Professional Documents
Culture Documents
APENDISITIS AKUT
oleh:
dr. Hari Subagiyo
Pembimbing:
dr. H. M. Asnal Sp.B
RSUD BANJARBARU
KALIMANTAN SELATAN
Daftar isi
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis,
dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut
juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di
masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah
sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks
sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah
kesehatan. 1,2
Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit.
Panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks
menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam
pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab timbulnya
appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang
merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun).
Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun
demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem
imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks
kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain. 2
Terdapat sekitar 250.000 kasus appendisitis yang terjadi di Amerika
Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.
Appendisitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anaotmi dan Fisiologi
operasi. Akan tetapi, nyeri akan seringkali berulang dan menyebabkan eksaserbasi
akut sewaktu-waktu dan dapat langsung berujung pada komplikasi perforasi. Pada
anak-anak dan geriatri, daya tahan tubuh yang rendah dapat meyebabkan sulitnya
terbentuk infiltrat apendisitis sehingga risiko perforasi lebih besar.4
Etiologi
Sesuai dengan patofisiologi apendisitis akut, etiologi dari penyakit ini
yang berhubungan dengan sumbatan pada lumen apendiks. Hal-hal yang dapat
menyebabkan, antara lain:5
1. Hiperplasia jaringan limfa
2. Masa fekalith
3. Sumbatan oleh cacing ascaris
4. Sumbatan karena fungsional, yang terjadi karena kurangnya makanan berserat
sehingga
menimbulkan
peningkatan
Manifestasi Klinis
1. Gejala klasik yaitu nyeri sebagai gejala utama:6
Nyeri dimulai dari epigastrium, secara bertahap berpindah ke region
umbilical, dan akhirnya setelah 1-12 jam nyeri terlokalisir di region
berbeda.
2. Anoreksia adalah gejala kedua yang menonjol dan biasanya selalu ada
untuk beberapa derajat kasus. Muntah terjadi kira-kira pada tiga perempat
pasien.6
3. Urutan gejala sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Anoreksia
diikuti oleh nyeri kemudian muntah (jika terjadi) adalah gejala klasik.
Muntah sebelum nyeri harus ditanyakan untuk kepentingan diagnosis.6
Pemeriksaan fisik yang ditemukan tergantung dari tahapan penyakit dan lokasi
dari apendiks:7
1. Suhu dan nadi sedikit lebih tinggi pada awal penyakit. Suhu yang lebih tinggi
mengindikasikan adanya komplikasi seperti perforasi maupun abses.
2. Nyeri pada palpasi titik McBurney ( dua pertiga jarak dari umbilicus ke spina
iliaca anterior) ditemukan bila lokasi apendiks terletak di anterior. Jika lokasi
apendiks pada pelvis, pemeriksaan fisik abdomen sedikit ditemukan kelainan, dan
hanya pemeriksaan rectal toucher ditemukan gejala significant.
3. Tahanan otot dinding perut dan rebound tenderness mencerminkan tahap
perkembangan penyakit karena berhubungan dengan iritasi peritoneum.
4. Beberapa tanda, jika ada dapat membantu dalam menegakkan diagnosis
a. Rovsings sign yaitu nyeri pada kuadran kanan bawah pada palpasi kuadran kiri
bawah.
b. Psoas sign yaitu nyeri rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul
kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menempel di
m.psoas mayor, tindakan tersebut akan menyebabkan nyeri2.
c. Obturator sign adalah nyeri pada gerakan endotorsi dan fleksi sendi panggul
kanan, pasien dalam posisi terlentang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak dengan
appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis berkisar antara
12.000-18.000/mm. Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the left)
dengan jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis. Jumlah
leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan appendisitis.7
Pemeriksaan urinalisis membantu untuk membedakan appendicitis dengan
pyelonephritis atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria
dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter.7
Ultrasonografi
10
DIAGNOSIS BANDING
11
disease, kolitis ulserativa, dan epididimitis. Pemeriksaan fisik pada skrotum dapat
membantu menyingkirkan diagnosis epididimitis. Pada epididimitis, pasien
merasa sakit pada skrotumnya.
12
bila
terjadi
ruptur
ataupun
torsi.
Adanya
Adnexitis
perlu
dipertimbangkan.
banding yang sering terjadi pada kelompok usia ini adalah keganasan dari traktus
gastrointestinal dan saluran reproduksi, divertikulitis, perforasi ulkus, dan
kolesistitis. Keganasan dapat terlihat pada CT Scan dan gejalanya muncul lebih
lambat daripada appendicitis. Pada orang tua, divertikulitis sering sukar untuk
dibedakan dengan appendicitis, karena lokasinya yang berada pada abdomen
kanan. Perforasi ulkus dapat diketahui dari onsetnya yang akut dan nyerinya tidak
berpindah. Pada orang tua, pemeriksaan dengan CT Scan lebih berarti
dibandingkan dengan pemeriksaan laboratorium.
