You are on page 1of 45
_ PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN GEJALA NEGATIF DI RSJ Dr.SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA TAHUN 2010 PENELITIAN Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh GELAR SARJANA KEDOKTERAN Oleh: Wasshobirin NIM: 108103000022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1, Laporan penelitian ini merupekan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hicayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlakw div Fakultas Kedokterandan_Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jike di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil kary¢asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, 20 September 2011 LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN GEJALA NEGATIF DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA TAHUN 2010 Laporan Penelitian Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh Wasshobirin NIM: 108103000022 Pembimbing 1 Pembimbing 2 de. Prianto PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 PENGESAHAN NTIA UJIAN Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI PENDERITA SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN GEJALA NEGATIF DI RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA TAHUN 2010 yang diajukan oleh Wasshobirin (NIM: 108103000022), telah diajukan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dau: Ilmu kesehatan pada 20 September 2011. Lapran Penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Pada program Studi Pendidikan Dokter. Ciputat, 20 September 2011 DEWAN PENGUJI Ketua sidang Pembimbing I Pembimbing II \ Xe Dr. dr. Syarifhasan dr. Prianto DMmiko, SpKJ.-—_-Drg. Laifa Afinisa Lutfie, SpkFR Hendarmin, PhD Penguji I Penguji ll Penguji II 2 Dr. Isa Multazam Noor, Dr. Poppy Candra Dewi, _Dr. dr. Syarief Hasan SpKJ f 'Sps. MSe Lutfie, SpKFR PIMPINAN FAKULTAS Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN Prof. Dr (he). Dr. MK. Tadjudin, SpAnd Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR. KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena berkat taufik dan hidayah-Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala Negatif di Rumah Sakit Jiwa dr. Socharto Heerdjan Jakarta tahun 2010” Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini, Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini saya inginmenyampaikan penghargaan yang setinggi- tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1, Prof. Dr (he). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, dan Drs. H. Achmad Gholib, MA dan Ibu Farida selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2. H. Dr. Syarief Hasan Lutfi selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter. 3. drg, Laifa Annisa Hendarmin, PhD dan dr. Prianto Djatmiko, SpKJ seleku an waktu, tenaga, dan pikiran Dosen Pembimbing yang telah banyak menyedi untuk mengarahkan saya dalam penyusunan penelitian ini. 4. Ibu Silvia Fitrina Nasution, M.Biomed selaku penanggung jawab Riset angkatan 2008 yang telah memberikan motivasi dan mengarahkan saya dalam penyusunan penelitian ini 5. Staf Litbang dan semua petugas rekam medis RSJ Socharto Heerdjan Jakarta yang telah mengizinkan penggunaan dan membantu_ mempermudah penggunaan rekam medis pasien skizofrenia untuk penelitian ini. 6. Kemenag RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 7. Bapak, Ibu dan Keluarga besar saya serta para sahabat saya yang telah membetikan kasih sayang, doa dan dorongan baik moril maupun materiil. Ciputat, 20 Sepjember 2011 ‘asshobirin, ABSTRAK Wasshobirin. Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala Negatif di Rumah Sakit Jiwa Socharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010. Skizofrenia paranoid adalah pola penyakit bidang psikiatri, merupakan sindroma Klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat menggangeu serta melibatkan proses pikir, persepsi, emosi, gerekan dan tingkah laku. Penyakit ini mempunyai gambaran gejala klinik yang khas meliputi halusinasi dan/atau waham yang menonjol serta gangguan afektif, dorongan kehendsk pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatit tidak nyata/ tidak menonjol. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan jenis cross sectional untuk mengetahui prevalensi gejala negatif pada pasien skizofrenia paranoid di RSJ Socharto Heerdjan tahun 2010. Populasi terjangkau adalah pasien skizofrenia paranoid di RSJ Soeharto Heerdjan tahun 2010 sebanyak 782 pasien, dengan jumlah sampel 84 pasien. Pada penelitian didapatkan prevalensi skizofenia paranoid dengan ‘gejala negatif sebanyak 10,7%, Penderita laki — laki lebih banyak 72,6% dari pada penderita_perempuan 27,4% dengan rentang usia terbanyak adalah 25-44 tahun dan sebagian besar berstatus tidak menikeh. Kata kunic: Prevalensi, Skizofrenia Paranoid, Gejala Negatif ABSTRACT Wasshobirin. Doctor of Education Studies Program. Prevalence of Patients With Paranoid Schizophrenia Negative Symptoms in Mental Hospital Soeharto Heerdjan Jakarta in 2010. Paranoid schizophrenia is a disease pattern field of psychiatry, is a clinical syndrome of various psychopathological conditions are extremely disturbing and involve thought processes, perception, emotion, movement and behavior, This disease has a picture of a typical clinical symptoms including hallucinations and / or delusions are prominent as well as affective disorders, will drive the conversation, and catatonic symptoms in relatit not real / not prominent. This research uses descriptive method with type of cross-sectional study to determine the prevalence of negative symptoms in patients with paranoid schizophrenia at the psychiatric hospital Heerdjan Suharto in 2010. Affordable population is paranoid schizophrenic patients in psychiatric hospital Heerdjan Suharto in 2010 as many as 782 patients, with a total sample of 84 patients. In the present study found the prevalence of paranoid schizophrenic patients with negative symptoms as much as 10.7%. Patients males - 72.6% more men than women 27.4% in Patients with age range 25-44 years and most were largely unmarried status. Key words: Prevalence, Paranoid Schizophrenia, Negative symptoms vi DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL.. LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN. KATA PENGANTAR. ABSTRAK DAFTAR IST DAFTAR Tal BABI PENDAHULU. 