You are on page 1of 20

TUBERKULOSIS

Definisi
Penyakit
menular
yang
disebabkan
oleh
Mycobacterium
tuberculosis. Biasanya menyerang paru, tapi bisa menyerang organ
lain.
Epidemiologi
- WHO Report 2010, kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia
mengalami penurunan. Saat ini Indonesia berada di urutan
kelima (setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria)
setelah selama sembilan tahun terakhir menempati urutan
ketiga (setelah India dan China).
- Di seluruh dunia TB menyerang 10 juta orang dan
menyebabkan 3 juta kematian setiap tahun. Di Negara maju,
TB jarang terjadi yaitu menyerang kira-kira 1 per 10.000
populasi. TB paru paling sering menyerang masyarakat di
Negara miskin dan berkembang.
Factor Resiko
a.
Jenis kelamin
Penyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan.
Hampir tidak ada perbedaan di antara laki dan perempuan
sampai pada umur pubertas.
b.
Status gizi
Malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga akan
menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk
TB.
c.
Sosioekonomi
Penyakit TB lebih banyak menyerang masyarakat yang
berasal dari kalangan sosioekonomi rendah. Lingkungan yang
buruk dan permukiman yang terlampau padat sangat
potensial dalam penyebaran penyakit TB.
d.
Pendidikan
Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara
penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh
terhadap sikapd an perilaku sebagai orang sakit dan akhinya
berakibat menjadi sumber penularan.

Klasifikasi

Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru, tidak termasuk pleura dan hilus.
1.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)

Tuberkulosis Paru BTA (+)


- minimal 2 dari 3 spesimen dahak hasilnya BTA
positif
- Satu spesimen dahak hasilnya BTA positif dan
radiologic menunjukkan gambaran tuberculosis
aktif
- Satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif

Tuberkulosis Paru BTA (-)


- Hasil pemeriksaan dahak SPS menunjukkan BTA
negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologic
menunjukkan tuberculosis aktif serta tidak respons
dengan pemberian antibiotic spectrum luas
- Hasil pemeriksaan dahak SPS menunjukkan BTA
negative dan biakan M.tuberculosis positif

2.

Berdasarkan Tipe Pasien


Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya.
a. Kasus baru
Penderita yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang
dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kasus Kambuh
Penderita
yang
sebelumnya
pernah
mendapat
pengobatan lengkap dan telah dinyatakan sembuh,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil BTA positif
atau biakan positif.
c. Kasus lalai berobat
Penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan,
dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang
kembali berobat dengan hasil BTA positif.
d. Kasus Gagal
- Penderita BTA positif yang masih tetappositif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5
(satu bulan sebelum akhir pengobatan)
- Penderita dengan hasil BTA negative dan
gambaran radiologic positif menjadi BTA positif
pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan gambaran
radiologic ulang mengalami perburukan.
e. Kasus kronik
Penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih
positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2
dengan pengawasan yang baik.
Tuberculosis Ekstra Paru
a. Ringan : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
b. Berat : Meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran

kemih dan genital.

GejalaKlinis
Gejala Respiratorik
-

Batuk 3 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada

Gejala Sistemik
-

Demam
Malaise
Keringat malam
Nafsu makan dan berat
badan menurun

Diagnosis
Uji tuberculin
Indikasi
-

Seseorang dengan anamnesis mengarah ke penyakit TB


dengan atau tanpa kelainan radiologic dan atau BTA negative.
Seseorang dengan kelainan foto thoraks sesuai dengan TB
paru atau bekas TB.
Seseorang dengan kondisi resiko tinggi menderita TB paru
seperti DM, HIV, limfoma atau keganasan darah, terapi
imunosupresan.
Diduga kontak dengan penderita TB.
Anak yang dicurigai menderita TB.
Dicurigai TB ekstrapulmoner

Kontraindikasi
-

Absolut : Terbukti terinfeksi TB.


Relatif : Kelainan kulit yang luas pada daerah pemeriksaan.

