You are on page 1of 28

6

II.2. Prinsip Kerja Turbin Gas


Berdasarkan kondisi awal dan akhir dari fluida kerja yang digunakan, maka
prinsip kerja turbin gas dapat diklasifikasikan menjadi dua siklus, yaitu : siklus
terbuka dan siklus tertutup. Penggolongan kedua siklus ini juga dapat
membedakan jenis proses pembakaran dan jumlah komponennya. (Mattingly,
1976)
II.2.1 Turbin Gas Siklus Terbuka (Open Cycle Gas Turbine)

Gambar 2.2. Skema Siklus Terbuka


(Mattingly, 1976)

Turbin gas dengan siklus terbuka memanfaatkan udara atmosfer sebagai


fluida kerja dan dibuang kembali ke atmosfer tanpa resirkulasi setelah
mengalami proses ekspansi dalam turbin. Udara pada kondisi ambient dihisap
ke dalam kompresor dimana temperatur dan tekanannya akan meningkat. Udara
bertekanan tinggi ini selanjutnya di campurkan dengan bahan bakar yang telah
di injeksikan didalam ruang bakar hingga campuran tersebut terbakar dan
menghasilkan gas bertemperatur tinggi. Proses pembakaran yang terjadi di
dalam ruang bakar dapat di lakukan pada dua kondisi baik volume tetap maupun
tekanan tetap. Hasil pembakaran yang terjadi diruang bakar di alirkan masuk ke
Teknik Mesin - ITI

dalam turbin, dan berekspansi hingga tekanan sedikit diatas atmosfer sekaligus
mengkonversi kalor gas panas tersebut menjadi daya mekanis. Gas buang
kemudian keluar dan dibuang ke atmosfer. Sebagian besar daya mekanis yang
dihasilkan digunakan untuk menggerakan kompresor, dan sisanya merupakan
daya output untuk menggerakan mesin mesin yang lainnya. Turbin gas yang
beroperasi dengan siklus ini disebut turbin gas siklus terbuka.
Pada sistem pembakaran dengan tekanan tetap, bahan bakar dibakar didalam
aliran udara bertekanan. Aliran di pertahankan sedemikian mungkin sehingga
tidak terjadi kenaikan tekanan didalam ruang bakar. Jadi, pemasukan kalor
berlangsung secara terus menerus. (Mattingly, 1976)
II.2.2. Turbin Gas Siklus Tertutup (Closed Cycle Gas Turbine)
Turbin gas dengan siklus tertutup memanfaatkan fluida kerja yang
senantiasa disirkulasi dalam sistem tanpa adanya pemasukan dan pembuangan
fluida dari dan ke kondisi atmosfer. Proses kompresi dan proses ekspansi yang
terjadi tetap sama dengan siklus terbuka, namun proses pembakaran diganti
dengan proses penambahan kalor dari sumber kalor eksternal yang terpisah dan
pembuangan kalor diganti dengan proses pembuangan dengan tekanan konstan
di dalam pesawat pendingin. Dasar pemikiran penggunaan siklus tertutup ini
adalah jenis bahan bakar yang diperlukan lebih fleksibel dan jenis fluida kerja
yang dimanfaatkan dapat dipilih dengan karakteristik terhadap panas yang lebih
baik selain udara, misalnya gas helium. Pada proses siklus terbuka, bahan bakar
terbakar dan keluar bersama sama dengan udara, berbentuk sebagai hasil gas
pembakaran. Akibat dari ketidak murnian bahan bakar dapat menyebabkan
korosi atau kerusakan pada sudu turbin. Untuk turbin gas dengan siklus tertutup,
permasalahan pembakaran diatas tidak menjadi persoalan karena bahan bakar
tidak ikut di dalam fluida kerja. Namun, siklus tertutup memerlukan
penambahan beberapa komponen yang diperlukan untuk memanaskan dan
mendinginkan fluida kerja (heat exchanger). (Mattingly, 1976)

Teknik Mesin - ITI

Gambar 2.3. Skema Siklus Tertutup


(Mattingly,1976)

II.3. Komponen Utama Turbin Gas


II.3.1. Kompresor
Fungsi utama dari kompresor pada turbin gas adalah untuk membuat fluida
kerja memiliki karakteristik yang dibutuhkan dalam proses pembakaran
(tekanan dan temperatur yang tinggi), yaitu dengan cara kompresi. Berdasarkan
aliran fluida yang masuk dan keluar, maka kompresor dapat diklasifikasikan
menjadi dua tipe yaitu : kompresor aliran aksial dan kompresor sentrifugal.
(Cranfield, 2013)
II.3.1.1. Kompresor Aliran Aksial
Aksial fluida yang masuk melalui kompresor jenis ini adalah searah dengan
poros kompresor dan keluar tetap dalam arah yang sejajar pula. Kompresor
terdiri atas sudu jalan (rotor) dan sudu tetap (stator). Sudu jalan berfungsi untuk
menaikan kecepatan fluida yang sedangkan sudu tetap mengkonversi energi
kinetik menjadi tekanan. Biasanya satu unit kompresor memiliki beberapa
tingkat dimana 1 tingkat terdiri dari 1 sudu jalan 1 sudu tetap, sehingga tekanan
yang dihasilkan sangat tinggi. Hal hal penting pada kompresor aliran aksial
antara lain:

Luas bidang frontal pada kompresor aksial kecil.


Teknik Mesin - ITI

Rasio kompresi (Rk) dapat mencapai 8 atau lebih.


Laju aliran massa udara jauh lebih besar dibandingkan laju aliran massa

udara pada kompresor sentrifugal.


