You are on page 1of 84

PEDOMAN PELAYANAN RAWAT INTENSIF

BAB I

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

BAB II

Latar Belakang
Ruang Lingkup Pelayanan (Primer, Sekunder, Tertier)
Batasan Operasional
Landasan Hukum

STANDAR KETENAGAAN
A.
B.
C.
D.

Kualifikasi sumber daya manusia


Distribusi ketenagaan
Pengaturan jaga
Pelatihan
a. Pengenalan tanda kegawat-daruratan yang mengancam nyawa
b. Perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk RJP dasar
c. Pemasangan intervensi intravaskuler
d. Melakukan pelayanan perawatan intensif sesuai kebutuhan pasien
e. Program pengendalian infeksi
f.

Program keselamatan dan kesehatan kerja.

g. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman.


h. Pelayanan prima.
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
B. Standar fasilitas
C. Pemeliharaan, perbaikan dan kaliberasi peralatan
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Kriteria masuk dan keluar ICU
B. Persiapan penerimaan pasien
C. Monitoring pasien
D. Prosedur medik
a.

Pemasangan CVP

b.

Pemasangan stomach tube

c.

Intubasi dan perawatannya

d.

Ekstubasi

e.

Balance cairan

f.

Rehabilitasi Medik

g.

Penilaian kematian batang otak

Format Pedoman ICU

Page 1

E. Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik


F. Penggunaan ventilator mekanik
G. Pengunaan alat medik
a. Inkubator
b. Syringe pump
c. Infusion pump
d. Suction
e. Defibrilator
H. Konsultasi
I. Indikasi dan prosedur pemeriksaan laboratorium dan radiologi
J. Pengiriman pasien
a.

Pengiriman ke rawat inap

b.

Pengiriman ke kamar operasi

c.

Pengiriman rujukan

d.

Pengiriman ke kamar jenazah

K. Rekam Medis
L. Pencacatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
M. Evaluasi hasil perawatan pasien (Pelaporan pada Pedoman Organisasi)
BAB V

LOGISTIK
A. Prosedur penyediaan Alat Kesehatan dan Obat
B. Perencanaan peralatan / peremajaan

BAB VI KESELAMATAN KERJA


Pelaksanaan program keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana (K3)
BAB VII PENGENDALIAN MUTU
A. Angka kematian spesifik
B. Angka infeksi nosokomial (pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi jarum infus)
C. Indikator klinik dan insiden keselamatan pasien

BAB VIII PENUTUP


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Format Pedoman ICU

Page 2

Pelayanan keperawatan ICU adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada


pasien dalam kondisi kritis di ruang perawatan intensif, dilaksanakan secra terintegrasi
oleh tim yang terlatih dan berpengalaman dibidang critikal care. Pengelolahan pelayanan
ICU dilakukan secara khusus dengan mengutamakan keselamatan pasien (Pasient Safety),
untuk menurunkan angka kematian dan kecatatan.
Pelayanan keperawatan ICU merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat
perlu untuk dikembangkan di Indonesia, sejalan dengan perkembangan dan tegnologi
dibidang perawatan intensif. Pelayanan keperawatan ICU bertujuan untuk memberikan
asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang membutuhkan terapie intensif dan
potensial untuk disembuhkan. Kondisi ini membutuhkan

perawat profesional yang

memiliki kompetensi di bidang perawatan intensif yang tersertifikasi,sehingga dapat


dipertanggung jawabkan untuk untuk memberikan pelayanan keperawatan pasien di Ruang
perawatan Intensif.
Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus, terbatasnya
sarana,dan prasarana,serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan ICU perlu
untuk dikosentrasikan.
B.

Ruang Lingkup Pelayanan (Primer, Sekunder, Tertier)


1.
Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit- penyakit akut yang mengancam
2.

jiwa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan

3.

pelaksanaan spesifik problem dasar.


Pemantauan fungsi fital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang

4.

ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik,dan


Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung
pada alat / mesin dan orang lain.

C.

Batasan Operasional
Bidang kerja ICU meliputi pengelolahan pasien, administrasi unit, pendidikan dan
penelitian. Kebutuhan dari masing-masing bidang akan tergantung dari tingkat pelayanan
tiap unit .
1.
Pengelolaan pasien langsung.
Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh dokter
intensivis dengan melaksanakan pendekatan pengelolaan total pada pasien sakit
kritis, mewnjadi ketua tim dari berbagai pendapat konsultan atau dokter yang ikut
merawat pasien sehingga dapat mencegah pengelolaan yang terkotak-kotak dan
menghasilkan pendekatan yang terkordinasi pada pasien dan keluarganya.
2.

Administrasi unit
Pelayanan ICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan yang
menjamin pelayanan yang aman , tapat waktu dan efektif. Untuk tercapainya
diperlukan partisipasi intensivis pada aktivitas manajemen.

Format Pedoman ICU

Page 3

3.

Pendidikan, pelatihan dan penelitian


ICU melakukan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga medis dan non
medis mengenai hal-hal yang terkait ICU.Pelatihan ICU untuk kepala ICU terdiri
dari :
a.
b.
c.
d.
e.

D.

Pelatihan pemantauan (monitoring)


Pelatihan ventilasi mekanik
Pelatihan terapi cairan,elektrolit dan asam basah
Pelatihan penatalaksanaan infeksi
Pelatihan Manajemen ICU
ICU juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian.

Landasan Hukum
1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
4.

Nomor 126. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438)


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

5.

Nomor 4437)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

6.

Konsumen
Peraturan Pemrintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah

7.
8.

Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota


Peraturan Pemrintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 148 Tahun 2010 tentang Izin dan

9.

Penyelenggaraan Praktik Keperawatan


Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575 Tahun 2005 tentang Organisasi dan

10.

Tata Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia


Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1045 Tahun 2006 tentang Pedoman

11.

Organisasi Rumah Sakit Umum


Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/MenTahun 2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum

Format Pedoman ICU

Page 4

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A.

Kualifikasi sumber daya manusia


Dalam upaya mempersiapkan tenaga rekam medis yang handal, perlu kiranya
melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi
organisasi.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses mengantisipasi dan
menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam dan ke luar organisasi. Tujuannya adalah
mendayagunakan sumber-sumber tersebut seefektif mungkin sehingga pada waktu yang
tepat dapat disediakan sejumlah orang yang sesuai dengan persyaratan jabatan.
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
oganisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi.
Adapun kualifikasi sumber daya manusia di Instalasi Rekam Medis Royal Progress
adalah sebagai berikut :
1.

Kepala ICU

Dokter spesialis anastesiologi


Dokter spesialis lain yang terlatih ICU (jika belum ada dokter

spesialis

anastesiologi
Format Pedoman ICU

Page 5

Seorang Kepala ICU adalah seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi:
a) Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care
medicine(KIC, Konsultan Intensive Care)melalui program pelatihan dan
pendidikan yang diakui oleh Perhimpunan profesi terkait.
b) Menunjang kualitas hidup pelayanan di ICU dan menggunakan sumber daya
ICU secara efisien
c) Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU.
d) Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24
e)

jam/hari, 7 hari/minggu
Mampu melakukan prosedur critikal care antara lain :

Sampel darah arteri


Memasang mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi trakheal
,trakeostomy perkutan, dan ventilasi mekanik.
Mengambil kateter intravaskuleruntuk monitoring invasif maupun terapi
invasif (misal: Connuous Renal Replacement Therapy ) dan peralatan
monitoring; kateter arteri, kateter vena sentral,kateter vena perifer,kateter

f)

arteri pulmonaris.

Resusitasi Jantung Paru


Pipa thoracostomi
Melaksanakan dua peran utama:
a.
Pengelolaan Pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan
pelayanan di ICU, menggabungkan dan melakukan titrasi layanan pada
pasien berpenyakit kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi
sistem, dokter ICU dapat berkolaborasi dengan dokter lain.mengelola
pasien kritis dalam kondisi seperti :

Hemodinamik tidak stabil

Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan

tunjangan ventilasi mekanik


Gangguan neurologis akut

intrakranial
Gangguan atau gagal ginjal akut
Gangguan endokrin dan atau metabolik akut yang mengancam jiwa
Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
Gangguan koagulasi
Infeksi serius yang mengancam nyawa
Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi

termasuk

mengatasi

hipertensi

b. Manajemen unit
Dokter ICU berpartisipasi aktif dalam manajemen unit yang
diperlukan untuk pelayanan ICU yang efisien,tepat waktu dan
konsisten,antara lain

Triase, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien

Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit.

Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas

yang

berkelanjutan termasuk supervisi koreksi data.


Format Pedoman ICU

Page 6

Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin

kelancara pelayanan ICU


g) Mempertahankan pendidikan yang berkelanjutan tentang critikal care
medicine
h) Ada dan bersedia untuk berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan
2.

kualitas interdisiplin.
Tim Medis
Dokter spesialis sebagai konsultan (yang dapat dihubungi setiap diperlukan)
Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru yang bersertifikat
bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut

3.

Perawat
Perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan hidup
lanjutan. Jumlah perawat ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan
ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik adalah 1: 1 , sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak
menggunakan ventilasi mekanik adalah 1 : 2.

4.

Tenaga non kesehatan


Tenaga administrasi di ICU harus mempunyai kemampuan mengoperasikan
komputer yang berhubungan dengan masalah administrasi
Tenaga Pekarya
Tenaga kebersihan

B.

Distribusi ketenagaan
SDM Intensive Care Unit RSUD Sinjai berjumlah 35 orang dan terbagi menjadi 4
bagian yaitu kepala ICU, tim medis, perawat dan tenaga non kesehatan.
Intensive Care Unit RSUD Sinjai dikepalai oleh seorang dokter spesialis
anastesiologi. Adapaun pendistribusian SDM Intensive Care Unit RSUD Sinjai adalah
sebagai berikut :
Tabel Distribusi SDM ICU RSUD Sinjai

Format Pedoman ICU

Page 7

NAMA JABATAN

Kepala ICU

KUALIFIKASI
FORMAL & INFORMAL

Waktu
Kerja

JML
SDM

Dokter Spesialis Anastesiologi

24 Jam

Tenaga Medis
1. Dokter Spesialis

( Konsultan )
2. Dokter Jaga 24
Jam

Dokter spesialis

24 jam

Dokter Umum
( Kemampuan Resusitasi Jantung Paru
dan bersertifikat BHD, BHL )

24 Jam

Perawat
S1 Keperawatan
1. Kepala Ruangan

( Pengalaman Minimal 5 tahun +


Pelatihan Perawat Mahir ICU +
Bersertifikat BHD, BHL )

24 Jam

24 Jam

24 Jam

1 Shift

1 shift

1 shift

1 Shift

1 shift

18

S1 Keperawatan + Profesi Ners


2.

Perawat Primer

( Pengalaman Minimal 5 Tahun +


Bersetifikat BHD, BHL + Pelatihan
Perawat Mahir ICU )
S1 Keperawatan + Profesi Ners

3.

Perawat Primer

4.

Perawat
Assosiate

5.

Perawat
Assosiate

6.

Perawat
Assosiate

7.

Perawat
Assosiate

8.

Perawat
Assosiate

Format Pedoman ICU


Tenaga Non Kesehatan

( Pengalaman Minimal 5 Tahun +


Bersetifikat BHD, BHL )
S1 Keperawatan + Profesi Ners
( Pengalaman minimal 2 tahun +
Pelatihan Perawat Mahir ICU )
S1 Keperawatan
( Pengalaman Minimal 2 tahun +
Bersertifikat BHD, BHL )
S1 Keperawatan
( Pengalaman minimal 2 tahun )
D III Keperawatan
( Pengalaman Minimal 2 tahun +
Bersertifikat BHD , BHL )
DIII Keperawatan
( Pengalaman minimal 2 tahun )
Tenaga Kebersihan
Jumlah

Page 8

35

C.

Pengaturan jaga
Pengaturan Jaga Perawat ICU

Pengaturan jadwal dinas perawat ICU dibuat dan di pertanggung


jawabkan oleh Kepala Ruang ICU dan disetujui oleh

Kepala Bidang

Pelayanan dan Keperawatan

Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana ICU setiap satu bulan..

Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari


tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas
pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).

Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ
Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa
kerja minimal 2 tahun.

Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.

Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat
yang bersangkutan harus memberitahu Kepala ruangan ICU : 2 jam
sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam.
Sebelum memberitahu Karu ICU, diharapkan perawat yang bersangkutan
sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan
tidak mendapatkan perawat pengganti, maka KaRu ICU akan mencari
tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur atau perawat
ICU yang Stand by pagi

Format Pedoman ICU

Page 9

Apabila ada tenaga perawat tidak dapat jaga sesuai jadwal karena sesuatu hal
(Izin terencana lebih dari 1 hari ) maka Perawat yang berkepentingan mencari
pengganti sendiri dengan perawat yang spesifikasinya sama, selanjutnya
menyampaikan secara lisan kepada kepala ruangan dengan alasan yang jelas.
Apabila kepala ruangan menyetujui, maka di buatkan surat pengantar untuk
selanjutnya diteruskan ke bagian kepegawaian RSUD Sinjai. Setelah selesai izin,
yang berkepentingan supaya melapor ke Kepala Ruangan.

Apabila ada tenaga perawat tiba tiba tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu ICU akan
mencari perawat pengganti yang hari itu libur atau perawat ICU yang
stand by pagi.

D.

Pelatihan
a.

Pengenalan tanda kegawat-daruratan yang mengancam nyawa


Dalam masalah kegawatan ini diperlukan 3 kesiapan, yakni :
1.
Siap mental.
2.
Siap pengetahuan dan ketrampilan
3.
Siap alat dan obat
Ketrampilan dan pengetahuan masalah kegawatan.
Urutan prioritas penanganan kegawatan didasarkan pada 6-B yaitu :
B-1. Breath - Sistim pernapasan.
B-2. Bleed Sistim peredaran darah (sirkulasi)
B-3. Brain Sistim syaraf pusat.
B-4. Blader Sistim urogenitallis
B-5. Bowel Sistim percernakan
B-6. Bone Tulang dan persendian.
Kegawatan pada sisitim B-1 dan B-3 merupakan prioritas yang paling utama karena
kematian dapat sangat cepat terjadi. Kegawatan sistim B-4, B-5 dan B-6 (misalnya,
retensio-urine, perforasi-peritonitis, factura, femur) relative mempunyai tenggang
waktu yang lebih panjang.
Jalan nafas yang tersumbat pada korban tidak sadar harus segera dibebaskan.
Pertolongan nafas buatan harus segera dilakukan jika korban ternyata tidak bernafas.
Keadaan-keadaan kritis saat ini sering terjadi mengikuti suatu trauma atau
kebersamaan dengan penyakit yang berat dan tidak dapat menunggu kedatangan
dokter konsultan.

Format Pedoman ICU

Page 10

Untuk mengatasi menit-menit kritis ini klien tidak memerlukan terapi definitive atau
penyebabnya (causal) tetapi mutlak memerlukan terapi sportif untuk menyelamatkan
jiwanya. Pengobatan causal dapat dikerjakan kemudian.
Karena itu perawat ICU harus mampu ;
a. Membebaskan jalan nafas dari sumbatan
b. Memberikan pernafasan buatan
c. Pijat jantung luar jika jantung berhenti
d. Posisi coma dan posisi shock
Selanjutnya perawat juga dituntut mampu mengoperasikan :
a.

Memberikan terapi oksigen dan nebulasi.


Memberikan O2 saja, mengurangi hipoksia (pO2 meningkat) tetapi tidak
mengurangi hypercarbia (pCO2 tetap tinggi). Pada hipoventilasi berat, tetapi O2
justru menyebabkan terjadi paradocal apnea

Klien

berhenti

bernafas

setelah diberi oksigen


b.

Melakukan sugtion, penghisapan jalan lender pada nafas

c.

Memasang infuse /i.v. line untuk memasukkan cairan dan obat

d.

Respirator untuk pernapasan bantuan

e.

Laryngoscope untuk intubasi trachea

f.

Monitor ECG untuk pemantauan arithmia

g.

Drain thorax dan pompanya untuk pneumo/hematothorax

h.

Memberikan obat-obat darurat seperti :


Adrenalin untuk meningkatkan kontraktilitas mycard, efek chronotropik
dan merubah fibrilasi ventrikel halus menjadi kasar agar mudah konversi
dc-shock.
Lidocain untuk berbagai PVC malignan multiple, mutifocal, salvo/run,
begemini, R on T.
Atropin untuk sinus bradycardia
Natrium bicarbonate untuk asidosis metabolik dsb.
Mengenali aritmia berbahaya.
AV block total, bradycardia < 50, PVC malignan.

i.

DC-Shock untuk defibrilasi

j.

Merawat klien dengan tekanan intra cranial meningkat.


Disamping kegawatan klien karena penyakitnya, beberapa tindakan di ICU
sendiri juga membawa tambahan resiko. Jelas bahwa tambahan resiko ini
sudah diperhitungkan karena jauh lebih kecil daripada manfaat yang diterima.

Format Pedoman ICU

Page 11

Namun staf perawatan harus melakukan perbandingan pencegahan / antisipasi


misalnya :
1.

CVP, (Central Venous Catheter)


Perbandingan dari arah v. basilica, v. jugulari externa atau interna atau v.
subclavia membawa ujung catheter mungkin mencapai ventrikel kanan.
Ini kadang-kadang mencetuskan aritmia jantung yang serius (dari PVC
sampai fibrilasi).

