Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS YARSI
Epitel Germinativum
Folikel Primer
Folikel Sekunder
Folikel Sekunder
HISTOLOGI
OVARIUM
Folikel Primordial
Epitel Germinativum
Folikel Primer
Folikel Tersier
Kumulus
Ooforus
HISTOLOGI
OVARIUM
FOLIKEL SEKUNDER
FOLIKEL TERSIER
Kumulus
Ooforus
Corona Radiata
FOLIKEL PRIMORDIAL
FOLIKEL PRIMER
FOLIKEL SEKUNDER
FOLIKEL TERSIER
Adelia Putri Sabrina 1102013005
HISTOLOGI
OVARIUM
KORPUS LUTEUM
KORPUS ALBICANS
Adelia Putri Sabrina 1102013005
HISTOLOGI
TUBA UTERINA
Tunica Mucosa
Tunica Muscularis
Tunica Muscularis
ISTHMUS
AMPULLA
Adelia Putri Sabrina 1102013005
HISTOLOGI
UTERUS
HISTOLOGI
UTERUS
HISTOLOGI
UTERUS
HISTOLOGI
UTERUS
HISTOLOGI
VAGINA
HISTOLOGI
KELENJAR MAMMAE
HISTOLOGI
KELENJAR MAMMAE
HISTOLOGI
PLACENTA
HISTOLOGI
PLACENTA
HISTOLOGI
PLACENTA
HISTOLOGI
TUBULUS SEMINIFERUS
HISTOLOGI
RETE TESTIS
HISTOLOGI
DUCTUS EPIDIDIMIS & DUCTUS EFERENTES
DUCTUS EPIDIDIMIS
DUCTUS EFERENTES
Adelia Putri Sabrina 1102013005
HISTOLOGI
DUCTUS DEFERENS
HISTOLOGI
PENIS
HISTOLOGI
KELENJAR PROSTAT
HISTOLOGI
KELENJAR VESICULA SEMINALIS
PATOLOGI ANATOMI
SEMINOMA TESTIS (SRL3)
Klinis : Seorang laki-laki dengan tumor testis
MAKROSKOPIS : Jaringan tumor testis dengan diameter 7cm, berat 140gram, konsistensi kenyal.
Pada penampang warna abu-abu homogen dengan bagian nekrosis dan pendarahan.
MIKROSKOPIS : Sediaan massa tumor terdiri atas sel-sel berbentuk polyhedral, uniform, padat,
inti hiperkromatik, anak inti nyata. Di antara kelompokan sel tumor terdapat jaringan ikat fibrosa
bersebukan sel-sel limfosit.
SRW-3
SRW-4
PATOLOGI ANATOMI
ADENOMYOSIS (SRW-5)
Klinis : Seorang wanita 37 tahun, dengan keluhan metroragi, perut bawah membesar, diduga
menderita myoma. Dilakukan operasi
MAKROSKOPIS : Jaringan uterus tanpa adneksa, ukuran 8x7x7 cm, tidak ditemukan massa tumor.
Pada sayatan sebagian dinding uterus menebal dengan bercak-bercak darah.
MIKROSKOPIS : Pada myometrium ditemukan stroma dan kelenjar endometrium
PATOLOGI ANATOMI
KISTA DERMOID (SRW-14)
Klinis : Sediaan diambil dari operasi oovarektomi seorang wanita 34 tahun dengan benjolan pada
perut sebelah kiri, konsistensi kistik.
MAKROSKOPIS : jaringan kista sebesar tinju dewasa, pada penampang kista unilokuler, berisi
rambut dan massa seperti lemak.
MIKROSKOPIS : Sediaan dinding kista terdiri dari jaringan ikat fibrokolagen, di sebelah dalam
dilapisi epitel gepeng berlapis dan adneksa kulit.
TERATOMA (T23)
Klinis : Seorang wanita, 35tahun, dengan benjolan pada perut kanan bawah, konsistensi kistik.
Dilakukan operasi.
MAKROSKOPIS : Jaringan kista ukuran 10x10x9cm, pada penampang mengandung rambut, tulang,
dan massa keratin.
