Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Diabetes melitus adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik,
ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin,
defek kerja insulin atau keduanya. Dari berbagai penelitian epidemiologis,
seiring dengan perubahan pola hidup didapatkan bahwa prevalensi DM
meningkat terutama di kota besar. Jika tidak ditangani dengan baik tentu saja
angka kejadian komplikasi DM juga akan meningkat, termasuk komplikasi
kaki diabetes.1
Banyak faktor yang berkaitan dengan kaki diabetik yaitu neuropati,
infeksi dan kelainan vaskular, sehingga pengelolaan yang diberikan
disesuaikan dengan mekanisme yang mendasari atau yang dominan.
Pengelolaan kaki diabetes sudah dimulai saat seseorang dinyatakan DM
meski belum timbul luka, yang disebut dengan penyaringan atau deteksi dini.
Dengan deteksi dini yang optimal, diharapkan penyandang DM dapat
terhindar dari masalah kaki diabetes yang kompleks karena mampu
melakukan tindakan pencegahan dan perawatan kaki diabetes dengan baik.
Namun, hasil pengelolaan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi
dokter pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya. Sering kaki
diabetes berakhir dengan kecacatan dan kematian. Sampai saat ini, di
Indonesia kaki diabetes masih merupakan masalah yang rumit dan tidak
terkelola dengan maksimal, karena sedikit sekali orang berminat menggeluti
kaki diabetes. Juga belum ada pendidikan khusus untuk mengelola kaki
diabetes. Di samping itu, ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetes
masih sangat mencolok, dan adanya permasalahan biaya pengelolaan yang
jumlah ini menungkat pada tahun ketiga menjadi 37%. Rerata umur pasien
hanya 23,8 bulan pasca amputasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes
bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut: 4
Sering kesemutan
Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
Nyeri saat istirahat.
Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).
Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki
diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak
dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.
II.
5,6
Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka
sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak. 4,6
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita
diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel
darah putih memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar
gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD
menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena
penyebaran kuman akan menambah persoalan baru pada luka. Kuman pada
luka akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa
berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat).
6,7,8
Jenis kelamin, laki-laki memiliki risiko dua kali lebih tinggi. Mekanisme
perbedaan jenis kelamin tidak jelas mungkin dari perilaku, mungkin
juga dari psikologis.
Etnik, beberapa kelompok etnik secara signifikan berisiko lebih besar
terhadap komplikasi kaki. Mekanismenya tidak jelas, bisa dari faktor
perilaku, psikologis, atau berhubungan dengan status sosial ekonomi,
atau transportasi menuju klinik terdekat.
Situasi sosial, penderita DM yang hidup sendiri
memiliki risiko
II.3. Patofisiologi
Diabetes seringkali
menyebabkan
dan
faktor
risiko
yang
lain.
Kadar
glukosa
yang
tinggi
cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan
menyebabkan
ulserasi
dan
bahkan
amputasi.
neuropati
juga
dapat
yang
buruk
juga
dapat
menyebabkan
pembengkakan
dan
kekeringan pada kaki. Pencegahan komplikasi pada kaki adalah lebih kritis
pada pasien diabetik karena sirkulasi yang buruk merusak proses
penyembuhan dan dapat menyebabkan ulkus, infeksi, dan kondisi serius
pada kaki. 8
Dari faktor-faktor pencetus diatas faktor utama yang paling berperan
dalam timbulnya kaki diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Infeksi
sendiri sangat jarang merupakan faktor tunggal untuk terjadinya kaki diabetik.
Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang menyertai kaki diabetik akibat
iskemia atau neuropati. Secara praktis kaki diabetik dikategorikan menjadi 2
golongan:3
a.
