Professional Documents
Culture Documents
dalam turbin, dan berekspansi hingga tekanan sedikit diatas atmosfer sekaligus
mengkonversi kalor gas panas tersebut menjadi daya mekanis. Gas buang
kemudian keluar dan dibuang ke atmosfer. Sebagian besar daya mekanis yang
dihasilkan digunakan untuk menggerakan kompresor, dan sisanya merupakan
daya output untuk menggerakan mesin mesin yang lainnya. Turbin gas yang
beroperasi dengan siklus ini disebut turbin gas siklus terbuka.
Pada sistem pembakaran dengan tekanan tetap, bahan bakar dibakar didalam
aliran udara bertekanan. Aliran di pertahankan sedemikian mungkin sehingga
tidak terjadi kenaikan tekanan didalam ruang bakar. Jadi, pemasukan kalor
berlangsung secara terus menerus. (Mattingly, 1976)
II.2.2. Turbin Gas Siklus Tertutup (Closed Cycle Gas Turbine)
Turbin gas dengan siklus tertutup memanfaatkan fluida kerja yang
senantiasa disirkulasi dalam sistem tanpa adanya pemasukan dan pembuangan
fluida dari dan ke kondisi atmosfer. Proses kompresi dan proses ekspansi yang
terjadi tetap sama dengan siklus terbuka, namun proses pembakaran diganti
dengan proses penambahan kalor dari sumber kalor eksternal yang terpisah dan
pembuangan kalor diganti dengan proses pembuangan dengan tekanan konstan
di dalam pesawat pendingin. Dasar pemikiran penggunaan siklus tertutup ini
adalah jenis bahan bakar yang diperlukan lebih fleksibel dan jenis fluida kerja
yang dimanfaatkan dapat dipilih dengan karakteristik terhadap panas yang lebih
baik selain udara, misalnya gas helium. Pada proses siklus terbuka, bahan bakar
terbakar dan keluar bersama sama dengan udara, berbentuk sebagai hasil gas
pembakaran. Akibat dari ketidak murnian bahan bakar dapat menyebabkan
korosi atau kerusakan pada sudu turbin. Untuk turbin gas dengan siklus tertutup,
permasalahan pembakaran diatas tidak menjadi persoalan karena bahan bakar
tidak ikut di dalam fluida kerja. Namun, siklus tertutup memerlukan
penambahan beberapa komponen yang diperlukan untuk memanaskan dan
mendinginkan fluida kerja (heat exchanger). (Mattingly, 1976)
10
II.3.2. Turbin
Dilihat dari arah aliran fluida kerjanya, maka turbin dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu turbin sentrifugal dan turbin aksial. Turbin sentrifugal
cocok bila berpasangan dengan kompresor sentrifugal, karena dapat
memberikan sistem yang kompak dengan poros pendek. Akan tetapi turbin ini
tidak cocok beroperasi pada laju aliran massa yang besar. Untuk sistem turbin
gas yang mengalirkan fluida kerja dengan jumlah yang cukup besar lebih cocok
digunakan untuk menggerakan turbin aksial. (Wikimedia.com, 2012)
11
12
4. Kenyamanan operasi proses pembakaran untuk setiap rasio bahan bakar udara
(dengan stabilitas dan efisiensi yang tinggi).
5. Deposit karbon harus seminimal mungkin.
6. Pembakaran yang stabil pada kecepatan aliran udara yang tinggi.
Ruang bakar turbin gas tersusun atas beberapa komponen yang penting
untuk diketahui, berikut adalah komponen-komponen tersebut:
Casing. Casing ruang bakar pada turbin gas berfungsi utama sebagai
dinding yang membatasi proses bertekanan tinggi yang ada di dalam ruang
bakar, dengan udara yang bertekanan atmosfer. Casing ini tidak terlalu
terekspos dengan temperatur tinggi karena di sisi dalamnya merupakan
tempat udara mengalir sebelum masuk ke dalam ruang bakar yang
sebenarnya.
Difuser. Difuser ini dilewati oleh udara kompresi sesaat sebelum masuk ke
ruang bakar. Tujuan dari adanya difuser ini adalah untuk menurunkan
kecepatan aliran udara, dan meningkatkan lagi tekanan kerja. Sehingga
nantinya proses pembakaran terjadi dengan kecepatan yang optimal.