Efisiensi kompresor aksial lebih tinggi dibandingkan kompresor sentrifugal,
karena Rk kompresor aksial lebih tinggi. (Cranfield, 2013)

Gambar 2.4. Kompresor Aksial


(Cranfield, 2013)

II.3.1.2. Kompresor Sentrifugal


Kompresor sentrifugal lebih murah dan dapat menghasilkan rasio
kompresi yang lebih tinggi untuk tiap tingkatnya (4 : 1 atau lebih) dibandingkan
kompresor aliran aksial. Diameter kompresor sentrifugal lebih besar dari pada
kompresor aksial untuk kapasitas yang sama, oleh karenanya kompresor ini
tidak sesuai untuk mesin penggerak pesawat. Efisiensi kompresor sentrifugal
satu tingkat dengan rasio tekanan antara 4/4,5 adalah sekitar 0,75 sampai 8,
kompresor ini terdiri dari impeller, diffuser dan casing (rumah kompresor).
Udara masuk menimpa impeller dan mengalir keluar disebabkan oleh gaya
sentrifugal rotasi. Oleh karena itu disebut kompresor sentrifugal. Fungsi dan
casing adalah untuk mereduksi kecepatan keluaran udara dari impeller dan
mengubah energi kinetik udara menjadi energi tekanan statis (energi potensial).
Daerah penurunan tekanan pada casing disebut sebagai diffuser dan bagian ini
memainkan peranan yang sangat penting dalam kapasitas pembangkitan tekanan
pada kompresor. (Cranfield, 2013)

Teknik Mesin - ITI

10

Gambar 2.5. Kompresor sentrifugal


(Nasa, 2008)

Hal hal penting dalam kompresor sentrifugal, antara lain :

Luas bidang frontal besar


Pada satu tingkat, rasio kompresi (Rk) dapat mencapai sekitar 4 : 1
Laju aliran massa udara kecil
Mempunyai efisisensi yang lebih rendah dari kompresor aksial

II.3.2. Turbin
Dilihat dari arah aliran fluida kerjanya, maka turbin dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu turbin sentrifugal dan turbin aksial. Turbin sentrifugal
cocok bila berpasangan dengan kompresor sentrifugal, karena dapat
memberikan sistem yang kompak dengan poros pendek. Akan tetapi turbin ini
tidak cocok beroperasi pada laju aliran massa yang besar. Untuk sistem turbin
gas yang mengalirkan fluida kerja dengan jumlah yang cukup besar lebih cocok
digunakan untuk menggerakan turbin aksial. (Wikimedia.com, 2012)

Teknik Mesin - ITI

11

Gambar 2.6. Power Turbine


(Wikimedia.com, 2012)

II.3.3. Ruang Bakar (Combustion Chamber)


Fungsi utama ruang bakar pada turbin gas adalah untuk meningkatkan
temperatur dari gas bertekanan tinggi. Ruang bakar harus dapat membakar
secara sempurna bahan bakar yang di injeksikan dan temperatur gas panas yang
dihasilkan diusahakan setinggi mungkin. Namun karakteristik terakhir tersebut
dibatasi atau harus disesuaikan dengan kemampuan material sudu turbin.
Distribusi temperatur pada outlet ruang bakar harus seragam untuk
mendapatkan unjuk kerja (performance) turbin yang baik. Kecepatan udara
didalam ruang bakar berada pada range antara 60 sampai 100 meter/detik.
Rasio berat udara bahan bakar bervariasi antara 50 : 1 sampai 200 : 1,
tergantung pada beban dan temperatur maksimum dari siklus.
Hal hal berikut ini adalah syarat syarat bagi ruang bakar yang efisien :
1. Efisiensi pembakaran harus tinggi
2. Kerugian tekanan pada sistem pembakaran harus sekecil mungkin
3. Derajat keseragaman yang tinggi dari campuran hasil pembakaran dan udara
untuk mendapatkan temperatur gas yang seragam pada keluaran.
Teknik Mesin - ITI

12

4. Kenyamanan operasi proses pembakaran untuk setiap rasio bahan bakar udara
(dengan stabilitas dan efisiensi yang tinggi).
5. Deposit karbon harus seminimal mungkin.
6. Pembakaran yang stabil pada kecepatan aliran udara yang tinggi.
Ruang bakar turbin gas tersusun atas beberapa komponen yang penting
untuk diketahui, berikut adalah komponen-komponen tersebut:

Gambar 2.7. Skema Bagian-bagian Combustor


(Artikel Teknologi.com 2014)

Casing. Casing ruang bakar pada turbin gas berfungsi utama sebagai
dinding yang membatasi proses bertekanan tinggi yang ada di dalam ruang
bakar, dengan udara yang bertekanan atmosfer. Casing ini tidak terlalu
terekspos dengan temperatur tinggi karena di sisi dalamnya merupakan
tempat udara mengalir sebelum masuk ke dalam ruang bakar yang
sebenarnya.

Difuser. Difuser ini dilewati oleh udara kompresi sesaat sebelum masuk ke
ruang bakar. Tujuan dari adanya difuser ini adalah untuk menurunkan
kecepatan aliran udara, dan meningkatkan lagi tekanan kerja. Sehingga
nantinya proses pembakaran terjadi dengan kecepatan yang optimal.

Teknik Mesin - ITI

13

Dome/Swirler. Swirler menjadi tempat masuknya udara primer ke dalam


ruang bakar. Komponen ini didesain khusus sehingga dapat menciptakan
aliran turbulen pada saat udara primer masuk ke dalam dome.

Injektor Bahan Bakar. Injektor menjadi tempat masuknya bahan bakar ke


dalam ruang bakar. Bersama-sama dengan swirler, injektor bertugas
menciptakan kondisi sehingga terjadi pencampuran yang tepat antara udara
dengan bahan bakar.

