You are on page 1of 11

OPTIMASI DENGAN METODE DAKIAN TERCURAM

Marwan
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Syiah Kuala, Jln. Syekh Abdur Rauf No. 3 Darussalam, Banda Aceh 23111
email: marwan.ramli@math-usk.org

ABSTRACT
Response surface methodology is one of the statistical and mathematical techniques is used to
analyze case of some independent variables which influence dependent variables or responses, and
aim to measure optimum value from the response. Method of the steepest ascent and descent is part of
the response surface methodology in determining optimum response also central composite design to
measure optimum value. In the first steps, if will be consider the first model and the second one. The
case study of this research is an experiment of purify oxygen as response observed, temperature (T)
and pressure ratio (R) as variable which are influence respond. At the beginning, the temperature T =
- 220oC and pressure ratio R = 1.2 atm, by applying method of steepest ascent and descent will be
figured out maximum area at the 6th sequence and minimum area at the 4th sequence. At the final
process of determining optimum value with central composite design will be known maximum value at
the temperature -190.3 oC and pressure ratio 1.417 atm with 87.82 purifying of oxygen response,
however the minimum point un-appropriate with the minimum condition.
Keywords: method of steepest slope, optimization, maximum response

ABSTRAK
Metode permukaan respon merupakan suatu teknik statistik dan matematika yang digunakan
untuk menganalisis permasalahan yang terkait dengan respon serta bertujuan untuk menentukan nilai
optimum dari respon itu. Metode dakian tercuram merupakan bagian dari metode permukaan respon
dalam menentukan daerah respon optimum serta rancangan komposit pusat untuk menentukan titik
optimum. Pada tahap awal akan diduga model orde pertama dan model orde kedua. Contoh kasus
pada penelitian ini adalah suatu percobaan pemurnian oksigen sebagai respon yang diamati, suhu
(T) dan rasio tekanan (R) sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi respon. Kondisi awal
percobaan pada suhu T = -220 oC dan rasio tekanan R =1.2 atm, dengan menerapkan metode dakian
tercuram diketahui daerah maksimum terjadi pada lintasan ke-6, pada proses akhir dalam penentuan
titik optimum dengan rancangan komposit pusat dan diketahui titik maksimum berada pada suhu
reaksi 190.3 oC dan rasio tekanan sebesar 1.417 atm dengan 87.82 dugaan respon pemurnian
oksigen.
Kata kunci: metode dakian tercuram, optimasi, respon maksimum

34

Jurnal Mat Stat, Vol. 10 No. 1 Januari 2010: 34-44

PENDAHULUAN
Salah satu usaha manusia untuk mengembangkan ilmu dan teknologi adalah melalui kegiatan
penelitian. Kegiatan penelitian merupakan suatu proses belajar yang terarah mengenai suatu masalah
dan dilakukan secara iteratif. Pada sistem nyata, sering terdapat 2 atau lebih elemen pembentuk sistem
saling berhubungan. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya suatu sistem terdiri dari elemen yang
saling bergantung dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Proses bekerjanya berbagai elemen
dalam sistem sangat kompleks sehingga untuk melihat hal ini dalam keadaan sebenarnya sangat sulit
dan hampir mustahil. Pada umumnya, pada suatu kegiatan penelitian permasalahan yang dikemukakan
akan dikaji untuk dijadikan hipotesis. Biasanya, hipotesis berbentuk pernyataan yang dapat diuji dalam
tingkatan lebih lanjut berbentuk model matematika. Model matematika ini senantiasa dianggap
memenuhi taksiran tertentu yang dapat menyederhanakan permasalahan yang akan diteliti.
Metode dakian tercuram merupakan suatu prosedur untuk mencari daerah respon maksimum.
Sebaliknya, untuk mencari daerah respon minimum disebut metode turunan tercuram. Pada tulisan
akan dipresentasikan pemanfataan metode dakian tercuram pada proses pemurnian oksigen. Dalam hal
ini, respon dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah suhu(oC) dan rasio tekanan (atm)
(Montgomery, 2001). Oleh karena itu, diasumsikan bahwa respon pada kasus ini, respon hanya
dipengaruhi oleh 2 faktor sehingga model matematika orde satu dapat dituliskan sebagai
,

