You are on page 1of 14

REVIEW JURNAL ANALISIS RESIDU PESTISIDA PADA BUAH-BUAHAN

DAN SAYUR DENGAN METODE QUECHERS


MAKALAH

Disusun oleh :
NAMA

NPM

ELLENA MAGGYVIN

260110140137

DEPARTEMEN ANALISIS FARMASI DAN KIMIA MEDISINAL


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki

kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk


dikembangkan. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk
dikembangkan yaitu hortikultura. Hortikultura merupakan bagian dari sektor
pertanian yang terdiri atas sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan
biofarmaka.

Hortikultura

berperan

sebagai

sumber

pangan,

sumber

pendapatan masyarakat, penyedia lapangan kerja, perdagangan domestik dan


internasional, serta peningkatan aktivitas industri pengolahan yang bersifat
meningkatkan nilai tambah. Adanya peranan penting hortikultura menjadi
alasan bahwa subsektor ini perlu menjadi prioritas pengembangan (Andarwati,
2011)
Komoditi pertanian memiliki peran strategis dalam meningkatkan
perolehan devisa terutama dalam era

perdagangan bebas komoditi antar

negara pada saat ini termasuk komoditi hortikultura. Luas areal tanaman
hortikultura di Indonesia yang fluktuatif dari tahun ke tahun sangat terkait
dengan beberapa faktor penyebab antara lain kondisi iklim, harga dan
serangan organisme pengganggu tanamn (OPT). Serangan PT yang hampir
terjadi pada setiap musim tanam mendorong petani untuk menggunakan
pestisida dalam tindakan pengendalian. Dewasa ini permintaan pasar dalam
dan luar negeri terhadap komoditi hortikultura khususnya buah-buahan dan
sayuran mengalami peningkatan sehingga peluang untuk memposisikan
komoditi tersebut semakin berarti dalam perekonomian Indonesia. Permintaan
terhadap komoditi hortikultura daerah tropis di pasar internasional terus
meningkat namun ekspor di Indonesia masih sangat kecil atau kurang dari 1%
dari keseluruhan permintaan (Gunawan, 1993)
Buah-buahan dan sayur merupakan komoditas hortikultura yang
banyak mengandung vitamin dan mineral. Buah-buahan dan sayur merupakan

komponen essensial dari makanan (diet harian) manusia, karena buah-buahan


dan sayur memiliki nutrien yang dibutuhkan dalam reaksi tubuh. Konsumsi
tinggi dari buah-buahan dan sayur (lima kali atau lebih per hari) sangat
disarankan, selain untuk mencegah terjadinya defisiensi vitamin juga untuk
mengurangi insiden dari penyakit-penyakit lain seperti kanker, penyakit
kardiovaskular dan obesitas. (Keikotlhaile dan Spanoghe, 2013).
Seperti tanaman-tanaman lainnya, buah-buahan dan sayur juga
diserang oleh hama dan penyakit selama proses produksi dan penyimpanan
yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada tanaman yang kemudian
menurunkan nilai jual dari tanaman yang dipanen. Pestisida digunakan
sebagai salah satu teknik penanggulangan dari masalah hama dan mencegah
terjangkitnya tanaman oleh penyakit-penyakit tanaman. Penggunaan pestisida
telah meningkat dari waktu ke waktu, hal ini disebabkan karena aksi langsung
pada aplikasi pestisida, mengurangi toksin yang diproduksi oleh tanaman
yang terinfeksi dan penggunaannya dan manajemen kontrol hama yang relatif
lebih mudah dan singkat bila dibandingkan dengan metode lain. Akan tetapi,
penggunaan pestisida pada masa penanaman dan produksi seringkali berujung
pada terpaparnya dan terbawanya residu pestisida pada buah-buahan dan
sayur setelah dipanen.
Keberadaan residu pestisida dalam sayur dan buah menjadi salah satu
perhatian konsumen karena pestisida dikenal memiliki efek berbahaya pada
organisme lain selain hama dan penyakit tumbuhan. Urgensi dari keberadaan
residu pestisida dalam makanan adalah efeknya yang toksik seperti merusak
sistem

reproduksi

dan

perkembangan

janin

serta

kemampuannya

menyebabkan kanker dan asma. Bahkan beberapa jenis pestisida sulit


dihilangkan dan secara persisten tetap berada di dalam tubuh menyebabkan
paparan jangka lama pada tubuh (Keikotlhaile dan Spanoghe, 2013).