Igniter. Komponen ini sama seperti busi pada mesin mobil atau sepeda
motor. Igniter berfungsi sebagai pemantik api sehingga proses pembakaran
dapat terjadi. Igniter ini menggunakan arus listrik untuk menciptakan
percikan api. Dan biasanya hanya digunakan pada proses awal penyalaan
turbin gas, jika api di dalam ruang bakar sudah menyala, maka igniter akan
otomatis mati.
Liner. Liner inilah yang menjadi dinding sebenarnya dari proses

pembakaran. Pada dinding liner ini terdapat lubang-lubang yang berfungsi


untuk mengatur. (Artikel Teknologi.com, 2014)
Berdasarkan desainnya, ruang bakar dapat diklasifikasikan menjadi 3 (Tiga)
jenis, yaitu :

II.3.3.1. Can Chamber


Jenis can terdiri dari ruang bakar yang tersusun secara individu berbentuk
tabung-tabung (cans), dipasang melingkar sekeliling poros engine yang masingmasing menerima udara melalui shroud berbentuk silindris yang ada pada
masing-masing can. Salah satu kerugian pemakaian ruang bakar jenis can
adalah pemakaian ruang yang relatif lebih besar dalam bentuk diameter engine
yang lebih besar. Keuntungannya antara lain mudah dalam pemeliharaan, karena
mudah dilepas secara individu untuk kepentingan pemeriksaan. Disamping itu
semburan campuran bahan bakar dan fuel mudah diatur dibanding dengan jenis
annular kerugiannya adalah:
Teknik Mesin - ITI

14

Hilangnya tekanan (pressure loss) lebih besar.


Perlu bagian penghubung antar penyala
Ruang bakar akan panjang, karena ada bagian ruang yang kosong sehingga
poros akan menjadi lebih panjang

Gambar 2.8. Can Chamber


(Treager,1980)

II.3.3.2. Can-annular Chamber


Pada Can-annular, sejumlah ruang bakar yang berbentuk silinder disusun
dalam sebuah casing annular. Masalah yang paling utama dihadapi pada sistem
tuboannular chamber ini adalah tidak konsistennya aliran udara yang mengalir
dan juga untuk mendesain diffusernya sangat susah. Ruang bakar jenis ini
memiliki keuntungan dan kerugian dengan jenis tubular chamber multican dan
annular chamber. (Richard T.C, 1981)

Gambar 2.9. Can-annular Chamber


(Richard.T.C 1981)

II.3.3.3. Annular Chamber


Teknik Mesin - ITI

15

Pada annular chamber, ruang bakarnya berbentuk annular yang ujungnya


konsentris didalam casing annular. Bentuk ruang bakar ini lebih aerodianamis
dan pressure loss-nya lebih rendah dibandingkan dengan ruang bakar jenis
lainnya. (Richard T.C, 1981)

Gambar 2.10. Annular Chamber


(Richard.T.C, 1981)

II.4. Teori Dasar Ruang Pembakaran (Combustion Chamber)


Udara terkompresi yang masuk ke combustor terbagi menjadi empat
bagian, udara primer (primary air), udara sekunder (secondary air), udara
tersier, dan udara pendingin. Udara primer masuk melalui swirler, menciptakan
aliran turbulen sehingga pencampuran udara dengan bahan bakar menjadi
optimal. Pada proses ini udara primer juga berfungsi untuk mengevaporasi
bahan bakar, karena selain udara primer ini bertekanan dan juga memiliki
temperatur yang tinggi karena proses kompresi sebelumnya, masuknya udara
sekunder dan tersier ke dalam ruang bakar. Campuran udara dan bahan bakar
kemudian terbakar dan menuju ke zona pembakaran. Di zona pembakaran ini
udara sekunder masuk ke dalam liner dan jumlah oksigen yang masuk
menyempurnakan proses pembakaran. Secara ideal, udara sekunder ini bertugas
mengirim oksigen ke ruang bakar untuk bereaksi dengan bahan bakar, sehingga
tidak ada bahan bakar sedikitpun yang belum terbakar pada saat udara panas
keluar dari combustion chamber.
Udara tersier, atau juga biasa disebut dengan dilution air, masuk ke dalam
ruang bakar pada sisi akhir ruang tersebut. Udara ini berfungsi untuk menyerap
Teknik Mesin - ITI

16

secara lebih merata keseluruhan energi panas yang telah dibangkitkan oleh
proses pembakaran. Penyerapan energi panas yang merata ini akan diikuti
dengan ekspansi volume udara (sebut juga pemuaian cepat) yang lebih merata.
Sehingga udara panas yang keluar dari combustion chamber memiliki
temperatur, atau sebut saja energi panas, yang merata pada semua bagian.
(Artikel Teknologi.com, 2014)

Gambar 2.11. Proses Pembakaran di dalam Combustor


(Artikel Teknologi.com 2014)

II.4.1. Aliran Fuida


Aliran fluida yang dikenal didalam mekanika fluida diklasifikasikan dalam
beberapa bentuk aliran antara lain :
a.

Aliran laminar terjadi apabila partikel fluida bergerak secara halus dalam
bagian-bagian berupa lapisan-lapisan sedangkan aliran turbulen adalah

b.

partikel fluida bergerak dalam bagian-bagian yang tidak teratur.


Aliran real digunakan pada fluida real dan aliran ideal terjadi pada fluida

yang tidak ada gesekan dan incompressible.


c.
Aliran compressible adalah aliran yang fluidanya mengalami perubahan
massa jenis (density), sedangkan aliran incompressible adalah aliran yang
d.

fluida-nya tidak mengalami perubahan massa jenis.


Aliran steady, jika aliran fluida yang terjadi tidak mengalami perubahan
kecepatan. Sedangkan aliran unsteady yaitu jika aliran fluida mengalami
perubahan kecepatan.
Teknik Mesin - ITI

17

e.

Aliran seragam (uniform) jika pada setiap titik aliran memiliki vector
kecepatan (besar dan arah) yang sama, sedangkan aliran tak seragam (non-

f.

uniform) jika vektor kecepatan pada setiap titik tidak sama.


Aliran rotational terjadi jika partikel fluida dengan suatu daerah yang
memiliki rotasi, dan aliran irrotational jika fluida dengan suatu daerah tidak
mempunyai rotasi. (Treager, 1980)

Gambar 2.12. Aliran fluida yang terjadi pada Combustion Chamber.


