You are on page 1of 80

Why the Indonesian athletes performance declines?

Sports is one of the national builders. The Coordinating Minister for Human Development and Culture
of Republic Indonesia said that the target of Indonesia in Asian Games 2018 is to penetrate the big 8th
in Asia and won 20 gold medals (see Table 1 below) because of Indonesia as host of the event.

Sports Republic Indonesia, we have to apply sports science. What is the role of sports science to
athletes performance? By applying sports science we will know how should train athletes properly,
efciently, more sophisticated, effective and safer. The area of sports science includes sports
medicine, sports nutrition, sports physiology, sports psychology, sports biomechanics, coaching
technique.
Source: https://sport.detik.com/sport-lain/d-3328828/indonesiatargetkan-20-medali-emas-di-asiangames-2018

STEP 1
-

Biomechanics : ilmu yang mempelajari mengenai hukum atau sturktur-struktur mekanis


yang terkait dengan sistem gerak tubuh
Somatotype
: tipe tubuh, klasifikasi tubuh manusia, tipe-tipe/ klasifikasi badan manusia

STEP 2
1. Faktor apa saja yang menyebabkan penurunan atlet Indonesia?
2. Bagaimana cara meningkatkan performa atlet di masa yang akan datang? Apa saja yang harus
dinilai dalam peningkatan performa atlet? Bagaimana cara memonitor peningkatan performa
atlet tersebut?
3. Apa saja peran dari sport science terhadap performa atlet?
4. Assesment biokimia apa saja yang dapat dilakukan terhadap para atlet?
5. Bagaimana aspek nutrisi yang dimiliki oleh para atlet Indonesia saat ini? Bagaimana
seharusnya?
6. Bagaimana intake, kadar, dan waktu pemberian nutrisi yang baik bagi atlet?
7. Bagaimana aspek psikologi dapat mempengaruhi performa atlet?
8. Sampai sejauh apa perkembangan sport science di Indonesia dan dibandingkan dengan
negara lain?
9. Seberapa besar pengaruh aspek fisiologi terhadap performa atlet?
10. Apa bedanya antara sport medicine dengan sport physiology?
11. Bagaimana cara agar seorang atlet mengetahui kadar/ batas maksimal intensitas olahraga
yang dapat dijalani?
12. Apa yang dilakukan apabila seorang atlet mengalami cedera? Bagaimana penanganan hingga
kondisi atlet bisa kembali ke performanya seperti semula?
13. Selain dokter, siapa saja yang berkecimpung di dalam dunia sport science?
STEP 3
-

Performance dan Assestment atlet


o Prestasi Indonesia menurun
Motivasi: ada harapan karena di hadapan pendukung sendiri, nasionalisme,
teori instrumentality
Aspek nutrisi: nutrisi di Indonesia kurang
Interaksi antar profesi yang terlibat dalam sport science kurang koordinasi
Iklim (lingkungan, kebiasaan) di Indonesia berbeda: tidak terbiasa
Penghargaan atlet dari negara: di luar negeri lebih dihargai, diberi pekerjaan,
popularitas menyamai entertainer
Kultur: budaya dan persepsi terhadap masa depan atlet masih kurang
Kebijakan dan keadaan atlet Indonesia yang tidak terurus
Asupan nutrisi harus didampingi dengan efektitifas dan monitoring yang
terukur dan terawasi
o Meningkatkan performa atlet:
Mencontoh amerika:
Peraturan terkait dengan tingkat edukasi minimal, sehingga pada saat
sudah tidak rutin berkompetisi memang secara kualitas individu
sudah bisa bekerja untuk menghidupi diri sendiri
Kebijakan dari pemerintah: masa depan atlet terjamin, akan lebih berusaha
meningkatkan performa individu (aspek psikologi)
Faktor genetik terkait dengan bakat dan kemampuan tubuh dalam
berolahraga
o Intensitas olahraga:
Disesuaikan dengan jenis olahraga
Menggunakan dengan HR maksimal

Aerobic : 70-80%
Fat burning: 60-70%
Anerobic: 80-90%
VO2 max: 100 %
o Peran dari sport science:
Meningkatkan prestasi atlet seefektif mungkin dan meminimalisir cedera
o Aspek nutrisi atlet di Indonesia
Tidak kekurangan, tetapi kesalahan pengaturan
Budaya banyak mempengaruhi pengaturan nutrisi atlet
Seharusnya dilakukan pengaturan dengan ilmu kedokteran modern
o Intake, kadar, dan waktu pemberian nutrisi bagi atlet:
Jika melakukan olahraga yang memerlukan durasi lama, diperlukan sumber
nutrisi berupa karbohidrat karena proses pencernaan lama, dan metabolisme
lebih baik dalam waktu lama
Waktu pemberian mulai sejak 3 hari sebelum pertandingan hingga 3 jam
sebelum pertandingan
Pisang-> berpengaruh pada pencegahan cedera -> hubungan dengan kalium?
o Pemeriksaan biokimia terhadap atlet:
Otot: lebih susah diperiksa, tetapi validitasnya paling tinggi
Darah
Urine: paling mudah diperiksa, tetapi vaiditasnya paling rendah
Pemeriksaan pada darah:
Dengan glukometer
Pemeriksaan pada urine:
Paling baik dengan urine tampung 24 jam, tetapi bisa juga dilakukan
dengan sample urine midstream pada pagi
o Monitor performa:
VO2 Max: perbandingan antara atlet internasional dengan atlet lokal
Pengukuran VO2 max: treadmill atau astrand dengan sepeda ergometry
Teknologi terbaru dengan menggunakan motion sense: memperlihatkan
bagaimana proses yang terjadi pada tiap bagian tubuh, berguna pada
pengembalian kondisi atlet yang cedera
o Psikologi:
Terapi dengan CBT, konseling, psikoterapi
Membangun kepercayaan diri atlet, mencapai target
Membangun kekompakan tim dalam pertandingan
Mengatasi kekalahan yang mengakibatkan depresi
Perkembangan sport science di Indonesia
o Ada banyak masalah salah satunya adalah dari sisi teknologi yang kurang, pembiayaan
yang kurang, dan sisi pelatih yang belum siap untuk mengikuti ilmu sport science yang
ingin di terapkan
o Sport science banyak diasumsikan lebih digunakan untuk test off-season, pre-season,
dan on-season
Di Indonesia tidak dilakukan pengecekan dalam off-season
Beda sport medicine dan sport physiology
o Sport physiology merupakan bagian dari sport medicine, yang merupakan sistem yang
perlu dipahami agar performa atlet lebih baik

Sport physiology:
Dalam exercise dan physical activity, ada 5 sistem yang terpengaruh:
Muskuloskeletal
Kardiovaskular
Respiratory
Hormonal/ sistem endokrin
Immune system
Cedera pada atlet
o Cedera yang berhubungan dengan musculoskeletal
o Cedera atlet yang ringan dengan menggunakan konsep RICE (rest, ice, compression,
elevation), dan dihindari dari HARM (Heat, Alcohol, Running, Massage)
o Waktu recovery antar cedera berbeda, tergantung dimana
Contoh, ruptur ligamen bisa istirahat hingga 6 bulan
Rehabilitasi dengan latihan ringan agar tidak atropi otot
De-training: penghentian latihan agar proses pengembalian performa
kembali bertahap
Professional dalam sport science
o Dokter umum
o Ahli gizi
o Pelatih
o Psikolog
o Terapist
o Spesialis kedokteran olahraga

STEP 4
o

Sport physiology:
Dalam exercise dan physical activity, ada 5 sistem yang terpengaruh:
Muskuloskeletal
o Otot sebagai alat gerak aktif
o Ada serabut A: kontraksi jangka panjang (slow)
o Ada serabut B: kontraksi jangka pendek (fast)
o Pada atlet marathon, tersusun 80 % dari serabut A: lebih
tahan lama
Kardiovaskular
o Cardiac output dan blood flow
o Blood flow ke otak dipertahankan, ke otot skelet di tambah
Oxygen extraction: oksigen yang diangkut ke vasa
akan bertambah
o Cardiac output: akan naik
o Arteri koronaria: akan bervasodilatasi karena beredarnya
katekolamin
o Threshold kadar asam laktat: kalau berolahraga pada orang
yang sudah rajin berolahraga akan memiliki fase plateu (naik
pelan-pelan), kemudian timbunan pada orang yang sudah
terlatih tidak sebanyak orang yang untrained
Respiratory