(1)

adalah konstanta yang akan ditentukan dan dan


berturut-turut menyatakan
dengan , dan
variabel yang mempengaruhi respon. Di sini, prediksi faktor yang menghasilkan nilai respon yang
optimum dihitung dengan menggunakan metode permukaan respon (Amago, 2001). Diketahui bahwa
metode ini merupakan suatu teknik untuk menganalisis permasalahan respon, yang dipengaruhi
beberapa variabel bebas, dengan tujuan mendapatkan nilai optimum respon (Mendenhall, 1996). Akan
tetapi, apabila model tersebut tidak cocok, yang ditandai dengan terdapatnya lengkungan dalam
sistem, maka analisis dilanjutkan dengan menentukan model respon orde dua, yang dapat duliskan
sebagai berikut (Khuri, 2003)

(2)

METODE PENELITIAN
Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder (Montgomerry, 2001). Respon
yang akan diamati merupakan pemurnian oksigen yang dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu suhu (oC) dan
rasio tekanan (atm). Data ini merupakan data suatu industri kimia yang memproduksi oksigen dengan
cara mencairkan udara dan membaginya ke dalam komponen-komponen gasnya, dengan destilasi
fraksinasi (destilasi bertingkat). Pemurnian oksigen merupakan fungsi dari perbandingan suhu
kondensor dan rasio tekanan antara kolom teratas dan kolom terbawah. Kondisi arus operasi pada suhu
T = -220 oC dan rasio tekanan R =1,2 atm. Data dimaksud disajikan pada Tabel 1 berikut ini.

Optimasi dengan Metode Dakian ... (Marwan)

35

Tabel 1 Data Percobaan Pemurnian Oksigen


Suhu

Pemurnian

-225

Rasio tekanan
atm
1.1

-225

1.3

83.5

-215

1.1

84.7

-215

1.3

85.0

-220

1.2

84.1

-220

1.2

84.5

-220

1.2

83.9

-220

1.2

84.3

82.8

Metode Dakian Tercuram


Metode dakian tercuram adalah prosedur yang berisi rangkaian percobaan secara serial
sepanjang lintasan terjadinya peningkatan maksimum nilai respon. Metode ini digunakan untuk
menentukan daerah percobaan yang memuat nilai maksimum dari respon (Gaspersz, 1992; Khuri,
2001; Montgomery, 2001; Myers, 1971).

Prosedur
Metode dakian tercuram digunakan untuk menentukan model matematika yang menyatakan
hubungan faktor dengan respon. Prosedur yang digunakan dalam menentukan daerah optimum pada
awalnya akan diduga model orde pertama dan orde kedua (Aunuddin, 2005).
Untuk membangun model orde pertama, terlebih dahulu ditetapkan daaerah eksplorasi pada
titik-titik sekitar daerah operasi saat ini, yaitu daerah percobaan awal pada taraf suhu 225 oC sampai
dengan 215oC dan taraf faktor rasio tekanan reaksi 1,1 atm sampai dengan 1,3 atm. Data
dikumpulkan dengan menggunakan percobaan faktorial 2x2 atau 22 yang diperluas dengan 4 titik
pusat, di mana sebagai titik pusatnya adalah pada taraf suhu reaksi T = -220 oC dan taraf rasio tekanan
1,2 atm, yang dalam
reaksi
1,2 atm. Dengan demikian, titik pusat adalah T = -220 oC dan
0 dan
0. Pengulangan pengamatan pada titik pusat
variabel kode berturut-turut dituliskan
dimaksudkan untuk menduga galat percobaan serta memeriksa ketepatan model orde pertama
(Gaspersz, 1992). Selanjutnya, untuk menduga parameter model orde pertama akan dilakukan
transformasi variabel dan ke dalam variabel kode dan yang saling orthogonal dalam bentuk
(3)
,

(4)

Dengan menggunakan (3) dan (4), diperoleh nilai kode

36

dan

sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Jurnal Mat Stat, Vol. 10 No. 1 Januari 2010: 34-44

