You are on page 1of 8

http://liescholisoh.blogspot.co.id/2012/05/tqc.

html
Bab 10
PENGENDALIAN MUTU TERPADU
ATAU
TOTAL QUALITY CONTROL (TQC)

A. Perkembangan dan Mentalitas Dasar TQC


Kemajuan pendidikan, teknologi, informasi dan peradaban mendorong masyarakat
konsumen semakin selektifdan cenderung untuk mengkonsumsi barang atau jasa yang
bermutu baik. Hal ini menciptakan persaingan yang ketat antarperusahaan serta mendorong
karyawan bekerja efektif dan efisien. Dengan begitu, barang/jasa yang dihasilkan bermutu
tinggi sehingga mempunyai daya saing yang besar di pasaran.
Untuk mengenal TQC perlu mengetahui sejarah perkembangan TQC dan konsep
terapan dibeberapa negara, kemudian baru diketahui apa konsep TQC tersebut.
1. Perkembangan TQC
1920-1940 : Pengendalian mutu (quality control) mulai dilakukan di Amerika Serikat terbatas pada
produk pabrik, kemudian mulai tahun 1940 dilakukan dengan metode statistik.
1940-1950 : Penerapan pengendalian mutu dengan statistik dan mulai diadakan penelitian secara
kelompok untuk mengendalikan mutu dimaksud.
1950-1955 : Pengembangan pengendalian mutu dengan menekankan sebagai bagian integral dari
pengendalian manajemen.
1955-1960 : Manajemen yang menekankan pada hasil/ MBO (mangement by objective = MBS)
dikembangkan untuk menggariskabawahi perencanaan strategis(strategic planning) dan
penembangan manajemen.
1960-1965 : Mulai diperkenalkan Quality Control Circles (QCC = GKM = gugus kendali mutu) sebagai
penggalakan pemeriksaan dengan pengendalian mutu, agar seluruh karyawan tertinggi
sampai dengan terbawah mempelajari metode statistik dan berpartisipasi aktif dalam
pengendalian mutu.
1965-1978 : QCC gaya Jepang lebih dikenal dengan nama TQC yang menekankan PDCA (Plan-DoCheck-Action) pada seluruh tingkat organisasi oleh semua orang.
2.

Organisasi
Organisasi gaya Jepang, gaya Amerika Serikat, dan gaya Eropa Barat, perlu dipahami
untuk dapat mengetahui konsep TQC tersebut. Perbedaan konsep organisasi gaya Jepang
dengan AS dan Eropa Barat adalah sebagai berikut.

Konsep Jepang
QCC
1. Tanggung jawab
perorangan terbatas.
2. Tanggung jawab sama

TABEL 10.1
Perbedaan Organisasi
Konsep AS/Eropa Barat
Konsep TQC
MBO
Tanggung jawab perorangan Mengutamakan mutu.
besar.
Tanggung jawab bersama
Memperlakukan proses berikut

besar.
3. Kesedian berbuat lebih.
4. Kesadaran kelompok.
5.

Perbedaan golongan tidak


mencolok.

kecil.
Pengkotakan (adanya
spesialisasi tinggi).
Adanya pemeran utama.

sebagai pelanggan.
Pengendalian mutu dengan
fakta.
Melaksanakan pengendalian
mutu pada proses.

Perbedaan kelompok yang


nyata.

TQC dan QCC perlu dipelajari dalam MSDM karena manusia adalah aktiva yang
paling berharga, perencanaan dan pelaku dalam mewujudkan barang atau jasa yang bermutu
tinggi.

3.

Dasar TQC
Dasar TQC adalah mentalitas, kecakapan, dan manajemen partisipasi dengan sikap
mental yang mengutamakan kualitas kerja. Mentalitas adalah kesediaan bekerja sungguhsungguh, jujur dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaannya.

4. Mentalitas Dasar TQC


a. Kerja Sama dan Partisipasi Total
1) Agar karyawan mengetahui cara0cara dalam membangun sikap mental dasar dilingkungan
kerjaan masing-masing.
2) Tujuannya adalah :
a) Berorientasi kepada tanggung jawab kelompok.
b) Bersedia membuat lebih/berpartisipasi dalam bidang yang berhubungan.
c) Menciptakan kesadaran kelompok.
d) Dapat saling menghargai antar golongan/tingkatan.
b. Berorientasi Kepada Mutu
1) Yang dimaksud dengan mutu/kualitas adalah:
a) Disesuaikan dengan permintaan.
b) Sistemnya adalah pencegahan sejak awal dikerjakan dengan benar.
c) Standarnya adalah tidak cacat/harus tidak ada kesalahan.
d) Ukurannya adalah biaya untuk mencapai kualitas.
2) Prinsip-prinsip kualitas adalah:
a) Kepuasan pemakai, jadi berorientasi pada pemakai, bukan pada standar.
b) Mencakup kualitas dari semua jenis pekerjaan.
c) Merupakan tanggung jawab setiap orang sehingga sejak awal harus dilaksanakan dengan
benar.
3) Pengertian kualitas adalah:
a) Produk, orang dan aktivitas.
b) Biaya.