MIKROSKOPIS : Jaringan tumor terdiri atas ketiga lapis unsur benih.
PATOLOGI ANATOMI
ABORTUS (SRW-8)
Klinis : Seorang wanita umur 28 tahun dengan riwayat amenorrhea 8 minggu yang diikuti dengan
perdarahan pervaginam. Dilakukan kuretase
MAKROSKOPIS : Jaringan compang-camping beserta bekuan darah sebanyak 25 cc
MIKROSKOPIS : Jaringan kuretase terdiri atas jaringan nekrotik, jaringan desidua serta villi
chorialis
PATOLOGI ANATOMI
MOLA HIDATIDOSA (SRW-10)
Klinis : Seorang Wanita, 34 tahun, dengan perdarahan pervaginam, merasa hamil 3 bulan. Pada
pemeriksaan fisik, fundus uteri teraba setinggi pusat.
MAKROSKOPIS : Jaringan compang-camping sebanyak 15 cc berupa bekuan darah dan
gelembung-gelembung berukuran diameter 0,2-1,0 cm.
MIKROSKOPIS : Sediaan terdiri atas jaringan desidua serta vili chorialis dengan stroma mengalami
degenerasi hidropik, avaskuler, proliferasi sel-sel trofoblas.
KHORIOKARSINOMA (SRW-11)
Klinis : Sediaan merupakan hasil histerektomi seorang wanita, 30 tahun, dengan keluhan perdarahan
pervaginam. Setelah dilakukan kuretase, perdarahan tidak juga berhenti. Beberapa bulan
sebelumnya, pasien pernah menjalani kuretase atas indikasi mola hidatidosa. Pemeriksaan kadar hCG
sangat tinggi.
MAKROSKOPIS : Uterus ukuran 12x10x7 cm. Pada miometrium ditemukan bercak-bercak darah.
MIKROSKOPIS : Sel-sel tumor merupakan sel trofoblas ganas, berukuran sedang sampai besar, inti
pleomorfik, hiperkromatik. Mitosis ditemukan. Anak inti prominen.
PATOLOGI ANATOMI
KISTADENOMA OVARII (SRW-12 & SRW-13)
SRW-12
MAKROSKOPIS : Jaringan kista berukuran sebesar kepala bayi. Pada sayatan multilokuler,
mengandung cairan musin (lendir). Dinding bagian dalam licin, tebal dinding 0,2 cm.
MIKROSKOPIS : Sediaan dinding kista terdiri dari jaringan ikat fibrokolagen, disebelah dalam
dilapisi epitel torak dengan inti sel di basal dan sel goblet. Kista ini merupakan kistadenoma ovarii
musinosum nonpapiliferum.
SRW-13
MAKROSKOPIS : Jaringan kista berukuran diameter 10 cm, pada sayatan multilokuler berisi cairan
agak kental. Permukaan dalam dinding kista kasar.
MIKROSKOPIS : Sediaan dalam dinding kista terdiri atas jaringan ikat fibrokolagen, disebelah
dalam dilapisi epitel torak tinggi bersilia yang tumbuh papiler. Kista ini adalah kistadenoma ovarii
serosum papiliferum.
PATOLOGI ANATOMI
DISGERMINOMA (SRW-16)
Klinis : Seorang Wanita, 20 tahun, dengan benjolan pada perut kanan bawah sebesar kepala bayi.
Benjolan mula-mula sebesar bola tenis yang cepat membesar. Dilakukan operasi atas indikasi tumor
ovarium.
MAKROSKOPIS : Massa tumor diameter 10 cm, konsistensi padat, sebagian lunak. Pada sayatan
tumor abu-abu, padat.
MIKROSKOPIS : Massa tumor terdiri atas sel-sel tumor berbentuk bulat / polihedral, tersusun
padat, difus, inti hiperkromatik, aiantaranya terdapat jaringan ikat fibrosa yang bersebukan sel-sel
limfosit. Anak inti pada sebagian sel tumor nyata.
