You are on page 1of 120

1

2
3
4
5

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Mycobacterium Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga

penduduk dunia. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan

global penyakit Tuberkulosis Paru, karena pada sebagian besar

negara di dunia, penyakit Tuberkulosis Paru tidak terkendali. Ini

10

disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan,

11

terutama penderita menular (BTA positif) dan akan berakhir dengan

12

kematian (Depkes RI, 2003).

13

Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

14

2003 di Indonesia, menunjukkan bahwa penyakit TB Paru merupakan

15

penyebab kematian nomor satu setelah penyakit kardiovaskuler dan

16

saluran pernafasan untuk semua kelompok usia, dan nomor satu dari

17

golongan penyakit infeksi. (Depkes RI, 2003).

18

Sejak tahun 1995, program pemberantasan penyakit Tuberkulosis

19

Paru, telah dilaksanakan dengan strategi Directly Observed Treatment

20

Shortcourse chemotherapy (DOTS) yang direkomendasikan oleh

21

WHO. Penanggulangan Tuberkulosis Paru dengan strategi DOTS

22

dapat memberikan angka kesembuhan tinggi walaupun di Indonesia

23

pada tahun 1995-1998, cakupan penderita Tuberkulosis Paru dengan

24

strategi DOTS baru mencapai sekitar 10%. Sampai saat ini, program

25

penanggulangan TB dengan strategi DOTS belum dapat menjangkau

seluruh puskesmas, rumah sakit pemerintah, swasta dan unit

pelayanan kesehatan lainnya. Dalam strategi DOTS, manajemen

penanggulangan Tuberkulosis Paru di Indonesia, ditekankan pada

tingkat kabupaten atau kota (Depkes RI, 2003).

Berdasarkan

Tuberkulosis Paru di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tahun 2005

di dapatkan bahwa jumlah kasus BTA positif baru di semua unit

pelayanan kesehatan (UPK) sebanyak 998 kasus dan 73 kasus BTA

(+) relaps. Sementara untuk daerah Sleman dilaporkan 207 kasus

10

BTA (+) baru dan 25 kasus BTA (+) relaps. Dari angka tersebut

11

Sleman merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk menderita

12

Tuberkulosis Paru terbanyak yaitu 34 % dari keseluruhan pasien

13

Tuberkulosis Paru yang berdomisili di DIY. Sedangkan untuk

14

Puskesmas Godean II, selama tahun 2005 melayani pengobatan

15

Tuberkulosis Paru untuk 15 pasien dengan 5 pasien sembuh dan 5

16

pasien pengobatan lengkap, sedajngkan 5 alinnya masih dalam

17

pengobatan (Stratifikasi Puskesmas Godean II, 2005). Cakupan

18

penderita TB tahun 2005 adalah suspek TB sebanyak 129 orang,

19

Rontgen dada positif sebanyak 5 orang dan BTA positif sebanyak 10

20

orang. Sementara pada tahun 2006 ini Puskesmas Godean II

21

melayani pengobatan 7 pasien Tuberkulosis Paru dengan 2 pasien

22

telah menjalani sembuh. Data bulan Januari sampai dengan bulan Juli

23

2006, Puskesmas Godean II melayani 52 orang untuk pemeriksaan

hasil

pelaksanaan

program

penanggulangan

dahak dengan hasil 2 orang BTA positif. (Strategi Perencanaan dan

pelaksanaan

Dalam penanggulangan Tuberkulosis Paru, perawat harus mampu

menjalankan perannya sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,

pendidik, pengamat kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan,

pembaharu, pengorganisir pelayanan kesehatan, panutan, tempat

bertanya, dan pengelola (Effendy, 1998). Terkait dengan pengobatan

TB Paru yang membutuhkan waktu lama 6 bulan, perawat harus

mampu

berperan

sebagai

pelaksana

pelayanan

keperawatan,

10

pendidik dan tempat bertanya bagi keluarga agar pengobatan yang

11

dilakukan oleh klien dapat berhasil dan TB Paru tidak menjadi

12

masalah kesehatan masyarakat. Keluarga sebagai kesatuan dari

13

pelayanan kesehatan (Bailon dan Maglaya,cit.Pusdiknakes,1989)

14

khususnya

15

penanggulangan penyakit Tuberkulosis Paru.

16

keperawatan

merupakan

Dari uraian diatas maka penulis

sasaran

dari

upaya

tertarik untuk mengetahui

17

bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Bp. S dengan salah satu

18

anggota keluarga menderita Tuberkulosis Paru.

19

b. Rumusan Masalah

20

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan Bagaimana

21

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Bp. S dengan salah

22

satu anggota keluarga menderita Tuberkulosis Paru mulai dari

23

pengkajian sampai dengan evaluasi dan pendokumentasian?

c. Ruang Lingkup

1
2

2. Lingkup Mata Ajaran

Asuhan Keperawatan Keluarga Bp. S dengan salah satu anggota

keluarga menderita Tuberkulosis Paru ini termasuk dalam lingkup

mata ajaran Keperawatan Keluarga dan Keperawatan Medikal

Bedah.

3. Lingkup Kasus dan Banyaknya Kasus

Lingkup kasus dalam karya tulis ini adalah keluarga Bp. S

dengan salah satu anggota keluarga menderita Tuberkulosis Paru,

10

sebanyak 1 kasus di Puskesmas Godean II. Pada penulisan

11

selanjutnya Tuberkulosis Paru akan disingkat TB Paru (Depkes,

12

2003).

13

4. Lingkup Waktu.

14

Waktu yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

15

keluarga pada studi kasus ini bersamaan dengan pelaksanaan

16

Ujian Akhir Program di Puskesmas Godean II selama 3 X 24 jam,

17

mulai tanggal 20 sampai 22 Juli 2006.

18

5. Lingkup Asuhan Keperawatan

19

Asuhan Keperawatan Keluarga ini dilaksanakan mulai dari tahap

20

pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan,

21

implementasi, evaluasi dan dokumentasi.

22

a. Tujuan

1
2

6. Tujuan Umum :

Diperoleh

keperawatan keluarga Bp. S dengan salah satu anggota keluarga

menderita TB Paru, di wilayah kerja Puskesmas Godean II dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan.

7
8
9

pengalaman

nyata

dalam

melaksanakan

asuhan

7. Tujuan Khusus :
a. Menerapkan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa

keperawatan,

perencanaan,

pelaksanaan

dan

10

evaluasi pada keluarga Bp. S dengan salah satu anggota

11

keluarga menderita TB Paru

12
13

b. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Keluarga Bp. S


dengan salah satu anggota keluarga menderita TB Paru.

14

c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam

15

pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Bp. S dengan

16

salah satu anggota keluarga menderita TB Paru.


a. Manfaat

17
18

8. Bagi Profesi

19

Menambah wawasan bagi perawat untuk meningkatkan mutu

20

asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota

21

keluarga menderita TB Paru.

22
23

9. Bagi Masyarakat

Untuk

membantu perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

khususnya pada asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu

anggota keluarga menderita TB Paru.

meningkatkan

pengetahuan

masyarakat

agar

dapat

10. Bagi bidang Ilmu Keperawatan

Meningkatkan wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu

anggota keluarga menderita TB Paru.


a. Metode

10
11

11. Metode pembuatan karya tulis ilmiah

12

Metode

13

pemaparan

14

keperawatan.

15
16
17

yang

digunakan

kasus

dan

adalah

metode

menggunakan

deskriptif dengan

pendekatan

proses

12. Metode Pengumpulan data.


a. Metode pengumpulan data primer dengan cara :
1) Wawancara

18

Merupakan tanya jawab langsung kepada keluarga dengan

19

salah satu anggota keluarga menderita TB Paru untuk

20

mendapatkan data subjektif misalnya mengenai kapan mulai

21

batuk-batuk, apak batuk berdahak atau bahkan berdarah,

22

pengobatan apa saja yang telah dilakukan, apakah pernah

23

kontak dengan penderita TB Paru, apakah pernah kontak

dengan allergen seperti asap rokok maupun debu, apakah

pernah terkena penyakit TB parusebelumnya, apakah pola

makan teratur dan cukup, apakah jenis makanannya TKTP,

apakah pola istirahat telah mencukupi dan teratur, apakah

aktivitasnya sehari-hari, bagaimana pengobatan yang telah

dilakukan, apakah patuh dan rajin minum obat, upaya

pencegahan penularan, perasaan isolasi.

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik ditujukan kepada anggota keluarga

10

secara menyeluruh dan difokuskan pada penderita TB Paru

11

dengan metode inspeksi (gambaran umum tubuh yaitu

12

kurus, bentuk dada pigeon chest, warna kulit pucat,

13

Dispnue), palpasi (leher terdapat pembesaran kelenjar

14

limfe), perkusi (dada bunyi dullness atau hipersonor) dan

15

auskultasi (dada bunyi nafas ronkhi atau krekles).

16

3) Observasi

17

Dilakukan dengan pengamatan terhadap keadaan keluarga

18

untuk mendapatkan data objektif mengenai faktor-faktor

19

penunjang

20

kelembaban rumah, apakah pencahayaan rumah cukup,

21

menu makanan keluarga, ketaatan minum obat, bagaimana

22

pola komunikasi penderita TB apakah menjaga jarak,

23

menutup mulut saat batuk, serta peranan setiap anggota

terjadinya

TB

Paru

diantaranya

keadaan

keluarga

pengawasan

menyediakan tempat meludah yang diberi disinfektan,

menjemur kasur dan mengganti sprei minimal seminggu

sekali, membuka pintu dan jendela setiap pagi.

b.

dan

tindakan
minum

perilaku

obat,

pencegahan

memisah

alat

misal:
makan,

Metode pengumpulan data sekunder dengan cara studi

dokumen yaitu studi untuk mendapatkan data mengenai hasil

pelaksanaan program penanggulangan TB Paru, SP2 TP

(Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas), buku

10

status, penegakan diagnosa TB Paru seperti foto rongent.

1
2
3
4
5
6A. Konsep Dasar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

71. Masalah Kesehatan pada Keluarga dengan TB Paru


8

a. Pengertian

TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

10

oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar

11

kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh

12

lain (Dep Kes, 2003). Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat

13

khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula

14

Basil Tahan Asam (BTA).

15

TB Paru adalah penyakit infeksi pada Paru yang disebabkan

16

oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam (Suriadi,

17

2001).
TB Paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh

18
19

Mycobacterium

20

ditularkan melalui udara (Asih, 2004).

21

tuberculosis,

suatu

basil

tahan

asam

yang

b. Etiologi

22

Menurut Suriadi (2001) penyebab dari TB Paru adalah :

23

1)

Mycobacterium tuberculosis.

24

2)

Mycobacterium bovis

25

1
1
2
3

3)

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh


Mycobacterium tuberculosis :
a)

resistensi

seseorang

terhadap

infeksi

kemungkinan diturunkan secara genetik.

4
5

Herediter:

b)

Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan

remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak

terjadi pada anak perempuan.

c)

tinggi.

9
10

Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat

d)

Pada

masa

puber

dan

remaja

dimana

masa

11

pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi cukup

12

tingggi karena diit yang tidak adekuat.

13

e)

Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau

14

penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan

15

yang kronik)

16

f)

Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan

17

reaksi

18

penyebarluasan infeksi.

19

g)

inflamasi

dan

memudahkan

Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan


terinfeksi lebih mudah.

20
21

h)

Nutrisi ; status nutrisi kurang

22

i)

Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.

23

j)

Tidak mematuhi aturan pengobatan.

untuk

10

1
1

c. Patofisiologi

Sumber penularan TB Paru adalah penderita TB BTA positif.

Pada waktu batuk/bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara

dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung

kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama

beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup

ke dalam saluran pernafasan kemudian menyebar dari paru ke

bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem

saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian

10
11
12
13
14

tubuh lain (Dep.Kes, 2003).


Riwayat terjadinya TB paru dibedakan menjadi 2 (Dep.Kes,
2003) :
1) Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama

15

kali dengan kuman TB Paru. Droplet yang terhirup ukurannya

16

sangat kecil, sehingga dapat melewati mukosilier bronkus, dan

17

terus berjalan hingga sampai di alveolus, menurut dan

18

menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB Paru berhasil

19

berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang

20

mengakibatkan peradangan pada paru, dan ini disebut

21

komplek primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai

22

pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu.

11

1
Kelanjutan

setelah

infeksi

primer

tergantung

dari

banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya

tahan (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan

tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB

Paru. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan

menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur),

kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan

perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang

bersangkutan akan menjadi penderita TB Paru. Masa

10

inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai

11

menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

12
13

2)

Infeksi pasca primer (Post Primary TB)


TB Paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa

14

bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena

15

daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status

16

gizi buruk. Ciri khas dari TB Paru pasca primer adalah

17

kerusakan Paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi

18

pleura.

19

Tanpa pengobatan setelah 5 tahun, 50 % dari penderita

20

TB Paru akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri dengan

21

daya tahan tubuh tinggi dan 25 % sebagai kasus kronik yang

22

tetap menular.

23

12

1
1

d. Manifestasi Klinik

Menurut Dep.Kes( 2003), manifestasi klinik TB Paru dibagi :

1.

Gejala Umum

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau

lebih. Pada TB Paru anak terdapat pembesaran kelenjar limfe

superfisialis.

2.

Gejala lain yang sering dijumpai:

a)

Dahak bercampur darah (Dep Kes, 2003).

b)

Demam

10

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi

11

kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41 celcius,

12

srangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi

13

kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang

14

timbulnya demam influenza ini sehingga pasien merasa tidak

15

pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini

16

sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat

17

ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk (Bahar,

18

2001).

19

c)

20

Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya

21

iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang

22

produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus

23

pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada

13

Batuk/batuk darah

1
1

setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni

setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan

bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif)

kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif

(menghasilkan sputum). Keadaan yang lebih lanjut adalah

batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada

kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

Kavitas paru nampak dalam bayangan pemeriksaan radiologis

10

berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis. Lama-lama

11

dinidng menjadi sklerotik dan terlhat menebal (Bahar, 2001).

12

d)

13

Pada penyakit ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak

14

nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yng sudah

15

lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-

16

paru.(Bahar, 2001).

17

Gejala nyeri dada jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila

18

infiltrasi

19

menimbulkan pleuritis yang dapat diketahui dari gambaran

20

radiologis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu klien

21

menarik/melpaskan nafasnya (Bahar, 2001).

Sesak nafas dan rasa nyeri dada

radang

sudah

sampai

ke

pleura

sehingga

22
23

14

1
1

e)

Malaise

Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa

kurang enak badan, berkeringat malam walaupun tanpa

kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. (Dep Kes,

2003).

Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit Paru

selain TB Paru. Oleh karena itu setiap orang yang datang ke unit

pelayanan

dianggap sebagi seorang suspek TB Paru atau tersangka

10

penderita TB Paru, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara

11

mikroskopis langsung.

12

e. Penemuan Penderita TB Paru

15

dengan

gejala

tersebut diatas, harus

Menurut Dep.Kes (2003), penemuan penderita TB Paru

13
14

kesehatan

dibedakan menjadi 2 :
1.

Pada orang dewasa

16

Penemuan

TB

Paru

17

penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka

18

yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.

19

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan

20

dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara

21

mikroskopis.

22

sedikitnya dua dari tiga spesimen BTA hasilnya positif.

Hasil

dilakukan

pemeriksaan

secara

pasif,

dinyatakan

artinya

positif

bila

23

15

1
1

2.

Pada anak-anak.

Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman

TB dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya dahak,

bilasan lambung, dan biopsi. Sebagian besar diagnosis TB

anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto rontgen

dada dan uji tuberkulin. Seorang anak harus dicurigai

menderita

erat/serumah dengan penderita TB Paru BTA positif, terdapat

reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7

10

hari) dan terdapat gejala umum TB paru yaitu batuk lebih dari

11

2 minggu.

12
13
14
15

TB

Paru

kalau

mempunyai

sejarah

kontak

f. Klasifikasi TB Paru
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
1) Berdasarkan organ yang terinvasi
a)

TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

16

paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan

17

hasil

18

Tuberkulosis Paru BTA positif dan BTA negatif.

19

b)

pemeriksaan

dahak,

TB

Paru

dibagi

dalam

TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ

20

tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak,

21

selaput jantung

22

persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat

23

kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat

16

(pericardium), kelenjar limfe, tulang

1
1

keparahan penyakitnya yaitu : TB ekstra paru ringan yang

menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang(kecuali tulang

belakang), sendi dan kelenjar adrenal; dan TB ekstra paru

berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang

belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.

2) Berdasarkan tipe penderita

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita :

a)

Kasus baru : penderita yang belum pernah diobati dengan

10

OAT atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis

11

(OAT) kurang dari satu bulan.

12

b)

Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya

13

pernah mendapat pengobatan dan telah dinyatakan

14

sembuh,

15

pemeriksaan BTA positif.

16

c)

kemudian

kembali

berobat

dengan

hasil

Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang

17

mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian

18

pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan

19

tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.

20

d)

Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah

21

penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan atau

22

lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang

23

kembali berobat.

17

1
1
2
3

g. Komplikasi
Menurut Dep.Kes (2003) komplikasi yang sering terjadi pada

penderita TB Paru stadium lanjut :

1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang

dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau

tersumbatnya jalan nafas.

2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

3) Bronkiectasis dan fribosis pada Paru.

10
11
12
13
14
15

4) Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan


jaringan Paru.
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal dan sebagainya.
6) Insufisiensi Kardio Pulmoner
h. Penatalaksanaan

16

Menurut Dep.Kes (2003) tujuan pengobatan TB Paru adalah

17

untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah

18

kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Salah satu

19

komponen dalam DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

20

pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin

21

keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan

22

Obat (PMO). Pemberian paduan

23

didasarkan pada klasifikasi TB Paru. Prinsip pengobatan TB Paru

18

OAT (obat Anti Tuberkulosis)

1
1

adalah obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa

jenis (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol)

dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya

semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis

tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal,

sebaiknya pada saat perut kosong. Pada tahap intensif (awal)

penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk

mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila

pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,

10

penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2

11

minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi

12

BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pada tahap

13

lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

14

jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk

15

membunuh

16

kekambuhan. Pada anak, terutama balita yang tinggal serumah

17

atau kontak erat dengan penderita TB Paru BTA positif, perlu

18

dilakukan pemeriksaan. Bila anak mempunyai gejala seperti TB

19

Paru maka dilakukan pemeriksaan seperti alur TB Paru anak dan

20

bila tidak ada gejala, sebagai pencegahan diberikan Izoniasid 5 mg

21

per kg berat badan perhari selama enam bulan.

kuman

persisten

sehingga

mencegah

terjadi

22
23

19

1
1
2

Pada keadaan khusus (adanya penyakit penyerta, kehamilan,

menyusui) pemberian pengobatan dapat dimodifikasi sesuai

dengan kondisi khusus tersebut (Dep.Kes, 2003) misalnya :

1)

Wanita hamil

Pinsip pengobatan pada wanita hamil tidak berbeda dengan

orang dewasa. Semua jenis OAT (obat Anti Tuberkulosis)

aman untuk wanita hamil kecuali Streptomycin, karena

bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier

10

plasenta yang akan mengakibatkan terjadinya gangguan

11

pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi

12

yang dilahirkan.