Penentuan pestisida, terutama pada matriks atau sampel makanan


merupakan topik yang telah diangkat dalam beberapa tahun terakhir sejak
diketahui ada ratusan jenis pestisida yang digunakan pada tanaman untuk
memerangi hama. Adanya keberadaan sejumlah kecil pestisida juga residunya
dan hasil degradasinya diketahui dapat menyebabkan terganggunya kesehatan,
maka dari itu, penggunaan pestisida harus senantiasa dikontrol dan dimonitor.
Pestisida sendiri dapat digunakan dalam bentuk serbuk (solid), liquid
(spray, emulsi, larutan), atau dalma bentuk gas (fumigasi). Beberapa bentuk
pestisida dijual dalam bentuk yang isap dijual tanpa perlu adanya preparasi.
Pestisida diklasifikasikan berdasarka beberapa kriteria termasuk, dari sifat
fisika kimianya, target organisme, level toksisitasnya, waktu aksi,
ketahanannya, dsb.
Dibidang pertanian berbagai cara juga ditempuh untuk meningkatkan
hasil pertanian dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan dengan
pertanian yang berkelanjutan oleh Rachman Sutanto 2002; Isu dan
pengelolaan lingkungan dalam revitalisasi pertanian Irsal Las 2006.
Peningkatan pengetahuan dalam pengendalian hama terpadu dengan
membandingkan antara yang mendapatkan sekolah lapangan dengan tidak
mendapatkan sekolah lapangan.(Marcini, 2006; Lund, 2010) Pemantauan
penggunaan pestisida di China oleh Fen Jin 2010. Namun itu semua tidak
mengurangi dampak dari pencemaran lingkungan dan kesehatan. Masih
banyak pencemaran dan gangguan kesehatan yang dialami oleh petani.
Sehingga pada penelitian ini menggali seberapa jauh tingkat pengetahuan
petani terhadap penggunaan pestisida.
1.2.

Identifikasi
Masalah
2. Bagaimana metode pengujian pestisida yang ada saat ini?
3. Apakah kekurangan dan kelebihan pengujian residu pestisida yang ada?
4. Bagaimana metode QuEcHERS yang diajukan lebih baik?

5. Apa kelebihan metode QuEcHERS dan bagaimana prospek metode ini


kedepannya?

1.3 Tujuan
2. Mengetahui metode pengujian residu pestisida yang ada dan digunakan
saat ini
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan pengujian residu pestisida pada
makanan saat ini
4. Mengetahui metode QuEcHERS sebagai alternatif pengujian residu
pestisida saat ini
5. Mengetahui mendalam metode QuEchERS

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pengujian residu pestisida
yang ada saat ini dapat dikembangkan kembali sehingga pengujian dapat lebih
menyeluruh dan spesifik juga sensitif dengan metode yang lebih mudah,
murah, dan cepat.

BAB II
IDENTIFIKASI JURNAL
1. Jurnal Ilmiah 1

Judul Jurnal

: Determination of pesticide residues in food matrices using the

QuEChERS methodology
Penulis
: Angelika Wilkowska, Marek Biziuk
Jurnal
: Food Chemistry
Volume & hal
: Vol. 125; p.803-812
Tahun terbit
: 2011
2. Jurnal Ilmiah 2
Judul Jurnal

: Analysis of 140 pesticides from conventional farming

foodstuff samples after extraction with the modified QuECheRS


Penulis
: C. Lesueur, P. Knittl, M. Gartner, A. Mentler, M. Fuerhacker
Jurnal
: Food Control
Volume&Hal
: Vol. 19, p. 906-914
Tahun terbit
: 2008
3. Jurnal Ilmiah 3
Judul Jurnal

: Analysis of Imidacloprid Residues in Fruits, Vegetables,

Cereals, Fruit Juices and Baby Foods and Daily Intake Estimation in and around
lucknow, India
Penulis

