sendi (LGS) dan kemampuan fungsional pasien stroke di RS Sint Carolus Jakarta, Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experiment pre dan post test design dengan kelompok kontrol. Jumlah sampel penelitian 30 responden terdiri dari 15 orang pasien stroke dalam kelompok intervensi yang diberikan penanganan standar rumah sakit dan latihan ROM 4 kali sehari selama 7 hari dan 15 orang pasien stroke dalam kelompok kontrol yang hanya diberikan penanganan standar rumah sakit tanpa diberikan tambahan latihan ROM 4x sehari selama 7 hari. Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji t-test independen dan ji t-test dependen, Hasil penelitian menunjukkan kekuatan ‘tot meningkat (p=0,000) dan kemampuan fungsional meningkat (p=0,000) secara signifikan setelah diberikan latihan ROM. Karakteristik demografi jenis kelamin tidak berhubungan dengan kekuatan otot namun berhubungan dengan kemampuan fungsional. Sedangkan umur, frekuensi stroke dan jenis stroke tidak berhubungan dengan kekuatan otot dan kemampuan fungsional. Kesimpulan penelitian i ‘adalah latihan ROM berpengaruh terhadap peningkatan Kekuatan otot dan kemampuan fungsional. ju perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dan penggunaan latihan ini sebagai intervensi mandiri dalam asuhan keperawatan pasien stroke. Kata kunci: stroke, hemiparese, latihan ROM, kekuatan otot, LGS, kemampuan fungsional. Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Kekwatan Otot... (M.Astrid, et.al) 175 ABSTRACT Stroke is a clinical syndrome manifested by impairment of a whole or partial brain function caused by blood supply disruption to the brain, Stroke can have an effect on many functions of the body. The most obvious motoric deficit effect is hemiparese, The aim of this study is to identify the effect of ROM exercise to muscle strength, joint range of motion and functional ability of patient with stroke at Sint Carolus Hospital Jakarta. A quasi experimental with control group pretest-posttest design was used in this study. The total samples of 30 patients with stroke were selected by a consecutive sampling method, The subjects was divided into the intervention group consists of 15 patients who were given a standard hospital tretitment and ROM exercise four times a day for 7 days; and the control group consists of 15 patients who were given only a standard hospital treatment without ROM exercise four times a day for 7 days. T-test independen and t-test dependen were used to analyse the effect of ROM exercise to muscle strength, joint range of motion and functional ability. The result showed that muscle strength (p=0,000) and functional ability (p=0,000) were significantly improved after given ROM exercise. Sex was not related to muscle strength but related to functional ability. Whereas, age, frequency of stroke attack and type of stroke were not related to muscle strength and functional ability. It was concluded that ROM exercise had an effect to muscle strength and functional ability. This study recommended on the needs of further research, and the use of this exercise as an independent nursing intervention in providing care to stroke patient. Key words: stroke, hemiparese, ROM exercise, muscle strength, joint range of motion, functional ability. 176 J Reperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. 1No, 4, Juni 2011 : 175-182 1, Pendahuluan ‘Stroke merupakan masalah keschatan utama di masyarakat, Kondisi abnormal pembuluh darah otak, yang dikarakteristikkan oleh adanya perdarahan di dalam otak atau pembentukan embolus atau trombus yang menyumbat arteri, mengakibatkan iskemik jaringan otak yang pada kondisi normal diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut.” Angka Kejadian stroke meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Data tahun 2007 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa sebanyak 15 juta orang per tahun di seluruh dunia terkena stroke (World Health Report, 2007). Temuan Yayasan Stroke Indonesia _(Yastroki, 2007) mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan angka kejadian stroke tertnggi di Asia Defisit kemampuan jangka panjang yang paling umum terjadi karena stroke adalah