13

2)

Ibu menyusui

14

Pada prinsipnya pengobatan TB Paru tidak berbeda dengan

15

pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT (obat Anti

16

Tuberkulosis)

17

pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi sesuai

18

dengan berat badannya.

19

3)

aman

untuk

ibu

menyusui.

Pengobatan

Wanita pengguna kontrasepsi

20

Rifampisin

21

sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut.

22

Penderita TB Paru seyogyanya menggunakan kontrasepsi

23

non hormonal.

berinteraksi

dengan

kontrasepsi

hormonal

20

1
1

4)

Penderita TB Paru dengan kelainan hati kronik

Sebelum

pemeriksaan faal hati. Apabila SGOT dan SGPT meningkat 3

kali, OAT (obat Anti Tuberkulosis) harus dihentikan. Apabila

peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan diteruskan

dengan

Pirazinamid tidak boleh diberikan.

5)

pengobatan

pengawasan

TB,

penderita

ketat.

dianjurkan

Penderita

kelainan

untuk

hati,

Penderita TB Paru dengan Hepatitis Akut

Pemberian OAT (obat Anti Tuberkulosis) ditunda sampai

10

Hepatitis Akut mengalami penyembuhan. Pada keadaan

11

dimana pengobatan TB

12

diberikan Streptomycin dan Ethambutol maksimal 3 bulan

13

sampai hepatitisnya

14

Rifampicin dan Isoniasid selama 6 bulan.

15

6)

Paru sangat diperlukan, dapat

menyembuh dan dilanjutkan dengan

Penderita TB Paru dengan gangguan ginjal

16

Dosis yang paling aman adalah 2 RHZ (Rifampicin, INH,

17

Isoniazid)/6HR (INH, Rifampicin). apabila sangat diperlukan,

18

Etambutol dan Streptomicin tetap dapat diberikan dengan

19

pengawasan fungsi ginjal.


Penderita TB paru dengan Diabetes Mellitus

20

7)

21

Dalam keadaan ini, diabetesnya harus dikontrol. Penggunaan

22

Rifampicin akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes

23

sehingga dosisnya perlu ditingkatkan.

21

1
1

Penggunaan

diperhatikan karena mempunyai komplikasi terhadap mata.

Penggunaan OAT (obat Anti Tuberkulosis) mempunyai beberapa

efek samping diantaranya

a. Rifampicin : tidak nafsu makan, mual, sakit perut, warna

kemerahan pada air seni, purpura dan syok (Dep.Kes, 2003),

sindrom flu, hepatotoksik (Bahar, 2001)

8
9
10
11
12
13
14
15

Etambutol

pada

penderita

Diabetes

harus

b. Pirasinamid : Hepatotoksik, gangguan pencernaan (Bahar,


2001)
c. INH : kesemutan sampai dengan

rasa terbakar di kaki

(Dep.Kes, 2003), neuropati perifer, hepatotoksik (Bahar, 2001).


d. Streptomisin : tuli, gangguan keseimbangan (Dep.Kes, 2003),
nefrotoksik dan gangguan Nervus VIII (Bahar, 2001)
e. Ethambutol : Neuritis optika, nefrotoksik, skin rash/dermatitis
(Bahar, 2001).

16

f. Etionamid

: hepatotoksik, gangguan pencernaan (Bahar,

17

2001)

18

Hampir semua OAT memberikan efek samping gatal dan

19

kemerahan, ikhterus tanpa penyebab lain, bingung dan muntah-

20

muntah (Dep.Kes, 2003), serta bersifat hepatotoksik atau meracuni

21

hati (Bahar, 2001).

22

Keberhasilan dalam penatalaksanaan klien dengan TB paru

23

tergantung pada kemauan yang kuat dari pasien untuk sembuh,

22

1
1

adanya

maupunmotivasi dari orang terdekat atau adanya PMO. (Bahar,

2001)

2. Keluarga

kerjasama

yang

aik

dari

dokter,

paramedis,

a. Pengertian keluarga
Keluarga menurut Friedmann dalam Suprayitno (2004) adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan atau emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut Burgess, dkk di dalam buku Friedman (1998), definisi
keluarga adalah :

6
7

1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan


darah, perkawinan dan ikatan adopsi

2) Para anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam

satu rumah tangga, atau jika mereka hidup terpisah, mereka

10

tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah

11

tangga mereka.

12

3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama

13

lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri,

14

ayah-ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan

15

saudari.

16
17

4) Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang diambil dari


masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

23

1
Menurut Whall di dalam buku Friedman (1998), definisi
keluarga adalah kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan
anggotanya terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya
dicirikan oleh istilah-istilah khusus yang boleh jadi tidak diikat
darah atau hukum, tapi yang berfungsi demikian macam sehingga
mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga.
1

b. Bentuk Keluarga
Menurut Friedman dalam Suprayitno (2004), bentuk keluarga
yang umum adalah :

1) Keluarga inti (conjugal) adalah keluarga yang hanya terdiri

ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturuannya atau

adopsi atau keduanya.

2) Keluarga besar (extended Family) adalah keluarga inti

ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).


Namun

dengan

berkembangnya

peran

individu

dan

meningkatnya rasa individualisme, pengelompokkan tipe keluarga


selain kedua diatas berkembang menjadi:
8

1) Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga

baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau

10

kehilangan pasangannya. Keadaaan ini di Indonesia telah

11

menjadi tren karena adanya pengaruh hidup barat yang pada

12

jaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang yang

24

1
1

telah cerai atau ditinggal pasangannya cenderung hidup sndiri

untuk membesarkan anak-anaknya.

2) Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang

terdiri dari salah satu orangdengan anak-anaknya akinbat

perceraian atau ditinggal pasangannya.

6
7
8
9

3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage


mother).
4) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri
tanpa

pernah

menikah

(the

single

adult

living

alone).

10

Kecenderungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak

11

mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah

12

menikah.

13

5) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non

14

marital heteroseksual cohabiting family). Biasanya dapat

15

dijumpai pada daerah kumuh perkotaan (besar), tetapi pada

16

akhirnya

17

(kabupaten atau kota) meskipun usia pasangannya tersebut

18

telah tua demi status anak-anaknya.

19
20

mereka

dinikahkan

oleh

pemerintah

daerah

6) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan dengan jenis kelamin


sama (gay and lesbian family).

21
22
23

25

1
1

c. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998), fungsi-fungsi keluarga didefinisikan
sebagai hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga. Lima fungsi
keluarga yang dimaksud adalah :

1) Fungsi Afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian).

Fungsi afektif merupakan salah satu fungsi vital keluarga

dimana

perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan sosio emosional para

anggota

penjagaan moral.

fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga dan

keluarga,

meliputi

pengurangan

tekanan

dan

2) Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial

Fungsi ini bertujuan untuk membuat anak menjadi anggota

10

masyarakat produktif dan juga sebagai penganugerahan status

11

anggota keluarga.

12

3) Fungsi reproduktif

13

Fungsi dasar ini bertujuan untuk menjamin keberlangsungan

14

generasi dan keberlangsungan hidup masyarakat.

15

4) Fungsi perawatan kesehatan

16

Fungsi-fungsi

fisik

keluarga

dipenuhi

orangtua

dengan

17

menyediakan pangan, papan, sandang dan perlindungan

18

terhadap bahaya.

19
20

26

1
1

5) Fungsi ekonomis.

Fungsi ekonomi meliputi tersedianya sumber-sumber dari

keluarga secara cukup baik finansial, ruang gerak dan materi

serta pengalokasian sumber-sumber tersebut yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan.

d. Tahap Perkembangan dan Tugas Keluarga


Formulasi tahap-tahap perkembangan kehidupan keluarga
yang paling banyak digunakan untuk keluarga inti dengan dua
orangtua adalah delapan tahap siklus kehidupan keluarga dari
Duvall dan Miller di dalam buku Friedman (1998) :

1) Tahap I : Keluarga Pemula.

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah

keluarga baru, keluarga yang menikah, atau prokreasi dan

10

perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan

11

baru yang intim.

12

2) Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak.

13

Tahap kedua ini dimulai dengan kelahiran anak

14

hingga bayi berusia 30 bulan.

15

pertama

3) Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah.

16

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak

17

pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5

18

tahun. Keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lima orang

27

1
1

dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki- saudara,

anak perempuan-saudari.

4) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun

dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13

tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai

jumlah anggota maksimum.

5) Tahap V : keluarga dengan masa remaja.

Tahap kelima siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak

10

pertama melewati umur 13 tahun. Tahap ini berlangsung

11

selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih

12

singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih

13

lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 tahun

14

atau 20 tahun. Anak-anak lain dalam rumah biasanya masih

15

dalam usia sekolah.

16

6) Tahap VI : keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

17

Permulaan dari fase ini ditandai dengan anak pertama

18

meninggalkan rumah orangtua dan berakhir ketika anak

19

terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini biasanya 6 atau 7

20

tahun, meskipun dapat lebih singkat atau agak panjang

21

tergantung pada berapa jumlah anak yang ada dalam rumah

22

atau yang belum menikah dan masih tinggal di rumah.

23

28

1
1

7) Tahap VII : orangtua usia pertengahan

Tahap usia pertengahan bagi orangtua dimulai dari anak

terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun

atau kematian salah satu pasangan.

8) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia.

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah

satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus

berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan

berakhir dengan pasangan lain meninggal.


Sesuai

dengan

tahap-tahap

siklus

kehidupan

keluarga,

keluarga Bp. S berada pada tahap I. Tugas-tugas perkembangan


keluarga menurut Suprayitno (2004) adalah :
10

1) Membangun hubungan perkawinan yang memuaskan.

11

2) Membina

12
13
14

hubungan

dengan

keluarga

lain, teman, dan

kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
e. Tugas Kesehatan Keluarga
Keluarga

sehat

harus

mampu

melaksanakan

tugas

pemeliharaan kesehatannya sendiri.

29

1
Sesuai

dengan fungsi pemeliharan

kesehatan, keluarga

mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan


dilakukan (Suprayitno, 2004) :
1

1)

Mengenal masalah kesehatan keluarga. Orangtua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami

anggota keluarga.

2)

Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

3)

Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

yang tidak dapat membantu diri karena cacat atau usianya

terlalu muda.

4)

keluarga.

9
10

Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

5)

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga

11

dengan

lembaga-lembaga

kesehatan.

Ini

menunjuk

12

pemanfaatan dengan baik akan fasilitas-fasilitas kesehatan.


Keluarga yang sanggup melaksanakan tugas-tugas kesehatan
tersebut, dapat dikatakan sanggup mengatasi dengan baik
masalah-masalah

kesehatan

dan

dengan

demikian

hanya

memerlukan sedikit pengawasan dan bimbingan dari petugas


kesehatan.
13
14

30

1
1B. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Kesehatan TB
2

Paru.

Standar praktik keperawatan professional di Indonesia menurut

PPNI (2000) dalam Nursalam (2001) terdiri dari 5 standar: (1)

Pengkajian,

Implementasi dan (5) Evaluasi.

1.

(2)

Diagnosa

Keperawatan,

(3)

Perencanaan,

(4)

Pengkajian

Pengkajian yang dalam keperawatan keluarga lebih dikenal dengan

tahap penjajakan. Termasuk didalam tahap ini adalah pengumpulan

10

data yang menurut Effendy (1998) dapat dilakukan dengan empat

11

cara yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, study dokumen

12

yang untuk selanjutnya dilakukan dua tahap penjajakan.

13

a.

14

Penjajakan Tahap I
1) Data Dasar.

15

Menurut Bailon dan Maglaya,cit. Pusdiknakes (1989) cara

16

pengumpulan data dengan observasi langsung, wawancara,

17

untuk memperoleh

18

keluarga meliputi :

19

a) Struktur dan sifat keluarga

20

(1)

23

Anggota-anggota keluarga dan hubungannya dengan


kepala keluarga.

21
22

data dasar untuk praktek keperawatan

(2)

Data demografik, umur, jenis kelamin, status sipil,


kedudukan dalam keluarga.

31

1
1

(3)

Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga.

Kontak

serumah dengan penderita TB Paru

mempunyai kemungkinan terlular.

(4)

Macam-macam struktur keluarga

(5)

Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan


keputusan terutama dalam hal kesehatan.

6
7

(6)

Hubungan

umum

anggota-anggota

keluarga

termasuk adanya perselisihan yang nyata atau yang

tidak nyata antar anggota keluarga.

10

(7)

Kegiatan-kegiatan dalam hidup sehari-hari meliputi

11

kebiasaan

12

senggang/hiburan.

13
14

tidur,

kebiasaan

makan,

waktu

b) Faktor Sosio-Budaya-Ekonomi
(1)

Penghasilan

dan

pengeluaran.

Status

ekonomi

rendah rentan terhadap masalah TB Paru.

15
16

(2)

Pendidikan dari setiap anggota keluarga

17

(3)

Suku dan agama

18

(4)

Peranan anggota-anggota dalam keluarga

19

(5)

Hubungan keluarga dengan masyarakat, bagaimana

20

partisipasi

21

masyarakat.

keluarga

dalam

kegiatan-kegiatan

22
23

32

1
1

(6)

Status psikososial, manggunakan penilaian APGAR


Tabel 1. Penilaian APGAR keluarga

2
Aspek
Adaptasi
(Adaptation)

Nilai Pernyataan
2
Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga (teman-teman) saya un-tuk
membantu
pada
waktu
sesuatu
menyusahkan saya
Hubungan
1
Saya puas dengan cara teman-teman
(Partnership)
keluarga saya membicarakan sesuatu
Growth
1
dengan saya dan mengungkapkam
masalah dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga (te-manteman) saya menerima dan men-dukung
Afeksi
1
keinginan saya untuk melaku-kan aktivitas
(Afection)
atau arah baru
Saya puas dengan cara keluarga (temanteman) saya mengekspresikan afek dan
Pemecahan
berespon terhadap emosi-emosi saya,
(Resolve)
0
seperti marah, sedih atau mencintai.
Saya puas dengan cara keluarga (temanteman) saya dan saya menyedia-kan
waktu bersama-sama.
Jumlah
5
Sumber: Effendi (1998)
Interprestasi hasil:

3
4

Disfungsi keluarga ringan

: 7-8

Disfungsi kelarga sedang

: 4-6

Disfungsi keluarga berat

: 1-3

c) Faktor-faktor lingkungan
(1)

Perumahan meliputi : luas rumah, pengaturan kamar,

kelengkapan perabotan, serangga dan binatang-

binatang mengerat, tempat memasak, persediaan

sumber air, pembuangan kotoran, pembuangan

sampah, pembuangan air kotor.

33

1
1

(2)

Macam

lingkungan

tempat

tinggal

ventilasi,

komunikasi,

informasi

penerangan, kelembaban.

2
3

(3)

Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan

(4)

Fasilitas

5
6

transportasi

dan

mengenai TB Paru.
d) Riwayat Kesehatan/ Riwayat Medis

(1) Riwayat kesehatan dari setiap anggota keluarga

meliputi penyakit yang pernah diderita, kemungkinan

penyakit yang terkait keturunan, keadaan TB Paru

10

sekarang; meliputi adanya tanda dan gejala TB Paru

11

yaitu demam ringan, keringat malam hari, sakit

12

kepala, anoreksia,penurunan berat badan, nodus

13

limfe yang membengkak, krekles, nyeri dada (Tucker,

14

1998),

15

dilaksanakan, efek samping dari pengobatan TB

16

Paru.

bagaimana

pengobatan

yang

telah

17

(2) Nilai yang diberikan terhadap pencegahan penyakit TB

18

Paru meliputi status imunisasi khususnya BCG,

19

pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk pencegahan

20

penyakit TB Paru.

21
22

(3) Sumber pelayanan kesehatan yang digunakan untuk


mengatasi masalah TB Paru.

34

1
1

(4)

(5)

melihat

peranan

petugas

Pengalaman yang lampau dari petugas kesehatan


profesional, memuaskan atau tidak.

4
5

keluarga

kesehatan dan pelayanan yang mereka berikan.

2
3

Bagaimana

2) Tipologi Masalah Kesehatan

Tipologi masalah kesehatan menurut Suprajitno (2004) :

a) Diagnosis

resiko/resiko

tinggi

adalah

masalah

keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk

menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan

10

cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.

11

Menurut NANDA (2005) ancaman kesehatan yang muncul

12

pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga

13

menderita TB Paru adalah :

14

(1)

Resiko penularan TB Paru

15

(2)

Resiko untuk respon alergi pengobatan TB Paru.

16

b) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang

17

sedang dialami keluarga. Menurut NANDA (2005) pada

18

keluarga dengan salah satu anggota menderita TB Paru

19

muncul masalah aktual antara lain:

20

(1)

21

Manajemen regimen terapetik TB Paru tidak efektif.

c) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari

22

keluarga

23

kebutuhan

ketika

keluarga

kesehatannya

telah
dan

mampu

memenuhi

mempunyai

sumber

35

1
1

penunjang

ditingkatkan. Menurut NANDA (2005) diagnosa yang

muncul pada keadaan sejahtera pada keluarga dengan

salah satu anggota keluarga menderita TB Paru adalah

manajemen regimen terapetik TB Paru efektif.

b.

kesehatan

yang

memungkinkan

dapat

Tahap Penjajakan II : Penentuan Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga

mengalami TB Paru adalah :

1) Mampu mengenal masalah TB paru.

10

Apabila keluarga tidak sanggup mengenal masalah TB Paru,

11

hal ini terjadi karena beberapa penyebab :

12

a) ketidaktahuan keluarga tentang TB Paru.