Kaki diabetik akibat angiopati / iskemia
Penderita hiperglikemia yang lama akan menyebabkan perubahan
patologi pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan penebalan tunika
intima hiperplasia membran basalis arteria, oklusi (penyumbatan) arteria,
dan
hiperkeragulabilitas
atau
abnormalitas
tromborsit,
sehingga
fungsi fagositosis dan bakterisid intrasel menurun sehingga bila ada infeksi
mikroorganisme (bakteri), sukar untuk dimusnahkan oleh sistem plagositosisbakterisid intraseluler. Hal tersebut akan diperoleh lagi oleh tidak saja
kekakuan arteri, namun juga diperberat oleh rheologi darah yang tidak
normal. Menurut kepustakaan, adanya peningakatan kadar fripronogen dan
bertambahnya reaktivitas trombosit, akan menyebabkan tingginya agregasi
sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat, dan memudahkan
terbentuknya trombosit pada dinding arteria yang sudah kaku hingga akhirnya
terjadi gangguan sirkulasi. 4,5,9
Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain
berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).
Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan
bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang
kemudian dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit
diatasi dan tidak jarang memerlukan/tindakan amputasi. 6
Tanda-tanda dan gejala-gejala akibat penurunan aliran darah ke tungkai
meliputi klaudikasio, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki depan pada
saat istirahat atau di malam hari, tidak ada denyut popliteal atau denyut tibial
superior, kulit menipis atau berkilat, atrofi jaringan lemak subkutan ,tidak ada
rambut pada tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku, kemerahan pada area
yang terkena ketika tungkai diam, atau berjuntai, dan pucat ketika kaki
diangkat.3,9
b. Kaki Diabetik akibat neuropati
Pasien diabetes mellitus sering mengalami neuropati perifer, terutama
pada pasien dengan gula darah yang tidak terkontrol. Di samping itu, dari
kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat
munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembangnya bakteri
Gambar 2. Predileksi paling sering terjadinya ulkus pada kaki diabetik adalah
bagian dorsal ibu jari dan bagian proksimal & dorsal plantar metatarsal. 9
Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya neuropati ditentukan
oleh:5
Respon mekanisme proteksi sensoris terhadap trauma
10
akan
menyebabkan
produksi
keringat
berkurang,
sehingga
ulkus
ataupun
gangren.
Selain
itu
neuropati
otonom
akan
11
2.
3.
4.
5.
II.4. Klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi kaki diabetes. Penggunaan klasifikasi kaki
ini bertujuan mempermudah pengelolaan kaki yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi. Suatu klasifikasi mutakhir dianjurkan oleh International
Working Group on Diabetic Foot (klasifikasi PEDIS 2003). Dengan klasifikasi
PEDIS akan dapat ditentukan kelainan apa yang lebih dominan, vaskular,
infeksi atau neuropatik, sehingga arah pengelolaan pun dapat tertuju dengan
lebih baik. Misalnya suatu ulkus gangren dengan critical limb ischemia, tentu
lebih memerlukan tindakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki keadaaan
vaskularnya dahulu. Sebaliknya kalau faktor infeksi menonjol tentu pemberian
antibiotik harus adekuat. Demikian juga kalau faktor mekanik yang dominan,
tentu koreksi untuk mengurangi tekanan plantar harus diutamakan. 1,2
Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan sangat erat dengan
pengelolaan adalah klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki
diabetes (Edmonds 2004-2005) :1
o Stage 1 : normal foot
o Stage 2 : high risk foot
o Stage 3 : ulcerated foot
o Stage 4 : infected foot
o Stage 5 : necrotic foot
o Stage 6 : unsalvable foot
Untuk stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting, dan
semuanya dapat dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh
podiatrist/chiropodist maupun oleh dokter umum atau dokter keluarga. Untuk
stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat pelayanan
kesehatan yang lebih memadai, umumnya sudah memerlukan pelayanan
12
spesialistik. Untuk stage 5 dan 6 merupakan kasus rawat inap dan jelas sekali
memerlukan suatu kerja sama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter
ahli bedah vaskular atau ahli bedah plastik dan rekonstruksi. 1
Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan berdasar risiko terjadinya
dan risiko besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan kaki
diabetes berdasar risiko terjadinya masalah :1
1) Sensasi normal tanpa deformitas
2) Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi
3) Insensivitas tanpa deformitas
4) Iskemia tanpa deformitas
5) Kombinasi/complicated :
- kombinasi insensivitas, iskemia dan /atau deformitas
- riwayat adanya tukak, deformitas Charcot.