: Upasana Kapoor, M.K. Srivastava, Ashutosh Kumar

Srivastava, D.K. Patel, Veena Garg, dan L.P. Srivastava


Jurnal
: Enviromental Toxicology and Chemistry
Volume&Hal
:Tahun terbit
: 2012
BAB III
RINGKASAN JURNAL
Penentuan residu pestisida pada matriks makanan telah menjadi suatu
keperluan dalam rangka menentukan toksisitas dan stabilitas dari xenobiotik. Akan
tetapi metode analitik yang biasanya diaplikasikan dalam laboratorium untuk
menentukan pestisida masih jauh dari kata ideal atau sempurna. Beberapa
laboratorium menentukan residu pestisida masing menggunakan prosedur yang
digunakan lebih dari 30 tahun sebelumnya, ketika metode penelitian analitik dan
bahan-bahan yang digunakan masih sangat terbatas terlebih teknologi yang ada saat

itu masih belum secanggih yang ada sekarang. Prosedur yang telah ada sebelumnya
juga memiliki banyak kekurangan dimana diantaranya memakan waktu yang lama,
membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, rumit dan sulit diaplikasikan, serta
menghasilkan limbah penelitian dalam jumlah besar. Selain kekurangan-kekurangan
tersebut, hasil penelitian yang didapatkan kurang akurat dan Limit of Detection yang
terbatas sehingga seringkali hasil dengan false-positive masih sangat tinggi.
Permasalahan yang dihadapi pada saat pengujian residu pestisida pada
makanan terutama produk buah-buahan dan sayur adalah karena banyaknya
kandungan ataupun senyawa lain yang terkandung dalam suatu zat. Kompleks dari
matriks sampel yang mengandung begitu banyak jumlah dari senyawa lain seperti
klorofil, lemak, sterol dan komponen lain dapat mengganggu analisis dari suatu
sampel yang baik. Maka dari itu, dalam review ini akan dibandingkan dan
ditunjukkan beberapa metodologi analisis residu yang dianggap dapat menjadi
metode pengujian yang utama dengan dapat mengatasi multiresidu yang ada pada
sampel.
Asumsi mendasar dari berbagai metodologi untuk penentuan residu yang
dapat mengaransikan hasil yang pasti dan tepat dengan LOD yang rendah untuk
spektrum pemeriksaan yang luas. Maka suatu metodologi harus memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut :

Memastikan kecepatan dari analisis, dengan waktu paling singkat antara


mengambil sampel dan menentukan informasi pada konsentrasi analit yang

akan diuji
Mudah dan sederhana untuk dilakukan
Dapat diaplikasikan dengan reagen yang relatif murah dan mudah ditemukan
Memastikan adanya automasi tingkat tinggi, sehingga dapat meminimalisir

kesalahan pada faktor manusia terhadap hasil yang didapatkan


Dapat diaplikasikan dengan jumlah solven dan reagen yang paling sedikit,
sehingga limbah hasil pengujian dapat ditekan

Secara umum, teknologi baru harus melalui beberapa dekade untuk mulai
dikembangkan pada komunitas scientific sebelum dapat diimplementasikan pada
analisis residu. Teknologi baru harus melalui beberapa tantangan sebelum dapat
digunakan secara luas, termasuk diantaranya ketersediaan alat dan bahan yang
digunakan, dan hasil yang tervalidasi sebelum dapat digunakan oleh agensi-agensi
yang terkait. Good laboratory practice dan quality assurance protocol harus
memenuhi syarat untuk terpenuhinya hasil yang tervalidasi, dan nilai yang
dibandingkan dengan pendekatan metode baru dengan metode yang ada saat ini perlu
dilakukan. Dengan berasumsi bahwa kriteria awal yang ditentukan telah dapat
dicapai, pendekatan terhadap metode baru harus memiliki keuntungan yang lebih dari
pendekatan yang telah ada. Terlebih, nilai ekonomis dari metode yang akan
dikembangkan tidak melebihi dari budget laboratorium. Terakhir, sekalipun metode
akan dikembangkan telah membuktikan reprodusibilitas yang akurat pada hasil
konsentrasi residu dan instrumentasinya secara komersial dapat dipenuhi biayanya,
metode pengujian baru tidak dapat serta merta langsung diimplentasikan kecuali
adanya keinginan untuk berubah. Pengembangan suatu metode baru membutuhkan
waktu yang banyak, biaya yang tidak sedikit, dan upaya untuk menanalisa dan
mengimplementasikan metode baru dan pada era ini dimana teknologi berkembang
dan berganti secara cepat, teknologi-teknologi baru selalu memiliki potensial yang
besar untuk menggantikan yang sebelumnya.
Metode analisis QuEChERS
QuEChERS (Quick, Easy, Cheap, Effective, Rugged and Safe) merupakan
teknik analisi yang mengkombinasikan ekstraksi/isolasi pestisida dari matriks
makanan dan pembersihan ekstrak. Teknik ini melibatkan ekstraksi mikroscale
dengan mgngunakan asetonitril dan pemurnian ekstrak dengan menggunakan
ekstraksi dispersi fasa padat. Sejak adanya pengembangan dan publikasi dari metode
ini, QuEChers telah mendapat banyak perhatian dan popularitasnya meningkat secara
signifikan. Ini merupakan metode yang dipilih untuk analisis makanan karena
8