2.

Selain itu juga resiko infeksi, karena cairan dari luar tubuh Bahaya Listrik
langsung masuk kedalam aliran dara utama, kuman masuk dan disebarkan
ke jaringan kapiler paru atau terus menyebar keseluruh tubuh.
Juga resiko emboli udara thrombus dan resiko aritimia jika cairan yang
masuk merangsang jantung (dopamine, KCl, cimetidine, cairan yang
dingin )
Karena banyaknya hubungan klien dengan alat monitor, makan bahaya
tersengat arus, baik arus lemah maupun arus kuat relative cukup besar.

3.

Respirator.
Karena tekanan positif yang diberikan maka mungkin terjadi barotrauma
berupa kerusakan mucosa jalan nafas jika ringan, sampai pneumothorax
(tension) jika berat.
Beberapa klien hidupnya sangat tergantung mesin ini sehingga jika
sambungan terlepas (Disconected) beberapa menit saja sudah fatal
akibatnya.

b.

Perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk RJP dasar


A.

DEFIBRILASI DAN CARDIOVERSI


PENGERTIAN
1.

Defibrilasi : pemberian tenaga listrik yang menyebabkan kejutan (shock)


pada klien dengan Ventrikel takhikardi atau ventrikel firilasi menjadi suatu
irama jantung yang menunjang hidup. Makin cepat difibrilasi dilakukan
maka kemungkinan keberhasilan suatu RKP makin besar. Setiap
kelambatan 1 menit maka kemungkinan konversi menurun sebanyak 5 %.
Karena itu sangat penting segera mengenal terjadinya VT atau VF.

2.

Cardioversi : bentuk defibrilasi yang sinkrinis digunakan untuk


menghentikan irama jantung yang mengancam jiwa, menjadi irama sinus.
Energi yang dikeluarkan akan jatuh pada gelombang R dari QRS komplek.

Format Pedoman ICU

Page 12

DC shock dapat dilakukan secara eksternal atau internal, besarnya energi


yang digunakan berkisar antara 25-360 Joule. Pada defibrilasi besarnya
energi dimulai dari 200 Joule, bila tidak berhasil naikkan menjadi 300
Joule, kemudian 360 Joule. Sedangkan pada cardioversi mulai 25-100
Joule, (AF mulai 100 J, PAT 75-100 J, VT dengan nadi + 50 J, sendangkan
A. Flutter mulai dengan 25 J).
Indikasi :
1.

Defibrilasi :
a.

VTY pada klien tidak sadar atau tak ada denyut nadi
(pulseless)

b.

VF

c.

Asistole dengan kemungkinan bahwa iramanya adalah VF


yang lembut (fine)

2.

Carduoversi :
a.

Elektif : SVT yang mempan dengan obat-obatan. (PAT, AF


rapid, Atrial flutter, junctional takhikardi)

b.

Darurat : Gangguan irama jantung dengan hemodinamik tak


stabil (hipotensi atau perfusi jelek), untuk mencegah gangguan
yang lebih berat.

PERSIAPAN ALAT /OBAT


1.

Mesin DC shock

2.

EKG monitor

3.

Jelly electrode

4.

Alat/obat resusitasi

5.

Terapi Oksigen

6.

Peralatan suction dengan kateter suction

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan DC shock :


a.

Stand clear, penolong tak boleh menyentuh klien

b.

Hanya orang yang melakukan DC shock yang harus mengerjakan


charge dan discharge padel.

c.

Charging dilakukan pada saat padel sudah kontak dengan klien

d.

Tidak boleh ada cairan sekitar klien

e.

Oksigen harus dijauhkan

Format Pedoman ICU

Page 13

f.

Barang-barang metal dan perhiasan harus dilepas

g.

Hati-hati kalau klien memakai pace-maker.

Kegagalan suatu defibrilasi/kardioversi dapat disebabkan karena :


1.

Adanya hipoksia yang berlum teratasi

2.

Gangguan keseimbangan asam-basa

3.

Obat-obatan

4.

Lamanya klien mengalami VF atau VT

5.

Hambatan transthorak : ukuran klien, padel tak kontak dengan


klien secara baik, obesitas, pemberian jelly dan tekanan padel yang
cukup dapat mengurangi pengaruh hambatan tersebut.

6.

Posisi padel, idealnya 1 padel didepan sedangkan padel yang laing


dibelakang sehingga tenaga listrik dapat melalui jantung, tetapi
posisi ini tidak selalu dapat dilakukan karena itu diupayakan posisi
yang tidak mengenai tulang, 1 padel didaerah parasternal kanan
dibawah klavikula sedangkan padel yang lain diletakkan pad garis
mid-klavikula apex jantung.

Komplikasi defibrilasi / kardioversi :


1.

Perlukan miokard

2.

Luka baker

3.

Disritmia post DC shock

4.

Emboli

Kontra indikasi :
Defibrilasi : tidak ada
Kardioversi : keracunan digitalis, Hipokalemia, Hipomagnesemia, AF atau
A. Flutter dengan suatu total AV blok.
DOKUMENTASI :
1.

Fungsi Vital sebelum dan sesudah DC shock

2.

Kesadaran

3.

ECG sebelum energi yang diberikan

Format Pedoman ICU

Page 14

4.

Nama yang melakukan DC shock

5.

ECG setelah DC shock

6.

Komplikasi yang timbul

c.

Pemasangan intervensi intravaskuler


PENGERTIAN

Memasang kateter intra vena yang ujung kateternya berada dalam

Vena cava

superior
TUJUAN

Mendapatkan acces vena yang besar


INDIKASI

1.

Pembedahan dimanaterjadi pertukaran cairan yang massiv

2.

Semua pembedahan jantung

3.

pasien yang diduga hipovolum

4.

pasien yang mengalami trauma berat

5.

pemberian cairan dan obat-obatan yang menyebabkan iritasi vena perifer

6.

nutrisi parentral jangka panjang

7.

tidak ditemukan lagi vena perifer untuk pemasangan infus

KONTRA INDIKASI :
-

Gangguan faal hemostasis

Gangguan pembekuan darah

Tempat pemasangan kanulasi :


1.

Vena antecubital, pada vena basilica atau cephalika

2.

vena subclavia

3.

vena jugularis interna

4.

vena jugolaris externa

5.

vena femoralis

6.

Vena umbilikalis

Jenis kateter vena sentral :


1.

Drum catridge

2.

Venocath

3.

cavavix

4.

Multilumen

Format Pedoman ICU

Page 15

KEBIJAKAN

Unit pelayanan intensif dikelola secara efisien


PROSEDUR:
Persiapan alat :
1. Drum catrige,Venocath,Multilumen
2. Infusion set/blood set
3. disinfektan <betadin>
4. Duk lobang
5. sarung tangan steril
6. set ganti kasa
7. local anastesi <lidokain 2%>
8. tourniguet
9. Kran tiga arah
10. water pas <Pipa U>
11. plesters dan gunting verband
12. standar infus spoit 2cc
13. bengkok
14. alat bantal steril
15. vena sectie
16. CVP manometer bila memasang vena sentral untuk mengukur CVP
17. Benang
18. Jarum jahit kulit
Persiapan pasien
1. Pasien diberitahu tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
Cara pemasangan :
1.

Peralatan di persiapkan

2.

sebelum dan sesudah tindakan harus cuci tangan

3.

pasien di beri tahu

4.

Pasang teniguet

5.

disinfeksi dengan betadin kemudian tutup dengan duk lubang steril

6.

pemasang memakai sarung tangan steril

7.

bila pasien sadar,suntik dengan local anastesi

8.

Jarum cavavix ditusuk pada kulit berjarak 0,5-1 cm dari vena yang di tuju
dengan sudut 30-40 derajat menembus kulit beru di arahkan ke vena dengan
posisi mendatar

Format Pedoman ICU

Page 16

9.

Setelah jarum menembus dinding vena <terlihat darah di ujung distal jarum>
maka kanula teflon masuk dan jarum logam di tarik keluar

10. Segera sambungkan konektor dari keteter kemudian dengan menggunakan ibu
jari dengan jari telunjuk , pelan keteter di dorong masuk ,sedangkan ibu jari dan
jari telunjuk kiri memegang kanula teflon
11. Setelah keteter masuk 25-30 cm, kira-kira sampai di bahu, bila terasa
hambatan,segera abdusikan lengan 90 derajat dan tarik 15-25 ke anterior,sambil
keteter di dorong masuk
12. Ketika keteter sampai vena subclavia,pasien dianjurkan untuk menoleh kearah
pemasang,agar keteter masuk ke vena cava superior tidak ke vena jugularis
13. Ujung kateter di harapkan ke atrium kanan setelah masuk sedalam 50-60cm
pada orang dewasa
14. Pelan mandrin ditarik keluar dan ujung kateter segera di sambungkan dengan
infus agar tidak buntu
15. Mandrin

yang

telah

lepas,dapat

dipergunakan

untuk

mengukur

dan

memperkirakan dimana letak ujung keteter


16. Setelah infus menetes lancar,dan dilihat apakah ada darah mengalir kembali
lewat kateter. Bila ada,berarti letak kateter intra vaskuler tidak ada yang
menutupi kateter
17. Kateter difiksasi pada kulit dengan baik agar tidak keluar masuk yang dapat
mengundang infeksi,luka bekas jarum di oles dengan betadin,kemudian ditutup
dengan kasa steril diplester dengan baik dan ditulisi dengan tanggal
pemasangan dan nama pemasang.
Komplikasi :
-

Sepsis

Thrombo phelebitis

Pneumoni thoraks

Aritmia jantung

d.

Melakukan pelayanan perawatan intensif sesuai kebutuhan pasien


I.

Kerangka Kerja Holistic


Klien yang dirawat di unit perawatan kritis membutuhkan asuhan keperawatan
tidak hanya masalah pathofisiologi tapi juga masalah psikososial, lingkungan dan
keluarga yang secara erat terkait dengan penyakit fisiknya. Dengan kata lain

Format Pedoman ICU

Page 17

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang dirawat di unit


perawatan kritis harus slalu mempertimbangkan aspek Bio, Psiko, Sosiocultural
dan spiritual sacara komprehensif.
A.

Aspek biologis / fisiologis

Kebutuhan biologis / fisiologis berdasarkan teori Maslaws meliputi kebutuhan


udara (O2), Sirkulasi (cairan), nutrisi, metabolisme, eliminasi dan pemeliharaan
diri.
B.

Aspek psikologis

Kebutuhan psikologis meliputi : rasa aman (keselamatan), cinta dan mencintai


(memiliki dan dimiliki ), harga diri dan aktualisasi diri.
C.

Aspek sosio kultural.

Yang dimaksud aspek sosio cultural yaitu meliputi sosial ekonomi, lingkungan
sosial seperti orang tua. Famili dan kerabat serta teman-temannya, adat kebiasaan
dan latar belakang budaya.
D.

Aspek spiritual

Karakter spiritual dalam keperawatan menunjukkan pengenalan bahwa faktor


alam yang tidak dapat diraba mempengaruhi pikiran dan perilaku. Pengenalan ini
meliputi keyakinan agama dan supranatural. Tugas perawat dalam memberi
asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual adalah :
Melakukan pengkajian bagaimana kebiasaan klien dalam beribadah, adakah
kesulitan dalam menjalankan ibadah selama dirawat dan lain-lain, dari hasil
pengkajian tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi sesuai dengan
masalah yang ada / timbul.

II.

Dampak psikososial dalam perawatan klien kritis.


Lingkungan perawatan kritis (ICU) merupakan suatu tempat yang tidak
bersahabat, menakutkan/mengancam, dan tidak menyenangkan bagi klien dan
keluarganya baik secara fisik maupun psikologis.

A. Penyebab stress di ICU / lingkungan perawatan kritis bagi klien


1.

Peralatan canggih

2.

Bunyi alarm.

3.

Aktivitas yang sibuk dan monoton

Format Pedoman ICU

Page 18

4.

Terpasangnya Endotracheal tube, dower kateter, selang drainase respirator,


selang infuse, CVP dan lain-lain.

5.

Nyeri.

6.

Tidak bisa tidur

7.

Penyakit yang kritis

8.

Immobilisasi :

Immobilisasi disini karena penyakitnya sehingga klien tidak mampu


menggerakkan tubuhnya, atau karena gelisah klien di restrain (diikat).
Bahkan klien yang

tidak dilakukan

restrain pun merasa

sulit

menggerakkan tubuhny karena terpasang alat-alat.

9.

Isolasi :

Klien merasa terapisah secara fisik dari keluarga dan teman-temannya.


10. Ketidak berdayaan :
Klien merasa tidak berdaya karena tidak mampu mengontrol diri dan
lingkungannya, mereka mengalami perubahan body image, perubahan
kebiasaan diri, dan perubahan peran dalam keluarganya.
11. Komukasi
-Karena terpasangnya endotracheal tube/tracheaostomi, klien tidak bisa
berkomunikasi secara verbal untuk mengungkapkan keluhan maupun
perasaannya.
-Klien juga bisa mengalami stress karena mendengar pembicaraan staf ICU
tentang penyakit, prognosa dan pengobatan/tindakan yang sedang
dilakukan terhadap dirinya.
12. Dan lain-lain.
Hal hal tersebut diatas dapat mempengaruhi atau menimbulkan masakah
terhadap fisik, psikologik emosi, social bahkan kultur dan spiritual.

B. Reaksi klien di ICU


Reaksi klien terhadap keadaan sakit dan masuknya ke suatu lingkungan
perawatan kritis / ICU, tergantung pada pengalaman opname dimasa lalu,
karakteristik kepribadian, beratnya penyakit atau trauma/luka, support system

Format Pedoman ICU

Page 19

(dukungan moril), latar belakang budaya, tingkat pengetahuan terhadap


penyakit atau tindakan operasi.
Secara umum reaksi klien dapat diobservasi wakaupun berbagai faktor
mempengaruhi reaksi tersebut. Namun demikian tidak setiap klien akan
menunjukkan seliruh reaksi tersebut. Reaksinya adalah sebagai berikut :
1.

Denial
Reaksi awal/permulaan yang dialami klien ICU adalah denial
(menyangkal). Denial terjadi ketika seseorang menolak mengakui sesuatu
yang

merangsang

denial/penyangkalan

timbulnya

kecemasan

adalah

ketidak

dirinya.
mampuan

Tanda

dari

menyadari

stimulasi/rangsangan yang berarti termasuk tidak sensitive terhadap


perubahan yang terjadi dalam tubuhnya. Seseorang mungkin juga
nmengubah atau meminimalkan sesuatu arti dimana arti yang sebenarnya
membahayakan dirinya. Dengan menggunakan penyangkalan/denial
seseorang dapat mengurangi atau menetralisir kecemasan yang timbul.
2.

Anger/Marah
Klien yang beraksi anger/marah karena masuk rumah sakit dan dirawat di
ICU mungkin mempunyai perasaan telah terjadi malpraktek atau salah
pengobatan pada dirinya. Seorang klien yang dilakukan pengambilan
darah berulang-ulang atau prcobaan pemasangan kanulasi vena sentral
oleh petugas yang kurang trampil mempunyai alasan untik marah sampai
tidak dapat mengontrol diri . Marah dapat menutupi kecemasan dan
merupakan tindakan untuk membebaskan/melampiaskan perasaannya
karena sudah jemu/bosan dengan segala tindakan pengobatan. Marah juga
dapat menutupi rasa takut, mungkin klien merasa takut sakit, mengalami
kecacatan tubuh atau takut menghadapi kematian. Dalam menghadapi
klien pada tahap anger, perawat hendaknya membolehkan/memberi
kesempatan

kepada

klien

untuk

mengekspresikan

perasaan

atau

kemarahannya dan mengarahkan bagaimana caranya marah yang asertif.

3.

Anxiety/Cemas
Cemas atau kegelisahan adalah reaksi umum terhadap situasi yang penuh
ketegangan. Kecemasan ini dapat mencapai tingkat sedang sampai panik.
Seorang klien ICU yang menganggap/memandang mesuknya ke rumah
sakit (diopname) sebagai sesuatu yang mengancam akan merasa khawatir.

Format Pedoman ICU

Page 20

Reaksi kecemasan dapat berupa : Perasaan gelisah, bertanya hal yang


sama berulang-ulang, berbicara dengan tidak putus-putusnya, atau humor
yang tidak tepat. Beberapa klien yang cemas menunjukkan reaksi menarik
diri, membatasi pembicaraan. Bila reaksi menarik diri terus berlanjut bisa
mengakibatkan apatis dan depresi, dan klien perlu/membutuhkan
konseling untuk mengatasi depresinya. Tindakan keperawatan untuk
menenangkan/menentramkan kecemasan klien meliputi :
a. Memberi penjelasan tentang segala prosedur tindakan pengobatan.
b. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
cemasnya.
c. Mendengar dengan penuh emphaty.
d. Jika perlu diskusikan dengan tim medis untuk berkolaborasi dalam
pemberian obat-obat anti cemas atau dikonsultasikan ke psikiatri.
4.

Bersikap pasif
Respon pasif akan tampak pada klien yang kelihatannya selalu
membolehkan dilakukannya tindakan-tindakan terhadap dirinya.
Seorang klien yang tidak pernah bertanya tentang penyakit atau
pengobatan dan selalu mengikuti semua petunjuk-petunjuk
merupakan contoh seorang klien ideal, atau mungkin merasa
tidak berdaya merubah situasi sehingga bersikap pasif. Untuk
menghadapi reaksi ini, klien diperbolehkan untuk membuat
keputusan dan berpartisipasi dalam tindakan pengobatan dan
perawatan terhadap dirinya.