Menurut PEDIS (2003) yang kini dianjurkan oleh Internasional Working Group
on Diabetis foot agar sama semua senter. (International Consensus on
Diabetic foot).10
P : Perfusi terganggu
1. Tidak ada gangguan perfusi
2. Ada perifer arterial disease tetapi tak kritis
3. Ishemia yang membuat perfusi kaki kritis
E : Extent in mm2 : luas yang terkena mm2
D : Depth : jaringan yang hilang
1 : Superficial tak mencapai dermis.
2. Ulkus dalam, dibawah dermis, fascia, otot atau tendon.
3. Semua jaringan, tulang dan sendi.
I : Infeksi
1
: Infeksi di kulit
13
: Infeksi sistemik
S : Sensasi
1. Tak ada gangguan sensasi
2. Ada gangguan sensasi
Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi : 3
1. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan
pembentukan kalus.
2. Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit
3. Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
4. Derajat III : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
5. Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selullitis
6. Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah.
pembagian
diatas,
maka
tindakan
pengobatan
atau
14
15
kelainan bentuk kaki, riwayat infeksi atau pembedahan pada kaki, gejala-gejala
neuropati dan adanya klaudikasio atau adanya nyeri pada tungkai saat istirahat.
Anamnesis riwayat luka perlu ditanyakan lokasi luka, lamanya timbul luka,
riwayat trauma sebelumnya, kekambuhan dan ada tidaknya infeksi, adanya
edema uni atau bilateral, kelainan bentuk kaki (kaki Charcot) dan riwayat
pengobatan Charcot.2
II.5.2. Pemeriksaan Fisik2
Pemeriksaan fisik pada deteksi dini kaki diabetes meliputi pemeriksaan vaskular,
neuropati, kulit, tulang dan otot serta pemakaian alas kaki atau sepatu.
a. Pemeriksaan vaskular
Iskemi disebabkan oleh adanya aterosklerosis padabpembuluh darah
arteri tungkai. Keluhan kludikasio sering tidak ada akibat neuropati. Gejala
yang tersering adalah adanya tukak dan nekrosis. Kulit menipis, mengkilat
dan tidak ditumbuhi rambut akibat atrofi jaringan subkutan. Pemeriksaan
yang penting namun sering dilupakan adalah perabaan pulsasi arteri
tungkai (a. Dosalis pedis dan a. Tibialis posterior). Pemeriksaan fisik lain
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kelainan vaskular meliputi :
Palpasi pulsasi arteri
Perubahan warna kulit
Adanya edema
Perubahan suhu
Riwayat perawatan sebelumnya
Kelainan lokal di ekstremitas : kelainan pertumbuhan kaki, rambut,
atrofi kulit.
b. Pemeriksaan neuropati
Neuropati perifer berubungan dengan neuropati sensorik, motorik dan
autonom. Tanda klasik neuropati motorik adalah ditemukannnya lengkung
longitudinal kaki yang meninggi sehingga kepala metatarsal menjadi
menonjol dan mengalami penekanan yang berlebih. Pada kelainan yang
lebih berat dapat terjadi claw toes. Pemeriksaan dorsofleksi kaki dapat
mendeteksi gangguan foot drop akibat kelemahan nervus peroneal. Tanda
16
neuropati autonom yang khas adalah kulit kering disertai fisura dan
distensi vena akibat shunting antara arteri dan vena di daerah punggung
kaki atau pergelangan. Pada kaki yang beresiko tinggi untuk mengalami
luka, maka pemeriksaan dengan monofilamen Semmes Weinstein 10 g
merupakan
pemeriksaan
yang
sederhana
dan
sangat
membantu
17
9-11
12
: neuropati sedang
: neuropati berat
c. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan kulit meliputi :
Tekstur, turgor dan warna
Kulit kering
Adanya kalus
Adanya fisura (terutama pada tumit)
Adanya ulkus, gangren dan infeksi
Adanya jamur
Sela-sela jari
Penanda/kelainan kulit pada diabetes
(akantosis
nigrikans,
dermopati dll)
d. Pemeriksaan tulang dan otot
Pemeriksaan tulang dan otot meliputi :
Pemeriksaan biomekanik
Kelainan struktur kaki (hammer toe, charcot, riwayat amputasi, foot
drop dll)
Keterbatasan gerak sendi
Kontraktur tendo achilles
Evaluasi cara berjalan
Pemeriksaan kekuatan otot
Pemeriksaan tekanan plantar kaki
e. Pemeriksaan sepatu atau alas kaki
Jenis sepatu
Kecocokan dengan bentuk kaki
Benda asing di dalam
II.5.3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penatalaksanaan kaki diabetik
secara umum bertujuan untuk menilai semua faktor metabolik (hematologi
hemostasis, fungsi ginjal, fungsi hati, jantung dan paru), faktor infeksi (kultur pus
lika, penanda infeksi bila diperlukan, foto polos pedis untu melihat tanda-tanda
osteomielitis)maupun faktor-faktor vaskular (Angkle Brachila Index atau ABI,
USG doppler dan arteriografi bila perlu) dan neuropati.