13

b) Rasa takut jika masalah TB Paru diketahui

14

c) Sikap dan falsafah hidup yang tidak menganggap penting

15
16

masalah TB Paru.
2) Mampu mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

17

yang tepat pada TB Paru.

18

Penyebab

19

keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat pada TB

20

Paru adalah :

21

a) Tidak mengerti mengenai sifat, berat dan luasnya masalah

22
23

dimana

keluarga

tidak

sanggup

mengambil

TB Paru.
b) Masalah TB Paru yang tidak menonjol.

36

1
1

c) Kurang pengetahuan Mengenai Masalah TB Paru.

d) Ketidakcocokan pendapat keluarga tentang pemilihan

3
4
5
6

tindakan untuk mengatasi masalah TB Paru.


e) Tidak tahu fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah
TB Paru.
3) Mampu merawat/menolong anggota keluarga yang sakit TB

Paru.

Tidak setiap keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

sakit TB Paru. Hal ini disebabkan oleh :

10

a) Tidak mengetahui keadaan penyakit TB Paru.

11

b) Tidak mengetahui tentang sifat dan perjalanan penyakit TB

12
13
14

Paru.
c) Tidak adanya peralatan untuk perawatan penderita TB
Paru.

15

d) Sikap negatif terhadap TB Paru.

16

e) Perilaku mementingkan diri sendiri.

17

f) Adanya konflik individu.

18

4) Mampu

memelihara

lingkungan

20

anggota keluarga yang mengalami TB Paru.

21

Hal-hal

22

memelihara lingkungan terapeutik untuk penderita TB Paru

23

adalah :

menyebabkan

pengembangan

bisa

mempengaruhi

dan

yang

19

yang

kesehatan

rumah

keluarga

tidak

pribadi

mampu

37

1
1

a) Sumber-sumber

keuangan, fisik.
b) Kurang

keluarga

dapat

melihat

tidak

seimbang

keuntungan

misalnya

pemeliharaan

lingkungan di masa datang untuk menyembuhkan TB Paru.

4
5

c) Ketidaktahuan tentang hygiene sanitasi.

d) Ketidakkompakan keluarga
5) Mampu menggunakan sumber-sumber di masyarakat guna

7
8

pemeliharaan kesehatan.

Hal-hal

yang

menyebabkan

keluarga

tidak

sanggup

10

memanfaatkan sumber di masyarakat untuk pengobatan TB

11

Paru adalah :

12

a) ketidaktahuan atau tidak sadar kalau fasilitas kesehatan


untuk menanggulangi TB Paru ada.

13

b) Tidak memahami keuntungan yang dapat diperoleh dari

14

fasilitas kesehatan.

15

c) Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan petugas

16

kesehatan.

17

d) Rasa takut akibat dari tindakan (pencegahan, diagnostik,

18

pengobatan, rehabilitasi) berkaitan dengan TB Paru.

19
20

e) Kurang percaya pada petugas kesehatan.

21

f) Tidak terjangkaunya fasilitas kesehatan baik ongkos


maupun lokasi.

22
23

2.

Rumusan Diagnosa Keperawatan

38

1
1

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan hasil

analisa terhadap tipologi masalah keperawatan, yang selanjutnya

menjadi problem dan ketidakmampunan keluarga melakukan tugas

perkembangan keluarga, yang selanjutnya menjadi etiologi .

a.

Diagnosa yang bersifat resiko/resiko tinggi

Menurut NANDA (2005), diagnosa resiko yang muncul pada

keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita TB Paru

adalah :

1) Resiko penularan TB Paru

10

2) Resiko untuk respon alergi pengobatanTB Paru

11

Oleh Carpenito (1999) pernyataan diagnosa keperawatan resiko

12

terdiri dari dua bagian yaitu problem dan etiologi.

13

b. Diagnosa yang bersifat aktual

14

Menurut NANDA (2005) pada keluarga dengan salah satu

15

anggota keluarga menderita TB Paru muncul keadaan aktual

16

antara lain:

17
18
19
20

1) Manajemen regimen terapetik TB Paru tidak efektif.

21

Oleh Carpenito (1999) pernyataan diagnosa aktual terdiri dari

22

tiga bagian yaitu problem, etiologi, simptom (tanda dan

23

gejala).

39

1
c. Diagnosa yang bersifat potensial

1
2

Menurut NANDA (2005) diagnosa yang muncul pada keadaan

sejahtera pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga

menderita TB Paru adalah manajemen regimen terapeutik TB

Paru efektif. Oleh NANDA,cit. Carpenito (1999) diagnosa

keperawatan

kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

dan dirumuskan dengan pernyataan satu bagian yaitu problem.

9
10

3.

kesejahteraan

adalah

transisi

dari

tingkat

Perencanaan
a. Penentuan prioritas masalah (skoring)

11

Setelah diagnosa ditegakkan , selanjutnya dibuat perencanaan.

12

Masalah yang muncul pada keluarga mungkin lebih dari satu

13

masalah keperawatan yang tidak dapat ditangani sekaligus. Oleh

14

karena itu perawat harus membuat prioritas. Skala Untuk

15

menyusun masalah kesehatan keluarga sesuai dengan prioritas,

16

menurut Suprajitno (2004) adalah:

17
18
19
Tabel 2. Skala untuk Menyusun Prioritas Masalah

20
No
1.

2.

Kriteria
Sifat masalah
Skala : Aktual
Ancaman/resiko
Keadaan Sejahtera
Kemungkinan masalah dapat diubah

Skore

Bobot
1

3
2
1
2

40

3.

4.

2
1
0
1
3
2
1
1
2
1
0

Sumber: Bailon dan Maglaya dalam Suprayitno (2004)

1
2

Skala : Mudah
Sebagian
Tidak dapat
Potensial masalah dapat dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat harus ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu
segera di tangani
Masalah tidak dirasakan

Skoring :

1)

Tentukan skor sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

2)

Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan

5
6
7

dengan

bobot.
Skor

X Bobot

Skor tertinggi

Jumlahkan skor untuk semua kriteria. Skor maksimum adalah 5,

sama dengan seluruh bobot.

10

b. Penyusunan rencana keperawatan.

11

Perencanaan keperawatan keluarga meliputi penentuan

12

tujuan, yang mencakup tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

13

pendek. Pada kesempatan ini karena keterbatasan waktu, penulis

14

menuliskan satu diagnosa beserta rencana keperawatan yang

15

lazim muncul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga

16

menderita TB Paru terutama yang berkaitan dengan pengobatan

41

1
1

pada TB Paru yaitu : manajemen

tidak efektif.

regimen terapetik TB Paru

Rencana yang muncul untuk masing-masing diagnosa

keperawatan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga

menderita TB Paru adalah sebagai berikut:

1)

Manajemen Regimen Terapeutik TB Paru, tidak efektif

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah TB Paru.

Tujuan

jangka

panjang

adalah

manajemen

regimen

10

terapeutik TB Paru efektif.

11

Tujuan jangka pendek adalah : setelah dilakukan tindakan

12

keperawatan keluarga mampu mengenal masalah TB Paru

13

dengan kriteria :

14

a)

Mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan

15

karena ketidaktahuan, ketakutan karena kehilangan

16

kontrol atau kesalahan konsepsi mengenai TB Paru.

17

b)

Menggambarkan proses penyakit, penyebab-penyebab

18

dan faktor penunjang gejala, dan aturan untuk penyakit

19

atau kontrol gejala TB Paru.

20

Intervensi :

21

a)

Memperluas pengetahuan keluarga tentang TB Paru

22

melalui penyuluhan kesehatan tentang pengertian,

23

tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan TB Paru.

42

1
b)

Membantu keluarga melihat situasi dan akibat dari

situasi dimana salah satu anggota keluarga menderita

TB Paru.
c)

4
5

2)

Mengembangkan sifat positif yang ada dalam keluarga.

Manajemen Regimen Terapetik

TB Paru tidak efektif

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat pada

TB Paru

Tujuan jangka panjang : manajemen regimen terapetik TB

10

Paru efektif

11

Tujuan

12

keperawatan

13

mengenai tindakan kesehatan yang tepat pada TB Paru,

14

dengan kriteria secara verbal mengatakan akan melakukan

15

pengobatan TB Paru.

16

Intervensi :

17

a)

Diskusikan alternatif tindakan pengobatan TB Paru.

18

b)

Diskusikan konsekuensi jika pengobatan TB Paru tidak

pendek

keluarga

setelah

mampu

dilakukan

mengambil

tindakan
keputusan

dilakukan.

19
c)

20
21

jangka

3)

Motivasi keluarga melakukan pengobatan TB Paru.

Manajemen Regimen Terapetik

TB Paru tidak efektif

22

berhubungan dengan ketidakmampuan merawat/menolong

23

anggota keluarga yang sakit TB Paru

43

1
1

Tujuan jangka panjang : manajemen regimen terapetik TB

Paru efektif.

Tujuan Jangka pendek : setelah dilakukan tindakan

keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga

yang menderita TB Paru dengan kriteria :

a)

Minum OAT rutin.

b)

Nutrisi TKTP

c)

Istirahat cukup.

Intervensi :

10

a)

Jelaskan prosedur pengobatan TB Paru.

11

b)

Motivasi keluarga melakukan pengobatan TB Paru


secara efektif.

12
13

c)

Observasi ketaatan pengobatan TB Paru.

14

d)

Motivasi keluarga untuk menyediakan diit TKTP

15

e)

Anjurkan

untuk

memperhatikan

dan

melaksanakan istirahat secara teratur

16
f)

17

Beri

reinforcement

positif

terhadap

tindakan

pengobatan yang telah dilakukan keluarga.

18
19

keluarga

4)

Manajemen Regimen Terapetik

20

berhubungan

21

memelihara lingkungan rumah yang bisa mempengaruhi

22

kesehatan dan pengembangan pribadi anggota keluarga

23

yang menderita TB Paru.

dengan

TB Paru tidak efektif

ketidakmampuan

keluarga

44

1
1

Tujuan jangka panjang : manajemen regimen terapetik TB

Paru efektif

Tujuan

keperawatan keluarga mampu menciptakan lingkungan

yang mendukung pengobatan TB Paru dengan kriteria

keluarga mendukung secara psikologis pengobatan yang

dilakukan, ruangan tersendiri untuk penderita TB Paru,

ruangan rumah tidak lembab, terkena sinar matahari

langsung.

10

Intervensi :

11

a)

jangka

pendek

setelah

dilakukan

tindakan

Beritahu keluarga lingkungan yang diperlukan dalam

12

pengobatan TB Paru : bebas dari stress psikologis,

13

ruangan

14

matahari langsung.
b)

15

tidak

lembab,

terkena

sinar

Motivasi Keluarga untuk menciptakan lingkungan yang


mendukung pengobatan TB Paru.

16
c)

17

Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan


keluarga mendukung pengobatan TB Paru.

18
19

tersendiri,

5)

Manajemen Regimen Terapeutik

20

berhubungan

21

sumber di masyarakat guna pemeliharaan kesehatan.

22

Tujuan jangka panjang : manajemen regimen terapetik TB

23

Paru efektif

dengan

TB Paru tidak efektif

Ketidakmampuan

menggunakan

45

1
1

Tujuan

keperawatan

kesehatan untuk mengobatan TB Paru dengan kriteria :

keluarga datang berobat ke fasilitas kesehatan.

Intervensi :

a)

Jelaskan mengenai fasilitas kesehatan yang ada.

b)

Motivasi keluarga mendatangi fasilitas kesehatan.

4.

jangka

pendek
keluarga

setelah

mau

dilakukan

tindakan

memanfaatkan

fasilitas

Pelaksanaan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga di

10

dasarkan kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun,

11

yang meliputi tindakan mandiri perawat, pendidikan kesehatan,

12

observasi dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain (Effendi, 1998).

13

Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak

14

bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua

15

profesi kesehatan menjadi tim perawatan kesehatan di rumah.

16

Perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya untuk pelaksanaan,

17

meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan,

18

materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota

19

keluarga yang perlu mendapat informasi dan (mungkin) peralatan

20

yang perlu disiapkan keluarga (Suprajitno, 2004).

21
22

5.

Evaluasi
Evaluasi

merupakan

langkah

terakhir

dalam

proses

23

keperawatan, yang dilakukan sengaja dan terus menerus serta

46

1
1

melibatkan keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lain.

Evaluasi

keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian

ulang Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan. Apabila penilaian

tujuan tidak tercapai, maka dicari penyebabnya (Effendy, 1998).

bertujuan

untuk

menilai

tujuan

dalam

rencana

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara

hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah

ditetapkan. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang

operasional dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan

10

keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah

11

diberikan implementasi; O adalah keadaan objektif yang dapat

12

diidentifikasi, A merupakan analisis perawat setelah mengetahui

13

respon subjektif dan objektif keluarga; dan P adalah perencanaan

14

selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno, 2004).


Evaluasi sebagai suatu proses dapat dipusatkan pada 4

15

dimensi (Bailon dan Maglaya, cit. Pusdiknakes, 1989) :

16
17

a.

memperhatikan keberhasilan dari tindakan keperawatan.

18
19

Bila evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan, perawat

b.

Bila evaluasi dipusatkan pada ketepatgunaan, dimensinya

20

dikaitkan dengan biaya, apakah dalam bentuk uang, waktu,

21

tenaga dan bahan.

47

1
1

c.

Kecocokan dari tindakan perawatan adalah kesanggupan dari

tindakan untuk mengatasi masalah dengan baik serta sesuai

dengan pertimbangan professional.

d.

Kecukupan dari tindakan keperawatan menyinggung kelengkapan

dari tindakan apakah semua tindakan telah dilaksanakan untuk

mencapai hasil yang diinginkan.

Hasil dari perawatan keluarga dengan salah satu anggota

keluarga mengalami TB Paru dapat diukur melalui 3 bidang (Bailon

dan Maglaya, cit, Pusdiknakes, 1989)

10

a.

Keadaan

fisik

misalnya

meningkatnya

berat

badan,

11

meningkatnya intake makanan, tidak ada dahak/batuk, tidak ada

12

pembesaran kelenjar limfe, tidak demam.

13

b.

Keadaan psikologis atau sikap : misalnya berkurangnya rasa

14

cemas, berkembangnya sikap positif terhadap petugas-petugas

15

kesehatan, rajin kontrol untuk mengambil obat.

16

c.

Pengetahuan atau kelakuan belajar : misalnya mengetahui cara

17

minum obat yang benar, mengetahui cara pencegahan penularan

18

TB Paru, mengetahui cara perawatan TB Paru.

19
Metode yang digunakan dalam evaluasi menurut Bailon dan

20
21

Maglaya,cit. Pusdiknakes(1989) adalah :

22

a.

Observasi langsung, adalah metode yang paling benar untuk

23

menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang

48

1
1

subjektif dari perawat dapat dikurangi dan menggunakan

instrumen yang tepat. Contoh : penimbangan berat badan,

pengukuran suhu.
b.

Memeriksa laporan, adalah memeriksa catatan/laporan mengenai

test diagnostik yang menunjukkan perubahan dalam status

kesehatan keluarga yang dapat diperoleh dari status pasien.

Contoh memeriksa waktu kunjungan pasien untuk mengambil

obat.
c.

Wawancara atau Questionare, adalah suatu metode untuk

10

menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih rumit.

11

Contoh : apakah pasien sudah minum OAT sesuai petunjuk,

12

apakah pasien sudah makan dengan diit TKTP.


d.

13

Latihan/simulasi, adalah pemberian masalah hidup sehari-hari


kepada klien dan melihat bagaimana keluarga menanggapinya.

14
15
16
17

18C. Dokumentasi Keperawatan


19

Menurut Nursalam (2001) terdapat beberapa model dokumentasi

20

keperawatan yang kerap dibahas dan dalam setiap pendokumentasian

21

mengacu pada salah satu dari keenam model ini:

22

1.

SOR (Source Oriented Record)

49

1
Disebut

juga

catatan

tradisional

dimana

setiap

orang/bagian/sumber mempunyai catatan sendiri atau terpisah,

sumber tersebut mungkin dari perawat, dokter, petugas laboratorium,

atau tim kesehatan lain. Catatan ditulis dalam bentuk naratif, sering

dengan topik terpisah. Sistem dokumentasi yang tradisional ini

mengikuti suatu urutan urutan yang kaku, ditulis terpisah-pisah

sebagian sulit untuk menghubungkan keadaan yang sebenarnya

sesuai dengan perkembangan pasien.

2.

POR (Problem Oriented Record)


POR (catatan berorientasi pada masalah) adalah metode yang

10
11

dalam dokumentasi berdasarkan 4 komponen, yaitu :

12

a.

Data dasar

13

Awal dan dasar pemberian asuhan keperawatan keluarga adalah

14

pengumpulan data dasar. Data dasar mencakup pengkajian

15

keperawatan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik serta hasil

16

pemeriksaan laboratorium.

17
18
19

b.

Daftar masalah

20

Daftar masalah dituangkan dalam kolom analisa data yang berisi

21

data dasar yang tidak dalam skala normal, masalah yang muncul

22

serta penyebab dari masalah yang dalam keperawatan keluarga

50

1
1

mengacu pada ketidakmampuan keluarga melaksanakan 5 tugas

kesehatan keluarga.
c.

Daftar awal rencana asuhan

Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar

masalah. Setelah rencana asuhan tersusun untuk selanjutnya

dilaksanakan dalam asuhan keperawatan.


d.

Catatan perkembangan

Catatan perkembangan berisi perkembangan dan kemajuan tiap-

tiap masalah yang telah dilakukan asuhan. Pada penulisan

10

catatan perkembangan mengacu pada metode SOAP (Subyektif

11

data, Obyektif data, Analisis/Assesment dan Plan).

12

3.

Metode pendokumenmtasian yang dibuat secara singkat dimana

13

hanya hal khusus yang menjadi pengecualian yang dicatat.

14
15

CBE (Charting By Exception)

4.

PIE (Problem Intervention & Evaluation)

16

Merupakan system yang unik dimana tidak mengembangkan

17

perencanaan secara terpisah. Rencana perawatan masuk dalam

18

catatan perkembangan sesuai dengan nomor masalah.

19
20

5.

Focus Charting

21

Fokus pendokumentasian adalah asuhan sesuai konsern klien.

22

Fokus yang pertama adalah diagnosis kemudian baru aspek klien.

