Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Penyakit
menular
yang
disebabkan
oleh
Mycobacterium
tuberculosis. Biasanya menyerang paru, tapi bisa menyerang organ
lain.
Epidemiologi
- WHO Report 2010, kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia
mengalami penurunan. Saat ini Indonesia berada di urutan
kelima (setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria)
setelah selama sembilan tahun terakhir menempati urutan
ketiga (setelah India dan China).
- Di seluruh dunia TB menyerang 10 juta orang dan
menyebabkan 3 juta kematian setiap tahun. Di Negara maju,
TB jarang terjadi yaitu menyerang kira-kira 1 per 10.000
populasi. TB paru paling sering menyerang masyarakat di
Negara miskin dan berkembang.
Factor Resiko
a.
Jenis kelamin
Penyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan.
Hampir tidak ada perbedaan di antara laki dan perempuan
sampai pada umur pubertas.
b.
Status gizi
Malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga akan
menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk
TB.
c.
Sosioekonomi
Penyakit TB lebih banyak menyerang masyarakat yang
berasal dari kalangan sosioekonomi rendah. Lingkungan yang
buruk dan permukiman yang terlampau padat sangat
potensial dalam penyebaran penyakit TB.
d.
Pendidikan
Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara
penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh
terhadap sikapd an perilaku sebagai orang sakit dan akhinya
berakibat menjadi sumber penularan.
Klasifikasi
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru, tidak termasuk pleura dan hilus.
1.
2.
GejalaKlinis
Gejala Respiratorik
-
Batuk 3 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala Sistemik
-
Demam
Malaise
Keringat malam
Nafsu makan dan berat
badan menurun
Diagnosis
Uji tuberculin
Indikasi
-
Kontraindikasi
-
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak yaitu sewaktu pagi- sewaktu (SPS).
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto
lateral. Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
-
PENGOBATAN TB DEWASA
Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan
dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Jenis, sifat dan dosis OAT
Jenis OAT
Sifat
(Lini Pertama)
3x seminggu
Isoniazid (H)
Bakterisid
5 (4-6)
10 (8-12)
Rifampicin (R)
Bakterisid
10 (8-12)
10 (8-12)
Pyrazinamide (Z)
Bakterisid
25 (20-30)
35 (30-40)
Streptomycin (S)
Bakterisid
15 (12-18)
15 (12-18)
Ethambutol (E)
Bakteriostatik
15 (15-20)
30 (20-35)
Jenis
-
Tahap Lanjutan
Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
b.
Pasien kambuh
Pasien gagal
Kriteria Sembuh
EVALUASI PENGOBATAN
Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik,
dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
Evaluasi klinik
Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping
obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit
Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.
terjadinya
resitensi
terhadap
obat
cukup
lama,
sehingga
pemerintah
untuk
menjalankan
program
TB
pencatatan
dan
pelaporan
yang
Petugas kesehatan
Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah
Tujuan :
Mencegah resistensi
TB ANAK
Epidemiologi
- Jumlah kasus TB anak pada tahun 2009 mencapai 30.806
termasuk 1,865 kasus BTA positif.
- Proposi kasus TB anak dari semua kasus TB mencapai 10.45%.
Factor Resiko
- Anak kecil terpapar dengan orang dewasa yang menderitaTB
- Anak lahir di negara yang prevalensi TBnya tinggi
Manifestasi Klinis
keringat malam
konjuntivitis fliktenularis
skrofuloderma : servikal,
inguinal
kifosis
paraplegia
diare persisten
pembesaran kgb
superfisialis (servikal,
aksila, inguinal)
kaku kuduk
gibbus
paraparesis
pincang
PARU : umumnya
dijumpai dlm batas
normal
Diagnosis
Bukti atau kecurigaan adanya kontak dengan sumber infeksi
TB (biasanya pasien TB dewasa dengan hasil basil tahan asam
(BTA) positif).
Gejala dan tanda klinis sugestif TB, termasuk penilaian
seksama terhadap kurva tumbuh kembang anak.
Uji tuberkulin positif.