Uji ini dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1


ml Tween-stabilized liquid PPD (Purified Protein Derivative) pada
bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dinilai dalam
waktu 48 72 jam.
(+) bila terjadi bula atau vesikel atau terjadi penonjolan
(indurasi)

Interpretasi indurasi berdasarkan ukuran:


Indurasi 5mm :
- Orang dengan HIV +
- Baru kontak dengan kasus TB
- Gambaran fibrotic pada foto toraks yang sesuai dgn TB
- Pasien dengan transplantasi organ dan pasien dengan
gangguan imun
Indurasi 10mm :
- imigran dari Negara dengan prevalensi TB tinggi (dalam 5
tahun)
- Pengguna obat dengan cara suntik
- Residen dan pegawai pada tempat dengan resiko tinggi
- Petugas TB, orang dengan kondisi medic mudah terinfeksi
kuman TB,
- anak berusia < 4tahun atau bayi, anak atau lansia yang
kontak dengan orang dewasa resiko tinggi
Indurasi 15mm : Orang tanpa factor resiko TB
Pemeriksaan Sputum

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak yaitu sewaktu pagi- sewaktu (SPS).

Diagnosis utama TB Paru pada orang dewasa adalah


ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan BTA.

Pemeriksaan foto thoraks dan biakan digunakan sebagai


penunjang diagnosis, bukan untuk menegakkan diagnosis.
Interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik SPS ialah bila :
-

2 kali positif, 1 kali negatif Mikroskopik positif


1 kali positif, 2 kali negatif ulang pemeriksaan SPS,
kemudianbila:
o 1 kali positif, 2 kali negatif Mikroskopik positif
o 3 kali negatif Mikroskopik negatif

Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto
lateral. Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
-

Bayangan berawan / nodular di segmen apical dan posterior


lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Alur Diagnosis TB Dewasa

PENGOBATAN TB DEWASA
Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan
dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Jenis, sifat dan dosis OAT

Jenis OAT

Sifat

(Lini Pertama)

Dosis yang direkomendasikan


(mg/kg)
Harian

3x seminggu

Isoniazid (H)

Bakterisid

5 (4-6)

10 (8-12)

Rifampicin (R)

Bakterisid

10 (8-12)

10 (8-12)

Pyrazinamide (Z)

Bakterisid

25 (20-30)

35 (30-40)

Streptomycin (S)

Bakterisid

15 (12-18)

15 (12-18)

Ethambutol (E)

Bakteriostatik

15 (15-20)

30 (20-35)

Jenis
-

obat tambahan lainnya (lini 2)


Kanamisin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin +
asam klavulanat

- Derivat rifampisin dan INH


Kombinasi dosis tetap Rekomendasi WHO 1999 untuk
kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet
sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat
menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti
yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman
pengobatan.
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis
obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori
pengobatan.
Jangan
gunakan
OAT
tunggal
(monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OATKDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment)
oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif
dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari


dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.

Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat


biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.

Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif


(konversi) dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,


namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister


sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

Paduan OAT dan peruntukannya.


a.

Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

b.

Pasien baru TB paru BTA positif.

Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

Pasien TB ekstra paru

Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
-

Pasien kambuh
Pasien gagal

- Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat


(default)

Kriteria Sembuh

BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase


intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan
pengobatan yang adekuat

Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/


perbaikan

Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan


negatif

EVALUASI PENGOBATAN
Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik,
dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.

Evaluasi klinik
Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping
obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit
Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.

Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9)


Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik

- Sebelum pengobatan dimulai

- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)

- Pada akhir pengobatan Bila ada fasiliti biakan : pemeriksaan


biakan (0 - 2 6/9)

Evaluasi radiologik (0 - 2 6/9)


Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
Sebelum pengobatan
Setelah 2 bulan pengobatan
Pada akhir pengobatan

Evaluasi efek samping secara klinik


Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi
ginjal dan darah lengkap
Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin,
dan gula darah, asam urat untuk data dasar penyakit penyerta
atau efek samping pengobatan
Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan
etambutol
Penderita yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
keseimbangan dan audiometri
Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan
pemeriksaan awal tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi
klinik kemungkinan terjadi efek samping obat. Bila pada evaluasi
klinik dicurigai terdapat efek samping, maka dilakukan
pemeriksaan
laboratorium
untuk
memastikannya
dan
penanganan efek samping obat sesuai pedoman Evalusi
keteraturan berobat
Yang tidak kalah pentingnya selain dari paduan obat yang
digunakan adalah keteraturan berobat. Diminum / tidaknya obat
tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau
pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat yang
diberikan kepada penderita, keluarga dan lingkungan
Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah
resistensi.

Evaluasi penderita yang telah sembuh


Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi
minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh untuk mengetahui
terjadinya kekambuhan. Yang dievaluasi adalah mikroskopik BTA
dahak dan foto toraks. Mikroskopik BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan
setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan
setelah dinyatakan sembuh.