KOMPLIKASI
1. Apendicular inflitrat:9
Infiltrat atau massa yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari
appendix yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum, usus halus atau
usus besar.
2. Apendicular Abses:
13
Abses yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari Appendix
yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum, usus halus, atau usus
besar.
3. Terjadi Perforasi
4. Peritonitis
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam
rongga abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan, iskemia, trauma atau
perforasi peritoneal diawali terkontaminasi material. Awalnya material masuk ke
dalam rongga abdomen adalah steril (kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi
dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edem jaringan
dan pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan
bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti
oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar.
PENATALAKSANAAN
Setelah penegakan diagnosis apendisitis dilakukan, tata laksana utama
pada apendisitis adalah Apendektomi. Tatalaksana mulai diarahkan untuk
persiapan operasi untuk mengurangi komplikasi pasca-operasi dan meningkatkan
keberhasilan operasi.
Medikamentosa
14
15
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Tn. M
Umur
: 19 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
MRS
: 22 Maret 2016
RMK
: 23-00-31
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan Utama: nyeri perut bagian kanan bawah
Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan bawah kurang lebih selama 3 hari
SMRS, awalnya dirasakan hilang timbul dan kemudian 1 hari terakhir dirasakan
menetap disertai dengan demam yang hilang timbul, mual/muntah (+/+) kurang
lebih 3x/hari, nafsu makan menurun, kadang badan terasa demam.
Keluhan lain: Nyeri saat kencing (-), BAB cair (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
16
Riwayat mengalami penyakit yang sama disangkal pasien, asma (-), DM (-).
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat sakit yang sama disangkal, asma (-), DM (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum: Tampak sakit Sedang
Kesadaran: Composmentis
Tanda Vital: TD
: 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR
: 22 x/menit
: 37,5 C
17
A = BU (+) N
P = timpani
P = H/L/M teraba, nyeri tekan (+) kanan bawah/ mc.burney (+)
Rovsing Sign (+)
Ekstremitas: Akral hangat, edem (-), parese (-)
Pemeriksaan Rectal Toucher:
look: massa (-), Hemoroid (-)
Feel: reflek spingter ani (normal), mukosa licin, nyeri tekan (+) arah jam1011 posisi litotomi.
Handskun: darah (-), lendir (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah
Pemeriksaan Hematologi
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
CT
BT
LED
Gol. darah
SGOT/SGPT
Ureum/Creatinin
GDS
23-03-2016
13,9
11.000
39%
234.000
5'15"
2'35"
5
B
21/21
25/1,0
91
Diagnosis Kerja:
Apendisitis Akut
18
Penatalaksanaan:
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriakson 1x1 gr
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Antrain 3x1 amp (k/p)
Inj. Odancentron 3x1 amp (k/p)
Persiapan Operasi
O
TD= 110/80
N= 80x/mnt
RR = 22x/mnt,
T= 37,5oC
KU : tampak sakit
sedang
Kesadaran : kompos
mentis
GCS : 4 5 6
Temuan:
Nyeri McBurney (+)
Rovsing Sign (+)
RT nyeri arah jam 1011
Defans muskular (-)
LAB:
Leukositosis: 11.000
A
Diagnosis kerja :
Apendisitis Akut
TD= 110/70
N= 86x/mnt
RR = 20x/mnt,
T= 37,0oC
KU : tampak sakit
sedang
Kesadaran : kompos
mentis
GCS : 4 5 6
Diagnosis kerja :
Apendisitis Akut
P
IVFD RL 26 tpm
Inj. Ceftriakson 1x1 gr
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Antrain 3x1 amp
(k/p)
Inj. Odancentron 3x1
amp (k/p)
Persiapan Operasi
IVFD RL 26 tpm
Inj. Ceftriakson 1x1 gr
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Antrain 3x1 amp
(k/p)
Inj. Odancentron 3x1
amp (k/p)
Operasi hari ini
19
Keluhan:
Nyeri McBurney (+)
Rovsing Sign (+)
RT nyeri arah jam 1011
Defans muskular (-)
LAB:
Leukositosis: 11.000
24/03/16 luka operasi
TD= 120/70
N= 78x/mnt
nyeri (+)
RR = 20x/mnt,
demam (-)
o
Mual/Muntah T= 36,9 C
KU : tampak sakit
(-/-)
sedang
Kesadaran : kompos
mentis
GCS : 4 5 6
Keluhan:
Nyeri di luka operasi
25/03/16 luka operasi
TD= 120/80
N= 80x/mnt
nyeri (<<)
RR = 20x/mnt,
demam (-)
o
Mual/Muntah T= 36,7 C
KU : tampak sakit
(-/-)
ringan
Kesadaran : kompos
mentis
GCS : 4 5 6
Keluhan: (-)
26/03/16 luka operasi
TD= 120/80
N= 76x/mnt
nyeri (-)
RR = 20x/mnt,
demam (-)
o
Mual/Muntah T= 36,6 C
KU : tampak sakit
(-/-)
ringan
Kesadaran : kompos
mentis
GCS : 4 5 6
Keluhan: (-)
Diagnosis kerja:
Post Apendektomi
Diagnosis kerja:
Post Apendektomi
Diagnosis kerja:
Post Apendektomi
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaaan penunjang didapatkan diagnosis kerja berupa: Apendisitis Akut.