5.

Regresi
Seorang klien dapat bereaksi berupa kemunduran tingkat
perkembangan ke tahap sebelumnya. Seorang klien yang
sebetulnya mampu melakukan perawatan diri menginginkan
keluarganya untuk menyisir rambutnya atau menyuapinya. Dalam
kasus seperti ini, keluarga perlu penjelasan supaya mengerti
bahwa kemunduran perkembangan perkembangan hal yang biasa
terjadi pada orang yang sedang sakit dan sifatnya hanya
sementara,

dan

keluarga

hendaknya

dilibatkan

dalam

perencanaan perawatan sehingga bisa membantu perawatan diri


secara tepat.

Format Pedoman ICU

Page 21

C. Penyebab Stess bagi keluarga klien ICU


Sebuah keluarga adalah merupakan unit dasar dari masyarakat dimana
anggotanya mempunyai suatu komitmen untuk memelihara satu sama lain baik
emosi maupun fisik. Sebuah keluarga dapat dipandang sebagai suatu system
terbuka, suatu perubahan atau gangguan pada salah satu bagian dari system
dapat mengakibatkan perubahan atau gangguan dari seluruh system. Oleh
karena itu stess yang dialami oleh salah satu anggota keluarga mempengaruhi
seluruh keluarga. Keadaan sakit (stress) dapat menimbulkan krisis dalam
keluarga, terutama jika stressor / penyakit merupakan stimulus yang belum
pernah dihadapi sebelumnya. Tetapi keadaan sakit dan masuknya seseorang
kerumah sakit tidak selalu menimbulkan krisis dalam keluarga, terutama jika
keluarga beranggapan bahwa keadaan si sakit merupakan suatu cobaan bagi
keluarga. Adapun stressor/penyebab ctess pada keluarga klien ICU adalah :
1.

Terpisah secara fisik dengan keluarganya yang dirawat di ICU.

2.

Merasa terisolasi secara fisik dan emosi dari keluarganya yang lain yang
sehat, dukungan moril (Support system) tidak adekuat atau keluarga yang
lain tidak bisa berkumpul karena bertempat tinggal jauh.

3.

Takut kematian atau kenanatan tubuh terjadi pada keluarga yang sedang
dirawat.

4.

Kurangnya informasi dan komunikasi dengan staff ICU sehingga tidak


tahu perkembangan kondisi, dan tingkat apa yang sedang dilakukan pada
keluarganya yang sedang dirawat.

5.

Tarif ICU yang mahal.

6.

Masalah keuangan, terutama jika klien adalah satu-satunya pencari nafkah


dalam keluarga.

7.

Lingkungan ICU yang penuh dengan peralatan canggih, bunyi alarm,


banyaknya selang yang terpasang ditubuh klien, jika klien di intubasi atau
ada gangguan kesadaran sulit atau tidak bisa komunikasi diantara klien
dan keluarganya dapat meningkatkan stress pada keluarga.
Jam besuk yang dibatasi, ruangan ICU yang sibuk dan suasananya yang
serba cepat membuat keluarga merasa tidak disambut/dilayani dengan
baik.
Keadaan ruang tunggu klien bisa menambah stess keluarga jika
ruangannya penuh sesak, gaduh dan lokasinya jauh dari kantin dan kamar
kecil. Keluarga tidak mau meninggalkan ruang tunggu klien harus untuk

Format Pedoman ICU

Page 22

makan karena takut ada panggilan dari dokter atau ada perubahan kondisi
keluarganya yang dirawat
D. Kebutuhan keluarga klien yang dirawat di ICU
Kebutuhan salah satu anggota keluarga mengalami sakit kritis, anggota
keluarga yang sehat mengkonsentrasikan seluruh energy/tenaganya pada klien
dengan mengorbankan kebutuhan fisiknya sendiri. Dengan masuknya klien ke
ruangan perawatan kritis/ICU, keluarga menjadi kurang tidur, lupa makan, dan
mendorong diri mereka sendiri menjadi kelelahan/kepayahan. Telah dilakukan
penelitian mengenai kebutuhan keluarga klien yang dirawat di ICU dimana
telah diidentifikasi beberapa kebutuhan yaitu :
a.

Kebutuhan Kognitif
1.

Mengenai faktor-faktor spesifik tentang perkembangan kondisi


klien.

2.

Mengetahui prognosa

3.

Mengetahui dengan pasti apa yang sedang dilakukan pada klien


dan alasan

4.

Mendapat jawaban yang jujur.

5.

Mendapat penjelasan dengan istilah yang bisa dimengerti.

6.

Mendapat penjelasan tentang lingkungan pada saat pertama kali


masuk ICU

b.

c.

Kebutuhan emosi
1.

Yakin bahwa klien sedang mendapatkan perawatan terbaik.

2.

Ditelpon dirumah bila ada perubahan pada kondisi klien.

3.

Menerima informasi mengenai klien sehari sekali.

4.

Mengunjungi/melihat klien dengan sering.

Kebutuhan fisik
1.

Membantu perawatan fisik klien.

2.

Mengunjungi klien setiap saat.

3.

Mempunyai ruang tunggu yang dekat dengan klien, ada telpon,


dekat dengan kantin dan kamar kecil.

4.

Mempunyai suatu tempat untuk menyendiri di rumah sakit.

TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN


KELUARGA KLIEN DI ICU/RUANGAN PERAWATAN KRITIS
A.

Kebutuhan kognitif.
1.

Mengetahui faktor-faktor spesifik tentang perkembangan


kondisi klien.

Format Pedoman ICU

Page 23

a.

Hindari penggunaan ungkapan seperti Dia lebih baik


atau keadaannya sama saja.

b.

Gunakan istilah-istilah sederhana setiap mendiskusikan


perkembangan kondisi seperti : Tekanan darah, tidak
ada respon, kesadaran baik dan lain-lain.

c.

Hubungan dengan perkembangan kondisi klien yang


telah dijelaskan sebelumnya.

d.

Rencanakan bagaimana komunikasi atau penjelasan


yang akan diberikan : Batasan-batasan dari hal-hal
yang

akan

didiskusikan

sehingga

semua

staff

menggunakan istilah yang sama (satu bahasa dalam


memberikan penjelasan)

2.

Mengetahui dengan pasti apa yang sedang dilakukan pada


klien dan alasan mengapa suatu tindakan dilakukan .
a.

Jelaskan secara singkat tentang alat-alat yang


terpasang pada klien seperti selang infuse, kateter,
nasogastric, selang O2, alat-alat monitoring dan
lain-lain.

b.

Anjuran keluarga untuk mengajukan pertanyaan.

c.

Ingat bahwa satu kali penjelasan mungkin belum


cukup. Terutama keluarga mengalami cemas berat.

d.

Gunakan istilah sederhana seperti : selang untuk


bernapas, irama jantung, dari pada menggunakan
istilah endotracheal tube Elektrocardigram dan lainlain.

e.

Jelaskan mengenai pengobatan terhadap penyakit


klien seperti yang telah dijelaskan pertama kali,
tekankan kembali penjelasan tentang pathofisiologi
jika diperlukan.

3.

Mendapat jawaban yang jujur.


a.

Lakukan diskusi khusus tentang hal-hal yang


berhubungan dengan klien (Perlakuan keluarga
sebagai individu yang unik).

b.

Pertahankan komunikasiyang baik dokter sehingga


tahu apa yang telah dikatakan/dijelaskan dokter
pada keluarga klien. Diskusikan dengan mereka

Format Pedoman ICU

Page 24

tentang informasi yang mereka rasa tidak akan


disampaikan pada

keluarga pada keluarga dan

alasan-alasan mengapa tidak disampaikan.


c.

Gunakan rencana keperawatan secara konsisten.


Keluarga

akan

cepat

jawaban

yang

diplomatis.

menurunkan

rasa

sadar/tanggap

cemas

Secara

dan

terhadap
konsisten

perasaan

tidak

diorangkan dan meningkatkan kerjasama.

4.

Mendapat penjelasan dengan istilah yang bisa dimengerti.


a.

Kaji dasar pengetahuan keluarga dan pengalaman


akan kondisi klien sebelumya.

b.

Tentukan prioritas keluarga untuk mendapatkan


pengetahuan apa yang ingin mereka ketahui dengan
segera.

c.

Berikan tentang pengetahuan dasar-dasar pathofiologi


secara perlahan-lahan sambil memberikan waktu
untuk

bertanya.

pathofisiologi

ketika

Ulangi

konsep-konsep

mendiskusikan

tentang

pengobatan atau perkembangan kondisi klien.


d.

Bagian sesi-sesi dimana informasi itu diberikan


sehingga keluarga tidak bingung. Tetapkan waktu
untuk bertemu keluarga lagi untuk menjawab
pertanyaan atau memberikan penjelasan tambahan.

e.

Ingat bahwa keluarga mengalami kecemasan berat


mempunyai hambatan dalam menerima penjelasan.
Penjelasan biasanya harus diulang.

f.

Tanggapi

pertanyaan-pertanyaan

secara

positif.

Akuilah hak mereka untuk mengetahui apa yang


sedang terjadi.
5.

Mendapat penjelasan tentang lingkungan pada saat pertama


kali masuk di ICU.
a.

Sebelum klien masuk ke ICU sempatkan bertemu


dengan keluarganya.

b.

Ingat

bahwa

lingkungan

ICU

menakutkan/menyeramkan tidak hanya alat-alat

Format Pedoman ICU

Page 25

yang mengelilingi klien tetapi juga alat-alat yang


digunakan oleh klien lain di area tersebut.
c.

Selama menjelaskan alat-alat, tekankan bahwa alatalat tersebut digunakan untuk pencegahan dan
deteksi dini terhadap terjadinya masalah/problem.

d.

Kenali secara verbal perasaan-perasaan keluarga


klien dan yakinkan mereka bahwa perasaan tersebut
normal dan bisa dimengerti.

e.

Dampingilah selama keluarga mengunjungi klien


untuk pertama kali untuk memberikan penjelasan
tambahan dan dukungan.

B.

Kebutuhan emosi
1.

Yakin bahwa klien sedang mendapatkan perawatan terbaik.


a.

Tekankan/jelaskan bahwa perawat dan dokter yang


menangani sangat berpengalaman dan telah mendapat
pelatihan

khusus

untuk

memberikan

perawatan/pengobatan secara professional.


b.

Kenali secara verbal kecemasan keluarga, yakinkan


kepada mereka bahwa perasaan mereka normal dan
tedak perlu disembunyikan.

2.

Ditelepon dirumah bila ada perubahan-perubahan pada


kondisi klien.
a.

Tetapkan

dengan

keluarga

siapa

yang

harus

ditelpon/dihubungi dan jam berapa bisa dihubungi.


b.

Selalu yakinkan bahwa keluarga mengetahui setiap


ada perubahan penting pada kondisi klien sebelum
kunjungan pertama pada hari tersebut. Karena bila
tidak diberitahu tentang suatu perubahan yang lebih
baik mereka sering beranggapan bahwa mereka tidak
akan diberitahu kalau ada perubahan-perubahan lain.

3.

Menerima informasi mengenai klien sehari sekali.


a.

Luangkan

waktu

sedini

mungkin

untuk

menginformasikan tentang kemajuan klien.


b.

Kaji apakah waktunya cukup dan jika perlu lakukan


tindak lanjut terutama jika ada perubahan kondisi
klien.

Format Pedoman ICU

Page 26

c.

Hati-hati jika keluarga ingin penjelasan dokter untuk


klasifikasi.

4.

Mengunjungi/melihat klien dengan sering.


a.

Kaji ulang tentang peraturan/kebijaksanaan jam


besuk untuk menentukan jika keluarga menemui
klien, pertimbangkan dengan situasi ICU saat itu bila
mengizinkan keluarga masuk ICU untuk menemui
klien.

b.

Jika kunjungan harus ditunda, jelaskan alasannya


secara jelas, yakinkan bahwa keterlambatan bukan
disebabkan karena kondisi klien kritis.

c.

Berikan waktu kepada klien dan keluarga untuk


berkumpul bersama tanpa kehadiran kita.

d.

Jika tidak ada kontraindikasi izinkan keluarga untuk


menemani klien yang sedang sekaratul maut.

C.

Kebutuhan fisik.
1.

Membantu merawat fisik klien.


a.

Antisipasi bahwa keluarga segan/takut menyentuh


klien karena banyaknya alat-alat yang terpasang
ditubuh klien.

b.

Anjurkan/izinkan keluarga untuk melakukan hal-hal


kecil pada klien seperti membasahi bibir, menyeka
muka, membersihkan noda darah pada tangan, dan
alain-lain.

c.

Jika tidak ada kontraindikasi, izinkan keluarga untuk


berpartisipasi dalam perawatan klien pagi hari.

2.

Mengunjungi klien setiap saat.


a.

Diskusikan tentang peraturan berkunjung dengan


keluarga.

b.

Bersikaplah fleksibel jika pengaturan khusus perlu


dibuat karena ada kebijaksanaan lain.

c.

Kenali bahwa kebutuhan ini mungkin berkurang


dalam beberapa hari jika keluarga sadar bahwa jam
berkunjung cukup dan mereka akan diperbolehkan
untuk sering mengunjungi klien.

Format Pedoman ICU

Page 27

3.

Mempunyai ruang-ruang tunggu yang dekat dengan klien


ada telpon, dekat kantin dan kamar kecil.
a.

Jika hal tersebut tidak tersedia dalam rumah sakit

anda hati-hati/waspada terhadap kemungkinan terjadinya


stress pada keluarga klien. Diskusikan tentang alternatif
pengaturan yang memungkinkan.
b.

Diskusikan

kebutuhan

anggota

keluarga

untuk

beristirahat dengan cukup sehingga nantinya mereka dapat


memberi dukungan pada klien dan mengurangi lamanya
tinggal diruang tunggu klien.
4.

Mempunyai suatu tempat untuk menyendiri di rumah sakit.


a.

Arahkan/anjurkan keluarga klien ke kapel bila


tersedia.

b.

Jika ada ruangan yang dekat dengan ruang tunggu


yang bisa digunakan berbagai keperluan, bisa
digunakan keluarga klien pada saat-saat tertentu bila
ingin menyendiri untuk menenangkan diri.

c.

Jika cuaca menyenangkan anjurkan keluarga klien


untuk melakukan olah raga ringan di luar ruangan
(halaman rumah sakit).

e.

Program pengendalian infeksi


1.

Lingkungan ICU
1.

Pintu ruang ICU (luar dan dalam) harus selalu dalam keadaan
tertutup

2.

Pemasangan alas lantai didepan pintu dalam ICU harus tetap


terpasang dan dalam kondisi basah dengan larutan desinfektan.

3.

Pengaturan batas tegas antara daerah semi steril dan non steril sesuai
prosedur.

4.

Melakukan pembersihan rutin ruang ICU dan peralatan ICU sesuai


jadwal yang telah ditentukan.

5.

Melakukan sterilisasi ruangan (UV) setelah pembersihan ruangan


sesuai prosedur.

6.

Penanganan sampah pembuangan BAB dan BAK pasien sesuai


dengan prosedur.

Format Pedoman ICU

Page 28

7.

Petugas ICU (dokter dan perawat).


1.

Petugas ICU harus memakai skort dan alas kaki khusus ruang
ICU.

2.

Petugas harus mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan


tindakan.

3.

Pemakaian handscoen dalam melakukan tindakan perawatan


terhadap pasien.

4.

Penggunaan softa-man bagi petugas setiap selesai kontak


dengan pasien.

5.

Untuk Pasien ICU


1.

Pasien harus ganti baju, celana khusus ruang ICU.

2.

Penggantian alat tenun pasien dilakukan setiap shift jaga


atau bila kotor.

3.

Pembersihan tempat tidur dan alat-alat yang dipakai pasien


setelah

pasien

keluar,

dengan

menggunakan

cairan

desinfektan.
4.

Untuk pengunjung pasien ICU / keluarga pasien


1.

Pengunjung bila masuk ruang ICU harus memakai


baju (skort) pengunjung dan alas kaki khusus ruang
ICU.

2.

Sebelum dan sesudah berkunjung ke pasien,


pengunjung cuci tangan terlebih dahulu atau
membasahi tangan dengan menggunakan softa-man.

3.

Pengunjung hanya bisa masuk pada saat jam


berkunjung (1 orang)

2. Mengenai Peralatan Ruang ICU


1.

Peralatan yang berupa set instrumen, alat kesehatan disposible harus


dalam keadaan steril.

2.

Format Pedoman ICU

Resterilisasi alat ICU dilakukan setiap 3 x 24 jam sekali.

Page 29

3.

Instrumen, alat alat suction, sirkuit ventilator bila aelesai dipakai


pada pasien direndam dengan cairan desinfektan baru kemudian
disterilkan di ruang sterilisasi.

4.

Setiap pasien yang memerlukan suction harus mempunyai slang


suction sendiri-sendiri dan diganti dalam waktu 1 x 24 jam.

5.

Penggunaan kom untuk suction diganti dalam waktu 1 x 24 jam dan


tiap-tiap pasien sendiri-sendiri

f.

Program keselamatan dan kesehatan kerja.