PATOLOGI ANATOMI
GAMBAR DARI INTERNET
SEMINOMA TESTIS (SRL3)
ADENOMYOSIS (SRW5)
PATOLOGI ANATOMI
GAMBAR DARI INTERNET
KISTA DERMOID (SRW14)
TERATOMA (T23)
ABORTUS (SRW8)
PATOLOGI ANATOMI
GAMBAR DARI INTERNET
KHORIOKARSINOMA (SRW11)
DISGERMINOMA (SRW16)
PARASITOLOGI
FLAGELLATA
Trichomonas vaginalis
Sediaan usap vagina dengan pulasan Giemsa
1. Trichomonas vaginalis
Bentuk Trofozoit / Vegetatif
Perhatikan :
Bentuk seperti buah jambu monyet
Besar : 17 u
Satu inti lonjong
Flagel anterior 4 buah
Aksostil dan membran bergelombang
SPOROZOA
Toxoplasma gondii
Sediaan cairan peritoneum dengan pulasan Giemsa
Bentuk infektif : ookista
2. Toxoplasma gondii
Bentuk Trofozoit / proliferatif
Perhatikan :
Bentuk seperti bulan sabit dengan satu ujung tumpul
Inti : satu buah
Terletak di dalam atau di luar sel
Satu-satu atau berkelompok
MIKROBIOLOGI
NEISSERIA GONORRHOEAE
KULTUR / ISOLASI
Medium Transport
1. Amies-Charcoal : Untuk menetralisir Asam lemak yang toksin
2. Sodium Thyoglikolat : Membuat lingkungan yang baik untuk pertumbuhan mikroba
MIKROBIOLOGI
Medium Thayer Martin
Mengandung VCN inhibitor :
Vankomisin
: untuk Gram (+)
Colistin
: untuk Gram (-)
Nistatin
: untuk jamur
N. gonorrhoeae pada
medium Thayer Martin
TEST OKSIDASE
Koloni N. gonorrhoeae yang tumbuh pada media agar coklat (agar
suplement) setelah dieramkan pada suhu 35-37 C, dalam candle jar
pada suasana CO2 10% - 15% dibubuhi / ditetesi larutan
tetramethyl-p-phenylene-diamine 0,5 1%
Koloni Gonokokus yang semula jernih segera berubah warnanya
menjadi ungu hitam (test oksidase positif) dalam waktu 1-5 menit
NB : Biakan dikeram selama 48 jam.
TES BIOKIMIA
Menanam kuman pada perbenihan CTA (Cystine Trypticase Agar) yang mengandung gula tertentu
yaitu glukosa, maltosa dan sakarosa untuk mengetahu sifat fermentasinya.
Bila (+) akan terjadi perubahan warna perbenihan dari merah menjadi kuning N. gonorrhoeae
meragi glukosa, tidak meragi maltosa dan sakarosa.
MALTOSA
SAKAROSA
Neisseria gonorrhoeae
Neisseria meningitidis
Moraxella catarrhalis
(Branhamella ctarrhalis)
Neisseria sicca
MIKROBIOLOGI
TES YODOMETRI (TES BETA-LACTAMASE)
1. Buat suspensi kuman yang tebal dalam 0,1 ml larutan
penisilin 6000 gram/mL, biarkan 30 menit pada suhu
kamar
2. Tambahkan 2 tetes larutan kanji 1%
3. Kemudian tambahkan 1 tetes larutan yodium, terlihat :
larutan menjadi biru
4. Diaduk 1 menit lalu amati hasil :
Warna biru cepat hilang, Beta-lactamase (+)
10 menit / lebih warna tetap biru, Beta-lactamase (-)
GARDNERELLA VAGINALIS
CLUE CELLS
Epitel / sel vagina dikelilingi bakteri Gardnerella Vaginalis, dll.
Diagnosis : Vaginosis Bacterial
CANDIDA ALBICANS
KANDIDIASIS VAGINALIS
Sediaan
usap
vagina
penderita
kandidiasis pulasan Garam.