1.1 Latar Belakang........ 1.2 Rumusan Masalah.... 1.3 Tujuan Peneliti 1.4 Manfaat Penelitian.. BAB I! TINJAUAN PUSTAKA... 2.1 Definisi Skizofrenia.. 2.2 Epidemiologi. 2.3 Ish kritis pedialalasenacn Seteomrenia dengan gejal negatif 2.4 Gojala negatif Skizofrenia 2.5 Skizofrenia dengan gejala negatif dominan. 2.6 Rekomendasi WHO terhadap treatment gap ... 2.7 Masalah Skizofrenia di negara berkembang 2.8 Diagnosis Skizoftenia, 28.1 Skizofrenia Paranoid. 2.8.2 Diagnosis Skizofrenia Paranoid... 2.9 Eticlogi Skizofrenia.. 2.9.1 Faktor Genetika 2.9.2 Faktor Biologi dan Biokimia 2.9.3 Faktor Psikososial : 2.9.4 Status Sosial Ekonor 2.9.5 Stres . 2.9.6 Kepribadian Premorbi .7 Rokok dan Penyaiahgunaan NAPZA 2.10 Prognosis. . 2.11 Pengobatan Skizofrenia 2.12 Kerangka Konse; BAB III METODOLOGI PENELITIAN.. 3.1 Desain Penelitian 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.. 3.3 Sumber Data..... 3.4 Populasi dan Sampel.. 3.4.1 Populasi Terjangkau... 3.4.2 Sampel Target 3.5 Kriteria Sampel.... vii 3.5.1 Kriteria Inklusi 3.5.2 Kriteria Eklusi... 3.6 Besar Sampel 3.7 Cara Kerja sien 3.7.1 Pengumpulan Data. 3.7.2 Pengolahan Data 3.7.3 Penyajian Data. 3.7.4 Analisis Data.. 3.7.5 Interpretasi Data 3.7.6 Pelaporan Hasil Peneliti 3.8 Definisi Operasional 3.8.1 Rekam Medis 3.8.2 Prevalensi 3.8.3 Skizoffenia Paranoid 3.8.4 Gejala Negatif. 3.8.5 Umur.... 3.8.6 Jenis Kelamin. 3.8.7 Status Perkawinan, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASA\ 4.1 Keterbatasan penelitian.. 4.2 Prevalensi Pasien Skizofrenia Paranoid dengan Gejala Negatif. 4.3 Pola Distribusi Skizoftenia Paranoid dengan Gejala Negati 43.1 Berdasarkan Jenis Kel 4.3.2 Berdasarkan Umur 4.3.3 Berdasarkan Status Perkawinan BAB V SIMPULAN DAN SARAN.... 5.1 Simpulan. 5.2 SAKA srs DAETAR PUSTAKA. LAMPIRAN oc. DAFTAR RIWAYAT HIDUP vill Gamber 2.12.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian. Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3, Tabel 4.4 DAFTAR GAMBAR, TABEL DAN GRAFIK - 20 Distribusi Skizofrenia Paranoid dengan Gejala Negatit di RSJ dr, Soeharto Heerdjan Tahun 201! 25 Distribusi Skizofienia Paranoid dengan Gejala Negatif Berdasarkan Jenis Kelamin di RSJ dr. Soeharto Heer: jan Tahun 2010 ‘ Distribusi Skizofrenia Paranoid dengan Gefala Negatif Berdasarkan Kelompok Umur di RSJ dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2010 Distribusi_ Skizofrenia Paranoid dengan Gejala Negat Berdasarkan Status Perkawinan di RSJ dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2010... fae = ln a 26 27 29 BABI PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Skizoftenia adalah gangguan otak yang mempengaruhi cara seseorang bertindak, berfikir, emosi, dan perilaku. Orang dengan skizofrenia memiliki persepsi yang berubah dari kenyataan, seringkali kerugian yang signifikan dari kontak dengan reaiitas. ' Data WHO menunjukkan bahwa di tahun 2002 saja diketahui tidak kurang dari 154 juta penduduk dunia yang depresi, diantaranya terdapat 25, juta kasus skizofrenia” Menurut hasil penelitian di Indonesia terdapathampir 1-2% penduduk menderita skizoffenia, hal itu berarti sekitar 2-4 juta jiwa. Dari jumlah tersebut diperkirakan penderita yang aktif sekitar 700.000-1,4 juta jiwa. Menurut Irmansyah tahun 2006, bahwa penderita yang dirawat dibagian psikiatri di Indonesia hampir 70% menderita skizofrenia.* Menurut data yang diperoleh Medical Record Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatra Utara tahun 2004 menunjukkan adanya peningkatan penderita skizofrenia dari tahun ke tahun, Salah satu penyebabnya, penyakit skizofrenia tersebut seringkali menjadi kronis dan kamiuh sehingga memerlukan perawatan/terapi yang lama.‘ Menurut Data National Alliance for the Mentally Iiness (NAMI) Amerika Serikat menunjukkan, sekitar 75% pasien skizofrenia kambuh dalam 1 sampai 1,5 tahun jika terapi obat antipsikotik dihentikan atau tidak dikonsumsi secara teratur, Diperkirakan hanya sekitar 25% pasien skizofrenia mengkonsumsi obat secara teratur. Demikian juga menurut ali psikiatri Sasanto, mengatakan bahwa banyak hal yang mempengaruhi penigkatan kekambuhan dan lamanya terapi/perawatan penderita skizoftenia salah satunya adalah pengobatan yang tidak adekuat disebabkan penderita Kurang menanggapi terhadap pengobatan yang timbul karena adanya gejala negatif.> Untuk mengetahui seberapa besar penderita kasus Skizofrenia paranoid dengan gejala negatif di Rumah Sakit Jiwa Socharto Heerdjan Jakarta, maka dilakukan penelitian data sekunder dari hasil rekam medik tahun 2010 dari pasien skizofrenia yang mengalami gejala negatif. 12. i. Tag. 14. 14.1. Rumusan Masalah Berdasarkan_uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Berapa prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala negatif di Rumah Sakit Jiwa Socharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala negatif di Rumah Sekit Jiwa Socharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010, Tujuan Khusus Diketahuinya presentase kasus skizofrenia paranoid dengan gejala negative berdasarkan jenis Kelamin di RSJ Socharto Heerdjan Tahun 2010. ketahuinya presentase kasus skizofrenia paranoid denga gejala negatif berdasarkan umur di RSJ Socharto Heerdjan Tahun 2010. Diketahuinya presentase kasus skizofrenia paranoid dengan gejala negatif berdasarkan status perkawinan di RSJ Socharto Heerdjan tahun 2010. Manfaat penelitian Manfaat Bagi Peneliti a. Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dan program intervensi farmakologis dan psikososial dalam penanganan skizofrenia di Indonesia. b, Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mendeteksi gangguan kepribadian yang mungkin mengarah pada gangguan jiwa psikotik skizoffenia pada anak atau masyarakat umumnya sedini mungkin. 1.4.2 1.4.3 1, Manfaat Teoritis a. Memperkaya keilmuan dalam bidang keschatan jiwa dan dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala negatif’ pada skizofienia paranoid b. Menambah ketrampilan bagi peneliti dalam melakukan penelitian serta mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu an di pengetahuan yang didapat selama menjalani pendi Fakultes Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (FKIK UIN Syahid). Manfaat bagi Perguruan Tinggi 1.4.2.1 Untuk mewujudken tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan_fungsidan_tugas perguruan tinggi sebagai Tembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat serta dapat mewujudkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sebagai universitas riset dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan. 14.2.2 Untuk meningkatkan kerjasama dan komunikasi antara mahasiswa dan staf pengajar Fakultas Kedokteran dan IImu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Mendapatkan data awal tentang prevalensi dan karakteristik penderita skizofienia paranoid di RSI dr Socharto Heerdjan Jakarta tahun 2010 yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya, Manfaat bagi masyarakat Memberikan gambaran mengenai prevalensi dan karakteristik penderita skizofrenia paranoid di RSJ dz. Socharto Heerdjan tahun 2010. 2A 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Definisi skizofrenia Skizofrenia adalah pola penyakit bidang psikiatri, merupakan sindroma Klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu serta melibatkan proses pikir, persepsi, emosi, gerakan dan tingkah laku.!? Skizofrenia merupakan sindrom yang heterogen, yang mana diagnosisnya belum dapat ditegakkan memakai suatu uji laboratorium tertentu, diagnosisnya ditegakkan berdasarkan sekumpulan gejala yang dinyatakan karakteristik untuk skizofrenia.' Epidemiologi Data WHO menunjukkan bahwa di tahun 2002 saja diketahui tidak Kurang dari 154 juta pendudak dunia yang depresi, 25 juta skizofrenia, 91 juta mengalami gangguan mental akibat alkohol, 15 juta gangguan mental Karena penyalahgunaan obat, 50 juta epilepsi, dan 24 juta alzheimer dan demensia lainnya, Hal yang lebih mencengangkan lagi bahwa terdapat rata-rata 877.000 orang bunuh diri setiap tahun.* Onset untuk Jaki loki 15 sampai 25 tahun sedangkan wanita 25- 35 tahun, Skizofrenia tipe paranoid terjadinya lebih awal pada laki- aki dibandingkan perempuan. prognosis sizofrenia paranoid lebih baik dibandingkan tipe-tipe yang lain karena mempunyai respon yang baik dalam pengobatan.'® Berdasarkan laporan RISKESDAS Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 prevalensi gangguan jiwa berat (Skizophrenia) di Indonesia adalah sebesar 4,6%, Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta (20,3%) yang kemudian secara berturut turut diikuti oleh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (16.7%), Nusa Tenggara Barat (9,9%) Sumatera Selatan (9,2%). Prevalensi terendah terdapat di Maluku (0,9%).'* Pada tahun 2009 di RSJ Socharto Heerdjan Jakarta jumlah penderita skizofrenia paranoid yang rawat jalan sebanyak 33% dan yang rawat jalan sebanyak 41%. Angka ini menunjukkan bahwa skizoftenia paranoid tercatat paling tinggi dibandingkan gangguan jiwa lainnya.'* Hal ini kemungkinan juga terjadi di Rumah Sakit Jiwa Jainnya di Indonesia. 2.3. Isu Kritis Penatalaksanaan Skizofrenia dengan Gejala Negatif paling sedikit 1/3 penduduk skizofrenia tidak terobati (0reament gap). angka sesungguhnya dinegara berkembang lebih tinggi karena penelitian dan pelyanan masih Kurang, pelayanan penderita yang datang ke penyembuh tradisional tidak diteliti, masih luasnya stigma dan tidak diakuainya ganggguan skizofrenia , angka menjadi lebih tinggi lagi bila gejala negatif tidak dikenali dan tidak kepatuhan terhadap obat dimasukkan kedalam kategori tadi.' Gejala negatif skizofrenia muncul pada fase prodormal jauh sebelum episode psikotik, derajatnya pararel dengan fungsi sosial sehingga pekerja dianggap malas dan pekerjaan yang buruk, sehingga mendapat perlakuan negatif. Selain itu gejala negatif yang dominan ‘merupakan indicator prognosis yang kurang baik, maka deteksi dini dan penatalaksaan segera tethadap gejala negatif skizofrenia ‘merupakan upaya paling menentukan untuk masa depan penderita skizofrenia."! 2.4 Gejala negatif skizofrenia Didefinisikan bahwa gejala negatif skizoffenia adalah kehilangn fungsi normal atau tiadanya fungsi jiwa yang seharusnya ada pada orang normal.ciri-cirinya adalah: afek tumpul, pasif, apatis, berkurangnya spontanitas dan arus percakapan, serta anhedonia. Gejala ini menurunkan kualitas hidup dan produktivitas jangka panjang, yang makin menurun, Gejala negatif dominan pada skizofrenia kronik, nanmun seringkali gejala negatif’ merupakan tanda pertama dari munculnya gangguan skizofrenia yang ditandai dengan menjadi menarik diri, kehilangan minat dalam berbagai hal yang sbelumnya ia sukai. Gejala ini sering kali menetap dan seringkali mengganggu banyak aspek kehidupan penting, kemampuan bekerja, bersekolah, berteman, menikmati hobi, dan merasakan keakraban dengan keluarga. Penderita kerap kali dianggap malas dan berperilkax mengesalkan Karena ekspresi wajahnya, sikap, dan bahas autbuhnya, serta modulasi suaranya.”