Pisang:
o
o
o
o

o VO2 max dan volume paru


o Volume tidal akan cenderung meningkat
Hormonal/ sistem endokrin
o Katekolamin akan naik
o Endorphin akan naik
o Growth hormon akan naik
o Testosteron akan naik
Immune system
o Meningkatnya sel sel seperti NK cell, limfosit
o Di daerah limfonodi cervical banyak terjadi mutasi limfosit:
mutasi yang masih dipertahankan dalam exercise -> resiko
kanker kelenjar getah bening berkurang
o Mengurangi kemampuan makrofag dalam memakan
substansi yang tidak perlu

Karbohidrat lengkap
Gulanya tinggi
Asam amino triptofan -> Endorphin tinggi -> anti stress
Kalium tinggi untuk menopang fungsi kerja jantung dan kontraksi otot

MIND MAP

Cedera

Penurunan
dalam
Performa

Assessment

Nutrisi
Kebijakan
Motivasi
Budaya
Lingkungan

Penurunan
dalam
Performa

Performa dalam
Berolahraga

Penurunan
dalam
Performa

Sport
Medicine

Sport
Physiology

Profesi
- Dokter
umum
- Ahli gizi
- Pelatih
- Psikologi
- Terapist
- Spesialis
Kedokteran
Olahraga

STEP 5
1. Bagaimana aspek nutrisi yang sesuai (Intake, kadar, dan waktu pemberian nutrisi yang lebih
detail) bagi atlet prestasi? Bagaimana jika pada orang biasa (non-atlet)?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi performa atlet (lebih detail)?
3. Bagaimana cara penilaian dan monitoring performa atlet yang baik?
4. Bagaimana cara meningkatkan performa atlet dengan dasar sport science?
5. Bagaimana penggunaan obat-obatan pada dunia olahraga?

STEP 7
1. Bagaimana aspek nutrisi yang sesuai (Intake, kadar, dan waktu pemberian nutrisi yang lebih
detail) bagi atlet prestasi? Bagaimana jika pada orang biasa (non-atlet)?
Andika (15710):
Sumber:
Djoko Pekik Irianto. (2006). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta : Penerbit
Andi.
Berbagai hal yang perlu diperhatikan:

Pilih makanan yang tinggi karbohidrat terutama jenis karbohidrat kompleks, misalnya nasi,
mie, bihun, makroni, bolu, dll.
Hindarkan karbohidrat sederhana, seperti minuman manis atau gula, sebab minuman manis
dengan kadar gula lebih dari 2,5 gram/100ml air (hipertronik) akan menyebabkan terjadinya
hipoglikemia (penurunan kadar gula darah). Dengan gejala antara lain lemas, mudah
tersinggung, sakit kepala, pucat dan berkeringat, lapar, bingung, hilang kesadaran. Hal itu
terjadi karena otak kekurangan suplai makanan (glukosa merupakan satu-satunya sumber
makanan bagi otak).
Hindari makanan yang terlalu banyak gula, seperti sirup, soft drink, coklat, satu jam sebelum
pertandingan karena mempunyai efek osmotic dan meningkatkan sekresi insulin yang akan
mengakibatkan terjadinya hipoglikemia.
Memberikan makanan tambahan dalam bentuk cair yang kaya akan zat gizi karena makanan
cair lebih cepat meninggalkan lambung daripada makanan padat dan diberikan dua jam
sebelum bertanding (Djoko Pekik, 2006 : 102).

Menurut M. Anwari Irawan (2007: 02) secara umum kebutuhan nutrisi/energi seorang atlet
profesional dapat dipenuhi melalui konsumsi sehari-hari dengan kombinasi yang terdiri dari

12-15% melalui konsumsi protein


20-35% melalui konsumsi lemak
55-65% melalui konsumsi karbohidrat (konsumsi 60-70% karbohidrat merupakan nilai yang
ideal bagi atlet sepak bola).

Secara sederhana kebutuhan energi bagi seorang atlet sepak bola ini juga dapat dipenuhi melalui

konsumsi protein per hari sebesar 1.4-1.7 gr/kg berat badan,


konsumsi lemak per hari sebesar 1.1 gr/kg berat badan
konsumsi karbohidrat per hari sebesar 5- 7 gr/kg berat badan saat menjalani latihan dengan
intensitas rendah-sedang atau sebesar 7-10 gr/kg berat badan saat menjalani latihan dengan
intensitas sedang-tinggi atau dalam persiapan menghadapi pertandingan kompetitif.
Namun secara umum rekomendasi konsumsi karbohidrat yang ideal bagi atlet sepak bola agar
dapat meningkatkan simpanan glikogen sehingga ketahanan tubuh dan performa saat
latihan/pertandingan menjadi lebih baik adalah sebesar 8-10 gr/kg berat badan.

Naufal (15765):

Levin (15934):
Review Open Access Exercise and functional foods by Wataru Aoi, Yuji Naito and Toshikazu
Yoshikawa (2005-2006)

Endurance
Pasokan glikogen dapat ditingkatkan dengan:
-diet rendah karbohidrat selama 3 6 hari sebelum kompetisi, ditambah diet tinggi
karbohidrat untuk 3 hari selanjutnya, menghasilkan persediaan glikogen 1,5x lebih dari normal
-dapat ditambah sitrat karena dapat menginhibisi glikolisis, pasokan glikogen berkurang
lebih lambat
-setelah latihan, persediaan glikogen dikembalikan dengan diet tinggi karbohidrat (bisa
ditambah protein)
-saat latihan panjang, endurance dapat ditingkatkan dengan konsumsi karbohidrat sesaat
sebelum latihan (mono atau oligosakarida akan lebih cepat diserap)
-suplementasi carnitine 2-4g sebelum latihan meningkatkan anaerobic treshold
Carnitine is an intracellular enzyme that is required for fatty acid transport across the
mitochondrial membrane into the mitochondria, and it promotes the -oxidation of fatty acids
[28,29]. Carnitine supplementation is expected to activate lipid metabolism in the skeletal muscles,
and to also achieve the sparing of glycogen stores.

Power
-protein harian 1,4 1,8 per kgBB untuk resistensi
-whey merupakan sumber ideal (mudah dicerna dan diserap, asam amino darah meningkat
banyak)
-makan setelah latihan resistensi meningkatkan massa otot
-intake karbohidrat dengan protein mempercepat sintesis protein otot melalui aksi dari
insulin

prevent injury / fatigue


-konsumsi glukosamin dan kondroitin dapat melindungi tendon, ligamen, dan sendi + kartilago
sehingga resiko cedera dapat menurun

Haryo (15956):
Tujuan dari sports nutrisi adalah:
Meningkatkan energi
Mempromosikan kesehatan yang baik
Membantu mengatur berat badan
Meningkatkan konsentrasi
Membentuk komposisi tubuh dan pertumbuhan
Membantu recovery
Yang dibutuhkan:
Karbohidrat: Energi
Lemak: Esensial untuk mengabsorbsi nutrient dan juga energi
Protein: Untuk membentuk dan memperbaiki kerusakan jaringan
Suplemen: Untuk meningkatkan kekuatan, performa, dan pemulihan (multivitamin, mineral,
kreatinin)
Creatinin: Komponen tinggi energi untuk menyimpan dan memberi energi

Qashmal (16075):

Sagita Mega (15732):


ATLET
i. Karbohidrat : meningkatkan endurance karena simpanannya dalam bentuk glikogen di otot dan
liver. Minimal 50% dari total intake, idealnya 60-70% dari total kalori. (FYI : 1 pound = 0.4536
kilograms)

SEBELUM exercise (menjaga atlet dari rasa lapar sebelum dan saat latihan dan menjaga level
energi yang optimal selama melakukan latihan)
Bermanfaat untuk restore sub-optimal glycogen stores
Pre-event meal should be high in carbohydrates, non-greasy, and readily digestible
Hindari makanan berlemak karena menghambat pengosongan lambung.
The meal should be eaten 3-4 hours before an event.
It should provide 150-350 grams of carbohydrates (1.5 grams per pound of body weight).
To avoid stomach upset, the carbohydrate content of meals should be reduced the closer
the meals are to the event. (misalnya jika dikonsumsi 4 jam sebelum training, 1.5 g per
pound BB, jika 1 jam sebelum training, 0.5 g per pound BB).
Adding small amounts of protein can aid in regulating energy levels by slowing down
carbohydrate absorption, delivering the carbohydrates to the working muscles at a more
consistent rate over time.
Pay attention to salty cravings. If competing in hot/humid climates, make sure to replace
electrolyte losses with salty snack foods, such as pretzels or sport drinks with added
sodium.
Sports drinks are beverages that contain electrolytes and carbohydrates, not caffeine and
other stimulants