Perhatikan sel ragi (blastospora) lonjong
dan ada yang bertunas
Hifa semu panjang atau pendek
Sel epitel vagina dengan intinya
MIKROBIOLOGI
TREPONEMA PALLIDUM
Spesimen yang digunakan : Darah vena yang disimpan pada tabung tanpa koagulan
Setelah darah membeku, serum dipisahkan dengan cara sentrifugasi.
Klasifikasi Serologi Test Sifilis (STS)
Test non-treponema : menggunakan antigen berupa kardiolipin, lesitin, kolesterol
Test treponema : T.pallidum hidup / mati / fraksi T. pallidum
Jenis-jenis STS Non-treponemal :
1. Reaksi fiksasi komplemen : Wasserman
2. Fokulaso / aglutinasi
VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) berdasarkan prinsip aglutinasi
RPR (Rapid Plasma Reagen) antigen diletakkan dengan arang
ART (Automated Reagen Test)
Kahn
Jenis-jenis STS Treponemal
Uji Fluorescent Treponemal Antibody Absorption (FTA-ABS)
Uji T. Pallidum Hemagglutination / TPHA
Uji T. Pallidum Particle Agglutination / TPPA
MIKROBIOLOGI
TPHA
TITER : 1/320
MIKROBIOLOGI
FLOW OF GONORRHOEAE DIAGNOSIS
BIOLOGI
ANALISIS SEMEN MANUSIA
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat kesuburan dan pengenalan cara penilaian kesuburan semen pada
seorang pria.
Syarat :
Semen dikeluarkan setelah abstinensi (tidak dikeluarkan) minimal 2 hari dan tidak lebih dari 7 hari.
Semen dikeluarkan dengan masturbasi manual (tidak kontak vaginal, anal atau oral dengan penis)
Menghindari penggunaan pelumas atau kondom
Semen ditampung pada botopl kaca bermulut lebar
Semen dibawa ke tempat pemeriksaan dalam waktu tidak boleh lebih dari 1 jam setelah dikeluarkan
Semen dilindingi dari suhu ekstrem selama pengangkutan ke laboratorium (20 - 40 C)
Pemeriksaan dilakukan setelah semen mengalami likuifaksi (mencair), biasanya 15-20 menit setelah
dikeluarkan
BIOLOGI
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK SEMEN
Motilitas Sperma
Diperiksa untuk mengetahui gerakan sperma. Kategori motilitas dikelompokkan menjadi 4 kategori :
Kategori A : Spermatozoa bergerak cepat dan lurus ke depan
Kategori B : Jika gerak lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus
Kategori C : Jika tidak bergerak maju (bergerak di tempat)
Kategori D : Jika spermatozoa tidak bergerak sama sekali
Viabilitas Sperma
Untuk mengetahui spermatozoa hidup atau spermatozoa yang sudah mati menggunakan pewarnaan
supravital yaitu Eosin Y. Spermatozoa yang mati berwarna merah sedangkan yang hidup tidak berwarna.
Densitas / Jumlah Spermatozoa
Semen dilarutkan dengan larutan George dengan pengenceran 1:20 untuk setiap semen, selanjutnya
campuran tersebut diaduk sampai homogen (dengan memakai vortex).
Pemeriksaan jumlah sperma ada 2 yaitu :
1. Secara kasar : Menghitung jumlah spermatozoa rata-rata pada beberapa lapang pandang kemudian
mengkalikan angka tersebut dengan 106. Jika ada 40 / lapang maka jumlah sperma secara kasar kirakira 40 juta/mL
2. Menggunakan kamar hitung Neubauer (hemositometer)
Jika pada tiap kotak kecil mengandung < 10 spermatozoa setiap kotaknya, maka seluruh kotak
yang jumlahnya 25 harus dihitung.
Jika semen mengandung 10-40 spermatozoa setiap kotak, maka harus dihitung 10 kotak.
Jika semen mengandung > 40 spermatozoa setiap kotaknya, maka hanya 5 kotak yang dihitung.