c)
d)
e)
c.
1)

Pengiriman
Keselamatan
Moral.
Hubungan Atasan dan Bawahan
Penentuan objektif secara kerjasama atau kolaborasi dengan pemberian rekomendasi atasan
dan bawahan berpartisipasi (plan).
2) Pencapaian objektif secara kerja sama dengan adanya dukungan dari atasan dan
pengendalian diri dari bawahan (do).
3) Penilaian hasil bersama dengan memberikan penghargaan dari atasan dan memberikan
kesempatan penilaian sendiri dari bawah (check).
4) Tindakan selanjutnya seperti pemecahan masalah bersama atasan dan bawahan dengan
dukungan atau pengarahan dari atasan serta motivasi diri dari bawahan (action).

B. Pengertian dan Manfaat TQC


1. Total Quality Control (TQC)
An effective system for integrating the quality development, quality maintance and
quality improvement effort of the various groups in organization so as anable production and
service at the most economical levels which allow for full, customer satisfication.
(Pengendalian Mutu Terpadu adalah suatu sistem yang efektif untuk mengintegrasikan
usaha-usaha pengembangan kualitas, pemeliharaan kualitas, dan perbaikan kualitas atau mutu
dari berbagai kelompok dalam organisasi, sehingga meningkatkan produktivitas dan
pelayanan ke tingkat yang paling ekonomis yang menimbulkan kepuasan semua langganan)
2. Pengertian dasar
a. Pengendalian mutu terpadu (PMT) adalah suatu sistem manajemen yang melibatkan semua
tingkatan karyawan melaui pelaksanaan konsep quality controldan metode statistik untuk
memuaskan langganan dan karyawan.
b. Quality control circle (QCC = GKM) adalah kelompok kecil karyawan dari lingkup
kerjasama yang dengan sukarela melakukan kegiatan pengendalian dengan menggunakan
teknik quality control.
c. Quality control project (QCP) adalah kelompok kecil karyawan dan lingkup kerja yang sama
atau lebih luas yang melakukan kegiatan perbaikan dalam satu kali proyek sampai selesai
dengan menggunakan teknik quality control.
d. Dukungan manajer adalah dukungan dari manajer puncak dalam menetapkan kebijaksanaan
dan memberi arahan serta dukungan dari manajer media untuk berperan serta dalam TQC.
e. Kekuatan TQC terletak pada bagian terlemah dari rantai lingkaran gugus kendali mutu
(QCC).
3. Tujuan pelaksanaan TQC
a. Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien.
b. Perbaikan hubungan manusia serta mutu barang atau jasa.
c. Peningkatan moral, prakarsa dan kerjasama karyawan.
d. Pengembangan kemampuan tenaga kerja.

e.
4.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)
3)
4)
5)
5.

a.

b.

c.

d.

Peningkatan produktivitas dan profitibilitas usaha.