Selama pertandingan (setelah pertandingan yang pertama dan masih ada pertandingan
lanjutan)
Prinsip pengaturan makan sama dengan sebelum training
Satu jam di antara pertandingan: Karbohidrat dalam bentuk cair (sport drink), jika harus
memakan makanan padat, makan buah (jeruk, semangka, pisang,dll) makanan ini
mengandung dominan karbo dan air sehingga tidak akan menyebabkan perlambatan
pengosongan lambung.
Trik lain adalah dengan mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi (ada juga faktor stress
yang memperlambat pengosongan lambung).
2-3 jam di antara pertandingan: makanan karbo padat, bagel, sereal panas/dingin dengan
susu nonfat, English muffin (kaya bakpia), buah-buahan pisang, apel, jeruk. Minum banyak
cairan (air, sport drink, hindari yang mengandung kafein, karbonasi dan stimulant).
4 jam: makan besar yang terutama terdiri atas karbohidrat namun tetap sederhana. Jika
atlet memiliki kebiasaan makan yang menurutnya membantu dalam pertandingan,
pertahankan. Lebih baik membawa makanan sendiri daripada makan dari yang sudah
disediakan dipertandingan karena biasanya mengandung high fat yang akan menurukan
performa.
Lebih baik tidak memakan makanan yang belum pernah dicoba sebelum pertandingan
karena berisiko menyebabkan keluhan pada GIT.
Atlet sebaiknya memiliki log makanan yang biasa dikonsumsi.
SAAT exercise

Mengonsumsi karbohidrat untuk latihan yang berlangsung >60 menit penting untuk
memastikan otot mendapat energy yang adekuat terutama pada fase akhir pada latihan.
Dapat dikonsumsi dalam bentuk cair (sport drink), padat atau gel.
FYI : 1 ounces = 28.41 ml.
Konsumsi 6-12 ounces dengan konsentrasi karbo 6-8% setiap 15-30 menit (1 teguk = 2
ounces)
Air membantu penyerapan karhobidrat. Minuman karbo > 10% diasosiasikan dengan
gangguan dalam GIT.
Untuk exercise dengan intensitas tinggi sport drink dan karbo gel dengan jenis gula yang
beragam membantu penyerapan karbohidrat.
Sport drink berbeda dengan energy drink. Energy drink mengandung stimulant dengan kadar
karbo > 10%.

(Ini aku cari mizone nutrition fact keluarnya gituan, ga tau


deh beneran mizone apa gak).

SETELAH exercise
Konsumsi karbo snack 30 menit setelah training membantu mengembalikan simpanan
glikogen.

Mixed meal high karbo 6 jam setelah latihan


Rekomendasi 0,65g karbo per pound dalam 30 menit setelah latihan diikuti makan dominan
karbo setelah 2 jam, lagi 4 jam setelah latihan.
High karbo beverage diikuti dengan makanan (bagel, pasta, yogurt, sereal low fat milk,
peanut butter, sport drink, granola bars, dll)
Makan juga sedikit porsi protein untuk regenerasi dan recovery otot.
Hidrasi : minum 3 cup cairan untuk setiap pound yang hilang selama latihan.
ii. Protein: untuk maintaining dan building otot

Untuk meningkatkan masa otot:


a. Latihan strength training program
b. Menambahkan konsumsi kalori 500-1000 per hari supaya protein dalam diet tidak
digunakan sebagai sumber energy
c. Konsumsi makanan yang tinggi karbo DAN protein (grilled chicken sandwiches, peanut
butter sandwiches, and greek yogurt with granola).
d. Memilih makanan karbo dan protein yang rendah lemak
e. 30 g protein dalam small meal
f. Memilih sumber makanan hewani yang bebas lemak sebagai sumber protein
g. Konsumsi protein post-resistance training dapat meningkatkan pembentukan otot
h. KARBO dan PROTEIN setelah training untuk recovery glikogen dan untuk recovery otot.
EAT:
E : eat breakfast
A : add carbo dan protein post training meals
T : toss supplements
iii. FAT : sumber energy untuk intensitas rendah-moderate
Atlet sebaiknya mengonsumsi 20-30% kalori dari lemak
Kurangi konsumsi saturated fat untuk membantu menurunkan berat badan
Diet low-fat high-carbo untuk hindari metabolic syndrome

iv. VITAMIN dan MINERAL

Konsumsi vitamin dan mineral paling baik dari diet bukan suplemen
Suplemen untuk vitamin larut lemak (A D E K) bisa menjadi toksik karena
disimpan di jaringan lemak
Lebih direkomendasikan untuk mengonsumsi berbagai macam jenis
makanan dan menjaga hidrasi daripada mengonsumsi suplemen, karena
jarang atlet mengalami defisiensi nutrisi
Tidak semua suplemen yang terlabel aman dan anti doping benar-benar
aman dan tidak mengandung doping
v. CAIRAN dan HIDRASI
Tubuh 60% terdiri atas air, orang yang kehilangan 2% BB nya memiliki
risiko penurunan performa.
Teknik mengukur hidrasi:
a. Ukur berat badan sebelum dan sesudah berolahraga, untuk
setiap 1 pound kehilangan BB minum 3 cup cairan
b. Cek warna urin, warna urin gelap kecoklatan menandakan
dehidrasi, warna kuning terang/pucat menandakan hidrasi
yang baik.

Rasa haus muncul ketika seseorang sudah mengalami dehidrasi (kehilangan 2% BB nya). Minum
hingga rasa haus hilang belum tentu memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
Idealnya, minum setiap 15-20 menit.
Jangan membatasi jumlah air yang diminum sebelum saat sesudah latihan.
Konsumsi minuman dengan konsentrasi karbo 6-8% dengan jenis gula yang berbeda membantu
penyerapan dan simpanan glikogen karena tiap gula diabsorpsi dengan channel yang berbeda.
Cairan yang mengandung sodium membantu menjaga air tetap di dalam tubuh dan absorpsi
cairan di usus.
Latihan endurance lebih dari 3 jam membutuhkan konsumsi 175mg sodium per ounce sajian.
Fluid replacement yang ideal: enak, tidak menyebabkan gangguan GIT jika dikonsum dalam
volume besar, absorpsi cepat, menjaga cairan tubuh, memberi energy untuk kerja otot selama
training.
Hindari kafein dan karbonasi.

Dewi (15760):

Karbohidrat

Konsumsi yang dianjurkan untuk atlet adalah 6 to10 gm/kg/hari, karbohidrat


kompleks sangat dianjurkan

Selama olahraga,atlet dianjurkan untuk mengonsumsi 25-30 mg karbohidrat setiap


30 menit

Setelah olahraga, atlet dianjurkan untuk mengonsumsi 1.0 - 1.5 mg/kg segera dan
diulangi 1 jam setelahnya untuk mengganti cadangan glikogen

Lemak

Konsumsi makanan tinggi lemak tidak dianjurkan untuk atlet meskipun lemak merupakan
salah satu sumber energy, hal ini dikarenakan lemak dapat menyebabkan terjadinya sindrom
metabolic.

Pembentukan energi dari asam lemak membutuhkan oksigen lebih banyak dibanding
karbohidrat, oleh karena itu tidak dapat diharapkan pada olahraga berat dalam waktu
singkat.

Protein

Berperan dalam pertumbuhan dan perbaikan otot

Vitamin

Mineral

Dian (15860):
ATLET
Intake yang harus dipenuhi tergantung jenis olah raganya. Contoh : female olympic gymnast
1900 kcal/hari, cyclist 700 kcal/hari, atlet american football7500-8500 kcal/hari
Jenis asupan memengaruhi endurance time. Fat and protein diet (57 menit); mixed diet (114
menit), high carbo diet (167 menit)
Asupan karbo :
Athletes should ingest 6 to10 gm/kg/day
60 to 70% of total calories should come from carbohydrates
Complex carbohydrates (starches) are preferable
During exercise
Athletes should consume 25 to 30 gm of carbohydrate for every 30 minutes of
exercise
Athletes should drink 6 to 8 ounces of water or sports drink for every 10 to 15
minutes of exercise
After exercise
Athletes should consume 1.0 to 1.5 gm/kg immediately post exercise and again one
hour later
To replace muscle glycogen stores
To prevent gradual depletion of muscle glycogen stores over time caused by
repetitive daily bouts of heavy exercise
To decrease muscle breakdown