! Gejala negatif kebanyakan muncul pada fase prodormal jauh sebelum episode psikotik pertama, kemudian dalam jangka waktu 2 hingga 4 tahun secara berangsu-angsur tapi jelas muncul_gejala psikotik, Penderita dengan gejala negatif yang mononjol akan mengalami defisit kognitif yang menyeluruh. Dapat diaktakan bahwa gcjala negatif dan defisit kognitif adalah gamabaran fundamental skizofrenia. Gejala negatif dominan pada skizofrenia kronik dan merupakan indikator buruknya prognosis. Oleh karena itu deteksi dini dan penatalaksanaan terhadap gejala negatif merupakan hal yang amat penting utnuk mencegah prognosis yang lebih buruk.”! Skizofrenia dengan gejala negatif dominan (skizofrenia defisit) Prevalensi sepanjang hidup skizofrenia kurang lebih 1% dari penduduk. Sedangkan prevalensi sekizofrenia defisit kurang lebih 15% dari skizofrenia episode pertama, dan 25%-30% dati skizofreni kronik, Jumlah penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan serta prevalensinya meningkat dengan bertambabnya sia." Skizofrenia defisit mempunayai karakteristik: awitanya insidious, serinng terdapat gerakan abnormal, dan gejala negatifnya lebih kuat. Gejala-gejalanya menyebabkan merosotnya produktivitas, ketidak patuhan terhadap obat, dan penatlaksanaan yaa penderitng sulit; oleh karena itu diperkirakan bahwa penderit skizofrenia defisit yang mengalami treatment gap angkanya tinggi. Angka median treatment gap penderita skizpfrenia adalah 32.2%, angka ini bukan angka yang 2.6 sebenamya, dinegara berkembang angkanya jelas lebih tinggi. Dikatakan bahwa lebih dati 2/3 penderita skizofrenia dinegara berkembang tidak mendapatkan terapi. Angka ini tidak termasuk pada anak dan gejala negatif skizofrenia yang tidak terdeteksi.!° Rekomendasi WHO terhadap treatment gap Gangguan jiwa, terutaina skizofrenia dapat meningkatkan resiko kemiskinan dan status social-ekonomi yang semakin rendah, serta pendidikan yang rendah. Maka dalam IHO Consotium in Psychiatry Epidemiology Cross National Comparison, WHO membuat 10 rekomendasi yang diharapkan menjembatani treatment gap, yai 1. Penanggulangan problem Kesehatan jiwa harus mudah diperoleh dipelayanan primer (puskesmas) . Obt-obat psikotropika yang dibutuhkan harus tersedia . Perawatan RS harus dialihkan ke fasilitas masyarakat . Masyarakat harus dididik tentang kesehatan jiwa . Keluarga, masyarakat, dan konsumen harus dilibatkan dalam wRen advokasi, pembuatan kebijakan, dan pembentukan self help group 6. Program-program kesehatan jiwa nasional harus ditetapkan 7. Pelatihan tenag-tenag profesional. Kesehatan jiwa _harus ditingkatkan dan diperbaiki/ disempumakan 8. Kerjasama dengan lembaga-lembaga _pemerintah dan non pemerintah harus ditingkatkan 9. Sistem Kesehatan jiwaharus dimonitor dengan mengguneka indikator mutu 10. Dukungan terhadap riset harus ditingkatkan Selanjutnya WHO mengadopsi Mental Health Global Action Programme yang bermaksud memodifikesi situasi dunia dengna pengesahan dari semua negara anggota. Walaupun treatment gap untuk gangguan jiwa masih Iuas, kebijakan program tata pelayanan yang sesuai akan menjembatani masalah treatment gap ini.?> Dalam konferensi para menteri Eropa tentang kesehatan jiwa di Helsinki (Januari 2005), dikemukakan bahwa ternyata lebih dati 1/3 27 negara tidak memberikan layanan terapi utnuk gangguan jiwa yang berat dipelayanan primer, dan lebih dari negara tidak menyediakan pelayanan Kesehatan masyarakat utnuk gangguan jiwa”* Dari penelitian WHO di Eropa diadaptkan bahwa sekitar 8.2%-20.4% pendudukmengalami gangguan jiwa dalam 12 bulan terkhir, dan kira- kira setengahnya adalah gangguan” jiwa berat. Maka WHO mengeluarkan deklarasi, antara lain: 1. Mengambangkan UU dan kesehatan jiwa nasional yang komprehensift 2. Memastikan bahwa orang yang menalami problema paling berat dan paling miskin mendapat manfaat paling besar 3. Mengembangkan pelayanan kesehatan primer yang mempunyai kapasitas mendeteksi dan menanggulangi problema Kesehatan jiwa 4. Merencanakan dan menerapkan pelayanan spesialis berbasis masyarakat, dengan staf multidisiplin ilmu tentang gangguan jiwa (skizofrenia, depresi, bipolar, dan demensia) 5. Menyediakan akses pengobatan psikotropika dan intervensi psikoterapisederhana berjangka panjang dipelayanan_ primer utnuk gangguan jiwa terutama mereka yang sudah stabil 6. Memastikan distribusi tenaga keschatan jiwa yang sesuai dengan keadaan penduduk terutama penduduk yang berisiko. Masalah skizofrenia di negara berkembang Lebih dari 2/3 penderita skizofrenia di negara berkembang tidak menapat penanggulangan, Kondisi ini mengakibatkan gengguan ini menjdi kronik dan berulang kambuh, ketidakmampuan yang makin mundur secara progresif, penderita kehilangan sumber hidup dan jaringan sosial, serta meningkatkan diskriminasi dan pelecehan hak asasi. Di sebagian besar negara yang berpenghasilan rendah menengah (LAMIC: Low and Middle Income Countries) hanya tersedia paling banyak satu tenaga professional untuk 2500-5000 _penderita 2.8 skizofrenia. Oleh Karena itu sebagian besar penderita skizofrenia tidak/ hanya sedikt yang menerima pelayanan atau tertunda mendapat pelayanan tersebut, sehingga prognosis jangka panjangnya menjadi lebih buruk dan biaya untuk penaggulangannya menjadi lebih besar.”