Manfaat Pelaksanaan TQC
Bagi Karyawan
Meningkatkan kemampuan karyawan dalam melihat, mengenali permasalahan dan mencari
alternatif pemecahan.
Meningkatkan kemampuan komunikasi dan partisipasi di dalam kegiatan kelompok kerja.
Membiasakan berpikir secara analitis dengan menggunakan teknik-teknik quality control.
Peningkatan daya kreativitas.
Peningkatan kepercayaan diri.
Bagi Perusahaan
Pengembangan perusahaan melalui akumulasi gagasan-gagasan perbaikan.
Meningkatkan daya saing barang atau jasa yang dihasilkan.
Memperbaiki hubungan perusahan dengan karyawan.
Partisipasi semua karyawan di dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan.
Bagi Konsumen
Konsumen akan memperoleh barang/jasa yang bermutu baik.
Konsumen akan mendapatkan kepuasan dari barang/jasa tersebut.
Konsumen akan memperoleh barang/jasa yang memenuhi kesehatan dan keselamatan.
Konsumen akan menerima barang sesuai dengan pesanannya.
Pemerintah akan mendapatkan pajak-pajak.
Syarat Penerapan TQC/PMT
Dalam konsep manajemen, TQC selain bertujuan mengendalikan mutu produk, juga
usaha perbaikan struktur dan manajemen organisasi. TQC dapat dilakukan dengan mengikuti
siklus deming (PDCA) dan dengan mempertimbangkan unsur manajemen (6 M) dalam
seluruh bagian di lingkungan organisasi. Pelaksanaan TQC harus juga memperhatiakan
produk, konsumen dan organisasi perusahaan.
Jadi penerapan TQC = PMT diperlukan syarat berikut.
Seluruh sumber daya manusia turut serta dalam proses kegiatan (manajerial dan operasional)
harus mengerti dan menghayati arti TQC, mampu bermentalitas baik dan bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap penyelesaian pekerjaannya.
TQC/PMT sebagai totalitas pengendalian terhadap mutu produk secara bertahap dan
merupakan rangkaian suatu proses diharuskan agar setiap kelompok kerja (subsistem) bekerja
benar dalam rangkaian terpadu dari gugus kendali mutu tersebut.
Seluruh mata rantai dalam subsistem harus mampu bekerja efesien dan efektif dengan
didukung sikap mental positif dari setiap individu anggotanya. Sikap mental positif adalah
kesediaan untuk bekerja produktif dalam suatu tim spirit kerja sama yang kuat, untuk
mencapai mutu kerja yang tinggi.
Sarana, prasarana dan lingkungan kerja harus mendukung pelaksanaan pengendalian mutu
terpadu (PMT). Setiap individu karyawan harus mengetahui dan berpartisipasi dalam
mengerjakan pekerjaan secara benar, sehingga barang/ jasa yang dihasilkan bermutu tinggi.

C. Sistem Manajemen TQC


Dalam TQC sistem manajemen dibahas meliputi apa yang dimaksud dengan sistem
manajemen, kebijaksanaan manajemen, proses kerja gugus TQC, tujuan gugus kerja TQC,
dan program TQC yang seluruhnya dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
a.
b.
c.

Yang Dimaksud Sistem Manajemen


Untuk mengetahui pengertian/konsep standar dari sistem manajemen seutuhnya.
Dapat memilih cara penerapan yang paling tepat dan efektif.
Sistem manajemen memilih tiga tingkat aktivitas sesuai dengan struktur piramidal organisasi
dan setiap jenjang memiliki tugas membantu penerapan TQC sesuai dengan fungsi masingmasing.

2.
a.
b.
c.

Kebijaksanaan Manajemen
Dukungan dari manajer dalam menetapkan kebijaksanaan dan memberi pengarahan.
Dukungan dari manajer menengah untuk berperan serta dalam TQC.
Waskat harus diterapkan oleh setiap atasan subnit/kelompok kerja dengan cara yang benar,
agar kesalahan dapat diketahui sedini mungkin.

3.

Proses Kerja Gugus TQC


Proses kerja gugus TQC meliputi :
Pengajuan masalah
Analisis permasalahan
Mencari pemecahan masalah
Presentasi pada pihak manajer
Manajer akan meninjau, menyelusuri atau meminta tindak lanjut dari presentasi yang
dimaksud.

a.
b.
c.
d.
e.

4.

a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
1)
2)
3)

Pelaksanaan Program TQC


Dalam pelaksanaan program TQC terdapat dau hal yang harus diperhatikan agar TQC
dapat sukses yaitu dari sisi karyawan dan manajer.
Dari Sisi Karyawan
Menciptakan suasana yang cocok.
Saling memberi informasi dan komunikasi.
Dijadikan program sukarela.
Memberikan pengarahan dan latihan.
Bersikap terbuka dan positif.
Menyediakan waktu, sarana, fasilitas dan dana.
Dari Sisi Manajer
Mengajukan dan menjelaskan program TQC kepada puncuk pimpinanan.
Menjelaskan tujuan dan hasil yang akan dicapai.
Mendapat dukungan dari pucuk pimpinan.

5.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6.