Preexercise meal :
Importance
Less hunger before and during exercise
Maintains optimum glycogen stores
Recommendations
Emphasize complex carbohydrates (starches)
1 to 4 gm/kg about 1 to 4 hours prior to event
Consume less closer to event
Avoid high fat and high protein foods
Slower gastric emptying can cause stomach upset
Avoid high fiber or gas forming foods
Can lead to crampy abdominal pain
Carbohidrat loading :

Days prior to event


6
5
4
3
2
1

Exercise duration
Carbohydrate intake
90 minutes
5 gm/kg/day
40 minutes
5 gm/kg/day
40 minutes
5 gm/kg/day
20 minutes
10 gm/kg/day
20 minutes
10 gm/kg/day
rest
10 gm/kg/day

Asupan Lemak
Lemak dalam tubuh yang berperan sebagai sumber energi terutama
pada olahraga dengan intensitas sedang dalam waktu lama, misalnya
olahraga endurance.
Pembentukan energi dari asam lemak membutuhkan oksigen lebih banyak dibanding
karbohidrat, oleh karena itu tidak dapat diharapkan pada olahraga berat dalam waktu
singkat.
Asupan Protein

Asupan Mineral

Hidrasi
Sangat penting, karena saat olahraga sorang atlet bisa kehilangan cairan hingga 2 L
Kebutuhan gizi menurut jenis olahraga

Perhitungan kebuthan energi harus mempertimbagkan :Basal Metabolic Rate, Specific Dynamic
Action(mixed Diet, SDA = 10%BMR), aktivitas sehari-hari, serta Energy Expenditure yan disesuaikan
dengan jenis dan lamanya olahraga.

Pengaturan gizi akan berbeda pada tahap pra kompetisi, tahap kompetisi (pra pertandingn dan
prtandingan utama : sebelum, selama, sesudah pertandingan), dan tahap Pemulihan/transisi

NON ATLET

Intake makanan disesuaikan dengan kebutuhan energi, mempertimbangkan tingkat aktivitas fisik.
Frida (15979):
a. Karbohidrat

Pengaturan Gizi per Periode Latihan:


a. Tahap Persiapan
- Karbohidrat, tergantung cabang olahraga 3-7gr/kgBB/hari
- Protein 1,2 -2,5 gr/kgBB/hari
- Lemak 0,8-1,3gr/kgBB/hari
b. Tahap Kompetisi
- Karbohidrat berkisar 5-12 gr/kgBB/hari
- Protein berkisar 1,4-2 gr/kgBB/hari
- Lemak berkisar 1-1,5 gr/kgBB/hari
c. Tahap Transisi
- Karbohidrat berkisar 3-4 gr/kgBB/hari
- Protein berkisar 1,5-2,3 gr/kgBB/hari
- Lemak berkisar 1.0-2.0 gr/kgBB.

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi performa atlet (lebih detail)?


Andika (15710) :
Sumber:

Faktor psikis acapkali menjadi penentu dan berperan lebih besar. Ogilvie (1968), L. Cooper (1969) dan
Hardiman (1973) mengemukakan bahwa gejala atau aspek-aspek psikis yang berpengaruh dan dapat
dikembangkan pada diri atlet adalah;
1) Kemantapan emosi
Gejolak emosi biasanya ditandai dengan adanya ketegangan (stress) adalah momok bagi atlet,
karena mengganggu keseimbangan psikofisiologik (misalnya; gemetar, lemas, dan kejang
otot) dan ini dapat membuyarkan konsentrasi. Emosi juga berupa takut, marah, gembira,
muak, kecewa, tegang, dan rasa cemas. Walaupun emosi menjadi momok bagi atlet, namun
kalau emosi tersebut dapat ditekan dan dikelola dengan baik maka akan menjadi emosi positif
yang dapat meningkatkan motivasi, semangat dan daya juang yang tinggi, sehingga dapat
menghilangkan perasaan tegang, cemas, marah, takut, kecewa, sehingga kemenangan dan
prestasi dapat diraih. Emosi perlu dikendalikan dengan baik karena dapat berpengaruh
terhadap prestasi atlet. Pengaruh emosi yang tidak terkendali dapat menurunkan
berfungsinya berbagai sistem dalam tubuh antara lain; intelegensi, sistem kardiovaskuler,
pernapasan, kelenjarkelenjar tubuh, pencernaan dan sebagainya
2) Keuletan (agresif),
Warchel dan Cooper (1977) membagi aspek agresivitas menjadi dua yaitu;
1) agresivitas yang terkontrol dan
2). Agresivitas yang tidak terkontrol.
Agresivitas yang terkontrol dengan ketat akan menunjukkan adanya kontrol yang eksterim
terhadap tingkahlaku agresif dalam berbagai kondisi, sedangkan agresivitas yang tidak
terkontrol menunjukkan kurangnya larangan terhadap pengungkapan tingkahlaku agresif dan
kecendrungan untuk mengadakan respons terhadap frustrasi dengan tindakan-tindakan
agresif.
Agresif hanyalah merupakan salah satu dari sifat-sifat seorang pemain. Kecenderungan sifat
agresif pemain menjadi tindakan positif yang dibutuhkan untuk memenangkan suatu
pertandingan atau sebaliknya menjadi tindakan destruktif.
3) Disiplin
Disiplin adalah sikap atau kesediaan psikologik untuk menepati atau mendukung nilai-nilai
atau norma yang berlaku. Atlet yang disiplin akan berusaha untuk menepati ketentuan, tatatertib, peraturan-peraturan dan biasanya juga patuh kepada pembuat peraturan (pelatih dan
pembina). Atlet yang memiliki disiplin diri sadar untuk melakukan latihan sendiri, tanpa ada
yang memerintah dan mengawasi; karena sudah memiliki rasa tanggungjawab untuk
mendukung nilainilai yang dianggapnya baik dan tepat untuk dilakukan. Sikap untuk menepati
dan mendukung nilai-nilai adalah sikap yang mengandung rasa tangggungjawab untuk

kelangsungan nilai-nilai yang dianutnya; sehubungan dengan itu atlet yang bersangkutan tidak
akan mengingkari dan membiarkan nilai-nilai tersebut direndahkan oleh orang lain
4) Percaya diri
Perbedaan kepercayaan diri dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) over confidence,
2) lack confidence,
3) full confidence.
Over confidence adalah rasa percaya diri yang berlebihan yang dimiliki atlet. Segi negatif yang
biasa ditimbulkan oleh over donfiedence pada suatu pertandingan adalah sering menganggap
enteng lawan atau muncul rasa sombong dan menganggap lawan lebih rendah dari dirinya.
Karena harapan sukses terlalu tinggi tersebut, maka apabila mengalami kekalahan atlet yang
bersangkutan kurang siap mental menerima kekalahan tersebut dan mudah frustrasi. Segi
positifnya oada suatu pertandingan adalah ketegangan dan rasa cemas menghadapi lawan
tidak muncul.
Lack confidence atau rasa kurang percaya diri adalah kurang menguntungkan dalam
pertandingan, karena kurang percaya diri ini merupakan tumpuan yang lemah untuk dapat
mencapai prestasi tinggi. Kurang percaya diri berarti atlet meragukan kemampuannya,
akibatnya timbul rasa tegang, cemas dan takut menghadapi lawan, kalau hal seperti ini muncul
maka besar kemungkinan atlet tersebut mengalami kekalahan.
Full confidence adalah rasa penuh percaya diri. Sifat ini perlu ditanamkan pada atlet, karena
rasa penuh percaya diri yang dimiliki atlet merupakan modal utama untuk menghadapi
pertandingan. Rasa penuh percaya diri timbul karena didasari atas kemampuan yang dimiliki
atlet dan hal ini disadari oleh atlet tersebut.
5) Kecerdasan
Kecerdasan (intelegensi) seorang atlet dalam olahraga sangat dibutuhkan, utamanya pada
cabang olahraga yang memerlukan keterampilan teknik tinggi, taktik dan strategi bermain
yang komplkes. Aspek kecerdasan mempunyai kadar yang berbeda-beda antara satu cabang
olahraga dengan cabang olahraga lainnya seperti; cabang olahraga bolavoli, sepakbola,
sepaktakraw dan bolabasket membutuhkan kecerdasan lebih banyak dibandingkan cabang
olahraga gulat, angkat besi, menembak dan sebagainya. Kecerdasan yang tinggi akan
berpengaruh terhadap tingkat kemampuan seseorang atlet untuk mengatasi problema yang
dihadapi dalam latihan dan pertandingan. Atlet yang memiliki kecerdasan tinggi akan lebih
mudah dan cepat menemukan solusi mengatasi problema yang terjadi dalam latihan dan
petandingan dibandingkan atlet yang memiliki tingkat kecerdasan rendah.