* Bagaimana pendekatan terbaik untuk skizofrenia dinegara berkembang? Bukti-bukti ini makin Iuas bahwa obat antipsikotik, intervensi berbasis masyarakat, dan intervensi yang difokuskan kepada Keluarga, efektif di LAMIC. Upaya-upaya mengurangi stigma, memperbaiki kepatuhan pengguanaan obat, dan memperkuat intgrasi sosial sangat membantu penatalaksanaan skizofrenia di negara berkembang. Garis terdepan sistem pelayanan kesehatan masyarakat tidak hanya membutuhkan pekerja keschatan saja, tetapi Orang-orang yang tinggal dikomunitas yang bersangkutan_ yang dilatih. tentang deteksi dan intervensi dini skizofrenia berbasis keluarga dan masyarskat, Menurut Bank Dunia, Dircetly Observed Therapy Short Caourse (DOTS) merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif dana. Dianjurken cara ini menjadi dasar intervensi Kesehatan masyarakat dalam penggulangan skizofrenia di LAMIC. Caranya adala: memberi suplai antipsikotik secara regular, pemebriannya disupervisi, jenis antipasikotiknya yang jangka panjang agar efektif dana, dan keluarga penderita skizofrenia menjadi mitra yang sejajar dalam intervensi ini.”> Diagnosis Skizofrenia Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGS I11) membagi gejala skizufrenia dalam kelompok-kelompok penting, dan yang ‘ering terdapat secara bersama-sama untuk diagnosis. Kelompok simtom tersebut’ : 1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): (@)"thought echo" adalah isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan 10 isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “shought insertion or withdrawal” adalah isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari Iuar ditinya (withdrawal); dan “thought broadcasting” adalah isi pikiranya tersiar keluar schingga orang lain atau umum mengetahuinya; (b) “delusion of control” adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari Tuar; atau “delusion of passivitiy” adalah waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari [uar; (tentang “dirinya” adalah secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan Khusus); “delusional perception” adalah pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya Dersifatmistik atau mukjizat, (©) Halusinasi auditorik: - suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus tethadap perilaku pasien, atau - mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu agian tubuh, (@ Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurat budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain) cr 2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: (©) Halusinasi_yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang ‘maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus ‘menerus; (® Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; (g)__ Perilaku__katatonik,seperti__keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau, negativisme, mutisme, dan stupor; (h) Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergauian sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi hharus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; 3. Adanya gejala-gejala Khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu sata bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal) 4, Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial. 2 2.8.1 Skizofrenia Paranoid Skizofrenia paranoid adalah jenis skizoffeniaia yang sering dijumpai di negara manapun.'? menurut DSM-IV-TR_ kriteria diagnostik pada skizofreniaia paranoid harus ditemukan 2 gejala yaitu adanya delusi (waham) dan hallusinasi. Adapun kriteria diagnostik lainnya adalah kekacauan ucapan, tingkah laku dan gejala-gejala negatif namun ini tidak dominan ® 2.82 Diagnostik skizofrenia paranoid Berdasarkan Pedoman Diagnostik PPDGJ -111.'* 1, Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofreniaia 2. Sebagai tambahan (@) Suaro-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming),atau bunyi tawa (laughing) (b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol (©) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas (d) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol 2.9 —— Etiologi Skizofrenia Penyebab skizofienia sampai saat ini belum diketahui secara pasti dan merupakan tantangan riset terbesar bagi pengobatan Kontemporer. Telah banyak riset dilakukan dan banyak faktor predisposisi maupun pencetus yang diketahui antara lain: 2.9.1 Faktor Genetika Faktor genetika telah terbukti secara meyakinkan, Resiko masyarakat umum 1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara 2.9.2 2.9.3 23 kandung 8% dan pada anak 15%-20% apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia walaupun anak telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dati kedua orang tua skizofrenia 30%-40%, pada kembar monozigot 40%-50%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 5%-10%, Demikian juga dari penelitian anak yang diadopsi dikataken, anak penderita skizofrenia yang diadopsi orang tua normal, tetap mempunyai resiko 16,6%, sebaliknya anak sehat yang diadopsi penderita skizofienia resiko 1,6%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin dekat hubungan keluarga biologis semakin tinggi resiko terkena skizofrenia* Faktor Biologis dan Biokimia Dari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamine yang menyatakan bahwa__skizofrenia disebabkan oleh__aktivitas dopaminergik yang berlebihan di bagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dati skizofrenia. Peneliiian terbarn juga menunjukkan pentingnya neurotransmiter lain termasuk serotonin, norefinefrin, glutamate dan GABA. Selain perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian menggunakan CT Scan otak temyata ditemukan perubahan anatomi otek seperti pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks atau atrofi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia.'” Faktor Psikososial a. Teori Perkembangan Ahli teori seperti Freud, Sullivan, dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun - tahun awal kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas iri. Salah interpretasi tethadap realitas dan menarik diri dari hubungan sosial pada penderita skizofrenia,’? b. Teori Belajar Menurut abli teori belajar (learning theory), anak ~ anak yang kemudian menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berpikir irasional orang tua