Untuk menilai faktor vaskular, ABI merupakan pemeriksaan yang mudah,
sederhana dan non invasif. Indikasi dilakukannya penilaian vaskular lebih lanjut
adalah ABI < 0,7; toe blood pressure <40 mmHg atau transcutaneous oxygen
18
19
Kontrol
vaskular
meliputi
pemeriksaan
ankle
brachial
index
(ABI),
20
luas yang dapat mencakup kuman gram positif, gram negatif dan anaerob.
Pemberian antibiotik juga mengeradikasi infeksi di tempat lain.
Kontrol edukasi meliputi edukasi pada pasien dan keluarga mengenai kondisi
saat ini, rencana diagnosis dan terapi selanjutnya serta bagaimana prognosis
selanjutnya. Pemberian edukasi penting mengingat kerjasama pasien dan
keluarganya mutlak diperlukan dalam penatalaksanaan yang optimal. 1,2,10
Pada kaki yang masih normal ataupun sudah ada gangguan neuropati atau
neuroiskemi namun belum ada luka, penatalaksanaan lebih ditekankan pada
deteksi dini. Deteksi dini diawali dengan deteksi adanya resiko ulserasi atau
tukak pada penderita DM. Risiko terjadinya tukak dibagi menjadi dua golongan
besar yaitu risiko sistemik dan risiko lokal. Risiko sistemik meliputi hiperglikemia
yang tidak terkontrol, lamanya diabetes, penyakit pembuluh darah perifer,
gangguan penglihatan, penyakit ginjal kronik dan usia tua. Sedangkan risiko lokal
meliputi neuropati perifer, kelainan struktur kaki, bentuk sepatu yang tidak sesuai,
adanya kalus, ada riwayat mputasi karena tukak, tekanan yang berlebihan dalam
jangka waktu yang klama dan gerakan sendi yang terbatas. Deteksi dini sudah
dilakukan pada pasien Dm yang baru didiagnosi untuk mencegah risiko infeksi
ataupun kelainan bentuk kaki.2
II.6.1. Deteksi dini
Kaki normal/sensasi normal pada deformitas
Menurut klasifikasi Edmonds, penderita DM tanpa kelainan neuropati,
vaskular ataupun deformitas pada kaki dimasukkan pada kelompok kaki normal.
Ditinjau dari segi penatalaksanaan holistik kaki diabetik, maka pada stadium ini
dapat dilakukan kontrol mekanik, kontrol metabolik dan kontrol edukasi. Kontrol
luka dan infeksi tidak dilakukan karena belum timbul luka.
Pada kontrol mekanik, penderita DM tanpa faktor resiko dianjurkan memekai
sepatu yang sesuai dan aman. Dimana ciri sepatu yang aman antara lain ruang
jari kaki pada sepatu (toe box) cukup lebar sehingga tidak terjadi penekanan,
21
panjang sepatu diukur dari tumit sampai 0,5 inch dari ujung jari kaki terpanjang,
lebar sepatu diukur dari kaput metatarsal I-V, memiliki sabuk atau tali pengaman
sehingga kaki terfiksasi dalam sepatu dan mengurangi gesekan antara kaki dan
lapisan dalam sepatu selama berjalan.
Selain penggunaan sepatu yang sesuai, pada stadium ini perlu diketahui
cara-cara mengatasi masalah ringan seputar kaki diantaranya memotong kuku
yang aman, masalah jamur pada kaki, bentuk kuku yang tidak normal (tumbuh ke
dalam lipatan kuku) serta kulit yang kering dan membentuk fisura.