(Treager 1980)

II.4.2. Difusi Dalam Pembakaran


Keberhasilan suatu pembakaran ditunjukan dalam perhitungan sesuai
dengan aspek termodinamika pembakaran dan dipengaruhi langsung oleh
bagaimana proses pembakaran tersebut berlangsung. Fenomena nyata (flame)
dan penjalaran nyala (flame propagation) merupakan aspek penting didalamnya.
Dalam menentukan kualitas nyala, digunan satu parameter berupa kecepatan
nyala (buming velocity).
Faktor utama yang mempengaruhi penjalaran nyala adalah :
a. Difusi radikal aktif atau chain carriers dari daerah reaksi menuju kedalam
gas yang tak terbakar (unburned gas).
b. Laju aliran perpindahan kalor dari daerah reaksi kedaerah pemanasan yang
berdekatan.
Teori ini didasarkan pada keadaan bahwa adanya gradient konsentrasi yang
tinggi dalam daerah reaksi (mixing chamber) dan tingginya difusifitas dari
Teknik Mesin - ITI

18

atom-atom hidrogen atau radikal hidroksil, sehingga disini efek difusi lebih
dipertimbangkan dalam beberapa kepentingan. Dan juga, karena kecilnya energi
aktivasi pada beberapa reaksi kimia yang terjadi, yang ini menyebabkan laju
reaksi tidak begitu tergantung pada suhu dan efek difusi akan mendominasi efek
termal dalam perpindahan energi dan permulaan reaksi pada ketebalan daerah
sebelum pemanasan.
Menurut Gaydon dan Wolfhard : lebar suatu daerah reaksi untuk beberapa
nyala hidrokarbon udara dan oksigen, secara kasar adalah sama dengan batas
difusi atom-atom hidrogen dari muka nyala sampai dengan gas tak terbakar.
Sehingga secara sederhana, kecepatan difusi atau difusitas dapat digunakan
sebagai parameter dalam pengukuran laju penjalaran nyala laminar.
Selain dalam penjalaran nyala laminar, kecepatan difusi spesies dalam suatu
campuran juga akan mempengaruhi kecepatan pembakaran yang berkaitan
dengan konstanta laju reaksi, pembakaran turbulen, maupun dalam stabilitas
nyala. (Sofiandi, 2001)
II.5. Computational Fluid Dinamic (CFD)
Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah tools berbasis komputer
untuk mensimulasikan perilaku suatu sistem yang melibatkan aliran fluida,
perpindahan panas dan proses fisik lainnya. Cara kerjanya dengan memecahkan
persamaan persamaan aliran fluida (dalam bentuk tertentu) meliputi suatu
daerah yang dinginkan dengan kondisi pada batas - batas daerah tersebut adalah
spesifik dan diketahui. (Sofiandi, 2001)
II.5.1. Ansys CFX
ANSYS, Inc adalah perusahaan software simulasi rekayasa yang didirikan
oleh insinyur John Swanson. Perusahaan ini mengembangkan tujuan umum
analisis elemen hingga dan perangkat lunak dinamika fluida komputasional.
Sementara Ansys telah mengembangkan berbagai dibantu komputer produk
rekayasa (CAE), produk yang paling dikenal karena produk-produk Ansys yaitu
Multiphysics Mekanikal. Ansys Mekanikal dan software Ansys Multiphysics
adalah alat analisis non ekspor menggabungkan pra-pengolahan (penciptaan
Teknik Mesin - ITI

19

geometri, meshing), pemecah dan pengolahan pasca modul dalam antar muka
pengguna grafis. Ini adalah tujuan umum paket pemodelan elemen hingga untuk
menyelesaikan masalah numerik mekanis, termasuk statis / dinamis analisis
struktur (baik linear dan non-linier), perpindahan panas dan masalah cairan,
serta masalah akustik dan elektro-magnetik. Teknologi Ansys menggabungkan
kedua struktural dan bahan non-linearities, dengan pemanfaatan komputer untuk
menghasilkan informasi tentang bagaimana fluida mengalir pada kondisi
tertentu. Ansys CFX dibuat untuk membuat prediksi aliran fluida dialam suatu
sistem tertentu pada suatu kondisi tertentu pada suatu kondisi yang ditentukan.
Dengan menggunakan Ansys CFX, prediksi aliran fluida diberbagai sistem
dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah dan waktu yang relatif lebih
cepat dibandingkan dengan metode eksperimen. Hasil prediksi aliran fluida
Ansys CFX juga lebih lengkap dibandingkan metode eksperimen yang banyak
terbentur

masalah ketersediaan, presisi, akurasi alat ukur, dan metode

pengukuran.
Ansys CFX mencakup berbagai disiplin ilmu termasuk matematika, ilmu
komputer, fisika dan teknik. Untuk membuat simulasi dengan Ansys CFX
dibutuhkan suatu pemahaman tentang bagaimana fluida bergerak. Karena
kompleksnya permasalahan aliran fluida maka untuk memahami pergerakan
fluida terlebih dahulu harus memahami sifat dan aliran fluida tersebut. Di dalam
literatur mekanika fluida umumnya aliran fluida dikategorikan sebagai berikut :
Aliran viskos dan inviscid
Aliran mampu mampat dan tak mampu mampat
Aliran laminar dan turbulen
Selain kategori tersebut beberapa kondisi khusus seperti aliran dalam pipa
pompa dan turbin juga menjadi perhatian didalam pembuatan Ansys CFX.
Pengklasifikasian aliran fluida ini menjadi sangat penting dan menjadi
dasar untuk memahami pergerakan fluida sebagai upaya untuk membuat sebuah
prediksi aliran fluida dengan menggunakan komputer. Sehingga sangat mungkin
apabila hasil simulasi aliran fluida dengan menggunakan Ansys CFX tidak
sesuai dengan kenyataan.
Aliran fluida dapat dideskripsikan dengan banyak cara. Salah satu cara
yang dapat memberikan gambaran secara jelas adalah dengan menjabarkan
Teknik Mesin - ITI