23

Terdiri atas Data Action dan Response (DAR). Khusus dalam

51

1
1

keperawatan

keluarga

telah

terdapat

standar

pendokumentasian yaitu mengunakan format BP1.

untuk

Agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat berarti dan

diterima semua pihak, maka harus mempunyai landasan yang kuat dan

pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan salah satunya.

Menurut Nursalam (2001) dalam pendokumentasian sebaiknya perawat

memperhatikan hal hal berikut :

a.

tindakan, keperawatan dan evaluasi.

9
10

b.

c.

Pilih

kata-kata

d.

untuk

mengkomunikasikan

Cantumkan waktu pelaksanaan kegiatan dan tanda


tangani.

15

Menurut Potter dan Perry (Nursalam, 2001) prinsip-prinsip

16
17

pendokumentasian adalah :

18

1.

Identifikasi nama klien pada rekam medis sebelum menulis


catatan perawatan.

19
20

kunci

pendapat.

13
14

Bila mungkin disingkat, gunakan standar pengobatan


contoh OAT, INH.

11
12

Tuliskan seluruh kegiatan termasuk diagnosis, tujuan,

2.

Catat nama klien dan identifikasi setiap halaman pada catatan


kesehatan.

21
22

3.

Tulisan harus dapat dibaca.

23

4.

Semua penulisan dimulai dimulai waktu dan tanggal.

24

5.

Pada akhir catatan diberi tanda tangan.

52

1
1

6.

Tulisan dibuat padat, singkat dan efektif.

7.

Gunakan huruf X untuk mengisi halaman yang kosong.

8.

Jika terjadi kesalahan, coret kata tersebut dengan garis lurus


dan tulis inisial diatas kata tersebut.

4
5
6

9.

Jangan menggunakan tipe-X untuk memperbaiki kesalahan


pada catatan perawatan.

Dengan demikian dokumentasi keperawatan harus bersifat

objektif, komprehensif, akurat dan menggambarkan keadaan klien serta

apa yang telah terjadi atas dirinya. Dalam pendokumentasian asuhan

10

keperawatan keluarga hendaknya menggunakan format menurut Depkes

11

(1997) yaitu format pengkajian keluarga dan format BP-1.

12

53

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Hari/ tanggal

: Kamis, 20 Juli 2006

Waktu

: 08.30 WIB

Tempat

: Rumah Bp. S

Sumber

: Keluarga Bp. S, Petugas

Metode

:Wawancara,

Observasi,

Puskesmas.
Pemeriksaan

fisik,

Studi

dokumentasi
1. Struktur dan Sifat Keluarga
a. Identitas kepala keluarga
1) Nama

: Bp. S

2) Umur

: 37 th

3) Jenis kelamin

: laki-laki

4) Agama

: Islam

5) Pendidikan terakhir : SLTP


6) Pekerjaan

: Pedagang

7) Alamat

: Tangkilan, Sidoarum, Godean, Gamping

8) Suku/kebangsaan

: Jawa/Indonesia

9) Jumlah anggota keluarga : 4

54

1
b. Daftar anggota keluarga
N
o

Nama

U
mu
r

Aga
ma

L/
P

1.

Ny.Sn

32

Islam P

2.
3.

Ny. W
Tn.St

33
29

Islam P
Islam L

4.

Ny. F

25

Islam P

Hub.
dg. KK

Pendidi
kan

Pekerjaan

keteranga
n

Istri

SD

IRT

Adik KK
Adik
ipar
Adik KK

SLTP
SLTP

Karyawan
Buruh

Riwayat
anemia
Sehat
Sehat

SLTP

Baby
sitter

Sehat

c. Anggota keluarga yang meninggal


Orang tua Bp. S keduanya telah meninggal yaitu Tn. Sy
meninggal tahun 1994 karena ketuaan, dan Ny. P meninggal tahun
2000 karena seseg nafas. Anak pertama klien juga telah meninggal
karena lahir prematur (usia 26 minggu).
d. Tempat tinggal masing-masing keluarga
Bp. S tinggal serumah dengan anggota keluarganya yaitu Ny.
Sn, Ny. W, Tn. St, dan Ny. F. Ny. W pulang 2 minggu sekali
untuk menemui suaminya (Tn, St), karena bekerja di Tahunan dan
tinggal di rumahnya yang ada di sana.
e. Tipe keluarga
Tipe keluarga Bp. S yaitu extended family
f. Struktur keluarga
Keluarga patrilineal dimana keluarga Bp. S tinggal di rumah suami
(patrilokal).

55

1
g. Fungsi keluarga
1). Afektif
Hubungan antar anggota keluarga Bp.S terjalin dengan baik,
saling menghargai, menghormati, cukup terjalin kehangatan hanya
saja Ny N yang sakit TBC sukar diatur mengenai kebiasaan yang
merugikan bagi penyakitnya. Hubungan dengan orang lain /
tetangga baik, tidak pernah bertengkar dan rukun.
2). Sosial
Interaksi dalam keluarga Bp. S terjalin dengan baik tetapi tidak
ada

aturan

atau

disiplin

apapun,

budaya

khusus

yang

mengharuskan anggota keluarga bertindak atau berperilaku.


3). Reproduksi
Keluarga Bp. S telah menjalankan fungsi reproduksinya walaupun
kehamilan pertama istrinya keguguran dan kehamilan keduanya
anak meninggal.
4). Ekonomi
Keluarga Bp S telah memenuhi fungsi ekonominya. Bp. S
bekerja

sebagai

seorang

pedagang

roti

eceran

dengan

menggunakan sepeda.
5). Perawatan kesehatan
Untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan perawatan keluarga,
ketika ada anggota keluarga yang sakit diobati sendiri dulu, jika
tidak sembuh dibawa ke puskesmas.

56

1
h. Hubungan antar anggota keluarga.
1) Hubungan suami - istri
Hubungan antara Bp. S dan Ny. Sn harmonis, satu sama lain
saling mendukung, jika ada masalah dimusyawarahkan bersama.
2) Hubungan antara orang tua - anak
3) Hubungan antara anak anak
4) Hubungan anggota keluarga baik dengan anggota keluarga
maupun keluarga lain
Harmonis, antara anggota keluarga saling mengunjungi, saling
menolong dan berbincang bersama.
i. Anggota keluarga yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan keluarga antara Bp. S dan Ny.
Sn selalu bermusyawarah, walaupun sebagian besar pengaruh dari
Bp. S.
j. Kebiasaan anggota keluarga sehari-hari.
1) Pola Nutrisi
Bp. S makan 3 kali sehari, jenis nasi, sayur mayur, lauk bervariasi
(tempe, tahu, kadang-kadang ikan atau ayam) makan habis 1 porsi.
Semenjak menderita TB paru Bp. S disaranjkan oleh perawat
untuk makan banyak, Bp. S selalu menambah porsi makan
sampai porsi dari porsi biasanya dengan jenis lauk bervariasi
(tempe, tahu, seminggu sekali ikan atau ayam), menghindari

57

1
makanan pedas, berminyak dan minum es. Bp. S minum 5-6
gelas sehari berupa air putih dan teh manis.
Ny. Sn makan 3 kali sehari, jenis nasi, sayur mayur khususnya
yang tinggi protein dan tinggi Fe (bayam, kangkung, kacang
panjang) lauk bervariasi (tempe, tahu, kadang-kadang ikan atau
ayam), makan habis 1 porsi. Minum 4-5 gelas berupa air putih
dan teh. Ny Sn menyatakan tidak mempunyai makanan
pantangan atau alergi terhadap jenis makanan tertentu.
Tn. St makan 3 kali sehari dengan menu bervariasi minum 7
gelas sehari berupa air putih dan teh.
Ny F makan 3 kali sehari dengan makan pokok nasi, lauk yang
dimakan bervariasi. Makanan kesukaan yang berasa gurih. Porsi
sekali makan 1 piring penuh. Ny. F minum sekitar 7-8 gelas/hari
berupa air putih, teh dan kadang jus buah.
Ny. W jarang makan dirumah, karena ia pulang kerumah setiap 2
minggu sekali.
Makanan dicuci dulu sebelum disajikan, makanan disajikan setelah
dimasak menggunakan bahan bakar kompor minyak. Keluarga Bp.
Shanya memasak sekali pada pagi hari dan disediakan selama
satu hari, jarang mengalami kelebihan makanan.
Keluarga tidak pernah makan dalam satu ruangan. Selama
menderita TB paru, alat makan Bp. S disendirikan dan tidak
pernah makan bersama dalam satu piring dengan anggota
keluarga lain.

58

1
2) Pola Aktivitas-Istirahat
Bp. S bekerja dari pagi hingga sore berjualan roti dengan
menggunakan sepeda tidur kurang lebih 5-6 jam sehari pada
malam hari. Bp. S tempat tidur tidak tetap, hanya sesekali saja
tidur di kamar dan lebih sering tidur dilantai di depan televisi di sofa,
selama sakit Bp. S tidur terpisah dengan istrinya. Bp. S
menyatakan bahwa roti yang dijualnya dibungkus dengan plastik
dan Bp.S sering cuci tangan untuk menghindari konsumen tertular
penyakitnya, sehingga 4 tahun yang lalu, Bp. S pernah bekerja di
pabrik kayu selama 3 tahun dan terpapar asap debu dan kayu.
Ny. Sn bekerja mengurus rumah (mencuci, menyapu lantai,
memasak, mengepel, membersihkan kandang ayam) dibantu oleh
Ny. F, tidur kurang lebih 6-8 jam sehari di kamar tidur dan sejak
Bp. S menderita penyakit TB paru, Bp. Ssudah tidak tidur
sekamar dengan Bp. S.
Tn. St bekerja sebagai buruh bangunan, tidur kurang lebih 8 jam
sehari, dikamar tidur terpisah.
Ny.F bekerja sebagai baby sitter pada pagi hari sampai sore
hari, kadang membantu mengurusi rumah tangga, tidur kurang
lebih 7 jam sehari di kamar tidur.
Ny. W bekerja sebagaiu karyawan swasta di Tahunan, istirahat di
rumah yang terpisah, 2 minggu sekali pulang dan tidur dikamar
bersama Tn. St
Keluarga tidak ada keluhan mengenai gangguan tidur.

59

1
3) Rekreasi
Bp. S menyatakan bahwa keluarga tidak berekreasi rutin, namun
jika desa mengadakan rekreasi bersama, keluarga biasanya ikut. Di
rumah keluarga mempunyai sarana hiburan keluarga berupa satu
buah televisi dan satu buah radio.
4) Pemanfaatan waktu luang
Waktu senggang keluarga dimanfaatkan untuk berbincang bersama
seluruh angota keluarga. Bp. S banyak mempunyai waktu luang
semenjak menjalani pengobatan TB Paru. Bp. S mengisi waktu
luang dengan menonton televisi atau tidut-tiduran.
5) Pola eliminasi.
Keluarga Bp. S

mempunyai kebiasaan buang air kecil (b.a.k)

kurang lebih 4-6 kali sehari, di WC, tidak ada keluhan nyeri saat
b.a.k. Selama menjalani pengobatan TB Paru, Bp. S mengatakan
heran karena warna air kencing dan fesesnya menjadi kuning
kemerahan/oranye.
Keluarga Bp. S mempunyai kebiasaan buang air besar sekali
sehari, di WC dalam rumah
6) Pola kebersihan diri.
Keluarga Bp. S mandi 2 kali sehari dengan sabun mandi dikamar
mandi. Keluarga menggosok gigi 2 kali sehari, semenjak diketahui
menderita TB paru, Bp. S memliki alat gosok gigi sendiri.
Keluarga Bp. S keramas 2 hari sekali dengan shampoo.

60

1
Keluarga TnP mencuci tangan sebelum makan, kasur dijemur I
minggu sekali, sprei diganti seminggu sekali.
7) Kebiasaan keluarga yang merugikan.
Keluarga Bp.S tidak ada yang mempunyai kebiasaan merokok.
Bp. S mempunyai sapu tangan untuk menutupi saat batuk dan
juga menyatakan tidak meludah disembarang tempat, ia meludah
di kaleng cat bertutup yang di beri cairan bayclin.
k. Tahap dan Tugas perkembangan keluarga.
Tahap perkembangan keluarga Bp. S saat ini adalah keluarga
pemula karena ia belum mempunyai anak, anak pertamanya
meninggal setelah 1 jam dilahirkan karena lahir prematur (usia
kandungan 26 minggu).
Keluarga sudah menjalankan tugas perkembangan keluarga
dengan

anggota

keluarga

saling

menyesuaikan

diri

dan

melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan perannya masingmasing, Bp.S mencari nafkah, Ny.Sn mengurusi urusan rumah
tangga.
Ny. Sn juga nampak akrab dan harmonis dengan saudara Bp.S
hal ini dibuktikan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antara
N. Sn dengan keluarga Bp. S.
Keluarga Bp. S menyatakan ingin memiliki anak, hanya saja
kedua kehamilan istrinya gagal, namun Bp. S dan Ny. Sn masih
tetap ingin memiliki anak.

61

1
2. Faktor Sosial. Ekonomi, dan Budaya.
a. Penghasilan dan pemanfaatannya.
Penghasilan keluarga Bp. S bersumber dari penghasilan harian
Bp. S sebagai pedagang roti eceran dengan menggunakan sepeda.
Hasilnya. Hasil berkisar antara Rp 10.000-Rp 25.000/hari, jika Bp. S
tidak bekerja, maka tidak memiliki penghasilan.
b. Penggunaan dana keluarga
Bp. S mengatakan bahwa berapapun penghasilan yang didapat
keluarga merasa cukup untuk makan dan biaya kesehatan, walaupun
kadang kurang terutama jika banyak dana yang keluar untuk
kepentingan hubungan sosial.
c. Pengelolaan dana di keluarga
Penghasilan Bp. S dikelola oleh Ny. Sn.
d. Hubungan Keluarga Bp. S dengan masyarakat.
Bp. S maupun Ny. Sn aktif dalam kegiatan perkumpulan yang
ada di desa seperti dasawisma, pengajian, kerja bakti, perkumpulan
campursarian,

maupun

kegiatan

olahraga

didesanya.

Setelah

diketahui Tb paru Bp. S mengurangi kegiatan di masyarakatnya.


Ny. Sn mengatakan bahwa jika kita hidup di desa maka kita juga
harus ikut adat kebiasaan orang desa.
e. Fasilitas pertemuan didesa
Terdapat balai pertemuan desa dan di masjid.

62

1
3. Faktor Lingkungan.
a. Rumah
1) Denah
8

12 m

6
5

6m
Keterangan :
: Pintu
: Jendela
: Lubang angin
1

: Ruang tamu

: dapur

: Ruang makan

: Kamar mandi

: Kamar tidur Ny. F8

: Kamar tidur Tn. St dan

:Kamar tidur Bp. S

NY. W

dan Ny. Sn
5

: Ruang sholat

2) Ukuran rumah termasuk teras depan dan tidak termasuk halaman


adalah 5 X 12 m.

63

1
3) status pemilikan rumah : milik sendiri.
4) Dinding rumah : tembok.
5) Atap terbuat dari genteng, langit-langit dari bambu
6) Lantai rumah semen, lantai bersih rumah.
7) Ventilasi rumah ada, berupa lubang-lubang angin, pintu dan
jendela. Jendela hanya terdapat di ruang tamu dan dikamar Bp.
S, sehingga pencahayaan di ruang tengah kurang, jendela dan
pintu, dibuka setiap pagi. Terdapat lubang angin kecil berukuran 30
x 50 cm pada dapur dan kamar tidur. Keluarga menyatakan bahwa
ruang tengah, kamar tidur Ny. W dan Ny. F memang yang gelap
b. Sarana memasak
Keluarga Bp. S memasak dengan menggunakan kompor minyak,
tempat penyimpanan alat masak didapur yang terkena sinar
matahari.
c. Sampah
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah. Sampah yang
menumpuk dibakar atau dibuang di lubang sampah yang berada di
belakang rumah dan samping kiri rumah, baru kemudian dibakar.
d. Sumber air
Sumber air yang digunakan keluarga untuk keperluan sehari-hari
berasal dari sumur gali. Kualitas air sumur baik, warna jernih, tidak
berbau, kebersihan sumur cukup.

64

1
e. Keluarga Bp. S mempunyai jamban keluarga berlantai keramik kasar,
kebersihan jamban cukup.
f. Pembuangan air limbah.
Air limbah rumah tangga dialirkan melalui saluran air ke sungai di
belakang rumah berjarak 12 meter.
g. Kandang ternak.
Di samping kiri rumah terdapat kandang ayam, kebersihan
kandang cukup, jumlah ayam sebanyak 9 ekor. Ny. Sn mengatakan
bahwa setiap hari ia yang membersihkan kandang tersebut. Di depan
rumah terdapat dua buah kandang burung milik Tn. Sp kakak klien,
keadaannya cukup bersih.
h. Halaman.
Teras rumah digunakan oleh keluarga Bp. S untuk berbincang
bersama anggota keluarga maupun dengan tetangga,
Halaman rumah Bp. S digunakan untuk jalan masuk ke kampung.
i. Kamar mandi
Kamar mandi keluarga Bp. S cukup bersih, terdapat bak mandi
khusus ukuran 1 x 0,5 meter.

65

1
j. Lingkungan rumah
1) Geografi rumah : rumah berada di pinggir jalan, cukup dekat
dengan jalan raya antar pedesaan.
2) Jarak rumah Bp. S dengan tetangga cukup dekat, kurang lebih 7
meter ke kanan, 10 meter ke kiri dan 10 meter ke depan.
3) Suasana di sekitar rumah cukup tenang, tetapi bila banyak
tetangga datang/bermain lingkungan rumah menjadi sangat ramai.
k. Fasilitas pendidikan
Jarak rumah dengan fasilitas pendidikan terdekat yaitu SD kurang
lebih 400 meter.
l. Fasilitas perdagangan
Jarak rumah dengan fasilitas perbelanjaan yaitu pasar Bibis dan
pasar Gamping kurang lebih 1 Km.
m. Fasilitas kesehatan
Jarak rumah dengan Puskesmas Godean II kurang lebih 1 km.
n. Fasilitas peribadatan
Jarak rumah dengan Masjid kurang lebih 100 m.
o. Sarana hiburan
Sarana hiburan yang ada dirumah adalah televisi dan radio.
p. Sarana transportasi keluarga adalah sepeda motor.
Sarana transportasi keluarga adalah sepeda motor dan sepeda

66

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram (Friedman, 1998)
1994

2000
sesek

1986

29

u
j
h
j

37

1978

2004
lahir prematur

Keterangan :
: Laki laki

: Garis perkawinan

: Perempuan

: Garis keturunan

: Pasien yang diidentifikasi

: Tinggal satu rumah

: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
b. Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga
Bp. S menyatakan batuk-batuk sejak 1 tahun yang lalu, diobati
dengan obat pasaran dan kambuh-kambuhan. Sejak 2 minggu yang
lalu, Bp. S batuk-batuk berdahak khususnya di pagi hari, sesek
disertai dengan panas, diobati dengan obat pasaran tidak sembuh
kemudian dibawa ke Puskesmas Godean II, disarankan cek dahak
sekeluarga dan di beri obat, hasilnya panas turun dan sesek
berkuran, namun batuk tidak berkurang. 3 hari yang lalu, dahak
dikirim

ke

Puskesmas,

hasilnya

BTA

positif

dan

langsung

67

1
mendapatkan FDC kategori I. Bp. S menyatakan telah mengetahui
bahwa penyakit yang dideritanya karena ada bakteri pada paru yang
menular lewat udara, percikan ludah dan harus diobati selama 6
bulan.