Kontrol metabolik meliputi kontrol terhadap hiperglikemia, hipertensi,
dislipidemia dan menghentikan merokok mengingat faktor-faktor tersebut
merupakan
risiko
timbulnya
masalah
vaskular,
neuropati,
komplikasi
kardiovaskular dan ginjal ( yang secara tidak langsung menimbulkan udem kaki)
pada penderita DM. Kontrol edukasi bertujuan melibstksn peran aktif pasien
untuk melakukan deteksi dini timbulnya masalah kaki diabetes. 2,10
Kaki risiko tinggi/sensasi normal dengan deformitas, insensifitas dengan
deformitas, iskemia dengan deformitas.
Menurut klasifikasi Edmonds kaki risiko tinggi yaitu penderita DM yang
memiliki satu atau lebih risiko terdiri dari kelainan neuropati, vaskular(iskemia),
deformitas, kalus dan pembengkakan. Pada stadium ini dapat dilakukan kontrol
mekanik, metabolik, edukasi dan ditambah dengan kontrol vaskular.
Pada kontrol mekanik, setiap deformitas yang terjadi baik akibat faktor
neuropati atau faktor neuroiskemia diakomodasi dengan pemakaian sepatu atau
alas kaki yang sesuai untuk mecegah timbulnya luka. Kelainan deformitas yang
lazim dijumpai antara lain claw toes, metatarsal heads yang menonjol, hallux
rigidus, hallus valgus dan kalus. Adanya kulit kering atau fisura akibat neuropati
dapat diatasi dengan pemberian krim pelembab untuk mencegah timbulnya lecet,
mengingat setiap lecet berpotensi sebagai tempat masuknya infeksi bakteri.
22
23
perawatan luka dapat dilakukan sambil rawat jalan. Sebaliknya, luka yang lebih
dalam dan disertai gejala SIRS, maka sebaliknya dirawat di rumah sakit. 2
II.6.3. Pelayanan rawat jalan
Luka yang dirawat pada pelayanan rawat jalan maupun rawat inap pada
prinsipnya memiliki penatalaksanaan yang hampir sama, yaitu meliputi keenam
kontrol penatalaksanaan holistik kaki diabetik meskipun prioritas langkah yang
diambil belum tentu sama. Sebagai contoh, pada ulkus diabetes dengan masalah
infeksi yang menonjol maka kontrol mikrobiologi dan kontrol luka menempati
prioritas utama. Sedangkan pada ulkus dengan masalah vaskular yang menonjol,
maka kontrol vaskular yang menempati prioritas utama.
Pada kontrol mekanik, setiap luka sebaiknya tidk mengalami penekanan dan
diistirahatkan. Pada luka yang didominasi oleh faktor neuropati maka tujuan
utama adalah mendistribusikan beban tekanan pada kaki, sedangkan yang
didominasi faktor vaskular tujuan utamanya adalah menghindari luka pada
daerah yang rentan.
Pada kontrol luka, setiap tindakan nekrotomi pada ulkus memiliki beberapa
manfaat yaitu menurunkan tekanan plantar (dengan mengoreksi kelainan
anatomi seperti kalus), mengalirkan pus dan menghilangkan jaringan nekrotik,
mengakomodasi penyembuhan dengan membuat luka kronik menjadi luka akut.
Kontrol mikrobiologi diperlukan pada ulkus neuropati maupun ulkus neuroiskemi.
Sebelum ada hasil kultur resistensi dan mikrobiologi maka diberikan terapi
antibiotik empirik. Pada ulkus yang superfisial, dapat digunakan antibiotik yang
mencakup kuman gram positif, sedangkan pada luka yang mencapai lapisan
subkutan atau lebih dalam maka digunakan antibiotik yang mencakup kuman
gram negatif dan anaerob. Penggunaan antibiotik diobservasi seminggu
kemudian dan disesuaikan dengan hasil kultur mikroorganisme.