Tabel 2 Data Hasil Transformasi


x1

x2

-1

-1

82.8

-1

83.5

-1

84.7

85.0

84.1

84.5

83.9

84.3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Model Orde Satu


Pada percobaan pemurnian oksigen ini, diketahui 2 faktor yang mempengaruhi model, yaitu
suhu dan rasio tekanan. Dalam mengkaji hubungan antar faktor dan model, digunakan metode kuadrat
terkecil. Untuk kondisi awal akan diduga model orde satu.
84.1 + 0.85

+ 0.25

(5)

Pengujian model (5) sebagai penduga yang cukup baik akan digunakan uji untuk simpangan (lack of
fit). Uji ini bertujuan untuk menguji keberadaan lengkungan dalam model (Walpole, 1995).
Tabel 3 Analisis Ragam Model Orde Satu
Sumber

db

JK

KT

Fhit

Regresi

3.14

1.570

24.53

Residual Error

0.32

0.064

Lack of Fit

0.12

0.060

Pure Error

0.20

0.067

3.46

Total

0.90

= 0,90 <
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa nilai uji simpangan
. ; , = 9,55. Ini
=
artinya bahwa tidak terdapat lengkungan dalam model. Selain itu, terlihat pula bahwa nilai
24,53
. ; ; =5,79. Ini memberikan makna bahwa minimal terdapat satu variabel yang
tidak
mempengaruhi respon. Berdasarkan hasil uji secara individu, diketahui bahwa variabel
memberikan pengaruh terhadap respon. Namun demikian, secara umum model (5) dapat digunakan
untuk menentukan lintasan dakian tercuram.

Optimasi dengan Metode Dakian ... (Marwan)

37

Lintasan Dakian Tercuram


Penentuan arah lintasan dakian dan turunan tercuram diawali dengan pergerakan titik pusat
0,0 . Dari model 5 , diketahui bahwa arah
,
dan
bersifat positif (naik), dengan
besarnya koefisien masing-masing adalah 0.85 dan 0.25. Dengan demikian, akan terbentuk lintasan
untuk setiap 0.25 unit
dakian dan turunan tercuram, dengan gerakan sebesar 0.85 unit pada arah
pada arah .
Pada kasus ini, digunakan jarak (interval) antara taraf variabel
sebagai ukuran langkah
adalah ekivalen dengan langkah sebesar
1. Jadi, langkahdasar. Penetapan 5 dari suhu
langkah sepanjang lintasan dakian dan turunan tercuram adalah
1 unit dan
0.294 unit.
Selanjutnya, dihitung titik-titik sepanjang lintasan serta mengamati hasil pada titik tersebut sampai
ditemukan penurunan dalam respon apabila percobaan terus dilakukan (Gaspersz, 1992).

Daerah Dakian Tercuram

Hasil eksplorasi sepanjang lintasan dakian tercuram dengan menggunakan


0.294 disajikan pada Tabel 4.

1 dan

Tabel 4 Percobaan Dakian Tercuram


Langkah-langkah

x1

x2

Basis

0.000

0.000

220

1.2

(baca:delta)

1.000

0.294

Basis+

1.000

0.294

Basis+2

2.000

0.588

3.000

0.882

Basis+4

4.000

1.176

Basis+5

5.000

1.470

Basis+6

6.000

1.764

Basis+7

7.000

2.058

Basis+3

5
215
210
205
200
195
190
185

Respon yang
diamati (Y)
-

0.029

1.229

78.593

1.259

79.202

1.288

80.072

1.318

82.462

1.347

87.442

1.376

87.767

1.406

84.369

Berdasarkan percobaan dakian tercuram yang disajikan pada Tabel 4, terlihat bahwa
peningkatan respon Y terjadi hingga pada lintasan ke-6 dan terjadi penurunan pada lintasan ke-7. Hasil
percobaan respon Y menunjukkan bahwa dalam rentang respon antara 75 dan 90, respon maksimum
terjadi di sekitar titik
6 dan
1.764 atau pada suhu
190
dan rasio tekanan
1.376 atm.
Gambar 1 menyajikan grafik respon berdasarkan data pada Tabel 4. Selanjutnya akan
ditentukan daerah yang berada di sekitar kondisi operasi yang optimum guna membantu dalam
merancang percobaan selanjutnya.