Gambaran radiologis sugestif ke arah TB.
Catatan :
1. Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
2. Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab
batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
3. Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit),
pasien dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.
4. Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).-->
lampirkan tabel badan badan.
5. Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak
6. Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7
hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem
skoring TB anak.
7. Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)
8. Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk
evaluasi lebih lanjut.
Pengobatan TB Anak
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan
cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi
baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB
anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun
gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti,
OAT tetap dihentikan.
Kategori Anak (2RHZ/ 4RH)
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan
diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap
hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat
harus disesuaikan dengan berat badan anak.
Keterangan:
- Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah
sakit
- Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
- Anak dengan BB 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
- Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
- OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh
atau digerus sesaat sebelum diminum.
Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) untuk Anak
Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau
kontak erat dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan
pemeriksaan menggunakan sistem skoring. Bila hasil evaluasi
dengan skoring sistem didapat skor < 5, kepada anak tersebut
diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6
bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG,
imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai.
TB PADA DM
Epidemiologi
- Prevalensi TB meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi
DM.
- Frekuensi DM pada pasien TB dilaporkan sekitar 10-15% dan
prevalensi TB 2-5 kali lebih tinggi pada pasien diabetes
dibandingkan dengan kontrol yang non-diabetes.
- Peningkatan prevalensi ini cenderung lebih tinggi seiring
dengan bertambahnya usia.
- Sering terjadi pada usia > 40 tahun
- Pria 2x > wanita.
Patogenesis
Kemungkinan penyebab meningkatnya insiden TB paru pada
DM dapat berupa defek pada fungsi sel-sel imun dan
mekanisme pertahanan pejamu.
Mekanisme yang mendasari terjadinya hal tersebut masih
belum dapat dipahami hingga saat ini.
Selain itu, ditemukan juga aktivitas bakterisidal leukosit yang
berkurang pada pasien DM, terutama pada mereka yang
memiliki kontrol gula darah yang buruk.
Meningkatnya risiko TB pada pasien DM diperkirakan
disebabkan oleh defek pada makrofag alveolar atau limfosit T.
Namun, tidak ditemukan perbedaan jumlah limfosit T yang
signifikan antara pasien TB dengan DM dan pasien TB saja.
Tetapi, proporsi makrofag alveolar matur yang lebih rendah
pada pasien TB yang disertai DM, dianggap bertanggungjawab
terhadap lebih hebatnya perluasan TB dan jumlah bakteri
dalam sputum pasien TB dengan DM.
Manifestasi Klinis
Tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pd
manifestasi klinis antara pasien TB yang menderita DM
maupun pasien TB tanpa DM.
Gejala : batuk, batuk berdarah, sesak nafas, demam, keringat
malam, dan penurunan berat badan (namun gejala cenderung
lebih parah dan keadaan umum lebih buruk).
Hasil pemeriksaan darah, radiologi, dan bakteriologi tidak
menunjukkan perbedaan.
Diagnosis
Keluhan klasik DM : poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.
Keluhan tambahan lainnya berupa lemah badan, kesemutan,
gatal, pandangan kabur,
Diagnosis DM :
1. Keluhan klasik + GDS >200 mg/dL
2. Keluhan klasik + GDP >126 mg/dL
3. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Pasien puasa min 8
jam lalu diberikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam
250 ml air dan diminum dalam 5 menit. Positif Bila
pemeriksaan glukosa darah setelah dua jam pemberian
glukosa ini >200 mg/dL.
Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala klinis : demam dan keringat malam, penurunan berat
badan, batuk lebih dari 3 minggu, batuk darah, sesak napas,
dan nyeri dada.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan suara napas bronkial,
amforik, suara napas yang melemah, dan rhonki basah.
Diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah dengan menemukan
kuman Mycobacterium tuberculosis dalam sputum.
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan TB paru pada pasien DM serupa dengan
yang bukan pasien DM, dengan syarat kadar gula darah
terkontrol.
Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama
pengobatan dapat diteruskan sampai 9 bulan.
Obat lini pertama yang biasa digunakan adalah isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan streptomicin.