Kendala Pelaksanaan Program TQC


Kendala pelaksanaan program TQC datang dari bawahan dan atasan.
Kendala dari Bawahan
Adanya ketidaksetujuan.
Merasa dimaaftkan oleh pimpinan.
Merasa sebagai beban tambahan.
Adanya sikap mengapa saya harus membantu/menolong perusahaan.
Tidak dijalankan/dilakukan di tempat kerjanya.
Tidak adanya waktu untuk berkelompok (circle).
Kendalaan dari Atasan
Atasan tidak mendukung gagasan TQC = PMT.
Sangat sibuk, tidak ada waktu.
Kurangnya kewenangan yang dimiliki.
Belum memahami secara jelas pengertian TQC.
Atasan menganut sentralisasi wewenang.
Pelaksanaan TQC di Jepang, USA dan Eropa Barat
Antara pelaksana TQC di Jepang, USA dann Eropa Barat terhadap perbedaan penekanan
sebagai berikut.
Jepang
Jepang memberikan TQC dengan latihan dan pendidikan kepada seluruh tingkatan
karyawan, baik pimpinan perusahaan, tenaga spesialis, maupun pelaksana yang lain. Jadi
semua karyawan akan berprestasi baik sehingga kemajuan Jepang lebih cepat.
USA dan Eropa Barat
Di negara-negara Eropa Barat dan USA, TQC cenderung digunakan untuk mendidik
tenaga ahli khusus tentang mutu. Hal ini mengakibatkan penggunaan yang sangat terbatas
dan prestasi yang dicapai minim sekali karena tidak semua karyawan berprestasi. Jadi,
peningkatannya terpaksa dilakukan secara perlahan-lahan.

D. Penerapan dan Pemecahan Masalah TQC


Penerapan dan pengembangan TQC menyangkut berbagai hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan dan pengembangan TQC bagi kepentingan perusahaan dan karyawan.
1. Tujuan Penerapan dan Pengembangan
a. Pengembangan suatu sistem dan praktek manajemen memerlukan suatu proses perubahan
mentalitas.
b. Proses pertumbuhan tersebut lebih banyak ditekankan pada perubahan tingkah laku manusia.
c. Proses TQC memerlukan waktu dan perhatian manajemen.
d. Mengetahui bagaimana cara mendorong dan mengelola proses perubahan.
2. Penerapan Sistem

1.
2.
3.
4.

3.

a.
b.
c.

4.

Penerapan suatu sistem manajemen selalu mengakibatkan terganggunya keseimbangan.


Timbul dua pihak yang pro dan kontra, menerima TQC dan menyangkut nilai-nilai yang
sudah mapan. Jika diibandingkan nilai-nilai budaya Indonesia dengan nilai-nilai TQC akan
tampak sebagai berikut.
Nilai-Nilai Budaya Indonesia
Nilai-Nilai TQC
Asas Kekeluargaan
1. Kerja Sama
Gotong Royong
2. Total Partisipasi
Tut Wuri Handayani
3. Menghargai Sesama
Bhinneka Tunggal Ika
4. Menghargai Keunikan dan Kreativitas
Mengapa orang enggan menerima perubahan sistem manajemen? Hal ini karena
menyangkut ketidakpastian hasil, kesulitan melaksanakan, kebiasaan yang sudah ada, dan
ancaman terhadap dirinya sendiri.
Dasar-Dasar Pemecahan Masalah
Pada setiap perusahaan masalah selalu muncul, bahkan suatu persoalan belum selesai
dipecahakan sudah muncul persoalan lain.
Mengapa suatu masalah harus dipecahkan?
Masalah harus dipecahkan untuk menjaga jangan sampai timbul masalh lain yang lebih
besar dan lebih luas pada waktu selanjutnya.
J.Dewey mengemukakan tiga langkah pemecahan dalam pengambilan keputusan.
Identifikasi masalah dengan meneliti apa dan bagaimana masalah yang timbul.
Pengembangan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat menyelesaikan
masalah tersebut.
Pemilihan alternatif yang terbaik yang dilakukan berdasarkan kriteria yang dipergunakan.
H. Simon menyempurnakan pendapat J.Dewey, yaitu evaluasi dan keputusan yakni sejauh
mana hasil perbaikan dapat memecahkan masalah yang dihadapi, setelah implementasi
dilakukan.
Pemecahan Masalah TQC
Pemecahan masalah TQC dilakukan dengan Plan, Do, Check dan Action (PDCA)yang
dijabarkan menjadi 8langkah pemecahan masalah, khususnya dalam Quality Circle.
Ke-8 langkah (eight steps) tersebut apabila dihubungkan dengan fungsi organisasi dan
tahap-tahap pengambilan keputusan adalah seperti tabel berikut.

Tabel 10.2
DELAPAN LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
DIHUBUNGKAN DENGAN FUNGSI ORGANISASI
Fungsi

Proses

8 Langkah

organisasi

Pengambilan Keputusan

Pemecahan Masalah

Plan

Identifikasi masalah

Menentukan prioritas masalah


Menjelaskan mengapa masalah itu
diprioritaskan
Mengenali status masalah
Susun langkah-langkah perbaikan

Pengembangan alternatif

Do

Pemilihan alternatif
Implementasi

Check
Action

Evaluasi

Melaksanakan langkah-langkah
perbaikan
Periksa hasil perbaikan
Mencegah terulangnya masalah
Menggarap masalah selanjutnya

You might also like