hemiparesis atau hemiplegia, yang akhirnya akan mengakibatkan pasien _mengalami komplikasi (Lewis, 2007), Komplikasi_yang dapat terjedi pada pasien stroke di antaranya adalah pembentukan trombus yang dapat ‘mengakibatkan — terjadinya Deep Vein Thrombosis (DVT); atrofi_ otot, _jatuh, penurunan fleksibilitas sendi yang dapat mengakibatkan terjadinya kontraktur dan nyeri sendi. Mecready (2007) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa insiden terjadinya komplikasi pada pasien stroke berkisar antara 40-60% dan memberikan dampak buruk pada kondisi pasien. Komplikasi tersebut tidak hanya membatasi pasien untuk mandiri dalam melakukan Activity Daily Lives (ADL), namun juga meningkatkan ketergantungan pasien pada eluarga dan memiliki dampak ekonomi terhadap pasien, keluarga dan masyarakat. Peran rehabilitasi sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan disability jangka panjang yang bersifat serius pada pasien stroke (Umphred, 2001). Rehabilitasi bertujuan untuk membantu pasien mencapai dan mempertahankan kemandirian dalam melakukan ADL (Hoeman, 1996). Latihan Range of Motion (ROM) adalah salah satu bentuk intervensi fundamental perawat ‘yang merupakan bagian dari proses rehabilitasi pada pasien stroke. Lewis (2007) ‘mengemukakan bahwa sebaiknya latihan pada pasien stroke dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah komplikasi. Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta merupakan rumah sakit dengan jumlah pasien stroke yang dirawat cukup banyak. Diketahui jumlah pasien stroke hemoragik pada tahun 2006 sebanyak 122 orang dan pasien stroke non hemoragik sebanyak 211 orang. Sedangkan pada tahun 2007, pasien stroke hemoragik dan non hemoragik yang dirawat adalah scbanyak 109 orang dan 239 orang. Melihat kondisi tingginya angka kejadian stroke, komplikasi yang dapat ditimbulkan, serta peran perawat yang sangat penting dalam upaya pencegahan cacat permanen pada pasien stroke, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot, luas gerak sendi dan kemampuan fungsional pasien stroke di RS Sint Carolus Jakarta, Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot, luas gerak sendi dan kemampuan fungsional pasien stroke dan untuk mengetahui apakah faktor-faktor perancu, seperti: usia, jenis kelamin, frekuensi stroke, jenis stroke berhubungan dengan kekuatan otot, luas gerak sendi dan kemampuan fungsional pasien stroke, 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experiment pre dan post test design dengan kelompok kontrol (group controf), untuk meneliti pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot, luas gerak sendi dan Kkemampuan fungsional pada _kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Total sampel sebanyak 30 responden yang dibagi menjadi kelompok intervensi sebanyak 15 orang pasien Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Kekuatan Otot... (MAstrid et.al) 177 swroke yang diberikan penanganan standar remsh sakit dan Iatihan ROM 4 kali schari selams 7 hari, dan kelompok kontrol sebanyak 15 orang pasien stroke yang hanya diberikan pesanganan standar rumah sakit. Penilaian Kekwstan oot, luas gerak sendi dan Aemampuan fungsional responden dilakukan pads hari pertama dan ke tujuh untuk kedua Kelompok responden, Populasi_—_ dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke rawat inap yang mengalami hemiparese di RS Sint Carolus Jakarta pada bulan Mei ~ Juni 2008. Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji (test independen dan t-test dependen. Tempat penelitian dilakukan di RS Sint Carolus Jakarta di ruang perawatan dewasa. Waktu penclitian dilaksanakan dari tanggal 1 Mei sampai 30 Juni 2008. lat pengumpulan data yang digunakan adalah format pengkajian karakteristik responden; format penilaian kekuatan otot, fuas gerak sendi dan kemampuan fungsional; goniometer; skala kekuatan otot, dan Index Barthel. Analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis tnivariat dari karakteristik responden, rerata kekuatan otot, rerata luas gerak sendi ddan rerata kemampuan fungsional pasien stroke. Analisis bivariat dengan uji t-test independen dan test dependen digunakan untuk mengetahui pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan tot, luas gerak sendi_ dan kemampuan fungsional. Analisis multivariat dengan uji General Linear Model untuk mengetahui hubungan faktor perancu (usia, jenis kelamin, frekuensi stroke, jenis stroke) dengan kekuatan otot, luas gerak sendi dan kemampuan fungsional. 