Bp. S mengatakan bahwa ia harus selalu kontrol ke

Puskesmas pada hari Senin, diantar oleh adik iparnya atau berangkat
sendiri menggunakan sepeda motor. Bp. S mengatakan bahwa
perawatan TB Paru adalah tidak kontak/berbicara dengan orang lain
dengan jarak dekat, alat makan disendirikan, meludah dalam tempat
khusus yang terbuat dari kaleng cat yang di beri cairan bayclin dan
menutup mulut saat batuk dengan tisu/ sapu tangan. Bp. S
menyatakan belum pernah ada kontak dengan orang yang terkena
TB, namun 4 tahun yang lalu pernah bekerja di pabrik kayu selama
2 tahun dan kontak dengan debu dan serbuk kayu.
Ny Sn mengatakan bahwa 7 bulan yang lalu, ia operasi anak lahir
prematur karena ibu anemia, anak meninggal setelah 1 hari
perawatan di RS Sleman. Setelah melahirkan Hb Ny. Sn 7,3 mg/dl,
kemudian mendapatkan tranfusi sebanyak 2 kolf dan Hb meningkat
menjadi 11,8 mg/dl dan diperbolehkan pulang. Ny. Sn menyatakan
pernah di beri penyuluhan dan telah mengerti tentang anemia, tanda
dan gejala, cara perawatan dan pengobatannya. Ny. Sn makan
makanan TKTP tinggi Fe, mengatur istirahat, namun tidak kontrol
karena hambatan finansial.

68

1
Anggota keluarga lain baik Tn. St, Ny. W, maupun Ny. F
menyatakan tidak pernah mengalami gangguan kesehatan yang
serius.
c. Kebiasaan memeriksakan diri dan minum obat
Keluarga Bp. S menyatakan bahwa setiap hari Senin Bp. S
harus pergi ke Puskesmas untuk mengambil obat dan diperiksa
dokter. Bp S minum obat setiap hari 3 kaplet sekali minum dengan
Ny. Sn sebagai pengawas minum obatnya.
Untuk anggota keluarga lain datang ke tempat pelayanan
kesehatan hanya saat merasa ada keluhan mengenai kesehatan
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan menstruasi.
Ny Sn mengalami kehamilan 2 kali, kehamilan pertamanya 1
tahun yang lalu keguguran pada usia kehamilan 12 minggu karena
kelelahan dan terjatuh dari sepeda, kemudian ditolong oleh bidan.
kehamilan kedua lahir prematur usia kehamilan 26 minggu ditolong
dokter dengan cara operasi di RS Sleman, anak meninggal. Saat ini
NyN masih menstruasi namun teratur, sekitar 1 bulan sekali, lama
menstruasi 4-6 hari, tidak ada nyeri atau pegal-pegal pada saat
menstruasi.
e. Riwayat Keluarga Berencana
NyN mengatakan bahwa ia tidak mengikuti program KB dengan
alasan karena masih ingin hamil lagi dan mempunyai anak.

69

1
f. Riwayat kesehatan Mental-Psikososial-Spiritual
1) Memenuhi kebutuhan Jiwa.
Bp. S menyatakan bahwa keluarga ingin maju termasuk juga
dalam masalah kesehatan. NySn mengatakan semua keadaan
keluarga cukup merasa tenang, aman dan tentram.
2) Pemenuhan Status Sosial.
Keluarga tidak merasa dikucilkan maupun dibenci oleh masyarakat
di sekitarnya.
3) Riwayat kesehatan mental keluarga.
Tidak ada riwayat gangguan jiwa pada keluarga maupun anggota
keluarga yang merasa tertekan, kecewa maupun merasa bersalah.
4) Gangguan mental anggota keluarga
Tidak ada perilaku anggota keluarga yang menonjol seperti agresif,
ekstrem, suka melamun, suka menyendiri.
g. Riwayat Spiritual keluarga.
Keluarga menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Keluarga terutama
Bp. S selalu berdoa agar dirinya sembuh.
h. Pemeriksaan fisik
1) Bp. S
TD : 100/70 mmhg, N: 80 x/mnt, RR: 28 x/mnt, S:36, 4 C
BB : 55 kg , TB : 165 cm, IMT: 20.2 %
Bp. S menyatakan berat badannya sejak 1 tahun yang lalu tetap
55 Kg.

70

1
Kepala : bentuk normochepal, tidak ada kelainan penglihatan,
konjungtiva tidak anemis, rambut hitam tak beruban, kulit kepala
bersih, wajah tampak pucat, tidak menggunakan pernafsan cuping
hidung. Terdapat pembesaran kelenjar limfe di dagu
Leher : tidak ada perbesaran kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid.
Dada : bentuk pigeon chest, ekspansi dada simetris, tidak
menggunakan otot pernapasan tambahan, RR : 28 X/menit, pola
nafas dangkal dan cepat, perkusi suara resonan pada dada kiri
maupun kanan , tidak ada massa maupun nyeri tekan, auskultasi
tracheal maupun bronkheal terdengar ronchi.
Perut : perut simetris, perkusi suara timpani, palpasi perut di semua
kuadran tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri epigastrium.
Ekstremitas : anggota gerak atas dan bawah lengkap tidak ada
kelemahan otot.
Selama 2 jam saat pengkajian, Bp. S batuk tidak menghadap
kepada orang lain dan menutup mulut. APGAR keluarga skor 9
(fungsi keluarga baik),
Hasil laboratorium (17-07-2006) tes dahak pagi: BTA positif
Terapi TB Paru : Fix Dose Combination (FDC) Dosis kategori I (2
HRZE/4H3R3) : 3 tablet/hari, paracetamol 500 mg dan Antasida
DOEN kalau perlu.
2) Ny. Sn
BB : 39 kg

TB : 140 cm.

TD : 100/70 mmHg, N: 84 x/mnt, RR, 16 x/mnt.

71

1
Kepala : bentuk normochepal, konjungtiva agak anemis.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe.
Dada : ekspansi dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada, RR :
19X/menit, tidak ada suara ronchi.
Perut : bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas : tidak ada kelainan anggota gerak, tidak ada
kelemahan otot.
3) Ny. W
Keluarga menyatakan bahwa Ny. W bekerja di Tahunan dan
hanya pulang 2 minggu sekali sehingga perawat tidak bisa
melakukan pengkajian fisik secara langsung.
Keluarga menyatakan bahwa Ny. W tidak pernah mengalami
gangguan kesehatan yang serius.
4) Tn. St
BB : 54 kg

TB : 167 cm

TD : 120/80 mmHg, RR: 20 x/mnt, N:

88 x/mnt.
Kepala : bentuk normochepal, konjungtiva tidak anemis.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe.
Dada : ekspansi dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada, RR :
16X/menit, tidak ada suara ronchi.
Perut : bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas : tidak ada kelainan anggota gerak, tidak ada
kelemahan otot.

72

1
5) Ny. F
BB : 54 kg

Umur : 20 tahun TB : 175 cm

TD : 110/70 mmHg

RR: 20 x/mnt, N: 88 x/mnt.


Kepala : bentuk normochepal, konjungtiva tidak anemis.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe.
Dada : ekspansi dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada, RR :
18X/menit, tidak ada suara ronchi.
Perut : bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan.
5. Persepsi dan Tanggapan Keluarga Terhadap Masalah TB Paru
a. Persepsi keluarga terhadap masalah TB Paru yang dialami TnP.
Keluarga menganggap bahwa masalah TB Paru adalah masalah
kesehatan yang penting dan harus segera ditangani. Keluarga Bp. S
mengetahui

secara

umum

tentang

penyakit,

perawatan

dan

pengobatan yang diderita dari perawat Puskesmas Godean II, hanya


saja keluarga Bp. S menyatakan belum tahu bagaimana tanda dan
gejala TB paru, apa komplikasi penyakit, gizi pada penderita TB paru,
efek samping obat dan apa akibat dari putus minum obat
b. Tanggapan/mekanisme koping keluarga terhadap masalah TB Paru.
Keluarga Bp. S serius dalam menanggapi masalah TB Paru yang
dialaminya dengan minum obat sejumlah 3 buah sekali minum setiap
hari yang didukung dan diawasi oleh Ny. Sn, selain itu Ny. Sn
sebagai PMO juga mendengarkan dan menanggapi keluhan Bp. S
selama pengobatan, misal ketika Bp. S merasa mual Ny. Sn
langsung menyarankan agar minum obat antasida DOEN yang

73

1
diberikan oleh perawat yang menanganinya.

selain itu untuk

mencegah penularan Bp. S mengurangi kontak jarak dekat dengan


orang lain, tidur sendiri, alat-alat makan dipisah dan dijemur setelah
dicuci.
Selain itu keluarga Bp. S juga membersihkan rumah dan langitlangit, menjemur kasur dan mengganti sprei tiap seminggu sekali,
serta membuka jendela dan pintu setiap pagi hari.
Bp. S menyatakan bahwa ia disarankan agar istirahat teratur,
namun ia tidak bisa karena harus menjual roti dari pagi hingga sore.

74

1
Analisa Data
Data
1

Masalah
2
DS :
Manajemen
Bp. S menyatakan telah regimen terapeutik
mengetahui bahwa penyakit Keluarga Bp.S
yang dideritanya karena ada tidak efektif
bakteri pada paru yang
menular
lewat
udara,
percikan ludah dan harus
diobati selama 6 bulan
Keluarga Bp. S mengetahui
secara
umum
tentang
penyakit, perawatan dan
pengobatan yang diderita
dari perawat Puskesmas
Godean II, hanya saja
keluarga Bp. S menyatakan
belum tahu bagaimana tanda
dan gejala TB paru, apa
komplikasi penyakit, gizi
pada penderita TB paru, efek
samping obat dan apa akibat
dari putus minum obat.
Keluarga
Bp.
S
menyatakan serius dalam
menanggapi masalah TB
Paru
yang
dialaminya
dengan
minum
obat
sejumlah 3 buah sekali
minum setiap hari yang
didukung dan diawasi oleh
Ny. Sn, selain itu Ny. Sn
sebagai
PMO
juga
mendengarkan
dan
menanggapi keluhan Bp. S
selama pengobatan, misal
ketika Bp. S merasa mual
Ny.
Sn
langsung
menyarankan agar minum
obat antasida DOEN yang
diberikan oleh perawat yang
menanganinya.
selain itu
untuk mencegah penularan
Bp. S mengurangi kontak
jarak dekat dengan orang
lain, tidur sendiri, alat-alat
2

Penyebab
3
Ketidakmampuan
keluarga merawat
Bp. S yang
mengalami TB
Paru karena
ketidaktahuan
tentang
perawatan dan
pengobatan yang
tepat dan karena
faktor finansial

75

makan dipisah dan dijemur


setelah dicuci
Keluarga Bp. S juga
membersihkan lantai rumah
dan langit-langit, menjemur
kasur dan mengganti sprei
tiap seminggu sekali, serta
membuka jendela dan pintu
setiap pagi hari
Bp. S makan 3 kali sehari,
jenis nasi, sayur mayur, lauk
bervariasi
(tempe,
tahu,
kadang-kadang ikan atau
ayam) makan habis 1 porsi.
Semenjak menderita TB paru
Bp. S disaranjkan oleh
perawat
untuk
makan
banyak, Bp. S selalu
menambah porsi makan
sampai porsi dari porsi
biasanya dengan jenis lauk
bervariasi
(tempe,
tahu,
seminggu sekali ikan atau
ayam),
menghindari
makanan pedas, berminyak
dan minum es. Bp. S
minum 5-6 gelas sehari
berupa air putih dan teh
manis.
Bp. S menyatakan bahwa
ia disarankan agar istirahat
teratur, namun ia tidak bisa
karena harus menjual roti
dari pagi hingga sore
Bp. S menyatakanbekerja
dari
pagi
hingga
sore
berjualan
roti
dengan
menggunakan sepeda tidur
kurang lebih 5-6 jam sehari
pada malam hari. Bp. S
tempat tidur tidak tetap,
hanya sesekali saja tidur di
kamar dan lebih sering tidur
dilantai di depan televisi di
sofa, selama sakit Bp. S
tidur terpisah dengan istrinya

76

Bp. S menyatakan bahwa


dirinya harus kontrol setiap
hari senin.
DO:
Sejak 2 minggu yang lalu,
Bp.
S
batuk-batuk
berdahak khususnya di pagi
hari, sesek disertai dengan
panas, 3 hari yang lalu,
dahak dikirim ke Puskesmas,
hasilnya BTA positif dan
langsung mendapatkan FDC
kategori I. Pemeriksaan fisik
Bp. S RR: 28 x/mnt, pola
nafas. Dangkal dan cepat,
terdpat pembesaran kelenjar
limfe di dagu, bentuk dada
pigeon chest, suara nafas
ronkhi
Rumah Bp. S dinding dari
tembok, langit-langit bersih,
lantai dari semen bersih
Jika ada anggota keluarga
Bp. S yang sakit diobati
sendiri atau di bawa ke
Puskesmas
DS :
penularan
Keluarga
Bp.
S Risiko
penyakit
pada
menyatakan
telah keluarga Bp. S
mengetahui bahwa penyakit
yang dideritanya karena ada
bakteri pada paru yang
menular
lewat
udara,
percikan ludah
Keluarga menyatakan bahwa
ruang tengah, kamar tidur
Ny. W dan Ny. F memang
yang gelap
Bp. S mengatakan bahwa
perawatan TB Paru adalah
tidak
kontak/berbicara
dengan orang lain dengan
jarak dekat, alat makan
disendirikan, meludah dalam
tempat khusus yang terbuat
dari kaleng cat yang di beri
cairan bayclin dan menutup

ketidakmampuan
keluarga
menciptakan
lingkungan
fisik
untuk mencegah
penularan
TB
Paru

77

1
mulut saat batuk
Keluarga Bp. S juga
membersihkan lantai rumah
dan langit-langit, menjemur
kasur dan mengganti sprei
tiap seminggu sekali, serta
membuka jendela dan pintu
setiap pagi hari
DO :
Bp. S tinggal serumah
dengan anggota keluarganya
yaitu Ny. Sn, Ny. W, Tn.
St, dan Ny. F.
Jendela hanya terdapat di
ruang tamu dan dikamar Bp.
S, sehingga pencahayaan
di ruang tengah kurang,
jendela dan pintu, dibuka
setiap pagi. Terdapat lubang
angin kecil berukuran 30 x
50 cm pada dapur dan
kamar tidur.
Rumah Bp. S dinding dari
tembok, langit-langit bersih,
lantai dari semen bersih
Selama
2
jam
saat
pengkajian, Bp. S batuk
tidak menghadap kepada
orang lain dan menutup
mulut dengan tisu/ sapu
tangan. Bp. S tidur terpisah
dari istrinya, . Bp. S
menyatakan bahwa roti yang
dijualnya dibungkus dengan
plastik dan Bp.S sering cuci
tangan untuk menghindari
konsumen
tertular
penyakitnya.
Bp. S mempunyai tempat
meludah
khusus
yang
terbuat dari kaleng cat
bertutup yang diberi cairan
bayclyn

78

1
B. Diagnosa Keperawatan
1. Manajemen regimen terapetik keluarga Bp. S tidak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat Bp. S
yang mengalami TB Paru karena ketidaktahuan tentang perawatan
dan pengobatan yang tepat serta karena faktor financial ditandai
dengan:
DS :

Bp. S menyatakan

telah mengetahui

bahwa penyakit yang

dideritanya karena ada bakteri pada paru yang menular lewat


udara, percikan ludah dan harus diobati selama 6 bulan

Keluarga Bp. S mengetahui secara umum tentang penyakit,


perawatan dan pengobatan yang diderita dari perawat Puskesmas
Godean II, hanya saja keluarga Bp. S menyatakan belum tahu
bagaimana tanda dan gejala TB paru, apa komplikasi penyakit, gizi
pada penderita TB paru, efek samping obat dan apa akibat dari
putus minum obat.

Keluarga Bp. S menyatakan serius dalam menanggapi masalah


TB Paru yang dialaminya dengan minum obat sejumlah 3 buah
sekali minum setiap hari yang didukung dan diawasi oleh Ny. Sn,.
selain itu untuk mencegah penularan Bp. S mengurangi kontak
jarak dekat dengan orang lain, tidur sendiri, alat-alat makan dipisah
dan dijemur setelah dicuci

79

Keluarga Bp. S juga membersihkan lantai rumah dan langit-langit,


menjemur kasur dan mengganti sprei tiap seminggu sekali, serta
membuka jendela dan pintu setiap pagi hari

Bp. S makan 3 kali sehari, jenis nasi, sayur mayur, lauk bervariasi
(tempe, tahu, kadang-kadang ikan atau ayam) makan habis 1 porsi.
Semenjak menderita TB paru Bp. S disaranjkan oleh perawat
untuk makan banyak, Bp. S selalu menambah porsi makan
sampai porsi dari porsi biasanya dengan jenis lauk bervariasi
(tempe, tahu, seminggu sekali ikan atau ayam), menghindari
makanan pedas, berminyak dan minum es. Bp. S minum 5-6
gelas sehari berupa air putih dan teh manis.

Bp. S menyatakan bahwa ia disarankan agar istirahat teratur,


namun ia tidak bisa karena harus menjual roti dari pagi hingga
sore

Bp. S menyatakan bekerja dari pagi hingga sore berjualan roti


dengan menggunakan sepeda tidur kurang lebih 5-6 jam sehari
pada malam hari. Bp. S tempat tidur tidak tetap, hanya sesekali
saja tidur di kamar dan lebih sering tidur dilantai di depan televisi di
sofa, selama sakit Bp. S tidur terpisah dengan istrinya

Bp. S menyatakan bahwa dirinya harus kontrol setiap hari senin.