38

Jurnal Mat Stat, Vol. 10 No. 1 Januari 2010: 34-44

Gambar 1 Grafik Respon Dakian Tercuram


Berdasarkan Data pada Tabel 4

Kondisi Operasi Maksimum


Pada bagian ini, akan ditentukan operasi optimum pada proses percobaan pemurnian oksigen
(Y) yang dipengaruhi oleh suhu (T) dan rasio tekanan (R). Berdasarkan percobaan dakian tercuram di
sepanjang lintasan (Tabel 4) diketahui bahwa daerah operasi maksimum terjadi di sekitar titik x1 = 6
dan x2 = 1.764 atau berada pada suhu T = -190oC dan R = 1.376 atm. Dari informasi ini, akan dibangun
data percobaan lebih lanjut dengan mengambil titik pusat pada suhu -190oC dan rasio tekanan 1.376
atm agar ditemukan kondisi operasi maksimum. Pada tahap ini, akan dibangun model orde dua dengan
menggunakan rancangan komposit pusat untuk mengumpulkan data percobaan baru tersebut.
Diketahui bahwa terdapat 2 variabel diujikan pada percobaan pemurnian oksigen, yaitu x1
yang mewakili suhu pemurnian (T) dan x2 yang mewakili rasio tekanan (R) sehingga ditetapkan
besaran = 2 = 1.4141 (Montgomery, 2001). Selanjutnya, agar model orde kedua yang dibangun
dapat diperiksa ketetapan modelnya, maka perlu melakukan pengulangan pengamatan, yang dilakukan
sebanyak 4 kali pada titik pusat (x1 = 0 dan x2 = 0).
Dengan demikian, percobaan menggunakan rancangan komposit pusat akan dilakukan pada
titik-titik percobaan yang telah didefinisikan di mana pada titik pusat akan dilakukan ulangan,
sedangkan pada titik-titik lainnya tidak dilakukan pengulangan pengamatan. Pada kasus pemurnian
oksigen ini, titik-titik pusat bersesuaian dengan T = -190oC dan R = 1.376 atm untuk daerah
maksimum. Pada percobaan awal (Tabel 3), ditetapkan titik pusat T = 220 dan R =1.2 atm, maka
bentuk hubungan x1 dengan serta x2 dengan R dapat dimodifikasi ke dalam persamaan berikut

,
.
.

(6)

(7)

Berdasarkan sifat dari rancangan komposit pusat dan pengulangan pengamatan yang
dilakukan pada titik pusat, maka dapat dirancang suatu percobaan dengan mengambil titik-titik
dan
atau titik-titik dan yang bersesuaian. Percobaan dilakukan kembali sehingga memperoleh data
seperti Tabel 5.

Optimasi dengan Metode Dakian ... (Marwan)

39

Tabel 5 Percobaan untuk Daerah Maksimum


Variabel Kode

Variabel Asli

Respon (Y)

x1

x2

-1

-1

-195

1.276

86.2768

-1

-195

1.476

87.1249

-1

-185

1.276

87.5670

-185

1.476

86.3998

-190

1.376

87.7321

-190

1.376

87.1454

-190

1.376

88.2779

-190

1.376

88.2319

-1.414

-197.07

1.376

86.0129

1.414

-182.93

1.376

86.1900

-1.414

-190

1.235

87.6819

1.414

-190

1.517

87.2976

Untuk memudahkan proses komputasi dalam membangun model orde kedua, data pada Tabel
5 disusun kembali sebagaimana disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Dugaan Model Orde Dua Daerah Maksimum

x1

x2

x12

x22

x1 x2

-1

-1

86.2768

-1

-1

87.1249

-1

-1

87.567

86.3998

87.7321

87.1454

88.2779

88.2319

-1.414

1.999

86.0129

1.414

1.999

86.19

-1.414

1.999

87.6819

1.414

1.999

87.2976

Selanjutnya, akan dilakukan pendugaan parameter model orde kedua dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil. Hasil perhitungan dengan menggunakan software Minitab disajikan pada
Tabel 7.