13
Igniter. Komponen ini sama seperti busi pada mesin mobil atau sepeda
motor. Igniter berfungsi sebagai pemantik api sehingga proses pembakaran
dapat terjadi. Igniter ini menggunakan arus listrik untuk menciptakan
percikan api. Dan biasanya hanya digunakan pada proses awal penyalaan
turbin gas, jika api di dalam ruang bakar sudah menyala, maka igniter akan
otomatis mati.
Liner. Liner inilah yang menjadi dinding sebenarnya dari proses
14
15
16
secara lebih merata keseluruhan energi panas yang telah dibangkitkan oleh
proses pembakaran. Penyerapan energi panas yang merata ini akan diikuti
dengan ekspansi volume udara (sebut juga pemuaian cepat) yang lebih merata.
Sehingga udara panas yang keluar dari combustion chamber memiliki
temperatur, atau sebut saja energi panas, yang merata pada semua bagian.
(Artikel Teknologi.com, 2014)
Aliran laminar terjadi apabila partikel fluida bergerak secara halus dalam
bagian-bagian berupa lapisan-lapisan sedangkan aliran turbulen adalah
b.
17
e.
Aliran seragam (uniform) jika pada setiap titik aliran memiliki vector
kecepatan (besar dan arah) yang sama, sedangkan aliran tak seragam (non-
f.
18
atom-atom hidrogen atau radikal hidroksil, sehingga disini efek difusi lebih
dipertimbangkan dalam beberapa kepentingan. Dan juga, karena kecilnya energi
aktivasi pada beberapa reaksi kimia yang terjadi, yang ini menyebabkan laju
reaksi tidak begitu tergantung pada suhu dan efek difusi akan mendominasi efek
termal dalam perpindahan energi dan permulaan reaksi pada ketebalan daerah
sebelum pemanasan.
Menurut Gaydon dan Wolfhard : lebar suatu daerah reaksi untuk beberapa
nyala hidrokarbon udara dan oksigen, secara kasar adalah sama dengan batas
difusi atom-atom hidrogen dari muka nyala sampai dengan gas tak terbakar.
Sehingga secara sederhana, kecepatan difusi atau difusitas dapat digunakan
sebagai parameter dalam pengukuran laju penjalaran nyala laminar.
Selain dalam penjalaran nyala laminar, kecepatan difusi spesies dalam suatu
campuran juga akan mempengaruhi kecepatan pembakaran yang berkaitan
dengan konstanta laju reaksi, pembakaran turbulen, maupun dalam stabilitas
nyala. (Sofiandi, 2001)
II.5. Computational Fluid Dinamic (CFD)
Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah tools berbasis komputer
untuk mensimulasikan perilaku suatu sistem yang melibatkan aliran fluida,
perpindahan panas dan proses fisik lainnya. Cara kerjanya dengan memecahkan
persamaan persamaan aliran fluida (dalam bentuk tertentu) meliputi suatu
daerah yang dinginkan dengan kondisi pada batas - batas daerah tersebut adalah
spesifik dan diketahui. (Sofiandi, 2001)
II.5.1. Ansys CFX
ANSYS, Inc adalah perusahaan software simulasi rekayasa yang didirikan
oleh insinyur John Swanson. Perusahaan ini mengembangkan tujuan umum
analisis elemen hingga dan perangkat lunak dinamika fluida komputasional.
Sementara Ansys telah mengembangkan berbagai dibantu komputer produk
rekayasa (CAE), produk yang paling dikenal karena produk-produk Ansys yaitu
Multiphysics Mekanikal. Ansys Mekanikal dan software Ansys Multiphysics
adalah alat analisis non ekspor menggabungkan pra-pengolahan (penciptaan
Teknik Mesin - ITI
19
geometri, meshing), pemecah dan pengolahan pasca modul dalam antar muka
pengguna grafis. Ini adalah tujuan umum paket pemodelan elemen hingga untuk
menyelesaikan masalah numerik mekanis, termasuk statis / dinamis analisis
struktur (baik linear dan non-linier), perpindahan panas dan masalah cairan,
serta masalah akustik dan elektro-magnetik. Teknologi Ansys menggabungkan
kedua struktural dan bahan non-linearities, dengan pemanfaatan komputer untuk
menghasilkan informasi tentang bagaimana fluida mengalir pada kondisi
tertentu. Ansys CFX dibuat untuk membuat prediksi aliran fluida dialam suatu
sistem tertentu pada suatu kondisi tertentu pada suatu kondisi yang ditentukan.