mengkombinasikan beberapa langkah dan memperluas jarak dari pestisida yang


direcover, dengan teknik dan proses ektraksi dari bahan makanan yang jauh lebih
mudah. Metode ini telah melewato berbagai modifikasi dan peningkatan selama
beberapa tahun terakhir. Metode ini juga telah didesain untuk meningkatkan recovery
dari beberapa tipe spesifik dari pestisida dari bahan makanan yang spesifik pula.
Metode Quechers mereduksi ukuran danjumlah sampel yang digunakan dalam alat
gelas, memerlukan tahapan yang lebih sederhana dalam pengerjaannya.
Dalam penentuan residu pestisida pada makanan, pelarut yang biasa
digunakan adalah aseton, etil asetat dan asetonitril, karena semua pelarut tersebut
dapat memastikan adanya recovery analit yang besar. Walaupun aseton secara
langsung tidak bercampur dengan air, akan tetapi pemisahan dengan pelarut ini tidak
mungkin terjadi tanpa adanya bantuan dari pelarut non-polar. Sebaliknya etil asetat
hanya sebagian tidak bercampur dengan air yang akan membutuhkan lebih banyak
pelarut non-polar untuk memisahkan campurannya. Asetonitril mengekstrak makanan
(buah dan sayur) yang mengandung lebih sedikit zat pengganggu dan asetonitril dapat
memisahkan diri dari air relatif lebih mudah. Maka dari itu, asetonitril lebih dipilih
dalam metode QuEChERS.
Metode QuEChERS dilakukan dengan mula-mula menimbang 10 gram dari
sampel yang telah dihancurkan kedalam 40 mL tabung sentrifugasi, tambahkan 10 ml
asetonitril dan kocok selama 1 menit menggunakan vortex dengan kecepatan
maksimal. Tambahkan kembali 4 gram magnesium sulfat anhidrat dan 1 gram
natrium klorida, dan divortex kembali selama 1 menit. Tambahkan larutan ISTD dan
lanjutkan vortex selama 30 detik dan sentrifugasi ekstrak selama kurang lebih 1
menit. Pindahkan 1 ml aliquot dari lapisan atas asetonitril dalam vial sentrifugasi
mikro yang berisi 25 mg PSA dan 150 mg MgSO4 dan ditutup rapat. Kocok dengan
menggunakan tangan atau vortex selama 30 detik dan sentrifugasi selama 1 menit.
Tambahkan 5% asam format dan running dalam GC-MS untuk mendapatkan kadar
pestisida dalam sampel.
9

BAB IV
PEMBAHASAN

10

Kelebihan :
Metode QuEcHeRS dianggap merupakan metode yang lebih sederhana dalam tahap
preparasi sampel untuk pengujian residu pestisida. Selain itu metode QuEChERS
memiliki potensial yang besar sebagai alternatif metode analisis residu pestisida pada
makanam. Sebagai tambahan, metode ini juga lebih dapat diaplikasikan pada sampel
makanan secara luas dari buah, sayur, hingga makanan dengan lemak tinggi seperti
telur, susu dan alpukat. Artikel ini juga membandingkan preparasi sampel berbeda
untuk metode QuEChERS untuk menentukan residu pestisida dalam makanan lebih
mudah ditemukan. Metode ini juga lebih mudah diadaptasikan terhadap beberapa
kondisi dengan matrik yang luas.
Kekurangan:
Kurang dijelaskan secara mendalam proses ekstraksi yang paling baik digunakan,
selanjutnya penelitian yang dilakukan pada jurnal termasuk sudah lumayan tua (2011)
sehingga kemungkinan besar adanya modifikasi dan pengembangan terhadap metode
yang ada belum dapat dicantumkan dalam jurnal tersebut.