40

Jurnal Mat Stat, Vol. 10 No. 1 Januari 2010: 34-44

Tabel 7 Analisis Ragam Model Orde Dua


Sumber

db

JK

KT

Regresi

5.57

1.11

4.93

0.04

Linear

4.04

2.02

8.94

0.02

Kuadrat

1.52

0.76

3.37

0.1

Interaksi

0.01

0.01

0.04

0.84

Ressidual Error

1.36

0.23

Lack of Fit

0.09

0.03

0.07

0.97

Pure Error

1.26

0.42

Total

6.93

Gambar 2 Permukaan Respon Maksimum

Berdasarkan output diketahui bahwa model orde kedua kasus di atas dapat dituliskan sebagai
87,8

0,102

0,108

0,861

0,167

0,504

(8)

Pengujian koefisien regresi secara parsial untuk model (8) dapat dilihat pada Tabel 7. Terlihat
dan
bahwa nilai P value dengan derajat kepercayaan = 5% uji koefisien regresi signifikan untuk
x1x2. Hal ini berarti bahwa kedua suku tersebut berpengaruh pada model. Selanjutnya, akan ditentukan
titik-titik x1 dan x2 yang memaksimumkan model (8), dengan menerapkan kondisi optimasi.
Berdasarkan model (8), diperoleh matriks Hessian yang dituliskan sebagai (Stewart, 2003)
1.722
0.504

0504
0.344

Dapat ditunjukkan bahwa 0.321 merupakan nilai ekstrim yang bersifat definit negatif. Dengan
demikian, model orde dua (8) memenuhi syarat cukup untuk kondisi maksimum. Akibatnya, titik
stasioner x1 = -0.06 dan
0.41 adalah titik maksimum. Substitusi
dan
pada model (8)
memberikan nilai dugaan respon maksimum
87.8. Grafik permukan respon maksimum
disajikan pada Gambar 2 dan kontur plotnya pada Gambar 3. x1 = -0.06

Optimasi dengan Metode Dakian ... (Marwan)

41

Gambar 3 Kontur Respon Maksimum

dan rasio tekanan sebesar 1.417 atm adalah kondisi


Jelas bahwa pada suhu -190.3
pemurnian oksigen yang maksimum sebesar 87.8.
Uji Orde Model dengan Nilai Duga Galat
Pada tahap ini, akan ditinjau nilai galat model orde satu (5) dan model orde dua (8) untuk
percobaan yang diduga mengandung titik maksimum. Nilai duga galat model dapat dilihat pada Tabel
8 dan Tabel 9, yaitu nilai galat model orde satu
dan galat model orde dua
, yang
menunjukkan adanya nilai galat yang besar pada titik tertentu untuk model orde kedua (8).
Tabel 8 Galat Model Orde Satu

-1
-1
1
1
0
0
0
0

-1
1
-1
1
0
0
0
0

82.8
83.5
84.7
85
84.1
84.5
83.9
84.3

83
83.5
84.7
85.2
84.1
84.1
84.1
84.1

Jumlah

-0.2
0
0
-0.2
0
0.4
-0.2
0.2

0.04
0
0
0.04
0
0.16
0.04
0.04
0.32

Sesuai dengan data pada Tabel 9, apabila koefisien dan variabel yang tidak signifikan dihilangkan dari
model karena diduga menjadi penyebab nilai galat yang besar diperoleh
87.8 0.828

0.504

(9)

Hasil pengujian model (9) dapat dilihat pada Tabel 10.