Naufal (15765):

Haryo (15956):
1. Atribut fundamental: Kepribadian dan motivasi seperti kepercayaan diri, dan orientasi terhadap
tujuan
2. Skill psikologis dan strategi: strategi dari masing-masing atlet untuk membuat dan mencapai
kondisi ideal performa, bisa berupa self-talk, relaksasi
3. Strategi coping: mekanisme koping dari atlet
4. Kondisi yang ideal untuk bekerja: seperti mendengarkan lagu atau penonton yang ramai
5. Fisik, sosial, dan lingkungan organisasi : Kondisi dari lingkungan, seperti fasilitas, pelatih

Qashmal (16075):

Dewi (15760):

Sumber : Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), 2012

Faktor yang mempengaruhi performa :


1. VO2 Max : the maximal oxygen transported from the environment to the muscles and used
there to support physical activity.
Man :

Woman :

2. Lactate Threshold : parameter terbaik dalam memonitor performa atlet

This lower blood lactate levels observed in the top athletes is due to an enhanced lactate
clearance capacity. Lactate can be exported to the blood for clearance and energy purposes
in pretty much every organ in the body. However, this process takes time (minutes) while
lactate is produced continuously during exercise. Well trained athletes are very efficient and
export less lactate to the blood as they clear it in higher amounts right in the lactate

producing muscle which takes seconds or milliseconds. This is very advantageous as it allows
contractile muscles a faster H+ removal as well as a faster lactate recycling for extra
energy (ATP) within that contractile muscle.
Lactate analysis can give us a lot of information on muscle metabolism during exercise
where we can indirectly assess mitochondria density, oxidative and substrate utilization
status or muscle fiber recruitment patterns.
(Definisi)The bottom line to understand what lactate threshold means is that as muscles
get more metabolically stressed there is a higher lactate accumulation and H+. Mitochondria
in contractile muscles become more stressed to clear lactate in a timely manner and at some
point, if the exercise intensity continues, contractile muscle mitochondria become saturated
and therefore cannot keep up with lactate clearance, then exporting it to the blood and this
is when we see a rise in blood lactate levels which correspond to the metabolic event when
it is not possible to maintain that given exercise intensity.

3. Economy of movement : One simple way to look at it is that athletes whose movement is
more efficient or economical will accomplish the same objective with less energy. Some
athletes just use a little less energy to do the exact same thing and this has more to do with
anatomy and physiology than training

Dian (15860):

Sumber : Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), 2012


Penelitian oleh Bray, Marin (2003) The effect of competition location on individual athlete
performance and psychological states : Tidak ada perbedaan antara tingkat kecemasan da tingkat
percaya diri pada atlet saat bertanding tandang maupun kandang.
Subjek penelitian : skier

Frida (15979):
a. Faktor Internal
1) Tipe serabut otot
2) Genetik
3) VO2 max
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan
a) Panas
- Menghabiskan lebih banyak energi sehingga temperatur inti (core temperature)
naik => impaired thermoregulation
- Menyebabkan dehidrasi
- Penurunan performa atlet sebesar 2-3%
b) Dingin
- Terjadi bronkospasme akibat adanya udara dingin ventilation rate naik
kelelahan dan penurunan peforma
c) Lapangan sintetis vs alami
- Pada pemain sepakbola, angka passing sukses dari short pass lebih baik pada
lapangan sintetis, sementara untuk long pass lebih baik pada lapangan alami.
- Temperatur lapangan sintetik lebih tinggi
- Lapangan sintetik menigkatkan risiko injury akibat karakter rumput yan lebih
kaku.
d) Polusi
- Menyebabkan gangguan pada efekivitas sistem respirasi dan vaskular
- CO2 naik kemampuan mengikat O2 turun
- Ozone menyebabkan inflamasi ada airway
e) Ketinggian
- Penurunan PO2 menyebabkan lingkungan hypobaric hypoxic penurunan
gradien membran sel mengurangi take up dan penggunaan oksigen
peningkatan ventilasi, HR, CO lebih cepat lelah
2) Penggunaan alkohol
- Efek depresan alkohol menyebabkan penurunan aktivasi neural yang mempengaruhi
koordinasi dan kecepatan dari pergerakan alat gerak.
3) Waktu Tidur
4) Emosi
a) Anxietas
Dalam level moderate bisa meningkatkan skill dan ability, namun pada level yang
lebih bisa mengganggu peformance
b) Kemarahan
Sebuah literature review pada tahun 2004 menyebutkan bahwa emosi negatif
seperti marah berkaitan dengan performance yang buruk.
c) Harapan dan Kebahagiaan
d) Stereotype dan Tekanan
Apabila pemain berharap dia akan bermain baik, maka akan memunculkan
streotype positif, begitu pula sebaliknya
e) Stres
5) Lingkungan tim
a) Coaching

Coaches who show sufficient knowledge in the technical skills of sport movements
are better able to teach athletes correctly and decrease the amount of injuries from
improper form and technique (Johnson et al., 2011)
b) Mental Toughness
Research has shown that the team with the greater mental toughness triumphs
more often compared to a mentally weak team (Gucciardi, Gordon, & Dimmock,
2008)
c) Kohesi Pemain
d) Pre-Game Speches
When the study was taken to the field, the question Did the speech your coach
gave immediately prior to the game impact your performance? was posed to the
players. The results of the questionnaire showed that 65.5% of athletes responded
in support of the pre-game speech because the speech facilitated effort, influenced
mental condition, and supplied game knowledge (Vargas-Tonsing & Bartholomew,
2006)

Afifah (16073):

Performa atlet dipengaruhi feedback

Feedback dari pelatih dan diri sendiri

Feedback dari diri sendiri difasilitasi teknologi, seperti kamera perekam

Atlet melihat kekurangan yang telah dilakukan dan melakukan perubahan atau pencegahan

(Liebermann et al 2002. advances in the application of information technology to sport


performance).

Faktor psikologis berpengaruh kepada performa atlet

cognitively anxious individuals will invest


more effort in the task at hand provided they perceive
themselves to have a reasonable chance of success.
Also, within a higher-order catastrophe model framework,
Hardy (1990, 1996b) has proposed that high selfconfidence
might protect cognitively anxious performers
from catastrophic drops in performance.
(Woodman, T., Hardy, L, 2003. The relative impact of cognitive anxiety and self-confidence upon sport
performance: a meta-analysis)

3. Bagaimana cara penilaian dan monitoring performa atlet yang baik?


Levin (15934):
Athlete performance monitor and analysis
Monitoring Training Load to Understand Fatigue in Athletes Shona L. Halson (2014)
Sebagai salah satu pengaruh performa atlet, kelelahan dapat dimonitor dengan cara:

Monitor beban external:


-power output, kecepatan dan akselerasi
-time-motion analysis
-fungsi neuromuskular

Monitor beban internal:


-persepsi usaha
-Session Rating of Perceived Exertion (RPE)
-laju jantung
-rasio HR : RPE
-impuls latihan
-konsentrasi laktat
-rasio laktat : RPE
-HR recovery
-variabilitas HR
-analisis biokimia/hormon/imunologi
-kecepatan psikomotor
-tidur
Renang:
http://corwensharks.co.uk/wp-content/uploads/2013/01/Performance-Evaluation-of-Swimmers.pdf
swim efficiency:
stroke length = swimming speed divided by stroke rate
swimming speed = event distance divided by finishing time
Stroke rate = the number of seconds or frames required to complete 1 or 2 stroke cycles
A stroke efficiency index = swimming speed multiplied by stroke length

Monitor and asess by


Aerobic power : (V. O2max),
Anaerobic power: blood lactate concentration (B[La]),
Dan laju renang

Haryo (15956):

Pengukuran antropometi: Massa tubuh, perawakan, BMI, persentase lemak tubuh


Evaluasi dari kemampuan bergerak, fleksibilitas, stabilitas, dan program latihan yang benar
VO2 Max

Dewi (15760):

Asesmen yang dapat dilakukan


a) Asesmen Biokimia

Sample : serum, plasma, urin, biopsy otot


1. Sebelum olahraga
Untuk mengetahui keadaan basal tubuh
2. Saat olahraga
Untuk mengetahui perubahan akut yang diakibatkan aktivitas fisik
3. Setelah olahraga
Untuk mengetahui perubahan akut, durasi perubahan yang terjadi atau memantau
jika terjadi perubahan pada onset terlambat

Parameter

b) Asesmen Kualitas Nutrisi Atlet :

Intake energy yang mencukupi kebutuhan pertumbuhan dan aktivitas fisik

Intake karbohidrat yang cukup sebagai cadangan glikogen

Intake protein yang tidak berlebihan, cairan, lemak, vitamin dan mineral

Untuk monitoring hidrasi atlet, perlu dilakukan penimbangan berat badan sebelum dan
sesudah olahraga. Jika berat badan setelah olahraga tidak kembali seperti semula, maka
atlet ianjurkan istirahat hingga ter-rehidrasi kembali

c) Asesmen Pertumbuhan Fisik


d) BMI, Body Fat

Dian (15860):
Sport of Wales : menggunakan software dan teknologi video
Yang dilihat : taktik, teknik, gerakan, work-rate within training/competition
Penelitian Saw, Main, Gastin (2015), Monitoring the athlete training response: subjective selfreported measures trump commonly used objective measures: a systematic review
Subjective : mood disturbace : fatigue, tension, depresion, anger; socil stress, emotional stress, sleep
disturbance, dll
Objective: blood markers, heart rate, oxygen consumption, heart rate response, dll
Subjective dan objective tidak berkorelasi. Subjective measures reflected acute and chronic training loads with
superior sensitivity and consistency than objective measures. Subjective well-being was typically impaired with an
acute increase in training load, and also with chronic training, while an acute decrease in training load improved
subjective well-being.