DO:

Sejak 2 minggu yang lalu, Bp. S batuk-batuk berdahak khususnya


di pagi hari, sesek disertai dengan panas, 3 hari yang lalu, dahak
dikirim ke Puskesmas, hasilnya BTA positif dan langsung

80

1
mendapatkan FDC kategori I. Pemeriksaan fisik Bp. S RR: 28
x/mnt, pola nafas, terdapat pembesaran kelenjar limfe di dagu,
Dangkal dan cepat, bentuk dada pigeon chest, suara nafas ronkhi

Rumah Bp. S dinding dari tembok, langit-langit bersih, lantai dari


semen bersih

Jika ada anggota keluarga Bp. S yang sakit diobati sendiri atau di
bawa ke Puskesmas

2. Risiko penularan TB paru pada keluarga Bp. S berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga Bp. S menciptakan lingkungan fisik untuk
mencegah penularan TB Paru ditandai dengan:
DS :

Keluarga Bp. S menyatakan telah mengetahui bahwa penyakit


yang dideritanya karena ada bakteri pada paru yang menular lewat
udara, percikan ludah

Keluarga menyatakan bahwa ruang tengah, kamar tidur Ny. W


dan Ny. F memang yang gelap

Bp. S mengatakan bahwa perawatan TB Paru adalah tidak


kontak/berbicara dengan orang lain dengan jarak dekat, alat makan
disendirikan, meludah dalam tempat khusus yang terbuat dari
kaleng cat yang di beri cairan bayclin dan menutup mulut saat
batuk dengan tisu/ sapu tangan, Bp. S tidur terpisah dengan
istrinya. Bp. S menyatakan bahwa roti yang dijualnya dibungkus
dengan plastik dan Bp.S sering cuci tangan untuk menghindari
konsumen tertular penyakitnya.

81

Keluarga Bp. S juga membersihkan lantai rumah dan langit-langit,


menjemur kasur dan mengganti sprei tiap seminggu sekali, serta
membuka jendela dan pintu setiap pagi hari

DO :

Bp. S tinggal serumah dengan anggota keluarganya yaitu Ny.


Sn, Ny. W, Tn. St, dan Ny. F.

Jendela hanya terdapat di ruang tamu dan dikamar Bp. S,


sehingga pencahayaan di ruang tengah kurang, jendela dan pintu,
dibuka setiap pagi. Terdapat lubang angin kecil berukuran 30 x 50
cm pada dapur dan kamar tidur.

Rumah Bp. S dinding dari tembok, langit-langit bersih, lantai dari


semen bersih

Selama 2 jam saat pengkajian, Bp. S batuk tidak menghadap


kepada orang lain dan menutup mulut.

Bp. S mempunyai tempat meludah khusus yang terbuat dari


kaleng cat bertutup yang diberi cairan bayclyn

82

1
Penentuan prioritas masalah
Masalah: Management regiment terapetik pada keluarga Bp. S tidak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat Bp. S yang
mengalami TB Paru karena ketidaktahuan tentang perawatan dan pengobatan
yang tepat serta karena faktor financial
No
1

Kriteria
Sifat masalah
-defisit

Hitu

Skore

Pembenaran

ngan
3/3x1

Bp. S menyatakan telah menderita


TB Paru dengan BTA positif.
Bp. S menyatakan sering batukbatuk berdahak khususnya pada pagi
hari
Faktor pendukung;
-Bp. S menyatakan bahwa ia selalu
minum obat setiap hari 3 jenis satu
kali minum, sebagai PMO adalah Ny.
Sn
-Bp. S menyatakan akan kontrol
setiap hari senin
-keingintahuan keluarga Bp. S
tentang penyakit yang diderita Bp. S
Faktor penghambat:
-Bp. S sulit untuk mengatur
istirahatnya karena harus bekerja dari
pagi sampai sore untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya
Dengan pengetahuan yang cukup
tentang penyakit TB Paru dan diskusi
pentingnya perawatan dan
pengobatan, akan terjadi perubahan
perilaku istirahat yang cukup pada Bp.
S.dan manajemen regimen
terapeutik menjadi efektif
Keluarga mengetahui bahwa Bp. S
menderita TB Paru dan mendukung
sebagai PMO, serta akan mengontrol
seminggu sekali.

1/2x2
2

Kemungkinan
masalah dapat
diubah
-sebagian

Potensial masalah
dapat dicegah:
-sedang

2/3x1

Menonjolnya
masalah
-Merasa ada
masalah dan
segera ditangani

Total

2/3

1
2/2x1

3 2/3

83

Penentuan prioritas masalah


Masalah: Resiko penularan TB Paru ketidakmampuan keluarga menciptakan
lingkungan fisik untuk mencegah penularan TB Paru.
No
1

Kriteria
Sifat masalah
Ancaman

Hitungan Skore

Pembenaran

2/3

Bp. S dengan TB Paru tinggal


serumah dengan 4 anggota keluarga
lainnya dan mereka berinteraksi setiap
hari .

2/3x1

Kemungkinan
masalah
dapat diubah
-sebagian

1/2x2

Faktor pendukung;
-Rumah Bp. S langit-langit bersih,
lantai dari semen bersih, jendela dan
pintu di buka setiap pagi
Faktor penghambat:
-Pencahayaan dirumah Bp. S kurang

Potensial
masalah
dapat
dicegah:
-sedang

2/3x1

2/3

Keluarga Bp. S mendukung


pengobatan dan perawatan Bp. S .
Lantai rumah bersih, pintu dan jendela
dibuka setiap pagi, Bp. S menghindari
kontak dalam jarak dekat, meludah
ditempat khusus dan menutup mulut
saat batuk

Menonjolnya
masalah
-merasa ada
masalah dan
segera
ditangani

Keluarga Bp. S menyatakan bahwa


penyakit Bp. S menular
Bp. S menghindari kontak dalam jarak
dekat, meludah ditempat khusus dan
menutup mulut saat batuk
Keluarga Bp. S membuka jendela dan
pintu setiap pagi

TOTAL

2/2x1

3 1/3

84

1
1C.
No
Dx
1
1

PERENCANAAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan

Perencanaan
Tujuan
Tindakan
2
3
4
20 Juli 2005
20 Juli 2005
1. Berikan
reinforcement
Jam 09.00 WIB
Jam 09.00 WIB
positif
pada
Manajemen regimen
Goal :
keluarga dan
terapetik keluarga Bp. S manajemen
motivasi
tidak efektif berhubungan regimen terakembali atas
dengan ketidakmampuan peutik keluarga
tindakan yang
keluarga merawat Bp. S TnP efektif.
telah
yang mengalami TB Paru
dilakukan
Objektif :
karena ketidaktahuan
Bp. S mitentang perawatan dan
num
OAT
Setekah
pengobatan yang tepat
rutin, dengan
dilakukan
serta karena faktor
Ny.
Sn
tindakan
financial ditandai dengan: keperawatan
sebagai
PMO
pada Bp. S
DS :
selama
3
x
24

Keluarga
Bp. S menyatakan
telah
telah
mengetahui jam, keluarga
mam-pu
menciptakan
bahwa penyakit yang
merawat
Bp.
lingkungan
dideritanya
karena
S
dengan
yang bersih
ada bakteri pada paru
kriteria
:
Memeriksayang menular lewat
udara, percikan ludah Keluarga
kan anggota
dan harus diobati
keluarganya
mengetahui

Implementasi

Evaluasi

Rasional
5
6
7
Penghargaan
20 Juli 2005
20 Juli 2005
menguatkan
Jam 09.30 WIB Jam 09.00 WIB
keluarga untuk
Mengatakan
S:
melanjutkan
Bp. S mekepada
kelutindakan dan
arga
bahwa
ngatakan
meningkatkan
apa
yang
akan
terus
harga diri dan
dilakukan
minum obat
Motivasi
keluarga yaitu
sampai
menimbulkan
sembuh.
dorongan pada berobat rutin
Besok hari
keluarga untuk dengan PMO,
menciptakan
senin akan
melakukan
lingkungan
mengambil
tindakan
yang bersih,
jatah obat di
dan
Puskesmas.
mengontrol
Ny.
Sn
anggota
mengatakan
keluarga yang
bahwa
Bp.
sakit
itu
S pagi tadi
bagus
dan
sudah
sebaiknya di
minum obat
terus-kan.
3
tablet
Menanyakan
sekaligus.
kepada Bp.
bersambung

85

1
tentang tanda
ke
1sambungan
1
2
3
4
5
6
7
selama 6 bulan
dan gejala TB Puskesmas
Motivasi
S
apakah O:

Keluarga Bp. S paru, apa


2.
Berikan menimbulkan
akan berobat menu
pgi
komplikasi
dukungan
dorongan
pada
sampai
mengetahui
secara
keluarga
keluarga
keluarga untuk dinyatakan
umum tentang penyakit, penyakit, gizi
tempe
pada
penderita
untuk.mene
melakukan
sembuh
perawatan
dan
goreng,
ruskan
tindakan
Memotivasi
pengobatan
yang TB paru, efek
tempe
pengobatan
keluarga untuk
diderita dari perawat samping obat
bacem,
Observasi
tetap
mengPuskesmas Godean II, dan apa akibat
sayur
kepatuhan
konsumsi telur
hanya saja keluarga Bp. dari putus
bening
minum
obat.
minum
obat
Pengetahuan
dan
susu
S menyatakan belum
bayam,
3. Berikan
yang
cukup setiap hari.
tahu bagaimana tanda Keluarga
tumisan
pendidikan
mendukung
Mengobservadan gejala TB paru, apa
kangkung
mengetahui
kesehatan
peningkatan
komplikasi penyakit, gizi tentang tugas
si kepatuhan
nasi (TKTP)
tentang:
kualitas
pada penderita TB paru, dan
minum
obat OAT ada 9
fungsi
tanda
dan perawatan
efek samping obat dan PMO
dengan melibutir.
gejala
TB terhadap
apa akibat dari putus Keluarga
hat
jumlah A:
Tujuan
paru,
apa anggota
minum obat.
OAT, diit siang keluarga
mampu
komplikasi
keluarga yang dan
Keluarga
Bp.
S
melakukan
melakukan dan penyakit, gizi sakit
menanyakan
menyatakan
serius memotivasi Bp.
pengobatan
pada
kepada
dalam
menanggapi S
TB
Paru
untuk penderita TB
PMO/Ny. Sn efektif
masalah TB Paru yang
melakukan
paru,
efek
apakah TnP tercapai.
dialaminya
dengan teknik
nafas samping obat
sudah minum P:
minum obat sejumlah 3 dalam
lanjutkan
dan dan
apa
obat.
buah
sekali
minum batuk efektif
rencana
akibat
dari
setiap
hari
yang Keluarga
putus minum
bersambung
didukung dan diawasi
Arif

86

1
oleh Ny. Sn,. selain
1sambungan
1
2
itu untuk mencegah
penularan
Bp.
S
mengurangi
kontak
jarak dekat dengan
orang lain, tidur sendiri,
alat-alat makan dipisah
dan dijemur setelah
dicuci
Keluarga Bp. S juga
membersihkan
lantai
rumah dan langit-langit,
menjemur kasur dan
mengganti sprei tiap
seminggu sekali, serta
membuka jendela dan
pintu setiap pagi hari
Bp. S menyatakan
makan habis 1 porsi.
Semenjak menderita TB
paru Bp. S disarankan
oleh perawat untuk
makan banyak, Bp. S
selalu menambah porsi
makan sampai porsi
dari porsi biasanya

mampu
menyediakan

obat.

Salah satu

Arif

3
4
5
6
7
bersambung
diit TKTP
4. Libatkan
Keberhasilan
20 juli 2006
20 juli 2006

Keluarga
keluarga
terapi pada TB jam 16.30 WIB j 17.00 WIB
dalam PMO, Paru
adalah memberi
S:
mengetahui
jelaskan
karena
peran
Keluarga
pentingmya
penyuluhan
tentang
dan
fungsi keluarga
istirahat teratur
menyatakanp
peran dan Pengawas
dan memotivasi
tentang:
enyakit TB itu
fungsi PMO. minum obat
Bp. S untuk
penyakit TB disebabkan
istirahat teratur
oleh
bakteri
Paru
Dahak
yang
Bp. S minum
Tanda dan dan menular,
5.
Ajarkan
dan
masih
berada
tandanya
OAT rutin
gejala
demonsdi
saluran
batuk
lebih
Bp. S kontrol
komplikasi
trasikan
nafas
dapat
dari
3
minggu,
ke Puskesmas
TB Paru
terapi moda- dikeluarkan
berdahak
rutin
setiap
efek
litas
keluardengan
batuk
khususnya
seminggu
samping
ga
tentang
efektif.
pagi hari
sekali..
obat
teknik nafas
Bp.
S
akibat dari
dalam dan
menyatakan
putus
batuk efektif
jadi kencing
minum obat dan ee saya
Penderita TB
memberi
paru :
Membantu
jadi
merah
penyuluhan
sebagai
Hindari
karena minum
tentang PMO:
pengencer
minum
obat itu Cuma
dan efek
dahak
non peran
yang
fungsi PMO
obat
Manis,
saja..tidak
jenis,
dosis, berbahaya
anjurkan

87

1
dengan
jenis
lauk
bervariasi (tempe, tahu,
1sambungan
1
2
seminggu sekali ikan
atau
ayam),
menghindari makanan
pedas, berminyak dan
minum es. Bp. S
minum 5-6 gelas
sehari berupa air putih
dan the manis.
Bp. S menyatakan
bahwa ia disarankan
agar istirahat teratur,
namun ia
tidak bisa
karena harus menjual
roti dari pagi hingga
sore
Bp. S menyatakan
bekerja dari pagi hingga
sore
berjualan
roti
dengan menggunakan
sepeda tidur kurang
lebih 5-6 jam sehari
pada malam hari. Bp.
S tempat tidur tidak
tetap, hanya sesekali

minum
putih
3

air

dan
jadwal
minum
obat
anti TB

4
Hangat
Jalan-jalan
Berjemur
matahari di
pagi hari
Minum
obat
Glyceril
Guaiacolat
(GG) 200
mg.

5
6
7
Kuman
TB akibat
putus Keluarga Bp.
dapat
mati bat
S
apabila
jadwal
cek menyatakan
terkena sinar dahak
ya..insya
matahari
menjelaskan
Alloh
kami
langsung
tentang
Diit akan
terus
GG
dapat TKTP
mengawasi
berfungsi
Menjelaskan
bapak sampai
sebagai
sembuh,
pentingnya
ekspektoran
jika
istirahat dan karena
atau
obat
anjurkan pada putus
pengencer
keluarga untuk nanti
dahak.
bakterinya
mendukung
Istirahat
teratur
kebal
Bp.
S jadi
6. Jelaskan
atau
malah
istirahat
tentang Diit meningatkan
kondisi
tubuh
penyakitnya
teratur
TKTP
tetap
baik
tambah
untuk melawan
parah, apalagi
bakteri
harus
Arif kalau
ngulang
minum obat
dari awal dan
ditambah
suntikan

88

2
bersambung

1
saja tidur di kamar dan
lebih
sering
tidur
dilantai di depan
1sambungan
1
2
televisi di sofa, selama
sakit Bp. S tidur
terpisah
dengan
istrinya
Bp. S menyatakan
bahwa dirinya harus
kontrol
setiap
hari
senin.
DO:
Sejak 2 minggu yang
lalu, Bp. S batuk-batuk
berdahak khususnya di
pagi hari, sesek disertai
dengan panas, 3 hari
yang lalu, dahak dikirim
ke Puskesmas, hasilnya
BTA
positif
dan
langsung mendapatkan
FDC
kategori
I.
Pemeriksaan fisik Bp.
S RR: 28 x/mnt, pola
nafas,
terdapat
pembesaran
keenjar
limfe,
Dangkal
dan

4
7. Jelaskan
pentingnya
istirahat dan
anjurkan
pada
keluarga
untuk
mendukung
Bp.
S
istirahat
teratur
Arif

Keluarga
menyatakan
bahwa TKTP

7
jenisnya
tempe, tahu,
ikan
lele,
telur,ayam,
kacangkacangan dan
nasi sepiring
keluarga
menyatakan
istiahaorang
dewasa
itu
minimal 8 jam
per
hari
danharus
teratur untuk
menhjaga
daya
tahan
tubuh,
dan
menyatakan
akan
memoivasi Bp.
S
untuk
istirahat
teratur

bersambung

89

1
cepat, bentuk dada
pigeon chest, suara
nafas ronkhi
1sambungan
1
2
Rumah Bp. S dinding .
dari tembok, langitlangit bersih, lantai dari
semen bersih
Jika
ada
anggota
keluarga Bp. S yang
sakit diobati sendiri atau
di bawa ke Puskesmas

O:
Keluarga
mampu
3

5
.

7
menjelaskan
Kembali
dengan tepat
tentang:
Penyakit,
tanda dan
gejala TB
paru
Diit TKTP
Peran dan
fungsi
PMO
Efek
samping
obat
Akibat
putus obat
A:
tujuan
terpenuhi
kebutuhan
pengetahuan
tercapai
P:

90

1
Lanjutkan
intervensi
Arif

91

1
1Catatan perkembangan.
2
No.
Dx
1

Implementasi

Evaluasi

21 Juli 2006 jam 09.00 WIB

21 Juli 2006 jam 09.30 WIB

Menanyakan kepada keluarga Bp. S :


S apakah sudah makan (diit TKTP)

Bp.Smenyatakan.sudah
minum obat, dan sudah

dan minum obat

makan pagi

Menanyakan apakah tadi malam

malam tidur hanya 5 jam

istirahat dengan cukup


Mengajarkan

dan

mendemons-

Keluarga

Bp.

menyatakan telah bisa

trasikan terapi modalitas keluarga


tentang

Bp. S menyatakan tadi

melakukan nafas dalam


dan batuk efektif dan

teknik nafas dalam dan

akan memotivasi Bp. S


batuk efektif Penderita TB paru :

Hindari

minum

yang

untuk latihan setiap hari

Manis,

Bp. S menyatakan akan


berjemur

anjurkan minum air putih hangat

berjualan,

sambil
minum

air

Jalan-jalan

hangat setiap hari dan

Berjemur matahari di pagi hari

menghindari yang manismanis

Minum obat Glyceril Guaiacolat

Bp. S juga akan minum


obat GG yang diberikan

(GG) 200 mg.

oleh Puskesmas
O:
Arif

Keluarga

tampak

antusias dan sungguh


sungguh mendengarkan
penjelasan.
2

92

Bp. S telah mampu


melakukan teknik nafas
dalam dan batuk efektif
dengan benar

Lauk klien hari ini adalah


sayur tauge bayam dan
kacang panjang, ayam

A:

Tujuan

istirahat

yang

cukup belum tercapai


P:

Pertahankan intervensi

Arif
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

93

1
1Catatan perkembangan.
2
1
2
22 Juli 2006 jam 15.00 WIB

3
22 Juli 2006 jam 15.30 WIB

menanyakan apakah Bp. S sudah S :

minum obat
Menanyakan

apakah

tadi

Mengobservasi

minum obat, dan sudah

malam

istirahat cukup

makan pagi

menu

Bp.Smenyatakan.sudah

Keluarga

Bp.

menyatakan tadi malam

makanan

tidur

keluarga hari ini

dari

jam

21.00-

05.00 WIB

memberikan contoh makanan TKTP

Keluarga

untuk Bp. S

menyatakan

Bp.

