You are on page 1of 7

METODE PENELITIAN KOMUNIKASI 3

ANALISIS SEMIOTIK
Danus Ardiansah 5F3.1 B06210003
Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya

A.

Pengertian dan Macam-macam Semiotik


Secara Etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda.

Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang
terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara
Terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas
objek-objek, peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1979:6).1
Van Zoest (1996:5) mengartikan semiotik berasal dari ilmu tanda (sign) dan segala
sesuatu yang berhubungan dengannya: cara fungsinya, hubungannya dengan kata lain,
pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Preminger
(2001:89) juga mengatakan bahawa semiotic adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena social dan kebudayaan merupakan tanda-tanda. Semiotik
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tandatanda tersebut mempunyai arti.
Ferdinand de Saussure (1857-1913) memiliki anggapan bahwa linguistik
hendaknya menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan umum tentang tanda, yang disebut
semiologi. Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak bisa ditiadakan
bagi penafsir dalam upaya mengembangkan pragmatism. Seorang penafsir adalah yang
berkedudukan sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya.
1. Hubungan penalaran dengan jenis penandanya :

a. Qualisms

: penanda yang bertalian dengan kualitas

b. Sinsigns

: penanda yang bertalian dengan kenyataan

c. Legisigns

: penanda yang bertalian dengan kaidah.

Alex Sobur. Analisis Teks Media Suatu Pengatar, Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing.
(Bandung :Remaja Rosdakarya. 2009) Hal. 95

2. Hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya


a. Icon

: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang


serupa dengan bentuk objeknya.

b. Index

: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang


mengisyaratkan petandanya.

c. Symbol

: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang


oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan oleh
masyarakat.

3. Hubungan pikiran dengan jenis petandanya


a. Rheme or seme
Penanda yang bertalian dengan mungkin terpahaminya objek petanda bagi
penafsir.
b. Dicent or decisign or pheme
Penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya.
c. Argument
Penanda yang petandanya akhir bukan suatu benda tetapi kaidah.

Macam-macam Semiotik, yakni

a. Semiotik analitik : Semiotik yang menganalisis sistem tanda yang


menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna.
b. Semiotik deskriptif : Semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat
kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang
kita saksikan sekarang.
c. Semiotik Faunal : Semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang
dihasilkan oleh hewan.
d. Semiotik Kultural : Semiotik yang khusus menelaah sistem tanda dalam
kebudayaan masyarakat tertentu.
e. Semiotik Naratif : Semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang
berwujud mitos atau cerita lisan.
f. Semiotik Natural : Semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam.

g. Semiotik Normatif : Semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat
oleh manusia yang berwujud norma-norma dan aturan.
h. Semiotik Sosial ; Semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
manusia yang berwujud lambang.
i. Semiotik Struktural ; Semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

Aliran-aliran dalam Semiotik :


a. Aliran Semiotik Konotasi (Roland Barthes)
Menelaah sistem tanda yang tidak berpegang pada makna primer, tetapi melalui
makna konotasi.
b. Aliran Ekspansionis (Julia Kristeva)
Menelaah sistem tanda yang menggunakan konsep di dalam linguistic ditambah
dengan konsep yang berlaku dalam psikoanalisis dan sosiologi.
c. Aliran Behavioris (Morris)
Mengembangkan teori semiotic dengan jalan memanfaatkan pandangan yang
berlaku dalam psikologi yang berpengaruh pada linguistic.

B.

Semiotik dan Strukturalisme

Menurut Charles Morris, ada tiga cabang dalam semiotic, yakni :


a. Sintaktika : Ilmu bahasa yang mengkaji penggabungan satuan-satuan lingual
yang berupa kata untuk membentuk satuan kebahasaan yang lebih besar
seperti frase, klausa, kalimat, dan wacana.
b. Semantika : Disiplin ilmu bahasa yang membahas makna satuan lingual,
baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
c. Pragmatika : Disiplin ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam
komunikasi.

Strukturalisme merupakan paham filsafat yang memandang dunia sebagai realitas


berstruktur. Peran linguistic Saussurean berperan penting dalam memperkenalkan
linguistic dalam sebuah sistem. Strukturalisme adalah teori yang menyatakan bahwa

seluruh organisasi manusia ditentukan secara luas oleh struktur social atau psikologi yang
berkaitan dengan maksud, keinginan, maupun tujuan manusia.
Menurut McQuail (1991:181), semiotic adalah ilmu umum tentang tanda dan
mencakup strukturalisme dan hal-hal lain yang sejenis dan berkaitan dengan signifikasi.
Tanda adalah setiap kesan bunyi yang berfungsi sebagai signifikasi sesuai yang berarti,
suatu objek atau konsep dalam dunia pengalaman yang ingin dikomunikasikan.
Sedangkan menurut Saussure, tanda mempunyai dua entitas, yaitu signifier dan
signified atau wahana tanda dan makna atau penanda dan petanda. Petanda adalah segala
sesuatu yang dikerjakan oleh aktivitas mental seseorang sebagai penanda. Saussure juga
menambahkan bahwa tanda telah mengekspresikan gagasan sebagai kejadian mental yang
berhubungan dengan pikiran manusia. Jadi secara implicit tanda dianggap sebagai alat
komunikasi antara dua orang manusia yang secara disengaja dan bertujuan menyatakan
maksud. Semiotik bagi Peirce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence), atau
kerja sama tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant).

C.