20

kecepatan fluida pada tiap-tiap titik didalam ruang dan waktu. Namun demikian
kecepatan fluida saja tidak cukup untuk mendeskripsikan suatu situasi aliran
fluida, properti fluida seperti viskositas, kerapatan, tegangan geser dan tekanan
juga harus diketahui untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang suatu
aliran fluida. Pada intinya Ansys CFX melakukan kalkulasi terhadap properti
fluida tersebut dan apabila hal itu ingin dilakukan maka hubungan matematis
yang mengatur interaksi antara properti fluida dengan kecepatan aliran harus
ditentukan.
Untuk memprediksi aliran fluida pada kondisi tertentu, sebuah program
Ansys CFX harus dapat menyelesaikan persamaan yang mengatur aliran fluida.
Sehingga pemahaman tentang sifat-sifat dasar aliran yang harus dimodelkan dan
pemahaman tentang persamaan yang mengatur aliran fluida sangat penting,
Persamaan pengatur (Governing Equations) ini dibangun dari suatu model
aliran fluida berdasarkan hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan
momentum (persamaan Navier-Stokes). Apabila properti lain seperti suhu juga
ingin diketahui maka persamaan pengatur lain yang berdasarkan hukum
kekekalan energi juga harus ditentukan. Untuk kasus-kasus tertentu seperti pada
aliran turbulen, persamaan lain yang memodeli aliran turbulen juga harus
ditentukan.
Persamaan pengatur aliran fluida adalah persamaan differensial parsial.
Komputer digital tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan
tersebut secara langsung. Oleh karena itu persamaan differensial parsial harus
diubah menjadi suatu persamaan yang mengandung operasi operasi matematik
yang lebih sederhana disebut dengan proses diskritisasi. Pada proses diskritisasi
persamaan differensial parsial harus diterjemahkan menjadi analogi numerisnya
sehingga dapat dikalkulasi oleh komputer. Secara visual, diskritisasi ditampilkan
dalam bentuk grid yang memiliki luas atau volume yang terhingga. Grid
mewakili titik-titik dalam ruang yang ditempati fluida dimana informasi
mengenai propertinya dapat ditampilkan. Ada beberapa teknik diskritisasi yang
sering digunakan dan masing-masing berdasarkan prinsip yang berbeda.
Beberapa teknik diskritisasi tersebut misalnya adalah :
Metode beda hingga (Finite Difference Method)
Teknik Mesin - ITI

21

Metode elemen hingga (Finite Element Method)


Metode volume hingga (Finite Volume Method)
Umumnya persamaan diskrit yang dihasilkan dari persamaan differensial
adalah dalam bentuk persamaan implicit. Pada persamaan implicit, satu set
persamaan simultan yang terdiri dari banyak persamaan individual dihasilkan.
Dan persamaan persamaan tersebut harus diselesaikan dengan suatu cara
tertentu. Salah satu cara untuk menyelesaikannya adalah dengan menggunakan
iterasi. Proses iterasi adalah membuat sebuah tebakan terhadap nilai variabelvariabel yang terdapat pada persamaan implicit. Hasil penyelesaian sementara
dan tebakan tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat tebakan
yang lebih akurat pada proses iterasi berikutnya. Proses iterasi terus dilakukan
sampai selisih antara ruas kiri persamaan dengan ruas kanan persamaan (atau
biasa disebut dengan residual error) mendekati nilai nol dan bila itu terjadi
maka proses iterasi tersebut dikatakan telah konvergen. Suatu nilai selisih yang
ditentukan untuk menghentikan proses iterasi tersebut dengan nilai kriteria
konvergensi. Setelah persamaan konvergen maka properti fluida dan aliran yang
menjadi variabel pada persamaan tersebut dapat ditampilkan.
Beberapa metode iterasi yang umum digunakan misalnya adalah :
Metode Jacobi dan Gauss-Seidel
Metode Point Relaxation
Metode Line Relaxation
Ketika menyelesaikan persamaan differensial parsial, kondisi batas
(Boundary Condition) dan nilai awal yang menentukan solusi akhirnya.
Penentuan kondisi batas bagi persamaan differensial parsial tergantung kepada
persamaan itu sendiri dan cara persamaan tersebut didiskritisasi. Nilai-nilai
seperti kecepatan, tekanan dan variabel turbulensi harus ditentukan pada kondisi
batas seperti dinding. Selain itu jenis kondisi batas (wall), inlet dan outlet juga
harus ditentukan sebagai acuan untuk penyelesaian persamaan differensial
parsial. (ANSYS CFX User Manual)
II.5.2. Matematika CFD (Computational Fluid Dynamics)
Satu set persamaan yang menggambarkan proses proses momentum,
transfer massa dan transfer panas dikenal sebagai persamaan Navier Stokes.
Persamaan ini berupa persamaan parsial differensial dan diturunkan pada awal
Teknik Mesin - ITI

22

abad ke-19. Solusi analitik umum dari persamaan ini tidak diketahui namun
persamaan ini dapat didiskritikan dan dipecahkan secara numeric.
Persamaan yang menggambarkan proses lain seperti pembakaran dapat
dipecahkan bersama dengan persamaan Navier Stokes. Model aproksimasi
sering digunakan untuk menurunkan persamaan ini, model turbulensi adalah
satu contohnya.
Ada beberapa jumlah metode solusi yang digunakan untuk kode CFD.
Dalam penelitian ini digunakan teknik volume hingga (finite volume). Dalam
teknik ini daerah analisis dibagi dalam beberapa sub daerah yang disebut
volume atur (control volume). Persamaan atur lalu didiskritkan dan dipecahkan
secara iterative untuk setiap volume atur. Hasilnya adalah aproksimasi dari nilai
setiap variabel pada titik tertentu dalam domain. Dengan cara ini didapatkan
gambaran penuh perilaku aliran yang diinginkan.
Kode kode Ansys CFX disusun dalam struktur suatu algoritma numerik
yang dapat menangani masalah fluida. Berikut struktur algoritma nuremik pada
Ansys CFX. (ANSYS CFX User Manual)
II.5.3. Tahapan simulasi Ansys CFX