S
telah

memotivasi Bp. S untuk

menanyakan apakah Bp. S melakukan

latihan setiap hari, Bp.

latihan nafas dalam dan batuk efektif,

minum air putih hangat, berjemur di

bangun tidur telah latihan

sinar matahari

tadi

ketika

Bp. S menyatakan telah

berjemur

berjualan,
Arif

pagi

sambil

minum

air

hangat setiap hari dan


menghindari yang manismanis
O:

Bp. S telah mampu


melakukan teknik nafas
dalam dan batuk efektif
dengan benar

94

Lauk klien hari ini adalah


tempe dan tahu bacem,
tauge

kacang

panjang

dan kangkung, osengoseng kacang panjang,


dan buah pisang
A:

Manajemen

regimen

terapeutik keluarga Bp.


S efektif
P:

Pertahankan intervensi
Arif

95

1C.
No
Dx
1
1

PERENCANAAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan
20 Juli 2005

Tujuan
3
20 Juli 2005

Jam 09.00 WIB

Jam 09.00 WIB

Risiko penularan TB paru


pada keluarga Bp. S
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga
menciptakan
lingkungan fisik untuk
mencegah penularan TB
Paru ditandai dengan:
DS :
Keluarga
Bp.
S
menyatakan
telah
mengetahui
bahwa
penyakit
yang
dideritanya
karena
ada bakteri pada paru
yang menular lewat
udara, percikan ludah
Keluarga menyatakan
bahwa ruang tengah,
kamar tidur Ny. W
dan Ny. F gelap

Goal :

Risiko
penularan
penyakit tidak
terjadi.
Objektif :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam, keluarga
mampu
menciptakan
lingkungan
yang sehat
dengan
kriteria :
Lantai

Perencanaan
Tindakan
4
1.
Ber
ikan
reinforcement
positif
pada
keluarga atas
tindakan yang
telah
dilakukan dan
motivasi untuk
mempertahankannya:
Bp. S telah
menutup
mulut
saat
batuk
dengan
menggunakan tisu/sapu
tangan
Keluarga
telah
menyediakan
tempat

Implementasi
Rasional
5
6
Penghargaan
20 Juli 2005
menguatkan
Jam 09.00 WIB
keluarga untuk
Memberikan
melanjutkan
tindakan dan
reinforcemeningkatkan
ment positif
harga diri dan
pada
Motivasi
keluarga
menimbulkan
atas tindakan
dorongan pada
yang
telah
keluarga untuk
dilakukan
melakukan
dan
tindakan
memotivasi
untuk
mempertahankannya:
Bp.
S
telah
menutup
mulut saat
batuk
dengan
menggunak
an tisu/sapu

Evaluasi
7
20 Juli 2005
Jam 09.00 WIB
S:
Keluarga Bp.
S
menyatakan
akan menjaga
lingkungan
tetap bersih,
menjemur
kasur
dan
mengganti
sprei
seminggu
sekali,
serta
membuka
pintu
dan
jendela
tiap
pagi agarsinar
matahari
dapat masuk
Keluarga Bp.
S
96
bersambung

1
meludah
khusus dari
1sambungan
1
2
Bp. S mengatakan
bahwa perawatan TB
Paru
adalah
tidak
kontak/berbicara
dengan
orang
lain
dengan jarak dekat,
alat
makan
disendirikan, meludah
dalam tempat khusus
yang
terbuat
dari
kaleng cat yang di beri
cairan
bayclin
dan
menutup mulut dengan
tisu/ sapu tangan saat
batuk, Bp. S tidur
terpisah dari istrinya, .
Bp. S menyatakan
bahwa
roti
yang
dijualnya
dibungkus
dengan plastik dan
Bp.S
sering
cuci
tangan
untuk
menghindari konsumen
tertular penyakitnya,
Keluarga Bp. S juga

3
rumah bersih,
tidak berdebu
dan tidak
lembab, langitlangit bersih
Pencahayaan
cukup
Bp. S menutup
mulut saat batuk
dan
tidak
meludah
sembarangan
Keluraga Bp. S
makan
teratur
dan
istirahat
cukup,
serta
minum
suplemen

4
kaleng
cat
yang
bertutup
yang di beri
bayclyn
Keluarga
Bp.
S
selalu
menyapu
rumah dan
.membersihkan
langitlangit
Keluarga
telah
memisahkan
alat
makan dan
sikat gigi
Bp. S
Keluarga
selalu
membuka
jendela

6
7
menyatakan
tangan
akan
Keluarga
menjaga
telah
kondisi tubuh
Menyediakan tempat tetap sehat
sebisa
meludah
khusus dari mungkin,
dengan cara
kaleng cat
makan culup
Keluarga
Bp.
S dan istirahat
cukup
selalu
Keluarga Bp.
menyapu
S
rumah dan
menyatakan
memberakan
sihkan
menambah
langit-langit
genteng
Keluarga
dengan
telah
genteng
memisahkaca
di
kan
alat
tempat
yang
makan dan
masih gelap
sikat
gigi
hari minggu
Bp. S
nanti
Keluarga
O:
selalu
97

1
membersihkan
lantai
rumah dan langit-langit,
1sambungan
1
2
menjemur kasur dan
mengganti sprei tiap
seminggu sekali, serta
membuka jendela dan
pintu setiap pagi hari
DO :
Bp. S tinggal serumah
dengan
anggota
keluarganya yaitu Ny.
Sn, Ny. W, Tn. St,
dan Ny. F.
Jendela hanya terdapat
di ruang tamu dan
dikamar
Bp.
S,
sehingga pencahayaan
di ruang tengah kurang,
jendela
dan
pintu,
dibuka
setiap pagi.
lynTerdapat
lubang
angin kecil berukuran
30 x 50 cm pada dapur
dan kamar tidur.
Rumah Bp. S dinding
dari tembok, langit-

dan pintu
setiap pagi
3

4
Keluarga
telah
menjemur
kasur dan
mengganti
sprei
seminggu
sekali
Bp.S
menghinda
ri
kontak
yang telalu
dekat
2. Anjurkan
pada
keluarga
untuk
membuat
genteng dari
kaca
agar
sinar
matahari
dapat
masuk
diruangan-

membuka
Ruangan
jendela dan
tengah gelap
5

6
7
pintu setiap Bp.
S
pagi
menutup
Keluarga
mulut
saat
telah
batuk,
dan
menjemur
tersedia
kasur dan
tempat
mengganti
meludah
sprei
khusus dari
seminggu
kaleng
cat
sekali
dengan
Bp.S
cairan
Bayclin yang
menghindadisimpan
ri
kontak
Kuman
TB
dibawah
yang telalu
dapat
mati
kolong
dekat
apabila
tempat tidur.
Menganjurterkena sinar
S
kan
pada Bp.
matahari
nampak
keluarga
langsung
menjaga
untuk
kontak
membuat
dengan
genteng dari
perawat
kaca
agar
maupun
sinar
arang
matahari
disekitarnya
dapat masuk

98

1
ruangan
yang kurang
1sambungan
1
2
langit bersih, lantai dari
semen bersih
Selama 2 jam saat
pengkajian, Bp. S
batuk tidak menghadap
kepada orang lain dan
menutup mulut.
Bp. S mempunyai
tempat meludah khusus
yang terbuat dari kaleng
cat bertutup yang diberi
cairan bayclyn

3
4
5
6
pengobatan TB Cahayanya
yang
kurang
Daya
tahan cahayanya
paru
dengan 3. Anjurkan
kepada
tubuh
yang Menganjurbaik.
keluarga
baik
dapat
TnP mempukan kepada
menjaga
mengurangi
keluarga
nyai tempat khukondisi
masuknya
menjaga
sus untuk melutubuh
tetap
bakteri
yang
kondisi tubuh
dah.TnP
sehat
menyebabkan
tetap sehat
istirahat
di
dengan
sakit
dengan
tempat tidur 6-8
untuk
untuk makan
jam/hari.
makan
bergizi
TnP batuk mebergizi
seimbang,
nutup mulut.
seimbang,
khususnya
Tn P tidak
khususnya
yang
kontak dengan
yang
mempunyai
anggota
kelumempunyai
riwayat sakit
arga
dengan
riwayat
sakit
dan istirahat
jarak dekat.
dan istirahat
teratur, serta
teratur, serta
minum
minum
vitamin
vitamin
Arif

diruanganruangan

Lantai bersih

7
A:
tujuan tercapai
sebagian
P:
Pertahankan
intervensi
Arif

Arif

99

1
1Catatan perkembangan.
2
No.
Dx
1

Implementasi

Evaluasi

21 Juli 2006 jam 09.00 WIB

21 Juli 2006 jam 09.30

Mengobservasi keadaan rumah

WIB

keluarga S :
Keluarga
Bp.
S
apakah
sudah
makan,
dan
menyatakan
telah
bagaimana istirahatnya
makan TKTP, Ny. S

Menanyakan

kepada

menyatakan
memperhatikan
makanannya
Arif

TKTP

tinggi Fe, dan istirahat


8 jam
O:

Ruangan

tengah

nampak gelap

Lantai bersih

Lauk

klien

hari

adalah

sayur

bayam

dan

ini

tauge
kacang

panjang, ayam
A:

Tujuan

pencahayaan

cukup belum terpenuhi


P:

Pertahankan intervensi
Arif

100

1
1
2Catatan perkembangan.
3
No.
Dx
1

Implementasi

Evaluasi

22 Juli 2006 jam 15.00 WIB

22 Juli 2006 jam 15.30

Mengobservasi keadaan rumah

WIB

keluarga S :
Keluarga
Bp.
S
apakah
sudah
makan,
dan
menyatakan
telah
bagaimana istirahatnya
makan TKTP, Ny. S

Menanyakan

kepada

menyatakan

Memberikan vit C 50 mg dan Vit B


Compleks

50

mg

dan

Vit

memperhatikan

makanannya

Compleks kepada keluarga


Memberikan

reinforcement

tinggi Fe, dan istirahat

dilakukan

dan

8 jam

positif

pada keluarga atas tindakan yang


telah

memotivasi

Bp. S telah menutup mulut saat


dengan

telah

menyatakan
memasang

genteng

dari

kaca

sebanyak 5 buah

menggunakan

Keluarga

Bp.

menyatakan

S
akan

minum vitamin sehari 3


Menyediakan

kali

Keluarga

menyatakan

tempat meludah khusus dari kaleng

akan mempertahankan

cat

kebiasaan yang sudah

Keluarga Bp. S selalu menyapu


rumah dan member-sihkan langit-

iparnya

tisu/sapu tangan
Keluarga

Bp.

bahwa tadi pagi adik

untuk mempertahankannya:

batuk

TKTP

baik,

yaitu

menjaga

lingkungan tetap bersih,


menjemur

kasur

dan

101

1
langit

mengganti

sprei

seminggu sekali, serta

Keluarga telah memisah-kan alat

membuka

makan dan sikat gigi Bp. S

pintu

jendela

tiap

agarsinar

Keluarga selalu membuka jendela

dan
pagi

matahari

dapat masuk

dan pintu setiap pagi

O:

Keluarga telah menjemur kasur

Ruangan

tengah

dan mengganti sprei seminggu

nampak

cukup

cahayanya

sekali

Lantai bersih
Bp.S menghindari kontak yang A :

telalu dekat

Tujuan

pencahayaan

cukup telah terpenuhi


Arif

P:

Pertahankan intervensi

Arif
1
2
3
4
5
6
7
8
9

102

BAB IV
PEMBAHASAN

1
2
3
4
5

A. Pembahasan Proses Keperawatan


1. Pengkajian

Pengkajian pada keluarga Bp. S dilaksanakan pada tanggal 20

Juli 2006 dengan menggunakan metode wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pada tahap penjajakan I

didapatkan data dasar seperti yang dikemukakan oleh Bailon dan

10

Maglaya, cit Pusdiknakes (1989) yaitu aspek struktur dan sifat

11

keluarga, faktor sosial,ekonomi dan budaya, faktor lingkungan,

12

riwayat kesehatan keluarga dan persepsi keluarga terhadap adanya

13

masalah TB Paru yang dialami oleh Bp. S. Pada tahap penjajakan I

14

ditemukan tipologi masalah keperawatan yang muncul pada

15

keluarga Bp S yaitu manajemen regimen terapeutik keluarga Bp

16

S dengan TB Paru tidak efektif dan risiko penularan Tb Paru pada

17

keluarga BpS. Hal ini sesuai dengan teori Bailon dan Maglaya cit

18

Pusdiknakes (1989) dimana pada tahap penjajakan I perawat

19

mampu menentukan tipologi masalah kesehatan yang muncul pada

20

keluarga.

21

Pada tahap penjajakan II ditentukan etiologi dari masing-masing

22

masalah yaitu penentuan tugas kesehatan keluarga. Keterangan

23

masing-masing tugas kesehatan keluarga akan dibahas lebih lanjut

24

pada tahap perumusan diagnosa keperawatan.

103

1
1

Berdasarkan data yang diperoleh, ada beberapa data yang tidak

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dep. Kes , (2003) yaitu:

a. Bp. S tidak mengalami gejala batuk darah atau dahak

bercampur darah. Kemungkinannya adalah belum terdapat

pembuluh darah yang pecah baik pada kavitas maupun ulkus

dinding bronchus (Bahar, 2001), namun kemungkinan ini belum

dapat

radiologis/rongent paru.. Kemungkinan lain, kondisi ini terjadi

karena telah menjalani pengobatan sesuai program dan selalu

10
11

dibuktikan

karena

tidak

adanya

pemeriksaan

rajin minum OAT.


b. Bp. S tidak mengalami nyeri dada, hal ini dimungkinkan juga

12

karena

belum

terjadinya

pleuritis

(Bahar,

2001),

namun

13

kemungkinan ini juga belum bisa dibuktikan karena tidak adanya

14

pemeriksaan radiologis

15

c. Pada Bp. S tidak ditemukan tanda tanda alergi atau efek

16

samping pengobatan TB Paru seperti gatal / dermatitis, nyeri

17

sendi,

18

pengelihatan. Hal ini dapat terjadi karena kondisi penderita yang

19

telah mampu menyesuaikan diri dengan efek samping OAT

20

selama mengikuti program pengobatan.

kesemutan

pada

kaki,

purpura

dan

gangguan

21
22
23

104

1
1

Selain terdapat ketidaksesuaian dengan teori seperti yang telah

dikemukakan diatas, tanda dan gejala mendukung kebenaran teori

yang dikemukakan oleh Dep. Kes (2003) adalah :

a. Pada Bp. S mengalami batuk yang bersifat kambuh-kambuhan,

batuk berdahak khususnya pada pagi hari meskipun sudah

berkurang dari sebelum pengobatan, sesak nafas, dan demam.

b. Pada Bp. S mengalami penurunan nafsu makan sehingga berat

badannya sulit naik sejak 1 tahun yang lalu tidak lebih dari 55 kg.

Secara keseluruhan data yang didapat dari keluarga Bp. S

10

lengkap. Hal ini tidak lepas dari partisipasi keluarga saat

11

pengumpulan data,dimana keluarga bersikap terbuka menerima baik

12

petugas kesehatan dibuktikan dengan mempersilahkan untuk

13

memeriksa seluruh ruangan rumah dan lingkungan sekitar,

14
15

2.

Perumusan Diagnosa Keperawatan.


Menurut

NANDA (2005)

pada keluarga dengan salah

16

satu keluarga menderita TB Paru, bisa muncul

6 diagnosa

17

keperawatan yang terdiri dari ,3 diagnosa aktual ,2 diagnosa

18

resiko,dan 2 diagnosa kesejahteraan.

19

a. Masalah aktual adalah masalah keperawatan yang sedang

20

dialami keluarga. Menurut NANDA (2005), pada keluarga

21

dengan salah satu anggota keluarga menderita TB Paru

22

bisa muncul masalah aktual sebagai berikut :

23

1) Manajemen regimen terapeutik tidak efektif.

105

1
Pada keluarga Bp. S masalah defisit yang muncul yaitu
manajemen regimen terapeutik tidak efektif pada Bp. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit TB Paru. Data pendukung
yang diperoleh adalah keluarga Bp. S belum mengetahui
mengetahui secara rinci dan benar tentang penyakit,
perawatan dan pengobatan yang diderita Bp. S. Bp. S
semenjak menderita TB paru selalu menambah porsi
makan sampai porsi dari porsi biasanya., Bp. S
menyatakan bahwa ia tidak bisa istirahat teratur, karena
harus menjual roti dari pagi hingga sore, Sejak 2 minggu
yang lalu, Bp. S batuk-batuk berdahak khususnya di pagi
hari, sesek disertai dengan panas, 3 hari yang lalu,.
Pemeriksaan fisik Bp. S

RR: 28 x/mnt, pola nafas,

Dangkal dan cepat, bentuk dada pigeon chest, suara


nafas ronkhi. Diagnosa ini termasuk diagnosa aktual,
sehingga pernyataan diagnosa ini terdiri dari problem (P),
etiologi(E), dan

symptom

(S) sesuai

dengan

teori

Carpenito (1999)
1

b. Masalah resiko

Keadaan resiko pada keluarga dengan salah satu anggota

keluarga menderita TB Paru adalah :

1) Resiko penularan TB Paru pada anggota keluarga.

106

1
1

2) Resiko untuk respon alergi terhadap pengobatan TB Paru.