BIOLOGI
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK SEMEN
Sperma dapat dikelompokkan menjadi :
Polyzoospermia
: Konsentrasi sperma sangat tinggi
Oligozoospermia
: Jumlah sperma < 20 juta/mL
Hypospermia
: Volume semen < 1,5 mL
Hyperspermia
: Volume semen > 5,5 mL
Aspermia
: Tidak ada semen
Pyospermia
: Di dalam semen ditemukan adanya leukosit
Hematospermia
: Di dalam semen ditemukan eritrosit
Asthenozoospermia
: Motilitas sperma < 40%
Teratozoospermia
: > 40% sperma abnormal
Necrozoospermia
: Tidak ada sperma yang hidup
Oligoasthenozoospermia
: Motilitas < 8 juta sperma / mL
Morfologi sperma
Menggunakan pewarnaan Fast Green, Eosin Y-Nigrosin, Wright, Giemsa
Normal : Kepala berbentuk oval, leher, midpiece yang utuh dan ekor tunggal
KARAKTERISTIK SEMEN
WHO-1987
WHO-1992
>2
7,2 - 8
7,2 - 8
20
20
40
40
Morfologi (% normal)
50
30
Vitalitas (% hidup)
75
75
25
50
25
50
Volume (mL)
pH
BIOLOGI
UJI FUNGSI SPERMA
Tujuan : Untuk mengadakan fertilisasi (pembuahan) diantaranya kemampuan motilitas dan kemampuan
menembus hambatan pada saluran reproduksi wanita
Uji fungsi sperma yang biasa dilakukan antara lain :
1. Uji integritas membran sperma
2. Uji reaksi akrosom
3. Uji sifat gerak sperma
4. Uji Penetrasi sperma :
Uji penetrasi sperma melalui getah serviks
Uji pasca senggama (post coital test)
Uji Sifat Gerak Sperma
Tipe gerakan yang dianggap baik adalah gerak lurus ke depan (progresif), dengan kecepatan 20 mm/
detik.
Klasifikasi sifat gerak spermatozoa dibedakan :
Progresif cepat
Progresif lambat
Bergerak tidak progresif
Tidak bergerak
Uji Penetrasi Ke dalam Getah Serviks
Fungsi getah serviks :
Melindungi sperma dari lingkungan vagina yang asam dan terhadap fagositosis
Tempat menimbun sperma
Menambah keperluan energi sperma
Sebagai tempat kapasitasi sperma
Sebagai barier dari sperma abnormal da immotil
Uji ini bisa dilakukan secara :
1. In vivo : Uji pasca senggama yang prinsipnya adalah memeriksa adfanya sperma beserta
motilitasnya dalam getah serviks setelah senggama
2. In vitro : Uji kontak sperma dengan getah serviks (SCMT : sperm contact mucus test) dan uji getah
serviks sapi (BMCT : Bovine cervical mucus test) menggunakan tabung kapiler di lab.
Evaluasi hasil uji penetrasi didasarkan menurut kategori WHO :
1. Baik sekali : Ditemukanm lebih besar atau sama dengan 25 sperma/LPK dalam F1 dan lebih besar
atau sama dengan 25 sperma/LPK dalam F2
2. Baik : Ditemukan 15 sperma/LPK dalam F1 dan 10 sperma/LPK dalam F2
3. Kurang : Ditemukan 5 sperma/LPK dalam F1 dan 0-1 sperma/LPK dalam F2
4. Negatif : Sperma tidak berpenetrasi baik pada F1 maupun F2
Dalam uji ini bisa diukur :
1. Jarak migrasi
2. Densitas Penetrasi
3. Kualitas Penetrasi
BIOLOGI
UJI FUNGSI SPERMA
Uji Integritas Membran
Uji ini dilakukan dnegan menggunakan Hypoosmotic Swelling Test / uji HOS yaitu suatu uji untuk menilai
integritas membran sperma yang terpapar dalam suatu larutan (medium) hipotonik.
Hasil uji HOS yang menunjukkan HOS (+) > 60% di dalam semen, memberikan petunjuk akan
kelangsungan hidup sperma akan lebih lama dibanding dengan semen pada hasil uji HOS (+) < 60%