Teknik Mesin - ITI

23

Gambar 2.13. Struktur Ansys CFX


(www.ansys.com 2011)

Ada 3 tahap utama dalam melakukan simulasi Ansys CFX yaitu :


Pre Processor
Solver
Post Processor
II.5.3.1. Pre Processor
Pre Processor mengandung input masalah fluida. Beberapa proses yang
masuk dalam bagian ini adalah :
Pendefinisian dari geometri derah kajian dan domain komputasi
Grid generation yaitu pembagian domain ke domain yang lebih kecil

yaitu grid atau mesh dari elemen elemen kecil (cells)


Pemilihan fenomena fisik dan kimia dari masalah yang dimodelkan
Pendefinisian properti fluida
Spesifikasi kondisi batas yang sesuai pada cell yang bersinggungan
dengan batas domain.
Teknik Mesin - ITI

24

Solusi dari masalah fluida didefinisikan pada titik didalam tiap cell. Akurasi
dari solusi CFD diatur oleh banyaknya jumlah cell dalam grid. Secara umum
semakin besar jumlah cell maka akurasi dari solusi yang dihasilkan menjadi
lebih baik. Semakin banyak jumlah grid maka biaya komputasi juga semakin
besar.
Oleh karena itu grid yang optimal memiliki mesh yang tidak seragam,
dengan mesh yang halus di area yang terjadi perubahan dari titik satu ke titik
lain dan mesh yang lebih kasar di area dengan perubahan properti relative
sedikit. Kemampuan yang juga dikembangkan adalah self adaptive meshing
yaitu kemampuan memperhalus grid di daerah dengan variasi properti tinggi.
(ANSYS CFX User Manual)
II.5.3.2. Solver
Terdapat beberapa teknik utama dalam mencari solusi numerik yaitu finite
difference, finite element dan spectral method. Secara garis besar metode
numerik yang menjadi dasar solver melakukan hal hal sebagai berikut :
1. Aproksimasi dari variabel aliran yang tidak diketahui dengan memakai
fungsi fungsi sederhana.
2. Diskritisasi dengan melakukan subtitusi dari aproksimasi tersebut ke
persamaan persamaan atur aliran dan dilanjutkan dengan manipulasi
matematis.
3. Solusi dari persamaan aljabar
Metode lain dikembangkan dari ketiga metode tersebut, salah satunya
metode volume hingga (finite volume). Metode ini merupakan pengembangan
metode finite difference yang memiliki formulasi khusus. Algoritma numeriknya
mengandung langkah sebagai berikut :

Integrasi dari persamaan persamaan atur dari fluida sepanjang semua

volume atur dari domain


Diskritisasi yang melibatkan subtitusi dari berbagai macam aproksimasi
finite difference ke persamaan yang diintegrasikan sehingga persamaan

integral diubah menjadi persamaan aljabar.


Solusi dari persamaan aljabar dengan metode iterative
Langkah pertama yaitu peintegrasian volume atur membedakan metode ini

dari semua teknik CFD. Konservasi dari variabel aliran seperti kecepatan atau
entalpi dalam volume atur yang berhingga dapat dinyatakan sebagai
Teknik Mesin - ITI

25

keseimbangan antara beramacam macam proses yang menambah maupun


menguranginya.
Secara lebih jelas dapat dinyatakan :

Fluks netto dari


Fluks netto dari
Laju pembentukan
ke dalam volume atur
ke dalam volume atur di dalam volume atur

atur sepanjang waktu karena konveksi


atur

karena difusi
Kode kode CFD mengandung teknik diskritisasi yang cocok untuk
Laju perubahan
dari di volume

menangani fenomena key transport, konveksi (transport karena aliran fluida),


(terjadinya dan hilangnya ) dan laju perubahan terhadap waktu.
Terdapat satu set persamaan yang dipecahkan oleh Ansys CFX yaitu
persamaan usnteady Navier Stokes dalam bentuk konservasi yaitu :
- Berikut ini persamaan kontinuitas :

. (u) 0
t

(2.1)

- Persamaan momentum :

U
. ( U U ) ( (U (U )T )) S M
t

(2.2)

- Persamaan energi :

htot

( Uhtot ) (T ) S E
t
t

(2.3)

htot di definisikan sebagai specifik total enthalphy. Untuk kasus umum dari
properti variabel dan aliran kompresibel dapat dinyatakan dalam specific static
enthalpy h :

htot

1 2
U
2

(2.4)

Dimana

Teknik Mesin - ITI

26

htot h ( p, T )

(2.5)

Bila kerja viscous tidak dapat diabaikan maka persamaan ditambahkan di


sisi kanan persamaan energi diatas sehingga memperhitungkan efek dari viscous
shear. Persamaan energi menjadi :

htot

( Uhtot ) (T ) ( U U T U U ) S E
t
t
3

(2.6)

Dari 5 persamaan diatas dapat diketahui bahwa ada 7 variabel yang tidak
diketahui yaitu u, v, v, w, P, T, , h. Namun satu set persamaan diatas dapat
dilengkapi dengan 2 persamaan aljabar dengan tekanan dan temperatur.
Persamaan lain adalah Constitutive Equation yang menghubungkan enthalpy
dengan temperatur dan tekanan.
Apabila kontribusi energi terhadap energi total dapat diabaikan maka persamaan
energi dapat disederhanakan menjadi Thermal Energi Equation :

htot
( Uhtot ) (T ) S E (2.7)
t
II.5.3.2.1. Equation of State.
Solver di Ansys CFX menghitung tekanan dan enthalpy static. Untuk
mencari massa jenis kita harus memilih thermal equation of state dan untuk
mencari temperatur kita harus memilih hubungan konstitutif. Pemilihan kedua
hubungan ini tidak harus independen dan merupakan pilihan memodelkan.
Thermal equation of state digambarkan sebagai fungsi temperatur dan tekanan

( p, T )

Spesific heat capacity


tekanan

cp

(2.8)

dinyatakan sebagai fungsi persamaan temperatur dan

c p c p ( p, T )

(2.9)

Untuk gas ideal, massa jenis dinyatakan dengan Hukum Gas Ideal dan dalam
kasus ini cp dapat menjadi fungsi temperatur saja.

c p c p (T )

(2.10)
Teknik Mesin - ITI

27

Untuk gas ideal, hubungan variabelnya dapat dinyatakan oleh hukum gas ideal.

w ( p pref

(2.11)

R 0T

Dimana w adalah massa molecular dari gas dan R0 adalah konstanta gas
universal.