Dengan menggunakan Ansys CFX, prediksi aliran fluida diberbagai sistem
dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah dan waktu yang relatif lebih
cepat dibandingkan dengan metode eksperimen. Hasil prediksi aliran fluida
Ansys CFX juga lebih lengkap dibandingkan metode eksperimen yang banyak
terbentur
pengukuran.
Ansys CFX mencakup berbagai disiplin ilmu termasuk matematika, ilmu
komputer, fisika dan teknik. Untuk membuat simulasi dengan Ansys CFX
dibutuhkan suatu pemahaman tentang bagaimana fluida bergerak. Karena
kompleksnya permasalahan aliran fluida maka untuk memahami pergerakan
fluida terlebih dahulu harus memahami sifat dan aliran fluida tersebut. Di dalam
literatur mekanika fluida umumnya aliran fluida dikategorikan sebagai berikut :
Aliran viskos dan inviscid
Aliran mampu mampat dan tak mampu mampat
Aliran laminar dan turbulen
Selain kategori tersebut beberapa kondisi khusus seperti aliran dalam pipa
pompa dan turbin juga menjadi perhatian didalam pembuatan Ansys CFX.
Pengklasifikasian aliran fluida ini menjadi sangat penting dan menjadi
dasar untuk memahami pergerakan fluida sebagai upaya untuk membuat sebuah
prediksi aliran fluida dengan menggunakan komputer. Sehingga sangat mungkin
apabila hasil simulasi aliran fluida dengan menggunakan Ansys CFX tidak
sesuai dengan kenyataan.
Aliran fluida dapat dideskripsikan dengan banyak cara. Salah satu cara
yang dapat memberikan gambaran secara jelas adalah dengan menjabarkan
Teknik Mesin - ITI
20
kecepatan fluida pada tiap-tiap titik didalam ruang dan waktu. Namun demikian
kecepatan fluida saja tidak cukup untuk mendeskripsikan suatu situasi aliran
fluida, properti fluida seperti viskositas, kerapatan, tegangan geser dan tekanan
juga harus diketahui untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang suatu
aliran fluida. Pada intinya Ansys CFX melakukan kalkulasi terhadap properti
fluida tersebut dan apabila hal itu ingin dilakukan maka hubungan matematis
yang mengatur interaksi antara properti fluida dengan kecepatan aliran harus
ditentukan.
Untuk memprediksi aliran fluida pada kondisi tertentu, sebuah program
Ansys CFX harus dapat menyelesaikan persamaan yang mengatur aliran fluida.
Sehingga pemahaman tentang sifat-sifat dasar aliran yang harus dimodelkan dan
pemahaman tentang persamaan yang mengatur aliran fluida sangat penting,
Persamaan pengatur (Governing Equations) ini dibangun dari suatu model
aliran fluida berdasarkan hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan
momentum (persamaan Navier-Stokes). Apabila properti lain seperti suhu juga
ingin diketahui maka persamaan pengatur lain yang berdasarkan hukum
kekekalan energi juga harus ditentukan. Untuk kasus-kasus tertentu seperti pada
aliran turbulen, persamaan lain yang memodeli aliran turbulen juga harus
ditentukan.
Persamaan pengatur aliran fluida adalah persamaan differensial parsial.
Komputer digital tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan
tersebut secara langsung. Oleh karena itu persamaan differensial parsial harus
diubah menjadi suatu persamaan yang mengandung operasi operasi matematik
yang lebih sederhana disebut dengan proses diskritisasi. Pada proses diskritisasi
persamaan differensial parsial harus diterjemahkan menjadi analogi numerisnya
sehingga dapat dikalkulasi oleh komputer. Secara visual, diskritisasi ditampilkan
dalam bentuk grid yang memiliki luas atau volume yang terhingga. Grid
mewakili titik-titik dalam ruang yang ditempati fluida dimana informasi
mengenai propertinya dapat ditampilkan. Ada beberapa teknik diskritisasi yang
sering digunakan dan masing-masing berdasarkan prinsip yang berbeda.
Beberapa teknik diskritisasi tersebut misalnya adalah :
Metode beda hingga (Finite Difference Method)
Teknik Mesin - ITI
21
22
abad ke-19. Solusi analitik umum dari persamaan ini tidak diketahui namun
persamaan ini dapat didiskritikan dan dipecahkan secara numeric.