RESISTEN GANDA (Multi Drug Resistance/ MDR)


Definisi
Rsistensi ganda menunjukkan M.tuberculosis resisten terhadap
rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi :
a. Resistensi primer ialah apabila penderita sebelumnya tidak
pernah mendapat pengobatan TB
b. Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah
penderitanya sudah pernah ada riwayat pengobatan
sebelumnya atau tidak
c. Resistensi sekunder ialah apabila penderita telah punya
riwayat pengobatan sebelumnya.
Ada beberapa penyebab
tuberkulosis, yaitu :

terjadinya

resitensi

terhadap

obat

Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis


Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, baik karena
jenis obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan
INH dan etambutol pada awal pengobatan, maupun karena di
lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi
terhadap obat yang digunakan, misalnya memberikan
rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi
terhadap kedua obat tersebut sudah cukup tinggi
Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan
dua atau tiga minggu lalu stop, setelah dua bulan berhenti
kemudian berpindah dokter dan mendapat obat kembali
selama dua atau tiga bulan lalu stop lagi, demikian seterusnya

Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak


dilakukan secara baik, sehingga mengganggu bioavailabiliti
obat
Penyediaan obat yang tidak reguler, kadang obat datang ke
suatu daerah kadang terhenti pengirimannya sampai
berbulan-bulan
Pemakaian obat antituberkulosis
kadang menimbulkan kebosanan

cukup

lama,

sehingga

Pengetahuan penderita kurang tentang penyakit TB


Belum menggunakan strategi DOTS
Kasus MDR-TB rujuk ke ahli paru
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Pengobatan MDR-TB hingga saat ini belum ada paduan pengobatan
yang distandarisasi untuk penderita MDR-TB. Pemberian pengobatan
pada dasarnya tailor made, bergantung dari hasil uji resistensi
dengan menggunakan minimal 2-3 OAT yang masih sensitif dan
obat tambahan lain yang dapat digunakan yaitu golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin), aminoglikosida
(amikasin, kanamisin dan kapreomisin), etionamid, sikloserin,
klofazimin, amoksilin+ as.klavulanat. Saat ini paduan yang
dianjurkan OAT yang masih sensitif minimal 2 3 OAT dari obat lini 1
ditambah dengan obat lain (lini 2) golongan kuinolon, yaitu
Ciprofloksasin dosis 2 x 500 mg atau ofloksasin 1 x 400 mg.
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan
memerlukan waktu yang lama yaitu minimal 12 bulan, bahkan bisa
sampai 24 bulan.

DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE (DOTS)


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci
keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan
menerapkan strategi DOTS, yang juga telah dianut oleh negara kita.
Oleh karena itu pemahaman tentang DOTS merupakan hal yang
sangat penting agar TB dapat ditanggulangi dengan baik.
DOTS mengandung lima komponen, yaitu :
1. Komitmen
nasional

pemerintah

untuk

menjalankan

program

TB

2. Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopik


3. Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung,
dikenal dengan istilah DOT (Directly Observed Therapy)
4. Pengadaan OA T secara berkesinambungan
5. Monitoring
serta
(baku/standar) baik

pencatatan

dan

pelaporan

yang

Istilah DOT diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat


jangka pendek setiap hari oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
Pengawasan dilakukan oleh :
-

Langsung di depan dokter

Petugas kesehatan

Orang lain (kader, tokoh masyarakat dll)

Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah

Tujuan :

Mencapai angka kesembuhan yang tinggi

Mencegah putus berobat

Mengatasi efek samping obat

Mencegah resistensi

TB ANAK
Epidemiologi
- Jumlah kasus TB anak pada tahun 2009 mencapai 30.806
termasuk 1,865 kasus BTA positif.
- Proposi kasus TB anak dari semua kasus TB mencapai 10.45%.
Factor Resiko
- Anak kecil terpapar dengan orang dewasa yang menderitaTB
- Anak lahir di negara yang prevalensi TBnya tinggi

Anak yang masih sangat muda usianya 4 tahun terutama


yang < 2 tahun
Decreased immunity (Terkena HIV, Gizi buruk)
Sanitasi tempat tinggal buruk

Manifestasi Klinis

BB turun / sulit naik


tanpa sebab jelas
demam kronik dan
berulang
malaise

keringat malam

konjuntivitis fliktenularis
skrofuloderma : servikal,
inguinal
kifosis
paraplegia

nyeri pangkal paha /


lutut

nafsu makan kurang

batuk kronik berulang

diare persisten
pembesaran kgb
superfisialis (servikal,
aksila, inguinal)
kaku kuduk

gibbus

paraparesis
pincang
PARU : umumnya
dijumpai dlm batas
normal

Diagnosis
Bukti atau kecurigaan adanya kontak dengan sumber infeksi
TB (biasanya pasien TB dewasa dengan hasil basil tahan asam
(BTA) positif).
Gejala dan tanda klinis sugestif TB, termasuk penilaian
seksama terhadap kurva tumbuh kembang anak.
Uji tuberkulin positif.
Gambaran radiologis sugestif ke arah TB.