Pada kontrol vaskular, pemeriksaan ABI <0,6 merupakan tanda critical limb
ischemia dan memerlukan evaluasi angiografi. ABI < 0,9 dengan ada infeksi kaki
24
kombinasi
mikroorganisme.
sebagai
Tindakan
terapi
nekrotomi
empirik
juga
sebelum
lebih
ada
agresif
hasil
dan
kultur
seringkali
luka
yang
meliputi
inflamasi,
granulasi
dan
epitelisasi.
Rekomendasi untuk pasien dengan luka adalah makanan yang sehat dan
seimbang dengan cukup energi dan protein. Perhitungan kecukupan kalori pada
penatalaksanaan ulkus DM dirawat ianap idak berbeda dengan rawat jalan,
dengan memperhitungkan faktor infeksi atau stres yang lebih tinggi pada pasien
rawat inap. Untuk mendapatkan perhitungan kebutuhan kalori basal, pada laki-
25
laki berat badan ideal (BBI) dekalikan dengan 30 kkal sedangkan pada wanita
dikalikan 25 kkal. Faktor koreksi yang dipertimbangkan adalah usia, aktivitas,
beratnya sters atau infeksi dan berat badan. Selain jumlah kkal, perlu
perhitungan khusus mengenai kebutuhan protein mengingat defisiensi sangat
berperan pada terganggunya proses penyembuhan luka.
Untuk proses penyembuhan luka diperlukan sekitar 1,5-2 gram protein per kg
berat badan per hari. Untuk karbohidrat dianjurkan mengkonsumsi sebanyak 4565% dari kebutuhan kalori. Kebutuhan karbohidrat yang tidak terpenuhi dapat
memperberat hipoalbuminemia akibat pemecahan protein. Peran asam lemak
esensial
keterlibatannya pada sintesis sel baru, maka deplesi asam lemak dapat
mempengaruhi penyembuhan luka. Anjuran konsumsi lemak untuk diabetes
adalah 20-25%dari kebutuhan energi dan tidak boleh melebihi30%.komposisi
konsumsi lemak yang dianjurkan adalah lemak jenuh <7%, lemak tidak jenuh
<10% dan sisanya lemak tidak jenuh tunggal.
Mikronutrien seperti vitamin C, vitamin E, selenium, copper, zinc dan beta
karoten dapat meningkatkan respon kekebalan dengan jalan mengurangi beban
radikal bebas. Pada praktek di klinik, bila menangani pasien dengan luka sering
disarankan untuk diberikan suplemen, paling tidak kebutuhan vitamin minimum
sehari mengingat biasanya sayuran dan buah tidak rutin dikonsumsi rutin dalam
jumlah yang cukup.2
II.6.6. Peran rehabilitasi medik
Prinsip dasar pengelolaan kaki diabetes terdiri dari :
26
kaki
diabetes
tidak
terlepas
dari
pengendalian
kaki.
6. Pakailah krim khusus untuk kulit kering, tapi jangan dipakai di celah jari
kaki.
7. Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
8. Memotong kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.
9. Pakailah kaus kaki yang pas bila kaki terasa dingin dan ganti setiap
hari.
10. Jangan berjalan tanpa alas kaki.
11. Hindari trauma berulang.
12. Memakai sepatu dari kulit yang sesuai untuk kaki dan nyaman dipakai.
13. Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya, hindari
adanya benda asing.
14. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
27
diberikan
antiagregasi
trombosit,
hipolipidemik
dan
28
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Dengan manifestasi berupa dermopati,
selulitis, ulkus, osteomielitis dan gangren. Faktor utama yang memegang peranan
dalam patogenesis kaki diabetik adalah adanya angiopati/iskemi dan neuropati.
Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan)
penyakit secara umum mencakup pengendalian kadar gula darah, status gizi,
tekanan darah, kadar kolesterol, pola hidup sehat. Adanya pemahaman yang baik
pada pasien tentaang DM dan segala komplikasi kroniknya serta perawatan luka
yang adekuat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan terapi
dan pencegahan luka ataupun kecacatan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Waspadi, S. Kaki Diabetes. Dalam : Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam ed. IV,
2.
3.
29
4.
5.
6.
Merawat
Kaki
Diabetes.
2004.
11 November 2010.
Cunha,
BA.
Diabetic
Foot
Infections.
2005.
9.
terpadu,
dan
komprehensif
dibidang
Ilmu
Penyakit
Dalam.