II.5.3.2.2. Persamaan Transport


Selain itu ada beberapa persamaan untuk variabel tambahan seperti
persamaan Transport.
Bentuk umum persamaan Transport untuk variabel tambahan (non reacting
scalar) dengan adanya turbulensi adalah :

t (U )


D t S E
Sct

(2.12)
adalah massa jenis

S
D
t

adalah kuantitas per unit volume (konsentrasi)


adalah kuantitas per unit massa
adalah volumetric source yaitu kuantitas per unit volume per unit waktu
adalah kinematic diffusivity
adalah viskositas turbulensi dengan Sct bilangan turbulensi Schmidt.

II.5.3.3. Post Processor


Bagian ini mengandung kemampuan grafis yang dibutuhkan untuk
menampilkan hasil termasuk kemampuan visual yang lain seperti animasi. Hal
lain yang juga termasuk adalah display grid dan domain geometri, plot vector,
plot contour, plot permukaan 2D dan 3D, particle tracking dan lain sebagainya.
(ANSYS CFX User Manual)
II.6. Grid Generation
Grid generation adalah aspek penting dalam semua metode numerik yang
menggunakan finite difference, finite volume dan finite elements dalam rangka
mendapatkan solusi dari persamaan differensial parsial.
Caranya dengan membagi domain aliran ke dalam elemen elemen kecil
(segitiga, polygon 2D, tethahedral, quadrilateral) yang disebut cell. Gabungan
Teknik Mesin - ITI

28

dari cell cell tersebut membentuk satu kesatuan dalam domain yang disebut
mesh atau grid karena gabungan dari elemen elemn tersebut seperti jala.
Terdapat beberapa masalah konseptual yang harus diselesaikan dalam
memilih sistem grid generation untuk masalah tertentu.
Domain terbuka maupun tertutup
Topologi domain (tipe C, H, O maupun kombinasinya)
Single atau multiple block
Structured atau unstructured
2D atau 3D
II.6.1. Metode Grid Generation :
Dibawah ini adalah beberapa metode yang digunakan dalam grid
generation :
Metode Aljabar
Metode ini didasarkan pada persamaan transformasi koordinat pada
domain fisik. Dalam bentuk paling sederhana adalah transformasi
Lagrange dan Hermite. Beberapa metode juga berdasarkan skema
interpolasi

dalam

multi

dimensi.

Interpolasi

transfinite

dan

transformasi multi surface menghasilkan grid yang bagus untuk


domain tertutup. Penggabungan metode dengan pengaturan tambahan
pada nilai batas dan elliptic smoothing akan menghasilkan sistem grid
generation yang efisien sperti yang digunakan ditugas akhir ini yaitu
ICEM CFD.

Metode Eliptic
Metode ini didasarkan pada solusi dari persamaan parsial
differensial

eliptik

dengan

beberapa

kondisi untuk

membuat

pengumpulan titik (point bunching). Solusi dari sistem ini dengan cara
iteratif seperti misalnya dengan metode Successive Over Relaxation
(SOR). Metode ini dapat menghasilkan grid yang sangat halus dan
dapat digunakan untuk menghilangkan diskontinuitas pada sistem
interpolasi transfinite.

Metode Hiperbolik

Teknik Mesin - ITI

29

Metode ini didasarkan pada solusi dari persamaan parsial


differensial dari tipe hiperbolik, dipecahkan keluar dari batas dominan.
Ide penggunaan persamaan ini sangat efektif untuk aliran eksternal
dimana batas dinding (wall) didefinisikan dengan baik (airfoil, sayapbodi) dengan kondisi di far field tidak didefinisikan. Keadaan ini juga
menghilangkan kewajiban untuk mendefinisikan distribusi titik pada
beberapa garis batas pada dominan aliran dan membuat hal ini lebih
mudah ditangani metode lain seperti mode interpolasi transfinite.

Metode tak terstruktur


Terdapat beberapa algoritma dalam menghasilkan grid tak
terstruktur. Metode Delauney triangulation merupakan metode paling
popular dibandingkan metode lain. Singkatnya grid tak terstruktur
dapat di hasilkan dengan lebih cepat pada domain yang paling
kompleks. Penghalusan mesh dapat dilakukan dengan lebih baik tanpa
kesulitan. Namun dalam hal penyimpanan file, grid tak terstruktur
membutuhkan lebih banyak memori dibandingkan grid terstruktur.

Grid Adaptif
Semua metode diatas menjelaskan tentang pengetahuan empiris dari
bentuk dari solusi persamaan differensial parsial. Pengetahuan tentang
hal ini memaksa kita membuat banyak titik di daerah dengan gradient
yang tinggi suatu variabel seperti pada kondisi batas. Solusi yang lebih
baik bisa didapatkan bila grid tebakan pertama dapat diadaptasi di
skema numeric time marching untuk mengikuti evolusi dari gradient
variabel tersebut.