Catatan :
1. Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
2. Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab
batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
3. Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit),
pasien dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.
4. Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).-->
lampirkan tabel badan badan.
5. Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak
6. Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7
hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem
skoring TB anak.
7. Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)
8. Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk
evaluasi lebih lanjut.

Pengobatan TB Anak
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan
cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi
baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB
anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun
gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti,
OAT tetap dihentikan.
Kategori Anak (2RHZ/ 4RH)
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan
diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap
hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat
harus disesuaikan dengan berat badan anak.

Keterangan:
- Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah
sakit
- Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
- Anak dengan BB 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
- Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
- OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh
atau digerus sesaat sebelum diminum.
Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) untuk Anak
Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau
kontak erat dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan
pemeriksaan menggunakan sistem skoring. Bila hasil evaluasi
dengan skoring sistem didapat skor < 5, kepada anak tersebut
diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6
bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG,
imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai.

TB PADA DM
Epidemiologi
- Prevalensi TB meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi
DM.
- Frekuensi DM pada pasien TB dilaporkan sekitar 10-15% dan
prevalensi TB 2-5 kali lebih tinggi pada pasien diabetes
dibandingkan dengan kontrol yang non-diabetes.
- Peningkatan prevalensi ini cenderung lebih tinggi seiring
dengan bertambahnya usia.
- Sering terjadi pada usia > 40 tahun
- Pria 2x > wanita.

Patogenesis
Kemungkinan penyebab meningkatnya insiden TB paru pada
DM dapat berupa defek pada fungsi sel-sel imun dan
mekanisme pertahanan pejamu.
Mekanisme yang mendasari terjadinya hal tersebut masih
belum dapat dipahami hingga saat ini.
Selain itu, ditemukan juga aktivitas bakterisidal leukosit yang
berkurang pada pasien DM, terutama pada mereka yang
memiliki kontrol gula darah yang buruk.
Meningkatnya risiko TB pada pasien DM diperkirakan
disebabkan oleh defek pada makrofag alveolar atau limfosit T.
Namun, tidak ditemukan perbedaan jumlah limfosit T yang
signifikan antara pasien TB dengan DM dan pasien TB saja.
Tetapi, proporsi makrofag alveolar matur yang lebih rendah
pada pasien TB yang disertai DM, dianggap bertanggungjawab
terhadap lebih hebatnya perluasan TB dan jumlah bakteri
dalam sputum pasien TB dengan DM.
Manifestasi Klinis
Tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pd
manifestasi klinis antara pasien TB yang menderita DM
maupun pasien TB tanpa DM.
Gejala : batuk, batuk berdarah, sesak nafas, demam, keringat
malam, dan penurunan berat badan (namun gejala cenderung
lebih parah dan keadaan umum lebih buruk).
Hasil pemeriksaan darah, radiologi, dan bakteriologi tidak
menunjukkan perbedaan.
Diagnosis
Keluhan klasik DM : poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.
Keluhan tambahan lainnya berupa lemah badan, kesemutan,
gatal, pandangan kabur,

Diagnosis DM :
1. Keluhan klasik + GDS >200 mg/dL
2. Keluhan klasik + GDP >126 mg/dL
3. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Pasien puasa min 8
jam lalu diberikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam
250 ml air dan diminum dalam 5 menit. Positif Bila
pemeriksaan glukosa darah setelah dua jam pemberian
glukosa ini >200 mg/dL.
Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala klinis : demam dan keringat malam, penurunan berat
badan, batuk lebih dari 3 minggu, batuk darah, sesak napas,
dan nyeri dada.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan suara napas bronkial,
amforik, suara napas yang melemah, dan rhonki basah.
Diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah dengan menemukan
kuman Mycobacterium tuberculosis dalam sputum.
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan TB paru pada pasien DM serupa dengan
yang bukan pasien DM, dengan syarat kadar gula darah
terkontrol.
Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama
pengobatan dapat diteruskan sampai 9 bulan.
Obat lini pertama yang biasa digunakan adalah isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan streptomicin.

You might also like