Lecture dr.Arta :
Screening and Assessment :
Assessing physical growth, Weight for age, height for age, BMI, Body fat assessment, Assessing
Nutritional Quality of Athletes Diet
Monitoring hidrasi : timbang atlet sebelum dan sesudah olahraga Hidrasi yang cukup hingga berat
badan kembali. Haus bukan merupakan indikator, karena tubuh dapat berkompensasi

Frida (15979):
a. Penilaian
Bisa dengan FMS (Functional Movement Screen). FMS is a comprehensive exam that
assesses quality of fundamental movement patterns to identify an individuals limitations or
asymmetries. A fundamental movement pattern is a basic movement utilized to
simultaneously test range of motion, stability, and balance. The exam requires muscle
strength, flexibility, range of motion, coordination, balance, and proprioception in order to
successfully complete seven fundamental movement patterns. The athlete is scored from
zero to 3 on each of the seven movement patterns with a score of 3 considered normal.
Ada 7 tes, yaitu:

b. Monitoring overtraining

4. Bagaimana cara meningkatkan performa atlet dengan dasar sport science?


Haryo (15956):
Sport science membantu pelatih untuk mengimprovisasi performa dari atlet dengan cara memberi
pelayanan yang dapat membantu mereka mengoptimalkan program latihan, memaksimalkan
performa saat kompetisi, dan meningkatkan kesehatan atlet. Ada 3 elemen yang membantu, yaitu:
1. Science and Medical Staff: kombinasi dari sport medicine, fisioterapi, soft tissue therapy,
strength & conditioning, fisiologi, performa fisiologi, performa nutrisi, analisis performa,
biomekanik, performa gaya hidup, dan pathway
2. Engineering dan teknologi: Peralatan, teknologi, aksesoris
3. Supplementary support & expertise: Proyek, expertise, dan edukasi untuk masalah performa
dan suplemen
Sagita Mega:
Performance enhancement:
-

Surgery: untuk meningkatkan kecepatan perbaikan


Lasik surgery: perbaikan performa pada pemain golf yang mungkin mengalami kesulitan dalam
melihat jauh

Dewi (15760):

Elemen yang berkontribusi :


1. Science and Medical Staff
A combination of practitioners from a range of disciplines which may include sport medicine,
physiotherapy, soft tissue therapy, strength & conditioning, physiology, performance
psychology, performance nutrition, performance analysis, biomechanics, performance
lifestyle and pathways.
2. Engineering And Technology
Equipment, technology and accessories that can be used to support practitioners as well as
specific projects.
3. Supplementary Support & Expertise
Projects, expertise and education to address specific performance issues and supplement
the day-to-day service provided by practitioners

Prioritas yang dilakukan :


1) Optimise training programme : Ensuring athletes have a training programme which enables
them to be in peak condition for major competitions is a critically important
2) Maximise Competition Performance :
i. FISIK
1. Tapering strategies : sehingga atlet tetap berada pada kondisi
puncak saat pertandingan
2. Injury and illness prevention : pre-rehabilitasi untuk melindungi
bagian tubuh yang beresiko cedera, modifikasi diet
ii. MENTAL
1. Mengurangi distraksi dan latihan focus untuk atlet
2. Management stress dan tekanan
iii. TACTICAL
Performance analysts bekerja sama dengan coach dan atlet untuk
pengembangan teknik, menilai kelemahan lawan dan tren scoring oleh
juri
iv. TECHNOLOGY AND ENGINEERING
Inovasi dalam training science, performa medicine, equipment dan
coaching technologies

3) Improve Athletes Health and Wellbeing


4) Identify and Develop Talents

Sumber : Improving Sporting Performance Through

Science, Medicine And Technology. English Institute of Sport

Dian (15860):
Melakukan sport medicine, sport nutrition, sport physiology, sport psychology, biomekanik, Strength
conditioning : performance enhancement dan injury preventing (Sumber:Sport of Manitoba, Sport
Wales)
Psikologi : konsentrasi, motivasi, kepercayaan diri, kemampuan beradaptasi dengan keberagaman,
kontrol emosi. Skills: relaksasi, imagery, competition preparation, training and performance review,
goal setting, ability to focus, managing selt talk
Performance enhancement : kekuatan otot, endurans, power, specifis functional movement, speed,
agilitys
Injury prevention : postural training, stability, core strengthening and movement based assessment.
Frida (15979):
-

Pengaturan gizi sesuai kebutuhan dan jenis olahraga


Monitoring atlet agar tidak terjadi overtraining

5. Bagaimana penggunaan obat-obatan pada dunia olahraga?


Andika (15710)
-

Zat Ergogenik: bahan-bahan yg dapat membantu meningkatkan performance atlet.


Antioksidan: Substansi yang dapat mengatasi radikal bebas
Enzim, vitamin, mineral, phytochemical
Diyakini:
1) Mengurangi gejala/risiko yg terkait dg banyaknya radikal bebas yg terbentuk akibat
exercise.
2) Melindungi terhadap penyakit akibat penuaan
3) Anti-aging
Riset penggunaan antioksidan pada atlet memberikan hasil yang bervariasi.
Riset:
o Antioksidan dalam bentuk campuran (multivitamin) memberikan manfaat yang lebih
baik selama latihan intensitas tinggi
o Hati-hati: riset biasanya untuk penggunaan jangka pendek.
Untuk pengunaan jangka panjang belum cukup informasi
Dosis selenium lebih dari 900 g sudah menyebabkan efek toksik (mual, muntah).
Untuk vitamin larut lemak (A,D,E,K) bila dosis 10x lipat dosis yang dianjurkan bisa toksik.

Ginseng:
Meningkatkan pembentukan energi
Meningkatkan konsentrasi
Meningkatkan libido
Membantu dalam mengurangi BB
Menjaga kesehatan
- Riset
o Memberikan hasil yg bervariasi tergantung pada dosis, cara pemberian, desain
penelitian & tipe ginseng yang digunakan.
o 100 g ginseng mengandung 338 kalori, 12,2 g protein, 70 g karbohidrat, beberapa
vitamin & mineral & zat-zat aktif lain
- Perhatian!
o Beberapa sediaan ginseng mengandung produk herbal lain, misal efedrin, yang tidak
selalu tertulis di kemasan.
o Dosis toksik pd manusia 0,5-2 g per hari.

L-Carnitin:
Asam karboksilat rantai pendek, yg dlm tubuh dibentuk dari asam amino lisin & metionin.
Klaim:
o Meningkatkan aerobic power & energi,
o Menurunkan lemak tubuh
Fakta: tidak ada efek ergogenik stlh pemberian L-carnitin (4 g selama 7 hari) dengan latihan
anaerob intensitas tinggi, hanya meningkatkan kadar serum carnitin.
Dosis besar: diare

Taurin
Salah satu asam amino yang berperan pada metabolisme khususnya di otak.