Komunikasi Efektif

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam


pelayanan pasien

Kadang-kadang pelayanan tidak optimal oleh karena adanya


komukasi yang tidak begitu baik terhadap pasien

Perlu adanya suatu sistim secara menyeluruh tentang komunikasi baik


petugas kepada pasien maupun antar petugas

Komunikasi efektif dapat dilakukan khususnya berupa

KOMUNIKASI VERBAL & NON VERBAL (READ BACK,


REPEAT BACK, CHECK BACK & TEACH BACK)

Read back, Repeat back, check back dan teach back dalam
komunikasi efektif adalah cara untuk mengkonfirmasi suatu informasi
baik verbal maupun non verbal

Tujuan

Untuk menvalidasi informasi baik langsung maupun tidak langsung


dalam memberikan pelayanan kepada pasien mis di Ruang ICU.

Untuk meminimalkan kesalahan

informasi yang diterima baik

langsung maupun tidak langsung

Memperjelas instruksi dokter tentang pengobatan dan tindakan yang


dilakukan kepada pasien

Indikasi
Read Back

Apabila menerima informasi/instruksi via telpon

Apabila menerima hasil test

Repeat Back
Format Pedoman ICU

Page 30

Dilakukan pada saat tindakan kritis (Mis : RJP)

Check Back

Dilakukan pada saat menerima informasi/instruksi secara lisan


maupun tulisan yang tidak jelas

Teach Back

Dilakukan

pada

saat

menjelaskan

instruksi/informasi

kepada

pasien/keluarga

Dilakukan pada saat pasien akan pulang, dengan menjelaskan &


mengajarkan instruksi/informasi

PROSEDUR READ BACK

Jika perawat/petugas penerima informasi/instruksi hanya satu orang,


maka sipenerima telpon harus mendengarkan dengan baik, sambil
menuliskan secara lengkap, kemudian membacakan ulang kepada
pemberi infomasi/instruksi

Jika penerima telpon lebih dari 1 orang, maka yang menerima telpon
menyebutkan secara lengkap informasi/instruksi, sementara itu
perawat yang satu mencatat, kemudian dibcakan ulang oleh
sipenerima telpon kepada pemberi informasi/instruksi

PROSEDUR REPEAT BACK


Diberikan pada saat memberi tindakan kritis (contoh : RJP)

Pada saat dokter memberi instruksi perawat yang akan memberikan


obat langsung menyebut ulang instruksi sebelum memasukkan obat
(contoh : Adrenalin 1 amp IV di ulang ... Adrenalin 1 amp IV)

PROSEDUR CHECK BACK


Dilakukan pada saat menerima instruksi/informasi secara lisan maupun
tulisan.

Petugas yang menerima instruksi/informasi secara lisan maupun


tulisan harus memperjelas kembali maksud yang sebenarnya dari
instruksi tersebut kepada pemberi informasi instruksi

PROSEDUR TEACH BACK


Dilakukan pada saat menerima instruksi/informasi secara lisan maupun
tulisan.

Format Pedoman ICU

Page 31

Dilakukan pada saat perawat menjelaskan instruksi dokter kepada


pasien/keluarga atau penjelasan pemakaian obat pada saat pasien akan
pulang

Misalnya :
Pasien mendapat instruksi Dulcolax Sup II/24 jam, maka perawat
harus mengajarkan kepada pasien/keluarga pasien dari cara mebuka
obat sampai cara memasukkan ke dubur dan kemudian dievaluasi
apakah pasien/keluarga mengerti

PROSEDUR HAND OFF ANTAR DOKTER JAGA

Mis :Dokter jaga ICU shift sebelumnya melaporkan secara lisan


(langsung) kepada shift jaga berikut tentang keadaan pasien saat ini,
pemeriksaan dan penanganan yang telah dilakukan serta

rencana

terapi selanjutnya

Operan dilakukan sambil berjalan dari bed ke bed dan langsung


melihat pasien

PROSEDUR HAND OFF SAAT MENINGGALKAN T4 UNTUK


SEMENTARA WAKTU

Memilih/menentukan perawat yang akan diberi tanggung jawab

Perawat yang akan meninggalkan tempat untuk sementara waktu


menginformasikan kepada perawat pengganti sementara tentang :

Kondisi akhir pasien

Tindakan yang telah dan belum dilakukan

Pengobatan yang telah dan belum dilakukan

Setelah perawat yang meninggalkan tempat kembali, perawat yang


diberi tanggung jawab melaporkan kembali tentang keadaan pasien
seperti di atas

KENDALA-KENDALA

DALAM

PELAKSANAAN

KOMUNIKASI

EFEKTIF
Perawat Perawat

Perbedaan kemampuan / keterampilan berkomunikasi

Masih takut menegur atau tidak mau menerima teguran walaupun


sifatnya membangun

Perbedaan latar belakang kultur budaya dan sosial

Perawat Petugas kesehatan lain


Format Pedoman ICU

Page 32

Perbedaan karakter antara satu dengan yang lain

Kerjasama Tim belum terbangun antara anggota tim lainnya

Hambatan Umum :

Sistem yang kompleks

Keterbatasan pendidikan dan pelatihan

Tidak berkesinambungan

Negatif thingking

Keterbatasan waktu

Banyaknya informasi

Salah Persepsi

g.

Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman.


Pengertian

Suatu usaha/tata cara yang dilakukan dalam

menggunakan/memelihara peralatan medis.


Tujuan

Kebijakan

Untuk Melengkapi tindakan pelayanan yang dilakukan.


:

Pelayanan Intensif ditetapkan oleh pimpinan RS.

Sebagai pedoman kerja bagi staf, yang dikelola secara efisien,


dievaluasi dan ditindak lanjuti
Prosedur :
1.

Peralatan disiapkan sesuai kebutuhan tindakan.

2.

Sebelum peralatan digunakan terlebih dahulu dipastikan apakah alat


tersebut siap pakai.

3.

Setelah alat siap pakai, barulah alat tersebut digunakan pada pasien
sesuai dengan petunjuk operasional alat tersebut.

4.

Setelah peralatan medis tersebut selesasi digunakan kemudian


dibersihkan dan disimpan.

5.

Khusus untuk alat-alat yang telah kontak langsung dengan pasien,


harus disterilkan dan disimpan.

6.

Peralatan siap pakai kembali.

Tersedianya obat obat emergency yang memadai untuk menunjang


life saving, seperti Sulfas Atropin, Adrenalin, Cordaron, lidokain.
Obat obat tersebut diletakkan di troley Emergency untuk
memudahkan dalam penggunaan saat tindakan Emergency ke pasien.

Format Pedoman ICU

Page 33

Tersedianya Alkes, cairan infus dan alat alat yang menunjang untuk
kebutuhan emergency yang diletakkan di troley Emergency, seperti :
Nasopharing, Oropharing, Laringoscop, Endotrakeal Tube, alat
ventilasi manual, masker oksigen, infus RL, Nacl 0,9 %, Hes 6 %, dan
juga spuit dari ukuran 1 cc hingga 50 cc beserta water injeksi .

Prosedur penyediaan obat dan alkes dilakukan dengan mengajukan


budjet pada Direktur RS, dengan tembusan pada ka.sie keperawatan
dan ka. keuangan dan program.

h.

Pelayanan prima.
Unsur dalam Pelayanan Prima

Efektif

Efisien

AmaN

Nyaman

Memuaskan

Manfaat Pelayanan Prima bagi RS

Mencerminkan produktivitas RS

Balancad Score-Card tinggi, dari aspek:

Financial measurement

Marketing perspective

Production & operational perspective

Human resource perspective

Bagaimana Mewujudkannya?
Bicara fokus pada pelanggan maka konteks seharusnya adalah
pada pelanggan internal dan eksternal.
Tidak mungkin terjadi fokus pada pelanggan tanpa didahului
oleh fokus pada karyawan.
Harus fokus pada peningkatan KINERJA KARYAWAN
Kinerja Karyawan tergantung pada (Gibson):

Motivasi

Kemampuan

Lingkungan kerja

Apa sebenarnya yg dibutuhkan karyawan (Maslow):

PHYSIOLOGICAL

NEEDS

(KEBUTUHAN

FISIOLOGIS/DASAR/POKOK)
Format Pedoman ICU

Page 34

Safety Needs (kebutuhan akan rasa aman).

Social/Affiliation Needs (kebutuhan untuk bersosialisasi)

Esteem Needs (kebutuhan harga diri).

Self-actualization Needs (kebutuhan aktualisasi diri).

Ada apa dengan Kemampuan karyawan?

Pengetahuan (Pendidikan, pelatihan, informasi, pengalaman)

Kondisi Tubuh

Faktor Keluarga (demographical factors)

Faktor alamiah (geographical factors)

Lingkungan kerja :

Struktur tugas dan pola kerja

Kompleksitas pekerjaan

Pola kepemimpinan dan kerjasama

Ketersediaan alat sarana kerja

Imbalan (reward system)

Tips Memotivasi Karyawan :


Komunikasi

Yang

Terbuka:

memberikan

kepada

pekerja

keterangan yang mereka perlukan untuk melakukan sesuatu


pekerjaan yang baik
Memberikan kesempatan umpan balik secara teratur
Meminta masukan dari karyawan dan melibatkan mereka di dalam
keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka
Membuat saluran komunikasi yang mudah dipergunakan, sehingga
karyawan

dapat

menggunakannya

untuk

mengutarakan

pertanyaan/kehawatiran mereka dan memperoleh jawaban.


Sambungan telepon langsung, kotak saran, forum-forum kelompok
kecil, tanya jawab dengan pimpinan dan politik pintu terbuka
Belajar dari para karyawan itu sendiri apa yang memotivasi
mereka.
Mempelajari apa saja kegiatan-kegiatan lain yang pekerja lakukan
bila mereka mempunyai waktu luang, dan kemudian menciptakan
kesempatan bagi mereka untuk melakukan kegiatan itu secara lebih
teratur
Memberi selamat secara pribadi kepada karyawan yang melakukan
pekerjaan dengan baik.
Terus menerus memelihara hubungan dengan orang yang mereka
bawahi
Format Pedoman ICU

Page 35

Menulis Memo secara pribadi kepada mereka tentang hasil kinerja


mereka.
Menghargai karyawan karena pekerjaan mereka yang baik secara
umum
meliputi

pertemuan-pertemuan

pembentukan

moril

seperti

merayakan kesuksesan yang dicapai kelompok


Memberi karyawan satu pekerjaan yang baik untuk dikerjakan
apakah karyawan mempunyai sarana kerja yang terbaik.
Memberi selamat secara pribadi kepada karyawan yang melakukan
pekerjaan dengan baik.
Terus menerus memelihara hubungan dengan orang yang mereka
bawahi
Menulis Memo secara pribadi kepada mereka tentang hasil kinerja
mereka.
Menghargai karyawan karena pekerjaan mereka yang baik secara
umum
meliputi

pertemuan-pertemuan

pembentukan

moril

seperti

merayakan kesuksesan yang dicapai kelompok


Memberi karyawan satu pekerjaan yang baik untuk dikerjakan
apakah karyawan mempunyai sarana kerja yang terbaik.
Kenalilah kebutuhan-kebutuhan pribadi karyawan
Gagasan menggunakan kinerja sebagai dasar untuk promosi
Menetapkan

suatu

kebijakan

promosi

dari

dalam

secara

komprehensif.
Menegaskan komitmen perusahaan terhadap perkaryaan jangka
panjang
Membantu berkembangnya rasa bermasyarakat
Gajilah karyawan secara bersaing berdasarkan apa yang mereka
kerjakan
Menawarkan pembagian keuntungan (profit sharing) kepada
karyawan.
Secara sederhana jenjang pelayanan dalam kaitannya dengan kepuasan
customer dapat digambarkan sebagai berikut:

Format Pedoman ICU

1.

POOR

2.

STANDARD

3.

SATISFY

4.

SURPRISE
Page 36

POOR :
Pelayanan yang diberikan sangat mengecawakan pelanggan dan tidak
mungkin kembali kecuali sangat terpaksa
STANDARD :
Artinya pelayanan yang diberikan sesuai standar dan sesuai dengan
yang diharapkan pelanggan
SATISFY :
Pelayanan lebih dari sekedar meet standard sehingga memuaskan
pelanggan.

EXCELLENT ATAU SURPRISE :


Tahap terakhir inilah yang sedang kita bahas yaitu dimana pelanggan
terkejut dan terkesima dengan pelayanan yang diberikan dan sangat
terkesan.
EXTRA MILES :
Usaha keras untuk memberikan sesuatu yang akan membuat customer
sangat puas
DAMPAK EXTRA MILES BAGI PELANGGAN :

Trust
Kepuasan terhadap pelayanan perusahaan akan meningkatkan
trust level pelanggan terhadap perusahaan tersebut. Hal ini dapat
berkembang terhadap rasa percaya atas kualitas atau layanan
produk/jasa lainnya dan ujungnya adalah percaya atas bonafiditas
perusahaan

Akwnowledgement
Pelayanan yang excellent akan menumbuhkan pengakuan dan
penghargaan pelanggan secara pribadi maupun company terhadap
perusahaan. Penghargaan dapat diberikan berupa pujian langsung
kepada petugas frontline yang melayani, pujian melalui surat
pembaca pada media, positive feedback pada formulir kepuasan
pelanggan,

dll.

Intinya

akan

meningkatkan

kredibilitas

perusahaan.

Word of Mouth
Tahap berikut yang biasanya dilakukan pelanggan yang sangat
puas adalah menceritakan pengalamannya kepada orang lain dari

Format Pedoman ICU

Page 37

mulut ke mulut. Ini adalah iklan gratis yang sangat effektif karena
yang menceritakan adalah pelaku yang memiliki experience
dengan pelayanan yang extra miles, jadi orang akan sangat
mudah percaya.

Advocate Customers
Pelanggan yang sangat puas karena memperoleh pelayanan luar
biasa terus menerus, besar kemungkinan akan menjadi pelanggan
setia perusahaan tersebut. Pelanggan yang setia relatif lebih
mudah ditingkatkan lagi levelingnya pada Advocate Customers
pelanggan setia yang rela membela reputasi perusahaan di depan
klien-kliennya. Pelanggan seperti ini adalah aset yang sangat
berharga dari perusahaan dan harus dijaga.

Pricing Strategy : Mark Up Price


Kredibilitas perusahaan yang sudah bagus di mata publik
ditambah

dengan

upaya

promosi

yang

dilakukan,

akan

menimbulkan kesan yang kuat bahwa perusahaan tersebut


bonafid . Akibatnya pelanggan tidak perlu melakukan banyak
upaya untuk meyakinkan diri bahwa produk atau layanan tersebut
berkualitas. Kondisi ini memberikan peluang bagi perusahaan
untuk melakukan strategi harga mark-up, yaitu menaikkan harga,
bahkan untuk prosentase yang sangat signifikan.

Format Pedoman ICU

Page 38

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang

B. Standar fasilitas
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Tempat tidur khusus


Alat pengukur tekanan darah
Pulse oxymetri
EKG
Alat pengukur tekanan vena sentral
Alat pengukur suhu
Alat penghisap (suction) sentral
Alat ventilasi manual dan alat penunjangnya
Peralatan akses vaskuler
Ventilator
Oksigen sentral
Lampu untuk melakukan tindakan
Defebrilator dan alat pacu jantung
Peralatan drain toraks
Emergency trolley yang berisi alat dan obat untuk keadaan emergency :
Airway, laringoskop, ambu bag, O 2, adrenalin, dll
p. Pompa infus dan pompa syringe
q. Monitor tekanan darah invasif
Format Pedoman ICU

Page 39

r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.