Persamaan yang menggambarkan proses lain seperti pembakaran dapat
dipecahkan bersama dengan persamaan Navier Stokes. Model aproksimasi
sering digunakan untuk menurunkan persamaan ini, model turbulensi adalah
satu contohnya.
Ada beberapa jumlah metode solusi yang digunakan untuk kode CFD.
Dalam penelitian ini digunakan teknik volume hingga (finite volume). Dalam
teknik ini daerah analisis dibagi dalam beberapa sub daerah yang disebut
volume atur (control volume). Persamaan atur lalu didiskritkan dan dipecahkan
secara iterative untuk setiap volume atur. Hasilnya adalah aproksimasi dari nilai
setiap variabel pada titik tertentu dalam domain. Dengan cara ini didapatkan
gambaran penuh perilaku aliran yang diinginkan.
Kode kode Ansys CFX disusun dalam struktur suatu algoritma numerik
yang dapat menangani masalah fluida. Berikut struktur algoritma nuremik pada
Ansys CFX. (ANSYS CFX User Manual)
II.5.3. Tahapan simulasi Ansys CFX
23
24
Solusi dari masalah fluida didefinisikan pada titik didalam tiap cell. Akurasi
dari solusi CFD diatur oleh banyaknya jumlah cell dalam grid. Secara umum
semakin besar jumlah cell maka akurasi dari solusi yang dihasilkan menjadi
lebih baik. Semakin banyak jumlah grid maka biaya komputasi juga semakin
besar.
Oleh karena itu grid yang optimal memiliki mesh yang tidak seragam,
dengan mesh yang halus di area yang terjadi perubahan dari titik satu ke titik
lain dan mesh yang lebih kasar di area dengan perubahan properti relative
sedikit. Kemampuan yang juga dikembangkan adalah self adaptive meshing
yaitu kemampuan memperhalus grid di daerah dengan variasi properti tinggi.
(ANSYS CFX User Manual)
II.5.3.2. Solver
Terdapat beberapa teknik utama dalam mencari solusi numerik yaitu finite
difference, finite element dan spectral method. Secara garis besar metode
numerik yang menjadi dasar solver melakukan hal hal sebagai berikut :
1. Aproksimasi dari variabel aliran yang tidak diketahui dengan memakai
fungsi fungsi sederhana.
2. Diskritisasi dengan melakukan subtitusi dari aproksimasi tersebut ke
persamaan persamaan atur aliran dan dilanjutkan dengan manipulasi
matematis.
3. Solusi dari persamaan aljabar
Metode lain dikembangkan dari ketiga metode tersebut, salah satunya
metode volume hingga (finite volume). Metode ini merupakan pengembangan
metode finite difference yang memiliki formulasi khusus. Algoritma numeriknya
mengandung langkah sebagai berikut :
dari semua teknik CFD. Konservasi dari variabel aliran seperti kecepatan atau
entalpi dalam volume atur yang berhingga dapat dinyatakan sebagai
Teknik Mesin - ITI
25
karena difusi
Kode kode CFD mengandung teknik diskritisasi yang cocok untuk
Laju perubahan
dari di volume
. (u) 0
t
(2.1)
- Persamaan momentum :
U
. ( U U ) ( (U (U )T )) S M
t
(2.2)
- Persamaan energi :
htot
( Uhtot ) (T ) S E
t
t
(2.3)
htot di definisikan sebagai specifik total enthalphy. Untuk kasus umum dari
properti variabel dan aliran kompresibel dapat dinyatakan dalam specific static
enthalpy h :
htot
1 2
U
2
(2.4)
Dimana
26
htot h ( p, T )
(2.5)
htot
( Uhtot ) (T ) ( U U T U U ) S E
t
t
3
(2.6)
Dari 5 persamaan diatas dapat diketahui bahwa ada 7 variabel yang tidak
diketahui yaitu u, v, v, w, P, T, , h. Namun satu set persamaan diatas dapat
dilengkapi dengan 2 persamaan aljabar dengan tekanan dan temperatur.
Persamaan lain adalah Constitutive Equation yang menghubungkan enthalpy
dengan temperatur dan tekanan.
Apabila kontribusi energi terhadap energi total dapat diabaikan maka persamaan
energi dapat disederhanakan menjadi Thermal Energi Equation :
htot
( Uhtot ) (T ) S E (2.7)
t
II.5.3.2.1. Equation of State.