Risiko kekurangan taurin jika tidak cukup konsumsi sistein atau vitamin B6.
Sumber makanan: daging, ikan
Fungsi Taurin
o Di otak & jantung: membantu menstabilkan membran sel
o Antioksidan
o Memperlancar impuls saraf

Kafein
Stimulan
Klaim: meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, & endurance
Siapa yang mendapat keuntungan dari kafein?
o Atlet yang bermain dalam intensitas tinggi,
o Atlet yang bermain dalam intensitas tinggi, waktu yang singkat
o Efek samping: kecemasan, gangguan tidur, efek diuretik seperti dehidrasi.
Dosis yang diperbolehkan: tidak lebih dari 12 mcg/ml dalam urin (8 cangkir kopi).
Pada tahun 2008 Kafein tidak masuk doping, namun masuk dalam program pemantauan

CREATIN MONOHYDRATE:
Klaim
Meningkatkan kekuatan otot
Memperbesar otot
Membantu membakar lemak
Meningkatkan daya tahan & menunda kelelahan
Creatin:

Salah satu komponen dalam sumber makanan tinggi protein, seperti daging merah.
Secara endogen dibentuk dari asam amino glisin, arginin, & metionin oleh hati, ginjal, &
pancreas.
95% creatin disimpan di otot skelet; 5% di jantung, otak, & testis.
Fakta
o Beberapa studi memperlihatkan efek jangka pendek suplementasi creatin dalam
aktivitas yg membutuhkan kekuatan & power (knee extension, bench press, cycling
sprint). cycling sprint).
o Suplementasi creatin tidak berdampak pada aktivitas endurance.

Coenzym Q10 (ubiquinon)


Merupakan bagian dari rantai respirasi, karier elektron & proton yg menyokong pembentukan
ATP di mitokondria, sebagai antioksidan.
Klaim: memperlambat proses penuaan, meningkatkan energi, memperkuat meningkatkan
energi, memperkuat jantung, memperbaiki sistem imun, mengurangi berat badan.
Fakta
o Sebagai antioksidan
o Belum ada studi pada atlet
o Efek samping yang dilaporkan: nyeri epigastrik.

Naufal (15765):

Levin (15934):
drugs in sports
http://sportsanddrugs.procon.org/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4140700/pdf/sar-5-095.pdf

Human growth Hormone : merasa lebih kompetitif dan kuat, menambah massa otot dan
mengurangi jaringan lemak. Sprint capacity naik.
Steroid : derivat testosteron (androgen, danazol, nandrolone, stanozol, androstenedione) :
meningkatkan kekuatan dan massa otot
Creatine : lean body mass dan max power output naik

Beta blocker menurunkan tremor, dilarang pada olahraga memanah, menembak, dan biliard.
*Blood doping (recombinant human erythropoietin dan darbepoietin alpha) menambah darah
sehingga transpor O2 meningkat, aerobic power dan physical exercise tolerance meningkat

Social drugs: bersifat menenangkan

Nicotine

Addictive and found in cigarettes, cigars and tobacco.

Reduces lung capacity bad for stamina events.

Risk of heart disease and lung cancer.

Alcohol

Reduces concentration and coordination.

Risk of liver damage (cirrhosis).

Cannabis

Reduces concentration and coordination.

Reduces lung capacity bad for stamina events.

Risk of heart disease and lung cancer.

Illegal.

Caffeine

Found in coffee, chocolate and 'energy' drinks.

A mild stimulant causing tiredness unless taken repeatedly.

Masih boleh digunakan (permission by WADA)

Stimulants

Eg amphetamines, d-methamphetamines, pseudo/ephedrine

A banned doping class and illegal.

Improve endurance, anabolic performance nambah

Mengurangi rasa lelah, reaction time, alertness naik

Stimulants

Make athletes more alert and mask


fatigue (extreme tiredness caused
by physical activity)

Can cause heart failure, addictive

Anabolic
agents steroids

Help athletes to train harder and


build muscle

Increased aggression and kidney damage

Diuretics

Remove fluid from the body. Used


to make the weight, eg in boxing
and to hide other drug use

Causes severe dehydration

Narcotic
analgesics

Mask pain caused by injury or


fatigue which can make the injury
worse

Addictive

Peptides and
hormones

EPO (Erythropoietin) red blood


cells - gives more energy
and HGH (Human Growth
Hormone) - build muscle

EPO - risk of stroke or heart problems and


HGH - abnormal growth, heart disease,
diabetes, arthritis etc

Haryo (15956):
Drug abuse in athlete: Menggunakan agen doping untuk meningkatkan performa. Obat obat ini
biasanya adalah:
Androgen(testosterone eksogen, androgen sintetik, precursor androgen, selective androgen
receptor modulator, dan bentuk lain dari stimulasi androgen): Untuk meningkatkan massa
dan kekuatan otot
Growth hormone dan growth factor (insulin-like growth factor, insulin): Untuk meningkatkan
massa otot dan mengurangi jaringan adiposa
Stimulan (amfetamin, D-methamphetamine, methylphenidate, ephedrine,
pseudoephedhrine, caffeine, dimethylamylamine, cocain, fenfluramine, pemoline, selegiline,
sibutramine, strychnine, modafinil) : Untuk meningkatkan endurance, meningkatkan
performa anaerob, menurunkan perasaan lelah, meningkatkan waktu reaksi, meningkatkan
kewaspadaan, dan penurunan berat badan.

Qashmal (16075)

Sagita Mega (15732):

Dietary Supplementation Health and Education Act (DSHEA) tahun 1994, FDA dibawah
DSHEA menyatakan tidak menyetujui semua bentuk suplemen baik terbukti efektif
ataupun tidak.
Suplemen adalah : vitamins, minerals, amino acids, botanicals, herbs, and substances such
as enzymes, organ tissues and glandulars, metabolites
The Anabolic Steroid Control Act yang berlaku tahun 2005 mengklasifikasikan berbagai
prohormon dan steroid precursor termasuk yang pernah digolongkan sebagai suplemen
dilarang penggunaan dan pengedarannya, dan dinyatakan illegal tanpa resep.
Kepemilikan mau pengedaran dapat dihukum hingga 5 tahun penjara.
Anabolik steroid dan stimulant DILARANG penggunaannya.
Examples include, but are not limited to, alcohol, amphetamines, ephedrine, ma huang,
opiates, anabolic-androgenic steroids, barbiturates, caffeine, cocaine, heroin, LSD, PCP,
marijuana and all forms of tobacco. The use of such drugs is contrary to the rules and
ethical principles of athletics competition.
Obat boleh asal tidak termasuk dalam daftar obat illegal dan benar diresepkan oleh
dokter. Jika obat tidak diijinkan digunakan dan dianggap sebagai doping dan dokter tetap
meresepkan maka dokter juga akan terkena sanksi. Obat hanya boleh diresepkan oleh
dokter, didispensing oleh apoteker bukan oleh trainer/coach.

SPORT MEDICINE HANDBOOK (2007)


1. Anabolic Steroid : Dulu, Olimpian Yunani makan testis domba sebelum bertanding
ternyata gunanya ada di testosteronnya. Anabolic steroid ini mirip dengan testosterone
yang punya fungsi anabolic (muscle building) dan androgenic (meningkatkan
maskulinitas). Penggunannya ada 3 teknik administrasi:
a. Cycling: siklus minggu-bulan
b. Stacking: ada yang suka kombinasi untuk hindari efek samping seminimal
mungkin dan mendapat keefektivan semaksimal mungkin
c. Pyramiding: low doses terus lama-lama meningkat seiring siklusnya, membiarkan
tubuh menyesuaikan diri dengan dosisnya.
Hanya boleh didapat dengan resep dokter (legal). Tanpa resep dokter illegal, bisa dapet
dari iklan, black market, sesame atlet tapi kadang produksinya tidak higienis dan bisa
mengandung substansi lain yang berbahaya. DHEA dan Andro dijual legal tapi
keefektivannya tidak terbukti.
there are some gender-specic side effects:
For men: shrinking of the testicles, reduced sperm count, infertility, baldness,
development of breasts, and increased risk for prostate cancer.
For women: growth of facial hair, baldness, changes in or cessation of the menstrual
cycle, enlargement of the clitoris, and a deepened voice.
2. Gene Doping (Gene Therapy) untuk membantu percepatan penyembuhan injury
3. Blood Doping : transfusi darah

Dewi (15760):
Performance-Enhanced Drugs
a) Anabolic Agents
Fungsi medis : tx delayed puberty, impotensi, muscle wasting
Efek :

Fisiologis :
Jerawat, kebotakan pada pria, kerusakan liver, hambatan pertumbuhan, dan
gangguan pubertas pada anak

Psikologis :
Peningkatan agresifitas dan hasrat seksual, terkadang menjadi perilaku criminal dan
seksual yang abnormal (Roid Rage)
Penghentian konsumsi steroid anabolic dapat berakibat depresi hingga bunuh diri