42

Jurnal Mat Stat, Vol. 10 No. 1 Januari 2010: 34-44

Tabel 9 Galat Model Orde Dua

-1
-1
1
1
0
0
0
0
-1.4
1.4
0
0

-1
1
-1
1
0
0
0
0
0
0
-1.4
1.4

86.276
87.124
87.56
86.399
87.732
87.145
88.277
88.231
86.012
86.19
87.681
87.297
Jumlah

86.320
87.112
87.532
86.308
87.846
87.846
87.846
87.846
85.980
86.269
87.665
87.360

-0.0438
0.0123
0.0348
0.091
-0.1147
-0.701
0.431
0.385
0.032
-0.079
0.016
-0.063

0.0019
0.0002
0.0012
0.0083
0.0132
0.492
0.186
0.1483
0.001
0.006
0.0003
0.0039
0.862

Tabel 10 Analisis Ragam Model (9)


Sumber

db

JK

KT

Fhit

Regresi
Residual Error
Lack of Fit
Pure Error
Total

2
9
1
8
11

2.58
1.22
0.01
1.20
6.8

2.79
0.14
0.01
0.15

20.65

Dari model (9) dihitung nilai galat baru


dan
ragam galat yang diperoleh lebih besar dari

0.08

pada Tabel 11 yang menunjukkan bahwa nilai


.

Tabel 11 Nilai Galat Baru

-1

-1

86.276

86.381

-0.104

0.0109

-1

87.124

87.389

-0.264

0.0698

-1

87.567

87.389

0.177

0.0316

86.399

86.381

0.018

0.0003

87.732

87.713

0.018

0.0003

87.145

87.713

-0.568

0.3226

88.277

87.713

0.564

0.3187

88.231

87.713

0.518

0.2688

-1.4

86.012

86.058

-0.045

0.0020

1.4

86.19

86.058

0.131

0.0173

-1.4

87.681

87.713

-0.031

0.0009

1.4

87.297

87.713

-0.415

0.1728

Jumlah

1.2165

Dengan demikian, secara umum model orde dua (9) lebih baik untuk menduga hasil percobaan
pemurnian oksigen dibandingkan dengan model orde satu (5) dan model (8). Hal ini juga dapat dilihat
pada Gambar 4. Gambar ini menyajikan grafik galat untuk ketiga model. Terlihat bahwa secara umum
galat untuk model (9) lebih kecil dibandingkan dengan model (5) dan model (8).

Optimasi dengan Metode Dakian ... (Marwan)

43

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8

9 10 11 12

Gambar 4 Nilai Galat Model

PENUTUP
Telah diuraikan penggunaan metode dakian tercuram untuk menentukan nilai optimum.
Sebagai studi kasus, diambil data hasil percobaan pemurnian oksigen di suatu industri kimia.
Pemurnian dilakukan pada suhu (T) dan rasio tekanan (R) tertentu, dengan kondisi awal percobaan
pada suhu T = - 220 oC dan rasio tekanan R =1.2 atm. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa
daerah maksimum terjadi pada lintasan ke-6, pada proses akhir dalam penentuan titik optimum dengan
rancangan komposit pusat, dan diketahui titik maksimum berada pada suhu reaksi 190.3oC dan rasio
tekanan sebesar 1.417 atm dengan 87.82 dugaan respon pemurnian oksigen.

DAFTAR PUSTAKA
Amago, T. (2001). Sizing optimization using respond surface method in FOA. Research Report, Japan:
Research Domain 14.
Aunuddin. (2005). Statistika, rancangan, dan analisis data, Bogor: IPB Press.
Gaspersz, V. (1992). Teknik analisis dalam penelitian percobaanm, Bandung: Tarsito.
Khuri, A.I. (2003). Advanced calculus with applications in statistics, Canada: Wiley Interscience.
Mendenhall, W. (1996). Statistics for management and economics, Boston: Duxbury Press.
Montgomery, D.C. (2001). Design and analysis of experiments, 5th ed., New York: John Wiley &
Sons, Inc.
Myers, R.H. (1971). Response surface methodology, Boston: Allyn & Bacon, Inc.
Stewart, J. (2003). Kalkulus, edisi keempat, jilid kedua, Jakarta: Erlangga.
Walpole, R.E., and Myers, R.H. (1995). Ilmu peluang dan statistika untuk insinyur dan ilmuan,
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

44

Jurnal Mat Stat, Vol. 10 No. 1 Januari 2010: 34-44

You might also like