Metode lain
Untuk beberapa masalah dengan kesulitan khusus, ilmuan telah
mengembangkan metode hybrid yang mencakup zona tak terstruktur
dan zona terstruktur. Skema hybrid mengambil keuntungan dari kedua
metode terstruktur dan tak terstruktur dengan menerapkan grid
terstruktur yang menempel koordinat bodi dan grid tak struktur dibatas
Teknik Mesin - ITI

30

luarnya. Namun tidak ada metode yang cocok digunakan di semua


masalah, sebagian besar masih bergantung pada kualitas solusi CFD
yang ingin dicapai. (ANSYS CFX User Manual)
II.7. Model Turbulence
Semua aliran yang terjadi dalam dunia engineering baik aliran sederhana
seperti semburan 2D, aliran pipa maupun aliran 3D yang lebih kompleks akan
menjadi tidak stabil bila memiliki bilangan Reynolds diatas nilai tertentu. Dalam
eksperimen pada sistem fluida diketahui bahwa dibawah suatu nilai Bilangan
Reynolds tertentu yaitu Bilangan Reynolds kritis (Recrit) aliran akan smooth.
Lapisan lapisan fluida yang berdekatan akan saling bergerak satu sama lain
dalam gerakan yang teratur. Bila diterapkan kondis batas yang tidak berubah
terhadap waktu maka aliran tersebut dinamakan steady atau tunak sedangkan
daerah tersebut dinamakan daerah laminar.
Pada nilai diatas Bilangan Reynolds kritis terjadi fenomena kompleks yang
berujung pada perubahan radikal dari karakteristik aliran. Aliran menjadi tidak
tunak walaupun diterapkan kondisi batas yang tetap. Kecepatan dan properti
lainnya bervariasi secara acak dan dalam bentuk yang tidak teratur. Aliran ini
dinamakan aliran turbulen.
Model turbulensi adalah prosedur komputasional untuk mendekatkan sistem
persamaan mean flow sehingga masalah aliran yang bervariasi dapat dihitung.
Secara garis besar, model turbulensi digunakan untuk memodifikasi persamaan
Navier Stokes unsteady dengan memperkenalkan kuantitas rata rata dan besar
fluktuasi untuk menghasilkan persamaan Reynolds Averaged navier Stokes.
Untuk sebagian besar tujuan, hanya efek dari turbulensi pada mean flow yang
akan diperhitungkan. Di dalam simulasi dengan Ansys CFX untuk mode
combustion telah disediakan 2 model turbulensi yaitu model k dan k
SST model. (ANSYS CFX User Manual)
II.7.1. k- Turbulence Model
Pada bagian berikut, turbulensi dan combustion model dibahas lebih dalam
dan detail, karena sangat penting model k adalah salah satu model turbulensi
yang paling umum. Ini adalah persamaan dua model yang berarti bahwa dua
persamaan transportasi tambahan disertakan untuk mewakili sifat turbulen
Teknik Mesin - ITI

31

aliran, hal ini memungkinkan model dua persamaan untuk memperhitungkan,


seperti konveksi dan diffusi energi yang berlawanan.
Persamaan untuk energi kinetik turbulen adalah :
( k )
div ( kU ) div ( p ,u , 2 u , S ,i J 0.5 u ,i .u ,iu , J ) 2 s ,i J . S ,i J .u ,iu , J .SiJ
t
(2.13)
I
II
III
IV
V
VI
VII

Ket :
I)

Tingkat perubahan Turbulensi kinetik k Energi

II ) Transportasi k secara konveksi


III ) Transportasi k tekanan
IV ) Transportasi k oleh kental stress
V ) Transportasi k oleh Reynolds stress
VI ) Tingkat disipasi k
VII) Tingkat produksi k persamaan tidak dapat diimplementasikan dalam format
ini, sehingga telah berubah sesuai sehingga dapat di implementasikan.
Persamaan k dapat ditulis sebagai :
t
(k )
div ( kU ) div
grad
t

I
II
III

2 S i j Si j
IV

(2.14)

Dan persamaan dapat ditulis :


t
( )
div ( U ) div
grad
t

I
II
III

C1

2
2 S i j S i j C2
k
k
IV

(2.15)

Ket :
I ) Tingkat perubahan k
II ) Transportasi k atau konveksi
III ) Transportasi k atau difusi
IV ) Tingkat produksi k atau
Teknik Mesin - ITI

32

V ) Tingkat kerusakan k atau


Kedua dari persamaan persamaan harus diselesaikan bersama-sama untuk
memecahkan turbulensi. Model k-

memberikan prediksi yang baik dalam

aliran bebas dan kurang sensitif terhadap nilai-nilai yang dipilih untuk data
aliran turbulensi bebas, itu berarti bahwa model ini dapat memodelkan aliran
bebas mengalir ke tingkat yang cukup. Di sisi lain model ini tidak memiliki
akurasi dekat daerah dinding serta inlet. Di daerah tersebut model lain harus
digunakan seperti k-. (ANSYS CFX User Manual)

II.7.2. k- SST Turbulence Model


Dalam dua dimensi lapisan tipis, aliran mengubah arah yang perlahan-lahan
sehingga turbulensi dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru, tetapi dalam
arus mana perbedaan antara produksi dan penghancuran turbulensi sangat
dipengaruhi oleh difusi dan istilah konvektif, dasar aljabar cocok untuk
mencampur panjang tidak lagi metode yang baik. Contoh dari aliran ini adalah
aliran resirkulasi. Model k-, bertentangan dengan model k- , memiliki
prediksi yang lebih baik di dekat dinding tetapi tergantung pada nilai-nilai aliran
bebas untuk turbulensi . (ANSYS CFX User Manual)
Formulasi k- SST lebih kompleks karena fakta bahwa perlu beralih atau
Fungsi pencampuran untuk beralih ke k- didefinisikan sebagai berikut :

a1k
Max (a1 , SF2 )

(2.16)

Atau dalam persamaan k :


k
Uj
Pk * k
( kT

t
x j
x j
x j

(2.17)

Teknik Mesin - ITI

33

dan persamaan :

Uj
S 2 2
( T )
t
x j
x j
x j
(2.18)

Teknik Mesin - ITI

You might also like