Monitor tekanan darah sentral


Monitor tekanan arteri pulmonalis
Kapnograf
Bronkospkopi
Echokardiografi
EEG
Hemodialisis atau CRRT
DAFTAR INVENTARIS BARANG ICU

1. Alat alat Medis


NO

NAMA BARANG

JUMLAH

Monitor

11 unit

Suction Pump

3 buah

Syringe Pump

3 buah

Infus Pump

2 buah

Alat Intubasi

1 set

EKG manual

2 buah

Tensimeter Air Raksa Dewasa

2 buah

Tensimeter Anak

1 buah

Stetoskop Anak

1 buah

10

Ambu Bag

11

O2 Consentrat

1 buah

12

Termometer Axilla

2 buah

13

Pen Light

1 buah

14

Emergency Lamp

3 buah

15

X Ray Lamp

1 buah

16

Oksigen Regulator

5 buah

17

Spatel

4 buah

18

Neirbekken

4 buah

19

Basic Instrument Set

20

Sterilisator Kering

1 buah

21

Sterilisator Basah

2 buah

22

Korentang + Placer

3 buah

23

Bag Valv Musk Dewasa

1 buah

Format Pedoman ICU

3 set

1 Set

Page 40

24

Tromol

5 buah

25

Pispot

10 buah

26

Urinal

10 buah

27

Ultraviolet Lamp

2 buah

28

Bed Screen

12 buah

29

Rostul

1 buah

30

Brankar

1 buah

31

Troly Instrument

3 buah

32

Electric ICU Bed + Matras

6 buah

33

Tempat Tidur 3 engkol + Matras

3 buah

34

Tabung O2 Kecil + Troly

2 buah

35

Bed Side Cabinet

14 buah

36

Meja Makan Pasien

10 buah

37

Tiang Infus

8 buah

38

Defibrilator

1 buah

2. Alat alat Non Medis

NO

NAMA BARANG

JUMLAH

Ac

6 unit

Kulkas

1 buah

Lemari Kayu

1 buah

Lemari Pakaian petugas

1 buah

Meja kerja

2 buah

Kursi Plastik

16 buah

Gantungan Baju Pembesuk

1 buah

Gantungan Baju Petugas

1 buah

Tempat Pakaian Kotor U/ petugas

1 buah

10

Tempat Sampah injak

5 buah

11

Lemari Kaca

2 buah

12

Kursi Kerja

2 buah

Format Pedoman ICU

Page 41

13

TV 21 Inch

1 buah

14

Bangku Ruang Tunggu

1 buah

15

Kipas Angin

4 buah

16

Tabung Kebakaran

1 buah

17

Motor Suzuki Smash

1 buah

18

Kursi Chitoss

1 buah

19

Komputer

1 unit

20

Waskom + Stand

10 set

21

Exhauser

4 Unit

22

Clipboard

8 unit

23

Timbangan Dewasa

1 unit

24

Long spinal Board

1 unit

25

Rak Sepatu

1 unit

3. Linen

NO

NAMA BARANG

JUMLAH

Baju Petugas Warna Hijau

30

Baju Dokter Warna Hijau

Baju Pembesuk Warna Hijau

21

Baju Pasien Warna Biru

25

Sarung Bantal Krem

24

Sarung Bantal kuning

Sarung Bantal Putih

Sprei biru

Sprei krem

24

10

Sprei kuning

11

Sprei putih

10

12

Selimut Hitam putih

13

Selimut coklat

Format Pedoman ICU

15
Page 42

14

Perlak Hijau Besar

15

Perlak hijau kecil

20

16

stik laken

17

Celemek

18

Waslap

10

C. Pemeliharaan, perbaikan dan kaliberasi peralatan


PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN PERALATAN
Pengertian
:
Suatu usaha/tata cara yang dilakukan dalam
menggunakan/memelihara peralatan medis.
Tujuan
dilakukan.

Untuk Melengkapi tindakan pelayanan yang

Kebijakan
:
Pelayanan Intensif ditetapkan oleh pimpinan RS.
Sebagai pedoman kerja bagi staf, yang dikelola secara efisien, dievaluasi dan
ditindak lanjuti.
Prosedur

1.
Peralatan disiapkan sesuai kebutuhan tindakan.
2.
Sebelum peralatan digunakan terlebih dahulu dipastikan apakah alat
tersebut siap pakai.
3.
Setelah alat siap pakai, barulah alat tersebut digunakan pada pasien sesuai
dengan petunjuk operasional alat tersebut.
4.
Setelah peralatan medis tersebut selesasi digunakan kemudian dibersihkan
dan disimpan.
5.
Khusus untuk alat-alat yang telah kontak langsung dengan pasien, harus
disterilkan dan disimpan.
6.
Peralatan siap pakai kembali.
PROSEDUR PERENCANAAN PERALATAN DAN PEREMAJAAN
PENGERTIAN : Suatu tatacara yang dilakukan untuk menambah peralatan
medis.

Format Pedoman ICU

Page 43

TUJUAN

: Untuk menambah jumlah fasilitas peralatan guna mencapai

standar pelayanan yang


Optimal.
PROSEDUR :
1.

Petugas Unit Pelayanan Intensif mengajukan Permohonan Permintaan

Barang dengan mengisi Formulir yang telah disediakan, Kemudian diserahkan


kepada Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana ( IPS ).
2.

Daftar permintaan Barang yang diterima IPS Medik melanjutkan ke

Devisi Sarana untuk direvisi apakah alat/barang yang diminta belum ada atau
sangat diperlukan, kemudian dibuatkan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
3.

Kepala Devisi Sarana melanjutkan RAB yang telah dikoreksi kepada

Direktur SDM dan Sarana untuk mendapatkan persetujuan.


4.

RAB yang telah disetujui oleh Direktur SDM dan Sarana dikembalikan

kepada Devisi Sarana.


5.

Kepala Devisi Sarana mengkoordinasikan RAB tersebut kepada Devisi

Keuangan untuk mendapatkan biaya yang dibutuhkan.


6.

Setelah disetujui Devisi Sarana mengorder Barang/Alat tersebut sesuai

permintaan Unit.
7.

Unit Pelayanan Intensif menunggu Barang/Alat yang dibutuhkan.


PROSEDUR KALIBRASI ALAT-ALAT MEDIS

PENGERTIAN : Suatu tatacara yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi alat


dalam keadaan kondisi standart.
TUJUAN

: Untuk mengembalikan fungsi alat-alat medis dalam keadaan

kondisi standart dan


PROSEDUR
1.

layak pakai.

Petugas Unit Pelayanan Intensif mengajukan Permohonan Kalibrasi Alat-

Alat Medis dengan mengisi Formulir yang telah disediakan, Kemudian


diserahkan kepada Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana ( IPS).
2.

Petugas IPS melanjutkan ke Devisi Sarana sesuai permohonan kalibrasi

yang diterima untuk dibuatkan Rencana Anggaran Biaya ( RAB).


3.

Kepala Devisi Sarana melanjutkan RAB yang telah dikoreksi kepada

Direktur SDM dan Sarana untuk mendapatkan persetujuan.

Format Pedoman ICU

Page 44

4.

RAB yang telah disetujui oleh Direktur SDM dan Sarana dikembalikan

kepada Devisi Sarana untuk selanjutnya dikirim Ke Badan Pengaman Fasislitas


Kesehatan ( BPFK) Depkes.
5.

Petugas BPFK bersama Petugas IPS langsung ke Unit Pelayanan yang

dituju untuk melihat dan memulai pengkalibrasian alat-alat.


6.

Petugas IPS Medik menulis dikartu pemeliharaan alat yang tergantung

pada alat tersebut.


BPFK menerbitkan Sertifikat Kalibrasi alat-alat yang telah dikalibrasi

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Kriteria masuk dan keluar ICU
ICU mampu menggabungkan tekhnologi tinggi dan keahlian khusus dalam
bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat. Pelayanan ICU diperuntukkan
dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis.Tujuan dari pelayanan
adalah memberikan pelayanan medik tertitrasi dan berkelanjutan serta mencegah
fragmentasi pengelolaan.
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu rumah
sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau
permintaan akan pelayanan ICU lebih tinggi dari pada kemampuan pelayanan
yang dapat diberikan. Prosedur untuk melaksanakan kebijakan ini harus jelas
secara rinci untuk tiap ICU.
1. Kriteria masuk
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi
yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi,pasien
yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan
pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif
atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk
menentukan prioritas masuk ICU.
a. Pasien prioritas 1

Format Pedoman ICU

Page 45

Kelompokm ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang


memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seprti bantuan fentilasi dan alat
bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu,
obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lainlainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah
kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan
eletrolit yang mengancam nyawa. Institusi setempat dapat membuat
kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi
dibawah tekanan darah tertentu. Terapi pada pasien prioritas 1 (satu)
umumnya tidak mempunyai batas.
b. Pasien prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab
sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan Pulmonary arterial cateter.contoh
pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar
jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami
pembedahan mayor. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai
batas , karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
c. Pasien prioritas 3
Pasien golongan ini adalah pasien kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara
sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi
di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien
dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi ,pericardial
tamponade, sumbatan jalan nafas, atau pasien penyakit jantung,penyakit
paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaanpada
pasien golongan ini hanya untukmengatasi kegawatan akutnya saja, dan
usaha terapi mungkintidak sampaimelakukan intubasiatau resusitasi
jantung paru.
d. Pengecualian

Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan Kepala ICU,


indikasi masuk pada beberapa golongan pasienbisa dikecualikan,dengan
catatan

bahwa

pasien-pasien

golongan

ini

sewaktu-waktu

harus

dikeluarkan dari fasilitas ICUyang terbatas tersebutdapat digunakan untuk


pasien prioritas 1,2,3. Pasien yang tergolong di sisni :
1)

Pasien yang memenuhi kriteria tetapi menolak terapi tunjangan


hidup yang agresif dan hanya demi perawatan aman saja. Ini tidak

Format Pedoman ICU

Page 46

menyingkirkan pasien dengan perintah DNR (Do Not Resuscitate).


Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapatkan manfaat dari
tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan
kemungkinan survivalnya.
2)

Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.

3)

Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak . pasienpasien seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang
fungsi organ hanya untuk kepentingan donor organ.

2. Kriteria keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh
kepala ICU dan tim yang merawat pasien.Pada pasien yang dengan terapi
atau pemantauan intensif tidak diharapkan atau tidak memberikan hasil,
sedangkan pasien pada waktu itu tidak menggunakan alat bantu mekanis
( ventilator ) yaitu :
o Pasien yang mengalami MBO ( mati batang otak )
o Pasien terminal / pasien ARDS stadium akhir
Pada pasien yang telah membaik dan cukup stabil sehingga tidak
memerlukan terapi atau pemantauan intensif lebih lanjut.
Pasien yang hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada
pasien yang lebih gawat dan lebih memerlukan terapi atau pemantauan
intensif lebih lanjut.
Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU / pulang
paksa
3. End of Life Care (Perawatan terminal akhir kehidupan)
Disediakan ruangan khusus bagi pasien diakhir kehidupan
B. Persiapan penerimaan pasien
Sumber Penderita :
1. Dari IRD.
2. Dari ruangan lain (perawatan)

3. Dari kamar operasi.


4. Dari rumah sakit lain.
Kriteria penerimaan penderita :
Format Pedoman ICU

Page 47

1. Keadaan kegawatan yang diakibatkan oleh gagal nafas, dimana kehidupan


penderita terancam sehingga perlu tindakan segera.
2. Indikasi kegawatan nafas
-

Operasi Thoracotomy

Operasi Basedow

PROSEDUR PENERIMAAN PENDERITA DI ICU

Penderita dipindahkan dari brankart / tempat tidur ruangan ke


tempat tidur ICU, dan beritahu penderita tentang alat alat yang ada di
sekitar tempat tidur, jika penderita sadar.

Pasang O2.

Atur posisi penderita sesuai dengan keadaan penderita /

kebutuhannya.
Buka baju penderita yang dari ruangan dan menggantikan pakaian

yang ada di ICU.

Pasang infus / catheter apabila belum terpasang dari ruangan.

Pasang elektroda dan dihubungkan dengan bedside monitor.

Observasi tanda tanda vital ( Bp, HR, RR, Temperatur ) setiap 15


menit sampai stabil, dan selanjutnya 1 3 jam sekali.
Mengambil contoh darah untuk pemeriksaan lab, dan foto rontgen

sesuai permintaan.
Siapkan alat alat jika penderita akan dilakukan tindakan

tindakan khusus misalnya : intubasi, ventilator, CVP, syiringe pump.

Isi lembaran catatan perawat pada status / isi lembaran flow sheet.

Terangkan pada keluarga penderita tentang paraturan RS dan


ketentuan ketentuan lain yang telah ada dan protap ICU.
Membuat rencana asuhan keperawatan.

CATATAN :

Setiap penderita tidak boleh membawa barang barang dari rumah kecuali obat
obatan.
C. Monitoring pasien
Pencatatan monitoring pasien menggunakan status khusus ICU yang meliputi
diagnosis lengkap yang menyebabkan dirawat di ICU,data tanda-tanda vital
pemantauan fungsi organ tubuh (jantung,paru, ginjal dan sebagainya) secara
berkala, jenis,jumlah,asupan nutrisi dan cairan,catatan pemberian obat,serta
jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Format Pedoman ICU

Page 48

Pencattan nilai- nilai pengukuran tanda-tanda vital secara berkala dilakukan


oleh perawat ICU 1 jam sekali dengan interval sesuai kondisi pasien.pemantauan
secara umum dan khusus setiap pagi hari olsigeneh dokter jaga dan perawat
ICUdan dikoordinasikan dengan dokter intensivist. Pemantauan secara umum
meliputi :
1)

Pemeriksaan tanda-tanda vutal, meliputi tensi, nadi ,suhu respiratori,


saturasi oksigen.

2)

Pemeriksaan fisik meliputi sistem saraf , sistem kardiovaskuler,sistem


respirasi,sistem

gastrointestinal,sistem

traktus

urinarius,dan

sistem

lokomotif.
3)

Balans cairan dilakukan tiap pergantian sift, dan kemudian diakumulasi


dalam 24 jam, diperhitungkan intake dan output cairan.

4)

Evaluasi CVP (Central Venous Presure) dengan melakukan Fluic


Challenge Test (FCT).

5)

Pemeriksaan Laboratorium meliputi :

Analisa Gas Darah

Gula darah

Darah rutin

Elektrolit

Ureum, kreatinin

Keton darah sesuai indikasi

Keton urine sesuai indikasi

Hemostase lengkap sesuai indikasi

Pemeriksaan lain jika dibutuhkan.

D. Prosedur medik
a.

Pemasangan CVP
Pengertian : Memasang kateter intra vena yang ujung kateternya berada
dalam Vena cava superior
Tujuan

: Mendapatkan acces vena yang besar

Indikasi :
1.Pembedahan dimanaterjadi pertukaran cairan yang massiv
3.Semua pembedahan jantung
4.pasien yang diduga hipovolum
5.pasien yang mengalami trauma berat
Format Pedoman ICU

Page 49

6.pemberian cairan dan obat-obatan yang menyebabkan


iritasi vena perifer
7.Nutrisi parentral jangka panjang
8. Tidak ditemukan lagi vena perifer untuk pemasangan
infus
Kontra indikasi :
a. Gangguan faal hemostasis
b.Gangguan pembekuan darah
Tempat pemasangan kanulasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Vena antecubital, pada vena basilica atau cephalika


vena subclavia
vena jugularis interna
vena jugolaris externa
vena femoralis
Vena umbilikalis

Jenis kateter vena sentral :


1.Drum catridge
2.Venocath
3.cavavix
4.Multilumen

Kebijakan :
Prosedur :

Persiapan alat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Format Pedoman ICU

Drum catrige,Venocath,Multilumen
Infusion set/blood set
disinfektan <betadin>
Duk lobang
sarung tangan steril
set ganti kasa
local anastesi <lidokain 2%>
tourniguet
Kran tiga arah
water pas <Pipa U>
plesters dan gunting verband
standar infus spoit 2cc
bengkok
alat bantal steril
vena sectie
Page 50

16.
17.
18.

CVP manometer bila memasang vena sentral untuk


mengukur CVP
Benang
Jarum jahit kulit

Persiapan pasien
1.
2.

.Pasien diberitahu tentang hal-hal yang akan


dilakukan
posisi pasien sesuai dengan kebutuhan

Cara pemasangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.

11.

12.

13.
14.
15.
16.

17.

Format Pedoman ICU

Peralatan di persiapkan
sebelum dan sesudah tindakan harus cuci tangan
pasien di beri tahu
Pasang teniguet
disinfeksi dengan betadin kemudian tutup dengan
duk lubang steril
pemasang memakai sarung tangan steril
bila pasien sadar,suntik dengan local anastesi
jarum cavavix ditusuk pada kulit berjarak 0,5-1 cm
dari vena yang di tuju dengan sudut 30-40 derajat
menembus kulit beru di arahkan ke vena dengan
posisi mendatar
setelah jarum menembus dinding vena <terlihat
darah di ujung distal jarum> maka kanula Teflon
masuk dan jarum logam di tarik keluar
segera sambungkan konektor dari keteter kemudian
dengan menggunakan ibu jari dengan jari telunjuk ,
pelan keteter di dorong masuk ,sedangkan ibu jari
dan jari telunjuk kiri memegang kanula Teflon
setelah keteter masuk 25-30 cm, kira-kira sampai di
bahu, bila terasa hambatan,segera abdusikan lengan
90 derajat dan tarik 15-25 ke anterior,sambil keteter
di dorong masuk
ketika keteter sampai vena subclavia,pasien
dianjurkan untuk menoleh kearah pemasang,agar
keteter masuk ke vena cava superior tidak ke vena
jugularis
Ujung kateter di harapkan ke atrium kanan setelah
masuk sedalam 50-60cm pada orang dewasa
pelan mandrin ditarik keluar dan ujung kateter
segera di sambungkan dengan infus agar tidak buntu
mandrin yang telah lepas,dapat dipergunakan untuk
mengukur dan memperkirakan dimana letak ujung
keteter
setelah infus menetes lancar,dan dilihat apakah ada
darah mengalir kembali lewat kateter. Bila
ada,berarti letak kateter intra vaskuler tidak ada
yang menutupi kateter
Kateter difiksasi pada kulit dengan baik agar tidak
keluar masuk yang dapat mengundang infeksi,luka
bekas jarum di oles dengan betadin,kemudian
ditutup dengan kasa steril diplester dengan baik dan
ditulisi dengan tanggal pemasangan dan nama
pemasang.
Page 51

Komplikasi :

b.

Sepsis
Thrombo phelebitis
Pneumoni thoraks
Aritmia jantung.

Pemasangan stomach tube


PENGERTIAN :memasukkan pipa (NGT) kedalam lambung

TUJUAN
: Untuk mengkaji fungsi dan isi dari lambung serta untuk
dekompresi Saluran cerna bagian atas.
INDIKASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perdarahan saluran cerna bagian atas


Trauma abdomen
Obstruksi illeus
Pemberian obat atau nutrsi
Mencegah aspirasi pada pasien yang di intubasi
Laparatomi

KONTRA INDIKASI :
1.
2.