Pada keluarga Bp. S resiko kesehatan yang muncul yaitu
risiko

penularan

TB

paru

pada

keluarga

Bp.

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Bp. S


menciptakan lingkungan fisik untuk mencegah penularan TB
Paru. data yang mendukung etiologi ketidakmampuan
menciptakan lingkungan untuk mencegah penularan TB
Paru yaitu Keluarga menyatakan bahwa ruang tengah,
kamar tidur Ny. W dan Ny. F memang yang gelap, Bp.
S tinggal serumah dengan 4 anggota keluarganya,
Jendela hanya terdapat di ruang tamu dan dikamar Bp. S,
sehingga pencahayaan di ruang tengah kurang, jendela dan
pintu, dibuka setiap pagi. Terdapat lubang angin kecil
berukuran 30 x 50 cm pada dapur dan kamar tidur.
Data ketidakmampuan keluarga dalam merawat Bp. S
sudah dianalisa dalam mendukung penegakkan diagnosa
akurat yang muncul pada keluarga yaitu manajemen
regimen terapeutik keluarga Bp S dengan Tb Paru tidak
efektif.
Resiko untuk respon alergi tidak muncul pada Bp. S hal ini
di dasarkan pada tidak diketemukan tanda-tanda alergi
(gatal,pusing dan urtikaria) setelah mengikuti program
pengobatan memasuki hari ke 3.

107

1
1

c. Masalah kesejahteraan.
Keadaan sejahtera pada keluarga dengan salah satu
anggota keluarga menderita TB Paru adalah manajemen
regimen terapeutik keluarga efektif dan koping keluarga
efektif. Untuk manajemen regimen terapeutik keluarga
efektif

tidak

muncul

karena

indikator

diagnosa

kesejahteraan tidak cukup untuk ditegakkan antara lain


masih

ditemukannya

data

ketidakmampuan

keluarga

merawat Bp. S.
2

3. Perencanaan Tindakan Keperawatan

Sebelum dilakukan implementasi, terlebih dahulu dibuat

perencanaan sehingga tindakan yang dilakukan dapat terarah dan

efektif. Dalam membuat perencanaan keluarga harus dilibatkan, hal ini

didasarkan bahwa prinsip keperawatan keluarga adalah bekerjasama

dengan keluarga. Langkah pertama sebelum membuat perencanaan

adalah menentukan prioritas masalah dengan memperhatikan sifat

masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk

10
11
12

dicegah dan menonjolnya masalah. (Suprajitno, 2004)


Penapisan yang telah dilakukan didapatkan prioritas masalah
keperawatan sebagai berikut :

13

Manajemen regimen terapeutik keluarga Bp. S berhubungan

14

dengan ketidakmampuan keluarga merawat Bp.S dengan TB paru,

15

menduduki prioritas pertama dengan skor 3 2/3.

108

1
1

Resiko

penularan

TB

berhubungan

ketidakmampuan

mencegah penularan TB Paru. Masalah ini menduduki prioritas kedua

dengan

pendukungnya lantai rumah bersih, pintu dan jendela dibuka setiap

pagi, Bp. S menghindari kontak dalam jarak dekat, meludah ditempat

khusus dan menutup mulut saat batuk

1/3.

menciptakan

sifat

masalah

lingkungan

adalah

fisik

dengan

skor

keluarga

Paru

ancaman.

untuk

Faktor

Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

tersebut dipertimbangkan sumber daya perawat, sumber daya

10

keluarga dan sumber daya masyarakat. Adapun rencana tindakan

11

keperawatan adalah :

12

a. Tujuan.
Kriteria waktu untuk menindaklanjuti masalah ini mengacu pada
masalah dan etiologi yaitu ketidakmampuan keluarga merawat Bp.
S dengan TB Paru. Tujuan jangka panjang adalah manajemen
regimen terapeutik efektif pada keluarga Bp S selama menjalani
pengobatan

pernyakit

TB

Paru.

Sedangkan

tujuan

jangka

pendeknya mengacu pada etiologi masalah tersebut. Kriteria


waktu untuk ketidaktahuan keluarga mengenal bagaimana tanda
dan gejala TB paru, apa komplikasi penyakit, gizi pada penderita
TB paru, efek samping obat dan apa akibat dari putus minum obat
kemudian ketidakmampuan keluarga merawat Bp. S dalam hal
istirahat dan kualitas makanan (TKTP) adalah 3 kali kunjungan

109

1
dalam 3 hari. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa perubahan
perilaku pada keluarga dimulai dengan adanya peningkatan
pengetahuan dan perubahan sikap dalam mengambil keputusan.
Selain itu, perilaku mengambil keputusan menyediakan diit TKTP
dan istirahat perlu dilaksanakan sehingga petugas kesehatan perlu
memberikan masukan yaitu tentang manfaat pentingnya diit TKTP
untuk penyembuhan penyakit TB Paru.
Masalah risiko penularan TB paru pada keluarga Bp. S, tujuan
jangka panjang adalah tidak terjadi penularan TB paru kepada
anggota keluarga lain sedangkan tujuan jangka pendeknya
mengacu pada etiologi. Kriteria waktu untuk ketidakmampuan
keluarga menciptakan lingkungan fisik.adalah 3 kali kunjungan
dalam 3 hari. Hal ini karena berdasarkan kenyataan perubahan
perilaku hidup sehat pada keluarga dimulai dari peningkatan
pengetahuan. Perilaku keluarga dalam menciptakan lingkungan,
khususnya pencahayaan juga perlu dilaksanakan secara kontinyu
sehingga petugas kesehatan perlu melakukan pengawasan dan
memotivasi keluarga tentang pentingnya lingkungan dengan
pencahayaan yang cukup.
1

b. Rencana tindakan
Untuk mengatasi manajemen regimen terapeutik keluarga Bp. S
tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat Bp. S dengan TB paru adalah rencana yang disusun

110

1
adalah : berikan reinforcement positif pada keluarga dan motivasi
kembali atas tindakan regimen efektif yang telah dilakukan, berikan
dukungan keluarga untuk.meneruskan pengobatan, observasi
kepatuhan minum obat, berikan pendidikan kesehatan, libatkan
keluarga dalam PMO, jelaskan tentang peran dan fungsi PMO,
ajarkan dan demonstrasikan terapi modalitas keluarga tentang
teknik nafas dalam dan batuk efektif, jelaskan tentang Diit TKTP,
jelaskan pentingnya istirahat dan anjurkan pada keluarga untuk
mendukung Bp. S istirahat teratur. Rencana tindakan ini dibuat
segera setelah pengkajian dilakukan.
Adapun untuk mengatasi masalah risiko penularan penyakit TB
paru rencana tindakan yang disusun adalah: Berikan reinforcement
positif pada keluarga atas tindakan pencegahan yang telah
dilakukan dan motivasi untuk mempertahankannya, Anjurkan pada
keluarga untuk membuat genteng dari kaca agar sinar matahari
dapat masuk diruangan-ruangan yang kurang cahayanya, anjurkan
kepada keluarga menjaga kondisi tubuh tetap sehat dengan untuk
makan bergizi seimbang, khususnya yang mempunyai riwayat
sakit dan istirahat teratur, serta minum vitamin. Secara umum
perencanaan tindakan keperawatan pada keluarga Bp S dengan
salah satu anggota keluarga menderita TB paru telah sesuai
dengan teori Suprajitno (2004). Hal ini tidak lepas dari peran aktif
keluarga dan petugas kesehatan Puskesmas Godean II

111

1
1

4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Bp Ng dengan

salah satu anggota keluarga menderita TB Paru dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang telah dibuat dan modifikasi sesuai keadaan

keluarga yang mencakup tindakan mandiri perawat, observasi,

pendidikan

Puskesmas Godean II, melibatkan peran aktif anggota keluarga dan

memanfaatkan sumber daya yang ada dikeluarga.

kesehatan

dan

kolaborasi

dengan

tim

kesehatan

Secara umum pelaksanaan keperawatan sesuai dengan

10

rencana yang telah dibuat. Hal ini tidak lepas dari peran serta keluarga

11

yang selalu menerima petugas kesehatan dengan terbuka, keluarga

12

mau meluangkan waktu tersedianya fasilitas untuk Kelancaran

13

implementasi keperawatan seperti tersedianya sumber dana dalam

14

keluarga yang memenuhi syarat namun hanya perlu motivasi

15

memanfaatkannya saja dan peran aktif petugas Puskesmas Godean

16

II.

17

5. Evaluasi

18

Evaluasi terhadap masalah keperawatan yang muncul pada

19

keluarga Bp. S adalah selama diberikan asuhan keperawatan 3 hari

20

adalah bahwa Bp.S minum obat 3 kaplet setiap hari secara teratur

21

dan tanpa putus, malam tidur dari jam 21.00-05.00 WIB.Keluarga Bp.

22

S memotivasi Bp. S untuk latihan setiap hari, Bp. S tadi pagi

23

ketika bangun tidur telah latihan nafas dalam dan batuk efektif, telah

112

1
1

berjemur sambil berjualan, minum air hangat setiap hari dan

menghindari yang manis-manis, klien makan TKTP. Pada hari ke-3

terjadi perubahan masalah dari masalah deficit menjadi masalah

kesejahteraan yaitu manajemen rejimen terapuetik keluarga Bp. S

efektif. Sedangkan evaluasi ada masalah risiko penularan TB paru

pada keluarga Bp. S tidak terjadi.

Semua keberhasilan pelaksanaan asuhan keperawatan ini

tidak lepas dari peran aktif keluarga dan petugas kesehatan

Puskesmas Godean II.

10

B. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

11

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

12

kemudian didokumentasikan dalam format asuhan keperawatan yang

13

disediakan oleh pendidikan dengan tipe

14

Record) dan menggunakan prinsip -prinsip pendokumentasian oleh

15

Potter dan Perry dalam buku Nursalam (2001). Adapun hal hal yang

16

didokumentasikan sesuai tahap tahap proses keperawatan adalah :

17

POR (Problem Oriented

1. Pengkajian

18

Penulis dapat mendokumentasikan hasil pengkajian pada hari I

19

kunjungan yaitu tanggal 20 Juli 2006 pada format yang

20

disediakan pendidikan.

21
22
23

113

1
1

2. Perumusan diagnosa keperawatan.

Dokumentasi

menggunakan teori NANDA (2005). Tanggal dan jam perumusan

diagnosa ditulis disertai nama dan tanda tangan penulis.

diagnosa

keperawatan

dirumuskan

dengan

3. Perencanaan .

Perencanaan tindakan keperawatan didokumentasikan dalam

format yang disediakan oleh pendidikan yang terdiri dari

penentuan

penapisan, tujuan, rencana intervensi dan rasional dari masing

10
11

prioritas

masalah

dengan

tehnik

skoring

dan

masing rencana intervensi tersebut.


4. Pelaksanaan .

12

Pelaksanaan tindakan keperawatan didokumentasikan dalam

13

format yang disediakan pendidikan terdiri dari tanggal dan jam

14

pelaksanaan, nama dan tanda tangan penulis serta tindakan

15

keperawatan yang dilaksanakan.

16

5. Evaluasi

17

Evaluasi

18

menggunakan

19

Perencanaan ( SOAP ) yang perlu dilanjutkan.

tindakan

keperawatan

format

Subyektif,

didokumentasikan
Obyektif,

dengan

Analisa

dan

20
21
22
23

114

1
1

C. Faktor pendukung dan penghambat

Secara keseluruhan keberhasilan pelaksanaan asuhan

keperawatan yang dilakukan dari pengkajian sampai evaluasi maupun

keberhasilan dari pendokumentasiannya didukung oleh faktor-faktor:

1. Peran aktif keluarga, kesadaran keluarga tentang pentingnya

kesehatan sehingga mampu menerima dan mendukung

anggota keluarga yang terkena TB paru untuk merawat dan

menjalani pengobatan TB Paru.

2. Peran pembimbing lapangan yang telah menyediakan

dan

10

mempersilahkan mahasiswa dalam menggunakan sarana

11

Puskesmas Godean II (SP2TP Godean II, buku status) serta

12

telah membantu memberikan arahan sehingga kekurangan-

13

kekurangan

14

pendokumentasian dapat tertutupi.

dalam

pelaksanaan

asuhan

maupun

15

3. Peran aktif petugas Puskesmas Godean II khususnya bidang

16

laboratorium, maupun bagian penanggulangan TB paru yang

17

turut serta memberikan bimbingan dan arahan sehingga

18

menambah pengetahuan mahasiswa serta melengkapi data-

19

data mengenai insidensi TB Paru di Godean II.

20

Hal ini telah sesuai dengan teori yaitu keberhasilan dalam

21

penatalaksanaan klien dengan TB paru tergantung pada kemauan

22

yang kuat dari pasien untuk sembuh, adanya kerjasama yang aik

115

1
1

dari dokter, paramedis, maupun motivasi dari orang terdekat atau

adanya PMO. (Bahar, 2001)

Selain itu, ada faktor penghambat dalam pelaksanaan proses

asuhan maupun pendokumentasiannya, yaitu asuhan keperawatan

keluarga

komunitas dan keperawatan medical bedah sehinnga menuntut

penguasaan yang lebih matang dan luas.

merupakan

penggabungan

antara

ilmu

keperawatan

8
9

116

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1
2
3
4A.
5

Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada keluarga mulai tanggal 20

6Juli 2006 22 Juli 2006 penulis telah mendapatkan pengalaman nyata dalam
7melaksanakan asuhan keperawatan keluarga Bp. S dengan salah satu anggota
8keluarga menderita TB Paru dengan pendekatan proses keperawatan.
9Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga Bp. S
10dapat disimpulkan sebagai berikut :
111.
12

Proses keperawatan
a.

Pengkajian

13

Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2006 dan dilanjutkan

14

dengan menganalisa data dan merumuskan masalah. Sumber data primer

15

didapat dari Bp. S, keluarga dan perawat Puskesmas Godean II dengan

16

metode wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi.di dapatkan data-

17

data antara lain klien mengalami batuk, sesak nafas, badan kurus, BB ulit

18

naik. Sebagian besar data yang mendukung masalah dapat terkaji karena

19

keluarga terbuka dengan penulis. Selain data primer penulis juga

20

mendapatkan data sekunder dari status kesehatan yang ada di Pukesmas

21

Godean II.

22

b.

Diagnosa Keperawatan

23

Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis menemukan dua diagnosa, .

24

manajemen regimen terapetik keluarga Bp. S dengan TB Paru tidak

117

1
1

efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat Bp. S

yang mengalami TB Paru karena ketidaktahuan tentang perawatan dan

pengobatan yang tepat serta karena faktor financial dan risiko penularan

TB paru pada keluarga Bp. S berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga Bp. S menciptakan lingkungan fisik untuk mencegah penularan

TB Paru.

c.

Perencanaan

Perencanaan dilakukan sesuai dengan masalah kesehatan keluarga serta

kondisi

dan

kemampuan

keluarga

baik

berupa

sumber

dana,

10

pengetahuan maupun kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

11

tersebut.

12

mempertimbangkan sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah,

13

potensial masalah dapat dicegah dan menonjolnya masalah, dimana yang

14

menjadi prioritas pertama adalah manajemen regimen terapeutik keluarga

15

Bp. S dengan TB paru tidak efektif dengan skor nilai 3 2/3 untuk risiko

16

penularan TB paru pada Bp. S prioritas kedua dengan skor 3 1/3. Dari

17

dua masalah yang muncul seluruhnya dibuat perencanaan, tujuan terdiri

18

dari tujuan jangka panjang dan jangka pendek.

19

d.

Prioritas

masalah

dibuat

berdasarkan

skoring

dengan

Pelaksanaan

20

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah

21

ditetapkan dan untuk waktu kunjungan disesuaikan dengan kesanggupan

22

keluarga. Seluruh rencana tindakan dapat dilaksanakan. Pelaksanaan

23

tindakan meliputi ceramah, diskusi, motivasi dan demonstrasi.

118

1
1

e.

Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, terdapat

perubahan diagnosa dari diagnosa manajemen regimen terapeutik

keluarga Bp. S dengan TB paru tidak efektif menjadi keadaan

kesejahteraan yaitu manajemen rejimen terapeutik keluarga Bp. S

efektif, hal ini karena tujuan jangka panjang maupun jangka pendek pada

diagnosa semula tercapai.

Adapun pada risiko penularan TB paru tercapai, tujuan jangka panjang

maupun jangka pendeknya tercapai.

10

2.

Pendokumentasian

11

Penulis telah mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai prinsip,

12

dibuat rapi, diawali dengan waktu dan diakhiri salam serta diberi paraf.

13

Penulis menggunakan format BP1 dari Depkes RI (1997) dengan tipe

14

dokumentasi keperawatan POR (problem oriented report) dan catatan

15

perkembangan berbentuk SOAP dalam mendokumentasikan tindakan,

16

sehingga terlihat perkembangan status kesehatan keluarga serta

17

dilakukan intervensi.

18

3.

Faktor Penghambat dan Pendukung

19

Faktor pendukung yang ditemui penulis adalah peran kooperatif keluarga,

20

antusiasme keluarga, penerimaan keluarga dan kerjasama yang baik

21

antara penulis dengan petugas Puskesmas Godean II. Sedangkan faktor

22

penghambat yaitu asuhan keperawatan keluarga lebih sulit dilakukan

23

daripada asuhan keperawatan diklinis karena merupakan penggabungan

119

1
1

antara ilmu keperawatan komunitas dan keperawatan medical bedah

sehinga menuntut penguasaan yang lebih matang dan luas.

3B.

Saran

41.

Bagi Puskesmas Godean II:

a. Menindaklanjuti asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis,

yaitu mempertahankan manajemen regimen terapeutik keluarga Bp. S

tetap efektif dan mencegah resiko penularan TB Paru pada anggota

keluarga yang lain dengan mempertahankan intervensi yang telah

dilaksanakan mahasiswa.

10

b.

Kerjasama yang baik antara keluarga Bp. S dengan petugas

11

Puskesmas Godean II dipertahankan, sehingga keadaan kesehatan

12

keluarga Bp. S dapat terpantau secara terus-menerus.

13

c. Petugas Puskesmas Godean II hendaknya meningkatkan mutu pelayanan

14

asuhan keperawatan keluarga terutama keluarga yang bermasalah

15

dengan meningkatkan frekuensi kunjungan rumah.

162.

Bagi perawat:

17

a. Mempersiapkan dan menguasai keperawatan komunitas maupun medical

18

bedah, dengan cara membaca dan mengikuti sumber referensi baru

19

mengenai keperawatan keluarga.

20

120

You might also like