Solver di Ansys CFX menghitung tekanan dan enthalpy static. Untuk
mencari massa jenis kita harus memilih thermal equation of state dan untuk
mencari temperatur kita harus memilih hubungan konstitutif. Pemilihan kedua
hubungan ini tidak harus independen dan merupakan pilihan memodelkan.
Thermal equation of state digambarkan sebagai fungsi temperatur dan tekanan
( p, T )
cp
(2.8)
c p c p ( p, T )
(2.9)
Untuk gas ideal, massa jenis dinyatakan dengan Hukum Gas Ideal dan dalam
kasus ini cp dapat menjadi fungsi temperatur saja.
c p c p (T )
(2.10)
Teknik Mesin - ITI
27
Untuk gas ideal, hubungan variabelnya dapat dinyatakan oleh hukum gas ideal.
w ( p pref
(2.11)
R 0T
Dimana w adalah massa molecular dari gas dan R0 adalah konstanta gas
universal.
t (U )
D t S E
Sct
(2.12)
adalah massa jenis
S
D
t
28
dari cell cell tersebut membentuk satu kesatuan dalam domain yang disebut
mesh atau grid karena gabungan dari elemen elemn tersebut seperti jala.
Terdapat beberapa masalah konseptual yang harus diselesaikan dalam
memilih sistem grid generation untuk masalah tertentu.
Domain terbuka maupun tertutup
Topologi domain (tipe C, H, O maupun kombinasinya)
Single atau multiple block
Structured atau unstructured
2D atau 3D
II.6.1. Metode Grid Generation :
Dibawah ini adalah beberapa metode yang digunakan dalam grid
generation :
Metode Aljabar
Metode ini didasarkan pada persamaan transformasi koordinat pada
domain fisik. Dalam bentuk paling sederhana adalah transformasi
Lagrange dan Hermite. Beberapa metode juga berdasarkan skema
interpolasi
dalam
multi
dimensi.
Interpolasi
transfinite
dan
Metode Eliptic
Metode ini didasarkan pada solusi dari persamaan parsial
differensial
eliptik
dengan
beberapa
kondisi untuk
membuat
pengumpulan titik (point bunching). Solusi dari sistem ini dengan cara
iteratif seperti misalnya dengan metode Successive Over Relaxation
(SOR). Metode ini dapat menghasilkan grid yang sangat halus dan
dapat digunakan untuk menghilangkan diskontinuitas pada sistem
interpolasi transfinite.
Metode Hiperbolik
29
Grid Adaptif
Semua metode diatas menjelaskan tentang pengetahuan empiris dari
bentuk dari solusi persamaan differensial parsial. Pengetahuan tentang
hal ini memaksa kita membuat banyak titik di daerah dengan gradient
yang tinggi suatu variabel seperti pada kondisi batas. Solusi yang lebih
baik bisa didapatkan bila grid tebakan pertama dapat diadaptasi di
skema numeric time marching untuk mengikuti evolusi dari gradient
variabel tersebut.
Metode lain
Untuk beberapa masalah dengan kesulitan khusus, ilmuan telah
mengembangkan metode hybrid yang mencakup zona tak terstruktur
dan zona terstruktur. Skema hybrid mengambil keuntungan dari kedua
metode terstruktur dan tak terstruktur dengan menerapkan grid
terstruktur yang menempel koordinat bodi dan grid tak struktur dibatas
Teknik Mesin - ITI
30
31
Ket :
I)
I
II
III
2 S i j Si j
IV
(2.14)
C1
2
2 S i j S i j C2
k
k
IV
(2.15)
Ket :
I ) Tingkat perubahan k
II ) Transportasi k atau konveksi
III ) Transportasi k atau difusi
IV ) Tingkat produksi k atau
Teknik Mesin - ITI
32
aliran bebas dan kurang sensitif terhadap nilai-nilai yang dipilih untuk data
aliran turbulensi bebas, itu berarti bahwa model ini dapat memodelkan aliran
bebas mengalir ke tingkat yang cukup. Di sisi lain model ini tidak memiliki
akurasi dekat daerah dinding serta inlet. Di daerah tersebut model lain harus
digunakan seperti k-. (ANSYS CFX User Manual)
a1k
Max (a1 , SF2 )
(2.16)
k
Uj
Pk * k
( kT
t
x j
x j
x j
(2.17)
33
dan persamaan :
Uj
S 2 2
( T )
t
x j
x j
x j
(2.18)