Trauma basis cranial


Pasien yang menjalani operasi pada esophagus atau gaster

KEBIJAKAN:
PROSEDUR :
Persiapan

1.

Pipa lambung nomornya disesuaikan dengan kebutuhan , kalau


hanya untuk nutrisi pakai ukuran kecil.
2.
Spoit 50 cc untuk irigasi.
3.
Larutan Nacl 0,9 % atau air untuk irigasi
4.
Jelly
5.
stetoscop
6.
mesin suction
7.
Plester
8.
Bengkok
Pelaksanaan :
1.
2.
3.

posisi pasien semi fowler, kepala sedikit fleksi.


Beritahu pada pasien.
Ukur panjang pipa lambung yang akan dimasukkan dengsn cara
ujung pipa ditempatkan di telinga, ukur sampai kelubang hidung
pada sisi yang sama kemudian turunkan mencapai xyphoid. Beri
tanda tersebut.

Format Pedoman ICU

Page 52

4.
5.
6.

Beri pelicin jelly jangan terlalu banyak.


Masukkan pipa secara halus melalui salah satu lubang hidung.
Setelah masuk ke rongga pharyng pasien di suruh melakukan
gerakan seperti menelan, kalau perlu dibantu dengan pemberian air
dengan sendok sedikit-sedikit.
7.
Masukkan pipa sampai batas yang telah ditentukan .
8.
Bila pasien batuk-batuk atau sesak segera dicabut.
9.
Untuk memastikan letak : aspirasi ini lambung atau beri udara
dengan syiringe dan dengarkan dengan steteskop di daerah
epigastrum.
10.
Fiksasi ( ada beberapa teknik fiksasi )
11.
Hubungkan dengan drain bag atau section tekanan rendah posisi
bagian harus selalu lebih rendah dari lambung.
Perawatan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Periksa batas tiap kali pergantian jaga.


Jaga supaya jangan buntu.
Perhatikan jumlah dan warna aspirasi.
Irigasi setiap 2-4 jam atau setiap kali pemberian nutrsi atau obat.
Catat intake dan output setiap 6 jam
Tutup pipa selama 30 menit setiap kali pemberian obat.
Lepaskan dan ganti plesternya setiap hari untuk mencegah nekrosis
lubang hidung.

Dokumentasi

c.

1.

Ukuran dan tipe pipa lambung

3.
4.
5.

Jumlah dan kwalitas aspirasi


Tanggal pemasangan
Mukosa hidung ,adakah perlukaan,tanda sinusitis.

Intubasi dan perawatannya


PENGERTIAN: Suatu tindakan untuk memasukkan pipa encotracheal
kedalam trachea.
TUJUAN
1.

:
Pembebasan jalan nafas.

2.
3.
4.
5.

Pemberian nafas buatan dengan bag and mask.


Pemberian nafas buatan secara mekanik ( respirator ).
Memungkinkan penghisapan secret secara adekuwat.
Mencegah aspirasi asam lambung ( dengan adanya balon yang
dikembangkan )
6. Mencegah distensi lambung.
7. Pemberian oksigen dosis tinggi.
KEBIJAKAN

INDIKASI

Format Pedoman ICU

Page 53

1.

Ada obstruksi jalan nafas bagian atas.

2. Pasien yang memerlukan bantuan nafas dengan respirator.


3. Pemberian anastesi.
4. Terdapat banyak sputum ( pasien tidak dapat mengeluarkan
sendiri )
PERSIAPAN PASIEN :
Beritahukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
-

Mintakan persetujuan keluarga / informed consent.


Berikan support mental.
Hisap cairan / sisa makanan dari naso gastring tube.
Yakinkan pasien terpasang intra vena line dan infus menetes
dengan lancar.
PERSIAPAN ALAT
:
a.
b.
c.
d.
e.

Bag and Mask + slang O2 + O2


Laryngoxcope lengkap dengan blade sesuai ukuran pasien dan
lampu harus menyala dengan terang.
Alat alat untuk suction ( yakinkan berfungsi dengan baik )
Xylocain jelly / xylocain spray dan K. Y. Jelly.
Naso / orotracheal tube sesuai ukuran pasien :
- Laki laki ( dewasa )
no : 7 7,5 8
- Perempuan no : 6,5 7 7,5

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Konektor yang cocok dengan tracheal tube yang disiapkan.


Sylet / mandrin
Magills forcep
Oropharyngeal tube
Stetoskope
Spuit 20cc untuk mengisi cuff
Plester untuk fiksasi.
Gunting
Bantal kecil setinggi 12 cm.
Hanscum 1 pasang.

PERSIAPAN OBAT
a.
2.
Format Pedoman ICU

Obat obat untuk intubasi


1. Sedasi
Penthotal 25 mg / cc dosis :
Dormikum : 0,6 mg / kg BB
Diprivan : 1 2 mg / kg BB
Muscle relaxant
Succinylcholin 20mg :1-2kg/KgBB
Pavulon
: 0,15 mg/KgBB
Tracrium
: 0,5 0,6 mg/KgBB
Norcuron
: 0,1mg/KgBB
b. Obat-obat emergency
Sulfat atropin
Efedrin
Adrenalin/ephinefrin
Lidokain 20%
Page 54

c.

Konektor yang cocok dengan trachea tube yang disiapkan

d.

Stylet / Mandrin.

PROSEDUR PEMASANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Mencuci tangan
Posisi pasien terlentang
Kepala di ganjal bantal kecil setinggi 12 cm
Pilih ETT yang akan di gunakan
Periksa balon pipa/cuff ETT
Pasang Blade yang sesuai
Oksigenasi Bag and mask/Ambu bag dengan O2 100%
Masukkan obat-obatan sedasi dan muscle relaksan
Buka mulut dengan laryngoscope sampai terlihat epiglottis
Dorong blade sampai pangkal epiglottis
Lakukan pengisapan lendir,bila bayak secret
Anastesi daerah laryng dengan xylocain spray(bila kasus
emergency tidak perlu di lakukan)
Masukkan ETT yang sebelumnya di beri jelly
Cek apakah ETT sudah benar posisinya
Isi cuff/balon dengan udara,sampai kebocoran tidak terdengar
lakukan fiksasi dengan plester,kalau perlu fiksasi dengan benang
hetting
Cuci tangan
Foto thoraks

PERAWATAN INTUBASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
d.

Fiksasi harus baik


Gunakan oropharing airway pada pasien yang tidak kooperatif
Hati- hati pada waktu perubahan posisi pasien
Jaga kebersihan mulut dan hidung
Jaga potensi jalan nafas
Humidifikasi yang baik
Pantau tekanan balon
Lakukan fisioterapi nafas tiap 4 jam
observasi tanda-tanda vital dan suara paru-paru
Lakukan suction pada setiap fisioterapi nafas
cek analisa gas darah untuk mengetahui perkembangan
lakukan foto thoraks segra setelah intubasi
Observasi terjadinya emphysema cutis
Air dalam water trap harus sering terbuang
Catat kedalaman ETT
Kalau perlu tandai di ujung mulut atau hidung

Ekstubasi
Pengertian :
Melepaskan / mengeluarkan pipa trachea dari trachea.
Tujuan :
Mengembalikan fungsi jalan napas secara alamia

Format Pedoman ICU

Page 55

Persiapan pasien, alat-alat dan obat-obat :


Persiapan pasien,Alat dan obat-obatan sama pada saat Intubasi:
a)

Beritahukan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

b)

Beri support mental

c)

Yakinkan pasien masih terpasang IV line dan infus menetes


dengan lancar

d)

Ekstubasi dilakukan pada umumnya bila efek anestesia sudah


ringan

e)

dengan catatan tak akan terjadi spasme laring

Sebelum ektubasi bersihkan rongga mulut, laring, faring dari


sekret dan cairan lain

f)

Lepaskan fiksasi dan kempiskan balon pipa trachea

g)

Suruh pasien buka mulut dan pada saat bersamaan cabut pipa
trachea dari rongga mulut

h)

dan

bila

masih

ada

lendir,

suruh

pasien

untuk

membatukkan/menelannya.
i)

Kemudian bersihkan dan rapikan pasien kembali

Monitor
a)

Pengembangan dada, suara napas, simetris atau tidak

b)

Awasi tanda-tanda vital terutama pola napas

dan saturasi

oksigen.
Kemungkinan yang bisa timbul setelah Ektubasi antara lain :

Spasme laring

Aspirasi

Gangguan fonasi

Edema glotis-subglotis

Infeksi laring, faring dan trachea

e.

Balance cairan

f.

Rehabilitasi Medik

g.

Penilaian kematian batang otak


Seorang dokter harus memahami benar konsep kematian batang otak,
karena hal ini di antaranya dapat bermakna tidak perlunya lagi life support
(penyokong

kehidupan)

atau

sebagai

suatu

syarat

mutlak

diperkenankannya donor organ untuk transplantasi.Konsep kematian


batang otak akan menimbulkan implikasi yang sangat kompleks, baik dari
Format Pedoman ICU

Page 56

aspek bioetik, formulasi sosial, filosofi kultural dan religius, maupun


aspek hukum.
Definisi
Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak,
termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama
manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam, hilangnya seluruh
refleks batang otak, dan apnea.Seorang pasien yang telah ditetapkan
mengalami kematian batang otak berarti secara klinis dan legal-formal
telah meninggal dunia. Hal ini dituangkan dalam pernyataan IDI tentang
Mati dalam SK PB IDI No.336/PB IDI/a.4 tertanggal 15 Maret 1988 yang
disusul dengan SK PB IDI No.231/ PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut
dinyatakan bahwa seorang dikatakan mati, bila fungsi pernafasan dan
jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible, atau terbukti telah
terjadi kematian batang otak.
Langkah penetapan kematian batang otak
Langkah-langkah penetapan kematian batang otak meliputi hal-hal
berikut:
1.

Evaluasi kasus koma

2.

Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi terkini


pasien

3.

Penilaian klinis awal refleks batang otak

4.

Periode interval observasi


a.

Sampai dengan usia 2 bulan, periode interval observasi 48 jam

b.

Usia lebih dari 2 bulan sampai dengan 1 tahun, periode


interval observasi 24 jam

c.

Usia lebih dari 1 tahun sampai dengan kurang dari 18 tahun


periode interval observasi 12 jam

d.

Usia 18 tahun ke atas, periode interval observasi berkisar


6jam

e.

Penilaian klinis ulang refleks batang otak

f.

Tes apnea

g.

Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi

h.

Persiapan akomodasi yang sesuai

i.

Sertifikasi kematian batang otak

j.

Penghentian penyokong kardiorespirasi

Evaluasi kasus koma

Format Pedoman ICU

Page 57

Penentuan kematian batang otak memerlukan identifikasi kasus koma


ireversibel beserta penyebab koma yang paling mungkin. Cedera kepala
berat, perdarahan intraserebral hipertensif, perdarahan subarachnoid, jejas
otak hipoksik-iskemik, dan kegagalan hepatik fulminan adalah merupakan
penyebab potensial hilangnya fungsi otak yang bersifat ireversibel.
Dokter perlu menilai tingkat dan reversibilitas koma, serta potensi
berbagaikerusakan organ. Dokter juga harus menyingkirkan berbagai
faktor perancu, seperti intoksikasi obat, blokade neuromuskular,
hipotermia, atau kelainan metabolik lain yang dapat menyebabkan koma
namun masih berpotensi reversible.
Koma dalam: tidak adanya respon motorik serebral terhadap rangsang
nyeri di seluruh ekstremitas (nail-bed pressure) dan penekanan di
supraorbital
Penilaian klinis refleks
batang otak
Penentuan kematian batang otak memerlukan penilaian fungsi otak oleh
minimal dua orang klinisi dengan interval waktu pemeriksaan beberapa
jam. Tiga temuan penting pada kematian batang otak adalah koma dalam,
hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea. Pemeriksaan apnea (tes
apnea) secara khas dilakukan setelah evaluasi refleks batang otak yang
kedua.
Hilangnya refleks batang otak :
Pupil:
a.

Tidak terdapat respon terhadap cahaya / refleks cahaya negatif

b.

Ukuran: midposisi (4 mm) sampai dilatasi (9 mm)

Gerakan bola mata /gerakan okular:


a.

Refleks okulosefalik negatif (pengujian dilakukan hanya apabila


secara nyata tidak terdapat retak atau ketidakstabilan vertebrae
cervical atau basis kranii)

b.

Tidak terdapat penyimpangan / deviasi gerakan bola mata terhadap


irigasi 50 ml air dingin di setiap telinga (membrana timpani harus
tetap utuh; pengamatan 1 menit setelah suntikan, dengan interval
tiap telinga minimal 5 menit)

Respon motorik facial dan sensorik facial:


a.

Refleks kornea negatif

b.

Jaw reflex negatif (optional)

c.

Tidak terdapat respon menyeringai terhadap rangsang tekanan


dalam pada kuku, supraorbita, atau temporomandibular joint

Format Pedoman ICU

Page 58

Refleks trakea dan faring:


a.

Tidak terdapat respon terhadap rangsangan di faring bagian


posterior

b.

Tidak terdapat respon terhadap pengisapan trakeobronkial


tracheobronchial suctioning

Tes apnea
Secara umum, tes apnea dilakukan setelah pemeriksaan refleks batang
otak yang kedua dilakukan. Tes apnea dapat dilakukan apabila kondisi
prasyarat terpenuhi, yaitu:
a.

Suhu tubuh 36,5 C atau 97,7 F

b.

Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam sebelumnya)

c.

PaCO2 normal (PaCO2 arterial 40 mmHg)

d.

PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial 200 mmHg)

Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, dokter melakukan tes apnea


dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan ventilator

b.

Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea (tempatkan


kanul setinggi carina)

c.

Amati dengan seksama adanya gerakan pernafasan (gerakan


dinding dada atau abdomen yang menghasilkan volume tidal
adekuat)

d.

Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8 menit, kemudian


ventilator disambungkan kembali

e.

Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan PaCO2 60


mmHg (atau peningkatan PaCO2lebih atau sama dengan nilai
dasar normal), hasil tes apnea dinyatakan positif (mendukung
kemungkinan klinis kematian batang otak)

f.

Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes apnea dinyatakan negatif


(tidak mendukung kemungkinan klinis kematian batang otak

g.

Hubungkan ventilator selama tes apnea apabila tekanan darah


sistolik turun sampai < 90 mmHg(atau lebih rendah dari batas nilai
normal sesuai usia pada pasien < 18 tahun), atau pulse-oxymeter
mengindikasikan adanya desaturasi oksigen yang bermakna, atau
terjadi aritmia kardial.

Segera ambil sampel darah arterial dan periksa analisis gas


darah.

Format Pedoman ICU

Page 59

Apabila PaCO2 60 mmHg atau peningkatan PaCO2 20


mmHg di atas nilai dasar normal, tes apnea dinyatakan
positif.

. Apabila PaCO2 < 60 mmHg atau peningkatan PaCO2 <


20 mHg di atas nilai dasar normal, hasil pemeriksaan belum
dapat dipastikan dan perlu dilakukan tes konfirmasi

Faktor perancu
Kondisi-kondisi berikut dapat mempengaruhi diagnosis klinis mati batang
otak, sehingga hasil diagnosis tidak dipastikan hanya berdasarkan pada
alasan klinis. Pada keadaan ini pemeriksaan konfirmatif
direkomendasikan:
a.

Trauma spinal servikal berat atau trauma fasial berat

b.

Kelainan pupil sebelumnya

c.

Level toksis beberapa obat sedatif, aminoglikosida, antidepresan


trisiklik, antikolinergik, obat antiepilepsi, agen kemoterapi, atau
agen blokade neuromuskular

d.

Sleep apnea atau penyakit paru berat yang mengakibatkan retensi


kronis CO2 Manifestasi berikut terkadang tampak dan tidak boleh
diinterpretasikan sebagai bukti fungsi batang otak:
a.

Gerakan spontan ekstremitas selain dari respon fleksi atau


ekstensi patologis

b.

Gerakan mirip bernafas (elevasi dan aduksi bahu,


lengkungan punggung, ekspansi interkosta tanpa volume
tidal yang bermakna)

c.

Berkeringat, kemerahan, takikardi,Tekanan darah normal


tanpa dukungan farmakologis, atau peningkatan mendadak
tekanan darah

d.

Tidak adanya diabetes insipidus

e.

Refleks tendon dalam, refleks abdominal superfisial,


respon fleksi tripel.

f.

Refleks Babinski

Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi


Diagnosis mati batang otak merupakan diagnosis klinis. Tidak
diperlukan pemeriksaan lain apabila pemeriksaan klinis (termasuk
pemeriksaan refleks batang otak dan tes apnea) dapat dilaksanakan secara
Format Pedoman ICU

Page 60

adekuat. Pada beberapa pasien dengan kondisi tertentu seperti cedera


servikal atau kranium, instabilitas kardiovaskular, atau faktor lain yang
menyulitkan pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnosis mati batang
otak, perlu dilakukan tes konfirmatif.
Pemilihan tes konfirmatif sangat tergantung pada pertimbangan praktis,
mencakup ketersediaan, kemanfaatan, dan kerugian yang mungkin terjadi.
Beberapa tes konfirmatif yang biasa dilakukan antara lain:
a.