yang mungkin memiliki masalah emosional yang 2.9.4 bermakna. Hubungan interpersonal yang buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang karena mempelajari model yang buruk selama anak — anak.'S . ©. Teori Keluarga Teori — teori yang berkaitan dengan peran keluarga dalam munculnya skizoffenia belum divalidasi dengan penelitian, Bagian fungsi keluarga yang diimplikasikan dalam peningkatan kekambuhan skizofrenia antara lain: c.l, Faktor Keluarga Faktor keluarga yang dimaksudkan disini adalah faktor stres yang dialami anak dan remaja yang disebabkan kondisi keluarga yang tidak baik antara lain: c.l.1hubungan kedua orang tua yang dingin_atau_penuh ketegangan ¢.1.2.kedua orang tua jarang di rumah dan tidak ada waktu untuk bersama dengan anak— anak ¢.1.3. komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak baik c.1.4, kedua orang tua berpisah atau bercerai c.1.5. kematian salah satu atau kedua orang tua 2. Emosi yang diekspresikan atau disingkat EE (Expressed Emotion) Dimana keluarga ering mengekspresikan emosi_secara berlebihan dengan sikap kurang sabar, bermusuhan, pemarah, keras, kasar, dan otoriter. Menurut penelitian, angka relaps di rumah dengan EE rendah dan penderita minum obat teratur sebesar 12%, dengan EE rendah dan tanpa obat 42% sedangkan EE tinggi tanpa obat sebesar 92%. Penelitian lain juga mengatakan pemisahan penderita dari EE tinggi memperbaiki angka relaps.'? Status Sosial Ekonomi Beberapa ahli teori telah menyatakan bahwa industrialisasi, urbanisasi dan status sosial ekonomi yang rendah sangat kuat hubungannya dengan skizofrenia. Hal ini menyebabkan orang yang 2.9.5 2.9.6 2.10 15, mempunyai ekonomi rendah akan beresiko untuk terkena skizofrenia.' Stres Karena bervariasinya presentasi gejala dan prognosis skizofrenia, maka tidak ada faktor etiologi tunggal yang menyebabkan timbulnya skizofienia. Ada model yang mengintegrasikan faktor biologis, faktor psikososial, dan faktor lingkungan adalah faktor stress diachesis. Model ini menyatakan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu Kerentanan spesifik (diatesis) terhadap stres yang memungkinkan berkembang menjadi gejala skizofrenia.'* Kepribadian Premorbid Indikator premorbid (sebelum sakit) pada anak preskizofrenia menurut Nurmiati Amir (2003) antara lain ketidakmampuan anak mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh, dan penyimpangan Komunikasi seperti kepribadian paranoid atau curiga berlebihan, menganggap semua orang musuh, juga kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri.'? Rokok dan Penyalahgunaan NAPZA Gangguan skizoid dapat dicetuskan atau disebabkan oleh pengguanaan kanabis (ganja, gelek, marijuana). Hasil penelitian terhadap 152 subjek episode pertama skizofrenia di West London didapatkan bahwa 60% subjek adalah perokok, 27% ada riwayat penggunaan alkohol, 35% sedang terlibat NAPZA (tidak termasuk alkohol), dan 68% adalah pengguna NAPZA selama hidupnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa rokok dan penyalah guanaan NAPZA. akan menyebabkan terjadinya gangguan skizoid'? Prognosis Gejala premorbid merupakan gejala awal dari penyakit dan mulai pada masa remaja diikuti dengan perkembangan gejala prodromal dalam beberapa hari sampai beberapa bulan. Onset gejala yang mengganggu terlihat setelah tercetus oleh perubahan sosial atau 211 a. 16 lingkungan. Sindrom prodromal dapat berlangsung selama satu tahun atau lebih sebelum onset gejala psikosis yang jelas. Setelah episode psikosis yang pertama, pasien memiliki periode pemulihan yang bertahap diikuti periode fungsi yang relatif normal. Tetapi relaps biasanya terjadi dalam lima tahun pertama setelah diagnosis, diikuti oleh pemburukan lebih lanjut pada fungsi dasar pasien. Perjalanan Klasik skizofrenia adalah suatu eksaserbasi dan remisi, Gejala positif dari skizofienia cenderung lebih baik dibanding dengan gejala negatif yang dapat menimbulkan ketidakmampuan secara sosial.> Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis, pasien secara berangsur — angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi selama bertahun — tahun. Beberapa penelitian telah menemukan lebih dari periode waktu 5 sampai 10 tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit jiwa, hanya 10%- 20% memiliki hasil yang baik. Lebih cari 50% memiliki hasil buruk dengan perawatan berulang di rumah sakit, cksaserbasi gejala, gangguan mood beret dan ada uscha bunuh diri. Rentang angka pemulihan berkisar 10%-60%, kira — kira 20%-30% dari penderita terus mengalami gejala yang sedang dan 40%-60% dari penderita terus mengalami gangguan secara bermakna seumur hidup.'? Pengobatan Skizofrenia Skizofrenia merupakan penyakit yang cenderung_berlanjut (kronis atau menahun) maka terapi yang diberikan memerlukan waktu relatif Jama berbulan babkan sampai bertahun, hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecii mungkin kekambuhan (relaps). Terapi yang komperehensif dan holistik telah dikembangkan sehingga penderita skizofrenia tidak lagi mengalami diskriminasi dan lebih manusiawi dibandingkan dengan pengobatan sebelumnya. Adapun terapi yang dimaksud adalah: Psikofarmaka Obat anti psikosis yang sering disebut dengan neuroleptik ditujukan untuk menghilangkan gejala skizofrenia, Golongan obat 7 psikofarmaka yang sering digunakan di Indonesia (2001) terbagi dua: golongan tipikal (Trifluperazin, Haloperidol) dan golongan atipikal (Risperidon, Klozapin, Quetiapin, Olanzapin). Menurut Nemeroff (2001) dan Sharma (2001) kelebihan obat atipikal antara lain: (1). Dapat menghilangkan gejala positif dan negatif, (2). Efek samping Extra Piramidal Symptoms (EPS) ‘sangat minimal atau boleh dikatakan tidak ada, (3). Memulihkan fungsi kognitif. Sementara Nasrallah (2001) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pemakaian obat golongan tipikal sebanyak 30% penderita tidak memperlihatkan perbaikan Klinis bermakna, diakui bahwa golongan obat tipikal hanya mampu mengatasi gejala positif tetapi kurang efektif untuk mengatasi gejala negatif.'