Gender Spesific
Male : gynecomastia, testis mengecil, impoten, produksi sperma menurun
Femal : suara memberat, perkembangan payudara terganggu, hirsutism,
pembesaran klitoris, dan siklus menstruasi tidak normal

b) Peptide Hormones, Growth Factors and Related Substances


Fungsi medis : tx kanker, kelahiran premature,dll
Efek :

Fisiologis
Hipertensi (EPO/hGH)
Leukimia (EPO/hGH)
Anemia (EPO)
Stroke (EPO)
Heart attacks
Pulmo embolism (EPO)
Feminisasi (HCG)
hGH: gangguan thyroid, severe headaches, loss of vision, akromegali,
hipertensi, gagal jantung, diabetes, tumor, crippling arthritis

c) Beta-2 Agonist
Fungsi medis : tx asma dan gangguan respiratori lainnya
Efek :

Fisiologis : palpitasi, nyeri kepala, berkeringat, mual, keram otot, nervous

d) Diuretics
Fungsi medis : tx hipertensi, gangguan ginjal, CHF
Efek :

Fisiologis : dehidrasi, keram otot, dizziness, drop in blood pressure, kurangnya


koordinasi dan keseimbangan

e) Stimulants
Fungsi medis : tx ADHD, asthma, narcolepsy, obesitas
Efek :

Fisiologis : insomnia, anxietas, weight loss, adiksi dan ketergantungan, dehidrasi,


tremor, peningkatan HR dan blood pressure, peningkatan resiko strk, serangan
jantung dan aritmia

f)

Narcotics
Fungsi medis : pain reliever, inducing sleep
Memunculkan sensasi euphoria dan stimulasi psikologis
Efek :

Fisiologis : false sense, mual muntah, peningkatan ambang nyeri, penurunan HR,
adiksi dan ketergantungan

g) Cannabinoids (Marijuana)
Efek :

Fisiologis : peningkatan HR, gangguan memori jangka pendek, penuruna koordinasi


dan reflex, konsentrasi menurun, disorientasi, gangguan pernapasan

Psikologis : mood instability, gangguan berpikir

h) Glucocorticosteroids
Fungsi medis : tx alergi, asma, kondisi inflamasi dan kelainan kulit
Efek :

Fisiologis : penurunan massa otot, kelemahan pada otot, tulang, tendon dan
ligament, hambatan pertumbuhan

i)

Beta Blockers
Fungsi medis : kontrol hipertensi,aritmia, angina pectoris, migarin dan keadaan cemas
Efek :

j)

Fisiologis : penurunan tekanan darah dan HR, gangguan tidur dan spasme airways

Blood Doping

Suatu usaha menggunakan berbagai teknik atau substansi untuk meningkatkan masa sel
darah merah dalam tubuh sehingga kapasitas transport oksigen menuju oksigen akan
semakin besar dan menyebabkan peningkatan kapasitas aerobic dan endurance.
1) Erythropoietin
2) Synthetic Oxygen carriers
3) Blood transfusion

Efek :

Fisiologis : peningkatan stress jantung, blood clotting, stroke (dengan transfuse


terdapat resiko penyakit AIDS atau hepatitis)

Sumber :
Lecture Sports Nutrition
Lecture Biochemical Basis of Sport Performance
http://www.eis2win.co.uk/app/uploads/2016/03/EIS-Improving-Sporting-PerformanceBrochure.pdf
http://www.usada.org/substances/effects-of-performance-enhancing-drugs/

http://www.usada.org/wp-content/uploads/wada-2016-prohibited-list-en.pdf
http://www.lactate.com/lactate_threshold.html
http://home.trainingpeaks.com/blog/article/what-is-lactate-and-lactate-threshold
http://www.topendsports.com/testing/norms/vo2max.htm

Dian (15860):
UU No.3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan Nasional, Bab I Ketentuan umum pasal 1 ayat 22 :
doping adalah penggunaan zat atau metode terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga.
World Anti Doping Agency (WADA) : doping dilarang
List zat yang dilarang serta metode yang dilarang (update per tahun):
Zat yang dilarang all the time (s0-s5):

Zat yang dilarang di kompetisi (s0-s9)

Zat yang dilarang di olahraga tertentu :


termasuk zat yang dilarang di kompetisi (s0-s9)+(p1-p2)

Metode yang dilarang (m1-m3):

List obat, serta beberapa pengecualian bisa dilihat d webnya langsung

Frida (15979):
a. Anabolic steroid
Besides making muscles bigger, anabolic steroids may help athletes recover from a hard
workout more quickly by reducing the muscle damage that occurs during the session. This
enables athletes to work out harder and more frequently without overtraining. In addition,
some athletes may like the aggressive feelings they get when they take the drugs.
Men may develop:

Prominent breasts
Baldness
Shrunken testicles
Infertility
Impotence
Prostate gland enlargement

Women may develop:


A deeper voice
An enlarged clitoris
Increased body hair
Baldness
Infrequent or absent periods
Both men and women might experience:
Severe acne
Increased risk of tendinitis and tendon rupture
Liver abnormalities and tumors
Increased low-density lipoprotein (LDL) cholesterol (the "bad" cholesterol)
Decreased high-density lipoprotein (HDL) cholesterol (the "good" cholesterol)
High blood pressure (hypertension)
Heart and circulatory problems
Aggressive behaviors, rage or violence
Psychiatric disorders, such as depression
Drug dependence
Infections or diseases such as HIV or hepatitis if you're injecting the drugs
Inhibited growth and development, and risk of future health problems in teenagers
b. Androstenedione
Allow athletes to train harder and recover more quickly. However, its use as a performanceenhancing drug is illegal in the United States.
Side effects of andro in men include:

Acne
Diminished sperm production
Shrinking of the testicles
Enlargement of the breasts

In women, side effects include:

Acne
Masculinization, such as deepening of the voice and male-pattern baldness

In both men and women, andro can decrease HDL cholesterol (the "good" cholesterol),
which puts you at greater risk of heart attack and stroke.

c. Human Growth Hormon


Human growth hormone, also known as gonadotropin, is a hormone that has an anabolic
effect. Athletes take it to improve muscle mass and performance. However, it hasn't been
shown conclusively to improve either strength or endurance. It is available only by
prescription and is administered by injection.
Adverse effects related to human growth hormone range in severity and may include:
Joint pain
Muscle weakness
Fluid retention
Vision problems
Carpal tunnel syndrome
Impaired glucose regulation
Enlarged heart (cardiomegaly)
High cholesterol (hyperlipidemia)
Diabetes
High blood pressure (hypertension)
d. Erythropoietin
It increases production of red blood cells and hemoglobin, resulting in improved movement
of oxygen to the muscles. Epoetin, a synthetic form of erythropoietin, is commonly used by
endurance athletes.
Side Effect:
Inappropriate use of erythropoietin may increase the risk of thrombotic events, such as
stroke, heart attack and pulmonary embolism.
e. Diuretik
Diuretics are drugs that change your body's natural balance of fluids and salts (electrolytes)
and can lead to dehydration. This loss of water can decrease an athlete's weight, helping
him or her to compete in a lighter weight class, which many athletes prefer. Diuretics may
also help athletes pass drug tests by diluting their urine and are sometimes referred to as a
"masking" agent.
Diuretics taken at any dose, even medically recommended doses, predispose athletes to
adverse effects such as:
Dehydration
Muscle cramps
Dizziness

f.

Potassium deficiency
Rash
Gout
Drop in blood pressure
Loss of coordination and balance
Death

Kreatin
Creatine appears to help muscles make more adenosine triphosphate (ATP), which stores
and transports energy in cells, and is used for quick bursts of activity, such as weightlifting
or sprinting. There's no evidence, however, that creatine enhances performance in aerobic
or endurance sports.
Possible side effects of creatine that can decrease athletic performance include:
Stomach cramps
Muscle cramps
Weight gain

g. Stimulan
Some athletes use stimulants to stimulate the central nervous system and increase heart
rate and blood pressure. Common stimulants include caffeine and amphetamines.
Stimulants can:

Improve endurance
Reduce fatigue
Suppress appetite
Increase alertness and aggressiveness

Although stimulants can boost physical performance and promote aggressiveness on the
field, they have side effects that can impair athletic performance:

Nervousness and irritability, which make it hard to concentrate on the game


Insomnia, which can prevent an athlete from getting needed sleep
Dehydration
Heatstroke
Addiction or tolerance, meaning that athletes need greater amounts to achieve the
desired effect, so they'll take doses that are much higher than the intended medical
dose

Other side effects include:

Heart palpitations
Heart rhythm abnormalities
Weight loss
Tremors
Mild high blood pressure (hypertension)
Hallucinations
Stroke
Heart attack and other circulatory problems

You might also like