BAB V
SIMPULAN

11

5.1 Simpulan
Pengujian residu pestisida pada makanan sangat dibutuhkan. Hal ini
dikarenakan tidak terlepasnya penggunaan petani pada pestisida selama masa
penanaman.Metode pengujian yang ada saat ini memiliki banyak kekurangan
diantaranya membutuhkan waktu yang lama saat pengerjaan, biaya yang
masih relatif tinggi, membutuhkan tenaga personil yang banyak, banyaknya
limbah hasil pengujian yang dihasilkan, dan lain sebagainya. Maka dari itu
metode QuEChERS dianggap dapat menjadi alternatif solusi pengujian residu
pestisida pada makanan. Metode QuEChERS emnggunakan pelarut dengan
jumlah yang lebih sedikit, dengan waktu pengerjaan lebih singkat dan hasil
yang relatif signifikan tanpa adanya false positive yang tinggi. Selain itu
pengembangan metode QuEChERS masih terus berjalan yang memungkinkan
pengembangan lebih dari metode ini sehingga hasil yang didapatkan lebih
optimal.
5.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
berharap makalah ini dapat dikembangkan lagi, terlebih adanya keterbatasan
dalam penelusuran pustaka. Selanjutnya diharapkan dapat dilakukan
penelusuran pusraka lebih dalam lagi dengan jurnal acuan yang lebih baru dan
update.

DAFTAR PUSTAKA
Wilkowska, A and Marek Biziuk. 2011. Determination of pesticide residues in food
matrices using the QuEChERS methodology. Food Chemistry 125 : 803-812.

12

Lesueur, C, et al. 2008. Analysis of 140 pesticides from conventional farming


foodstuff samples after extraction with the modified QuEChERS method. Food
Control 19: 906-914.
Upasana Kapoor, M.K. Srivastava, Ashutosh Kumar Srivastava, D.K. Patel, Veena
Garg, dan L.P. Srivastava. 2012. Analysis of Imidacloprid Residues in Fruits,
Vegetables, Cereals, Fruit Juices and Baby Foods and Daily Intake Estimation
in and around lucknow, India. Enviromental Toxicology and Chemistry
Keikothaile, B.M and P.Spanoghe. 2013. Pesticide Residues in Fruits and Vegetables.
Available online at : http://www.intechopen.com/books/pesticides-formulationseffects-fate [diakses 11 desember 2016]
Andarwati, A.,U., 2011. Efisiensi Teknisusahatani Kentang Dan Faktor Yang
Mempengaruhi

Dikecamatan

Baturkabupaten

Banjarnegara.

[online]

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51239/H11aua.pdf?
sequence=1 [diakses 11 Desember 2016]
Munarso, S., J., Miskiyah, dan Broto W., 2009. Studi Kandungan Residu Pestisida
Pada Kubis, Tomat, Dan Wortel Di Malang Dan . Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian: Vol. 5 [online] http://pascapanen.litbang.deptan.
go.id/assets/media/publikasi/bulletin/2009_4.pdf [diakses 11 Desember 2016]
Gunawan, M. 1993. Pengembangan komoditas hortikultura dalam sisitem agribisnis.
Pangan. 16(4): 55-64
Lund, T; MG Saethre; I Nyborg; O. Coulibaly, 2010. Farmer field school-IPM
impacts on urban and peri-urban vegetable producers in Cotonou, Benin.
International Journal of Tropical Insect Science ,Volume 30, No. 1, pp. 19
31doi:10.1017/S1742758410000020

13

Mancini F., Van Bruggen A.C., Janice, L.S.J., 2006. Evaluating Cotton Integrated Pest
Management (IPM) Farmer Field School Outcomes Using The Sustainable
Livelihoods Approach In India. Expl. Agriculture, volume 43, pp: 97-112

14

You might also like