Angiography (conventional, computerized tomographic, magnetic


resonance, dan radionuclide): kematian batang otak ditegakkan
apabila tidak terdapat pengisian intraserebral (intracerebral filling)
setinggi bifurkasio karotis atau sirkulus Willis

b.

Elektroensefalografi: kematian batang otak ditegakkan apabila


tidak terdapat aktivitas elektrik setidaknya selama 30 menit

c.

Nuclear brain scanning: kematian batang otak ditegakkan apabila


tidak terdapat ambilan (uptake) isotop pada parenkim otak dan/
atau jaringan vaskular, bergantung teknik isotop (hollow skull
phenomenon)

d.

Somatosensory evoked potentials: kematian batang otak ditegakkan


apabila tidak terdapat respon N20-P22 bilateral pada stimulasi
nervus medianus

e.

Transcranial doppler ultrasonography: kematian batang otak


ditegakkan oleh adanya puncak sistolik kecil (small systolic peaks)
pada awal sistolik tanpa aliran diastolik (diastolic flow) atau
reverberating flow, mengindikasikan adanya resistensi yang sangat
tinggi (very high vascular resistance) terkait peningkatan tekanan
intrakranial yang besar

E. Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik


Indikasi penggunaan
Pengertian :
o

Ventilasi mekanik adalah alat pernapasan bertekanan positif atau negatif


yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama
waktu yang lama (Bruner dan Suddarth, 2001)

Ventilasi mekanik adalah alat mekanik dimana klien menerima bantuan


ventilasi untuk mempertahankan ventilasi alveloar yang adekuat. (Hudak
dan Gallo, 2001).

Tujuan :

Format Pedoman ICU

Page 61

Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan


ventilasi mekanis.

Manipulasi airway pressure dan corak ventilasi untuk meperbaiki


efisiensi ventilasi dan oksigenasi.

Mengurangi kerja miocard dengan

jalan mengurangi kerja napas.

Indikasi :
1.MEKANIK
a. Respiratory rate 35 x/permenit
b. Tidal volume kurang dari 5 ml/kg BB
c. Maksimum insipirasi force kurang dari
2 mmHg.
2. OKSIGENASI
a. Pa O2 < 60 dengan Fi O2 21 %
b. Pa O2 < 70 dengan Fi O2 40 %
c. Pa O2 < 100 dengan Fi O2 100 %
3. VENTILASI
PaCO2 lebih dari 60 mmHg ketentuan diatas tidak berlaku untuk pasien
dengan kelainan paru.

Penghentian ventilator mekanik


Parameter yang mengindikasikan kesiapan pasien untuk weaning
1.

Hal-hal yang mendasari pelepasan ventilator:

Gambaran foto thorax menunjukkan perbaikan

Sekresi minimal

Suara napas normal

2.

Hemodinamik stabil dengan cardiac output yang adekuat

3.

Kekuatan otot pernapasan yang adekuat

RR < 25x/menit

Kekuatan inspirasi negatif > -20 cmH2O

Tidal volume spontan 4-5 ml/KgBB

Kapasitas vital 10-15 ml/kg

Format Pedoman ICU

Page 62


4.

Minute volume 5-10 L/menit

Hasil AGD yang cukup baik tanpa FiO2 atau PEEP tinggi

Pao2 > 60 mmHg, dengan FiO2 < 50%

PaCO2 < 45 mmHg

PEEP 5 cmH2O

5.

Tingkat kesadaran cukup baik

6.

Status nutrisi dan hidrasi baik

7.

Tidak ada faktor yang mengganggu proses weaning


Infeksi
Anemia
Demam
Fetigue
Sleep deprivation
Nyeri
Distensi abdomen
BAB tidak normal (diare atau konstipasi)
8

9.

Secara mental siap untuk diwearing

Tenang dan Rilex

Tidak ada/memiliki ansietas yang minimal

Bersemangat

Kebutuhan yang minimal terhadap sedasi dan obat lainnya yang dapat
menyebabkan depresi pernapasan

F. Penggunaan ventilator mekanik

G. Pengunaan alat medik

a.

Syringe pumP
PENGERTIAN

Tindakan

di

yang

memprogramkan

lakukan

untuk

mempersiapkan

dan

Sekaligus memastikan alat syring

pump dalam kondisi baik dan layak Pakai.


TUJUAN
Format Pedoman ICU

:
Page 63

1.

Mendapatkan settingan syring pump yang baik

2.

Untuk mengetahui secara dini apabila mesinsyring pump


mengalami kerusakan.

3.

Menjaga agar syring pump tetap dalam keadaan awet

KEBIJAKAN :
Peralatan di pelayanan Intensif harus dapat medukung pelayanan
secara efektif dan aman
PROSEDUR

Standar Pengoperasian Mesin Syring Pump TE-331 :


a.

Sebelum pemakaian pertama,mesin disambungkan kesumber


listrik selama 12 jam.
1.

Angkat klem unit,kemudian pasang plunger syring/spuit


dengan benar

2.

Tekan clutch kemudian posisikan syringe dengan benar

3.

Kembalikan posisi klem unit pada tempat semula

4.

Tekan tombol power

5.

Tekan tombol rate/d.limit/ml (select),sehingga muncul


RATE pada display,putar dial setting yang ada di bagian
samping pump

6.

Setelah angka di dilevery rate di set tekan tombol STAR

7.

Lampu indicator menyala warna hijau (berputar),berarti


mesin sudah beroperasi.

b.

Setting OCCLUSION LIMIT :


1.

Mesin dalam kondisi hidup

2.

Tekan

tombol

rate/Limit/mlselect

stop

silencebersamaan

sehingga

muncul

dengan
tulisan

p300/P500/P800 pada displa


3.

Setelah itu tahan jangan di lepas tombol Stop silence


untuk

melakukan pemelihan occlusion yang di

inginkan,tekan tombol rate/limit/ml(select),hingga posisi


oklusi yang diinginkan
c.

Setting BEL
1.

Format Pedoman ICU

Mesin dalam kondisi menyala atau hidup


Page 64

2.

tekan tombol stop silence bersamaan dengan clear


ml hingga muncul tulisan BEL 1/2/3 pada display

3.

Setelah itu tahan penekan pada tombol stop silence


jangan dilepas,untuk melakukan pemilihamn BEL yang
diinginkan tercapai

d.

Setting SYRINGE
1.

Mesin dalam dalam kondisi mati (off)

2.

Tekan tombol stop silence bersamaan dengan Clear


ml(select) dan power bersamaan hingga muncul tulisan
syrpada display lalu syr 11

3.

Masukkan nomor kode syringe yang di inginkan dengan


mendial

4.

Untuk menyimpan data tsb,tekan tombol star hingga


muncul tulisan GOOD pada display

5.

Setelah itu,matikan kembali mesin dan nyalakan kembali


maka jenis syringe yang di setting akan muncul pada diplay
sesaat setelah di nyalakan

e.

Setting NEARLY EMPTY


1.
2.

Mesin dalam kondisi mati


Tekan tombolON dan STOP bersamaan sehingga
muncul tulisan USEr,display akan berkedip,masukkan
angka 331,dengan mendial

3.

Tekan tombol STOP hingga muncul tulisan rALI pada


display.

4.

Tekan tombol SELECT,hingga muncul tulisan spel.


tekan tombol SELECT lagi, muncul tulisan nEAr.

5.

Tekan tombol STOP, hingga muncul tulisan __ .


Masukkan angka nearly empty yang diinginkan ( 3 ~ 30
menit /kelipatan 3 )

6.

Untuk menyimpan data tsb tekan tombol START,hingga


muncul Tulisan GOOD.

MELIHAT HISTORY
1.
Format Pedoman ICU

Tekan ON untuk menghidupkan mesin.


Page 65

2.

Tekan STOP dan START bersamaan,hingga terdengar


bunyi dan display akan menunjukkan H ***. ***
menunjukkan history yang ada.

3.

Putar dial untuk memilih history yang diinginkan.

4.

Tekan SELECT, display akan menunjukkan setiap detil


data yang tersimpan.

f.

Setting TANGGAL dan WAKTU


1.

Mesin dalam posisi mati

2.

Tekan tombol ON, STOP , C ml bersamaan hingga


muncul tulisan baud,tekan tombol SELECT,display
akan menujukkan t15t

3.

Input data tahun : tekan terbaca 4 angka dua angka


didepan akan menunjuk angka 20,tidak dapat di ubah.Dua
angka dibelakan berkedip,menujukkan tahun berjalan
(putar dial bila akan dirubah)

4.

Input bulan dan tanggal : Tekan SELECT,terbaca 4


angka

.dua

angka

didepan

berkedip

menunjukan

bulan,masdukkan angka bulan dengan menDial sesuai


yang di inginkan(maksimal 12).
5.

Tekan

PURGE,Dua

angka

dibelakan

berkedip

menujukkan tanggal,masukan tanggal sesuai yang di


inginkan (maksimal 13)
6.

Input jam dan menit : Tekan SELECT terbaca 4 angka, 2


angka di depan berkedip menujukkan jam ,masukkan
angka

jam

dengan

menDIAL

sesuai

yang

di

ingnkan(maks 23). Tekan PURGE,dua angka di belakan


berkedip menunjukkan menit,masukkan angka menit
dengan mendial sesuai yang di inginkan (maks 59)
7.

Simpan data tersebut dengan tombol STARThingga


muncul GOOD kemudian t15t

8.

Bila

data

tersebut

tidak

ingin

di

simpan,tekanC

ml,display kembali ket15t


9.

b.

Tekan ON,OFFuntuk keluar dari program

Infusion pump`

Format Pedoman ICU

Page 66

PENGERTIAN

Suatu alat yang mempunyai kemampuan memompa cairamasuk kedalam


tubuh dengan cairan tertentu dan dosis tertentu sesuai dengan program
yang di berikan.
TUJUAN
Untuk memudahkan pemberian cairan secara benar sesuai dengan yang di
inginkan dan pemberian obat dengan dosis yang telah di tentukan
KEBIJAKAN

Peralatan di Pelayanan Intensif harus dapat mendukung pelayanan secara


efektif dan aman.
PROSEDUR

1.

Cuci tangan

2.

Mesin infus pump di hubungkan dengan listrik

3.

Pasang cairan pada tempatnya,alirkan cairan kedalam infuset dan


keluarkan gelembung udara

4.

Hubungkan dengan infus pump dan pasang detector pada filter


cairan

5.

Hubungkan dengan keteter intra vena pada penderita

6.

Set volume cairan perjam dan Validasi

7.

Set volume cairan dalam botol,berupa jumlah dalam cc kemudian


validasi

c.

8.

Cuci tangan

9.

Pencatatan

Suction
Pengertian

1.

: Suctioning merupakan tindakan mengangkat

sekresi yang terdapat pada dinding bronchus atau trachea. Tindakan ini
dilakukan pada pasien yang terpasang ET, TT.
Tujuan

2.
1.

Mengangkat sekret yang tidak bisa dikeluarkan sendICU atau

dibatukkan oleh pasien.

Format Pedoman ICU

2.

Mengurangi penumpukan CO2 di paru-paru.

3.

Mencegah terjadinya bronchopneumonia.

4.

Memperlancar sirkulasi dan perfusi ke seluruh jaringan.


Page 67

3.

Kebijakan

: Pemenuhan kebutuhan oksigen.

4.

Prosedur

1.

Persiapan alat :
a.

Peralatan oksigenasi, air viva, oksigen dan selang.

b.

Peralatan suction yang lengkap : suction dinding, selang suction,


tubing / kateter suction steril yang sesuai dengan usia dan nomor
endotrakeal / trakeostomi.

c.

Sarung tangan steril atau pinset steril.

d.

Ember yang berisi larutan savlon untuk tempat suction katheter


bekas.

e.

2.

Handuk untuk alas dada.

Cara kerja :
a.

Cuci tangan.

b.

Jelaskan prosedur pada pasien.

c.

Observasi saturasi, nadi, pernapasan, tekanan darah dan irama


EKG.

d.

Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi melalui air viva


atau ventilator.

e.

Atur tekanan pada suction. Bayi = 60 100 mmHg, Dewasa =


120 200 mmHg.

f.

Gunakan sarung tangan atau pinset steril.

g.

Pilih kateter suction yang sesuai dengan umur pasien dan


ukuran ETT / TT (1/3 diameter ETT / TT).

h.

Sambungkan kateter suctioning pada selang suction.

i.

Lakukan ventilasi dengan air viva tiga kali, dengan oksigen 12


15 liter / menit.

j.

Masukkan kateter dalam keadaan terbuka, jika ada reflek


trakea angkat kateter 1 2 cm kemudian tutup kateter dan
angkat kateter dengan gerakan memutar (lama tindakan 5 15
detik).

k.

Berikan kembali oksigen dengan konsentrasi tinggi 12 15


liter / menit melalui air viva.

l.
Format Pedoman ICU

Perasat ini boleh diulangi sampai bersih / banyak berkurang.


Page 68

m. Monitor kembali hemodinamik dan tanda vital pasien.


n.

Jika akan suction hidung dan mulut lakukan suctioning ETT /


TT dahulu sampai selesai kemudian suctioning hidung dan
yang terakhir adalah mulut.

o.

Bilas selang kateter dengan air yang ada di ember, matikan


suction dan buang suction pada ember penampung tersebut.

p.

Unit Terkait :

5.

d.

Alat-alat dirapikan kembali dan dokumentasikan.

1.

Instalasi Farmasi.

2.

Instalasi Patologi Klinik.

Defibrilator
PENGERTIAN

Suatu tindakan yang di lakukan dengan menggunakan syok terapi yang di


hubungkan dengan suatu wire yang beraliran listrik
TUJUAN
Menstabilkan atau mengsingkronkan aliran listrik pada jantung dengan
aliran tertentu dengan dosis tertentu
KEBIJAKAN
Peralatan di Pelayanan Intensif harus dapat mendukung pelayanan secara
efektif dan aman.

PROSEDUR
:
Persiapan

1.

Defibrilator lengkap

2.

Jelly

3.

Alat resusitasi

4.

Gudel,ETT Laryngoskop

5.

Emergency trolly

6.

ECG Lengkap/strip ECG

Format Pedoman ICU

Page 69

Cara Kerja
1.

Direncanakan/Synchonized
a.

Cuci tangan

b.

Buat ECG 12 lead

c.

Pasang infuse

d.

Beri obat penenang sesuai program

e.

Posisi pasien tidur terlentang

f.

Beri O2 sebelum di lakuan Kardioversi 5-10 menit

g.

Pada waktu dilakukan kardioversi O2 di stop

h.

Periksa keadaan umum penderita ,tekanan darah,nadi,irama


jantung,suhu dan tingkat kesadaran sebelum dan sesudah
tindakan

i.

Lepas gigi palsu pasien Lakukan defibrillator dengan


memutar tombol synchronize

j.

Lakukan Defibrilator dengan melihat manual

k.

Cuci tangan

l.

Catat semua tindakan yang di lakukan

Hal-hal yang perlu di perhatikan :


a.

Puasakan pasien 6-12 jam sebelum dilakukan tindakan

b.

Yakinkan bahwa penderita tidak mendapatkanobat digitalis atau


obat jantung

c.

Selama tindakan berlangsung ciptakan suasana tenang

d.

Periksa elektrolit dan Astrup darah kalau perlu

2.

Yang tidak direncanakan(Asyncrhonized)


a.

Siapkan Defibrilator 200 j asynchrony.

b.

Defibrilator diulang 360 j, apabila tidak berhasil ulang


setelah 1 2 menit

c.

Lanjutkn dengan pemberian Xylocard maintenance 1 4


mg / menit.

d.

Format Pedoman ICU

Selama melakukan tindakan penderita direcord.

Page 70

INDIKASI

1.

Pada Synchronized :
a.

Pada Atrial fibrilasi rapid respon.

b.

Atrial flutter.

c.

Ventrikel takikardi hemodinamik stabil.

2.

Pada Asynchronized :
a.

Ventrikel takikardi haemodinamik tidak stabil.

b.

Ventrikel fibrilasi.

DOSIS
1.

Aritmial atrial

: 1 Jougle / kg BB.

2.

Aritmia Ventrikel

: 2 Jougle / kg BB.