Semiotik sebagai Suatu Bidang Kajian


Semiotik merupakan suatu usaha untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang

dipertanyakan lebih lanjut, ketika kita membaca atau mendengar suatu naskah atau narasi.
Analisisnya bersifat pragmatic, dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari halhal yang tersembunyi di balik sebuah teks.
Metode semiotic tidak dipusatkan pada transmisi pesan, melainkan pada penurunan
dan pertukaran makna. Penekanan disini bukan pada tahapan proses, melainkan teks dan
interaksinya dalam memproduksi dan menerima suatu kultur budaya, difokuskan pada
peran komunikasi dalam memantapkan dan memelihara nilai-nilai dan bagaimana nilainilai tersebut memungkinkan komunikasi memiliki makna.
Menurut Roland Barthes, semiotic adalah ilmu mengenai bentuk. Studi ini
mengkaji signifikasi yang terpisah dari isinya. Semiotik tidak hanya meneliti mengenai
signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat tanda. Teks yang dimaksud
Roland Barthes tidak hanya berkaitan dengan aspek linguistic. Semiotik dapat meneliti teks
di mana tanda-tanda terkodofikasi dalam sebuah sistem. Dengan demikian, semiotic dapat
meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, iklan, fashion, fiksi, puisi, dan drama.

D.

Tanda, Makna, dan Mitos

Tanda sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah criteria seperti
nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan, dan keinginan. Charles Sanders Peirce, seorang ahli
filasafat dari Amerika, menegaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan sarana tanda.
Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan
pemilahan antara apa yang disebut signifier dan signified.
Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Signified
adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Hubungan
antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental dinamakan signification. Signification
adalah upaya member makna terhadap dunia. Hubungan diantara keduanya bersifat arbitrer
dan hanya berdasarkan konevnsi, kesepakatan, atau peraturan dari kultur pemakai bahasa
tersebut.
Sifat arbitrer antara signifier dan signified serta kaitan antara kedua komponen ini
menarik bila dikaitkan dengan kekuasaan. Maksudnya bagaimana kekuasaan atau pihak
yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan
signifier. Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak ke luar kaidah
tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan
bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian makna tambahan
(connotative) dan arti penunjukkan (denotative).
Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di
dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi,
yaiutu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes
untuk menujukkan signifikasi tahap kedua. Denotasi adalah apa yang digambarkan tanda
terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya (Fiske,
1990:88).
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui
mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek
tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah
mempunyai suatu dominasi.
Mitologi dan cerita-cerita rakyat yang dapat member indikasi ke arah fakta-fakta
sejarah dari suatu suku-bangsa dapat hidup secara lisan, dan bersangkutan dengan tulisan
tradisional, maupun tulisan secara tertulis.

Dalam pandangan Umar Junus, mitos tidak dibentuk melalui penyelidikan, tapi
melalui anggapan berdasarkan observasi kasar yang digeneralisasikan. Oleh sebab itu,
segala peraturan dalam kehidupan kita biasanya diterangkan dengan suatu alas an mitos.
Dengan kekuaatan mitos yang ada padanya, peraturan itu diharapkan akan dapat begitu
mencengkam kehidupan kita sehingga kita takut untuk melanggarnya.

E.

Semiotik Komunikasi dan Bahasa Simbolis

Secara substansial, semiotik adalah kajian yang concern dengan dunia symbol.
Alasannya, seluruh isi media massa pada dasarnya adalah bahasa (verbal), sementara
bahasa merupakan dunia simbolik (Hamad, 2000:77). Bahasa adalah alat komunikasi atau
alat penghubung antarmanusia. Komunikasi antarmanusia diadakan antara lain dengan
menggunakan bunyi yang dihasilkan alat ucap. Komunikasi antarmanusia juga dapat
menggunakan bentuk lain, yaitu dengan simbol-simbol.
Ditinjau dari perkembangan sejarah, bahasa dapat dibedakan menjadi : bahasa
lisan, bahasa tulis, dan bahasa simbolis. Ada beberapa ungkapan dari A. H Baker mengenai
bahasa simbolis.
Pertama, manusia sadar dalam bahasa, angan-angan yang memakai fantasi dan
konsep-konsep. Bertindak tanpa berpikir ialah situasi limit, seperti pula berbicara tanpa
bertindak. Komunikasi simbolis mengandaikan kesadaran mendalam dan karena itu,
menuntut penyertaan bahasa. Tindakan simbolis dan symbol-simbol baru mendapat arti
yang definitive dengan adanya bahasa.
Kedua, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Artinya penuh
tanda Tanya atau hal-hal yang mesti diungkap maksud dan arti yang terkandung dalam
simbolnya. Sesuatu yang simbolis jika diberi penjelasan-penjelasan, akan berkurang daya
simbolisnya. Simbol dan tindakan simbolis sendiri dapat berkembang.
Ketiga. Bahasa simbolis terletak di tengah antara bahasa mitis dan alegoris seperti
halnya pula berlaku dalam tindakan simbolis. Jika komunikasi melebihkan kesatuan
identitasnya, maka bahasa tidak lagi penyingkapan, tapi hanya mengungkakan identitas itu
dalam suasana mistis.

Keempat, dalam diri manusia terdapat tendensi untuk mempertahankan simbolisme


kuno. Hal ini menjamin komunikasi vital yang sudah ada dengan aman. Ini merupakan segi
lain dari sikap mitis. Manusia pun dapat mengambil tendensi untuk terus-menerus mencari
hal-hal baru agar dapat menemukan bentuk symbol baru, agar lebih segar dalam
mengekspresikan dirinya dalam suasana simbolis yang baru. 2

Alex Sobur. Analisis Teks Media Suatu Pengatar, Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing.
(Bandung :Remaja Rosdakarya. 2009) Hal. 131-142

You might also like