? b, Electro Convulsive Therapy (ECT) Electro Convulsive Therapy (ECT) diberikan pada penderita skizoffenia kronik. Tujuannya adalah memperpendek serangan skizofrenia, mempermudah Kontak dengan penderita, namun tidak dapat mencegah serangan ulang."” ©. Terapi Psikososial c.1. Terapi yang Berorientasi Keluarga Terapi yang berorientasi keluarga sangat berguna dalam pengobatan skizofrenia, serigkali pasien dipulangkan dalam keadaan remisi parsial. Abli terapi harus membantu keluarga dan penderita mengerti skizofrenia, episode psikosis dan peristiwa — peristiwa yang menyebabken episode tersebut. Penderita memerlukan perhatian dan empati dari keluarga, itu sebabnya keluarga perlu menghindari sikap Expressed Emotion (EE) atau reaksi berlebihan terhadap penderita. ©.2. Terapi Kelompok Terapi_kelompok bagi penderita skizofrenia dipusatkan pada rencana, masalah dan hubungannya dengan kehidupan nyata dan sangat efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi penderita skizofrenia. 18 Terapi psikososial ini dimaksudkan agar penderita mampu beradaptasi kembali dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mandiri dan tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga. Sebaiknya penderita selama menjalani terapi psikososial masih tetap mengkonsumsi psikofarmaka dan diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun dan harus melakukan kesibukan.'? 4d. Psikoterapi ‘Merupakan terapi kejiwaan yang harus diberikan apebila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan dimana Kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik, Psikoterapi ini bermacam — macam bentuknya antara Iain: psikoterapi suportif dimaksudkan_ untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa. Psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki Kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi Kepribadian yang utuh seperti semula sebelum sekit Psikoterapi kognitif diamksudkan untuk memulihkan kembali fangsi kognitif rasional sehingea penderita mampu membedakan nilai — nilai ‘moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak dan sebagainya, Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan iri. Psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya.'? e. Terapi Psikoreligius Terapi keagamaan ternyata masih bermanfeat bagi penderita gangguan jiwa. Dari penelitian ternyata didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang Klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji — pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dan lain — lain.” . f Edukasi Kepada Publik untuk Menurunkan Stigma dan Diskriminasi 19 Penting adanya pengetahuan masyarakat untuk tidak mengecap penderita dengan kata — kate seperti “gila” atau “kurang waras” bahken mengejek atau menghujatnya,” g. Rehabilitasi 2.12 Program rehabilitast penting dilakukan sebagai_persiapan penempatan kembali penderita ke keluarga dan masyarakat, Program inj biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai egiatan antara lain: terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik seperti olah raga, keterampilan Khusus/kursus, bercocok tanam, rekreasi dan Jain, Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu sebelum dan sesudah program rehabilitasi atau scbelum penderita dikembalikan ke keluarga dan masyarakat.” Kerangka konsep Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu kepada teori bahwa skizofrenia paranoid memiliki gejala positif dan gejala negative. Penelitian ingin mengetahui, prevalensi-skizofrenia paranoid dengan gejala negatif. Selain itu dijelaskan jenis waham serta faktor resiko berupa umur, jenis kelamin, dan status perkawinan. 20 | Faktor Risiko | Umur j © Jeniskelamin =, + Status perkawinan | 2 Gejala Positif Gejala Negatif a Gambar 2.12.1 Skema kerangka konsep penelitian Keterangan : = Variable yang diteliti : = Variable yang tidak diteliti Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang gambaran Klinisnya didominasi oleh waham dan halusinasi. pada perelitian ini, skizofrenia paranoid ditentukan berdasarkan diagnosis dokter yang merawat. Gejala Negatif adalah gejala yang ada pada skizoftenia paranoid yang sifatnya tidek dominan, Pada penelitian ini, adanya gejala negatif ditentukan oleh dokter yang merawat Gejala_negatif meliputi afek tumpul, penarikan emosi, miskin hubungan, pasif / apatis penarikan sosial, kesulitan berpikir abstrak, kurangnya spontanitas dan aliran percakapan, stereotip berpikir 3. 3.3. 3.4. BAB3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini merupaken penelitian yang bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sekit Jiwa Socharto Heerdjan pada bulan Januari 2010 sampai Desember 2010 Sumber Data Data yang dipakai adalah data sekunder yang didapat dari rekam niedis penderita skizoftenia paranoid dengan gejala negatif di RSJ dr Soeharto Heerdjan Jakarta pada bulan januari - Desember 2010. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi terjangkau Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua penderita skizofrenia paranoid yang datang dengan gejala negatif di Rumah Sakit Jiwa Socharto Heerdjan yang diambil datanya pada rekam medik pada bulan Januari sampai Desember 2010. 