3. Hasil Penelitian dan pembahasan a, Karakteristik responden Tabel 3.a Distribusi Responden Berdasarkan Umur (N=30) Fas ae Mes Medien 50 Min 95% ie. Mak imate 136 a i 7 74 62,7 Fears Sa] 61, a 45704 Tabel 3.b Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Frekuensi Stroke dan Jenis Stroke (N=30) Variabel nm Persentase T, denis Kelamin: Laki-laki 16 53% Perempuan 14 47% 2, Frekuensi Stroke Serangan pertama 22 B% Serangan 8 2% kedua/lebih 3. Jenis stroke: Stroke hemoragik 8 2% Stroke non 2 B% hemoragik 1) Umur Rerata umur responden adalah 60,27. Usia termuda dari seluruh responden adalah 25 tahun (3,33%) dan umur tertua adalah 85 tahun. Responden terbanyak berumur antara 41-65 tahun yaitu sebanyak 20 orang (66,7%). Angka kejadian stroke meningkat seiring pertambahan umur (Lewis, 2007). Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai 50 tahun, setiap penambahan usia tiga tahun meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%, dengan _peningkatan bertambah seiring usia (Feigin, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Survei ASNA di 28 rumah sakit seluruh Indonesia ‘mengungkapkan bahwa dari profil umur pasien stroke didapatkan hasil bahwa profil usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, 178 J Reperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. 1No. 4, Juni 20H : 175-182 usia 45-61 tahun berjumlah 54,2%, dan di atas usia 65 tahun 33,5% (dalam Misbach, 2007). Usia termuda responden adalah 25 tahun sebanyak 1 orang. Secara teori, hampir 4% Kejadian stroke terjadi pada orang berusia antara 15 dan 40 tahun (Feigin, 2007). Pada Kasus ini, responden tersebut memiliki riwayat stroke dan hipertensi dalam keluarga (orang tua kandung). Riwayat’ stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun, dapat pula meningkatkan risiko terkena stroke (Feigin, 2006). 2) Jenis Kelamin, Frekuensi dan Jenis Stroke i Serangan stroke lebih banyak terjadi pada laki- laki dibandingkan perempuan (Lewis, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa_pasien laki-laki lebih banyak (53,3%) dibandingkan pasien perempuan (46,7%). Frekuensi serangan stroke terbanyak adalah serangan stroke pertama sebanyak 73%, Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil survey statistik yang dilaporkan oleh U.S. Centers for Disease Control and Prevention dan the Heart Disease and Stroke Statistics (2007) yang mengungkapkan bahwa di Amerika Serikat tiap tahunnya Kurang lebih 700 ribu orang mengalami stroke dan dari jumlah itu, sckitar 500 ribu merupakan serangan pertama dan 200 ribu merupakan serangan stroke berulang. Jenis stroke terbanyak adalah stroke non hemoragik/iskemik (73%). Hal ini dapat diakibatkan adanya pergeseran gaya hidup di area perkotaan, termasuk di antaranya ebiasaan merokok, obesitas, diit tinggi kandungan lemak sehingga memudahkan terbentuknya plak aterosklerotik yang. akan mengakibatkan terjadinya stroke iskemik, Hickey (2003) mengungkapkan bahwa angka stroke hemoragik kurang lebih 15% dari seluruh Kejadian stroke. Walaupun angka kejadiannya relatif kecil tetapi jenis stroke ini memiliki tingkat kematian 2 sampai 6 kali lebih besar dibandingkan stroke iskemik. b. Rerata kekuatan otot dan kemampuan fungsional Tabel 3.¢ Distribusi rerata kekuatan ofot dan kemampuan fungsional (N=30) Varisb Jens Sean Mien 50 Min 95500 en. a Kuntar —Taterenst 29530 Fr eben kona’ 222121329 Kast aot —Tnievens’ 4251025 hea sco Manvel 2192125 tate Fangs] —Tntervenst 66 6025730. — $2 seeks Kono!” $73) KG 95 IL 2 ar Tage tes Ta 30. ma femel 617 "a io 2 sik 951s c. Pengarub latihan ROM terhadap kekuatan otot dan kemampuan fungsional Tabel 3.3 Distribusi perbedaan rerata kekuatan otot dan kemampuan fungsional sebelum dan sesudah intervensi (N=30) Vari Kelp Tat» Mea SD SEP M. sale Kaatoot taste Sablon 1539709020100 Serie 15 42 a: Keoaiol—Sebeln 152313 037 Send 152013) Fungi —__IniveanlSebelun 15 66.2376 00 Sevodh 15 M3172 _44 Kosta Secs 15 $71 186480000 Seni 15 Gig? 17846 1) Kekuatan otot Rata-rata Kekuatan otot_meningkat antara sebelum intervensi (2,93) dan _sesudah intervensi (4,2). Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa tidak terdapat adanya perbedaan yang signifikan rata-rata kekuatan tot antara responden yang berumur < 60 tahun dengan responden yang berumur > 60 tahun. Diketahui juga bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kekuatan otot antara responden yang mengalami serangan pertama dengan responden yang mengalami serangan kedua atau lebih dan tidak ditemukan pula adanya perbedaan rata-rata kekuatan otot antara stroke non hemorhagik dengan stroke hemorhagik. Pengarvh Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Kekuatan Otot .. (M.Astrid, et.al) 179 Pada analisis multivariat, ditemukan bahwa faktor perancu: usia, jenis kelamin, frekuensi dan jenis stroke tidak berhubungan dengan kekuatan otot Pada penelitian ini didapatkan _adanya peningkatan rerata kekuatan tot antara sebelum dan sesudah latihan ROM pada kelompok intervensi, Penelitian ini juga menunjukkan bahwenilai kekuatan otot pada kelompok yang dilakukan intervensi berbeda dengan kekuatan otot pada kelompok yang tidak dilakukan intervensi. Hal ini terlihat dari nilai p value=0,000 (a=0,05). Hal ini berarti bahwa latihan ROM berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot pasien stroke. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sitorus, (2007) juga menunjukkan bahwa latihan mobilisasi terstruktur, seperti ROM, dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke, Penelitian lain yang dilakukan Kwakkel, dkk (1997) juga menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara_ intensitas rehabilitasiterhadap efek rehabilitasi yang terlihat pada pasien setelah serangan stroke (AHA, 1997). Secara konsep dikatakan bahwa pemulihan ekstremitas lebih banyak ditentukan oleh pemulihan fungsional jaringan otak, ada tidaknya penyakit penyerta yang menghambat peningkatan kekuatan otot dan intensitas program rehabilitasi yang dilakukan (Umphred, 2001). Otot-otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya jika tidak digunakan. Latihan ROM adalah latihan pergerakan rentang semua sendi dalam rentang normainya yang perlu dilakukan secara intensif untuk mempertahankan tonus & fungsi otot, mencegah disabilitas sendi dan membantu perbaikan fungsi motorik (Hickey, 2003). 2) Kemampuan fungsional Rata-rata kemampuan fungsional sebelum intervensi pada kelompok intervensi adalah 66,00 dan sesudah intervensi adalah 84,33. Hal ini berarti bahwa rata-rata_kemampuan fungsional meningkat setelah dilakukan latihan ROM meskipun rata-rata ~_peningkatan kemampuan fungsional pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan rata-rata peningkatan kemampuan fungsional pads _kelompok intervensi. Rata-rata kemampuan fungsional meningkat, baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Dalam analisis multivariat, ditemukan bahwa variabel perancu: umur, frekuensi dan jenis stroke tidak berhubungan dengan kemampuan fungsional. Penelitian ini juga mengungkapkan baiwa baik itu latihan ROM yang dilakukan 4 kali sehari maupun latihan ROM yang diberikan hanya 1 kali sehari sama-sama berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan fungsional. Hal ini terlihat dari nilai p value=0,000 (a=0,05). Perelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tseng, Chen, Wu, & Lin (dalam Journal Advanced Nursing, 2007) juga mengungkapkan hasil yang sama behwa latihan ROM dapat meningkatkan kemampuan fungsi aktivitas pasien stroke. Hoeman, (1996) mengatakan bahwa tujuan rehabilitasi untuk pasien stroke adalah membantu pasien untuk mendapatkan kemandirian maksimal dan rasa aman saat melakukan ADL. Latihan ROM merupakan agian dari proses rehabilitasi untuk mencapai tujuan tersebut. Latihan beberapa kali dalam sehari dapat mencegah terjadinya komplikasi yang akan menghambat pasien untuk dapat mencapai kemandirian dalam melakukan funginya sebagai manusia (Lewis, 2007). Rerata Iuas gerak sendi « Tabel 3.d Distribusi rerata luas gerak sendi (N=30) Variabel] deals| Waktu | CGS] UGS normal Kelp._|_uiur_|

You might also like