Dari anamnesis didapatkan: nyeri perut kanan bawah (+), mual/muntah (+/
+), nafsu makan menurun, badan terasa demam. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan: dari suhu 37,50C, nyeri diperut kanan bawah (Mc Burney), nyeri
21
kontralateral Mc Burney (Rovsing Sign), RT didapatkan nyeri pada arah jam 1011. Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan: peningkatan Leukosit 11.000.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya sempat
mengalami nyeri perut di daerah periumbilical yang dirasakan hilang timbul dan
kemudian berpindah ke perut kanan bawah yang dirasakan terus menerus.
Perpindahan nyeri perut dari daerah periumbilical ke perut kanan bawah ini sangat
khas pada kasus apendisits. Nyeri perut yang dirasakan di daerah periumbilical
merupakan nyeri viseral akibat rangsangan pada peritoneum viseral. Pada saat
terjadi distensi apendiks akibat peningkatan tekanan intralumen maka peritoneum
viseral akan teregang dan memberikan sensasi rasa nyeri. Nyeri dari organ-organ
yang berasal dari midgut (jejenum hingga kolon transversum) akan dirasakan di
daerah periumbilical. Nyeri selanjutnya dirasakan di perut kanan bawah
merupakan nyeri somatik akibat proses peradangan pada apendiks yang berlanjut
ke peritoneum parietal.4
Pada pasien juga ditemukan adanya keluhan anoreksia, mual, muntah, dan
demam yang umumnya ditemukan pada pasien dengan apendisitis akut. Diagnosis
22
banding berupa kelainan pada sistem saluran kemih dan sistem saluran
gastrointestinal lainnya dapat disingkirkan karena dari anamnesis didapat BAK
dan BAB pasien normal.4
Dari hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan adanya nyeri tekan di
titik McBurney. Adanya nyeri tekan di titik McBurney menunjukkan bahwa
pasien mengalami apendisitis akut. Selain itu juga ditemukan adanya nyeri tekan
pada perut kanan bawah apabila dilakukan penekanan pada sisi kontralateral
(Rovsing Sign), adanya Rovsing Sign dapat membantu menegakkan diagnosis
apendisitis akut. Pada pemeriksaan lain belum didapatkan adanya defans
muskular, hal ini menandakan belum terjadinya perforasi pada apendiks
pasien dan pemeriksaan colok dubur didapatkan nyeri pada arah jam 10-11
(sesuai dengan lokasi daripada apendik tersebut) . Dari hasil pemeriksaan
23
Berdasarkan dari data yang didapatkan, untuk nilai dari alvarado skor pada
pasien ini: 9 yang berarti sangat mungkin apendisitis akut, dan untuk nilai dari
mantrels skor pada pasien ini: 9 yang berarti untuk tindakan lebih lanjut adalah
operasi.6
Teknik operasi Appendectomy
A. Open Appendectomy
1. Pararectal/ Paramedian
Sayatan pada vaginae tendinae M. rectus abdominis lalu otot disisihkan ke
medial. Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus abdominis karena
fascia ada 2 supaya jangan tertinggal pada waktu penjahitan karena bila terjahit
hanya satu lapis bisa terjadi hernia cicatricalis.
2. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting
Sayatan berubah-ubah sesuai serabut otot.
B. Laparoscopic Appendectomy
Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai
sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan
suspek Appendicitis acuta. Laparoscopic kemungkinan sangat berguna untuk
pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah. Membedakan
24
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan seorang laki-laki dengan usia 19 tahun dengan keluhan
utama nyeri perut kanan bawah yang awalnya hilang timbul dan kemudian
25
menetap. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang, pasien tersebut
terdiagnosis apendisitis akut dan tatalaksana pada pasien adalah dengan operasi
apendektomi. Kemudian pasien dirawat selama 3 hari post operasi dan
didiperbolehkan pulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Putz R Pabst R. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Jilid 2. Jakarta: EGC;
2010.
26
27