3.4.2. Sampel target Data sekunder riwayat pasien dari seluruh populasi pasien skizofrenia paranoid dengan gejala negatif di Rumah Sakit Jiwa Socharto Heerdjan pada bulan Januari sampai Desember 2010. Jumlah Sampel Rumus perhitungan besar sampel untuk desain deskriptif kategorik adalah sebagai berikut: Keterangan= a: Jumlah sampel Za: Ditentukan oleh tingkat kepercayaan pada a = 0,05; Za -1,96 P_: Proporsi outcome of interest = 50% = 0,5 2 22 q :1-p=1-05=0,5 d-— :10%=0,1 n=(1,96),0,5.0.5 @iy Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka jumlah sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 96 penderita skizofrenia paranoid dengan gejala negatif di RSJ dr. Soeharto Heerdjan Jakarta pada bulan Januari-Desember 2010 Namun Karena penelitian ini mencatat rekam medis penderita skizofrenia paranoid dengan gejala negaitf di Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta pada bulan Januari - Desember 2010 maka hanya didapatkan sampel sebanyak 84 penderita,, 3.5. Kriteria sampel 3.8.1. Kriteria inklusi : Penderita skizofrenia paranoid dengan gejala negatif di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan bulan Januari sampai Desember 2010. 3.5.2. Kriteria ekslusi Penderita skizoftenia paranoid dengan gejala negatif yang tidak Jengkap data rekam medisnya, yaitu rekam medis yang tidak penderita 60 orang (66,6%) dan yang terkecil adalah kelompok umur lebih dari 65 tahun sebanyak 0 penderita (0%). 4. Skizofrenia paranoid dengan gejala negatif berdasarkan status perkawinan terbanyak di RSJ Socharto Heerdjan Jakarta pada tahun 2010 adalah yang menyandang status tidak kawin 58 penderita (69,1%). Sedangkan yang menyandang status perkawinan hanya 26 penderita (30,9%). 3.6. Saran Dari hasil penelitian didapatkan penderita skizofrenia dari tahun ke tahun semakin meningkat untuk itu pengenalan gejala skizoftenia sejak dini, sangat penting /kritis Karena bisa menjadi indikator deteksi dini dan penetuan prognosis skizofrenia, Oleh Karena itu kepekaan para professional Kesehatan jiwa, kepedulian pemerintah dengan membuat undang-undang /peratuaran pemerintah tentang keschatan jiwa dan menyediakan obat jangka Panjang merupakan hal yang penting dalam menjembatani masalah treatment gap tethadap skizofrenia 30 31 DAFTAR PUSTAKA J. http:/hwww. google, com/m/seacrh?q=negativetsypmtom+of+schizophreni atparanoid&pbx=] 2. Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri. Ed 6, Alin Bahasa: dr.Martina Wiwie N. Jakarta: EGC; 2004. 3. Candra. Kenali Gejala Dini Skizofrenia.higp:/uww.schizophrenia.com. 29 Januari 2005. 4. Irmansyah, 2005. Faktor Genetika Skizofrenia. http:howm.schizophrenia.web.id.2005 5. Vijay. Candra. Cara Pengobatan dan Pencegahan Gangguan_ fiwa. http://www. Balipost.co.id.06 Maret 2005, 6, Addington D, Bouchard RH, Goldberg J, et al. Clinical Practice Guidelines Treatment of Schizophrenia. Can J Psychiatry; 2005. (suppl 1) 15-565. 7. Davidson, Gerald C, John M, Neale and Ann M. Psikologi Abnormal. Ed 9. Jakarta; PT Raja Gravindo Persada; 2006. 8, First M.B, Tasman A. Schizophrenia, In: DSM-IV-TR Mental Disorders Diagnosis, Etiology and Treatment. London: Wiley; 2004. P: 640-700. 9, Hawari, Dadang, Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia Jakarta: Balai Peneroit FKUI; 2006. 10. Herz M.I, Marder S.R. Schizophrenia Comprehensive Treatment and Management. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2002. 11. Kaplan, Sadock's. Coprehensive Textbook of Psychiatry 8" ed. Philadelphia: Lippincott Witliams and Wilkins; 2005.1239-1344 12. Katherine, Patricia: Psyciatric Mental Health Nursing 3"ed 13. Kohn R, Saxena S, Levay J, Saraceno B, The Treatment Gap in Mental Health Care: Bull Of WHO; 2004, $2(11): 858 14,Laporan jumlah penderita gangguan jiwa di RSJ Socharto Heerdjan Jakarta tahun 2009 15. Laporan RISKESDAS. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2007 16.Luana N.A. Makalah Skizoffeniaia dan Gangguan Psikotik Lainnya.disampaikan dalam “Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia”, Jakarta, 27 Oktober 2007 17. Lehman A.F, Lieberman J.A, Dixon L.B. Practice Guideline for The Treatment of Patients with Schizophrenia, 2"! ed. Arlington: American Psychiatric Association; 2004, 18. Mardjono, Mahar. Empat Permasalahan Kesehatan Utama dalam Negara Modern dan Industri. LIPI Bidang Kesehatan, 1992. 19. Maslim, Rusdi. Buku Saku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III(PPDGI Ill). Jakarta: PT Nuh Jaya; 2003 20.Wamer R, De Girolamo D. Epidemiology Of Mental Disorder And Psychosocial Problems: Schizophrenia, Geneva: WHO; 1995, 21. Wing JK, Agrawal N. Concept and classification of schizophrenia. In: Hirsch SR & Weinberger DR. Schizophrenia 2" ed. Oxford. Blackwell Publlishing Ltd; 2003,3-14 32 6 22.Mann C. E, Mellissa J Hemelein, 2004. Factor Assosiated With Stigmatization of Person With Meal Illness. Psychiatry servicer. ‘tp:/ps psychiatryonli 23, Patel V, Farooq S, LAMPIRAN Gejala Skizofrenia Statistics N Valid 782 Missing 0 gejala_skizotrenia Cumulative Frequency | Percent_| validPercont | “Percent Valid_nagatit el 197 107 107 postir 68 | 893 293 100.0 Total zea |__1000 400.0 ‘sejala_shizotrenia & Frequency Jenis kelamin Statistics elala_shizefrenia ienis_ketamin Valle Takerani perempuan Total ‘Cumulative Percent 726 100.0 Valid Percent, 33 34 Jenis_kelamin Status Perkawinan 35 . Statistics ‘Valid 5 Missing 36 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DA’ Nama : Wasshobirin Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat Tanggal Lahir : Lamongan, 08 Oktober 1989 Status : Belum Menikah Agama Islam Alamat : Jin, Poros Utama 322 Widhe RT 005/RW 001, Desa.Sendangharjo, Kec. Brondong, Kab. Lamongan, Jawa Timur 62263 Nomor Telepon/HP 085711349352 Email 2 washodehusni@gmail.com RIWAYAT PENDIDIKAN 1995-1996 : TK ABA Sendangharjo 1996-2002 MIM 07 Sendangharjo 2002-2005 : SMPM 12 Paciran Lamongan, 2005-2008 : MA Ablshlah Paciran Lamongan 2008-Sekerang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta PENGALAMAN ORGANISASI 2010-2011 + Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Jurusan Pendidikan Dokter UIN Syarif Hiduyatullah Jakarta

You might also like