H. Konsultasi
KONSULTASI

PENGERTIAN

Tindakan

kaleborasi/kerjasama

antara

berbagai

disiplin dalam upaya untuk penegakan Diagnosa atau


program pengobatan
TUJUAN

KEBIJAKAN

Untuk pemberian tindakan dan terapi


Unit Pelayanan Intensif dikelola secara efisien dan
aman

PROSEDUR

1. Dokter spesialis tertentu menulis konsul di lembaran konsul yang telah di


sediakan
2. Petugas ICU Mengantar konsul tersebut ke dokter konsulen yang dituju.
3. Dokter konsulen datang ke ICU untuk tindakan pemeriksaan pasien
4. Perawat yang bertugas pada pasien tersebut menemani dokter konsulen pada
proses pemeriksaan
5. Setelah pemeriksaan selesai Dokter konsulen menulis jawaban konsul pada
lembaran konsul yang telah disediakan
6. Dokter konsulen bekerjasama dengan dokter ICU Memberikan terapi dan
program pengobatan selanjutnya
Format Pedoman ICU

Page 71

DOKUMENTASI

1. waktu dan tanggal konsultasi


2. Nama Dokter konsulen
3. Instruksi dokter konsulen
4. Pada waktu penyerahan lembar konsul catat nama petugtas yang menerima
lembaran Konsul

Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :


a. Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter spesialis
tertentu sesuai keahlian masing- masing dan bekerjasama dengan
dokter anastesi sebagai ketua tim ICU
b. Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter spesialis
yang menangani pertama kali dan berjasama dengan dokter anastesi
c. DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah
dokter spesialis tertentu sesuai bidangnya dan berkordinasi dengan
dokter Anastesi sebagai Ketua tim ICU
d. Bila DPJP memerlukan rawat bersama dengan dokter spesialis lain,
maka sebagai DPJP utama adalah dokter yg menangani dr awal dengan
tetap berkordinasi dengan dokter anastesi sebagai ketua tim icu.
e. Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU, maka
DPJP adalah dokter yg merujuk. Dengan tetap berkordinasi dengan
dokter anastesi.
f. DPJ Putama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang
di bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.
Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang
terkait dengan parawatan pasien
g. Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan
oleh DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan
langsung ke DPJP utama atau di tulis dalam Intensif Care Unit pasien
h. Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain
yang menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan
ulang siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat
dalam Intensif Care Unit
i. Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut
dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin
j. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang
terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan
untuk dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien

I. Indikasi dan prosedur pemeriksaan laboratorium dan radiologi


Pemeriksaan laboratorium dan radiologi ICU terpusat di laboratorium dan
radiologi bisa dilakukan 24 jam on site.

Bila ada pemeriksaan laborat, maka petugas ICU memberitau ke petugas


Laborat tentang pemeriksaan yang diminta.
Petugas ICU membuatkan surat permintaan pemeriksaan laborat pada
lembar pemeriksaan laborat, sesuai dengan permintaan dokter.

Format Pedoman ICU

Page 72

Petugas laborat datang ke ICU untuk melakukan pengambilan sampel


darah untuk pemeriksaan laborat sesuai dengan surat permintaan tersebut.

Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas laborat mengantarkan


hasilnya ke ICU.

Petugas ICU membuatkan surat permintaan pemeriksaan radiologi pada


lembar pemeriksaan radilogi, sesuai dengan permintaan dokter.

Petugas ICU mengantarkan pasien ke radiologi untuk dilakukan


pemeriksaan

Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas radiologi mengantar


hasilnya ke ICU.

J. Pengiriman pasien
a.

Pengiriman ke rawat inap

b.

Pengiriman ke kamar operasi

c.

Pengiriman rujukan

d.

Pengiriman ke kamar jenazah

K. Rekam Medis
PENGERTIAN

: Kegiatan untuk mencatat/mengisi lembaran rekam medis setelah


Pemberian pelayanan/tindakan terhadap pasien yang di rawat.

TUJUAN
rakam medis

: Sebagai acuan penerapan langkah untuk pengisian


Rawat Inap.

KEBIJAKAN
lanjuti.

: Pelayanan Intensif dikelolah secara efesien, dievaluasi dan ditindak

PROSEDUR

1. Dokter yang merawat mengisi ringkasan klinik pada rekam medik di

lembaran (MR.2/3/4).
2. Dokter yang merawat pasien mengisi riwayat penyakit, pemeriksaan/

pelayanan harus diisi lengkap dalam waktu 24 jam, setelah pasien


dirawat.
3. Dokter yang merawat mengisi lembaran follow up tentang perjalanan
penyakit, pemeriksaan waktu visite, konsultasi dan jawaban konsultasi,
instruksi dengan jelas dan menggunakan istilah yang mudah dipahami
oleh petugas medis lain pada (MR4).
4. Dokter yang melaksanakan tindakan medis harus mengisi laporan
tindakan dan ditandatangani pada (MR9).
5. Perawat yang bertugas mengisi catatan perawat dan dibubuhi
tandatangan dan nama jelas pada (MR5).
Format Pedoman ICU

Page 73

6. Perawat diruangan memasukkan kedalam RM lembaran hasil


pemeriksaan penunjang secara berurutan.
7. Dokter yang merawat mengisi lembaran resume saat pasien akan keluar,
dipindahkan maupun lembaran sebab kematian untuk pasien yang
meninggal pada (MR1a dan MR2).
8. Perawat yang merawat mengisi lembaran grafik (Suhu, Nadi, dan Tensi)
sesuai hasil yang didapat pada waktu pemeriksaan pada (MR6)
9. Perawat di ICU mengembalikan RM bersamaan dengan pasien yang
dipindahkan dari ruangan ICU ke Unit perawatan yang dituju.
10. Perawat di ICU mengembalikan RM yang telah diisi lengkap ke
Instalasi Rekam Medik bagi pasien yang langsung pulang maupun yang
meninggal di ICU. Selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau seluruh
administrasi selesai.
L. Pencacatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan
pelayanan di ICU dan dokter tersebut harus bertanggung jawab atas semua dicatat
dan dikerjakan. Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi
diagnosis lengkap yang menyebabkan dirawat di ICU, data tanda-tanda vital ,
pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru ,ginjal,dan sebagainya) secara
berkala,jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan ,catatan pemberian obat, serta
jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pencatatan nilai-nilai pengukuran tanda vital secara berkala diakukan oleh
perawat ICU minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai kondisi pasien.
Pemantauan secara umum dan khusus setiap pagi hari oleh dokter jaga dan
perawat ICU dan dikoordinasikan dengan dokter anastesi/intensivist.
Pemantauan umum meliputi :
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital , meliputi pemeriksaan tensi,nadi,suhu,
respirasi dan saturasi oksigen.
b. Pemeriksaan fisik meliputi sistem saraf, sistem kardiovaskular, sistem
respirasi, sistem gastrointestial,sistem traktus urinarius dan sistem
lokomotif.
c. Balans cairan dilakukan setiap 7-10 jam diperhitungkan intake dan output
cairan.
d. Evaluasi CVP (Central Vena Pressure), dengan melakukan Fluid
Challenge Test (FCT).
e. Pemeriksaan Laboratorium meliputi :

Analisa Gas Darah

Gula Darah

Darah Rutin

Format Pedoman ICU

Page 74

Elektrolit

Ureum, kreatinin

Keton darah sesuai indikasi

Keton urine sesuai indikasi

Hemostase lengkap sesuai indikasi

SGOT/SGPT sesuai indikasi

Pemeriksaan lain bila dibutuhkan

Pelaporan pelayanan ICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya,
sistem

skor

prognosis,

penggunaan

alat

bantu

(Ventilasi

mekanis,

hemodialisis,dan sebagainya),lama rawat,dan keluaran (Hidup atau meninggal)


dari ICU.

M. Evaluasi hasil perawatan pasien (Pelaporan pada Pedoman Organisasi)


Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna
mewujudkan

pelayanan

ICU

yang

aman,bermutu,dan

mengutamakan

keselamatan pasien. Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti


untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat
diupayakan penyelesaian yang efektif. Indikator pelayanan ICU yang digunakan
adalah sistim skoring prognosis dan keluaran dari ICU. Sistem skoring prognosis
dibuat dalam 24 jam pasien masuk ICU. Contoh sistim skoring prognosis yang
digunakan dapat digunakan adalah APACHE II (Acute Physiologic and Chronic
Health Evaluation), SAPS II (Simplified Acute Physiologic Score ), dan MODS
(Multiple Organ Disfuncsional Score). Rata-rata nilai skoring progosis dalam
periode tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang
diharapkan adalah angka mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka
mortalitas terhadap rata-rata nilai skoring prognosis.
Parameter yang digunakan pada APACHE II (Knaus et al,1985) adalah : suhu
tubuh, rerata tekanan darah arteri,laju nadi,laju pernafasan, oksigenasi, pH darah
arteri, kadar natrium serum,kadar kreatinin, hematokrit, leukosit, skala coma
glasgow, umur, dan keadaan penyakit kronis. Setiap parameter tadi memliki
bobot nilai masing-masing.
Sedangkan parameter yang digunakan pada SAPS II (Legall et al, 1993)
adalah : Umur, laju nadi, tekanan darah sistolik, suhu tubuh, rasio PaO2/FiO2,
jumlah urine dalam 24 jam , kadar urea serum, nilai leukosit, kadar kalium serum,
kadar natrium serum, kadar bikarbonat serum, kadar billirubin serum, skala coma
Format Pedoman ICU

Page 75

Glasgow,keadaan kesehatan kronis, dan indikasi masuk ICU. Seperti pada


APACHE II, setiap parameter pada SAPS II juga memiliki bobot nilai tertentu

Format Pedoman ICU

Page 76

BAB V
LOGISTIK

A.

Prosedur penyediaan Alat Kesehatan dan Obat


PENYEDIAAN ALAT / OBAT OBATAN
Pengertian : Mengatur penyediaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pemakaian obat
obatan / alat alat kesehatan yang diperlukan untuk kebutuhan
pasien.

Tujuan

: Menyediakan obat obatan sesuai dengan kebutuhan dalam keadaan


siap pakai.

Kebijakan : Pelayanan intensif Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar


dikelolah secara efisien, dievaluasi dan ditindaklanjuti.

Prosedure :
1. Dokter menulis resep obat pada lembaran observasi.
2. Petugas mencatat pada buku permintaan.
3. Petugas membawa buku tersebut ke apotik ICU.
4. Kurir apotik ICU membawa obat yang dibutuhkan ke ICU lengkap dengan
nama pasien.
5. Obat obatan yang telah diterima dari petugas apotik ( kurir ) dicocokkan
dengan daftar permintaan obat.
6. Obat obatan disusun dalam tempat yang telah disediakan.
7. Obat obatan tertentu harus disimpan di dalam tempat khusus.
8. Obat yang tidak tahan sinar, harus disimpan dalam botol yang
berwarna
gelap.
9. Obat yang tidak tahan panas, disimpan di dalam kulkas.
10. Jadwal pemberian obat disesuaikan dengan instruktur dokter
B.

Perencanaan peralatan / peremajaan


PROSEDUR PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ALAT MEDIS
PENGERTIAN :

Suatu tatacara yang dilakukan untuk memelihara dan memperbaiki


alat medis.

TUJUAN

Untuk menjamin alat tetap dalam keadaan kondisi yang baik dan
layak pakai.

PROSEDUR
Format Pedoman ICU

:
Page 77

1. Petugas Unit Pelayanan Intensif mengajukan Laporan Pemeliharaan dan Perbaikan


Alat Medis dengan mengisi Formulir yang telah disediakan, Kemudian diserahkan
kepada Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana ( IPS ).
2. Petugas IPS Mengadakan peninjauan langsung ke unit pelayanan sesuai dengan
laporan yang diterima.
3. Petugas IPS langsung melakukan kegiatan perbaikan sesuai dengan suku cadang yang
tersedia.
4. Pekerjaan yang memerlukan pengadaan suku cadang atau perbaikan dengan cara
Swakelola oleh petugas IPS, dibuatkan Rencana Anggaran Biaya ( RAB).
5. Laporan Kerusakan beserta RAB diserahkan ke Devisi Sarana untuk ditelaah urgensi
pemanfaatannya dan kewajaran harganya.
6. Kepala Devisi Sarana

melanjutkan RAB yang telah dikoreksi kepada Direktur

SDM dan Sarana untuk mendapatkan persetujuan.


7. RAB yang telah disetujui oleh Direktur SDM dan Sarana dikembalikan kepada
Devisi Sarana untuk selanjutnya diserahkan kembali ke IPS.
8. Kepala IPS mengkoordinasikan RAB tersebut kepada Devisi Keuangan untuk
mendapatkan biaya yang dibutuhkan.
9. Pekerjaan siap dilaksanakan.
PROSEDUR PERENCANAAN PERALATAN DAN PEREMAJAAN
PENGERTIAN

: Suatu tatacara yang dilakukan untuk menambah peralatan medis.

TUJUAN

: Untuk menambah jumlah fasilitas peralatan guna mencapai standar


pelayanan yang Optimal.

PROSEDUR

1. Petugas Unit Pelayanan Intensif mengajukan Permohonan Permintaan Barang


dengan mengisi Formulir yang telah disediakan, Kemudian diserahkan kepada
Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana ( IPS ).
2. Daftar permintaan Barang yang diterima IPS Medik melanjutkan ke Devisi Sarana
untuk direvisi apakah alat/barang yang diminta belum ada atau sangat diperlukan,
kemudian dibuatkan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
3. Kepala Devisi Sarana

melanjutkan RAB yang telah dikoreksi kepada Direktur

SDM dan Sarana untuk mendapatkan persetujuan.


4. RAB yang telah disetujui oleh Direktur SDM dan Sarana dikembalikan kepada
Devisi Sarana.
5. Kepala Devisi Sarana mengkoordinasikan RAB tersebut kepada Devisi Keuangan
untuk mendapatkan biaya yang dibutuhkan.

Format Pedoman ICU

Page 78

6. Setelah disetujui Devisi Sarana mengorder Barang/Alat tersebut sesuai permintaan


Unit.
7. Unit Pelayanan Intensif menunggu Barang/Alat yang dibutuhkan

BAB VI
Format Pedoman ICU

Page 79

KESELAMATAN KERJA
Pelaksanaan program keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana (K3)
UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang
termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

Program keselamatan dan

kesehatan kerja di intensive Care Unit bertujuan melindungi karyawan dan


pelanggan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar
rumah sakit..
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan
bahwa Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.

Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah

pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada


dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral
dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini pegawai Intensive Care
Unit dan perlindungan terhadap Rumah Sakit.

Pegawai adalah bagian

integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas
rumah sakit.
Pemerintah

berkepentingan

semua usaha-usaha masyarakat.

atas

keberhasilan

dan

kelangsungan

Pemerintah berkepentingan melindungi

masyaraktnya termasuk para pegawai dari bahaya kerja.

Sebab itu

Pemerintah mengatur dan mengawasi pelaksanaan keselamatan dan


kesehatan kerja.

Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja dimaksudkan untuk menjamin:


a.

Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat.

b.

Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara


efisien.

c.

Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

Format Pedoman ICU

Page 80

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja


dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a.

Kondisi dan lingkungan kerja

b.

Kesadaran dan kualitas pekerja, dan

c.

Peranan dan kualitas manajemen

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan


penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
-

Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;

Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan


proses produksi;

Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan


terlalu panas atau terlalu dingin;

Tidak tersedia alat-alat pengaman;

Kurang

memperhatikan

persyaratan

penanggulangan

bahaya

kebakaran dll.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di bagian penyimpanan Intensive
Care Unit:
-

Peraturan keselamatan harus terpampang dengan jelas disetiap


bagian penyimpanan.

Harus dicegah jangan sampai terjadi, seorang petugas terjatuh ketika


mengerjakan penyimpanan pada rak-rak terbuka yang letaknya
diatas. Harus tersedia tangga anti tergelincir.

Ruang gerak untuk bekerja selebar meja tulis, harus memisahkan rakrak penyimpanan.

Penerangan lampu yang cukup baik, menghindarkan kelelahan


penglihatan petugas.

Harus tersedia rak-rak penyimpanan yang dapat diangkat dengan


mudah atau rak-rak beroda.

Perlu

diperhatikan

pengaturan

suhu

ruangan,

kelembaban,

pencegahan debu, dan pencegahan bahaya kebakaran.

Format Pedoman ICU

Page 81

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan ICU merupakan suat u program yang bersifat
objektif dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standart klinis yang bermutu.
Pemantauan kualitas adalah kegiatan pemantauan yang dilaksanakan setiap hari secara
objektif di ICU bekerja sama dengan Bidang Pendidikan dan akreditasi melalui Penlaian SPM
(Standar Pelayanan Mnimal),PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) dan K3 (Kesehatan
dan Keselamatan Kerja) Lingkup RSUD.Sinjai.
Parameter standar adalah suatu nilai ambang yang tidak boleh dilampaui sehingga dapat
dipenuhi kepuasan pelanggan.
Pelaksanaan pemantauan / evaluasi meliputi :
1.

Self Assesmen :
Adalah kegiatan yang memantau parameter mutu pelayanan setiap staf ICU yang
hasilnya diberikan kepada Tim Pengendali Mutu dan Kualitas RS.

2.

Independent audit
Merupakan pelaksanaan parameter mutu pelayanan yang tolok ukur keberhasilannya
ditentukan sesuai prioritas dan dilaksanakan oleh Bidang Pendidikan dan akreditasi
melalui Penlaian SPM (Standar Pelayanan Mnimal),PPI (Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi) dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Lingkup RSUD.Sinjai.

Pelaksanaan evaluasi dan pemantauan sendiri mutu pelayanan ICU dilakukan melalui :
Format Pedoman ICU

Page 82

1.

Kegiatan penilaian pasien yang masuk ICU.


Adalah kegiatan penilaian dengan menggunakan Standatr parameter objektif (Seperti :
SAPS II, APACHE II, SOFA, dll) serta menggunakan indikator-indikator tertentu yang
telah ditentukan ICU

2.

Pertemuan staf.
Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasi terhadap laporan
bulanan , pasien yang meninggal , pencegahan infeksi nosokomial dan permasalahan lain
di ICU.

3.

Diskusi kasus kematian sulit di ICU setiap 3 bulan

4.

Laporan berkala
Laporan bulanan dan tahunan yang berisi jumlah pasien di ICU,jenis penyakit dan angka
kematian.

5.

Evaluasi mutu pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan


cara mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah, pelaksanaan dan evaluasi serta
tindak lanjut.

Format Pedoman ICU

Page 83

\]

Format Pedoman ICU

Page 84

You might also like